Anda di halaman 1dari 15

Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Jurnal Studi Kultural (2017) Volume II No.1: 55±69

Jurnal Studi Kultural


http://journals.an1mage.net/index.php/ajsk

Laporan Riset
Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan
Kontemporer
Hendar Putranto*
Universitas Multimedia Nusantara I Serikat Dosen Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah artikel:
³*XUX GRVHQ DGDODK SHQJDEGL PDV\DUDNDW WDQSD WDQGD MDVD´ PDND WLGDN SHUOX EHUKDUDS WHUODOX EDQ\DN
Dikirim 9 Desember 2016
bahwa ada pihak lain yang akan memerhatikan, apalagi memperjuangkannya secara konkret, dalam
Direvisi 24 Desember 2016 bentuk pelbagai kebijakan (politis, ekonomis) yang tujuannya untuk mengangkat harkat, martabat dan
Diterima 29 Desember 2016 kesejahteraan para guru dan dosen. Selain itu, sebenarnyalah dosen merupakan sumber daya manusia yang
diadakan untuk menjalankan sistem kerja lembaga pendidikan tinggi, yang meliputi universitas, institut,
Kata Kunci: akademi dan sekolah tinggi.
Serikat
Dosen merupakan pelaksana kerja yang harus ditingkatkan baik kualitas maupun kuantitas kerjanya,
Dosen
moralitas, kedisiplinan serta tingkat kesejahteraannya, yang kelak menciptakan kondisi dan situasi yang
Guru
nyaman dalam bekerja, sehingga pada gilirannya setiap dosen mempunyai rasa memiliki, menyayangi dan
Pahlawan persaudaraan yang kuat antar sesama dosen, dengan menyadari betapa pentingnya proses produksi
Jasa pengetahuan yang diharapkan mampu mewujudkan lembaga pendidikan tinggi tingkat dunia (world-class
university) berdasarkan kebijakan kualitas (quality policy) sebagai salah satu pendukung pencerdasan
kehidupan bangsa.
© 2017 Komunitas Studi Kultural Indonesia. Diterbitkan oleh An1mage. All rights reserved.

Pendahuluan Secara lugas namun kritis, Nico Stehr i mempertanyakan


Pembicaraan tentang masyarakat hampir pasti melibatkan semua asumsi teoretis di atas dengan
sejumlah asumsi teoretis yang berkaitan dengan dunia mengkonfrontasikannya dengan kenyataan sejarah yang
sosial. Mengetahui dunia sosial dengan segala bentuk dan terus berubah, yang tidak selalu tunduk pada pengarahan
dinamikanya mengandaikan pengamatan yang cermat, teori-teori dan tindakan-tindakan manusia sebagai aktor
metodologi yang tepat, serta analisis yang tajam guna historis (subjek pelaku tindakan sejarah) yang tidak bisa
mengabstrakkan bongkah-bongkah fenomena, diramalkan dan selalu penuh kejutan.
pengalaman, kejadian, peristiwa, menjadi seperangkat
hipotesis yang melahirkan teori-teori sosial yang baru. Dalam hal ini, Stehr menempatkan dirinya dalam arus
perdebatan atau diskursus ilmu-ilmu sosial sebagai pemikir
Teori-teori sosial lama yang diwariskan era pencerahan yang memberikan ruang atau porsi analisis pada manusia
dan terus berlanjut dalam era modern seperti ide kemajuan sebagai subjek pelaku tindakan (agent, human agency)
(progress), diferensiasi fungsional (functional sekaligus menolak paham determinisme, entah itu
differentiation), spesialisasi (specialization), dan determinisme material maupun teknologis.
rasionalisasi (rationalization) dapat dikatakan sebagai
tulang punggung atau roh penggerak dari teori-teori sosial Pandangan Stehr tentang Modernisasi dan
sejak abad ke-18. Pengetahuan
Tesis pokok Stehr berkenaan dengan modernisasi dipahami
Masih terkait dengan teori-teori sosial tersebut, konsepsi sebagai suatu proses yang lebih terbuka, tidak segaris
masyarakat juga mengalami perkembangan, mulai dari (unilinear) atau berdimensi satu (one-dimensional), bahkan
kesadaran kolektif (Durkheim), kehendak umum bisa berbalik arah (reversible), suatu gerakan menuju
(Rousseau), Sittlichkeit (Hegel), masyarakat borjuis dan perluasan tindakan sosial.
proletar (Marx), hingga negara-bangsa (Ernest Gellner,
Anthony Giddens). Dengan kata lain, proses modernisasi adalah seproses
Û Peneliti koresponden: Universitas Multimedia Nusantara, Ketua Serikat Dosen Indonesia,
perluasan (extension) atau penataan ulang
Penulis Berbagai buku Kajian Budaya Mobile: +6287882434074 | E-mail: (reconfiguration). Pada gilirannya, proses modernisasi
hendarumn@gmail.com. Laporan penelitian pernah muncul sebagai Skripsi Program
Sarjana Filsafat di STF Driyarkara, GHQJDQ MXGXO ³Masyarakat Modern Sebagai yang dipahami sebagai proses ekstensi atau rekonfigurasi
0DV\DUDNDW 3HQJHWDKXDQ 0HQXUXW 1LFR 6WHKU´.
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 50
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

menuju perluasan tindakan sosial membutuhkan aktor- modern, pengetahuan teknis-ilmiah mempunyai tempat
aktor yang mempunyai kadar pengetahuan atau kecakapan yang terhormat.
yang memadai.
Pengetahuan teknis-ilmiah tidak hanya dianggap sebagai
Pada pokok ini, Stehr menggarisbawahi pengetahuan kunci untuk memecahkan misteri alam dan persoalan
sebagai mekanisme penentu identitas yang konstitutif dari klasik manusia dalam relasinya dengan alam, namun juga
masyarakat modern. Pengetahuan berdimensi individual karena pengetahuan teknis-ilmiah memampukan manusia
sekaligus sosial. Dimensi sosial dari pengetahuan menjadi untuk memperluas kapasitasnya untuk bertindak.
lebih jelas ketika pengetahuan diproduksi, didistribusikan
dan direproduksi. Akan tetapi keunggulan pengetahuan teknis-ilmiah
bukannya tanpa keterbatasan. Institusi ilmiah sering
Pengetahuan juga bukan benda mati (a black box) yang menjadi perpanjangan tangan pihak yang berkuasa yang
bersifat ahistoris dan abstrak-universal. Pengetahuan pada memakainya untuk merepresi individu-individu atau
hakikatnya bersifat tertanam (embedded, situated) dan kelompok-kelompok yang menawarkan alternatif cara
selalu dapat diakarkan pada insitusi-insitusi sosial yang berpikir.
memproduksinya, dalam proses-proses kultural, dan dalam
relasinya dengan kekuasaan, kepentingan, serta variabel- Pada poin inilah Stehr masuk ke dalam kritik eksternal
variabel lain yang memengaruhinya. atau kontekstual dari gerakan kritik terhadap rasionalitas
sains.
Pengetahuan berbeda dari informasi. Informasi adalah
bahan mentah yang tersedia secara umum, mudah Ia melihat bahwa pengetahuan ilmiah pun merupakan
diperoleh, dimiliki dan berguna, serta bersifat cukup-diri bentukan sosial (social construction), sehingga pertanyaan
(self-sufficient). Sementara pengetahuan selalu kritis yang relevan diajukan padanya adalah bagaimana
mengandaikan dan menuntut sejumlah kecakapan faktor-faktor institusional dan kultural yang memengaruhi
penafsiran dan penguasaan atas situasi dan kondisi produksi pengetahuan dalam sains juga memengaruhi
tertentu. implementasi dari pengetahuan itu sebagai kapasitas untuk
bertindak dalam kondisi-kondisi konkret dan praktis
Pengetahuan membutuhkan subjek aktif (an active actor) (sehari-hari).
untuk membuatnya mampu menggerakkan sesuatu.
Dengan kata lain, pengetahuan bergerak dari kapasitas atau Dari persoalan pengetahuan dan aspek-aspek sosiologis-
potensial menuju perwujudan atau aktualisasinya. praktisnya, Stehr kemudian bergerak lebih jauh ke wilayah
kemungkinan penerapan pengetahuan sekaligus
Dengan masuknya pengetahuan sebagai faktor konstitutif pembatasan atau regulasi dari (klaim-klaim) pengetahuan
dari masyarakat modern, tatanan sosial pun tidak lagi itu sendiri di dalam masyarakat pengetahuan.
memadai bila diperiksa atau dianalisis melulu dalam
konsep dan kerangka hak milik (property) maupun tenaga Dalam masyarakat pengetahuan, seiring dengan
kerja (labor). memudarnya batas dan otoritas negara-bangsa,
kemampuan individu-individu (atau warga negara) untuk
Munculnya masyarakat pengetahuan dapat diasalkan pada berpartisipasi dalam politik semakin besar.
transformasi struktur ekonomi yang di dalamnya proses-
proses ekonomi (proses produksi dan distribusi) yang Hal ini tentu tidak terlepas dari penguasaan pengetahuan
tadinya ditentukan oleh input material (seperti mineral, serta kecakapan politik praktis yang dimiliki oleh baik
batu bara, dan sebagainya) sekarang lebih banyak individu maupun kelompok-kelompok kecil yang tadinya
ditentukan oleh input simbolis atau input yang berbasis- termarginalisasi dalam bingkai kekuasaan politik yang
pada pengetahuan. lama.

Perkembangan dunia usaha dan pertambahan jumlah orang Dengan kata lain, dalam masyarakat pengetahuan, semakin
yang berprofesi dengan berbasis pengetahuan seperti sulitlah bagi negara untuk memerintah secara efektif. Akan
penasihat, guru dan akademisi, periset dan tenaga-tenaga tetapi, yang menjadi pokok keprihatinan Stehr bukanlah
ahli (expert) di bidang pengolahan dan penyimpanan pada krisis legitimasi yang dialami aparat pemerintah
informasi (seperti internet, media massa seperti televisi dan untuk bertindak atau untuk memaksakan kehendak dan
surat kabar) menjadi bukti empiris kuat yang aturan-aturan yang dibuatnya kepada setiap warga negara.
mengukuhkan masyarakat modern sebagai masyarakat
Stehr melihat bahwa merosotnya otoritas dan kemampuan
pengetahuan.
negara untuk memerintah secara efektif di satu sisi akan
Menggarisbawahi tesis pokoknya yaitu bahwa membuka peluang bagi warga negara baik individu
pengetahuan didefinisikan sebagai kapasitas untuk maupun kelompok untuk memainkan peranan yang lebih
tindakan, Stehr mengakui bahwa dalam masyarakat besar dalam mengatur dirinya sendiri (lalu muncullah civil
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 56
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

society menggantikan state-oriented society), atau untuk Selain persoalan di atas, munculnya masyarakat
menentukan kriteria-kriteria kebijakan sosial, politik, pengetahuan juga memunculkan sejumlah isu baru dalam
ekonomi yang dapat menjawab kebutuhan-kebutuhan hidup bermasyarakat seperti privacy, hak cipta (copy right)
praktis mereka. dan pelestarian lingkungan.

Semakin besar atau luasnya kapasitas warga negara untuk Persoalan-persoalan baru ini lantas memunculkan sejenis
bertindak ini bukan muncul secara tiba-tiba. Ada sejumlah kebutuhan baru, yaitu kebutuhan untuk mengatur klaim-
elemen yang menambah perluasan kapasitas dari individu- klaim pengetahuan yang baru, yang pada gilirannya akan
individu atau kelompok-kelompok untuk melakukan melahirkan segerak aktivitas baru di bidang politik yaitu
tindakan politis yang berarti. politik pengetahuan (knowledge politics).

Sebagai contoh tersebarnya pendidikan atau akses untuk Persoalan-persoalan yang tadinya dipandang sebagai
memperoleh pendidikan yang layak, diseminasi informasi sesuatu yang mustahil berada di bawah kendali manusia,
secara massal oleh media massa seperti televisi dan surat misalnya soal manipulasi genetis, sekarang menjadi subjek
kabar (juga Internet) dan semakin diakuinya profesi- dari kontrol dan manipulasi. Oleh karena itulah diperlukan
profesi yang berbasiskan pengetahuan (knowledge-based seperangkat tata aturan baru yang dapat mengatur
occupations / professions). persoalan-persoalan baru di bidang pengetahuan ini.

Akan tetapi, benarkah dengan semakin meningkatnya Sayangnya, penciptaan tata aturan ini tidak bisa lagi
kadar pengetahuan individu (knowledgeability), dengan diserahkan begitu saja pada institusi sains dan teknis---
serta merta membuat semakin luasnya akses individu dan sebab sudah dibuktikan bahwa pengetahuan ilmiah yang
subsistem-subsistem dalam masyarakat terhadap sumber- diproduksi oleh institusi sains adalah satu di antara
sumber informasi (seperti perpustakaan, internet, dan lain- sejumlah bentuk aktivitas sosial manusia yang terbatas
lain) sekaligus semakin tersebarnya pengetahuan ke segala secara sosial dan kultural---melainkan harus mengundang
lapisan masyarakat, dapat menjamin terwujudnya suatu partisipan-partisipan dari ranah politik, moral, dan kultural.
masyarakat yang setara dan berakhirnya era
ketidaksetaraan dan kebodohan? Singkatnya, ada dua arus pandangan yang dideskripsikan
Stehr. Yang pertama adanya upaya-upaya untuk mencegah
Rupanya tidak demikian. Stehr berargumen bahwa bentuk- intervensi negara atau lembaga-lembaga politis lainnya
bentuk baru ketidaksetaraan sosial akan bangkit seiring GDODP PHQJDWXU ELVD MXJD GLDUWLNDQ VHEDJDL µPHQ\HWLU
dengan pertumbuhan, perkembangan dan penyebaran DUDK¶ SHQJHWDKXDQ GHPL PHOLQGXQJL NHEHEDVDQ GDQ
pengetahuan. objektivitas ilmu pengetahuan (sains salah satunya).

Dominasi dan ekspansi pasar dengan logika ekonomi dan Sementara yang satunya adalah upaya-upaya untuk
keuntungan materiilnya dalam sejumlah besar aspek mendorong, atau setidaknya mengundang campur tangan
kehidupan masyarakat, seperti terlihat nyata dalam bidang lembaga-lembaga, pelaku-pelaku di luar komunitas
pendidikan, politik, sains, dan budaya, telah menjadi ilmuwan untuk ikut memikirkan dan peduli terhadap
ancaman yang perlu diwaspadai dalam masyarakat dampak-dampak dari begitu beragamnya klaim-klaim
pengetahuan. pengetahuan yang bermunculan dewasa ini, guna
menghindari kebingungan publik dan sekaligus membuat
Ancaman itu bisa berupa homogenisasi hidup sosial dan pengetahuan itu menjadi lebih efektif dan berdaya guna
penyeragaman (uniformity) bentuk-bentuk kehidupan aplikasinya.
sekaligus cara-cara menghayati kehidupan itu sendiri.
Emansipasi dan Pengetahuan: Kembalinya Risiko,
Singkatnya, seiring dengan ekspansi pasar dalam Ketidakpastian dan Kontingensi dalam Diskursus
masyarakat massa, Stehr mengakui adanya kemungkinan Seputar Pengetahuan
ketimpangan sosial yang diwariskan (a hereditary form of Dalam masyarakat pengetahuan, fungsi pengetahuan tidak
social inequality). hanya menjadi sumber daya atau kekuasaan, namun ia juga
menjadi sumber sengketa dan ketidakpastian.
Pada sisi yang lain, globalisasi di bidang kultur, politik,
ekonomi, pengetahuan---meskipun fenomena ini tidak bisa Benarkah pandangan yang menyatakan bahwa diskursus
diidentikkan dengan imperialisme atau bentuk penjajahan pengetahuan dewasa ini memang menempatkan
yang baru dari satu kultur tertentu atas kultur lainnya--- pengetahuan sebagai entitas yang berisiko, tidak pasti, dan
perlu memicu kesadaran kritis para konsumen, warga kontingen? Bagaimana wujud pengetahuan yang berciri
negara dan subjek pelaku tindakan yang berpengetahuan seperti di atas tadi?
atas kompleksitas dan interdependensi jaringan relasi
hidup manusia satu dengan yang lainnya.

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 57


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Faktor-faktor apa yang memungkinkannya? Apakah bugii pada detik-detik pergantian tahun, persisnya dari
dengan ciri-ciri tersebut, pengetahuan masih dapat 1999 ke 2000.
mengemban misi emansipatorisnya?
Dalam masyarakat yang semakin tergantung pada
Di manakah letak konvergensi dari sekian banyak klaim- kecanggihan teknologi, gangguan seperti ini bisa
klaim atas pengetahuan di dalam masyarakat pengetahuan? dipandang sebagai ancaman terhadap pengetahuan teknis
yang (dipandang) semakin berkembang.
Sejumlah pertanyaan di atas merupakan pokok-pokok yang
akan penulis jawab dengan menggunakan kerangka Michel Crozier (1922-2013), seorang sosiolog kenamaan
berpikir Stehr dalam bukunya. asal Perancis, mencoba mencari penjelasan psikologis atas
IHQRPHQD LQL GHQJDQ PHQJDWDNDQ EDKZD ³3HQJHWDKXDQ
Penyebaran (Diseminasi) Pengetahuan dan Dampak- secara tersirat mengandung risiko perubahan. Pengetahuan
dampaknya menghantam orang tanpa memedulikan kekurangan atau
Salah satu motif dasar dari Era Pencerahan adalah kebutuhan mereka. Ia melemparkan kaum intelektual yang
keyakinan bahwa diseminasi pengetahuan dan kecakapan VXGDK PDSDQ GDQ GXQLD VRVLDO NH GDODP NHNDFDXDQ ´ iii [1]
(skills) akan membawa pembebasan. Namun, pada
kenyataannya dan dalam rentang perjalanan sejarah, Klaim bahwa kemajuan pengetahuan mengandung dan
pengetahuan dipersepsi dan dipraktikkan bukan sebagai mengundang risiko terhadap pola-pola stabilitas sosial
kapasitas untuk bertindak, melainkan bersifat yang sudah mapan atau mengancam sistem kepercayaan
melumpuhkan (incapacitating); bukan memampukan, yang sudah ada biasanya dikaitkan dengan keyakinan dan
namun membatasi. ekspektasi bahwa pengetahuan ilmiah-teknis bersifat amat
subversif terhadap status quo dan paling efektif dalam
Bahkan, dalam analisis selanjutnya, pengetahuan dikatakan mengguncang tradisi.
sebagai daya penindas atau manipulasi yang paling utama.
Di sisi lain, diskusi tentang distribusi sosial dari Klaim tersebut merupakan pelengkap dari klaim yang
pengetahuan memberi tekanan pada ketidakberdayaan dari mengatakan bahwa pengetahuan mempunyai
individu-individu pelaku tindakan yang diperparah oleh kecenderungan alamiah untuk mengalir ke pihak yang
kekuatan kontrol lembaga-lembaga besar seperti media berkuasa, dan bahwa ia mempunyai konsekuensi-
atasnya. Bagaimana menganalisis dan menyikapi hal konsekuensi untuk menyimpan dan mempertahankan
semacam ini? (conserving) bila dipandang dari sudut pandang penguasa
dan berdampak men-destabil-kan (destabilize) mereka
Matriks Pengetahuan/Kekuasaan yang tidak berkuasa.
Rakyat jelata umumnya dipersepsi sebagai pihak yang
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan Michel Foucault [2], filsuf pascastrukturalis dan sejarawan
mereka yang didasarkan pada olah pengetahuan yang ide terkemuka asal Perancis, juga menyoroti problematika
memadai sehingga mereka cenderung mengandalkan jasa relasi kekuasaan dan pengetahuan ini dalam karyanya
para pakar. Discipline and Punish: The Birth of Prison (1975).
Foucault membeberkan kerumitan pengetahuan di dalam
Ketidakmerataan distribusi sosial dari pengetahuan mendisiplinkan dan merepresi subjek. Pengetahuan dan
cenderung membuat elit semakin menguasai dan kekuasaan digambarkan seperti kembar siam.
memonopoli pengetahuan dan keuntungan-keuntungan
yang diperoleh darinya, khususnya dalam hal penggunaan ³.HNXDVDDQ PHQJKDVLONDQ SHQJHWDKXDQ « SHQJHWDKXDQ
inovasi teknik. GDQ NHNXDVDDQ VDOLQJ PHQJLPSOLNDVL VHFDUD ODQJVXQJ «
tidak ada relasi kekuasaan tanpa konstitusi ranah
Namun demikian, dalam masyarakat pengetahuan, pengetahuan yang berhubungan dengannya. Juga tidak ada
lembaga-lembaga besar dan otoritas dalam pengetahuan pengetahuan yang tidak mengandaikan dan membangun
semakin merasakan bahwa pengetahuan yang mereka relasi-relasi kekuasDDQ SDGD VDDW \DQJ EHUVDPDDQ´ [1].
miliki pelan-pelan terkikis. Pengetahuan lantas menjadi
momok yang menakutkan bagi mereka. Lebih jauh lagi, analisis Foucault menempatkan
pengetahuan praktis atau politis, sebagaimana kekuasaan,
Contohnya, menjelang pergantian abad ke-20 menuju abad sebagai fenomena yang konteks-spesifik. Dengan kata lain,
ke-21 (atau milenium ke-2), ada ketakutan yang menyebar pengetahuan tidak bisa dilepaskan dari praktik-praktik
GL DQWDUD SDUD µSHQJJXQD NRPSXWHU¶ >EDFD SHPLOLN sosial-politis yang di dalamnya ia tertancap.
pengakses dan pengguna aktif pengetahuan canggih di
bidang teknologi informasi] di seluruh dunia, menyangkut Walau demikian, kekuasaan yang bergandengan-tangan
kemungkinan aktifnya virus komputer bernama millenium dengan pengetahuan dan diterapkan oleh negara modern
untuk mengecap, menutupi, menyensor, memisahkan,
melarang, menormalkan, mengawasi, dan menindas
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 58
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

subjek-subjek yang berada di bawahnya tidak bersifat total. Disebut risiko terutama jika dipandang dari sudut lembaga-
Ia juga memampukan. lembaga pengetahuan yang sudah mapan (seperti sains)
dengan otoritasnya yang sedikit demi sedikit ditandingi
Meskipun sangat efisien dalam melakukan hal-hal tersebut oleh kemampuan individu atau kelompok-kelompok kecil
di atas, matra pengetahuan/kekuasaan lebih kompleks untuk mengorganisasi kapasitas kognitifnya dalam
daripada itu dan ia masih memberi ruang untuk memecahkan suatu persoalan.
memberdayakan mereka yang tertindas. Dengan kata lain,
pengetahuan dapat memampukan kelompok-kelompok Hal ini sejalan dengan semakin memudarnya pesona ide
yang selama ini dimarginalkan pemegang kekuasaan untuk ³NHPDMXDQ´ GDODP PDV\DUDNDW SHQJHWDKXDQ Demistifikasi
mengemansipasi diri mereka sendiri. LGH ³NHPDMXDQ´ WLGDN DNDQ PXQJNLQ WHUMDGL WDQSD DGDQ\D
kritik yang muncul dari komunitas ilmiah itu sendiri atas
Berkaitan dengan penguasaan, aplikasi pengetahuan, serta LGH ³NHPDMXDQ ´v
dampak-dampaknya dalam masyarakat, sosiolog
kontemporer asal Jerman, Ulrich Beck dalam bukunya Risk Refleksi tentang peran sosial dari pengetahuan biasanya
Society: Towards a New Modernity (1992) jarang mengangkat dan mengupas secara mendalam tradisi
menggambarkan masyarakat sekarang sebagai masyarakat pencerahan yang memandang pengetahuan sebagai daya
risiko [1]. pendobrak bagi upaya pembebasan individu, warga negara,
pekerja, perempuan dan laki-laki.
Secara cermat Beck dapat menguraikan pandangannya
bahwa risiko yang terkandung dalam penguasaan Bahkan, seorang ilmuwan dan filsuf sains sekaliber Karl
pengetahuan adalah sesuatu yang niscaya terjadi dalam Popper [4] sendiri cenderung skeptis terhadap keuntungan-
masyarakat industri maju [3]. keuntungan yang (mungkin) diperoleh umat manusia dari
kemajuan sains.
Akan tetapi, risiko-risiko ini, seperti penemuan dan
pengembangan tenaga nuklir, punahnya spesies tumbuhan 0HQXUXWQ\D ³.RQWULEXVL GDUL NHPDMXDQ VDLQV PHPEXDW
dan binatang tertentu, perubahan iklim global, polusi hidup manusia menjadi lebih panjang dan kaya; namun
kimiawi, dan sejenisnya, dapat diantisipasi oleh komunitas kemajuan ini juga menggiring manusia untuk menjalani
ilmiah dalam dua matra pengertian. hidup di bawah ancaman perang atom, dan amatlah
meragukan apakah kemajuan ini lantas memberikan
Pertama, risiko-risiko itu sendiri diasosiasikan sumbangan bagi bertambahnya kebahagiaan manusia´ [1].
dengan penggunaan pengetahuan ilmiah dan teknis;
Padahal, simetri kausal antara kemajuan sains dengan
Kedua, risiko penggunaan dibentuk atau ditemukan meningkatnya kebahagiaan manusia dikarenakan semakin
oleh sains. banyak persoalan hidup manusia yang bisa diselesaikan
dengan menggunakan metode dan temuan sains,
Salah satu konsekuensi dari mengadopsi dua matra
sebenarnya tidak ada.
pengertian ini adalah bahwa isu kesadaran ekologis yang
tadinya kurang mendapat tempat dalam diskursus sosial- Menjodohkan pengetahuan dengan emansipasi bukan
politis di masa lampau, sekarang menjadi satu pertama-tama tergantung pada peningkatan objektivitas
keniscayaan. dari klaim-klaim pengetahuan. Akan tetapi, yang lebih
menentukan adalah bahwa dekonstruksi mitos-mitos
Meskipun demikian, betapa pun majunya kesadaran baru
pengetahuan ilmiah pada gilirannya akan membantu
ini, tetap perlu ditandaskan bahwa sains dan teknologi---
perluasan aplikasi pengetahuan ilmiah tersebut dalam
entah secara langsung maupun tidak---merupakan pencipta
konteks sosial di luar komunitas ilmiah.
dari risiko-risiko ini.
Seiring dengan gambaran sains dan ilmuwan sebagai
Ada dilema yang dihadapi oleh komunitas ilmiah di sini.
motor penggerak keberlangsungan aktivitas sains sebagai
Di satu sisi mereka mengantisipasi risiko yang lahir dari
otoritas kunci penentu pengetahuan semakin memudar,
penemuan-penemuan baru di bidang sains dan teknologi;
dalam arti mereka tidak lagi selalu dijadikan referensi
di sisi lain merekalah yang menciptakan risiko-risiko
untuk bertindak, maka semakin bertambahlah jumlah
tersebut iv [1][3].
individu dan kelompok yang menggali, mengolah, dan
Risiko-risiko Baru dari Pengetahuan memanfaatkan pengetahuan untuk bertindakvi [1].
Stehr melihat adanya risiko lain yaitu risiko bahwa
Apabila hal ini terus berlanjut, distribusi sosial dari
pengetahuan dalam masyarakat pengetahuan mempunyai
pengetahuan akan mempunyai konsekuensi-konsekuensi
potensi dan kapasitas emansipatoris.
yang lebih serius bagi masyarakat, misalnya dalam hal
dunia kerja, pendidikan, proses politik, dan sejenisnya.

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 59


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Pertumbuhan lapangan pekerjaan yang berdasarkan (3) apa yang orang lain harapkan untuk mereka
pengetahuan (knowledge-based work, knowledge-intensive lakukan.
work) dan kenaikan jumlah tenaga kerja yang semakin
mempunyai kecakapan kognitif, alih-alih teknis, Yang membuat GSB menjadi berarti adalah pada hakikat
merupakan dua contoh nyata dari semakin signifikannya dan volume aktivitas kognitif dan keterampilan yang
pengetahuan dan kemampuan emansipatorisnya dalam ditemukan dalam organisasi sosial [1].
masyarakat pengetahuan.
Kecakapan kognitif inilah yang membuat gerakan sosial
Meski demikian, Stehr menegaskan bahwa perluasan berkontribusi penting dalam mengkonstruksi dunia sosial,
kapasitas individu dan kelompok-kelompok kecil untuk yaitu dengan memengaruhi kebijakan publik, dengan
bertindak sama sekali tidak berimplikasi pada hilangnya mengolah dan mempergunakan semaksimal mungkin
kecemasan, risiko, situasi-kondisi yang tak terduga, sumber-sumber pengetahuan yang tersedia, serta ikut
konsekuensi-konsekuensi yang tidak diantisipasi dari berkontribusi menentukan agenda pembangunan.
tindakan sadar, atau keterbatasan-keterbatasan yang
Sejauh aktivitas kognitif menjadi karakteristik primer dari
melekat dalam setiap putusan, juga tindakan yang
gerakan sosial, maka sumber-sumber pengetahuan dan
dilakukan oleh subjek pelaku tindakan [1].
strategi penggunaannya (misalnya bagaimana pengetahuan
Untuk memberikan ruang analisis bagi dinamika tindakan digandengkan dengan minat dan tujuan politik) menjadi
dari subjek-subjek pelaku tindakan dalam masyarakat bernilai lebih penting.
pengetahuan, Stehr juga membahas soal fenomena gerakan
Stehr kemudian menyimpulkan bahwa GSB
sosial modern (baru) berikut ini.
mencerminkan tipe dan gaya representasi politis yang
Gerakan-gerakan Sosial Modern berbeda dari (pola) tradisional, yang partisipasinya sering
Apa definisi terkini tentang gerakan sosial (social didominasi elite.
movements)? Belum ada kesepakatan soal ini. Yang jelas
GSB berperan dalam mengorganisasi kegiatan-kegiatan
bahwa gerakan sosial merupakan anak kandung dari
yang di dalamnya nilai individu, kapasitas kognitif, dan
masyarakat industri maju. Gerakan sosial belum dikenal
kecakapan politisnya memainkan peranan yang lebih
dalam era Industri (klasik).
penting bagi keanggotaannya sekaligus bisa selaras dan
Gerakan sosial yang baru (GSB) adalah hasil dari menunjang tujuan-tujuan dari GSB tersebut [1].
perubahan struktur sosial dan juga perubahan nilai-nilai
%XNDQ KDQ\D ³VHNDGDU´ RUJDQLVDVL \DQJ PHQDPSLONDQ GDQ
dalam masyarakat modern. Gerakan sosial berbeda dari
memperjuangkan tujuan-tujuan universal sekaligus
kelas atau angkatan sosial, meskipun secara struktural ada
partikular yang majemuk, GSB juga mempunyai
sedikit kemiripan. Posisi kelas (class position) adalah fakta
keragaman struktur organisasi dan pola-pola jenjang karir.
objektif, namun kesadaran kelas (class consciousness)
tidak serta merta mengiringinya. GSB turut mendesain konteks sosial yang di dalamnya
sumber daya pengetahuan diperoleh, ditafsirkan,
Bagi Stehr, gerakan-gerakan sosial paling baik
disebarkan dan ditransformasi menjadi pengetahuan
GLJDPEDUNDQ VHEDJDL ³JXJXV NHJLDWDQ \DQJ WHURUJDQLVDVL
praktis-politis.
yang pembentukannya tergantung dari perubahan sosial
yang cepat, yang keanggotaannya bersifat sementara, dan Mengetahui dan Risiko
yang pembentukannya sama longgarnya dengan $SD EHGDQ\D µULVLNR¶ GDQ µEDKD\D¶" 'HILQLVL GL EDZDK LQL
pembentukan kelas-kelas atau angkatan-angkatan sosial, kiranya dapat dijadikan titik berangkat pemahaman.
yang mengejar tujuan-tujuan yang kurang lebih bisa
diidentifikasi dan bisa diperdebatkan, dan (tujuan-tujuan) ³Risiko adalah situasi-situasi di mana kemungkinan
ini melampaui status quo´ vii [1]. kerusakan atau kehancuran di masa depan bisa dilekatkan
pada keputusan individu itu sendiri, sementara bahaya
Dalam kerangka definisi tersebut, gerakan-gerakan sosial
berkaitan dengan kerusakan dan gangguan yang berasal
merupakan fenomona struktural dan kultural. Ada tiga
dari kekuatan luar atau eksternal di mana si individu terkait
dimensi pilar di dalamnya, yaitu:
tidak mempunyai kontrol apa pun atasnya viii [1].
(1) apa yang orang lakukan saat terlibat konflik
dengan orang lain; Sayangnya, betapa pun definisi risiko dan bahaya dari
inputan Niklas Luhmann [1], salah seorang teoretikus
(2) apa yang mereka ketahui tentang bagaimana sosial paling penting abad ke-20, di atas cukup mudah
melakukan sesuatu; dimengerti, pada kenyataannya belum ada konsep risiko
yang bersifat objektif atau tertancap (embedded).

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 60


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

'HQJDQ NDWD ODLQ EHOXP DGD GHILQLVL µULVLNR¶ \DQJ GLWHULPD Kedua DGD NHWHUSLVDKDQ PHQGDVDU DQWDUD µKDO-hal
secara universal dan secara radikal berbeda dari yang dianggap sebagai risiko hasil dari keputusan-
penggunaan sehari-KDUL NDWD µULVLNR¶. NHSXWXVDQ¶ GDQ µPHUHND \DQJ GLSHQJDUXKL ROHK
risiko-ULVLNR WHUVHEXW¶
Risiko dilihat sebagai suatu konstruksi sosial yang
mempunyai signifikansi beraneka ragam dan yang hanya Ketiga, gangguan atau bencana teknologi dan
bisa dipahami bila dikaitkan dengan konteks dan tujuan ekologi adalah risiko societal atau kolektif.
sosial tertentu.
Dihadapkan pada situasi ini, para pelaku tindakan hanya
mempunyai pilihan atau lari dari bahaya, atau
Di lain pihak, komunikasi tentang risiko telah menciptakan
menghadapinya, atau memprotesnya.
lapisan dan struktur konflik sosial yang baru dalam
masyarakat modern yang bisa jadi lebih eksplosif daripada 6HPHQWDUD LWX VDDW PHQ\RDO WHQWDQJ µNHPEDOLQ\D
yang pernah dialami dalam periode negara kesejahteraan kHWLGDNSDVWLDQ GDODP PDV\DUDNDW¶ [1], bisa ditanyakan
(welfare state). OHELK MDXK µVHDQGDLQ\D NHWLGDNSDVWLDQ PHPDQJ VXGDK
Sejalan dengan dua kecenderungan di atas, ada gerak datang dan tinggal di tengah-tengah masyarakat, apa
kembalinya ketidakpastian dalam masyarakat dan pelaku NLUDQ\D SHUDQ SXEOLN GDUL NHWLGDNSDVWLDQ"¶
yang memproduksi ketidakpastian tersebut adalah
komunitas ilmiah. Sekurang-kurangnya, ada tiga pokok yang bisa dijadikan
pegangan untuk menilai persoalan ini, yaitu bahwa:
Pada saat bersamaan, ada semacam kesepakatan bahwa
sains dan sistem politik yang ada sekarang harus berani (1) Karakteristik dari teknologi canggih adalah
menghadapi, menanggung, sekaligus mencarikan jalan bahwa kontrol total atasnya tidak mungkin (contoh:
keluar atas ketidakpastian yang diproduksi oleh klaim- virus komputer, atau gangguan komputer lainnya;
klaim pengetahuan ilmiah. atau sistem keamanan jaringan yang bisa kacau
semuanya bila salah satu komponennya dibobol /
Sekarang penulis sampai pada distingsi antara risiko di-hack);
subjektif dan risiko objektif. Risiko subjektif didefinisikan
sebagai risiko yang dipandang oleh orang per orang (2) Karena poin nomor satu di atas, semakin
(individuals). Sementara itu, risiko objektif adalah risiko lebarlah jurang yang terbentang antara intensi dan
sebagaimana ditentukan oleh sains dan dikalkulasi seturut konsekuensi dari tindakan-tindakan teknologis.
dengan prinsip-prinsip formal. Contohnya: manipulasi genetis (genetic
engineering).
Distingsi antara risiko subjektif dengan risiko objektif ini
naik ke arena perdebatan para ahli terutama bila dikaitkan Maksud awal dari projek manipulasi genetis
dengan penentuan formula risiko, yang dapat dijadikan memang baik, misalnya dapat mengontrol arah
standar pengukuran yang valid secara universal. proses evolusi manusia serta mengurangi
kemungkinan penyakit turunan, dan sejenisnya.
Ada dua kesimpulan yang bisa didapat dari penelitian
Akan tetapi, sampai batas mana? Bagaimana
tentang risiko, yaitu (1) Mustahil untuk mengembangkan
dengan konsekuensi-konsekuensi etisnya?
konsep formal dan seragam tentang risiko; (2) Logika dari
Misalnya, bagaimana mendefinisikan awal dan
rumus R = P x D ix [1], yang dipinjam dari diskursus
akhir kehidupan?
NRPHUVLDO WLGDN PHPDGDL ELOD GLWHUDSNDQ XQWXN µULVLNR¶ GL
ruang publik. (3) Terjadinya perubahan ekologis berjangka-
panjang akibat tindakan dan pengambilan
Bila menengok kembali definisi awal dari risiko dan
keputusan yang berlangsung sehari-hari, yang
bahaya di atas, disepakati tiga alasan pokok yang
meskipun tidak spektakuler, namun berdampak
digunakan Stehr.
jauh. Misalnya: penggunaan AC, hair spray,
Meminjam terminologi Luhmann, untuk menjelaskan parfum, obat nyamuk, dan sejenisnya, akan
mengapa bahaya teknologi dan ekologis oleh sebagian melubangi ozon dalam jangka panjang.
orang dipandang sebagai risiko, oleh sebagian lagi
Benang merah dari ketiga proposisi di atas adalah bahwa
dipandang sebagai bahaya:
tidak ada seorangpun yang bisa meramalkan dengan pasti
Pertama, Kalkulasi untung-rugi (a cost-benefit betapa besar kemungkinan bahaya yang akan datang [1].
calculation) tidak lagi memadai untuk memasok
Pengambilan Keputusan dalam konteks pengetahuan yang
informasi yang relevan sebelum keputusan diambil;
rapuh mengandung risiko yang tidak kecil. Maksudnya,
pengetahuan tentang risiko adalah sebuah entitas yang
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 61
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

kurang seimbang dan rapuh karena ia mendasarkan dirinya Pengamatan dan analisis Stehr atas potensi maupun
pada pendekatan hipotetis. keberadaan berbagai masyarakat pengetahuan merupakan
suatu respons terhadap pengamatan bahwa sains dewasa
Proses-proses uji-coba (trial and error processes) dalam ini tidak hanya kunci yang membuka ruang misteri dunia,
banyak hal digantikan oleh perencanaan jangka-panjang namun juga kemenjadian dunia itu sendiri (the becoming of
yang dikembangkan secara ilmiah dan analisis risiko yang the world).
menggunakan statistik, yang kesemuanya ini hanya
mampu merumuskan asumsi-asumsi teoretis dan gambaran Dalam masyarakat pengetahuan, kapasitas individu-
kasar tentang realitasx [1]. individu utuk melepaskan diri mereka dari tekanan
lembaga-lembaga dan gugus kolektif lainnya (tradisi,
Bagaimanapun juga, teori-teori risiko modern harus hukum, dan sejenisnya.) juga bertumbuh pesat.
menghadapi persoalan bagaimana mengorganisasikan
proses-proses pembelajaran dalam situasi ketidakpastian Pertambahan level pengetahuan ini tidak lantas berarti
yang mendasar seperti sekarang ini, sekaligus bagaimana kesamaan umum (a general levelling), justru sebaliknya
mengambil keputusan-keputusan di bawah payung yang terjadi.
ketidakpastian dalam sistem-sistem sosial yang
terorganisasi secara rapi. Bentuk-bentuk baru ketidaksetaraan sosial yang berdasar
pada pengetahuan juga semakin menyeruak. Persoalan
Bertambahnya pengetahuan tidak menjamin terjadinya akses ke Internet (yang di dalamnya menyimpan sumber
pergeseran dari risiko menuju keamanan. Sebaliknya, kekayaan informasi dan pengetahuan yang luar biasa).
³VHPDNLQ EDQ\DN seseorang tahu, semakin seseorang
mengetahui dengan baik bahwa seseorang tersebut tidak Misalnya, menjadi salah satu isu ketidakadilan yang paling
tahu, dan semakin ruwet jadinya kesadaran seseorang sering diangkat dalam diskursus sosial, ekonomi, dan
tentang risiko. politik kontemporerxi namun sekaligus sumber daya untuk
mengampanyekan isu-isu ketidakadilan yang terjadi di
Semakin rasional seseorang mengkalkulasi dan semakin belahan-belahan dunia terpencil yang luput dari liputan
kompleks kalkulasi itu jadinya, semakin banyak aspek konglomerasi media.xii
yang masuk dalam pertimbangan seseorang termasuk
ketidakpastian di masa PHQGDWDQJ \DLWX ULVLNR ´ [1] Bertambahnya kerapuhan dari masyarakat modern juga
demikian ditegaskan Luhmann. memunculkan sejumlah pertanyaan moral baru, misalnya
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut hakikat dan
Inilah paradoks yang dialami masyarakat pengetahuan: dasar-dasar dari pondasi etis masyarakat modern, sekaligus
bertambah pentingnya pengetahuan secara sosial, politis tanggungjawab politis tidak hanya dari kaum elite politik
dan ekonomis sejalan dengan menurunnya kemampuan namun juga dari warga-negara.
masyarakat untuk ikut campur dalam urusan hidup sehari-
hari yang bertujuan untuk mengurangi, memindahkan Kelesuan (resesi) ekonomi yang dialami negara maju
kontingensi, kondisi yang tidak diinginkan, kejutan, seperti Jerman (dan juga Amerika Serikat pasca krisis
kesialan, dan sejenisnya [1]. subprime mortgage Desember 2007-Juni 2009) bisa saja
kesalahannya ditimpakan ke negara dan aparat-aparatnya
Pengetahuan, Ketidakpastian dan Kontingensi yang tidak becus dalam membuat dan
Pengetahuan di masa mendatang kemungkinan besar akan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan politik dan
disertai tidak hanya kepedulian terhadap ancaman dari ekonomi di tengah arus perubahan globalisasi sekarang.
masa lalu dan masa kini yang tetap bergeming sebagai
ketakutan-ketakutan, namun juga menurunnya otoritas para .DOLPDW SHQXWXS GDUL EXNX 6WHKU ³We are only able to rely
pakar dan skeptisisme yang makin meningkat terhadap on not being able to rely on the future´ [1]. seolah-olah
kemungkinan adanya keahlian/kepakaran yang netral, tidak semakin menegaskan suasana ketidakpastian pada masa
memihak. depan. Bagaimana masyarakat yang dirundung
ketidakpastian mampu bertahan?
Akan tetapi, di sisi lain, kadar ketergantungan terhadap
pengetahuan juga semakin bertambah. Tantangannya Bukan lagi optimisme era Pencerahan atau pesimisme
adalah untuk berhadapan secara langsung dengan filosofis ala filsuf Schopenhauer yang dapat diandalkan.
kontingensi. Ketidakpastian, kontingensi dan kerapuhan dari
pengetahuan, dari masyarakat dan entitas-entitas
Lebih daripada periode sebelumnya dalam sejarah umat penyusunnya, bisa dilihat (dan digunakan) baik sebagai
manusia, pengetahuan di pelbagai sektor masyarakat VXPEHU GD\D \DQJ DUWLQ\D ³PHPDPSXNDQ´ WDSL ELVD MXJD
modern telah menjadi dasar dan batu pondasi bagi tindakan sebagai sesuatu yang melumpuhkan (paralyzing).
sosial.

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 62


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Pandangan Nico Stehr tentang pengetahuan dan kapasitas performativitas (a principle of performativity). Hal ini
emansipatoris yang dibawanya sudah merupakan cita-cita berarti informasi dikumpulkan, dianalisis dan dihasilkan
peradaban sejak lama, paling tidak sejak fajar Era kembali (direproduksi) hanya jika mereka bisa dinilai
Pencerahan menyingsing. berdasarkan kriteria kegunaannya (utility).

Akan tetapi, dalam perjalanan sejarah, ternyata Kedua, pengetahuan/informasi semakin diperlakukan
pengetahuan bisa juga disalahgunakan untuk menindas dan sebagai komoditas.
memanipulasi objek-objek yang ditelitinya. Hal ini
memunculkan persoalan risiko dalam masyarakat modern. Informasi semakin menjadi suatu fenomena yang bisa
diperdagangkan, menjadi subjek dari mekanisme pasar
Risiko dibedakan dari bahaya. Posisi manusia sebagai yang mempunyai kuasa menentukan performativitas
subjek pelaku tindakan (agent), dengan daya-daya sesuatu.
rasionalnya, memegang peranan penting dalam
mengalkulasi dan mengantisipasi kemungkinan- Konsekuensi dari dua cara di atas adalah tampilnya kondisi
kemungkinan yang terjadi, yang kelak disebut risiko. pascamodern (a postmodern condition) yang berupa:

Namun itu saja belum mencukupi. Bertambahnya (1) Jika prinsip performativitas diterapkan, maka
pengetahuan dan diseminasinya dalam masyarakat bukan informasi/pengetahuan yang tidak bisa dinilai
semata-mata dianalisis sebagai sebuah kemajuan dan dalam terma efisiensi dan efektivitas akan
perkembangan rasionalitas dalam masyarakat (berlawanan dikesampingkan atau bahkan ditinggalkan.
dengan paham modernitas).
Contohnya: pengetahuan estetis dan filosofis tidak
³.HPDMXDQ´ GL ELGDQJ VDLQV GDQ WHNQRORJL PHPXQFXONDQ begitu mudah diterangkan dalam terma
sejumlah persoalan dan paradoksnya sendiri yaitu performance, sementara pengetahuan atau
bertambahnya risiko, dan kembalinya kontingensi dan informasi di bidang keuangan dan manajemen dapat
ketidakpastian dalam diskursus seputar pengetahuan. dengan mudah dinilai berdasarkan kriteria
kegunaan.

Tanggapan dan Kritik atas ide Nico Stehr tentang (2) Perkembangan pengetahuan lantas bergeser dari
Masyarakat Pengetahuan universitas atau perguruan tinggi (di mana tadinya
Setelah merangkumkan analisis Nico Stehr di atas, di dalamnya sejumlah elite akademisi merasa
sekarang penulis akan mengkaji sejumlah kekurangan dari PHQJHPEDQ DPDQDK XQWXN PHQFDUL µNHEHQDUDQ¶
teori yang diajukan Nico Stehr berkaitan dengan menuju lembaga-lembaga pemikir independen
masyarakat pengetahuan. (think tanks).

Kritik Internal, terkait dengan konsepsi pengetahuan itu Seksi riset dan pengembangan dari korporasi privat
sendiri. Meskipun tidak mengklaim dirinya sebagai dan gugus lembaga lainnya yang mengumpulkan,
pemikir pascamodernis, konsepsi pengetahuan yang mengolah dan memanfaatkan informasi/
diajukan Stehr dalam bukunya ini cukup dekat dengan pengetahuan demi alasan efisiensi dan efektivitas.
definisi informasi dan pengetahuan yang digagas oleh
Sebagai konsekuensinya, seluruh konsep
salah seorang pemikir terkemuka soal pascamodern yaitu
pendidikan mesti digagas ulang. Pendidikan harus
Jean-François Lyotard [5] dalam The Postmodern
GLEXDW µOHELK UHOHYDQ¶ XQWXN PHQMDZab tantangan
Condition: A Report on Knowledge (1979).
GDQ NHEXWXKDQ µGXQLD NHUMD \DQJ Q\DWD¶ GHQJDQ FDUD
Menurut Stehr, pengetahuan dimengerti sebagai (1) PHQLQJNDWNDQ µNRPSHWHQVL¶ GDQ µNHFDNDSDQ
kapasitas untuk (melakukan) tindakan, (2) sifatnya yang SUDNWLV¶ VLVZD-siswi hingga mereka kelak dapat
kontekstual (socially and historically situated or menjadi pekerja-pekerja yang lebih efisien dan
embedded), dan (3) membutuhkan subjek aktif (an active efektif.
actor) untuk membuatnya mampu menggerakkan sesuatu.
(3) Sebagai konsekuensi dari redefinisi dari
Sementara itu Lyotard, dalam pandangan sosiolog Inggris peQGLGLNDQ LQL NRQVHS µNHEHQDUDQ¶ \DQJ VXGDK
terkemuka, Frank Webster (kelahiran 1950), berargumen mapan dirongrong, dan proses komodifikasi
bahwa pengetahuan dan informasi secara mendalam menggiring seseorang untuk mendefinisikan
berubah dalam dua macam cara yang saling berkaitan [6]. kebenaran dalam terma kegunaan (praktis).

Pertama, Pengetahuan dan informasi diproduksi hanya jika Kebenaran bukan lagi fakta yang tak terbantahkan
mereka bisa dinilai (dijustifikasi) berdasarkan efisiensi dan dan (buah dari) aspirasi atau penemuan akademisi
efektivitas atau dalam terminologi khas Lyotard, prinsip yang bekerja di universitas. Kebenaran-kebenaran
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 63
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

(truths) didefinisikan oleh permintaan-permintaan masyarakat modern telah bertransformasi menjadi


praktis yang akan dijawab oleh institusi yang masyarakat pengetahuan [1].
bersangkutan.
%DJDLPDQD LD ELVD PHQMXVWLILNDVL µNHEHQDUDQ¶ GDUL
(4) Akhirnya, kriteria performativitas yang klaim pengetahuan itu sendiri? Jika pandangan ini
diterapkan pada informasi/pengetahuan mengubah diiyakan, tidakkah yang tersisa sekarang adalah
ide-ide tentang apa artinya menjadi seseorang yang pengetahuan-pengetahuan, dengan kebenaran-
terdidik. Sudah cukup lama masyarakat menerima kebenarannya sendiri? Tidakkah ini menjadi
anggapan bahwa menjadi orang terdidik berarti semacam relativisme kebenaran yang justru ditolak
memiliki pengetahuan tertentu. oleh pengetahuan?

Dengan diciptakannya komputer, dan era Menurut penulis, ada faktor yang kurang dielaborasi oleh
komputerisasi terus berlangsung sejak itu, yang Stehr dalam analisis sosiologisnya, yaitu soal veritistic
lebih berarti adalah bagaimana seseorang bisa dimension of (social) knowledge. Pengetahuan tidak bisa
mengakses bank data yang cocok daripada memiliki direduksi menjadi gugus potensi saja.
(dalam arti menyimpan) pengetahuan di dalam
kepalanya. Kalaupun kebenaran dari pengetahuan-pengetahuan itu
tergantung dari konteksnya, seseorang masih bisa bertanya
3DGD HUD SDVFDPRGHUQ SHUVRDODQ µEDJDLPDQD OHELK MDXK ³NRQWHNV-konteks semacam apa atau praktik-
PHQJJXQDNDQ NRPSXWHU¶ OHELK SHQWLQJ GDULSDGD praktik dan kebijakan-kebijakan mana yang lebih bisa
pengetahuan yang dimiliki pribadi (personal diandalkan, atau, dengan kata lain, yang kadar trustworthy
knowledge). dan reliability-Q\D OHELK WLQJJL"´

Meskipun keempat kondisi pascamodern seperti Bisa juga dirumuskan VHSHUWL LQL ³GDUL VHNLDQ EDQ\DN
digambarkan Lyotard di atas tidak semuanya identik klaim-klaim pengetahuan dalam masyarakat pengetahuan,
dengan teori dari Stehr tentang masyarakat pengetahuan, bagaimana dapat ditentukan standar epistemis untuk
namun bisa menemukan sejumlah kemiripan, misalnya: menilai kebenaran dari masing-PDVLQJ NODLP"´

(1) kemiripan dalam menentukan kriteria apa yang Apakah model situasi percakapan yang ideal (the ideal
dianggap sebagai pengetahuan dan informasi yaitu speech situation) dari Jürgen Habermas dapat dipakai
apa yang berguna secara praktis µSULQVLS sebagai kriteria kebenaran yang transendental?
SHUIRUPDWLYLWDV¶ dalam terminologi Lyotard;
µNDSDVLWDV XQWXN EHUWLQGDN¶ GDODP WHUPLQRORJL Alvin I. Goldman dalam Knowledge in a Social World xiii
Stehr); menangkis enam argumen yang biasa dilancarkan untuk
merelatifkan dimensi kebenaran dari pengetahuan. Salah
(2) pergeseran sentral-sentral pengetahuan dari satu argumen WHUVHEXW EHUEXQ\L ³7LGDN DGD \DQJ QDPDQ\D
universitas (Lyotard) dan lembaga-lembaga besar kebenaran transenden. Yang masyarakat VHEXW µNHEHQDUDQ¶
seperti sains yang tadinya dianggap otoritatif dalam sederhananya adalah yang masyarakat sepakati.
pengetahuan (Stehr) menjadi kelompok-kelompok
independen (think tanks, pressure groups, lembaga- Kebenaran-kebenaran atau fakta hanyalah sekumpulan
lembaga riset dan pengembangan, Lembaga gugus kepercayaan yang sudah dinegosiasikan, produk dari
Swadaya Masyarakat, dan sejenisnya) yang konstruksi dan fabrikasi sosial, bukan ciri-FLUL µREMHNWLI¶
menantang otoritas tradisional di bidang DWDXSXQ µHNVWHUQDO¶ GDUL NHQ\DWDDQ´ [7].
pengetahuan;
Pokok argumen dari Goldman untuk menanggapi
(3) Semakin dihargai dan bernilainya profesi yang µVHUDQJDQ WHUKDGDS NHEHQDUDQ¶ DGDODK EDKZD EDLN GDODP
berdasarkan pengolahan data, informasi dan kehidupan sehari-hari maupun di arena-arena khusus
pengetahuan. Dalam hal ini Lyotard menunjukkan seperti sains, hukum, dan pendidikan, nilai lebih diletakkan
bahwa mereka yang cakap menggunakan komputer pada memiliki kepercayaan-kepercayaan yang benar
dan mempunyai akses ke jaringan komputer akan (having true beliefs) alih-alih kepercayaan yang keliru atau
lebih memenuhi permintaan pasar dan kriteria ketidakpastian (uncertainty).
performativitas.
Tipe nilai ini disebut "veritistic value". Pendekatan
Sementara Stehr menunjukkan bahwa dalam veritistic dalam epistemologi sosial bermaksud lebih
masyarakat pengetahuan pekerjaan-pekerjaan yang daripada sekadar deskriptif atau eksplanatoris. Ia bertujuan
berdasarkan pengetahuan (knowledge-based mengevaluasi atau menentukan standar normatif.
occupations) seperti experts, counselors dan
advisers menjadi indikator penting bahwa
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 64
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Pendekatan ini mencari cara untuk mengevaluasi praktik- Kritik eksternal, yang menyangkut pandangan tentang
praktik entah yang sudah terjadi (aktual) maupun yang pengetahuan sebagai kultur (knowledge as culture).
masih bersifat kemungkinan (prospektif) dan dampak- Artinya pengetahuan yang digagas dalam gugus
dampak dari praktik-praktik tersebut atas kepercayaan pembingkaian nilai, makna dan kepercayaan. Hal ini
yang benar maupun salah. tampaknya kurang dielaborasi oleh Stehr dalam bukunya
[1].
Meskipun kebenaran tidak banyak memainkan peranan
sebagai penjelas (eksplanatoris) dalam kajian sosial atas Penulis ambil saja contoh pengetahuan di era globalisasi.
pengetahuan, ia dapat memainkan peranan regulatif. Di Pertanyaan pokoknya bisa dirumuskan sebagai berikut:
sinilah pentingnya pendekatan veritistic dalam mengatur Fenomena globalisasi---dengan ciri khasnya yaitu
(me-regulasi) klaim-klaim pengetahuan dalam masyarakat kemajuan dan perkembangan di bidang teknologi
pengetahuan. informasi---apakah mendukung atau menghambat
produksi, reproduksi, distribusi dan diseminasi
Namun, tetap bisa dipertanyakan, bagaimanakah persisnya pengetahuan?
kebenaran dapat memainkan peranan regulatifnya kecuali
kalau seseorang sudah mempunyai cara-cara untuk Misalnya: media massa yang tayangannya tidak lagi terikat
menentukan yang mana yang benar atau apa itu oleh dimensi ruang dan waktu. Informasi yang dibawa dan
kebenaran? disiarkan televisi atau internet, misalnya, hampir tidak
mengenal restriksi ruang atau waktu.
Bagaimana caranya seorang epistemolog sosial dapat
menegaskan kadar kebenaran dari sebuah praktik kecuali Dalam hitungan detik, peristiwa aksi teror berupa
kalau ia mempunyai metode untuk menentukan apakah peledakan bom bunuh diri di kawasan Thamrin Jakarta
kepercayaan-kepercayaan yang disebabkan oleh praktik- pada Kamis, 14 Januari 2016 yang lalu bisa dengan cepat
praktik tersebut adalah benar atau salah? dan mendetil masyarakat ketahui, berkat kemajuan
teknologi informasi.
Kalaupun ia sudah mempunyai metode penentuan tersebut,
untuk apa ada epistemologi sosial? Namun, demikian tilikan kritisnya, apakah kecepatan atau
percepatan arus informasi ini juga menambah sesuatu pada
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tidaklah pengetahuan?
sia-sia menggunakan cara perhitungan matematis bahwa
praktik tertentu mempunyai kandungan kebenaran tertentu. Ataukah, analoginya, masyarakat seolah-olah terengah-
engah berlari di pacuan informasi tanpa tahu untuk apa
Misalnya, Goldman menunjukkan bahwa praktik inferensi masyarakat berlari? Di sini dimunculkan soal makna atau
Bayesian punya kecenderungan umum, atau rata-rata meaning.
PDPSX PHQLQJNDWNDQ µNDQGXQJDQ NHEHQDUDQ¶ veritistic
properties) dari kepercayaan seseorang [7]. Pertumbuhan dan pertambahan volume informasi tidak
serta merta menghasilkan kedalaman makna atau
Hal serupa juga bisa ditunjukkan secara matematis mengubah kualitas hidup manusia yang mengasupnya.
misalnya dengan cara menggabungkan (amalgamating) Bisa saja orang memiliki banyak informasi di kepalanya.
pendapat-pendapat dari para pakar dalam sebuah kelompok
sehingga dapat menghasilkan keakuratan kelompok yang Namun apa artinya itu? Gugus pemaknaan hidup tidak bisa
lebih tinggi daripada bentuk-bentuk penggabungan lainnya digantungkan melulu pada besarnya atau banyaknya
[7]. Dikarenakan keterbatasan ruang pengungkapan, informasi yang seseorang asup, namun pada bagaimana
penulis mencukupkan diri untuk tidak masuk ke dalam seseorang mampu menciptakan filter yang mampu
detil penjelasan dari kedua cara di atas. menyaring banjir informasi tersebut sehingga tersisalah
informasi-informasi yang seseorang butuhkan untuk
Akhirnya, suatu aksi praktik terkadang bisa dinilai tidak menambah pengetahuan.
memuaskan secara veritistis bila evidensi yang muncul
kemudian bisa menunjukkan bahwa prinsip pedoman yang Sudah barang tentu pola semacam ini juga memiliki
dijadikan acuan sebelumnya itu salah. kelemahannya sendiri yaitu bahwa pola makna ini
mengandaikan adanya suatu piramid hirarki: data,
Contohnya, praktik µSHQFDULDQ NHEHQDUDQ¶ SDGD $EDG informasi, pengetahuan dan kebijaksanaan. xv Semakin ke
Pertengahan yaitu praktik pengadilan dengan cara atas semakin tinggi kadar maknanya.
penyiksaan (Medieval trial by ordeal)xiv sudah banyak
ditinggalkan sebab proses penyiksaan itu sendiri lebih Soal makna dari tindakan sosial ini tentu tidak bisa
banyak menghasilkan penilaian bersalah atau tidak akurat. dilepaskan dari bingkai pemaknaan kultural yang
melingkupi subjek penafsir makna tersebut.

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 65


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Di sinilah sosialitas dari makna mendapatkan tempatnya. adalah bagian vital dari strategi yang kompleks untuk
Bukan bahwa makna yang dipercaya atau dijunjung tinggi mengatur, me-manage GDQ PHQJHOROD KLGXS SHUHPSXDQ¶
oleh individu itu terpisah dari lingkungan sosialnya, namun [8].
bahwa makna itu diperkuat atau diperlemah bila
ditempatkan dalam bingkai pemaknaan sosial yang lebih Benang merah yang bisa ditarik dari gugus kritik feminis
luas. ini adalah bahwa pengetahuan (ilmiah) itu merupakan
konstruksi sosial dan dalam kenyataan sejarah terbukti
Untuk memperkuat argumentasi ini, penulis akan mengutip digunakan untuk melestarikan paradigma atau budaya
sejumlah gagasan dari tulisan McCarthy, Knowledge as patriarkal, androsentris dan maskulin (putih, borjuis).
Culture: The New Sociology of Knowledge.xvi Pengetahuan yang seperti itu pada gilirannya bukanlah
pengetahuan yang membebaskan (seluruh) umat manusia,
Dalam bukunya tersebut, McCarthy berargumen bahwa melainkan pengetahuan yang diskriminatif.
³'HZDVD LQL SHQJHWDKXDQ SDOLQJ EDLN GLJDJDV GDQ
dipelajari sebagai budaya, dan beraneka ragam ³Nasib´ Agen Pengetahuan dalam Tatanan
pengetahuan sosial mengomunikasikan dan menandai Masyarakat Pengetahuan: Kontekstualisasi Gagasan
makna-makna sosial, seperti makna tentang kekuasaan dan Di manakah kontribusi guru dan dosen sebagai agen
kenikmatan, keindahan dan kematian, kebaikan dan pengetahuan dalam konstelasi masyarakat pengetahuan
bahaya. sebagaimana digagas Nico Stehr?

Sebagai corak budaya yang kuat, pengetahuan juga Apakah secara umum pasca rezim otoriter Orde Baru
menyusun makna dan menciptakan objek-objek serta 1998, terjadi penguatan dan perluasan kapasitas serta
praktik-praktik VRVLDO \DQJ VHOXUXKQ\D EDUX ´ kapabilitas mereka atau justru para guru dan dosen malah
terhisap dalam hegemoni kekuasaan (baru) dan
Budaya (culture) di sini oleh McCarthy dipahami sebagai domestifikasi kekuatan?
³the changing, tenuous, and thoroughly human and
contingent ground of experience and knowledge´ [8]. Jika diletakkan dalam konteks sosial politik ke-Indonesia-
an pasca Gerakan Reformasi, maka apakah dosen-dosen di
Konsep budaya seperti diajukan McCarthy di atas lebih Indonesia sudah menubuhkan prinsip-prinsip masyarakat
memberi perhatian pada dimensi plural, kontingen, dan pengetahuan seperti diuraikan oleh Stehr di atas? Atau
lokal dari eksistensi masyarakat, lebih terbuka terhadap justru sebaliknya, semakin tergilas dan terlibas oleh
perbedaan daripada kesatuan, dan bahkan membuka pintu kapitalisasi dan privatisasi pengetahuan?
lebar-lebar untuk ide konstruksi daripada esensi [8].
Pertama-tama perlu dipahami bahwa pembentukan Serikat
Salah satu contoh dari konsep pengetahuan yang digagas Dosen Indonesia (SDI) merupakan bagian dari Gerakan
sebagai budaya adalah pengetahuan yang bergender Sosial Baru (GSB) yang tidak ketat terafiliasi pada entitas
(engendered knowledge) yang diusulkan oleh sejumlah kolektif Marxis seperti kelas, ataupun nasionalisme.
tokoh feminis untuk mengkritik pengetahuan ilmiah
(sains). Meskipun secara objektif profesi guru dan dosen sudah
VHODOX PHOHWDN GDODP µSRVLVL NeODV¶ class position)
Di antaranya terbilang nama-nama intelektual seperti tertentu, tegasnya, kelas menengah ke bawah, akan tetapi
'RQQD +DUDZD\ ³SHQJHWDKXDQ LOPLDK DGDODK SHQJHWDKXDQ tidak serta merta kehadiran dalam posisi kelas itu
yang berangkat dari dan kembali untuk menjawab situasi EHUHVNDODVL PHQMDGL ³NHVDGDUDQ NeODV´ \DQJ PHUXSDNDQ
khas tertentu: a VLWXDWHG NQRZOHGJH´), Helen E. Longino jalan penting bagi terwujudnya solidaritas kelas.
µVDLQV DGDODK SHQJHWDKXDQ VRVLDO GL PDQD QLODL-nilai sosial
memainkan peran aktif dan niscaya dalam perkembangan Kesadaran palsu (false consciousness) tentang guru dan
SHQJHWDKXDQ LWX¶ dosen yang diproduksi, direproduksi, dan dilembagakan
oleh the ruling class yaitu negara dengan aparatnya selama
6DQGUD +DUGLQJ µLOPX SHQJHWDKXDQ VRVLDO \DQJ berciri era Orde Baru.
kritis dan self-reflective seharusnya menjadi model bagi
semua jenis sains lainnya dan bahwa ilmu pengetahuan Adagium ³JXUX DGDODK SDKODZDQ WDQSD WDQGD MDVD´ VXGDK
alam paling tepat dianalisa sebagai bagian dari ilmu sedemikian mengakar dalam lubuk kesadaran para guru
pengHWDKXDQ VRVLDO¶ dan (calon) guru di seluruh negeri, sehingga penguasaan
pengetahuan yang dianggap dimiliki oleh para guru dan
5XWK %OHLHU µVDLQV DGDODK SHQJHWDKXDQ \DQJ GLSURGXNVL dosen tidak serta merta selaras dengan terpenuhinya
secara VRVLDO VHNDOLJXV LQVWLWXVL EXGD\D¶ +LODU\ 5RVH kebutuhan hidup sehari-hari, peningkatan kesejahteraan
µHWRV LOPLDK DGDODK FRQWRK SHQWLQJ GDUL SHPEDJLDQ NHUMD secara bertahap, apalagi kemakmuran material.
EHUGDVDUNDQ MHQLV NHODPLQ GDODP PDV\DUDNDW¶ GDQ
'RURWK\ 6PLWK µVDLQV VRVLDO GDQ SHQJHWDKXDQ SVLNLDWULV
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 66
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

Jika bukan guru dan dosen itu sendiri yang berjuang untuk untuk berkomunikasi, berperan serta, juga menggalang
mengafirmasi relasi pengetahuan dan kekuasaan, untuk solidaritas agar mampu melindungi, mendidik dan
mengemansipasi diri dari situasi ketertindasan yang meningkatkan harkat dan penghidupan yang layak dari
sistematis, dari bentuk-bentuk ketidaksetaraan sosial yang dosen.
berlindung di balik alasan saleh nan manipulatif.
Keberadaan wadah tersebut ikut mendorong terciptanya
³Guru (dosen) adalah pengabdi masyarakat tanpa tanda kondisi dan situasi bekerja yang harmonis dan seimbang
MDVD´ PDND WLGDN SHUOX EHUKDUDS WHUODOX EDQ\DN EDKZD DGD antara manajemen (direksi) perguruan tinggi dan himpunan
pihak lain yang akan memerhatikan, apalagi dosen. Wadah yang dibentuk para dosen ini bercirikan
memperjuangkannya secara konkret, dalam bentuk mandiri, kuat, berwibawa, dibangun dan didirikan oleh,
pelbagai kebijakan (politis, ekonomis) yang tujuannya dari, dan untuk dosen secara kolektif, bebas dan
untuk mengangkat harkat, martabat dan kesejahteraan para demokratis.
guru dan dosen.
Selain itu, keberadaan SDI diharapkan mampu berperan
Oleh karena itu, dalam Pembukaan Anggaran Dasar aktif mengelola aspirasi dan keluhan yang berangkat dari
Serikat Dosen Indonesia [9] yang sudah disahkan oleh persoalan nyata yang dihadapi para dosen, yang timbul
notaris pada 28 Oktober 2014 yang lalu, kristalisasi dari dalam situasi dan kondisi saat ini dan masa depan, dengan
kesadaran kelas dan solidaritas kelas para dosen yang berpegang pada ketentuan Undang-undang Serikat
VXGDK µWHUFHUDKNDQ¶ LQL GLQ\DWDNDQ VHEDJDL EHULNXW Pekerja/Serikat Buruh No. 21/2000, Undang-undang
Ketenagakerjaan No. 13/2003, Undang-undang Sistem
³%DKZD VHVXQJJXKQ\D GRVHQ PHUXSDNDQ VDODK VDWX SLODU Pendidikan Nasional No. 20/2003, Undang-undang Guru
utama eksistensi lembaga pendidikan tinggi dalam dan Dosen No. 14/2005, Undang-undang Pendidikan
menjalankan proses penciptaan, penyebaran, dan Tinggi No. 12/2012, dan undang-undang lainnya yang
pembaruan pengetahuan yang pada akhirnya akan relevan serta prinsip keadilan sosial dan kepentingan
memberikan kontribusi terkait dengan amanah UUD 1945 nasional.
\DLWX µSHQFHUGDVDQ NHKLGXSDQ EDQJVD ¶
Maka dengan rahmat Yang Mahakuasa, kami para dosen
Serikat Dosen Indonesia, disingkat SDI, merupakan bagian yang mengabdikan diri sesuai keilmuan kami dalam batas
integral dari civitas academica nasional yang mendukung wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
terlaksananya pembangunan nasional serta tercapainya menyatakan diri untuk bersatu dalam SDI dengan
kesejahteraan sosial yang adil dan makmur berdasarkan AnJJDUDQ 'DVDU VHEDJDL EHULNXW«´
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai bagian
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nasib para agen pengetahuan (di antaranya adalah para
guru dan dosen) dalam masyarakat pengetahuan tidak
Selain itu, sebenarnyalah dosen merupakan sumber daya EROHK EHUKHQWL SDGD SHSDWDK µEDN WLNXV PDWL GL OXPEXQJ
manusia yang diadakan untuk menjalankan sistem kerja SDGL¶
lembaga pendidikan tinggi, yang meliputi universitas,
institut, akademi dan sekolah tinggi. Karakter emansipatoris pengetahuan yang dianggap
dimiliki secara cukup oleh para guru dan dosen, sesuai
Dosen merupakan pelaksana kerja yang harus ditingkatkan dengan bidang keilmuan masing-masing dan jenjang
baik kualitas maupun kuantitas kerjanya, moralitas, pengajaran spesifik yang diampunya, perlu
kedisiplinan serta tingkat kesejahteraannya, yang kelak memberdayakan bukan hanya para peserta didik yang
menciptakan kondisi dan situasi yang nyaman dalam dipercayakan kepadanya, melainkan juga untuk
bekerja, sehingga pada gilirannya setiap dosen mempunyai menguasakan dirinya (guru dan dosen) dalam pemenuhan
rasa memiliki, menyayangi dan persaudaraan antar sesama kebutuhan hidup sehari-hari tanpa harus mengemis dan
dosen, dengan menyadari betapa pentingnya proses hutang sana-sini.
produksi pengetahuan yang diharapkan mampu
mewujudkan lembaga pendidikan tinggi tingkat dunia Dalam arti inilah karakter sosiologis pengetahuan yang
(world-class university) berdasarkan kebijakan kualitas emansipatoris bertemu dengan nilai etis self-respect
(quality policy) sebagai salah satu pendukung pencerdasan (kemanusiaan dalam arti yang konkret) dan self-
kehidupan bangsa. empowerment.

Bahwa untuk menerapkan kebijakan kualitas dan Referensi


meningkatkan produktivitas pengetahuan yang dihasilkan [1] Nico Stehr.2001. The Fragility of Modern Societies:
lembaga pendidikan tinggi secara optimal, para dosen Knowledge and Risk in the Information Age.
memerlukan wadah perkumpulan berupa serikat pekerja, [2] Foucault, M. 1977. Discipline and Punish: The Birth of the
beserta sarana dan prasarana yang memadai sebagai media Prison. New York: Random House.

Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 67


Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

[3] Beck, U. 1992. Risk Society: Towards a New Modernity. iv3DGD EDJLDQ DZDO GDUL EDE EXNXQ\D ³6FLHQFH %H\RQG 7UXWK
London: SAGE Publishing. ISBN 9-7808-0398-3465 DQG (QOLJKWHQPHQW´ KOP GVW %HFN PHQJDWDNDQ EDKZD
³VDLQV DGDODK VDODK VDWX SHQ\HEDE PHGLXP GHILQLVL GDQ VXPEHU
[4] Popper, K. R. [1961] 1992. In Search of a Better World: dari solusi atas (persoalan) risiko, dan karena fakta tersebutlah
Lectures and Essays from Thirty Years. London: Routledge. sains membuka pasar baru scientization XQWXN GLULQ\D VHQGLUL ´
ISBN 978-0-4151-3548-1
Pada bagian berikutnya (hlm. 163), ia menyimpulkan sebagai
[5] Lyotard, Jean-François. 1979. The Postmodern Condition: EHULNXW ³One can therefore state that science is involved in the
A Report on Knowledge (1979). origin and deepening of risks situations in civilization and a
corresponding threefold crisis consciousness. Not only does the
[6] Webster, F. 1995. Theories of the Information Society. industrial utilization of scientific results create problems; science
London: Routledge. ISBN 0-4151-0574-9 also provides the means ± the categories and the cognitive
equipment ± to recognize and present the problems as problems
[7] Goldman, A. I. 1999. Knowledge in A Social World. at all, or just not to do so. Finally, science also provides the
Oxford: Clarendon Press. ISBN 9-7801-9823-8201 SUHUHTXLVLWHV IRU µRYHUFRPLQJ¶ WKH WKUHDWV IRU ZKLFK LW LV
responsible itself.´
[8] McCarthy, E. D. 1996. Knowledge as Culture: The New
v
Sociology of Knowledge. London: Routledge. ISBN 978-0- %GN +DUU\ 5HGQHU ³3URJUHVV DV 5DWLRQDOLW\´ GDODP
4150-6497-2 The Ends of Science: An Essay in Scientific Authority, hlm. 51-
59. Pertama-tama Redner mendistingsikan pertumbuhan
[9] Serikat Dosen Indonesia. 2014. Anggaran Dasar Serikat rasionalitas sepanjang sejarah ilmu pengetahuan di Barat menjadi
Dosen Indonesia. tiga tahapan (tiga epos) di mana masing-masing tahapan
digerakkan oleh tiga bentuk dasar dari rasionalitas yang dominan.
Catatan Akhir
Pertama, Nalar (Reason) dominan antara periode klasik
Aristoteles hingga Abad Pertengahan.
i
Nico Stehr (kelahiran 19 Maret 1942) adalah seorang sosiolog
Jerman kontemporer kenamaan. Kedua, Rasionalisme dominan dalam sains Newton yaitu sains
klasik.
Beliau menjabat sebagai Karl Mannheim Professor untuk Ilmu
Kajian Budaya di Zeppelin University, Friedrichshafen (Jerman) Ketiga, Rasionalisasi dominan dalam sains Dunia (World
sekaligus Pendiri dan Direktur dari European Center for science /HELK MDXK ODJL PHQXUXWQ\D NRQVHS ³NHPDMXDQ´ \DQJ
Sustainability Research. Beliau juga pernah menjabat sebagai berasal-muasal dari tahapan Rasionalisme dan diterapkan pada
Profesor Sosiologi di Universitas Alberta (Kanada) serta menjadi perkembangan Sains klasik, tidak bisa diterapkan (atau dijadikan
anggota kehormatan dari the Center for Advanced Cultural standar pengukuran) begitu saja, in the same way or in the same
Studies di Essen, Jerman. sense, baik dalam tahapan Nalar (Reason) maupun tahapan
Rasionalisasi.
Minat dan kompetensi akademis Stehr lebih terfokus pada bidang
vi
Sosiologi Pengetahuan dan ekonomi yang berbasiskan pada /HQJNDSQ\D EHUEXQ\L VHEDJDL EHULNXW ³The need continually to
analisis pengetahuan (Knowledge-based Economy). reappropriate knowledge leaves its mark on knowledge, too, and
it impacts on the agents engaged in reappropriation. As actors
Karya-karyanya terbentang sejak tahun 1984 lewat buku yang acquire ever greater skills in reappropriating knowledge, they
disusunnya bersama Volker Meja yaitu Society and Knowledge: also acquire a greater capacity to act ´
Contemporary Perspectives on the Sociology of Knowledge,
vii
dilanjutkan dengan periode produktifnya pada tahun 1990-an /HQJNDSQ\D EHUEXQ\L VHEDJDL EHULNXW ³Perhaps social
yang menghasilkan sejumlah buku yang akan mendasari movements are best described as organized activities that rely for
perkembangan intelektualitasnya yaitu Practical Knowledge: their formation on accelerated social change, a transitory
Applying the Social Sciences (1992), dan Knowledge Societies membership that is as loosely constituted as are social classes or
(1994). generations, and that pursues more or less clearly identifiable
contentious objectives that transcend the status quo ´
Beliau juga rajin memublikasikan sejumlah esei ilmiah yang
viii Lengkapnya berbunyi sebagai berikut, ³Risks are situations
dimuat di sejumlah jurnal sosiologi dan ekonomi berskala
internasional, seperti Canadian Review of Sociology and ZKHUH SRVVLEOH IXWXUH GDPDJH FDQ EH DWWULEXWHG WR DQ LQGLYLGXDO¶V
Anthropology, Society, Sociétés, Vorgänge, European Journal of own decision, while dangers relate to damage and hazards from
Social Theory, sehingga pada awal abad ke-21. external sources over which the affected individual has no
FRQWURO ZKDWVRHYHU ´
Namanya semakin mencuat sebagai seorang pakar sosiologi di
ix
bidang pengetahuan dan ekonomi. Salah satu buku yang Formula ini dipinjam dari istilah asuransi, di mana Risiko [R]
ditulisnya, The Fragility of Modern Societies: Knowledge and didefinisikan sebagai produk probabilitas [P] dikali dengan skala
Risk in the Information Age (2001) merupakan acuan pokok kehancuran [D].
penulis dalam menyusun artikel ini.
Formula ini hanya bisa diterapkan jika kemungkinan bencana
iiLih. https://www.britannica.com/technology/Y2K-bug. Bdk. bisa dinyatakan secara jelas dan (skala) kehancuran bisa
Hyatt, M. S. 1998. The Millennium Bug: How to Survive the ditentukan dalam terma-terma kuantitatif. Formula R = P x D
Coming Chaos. Regnery Publishing dipandang sebagai model pengambilan keputusan secara rasional
sebab formula ini mampu melihat hubungan antara sejumlah
iii
Stehr mengutip bagian ini dari karya Crozier, M. ([1979] 1982), aktivitas yang berbeda-beda dan potensial kehancuran.
Strategies for Change: The Future of French Society, Cambridge,
x
Massachusetts: MIT Press, hlm. 126. Dalam pengamatan Rifkin (2000), salah satu risiko dari Dunia
Pengetahuan yang semakin berkembang dalam bentuknya
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 68
Hendar Putranto Menyoal Risiko dan Kontingensi Pengetahuan dalam Masyarakat Pengetahuan Kontemporer

reproduksi dan distribusi pengetahuan, sebagaimana juga yang mereka hirup sebab itu mengakibatkan anak-anak mereka
komodifikasi kultur ke dalam dunia komersial adalah hilangnya batuk-batuk berkepanjangan terutama di malam hari (König, Der
nilai dan makna yang tadinya terkait amat erat dengan konteks Stern, April 1985).
dan proses muncul, tumbuh dan berkembangnya kultur itu
sendiri. Hal semacam ini, yang oleh kaum ilmuwan hanya disebut sebagai
HIHN VDPSLQJ \DQJ VXGDK ODWHQ µODWHQ VLGH HIIHFWV¶), tidak bisa
Ekspresi lahiriah dari kultur---\DQJ GL VLQL EHUDUWL ³HNVSUHVL dipandang sebelah mata oleh para orangtua, sebab bagi mereka,
manusiawi komunitas tertentu atas nilai-nilai atau makna-makna µHIHN VDPSLQJ¶ LQL PHnampakkan suara, wajah, mata, dan tangis
GDUL NHKLGXSDQ \DQJ PHUHND MDODQL VHFDUD NROHNWLI´---seperti (yang hadir dalam diri anak-anak mereka yang menderita).
musik, tari, makanan, kerajinan tangan, dan sejenisnya.
xi Bdk. Andrew Calcutt (1999), White Noise: An A-Z of the

Gamelan dari Jawa dan Bali, musik raï dari Aljazair, salsa dari Contradictions in Cyberculture, London: MacMillan Press Ltd.
Brazil, dan sejumlah ekspresi musikal lokal-kultural lainnya Calcutt mencoba memetakan paradoks atau kontradiksi-
masyarakat saksikan sendiri semakin diambil alih (diadopsi) kontradiksi yang terkandung dalam Budaya Cyber. Misalnya,
bentuknya dan lalu direproduksi, disebarkan secara global. PHQ\DQJNXW .HVHWDUDDQ! (OLWLVPH LD PHQJDWDNDQ EDKZD ³In
some quarters the information superhighway is billed as the
Namun sayangnya ekspresi kultural-lokal di atas ini tidak direct route to equality. But others regard it as a terrain upon
diindahkan maknanya atau nilai spiritual-religius yang melekat which a new elitism is already emerging ´
padanya. Contoh lainnya, dalam Laporan Kultur Dunia tahun
1998 yang disampaikan UNESCO. xii
Bdk. Jim Walch (1999), In The Net, London & New York: Zed
Books, yang berbicara tentang strategi penggunaan kemajuan
Ditengarai ada ketegangan yang semakin meningkat antara teknologi informasi (dalam hal ini Internet) untuk
kebudayaan (culture) dan komersial (commerce) sebagai berikut: mengkampanyekan secara global isu-isu ketidakadilan sosial
³The cultural values which identify and link local, regional or (seperti di Bosnia, Timor-Timur, Papua Barat, Belgrade-
national communities seem in danger of being overwhelmed by Yugoslavia, Vellakulam di India Selatan, dan sejenisnya.)
the relentless forces of the global marketplace. In these
circumstances, questions are raised as to how societies can xiiiBagian ini merupakan pembacaan dan pemahaman penulis
manage the impacts of globalization such that local or national tentang soal Epistemologi Sosial yang rujukan primernya
cultures, and the creativity that sustains them, are not damaged mengacu pada Stanford Encyclopedia of Philosophy
but rather are preserved or enhanced.´ (http://plato.stanford.edu/cgi-
bin/encyclopedia/archinfo.cgi?entry=epistemology-social), ©
Akan tetapi, menurut hemat penulis, tegangan semacam ini juga Alvin Goldman, 2001, dilengkapi dengan pembacaan penulis
sekaligus menjadi peluang bagi pelaku tindakan sosial untuk terhadap buku Alvin I. Goldman (1999), Knowledge in A Social
menyampaikan aspirasinya dan terlibat dalam kontestasi World, Oxford: Clarendon Press, hlm. 1-100.
pengetahuan.
xiv
Lih. https://web.cn.edu/kwheeler/trial_ordeal.html
Sebagai pembanding lainnya, bisa mengambil deskripsi contoh
dari Ulrich Beck (1992) menyangkut kegagalan rasionalitas xv %GN 'DULXV 0DKGMRXEL ³$5&+,7(&785( 2)
ilmiah-teknis untuk menjelaskan (apalagi menyelesaikan) .12:/('*(´ \DQJ ELVD GLDNVHV GL
bertambahnya risiko dan ancaman dari peradaban yang http://www.gslis.utexas.edu/~darius/arc_know/arc_know.html.
GLEDQJXQQ\D ³My thesis is that the origin of the critique of
science and tHFKQRORJ\ OLHV QRW LQ WKH µLUUDWLRQDOLW\¶ RI WKH FULWLFV Mengutip pandangan Russell Ackoof tenWDQJ SHQJHWDKXDQ ³A
but in the failure of techno-scientific rationality in the face of SRXQG RI µGDWD¶ LV ZRUWK DQ RQFH RI µLQIRUPDWLRQ¶ $ SRXQG RI
growing risks and threats from civilization. This failure is not µLQIRUPDWLRQ¶ LV ZRUWK DQ RQFH RI µNQRZOHGJH¶ $ SRXQG RI
merely past, but acute present and threatening future ´ µNQRZOHGJH¶ LV ZRUWK DQ RQFH RI µXQGHUVWDQGLQJ¶ $ SRXQG RI
µXQGHUVWDQGLQJ¶ LV ZRUWK DQ RQFH RI µZLVGRP¶´
Contohnya risiko keberadaan dan operasi pembangkit nuklir bagi
penduduk sekitarnya (contoh ekstrem dari kasus ini adalah Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa konfigurasi lain yang
ledakan Pembangkit Nuklir Chernobyl di Uni Soviet tahun 1984 mungkin dapat digunakan untuk menggambarkan relasi antara
yang menimbulkan aneka macam penyakit yang kompleks pada ³GDWD´ ³LQIRUPDVL´ ³SHQJHWDKXDQ´ GDQ ³NHELMDNVDQDDQ´ DGDODK
warga yang tinggal dalam radius tertentu dari pembangkit nuklir suatu model yang diorganisasi seturut kedalaman makna.
tersebut akibat menghirup debu radioaktif.
Di mana data dipandang sebagai elemen-elemen yang tersebar,
Korban tidak hanya terbatas pada satu generasi, namun bahkan informasi sebagai data yang berpola, pengetahuan sebagai
bergenerasi-generasi.) Kemungkinan bencana diperhalus dengan tuntunan sah untuk bertindak (a validated platform for action)
penggunaan warning yang disisipi humor. Keradikalan hasil dan kebijaksanaan sebagai mengetahui secara implisit bagaimana
penemuan atau pencapaian teknologi tinggi ini membuat tersadar untuk melahirkan, mengakses dan mengintegrasikan gugus
atas betapa lemah posisi seseorang di hadapan lembaga-lembaga pengetahuan.
sains dan kecanggihan riset mereka.
xviMcCarthy, E. D. 1996. Knowledge as Culture: The New
Sementara itu kerap kali risiko dari hasil penelitian Sociology of Knowledge. London and New York: Routledge. E.
µGLVHPEXQ\LNDQ¶ GDUL PDWD masyarakat sebab yang menjadi Doyle McCarthy adalah seorang profesor sosiologi dari Fordham
prioritas dari industri yang didukung oleh temuan-temuan sains University (USA). Kajian penelitian dan minatnya meliputi
dan teknologi adalah meningkatkan produktivitas, dan bukan sosiologi pengetahuan dan kebudayaan, teori sosial dan emotion
menanggulangi atau mengantisipasi risiko-risiko yang mungkin studies.
lahir daripadanya.

Yang lebih mengenaskan lagi dialami oleh sejumlah orang tua di


Jerman. Mereka bergabung dan lalu menuntut pada pemerintah
dan industri untuk mengurangi kadar sulfur dioksida dalam udara
Jurnal Studi Kultural Volume II No. 1 Januari 2017 www.an1mage.org 69

Anda mungkin juga menyukai