Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI KEADILAN SOSIAL DALAM BINGKAI

TOLERANSI UMMAT BERAGAMA


KODE JURNAL : J
Kemanusiaan Dan Ilmu Pengetahuan Dalam Perubahan Sosial

Diajukan sebagai syarat mengikuti Latihan Kader II


HMI Cabang Makassar Tahun 2023

Disusun Oleh:
Supriadi

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


CABANG MAKASSAR
TAHUN 1444 H/2023 M
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN


DALAM PERUBAHAN SOSIAL

Supriadi
Cabang Makassar
Adhibanrel@gmail.com

Abstract : This research entitled Humanity and Science in social change contains a study of
aspects of humanity and science because humanity and science are often synonymous as a
medium of civilization in social change. The method used in this research is qualitative. The
data obtained comes from a literature study study which is analyzed in a philosophical
hemeneutic manner. The results achieved in this research are that social change is something
that we cannot avoid. Modernization is a must. because science will continue to develop, in
addition to the times experiencing changes and challenges at every time and place. If humans
do not involve themselves in science, then what happens is only a setback for humanity, or more
specifically for Muslims. This is because, in Cak Nur's view, science is the implementation of
the teachings of God Almighty. Therefore, science is an encouragement of human nature which
is also the command of al-Haq. Which means, science in its development is an emanation of
faith.
Keywords : Humanity, Modernization, Science, Social change
Abstrak : Penelitian ini berjudul Kemanusiaan dan Ilmu pengetahuaan dalam
perubahan sosial berisi kajian aspek kemanusiaan dan ilmu pengetahuan karena
kemanusiaan dan ilmu pengetahuan kerap identik sebagai media peradaban dalam
perubahan sosial. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data
yang diperoleh berasal dari kajian studi pustaka yng dianalisis secara hemeneutik
filosofis. Hasil yang dicapai dalam penilitian ini adalah bahwa perubahan sosial
merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Modernisasi merupakan suatu
keharusan. sebab ilmu pengetahuan akan terus perkembang, disamping zaman
mengalami perubahan dan tantangan di setiap waktu dan tempat. Jika manusia
tidak melibatkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, maka yang terjadi hanya lah
kemunduran bagi umat manusia, atau lebih khususnya umat muslim. Sebab, dalam
pandangan Cak Nur, ilmu pengetahuan merupakan pelaksanaan perintah ajaran
Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan dorongan
fitrah manusia yang sekaligus amar dari al-Haq. Yang berarti, ilmu pengetahuan
secara perkembangannya merupakan pancaran dari keimanan.

Kata kunci : Ilmu pengetahuan, Kemanusiaan, Moderenisasi, Perubahan sosial


I. PENDAHULUAN
Dinamika peradaban manusia sepanjang sejarahnya selalu tumbuh
dan berkembang secara dinamis sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam
setiap sejarah kehidupan manusia. Sebagai makhluk yang terus mencari dan
menyempurnakan dirinya, manusia senantiasa berusaha dan berjuang
memenuhi kebutuhan hidupnya untuk tetap eksis dan “survive” di tengah
kebersamaannya di tengah manusia lainnya. Perjuangan memenuhi
kebutuhan hidup ini telah memotivasi manusia untuk menggunakan akal
budinya secara maksimal di manapun manusia itu berada. Karena tuntutan
pemenuhan kebutuhan naluri kehidupannya, maka manusia sebagai makluk
yang berakal budi (rational animal) selalu berpikir untuk bagaimana ia
menghadapi tuntutan-tuntutan naluriah itu.

Dorongan naluriah itu “memaksa” manusia untuk mencari segala


sesuatu untuk dapat memenuhi keinginannya tanpa dibatasi oleh ruang dan
waktu. Ruang hidup manusia tidak saja terbatas di mana ia dilahirkan dan
dibesarkan, tetapi juga di tempat dan waktu lain, di mana menurut dia segala
kebutuhannya bisa terpenuhi (Jelamu,1988). Memindahkan sekelompok
orang dari satu tempat ke tempat lain adalah proses alami. Gerak adalah
kedinamisan manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dalam
koridor pemenuhan kebutuhan naluriahnya. namun jika dianalisa proses
perpindahan penduduk dari desa ke kota, yang sering disebut “urbanisasi”
dalam terminologi sosiologis, maka perpindahan ini tidak terlepas dari naluri
manusia yang selalu mencari sesuatu yang berbeda. , sesuatu yang baru,
sesuatu yang berharga, dan gerak ini tidak terlepas dari insting manusia.
bahwa Dalam istilah manusia murni, sesuatu dapat memenuhi semua
kebutuhan manusia. Manusia adalah individu yang tidak dapat hidup tanpa
manusia lain atau berinteraksi sosial satu sama lain, tetapi terikat satu sama
lain.
Pengetahuan merupakan pengalaman yang bermakna dalam setiap diri
manusia yang tumbuh sejak dilahirkan. Oleh karena itu manusia yang normal
sudah pasti memiliki pengetahuan. Pengetahuan memiliki sifat yang acak.
Dalam kehidupan yan semakin berkembang dan penuh tantangan, nilai
fungsionalnya tidak mencapai optimal untuk menghadapi tantangan dan
pemecahan masalah yang rumit. Agar nilai fungsionalnya menjadi optimal
maka pengetahuan yang acak terebut harus ditingkatkan menjadi ilmu.
Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan fakta-fakta dan aturan-
aturan yang ada dan ada hubungannya antara satu dengan yang lainnya. Ilmu
pengetahuan sangat penting dalam kehidupan manusia, karena dengan ilmu
pengetahuan manusia dapat mengembangkan daya kemampuan yang
dimiliki. Pengetahuan sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Pengaruh perkembangan ilmu dan teknologi cukup luas, meliputi semua


aspek kehidupan, politik, ekonomi, sosial, budaya, keagamaan, etika, dan
estetika bahkan keamanan dan ilmu pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa
bidang ilmu dan teknologi yang mempunyai pengaruh sangat besar, baik
secara langsung maupun tidak langsung, terhadap kehidupan masyarakat.
Bidang-bidang tersebut adalah komunikasi, transportasi, mekanisasi industri
dan pertanian serta persenjataan.

Perkembangan ilmu pengetahuan selalu diikuti oleh perkembangan


teknologi. Teknologi adalah suatu study sistematik akan teknik-teknik untuk
membuat dan mengerjakan berbagai benda, sedangkan ilmu adalah usaha
sistematik untuk memahami dan menafsirkan dunia. Dengan demikian,
teknologi itu berkaitan dengan perbuatan penggunakan benda, alat-alat dan
artefak-artefak, ilmu dicurahkan untuk usaha yang lebih konseptual untuk
memahami lingkungan, dan tergantung pada keahlian yang relatif canggih
dibidang baca tulis dan berhitung.. jadi dapat disimpulkan bahwwa ilmu
pengetahuan muncul sejak adanya peradaban-peradaban baru, sementara
teknologi sama tuanya dengan kehidupan manusia itu sendiri.

Era modern telah membawa dampak perubahan nilai terhadap


masyarakat, salah satu bentuk perubahan nilai lemahnya sikap saling
menghormati antar kelompok masyarakat dan umat beragama. Islam moderat
selalu mengedepankan sikap toleran, saling menghargai dengan tetap
meyakini kebenaran keyakinan masing-masing agama dan mazhab. Namun
dalam artikel ini penulis lebih tertarik mengkaji aspek kemanusiaan dan ilmu
pengetahuan karena kemanusiaan dan ilmu pengetahuan kerap identik
sebagai media peradaban dalam perubahan sosial. Dengan demikian yang
saya lakukan dalam artikel ini adalah menuangkan pokok pikiran tentang
“Kemanusiaan dan ilmu pengetahuan dalam perubahan sosial”.

II. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam bentuk
penelitian kepustakaan (Library Research), yang bersifat deskriptif melalui
analisis logis dengan mengumpulkan literatur mengenai kemanusiaan dan
ilmu pengetahuan dalam perubahan sosial. Sumber data dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Dalam penelitian ini data sekunder adalah data yang
sifatnya mendukung dan bersumber dari dokumen-dokumen serta hasil
pengamatan yang ditemukan peneliti secara tidak langsung dari media lain
seperti catatan- catatan, buku, majalah, internet dan dokumen tertulis yang
berkaitan dengan penelitian ini yang dapat menjadi penunjang kelengkapan
data penelitian agar penelitian ini dapat berjalan akurat dan sesuai dengan
fakta yang ada.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Adapun Metode pengumpulan data yang digunakan studi literatur


atau biasa dikenal dengan studi kepustakaan yang merupakan salah satu
metode pengumpulan data sekunder yang paling popular. Pada metode ini
penulis menggunakan Pustaka sebagai bahan pendukung dalam sebuah riset
atau penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan dengan metode tinjauan
Pustaka ke perpustakaan dan pengumpulan buku- buku, bahan tertulis serta
refrensi- refrensi yang relevan dengan penelitian atau riset.

III. HASIL DAN DISKUSI

A. Kemanusiaan dan Aktualisasinya


Dalam NDP Bab 1, Cak Nur menyebut pandangan dunia tauhid
(iman) sebagai puncak dan tujuan akhir dari ketergantungan manusia
pada alam semesta sebagai sistem “hukumnya”. Pada bab pertama, Cak
Nur mengkritik tajam konsep manusia dan alam semesta, gagasan
idealisme, agnostisisme, dan materialisme. Baginya, filsafat ini
mengingkari objektivitas (realitas) alam semesta dan sekaligus
mengingkari kebebasan manusia untuk mengetahui hukum-hukum alam
dan terutama nilai-nilai kemanusiaan tanpa landasan transenden dan
tujuan akhir.
Semakin manusia menyadari dirinya (fitrah), maka kesadaran
trasenden membawanya pada tujuan akhirnya al-Haq. Cak Nur
menekankan hal tersebut dalam naskah NDP: “Fitrah membuat manusia
berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung kepada kebenaran (hanif)
(30:30). Atau hati nurani adalah pemancar keinginan pada kebaikan,
kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia ialah kebenaran yang
mutlak atau kebenaran yang terakhir, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.”
Dalam penegasan di atas, karena fitrah adalah berkeinginan suci,
maka nilai kemanusian itu adalah yang suci dalam perbuatanya. Jadi
tindakan atau nilai kemanusiaan adalah hasil dari manifestasi pandangan
dunia tauhid. Oleh karena itu, perbuatan manusia harus dengan
kesuciannya (fitrah), sebab nilai-nilai tersebut mengarah pada
kesempurnaan yang merupakan tujuan akhirnya. Jika perbuatan itu tidak
selaras dengan fitrah dan tidak memiliki pandangan dunia tauhid. Maka
perbuatan itu sia-sia, hanya sebatas duniawi saja, dan tentu saja
perbuatan tersebut menyimpang dari fitrahnya sendiri. Karena hakikat
dan pandangan tauhid merupakan landasan bagi manusia yang dapat
mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan dalam perbuatan atau perbuatannya
di dunia sebagai spirit dalam menuju tujuan akhirnya al-Haq.
Cak Nur menempatkan keimanan tersebut sebagai kekuatan dan spirit
manusia dalam mengaktualisasikan fitrahnya sebagai nilai kemanusiaan.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Sebab antara kemanusiaan dan keimanan merupakan dua sesuatu yang


menjadikan nilai kemanusiaan tersebut menjadi aktual dalam perbuatan,
sehingga menjadi amal ibadah yang suci. Dan membawa kemajuan bagi
masyarakat atau dalam ungkapan Cak Nur, “hidup berperadaban dan
berkebudayaan”.

B. Iman Dan Kemanusiaan Dalam Membangun Peradaban


Bagian akhir di atas, Cak Nur menegasakan bahwa kemanusiaan dan
keimanan adalah doroangan manusia untuk membangun peradaban dan
kebudayaan. Tanpa hal tersebut, baginya, masyarakat yang berperadaban
tidak akan terwujud. Pasalnya, dalam membangun peradaban,
dibutuhkan pahaman terhadap nilai kemanusian dan sprit keimanan yang
menjadi gerak langkah manusia dalam membangun masarakat yang
berperadaban.
Oleh karena itu, sikap orang yang berpegang teguh pada keimanan, ia
akan berlapang dada menerima perbedaan-perbedaan yang ada di
masyarakat. Sebab nilai dari keimanan itu terkatualisasi pada
kemanusiaan, manusia akan sadar bahwa perbedaan itu nyata terjadi dan
tidak akan memaksakan kehendaknya. Sebab pemaksaan atas kehendak
agar diterima orang lain, merupakan pelencengan dari nilai kemanusiaan
dan bukanlah ajaran pandangan dunia tauhid.
Jadi orang-orang yang telah memiliki keimanan teguh, dan
menempatkan nilai kemanusiaan itu atas dasar keimanannya. Mereka lah
orang-orang yang terbuka pemikirannya, sikap tersebut akan muncul
dalam relasi yang saling menghargai atas berpedaan pendapat, agama
atau budaya dan lainnya.
Sikap tersebut dijelsakan secara lugas oleh Cak Nur dalam naskah
NDP: “Dia (manusia) perpengalaman luas, berpikiran bebas,
berpandangan lapang dan terbuka, bersedia mengikuti kebenaran dari
manapun datangnya. Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang
benar, penahan amarah dan pemaaf.”. Tampak jelas pernyataan Cak Nur
di atas dalam naskah NDP merukapan pemikiran awalnya tentang ide
modernisasi dan pembaharuan pemikiran Islam. Kemudian ia rumuskan
keduanya menjadi bagian pemikirannya dalam NDP yang telah
dinyatakan dengan tegas pada bagian awal tulisan ini.
Sikap yang anti pada perbedaan dan tidak saling menghargai
merupakan indikasi kemunduran berpikir. Dan sikap tersebut adalah
gejala yang menandakan jauhnya manusia dari keimanan dan nilai
kemanusiaan. Sehingga Cak Nur menuturkan “Sulit sekali untuk
dimengerti, justru umat Islam sekarang lebih banyak bersikap tertutup.”
Sikap tertutup dan tidak mau menerima kebenaran dari orang lain
merupakan kritik Cak Nur di atas. Padahal dalam relasi sosial-
masyarakat, mustahil pendapat itu menjadi satu, justru dari beragamnya
pendapat dan perbedaan merupakan jalan untuk membangun peradaban.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Dari fakta itulah, sikap Cak Nur dalam melihat kemajemukan


masyarakat dengan sikap yang terbuka dan saling menghargai timbul
paham tentang pruralitas. Oleh karena itu, budaya kosmopolitanisme
sangat mungkin dicapai dengan prinsip keimanan dan kemanusiaan.
Sebab budaya tersebut mencakup keseluruhan umat manusia, tanpa
menegasi perbedaan. Hal tersebut dilihat dari fakta sejarah peradaban
umat Muslim yang terefleksikan dari segenap dataran dunia. dialog
intelektual dan persentuhan kebudayaan lain dalam sejarah kaum muslim
mendakan sikap terbuka. Dan menurut Cak Nur fakta tersebut
merupakan refleksi kosmopolitanisme. Konsepsi Islam kosmopolitanisme
yang dikemukakan Cak Nur merupakan aktualisasi dari keimanan dan
nilai kemanusiaan . hal tersebut, didasari konsepsi Islam universal, yang
melahirkan budaya dengan watak kosmopolitanisme.
Manusia yang hidup dengan semangat iman dan aktualisasi nilai
kemanusiaan menjadi titik sentral perkembangan diri, bagi Cak Nur tidak
ada dikotomi antara kegiatan-kegiatan dalam membangun perdaban dan
kegiatan ruhani dan jasmani. Serta pribadi dan masyrakat, agama, politik
dan akherat. justru kesemuanya itu adalah manifestasi dalam suatu
kesatuan kerja yang tunggal dari pancaran niat, hanya mencari kebaikan,
keindahan dan kebenaran semata-mata untuk mendekatkan diri kepada
al-haq.

C. Orientasi Ilmu Pengetahuan Dalam Gerak Sejarah


Respon terhadap pergolakan ilmu pengetahuan dalam revolusi sains
pada paru abad 17 yang melahirkan posisi rasionalisme instrumental
Cartesian dan empirisme. Yang menjadi babak baru perdebatan ilmu
pengetahaun setelahnya. Hingga paru abad 20, yang telah kita uraikan
secara singkat di atas. Sebab reaksi tersebut, muncul akibat respon para
ilmuan dan gugatan mereka pada hegemoni teosentrisme agama di abad
pertegahan. Yang menolak ilmu pengetahuan, sehingga melahirkan
kritikan yang tajam terhadap mereka. Cak Nur bukanlah pemikir yang
terpengaruh atas respon saintisme yang mengambil jalan oposisi antara
ilmu pengetahuan dan iman.

Begitupun sebaliknya, dikalagan orang beriman, mengambil posisi


penolakan terhadap ilmu pengetahuan. Bahkan Cak Nur melihat antara
iman dan ilmu pengetahuan, bukan untuk diperhadap-hadapkan. Ia
merekonstruksi kembali hal tersebut, atas responnya kepada umat Islam
yang menolak modernisasi, yang berkonsekuensi menolak ilmu
pengetahuan.

Dalam naskah NDP bab tujuh Cak Nur menuturkan: “Dari seluruh
rangkaian yang telah dikemukakan, dapatlah disimpulkan dengan pasti
bahwa inti dari pada kemanusiaan yang suci adalah iman dan kerja
kemanusiaan atau amal”. Namun Cak Nur memberi pengertian yang
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

mendalam, bahwa iman dan amal tanpa adanya ilmu pengetahuan maka,
tidak lah berarti apa-apa, karena manusia akan bergerak maju sesuai
dengan kebutuhan zamannya. Karena baginya, sikap kemanusiaan itu
ada pada amal saleh, atas kecintaanya kepada kebenaran, kesucian dan
kabaikan.
Sikap amal saleh yang menandakan kemanusian yang didorong oleh
keimanan. Namun, Cak Nur memberi isyarat secara implisit tentang amal
perbuatan, yang memiliki syarat tertentu dalam naskah NDP, ia
mengatakan : “Sikap pri kemanusiaan menghasilkan amal saleh, artinya
amal yang bersesuai dengan dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-
baiknya manusia ialah yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana
hal itu harus dilakukan?.”
Pernyataan Cak Nur di atas pada bagian akhir memberi tanda (?),
bagaimana kah beramal saleh itu. Artinya sikap amal saleh memiliki
syarat tertentu, yang bukan sekedar perbuatan. Sebab dalam lingkup
wilayah yang luas, manusia maju bergerak dalam membangun peradaban
masyarakat, yang tentu membawa nilai yang dianggap benar.
Dalam gerak masyarakat, menurut Cak Nur, memiliki arah tujuan
yang lebih baik untuk kedepannya, yang dilingkupi oleh gerak sejarah.
Dan dalam gerak sejarah menuju kedepan, memiliki nilai yang relative,
sebab manusia dari suatu tempat dan waktu tertentu memiliki batasan
dan perubahan. Oleh karena itu, kata Cak Nur, hanya tujuan akhir yang
tidak berubah, yaitu kebenaran mutlak (Tuhan). Gerak sejarah dalam
pandangan Cak Nur, berkaitan dengan ketentuan-ketentuan dan hukum-
hukum Tuhan. Sehingga manusia harus mampu mengetahui hukum-
hukum tersebut di dalam gerak sejarahanya. Nah, bagaimana gerak
sejarah serta hukum-hukum tersebut dicapai? Ini lah yang akan kita kaji
kedepannya.
Gerak sejarah yang berkaitan dengan hukum-hukum Tuhan sebagai
jalan kebenaran untuk menuju kepada sang mutlak, hukum tersebut yang
di dalamnya manusia hidup, yakni alam semesta. Cak Nur menuturkan,
dalam naskah NDP bab tujuh: “Dia (manusia) menghendaki perubahan
terus menerus sejalan dengan arah menuju kebenaran mutlak. Dia
senantiasa mencari kebenaran-kebenaran selama perjalanan hidupnya.
Kebenaran-kebenaran itu menyatakan dirinya dan ditemukan di dalam
alam dari sejarah umat manusia”
Orientasi ke arah yang lebih baik menuju kebenaran mutlak ialah
manusia dengan bimbingan pengetahuan akliah (rasional) mampu
memahimi hukum-hukum alam dalam gerak sejarah, seperti yang
dinyatakan di atas. Sebab hanya dengan pengetahuan lah gerak sejarah itu
diketahui yang berkaitan dengan hukum-hukum Ilahi.
Respon tersebut terhadap ilmu pengetahuan dan daya rasio manusia
yang mampu memahami hukum-hukum alam yang disebutnya
(sunnahtullah), ketika kritik Cak Nur terhadap umat Islam dan HMI
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

dalam menanggapi modernisasi di tahun 60-an. Bagi Cak Nur,


modernisasi sama dengan pengertian atau identic dengan rasionalisasi.
Dan itu bertujuan perombakan proses berpikir dan tata kerja lama yang
tidak akliah, dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata keja baru
yang akliah.
Prosedur tersebut, ialah kerja ilmu pengetahuan yang menggunakan
hasil penelitan terhadap hukum-hukum alam yang lebih relevan dengan
zaman. Sehingga kemajuan manusia secara progresif dalam gerak
sejarahnya dalam menemukan ilmu pengetahuan baru, terus menerus
mencapai tingkat tertingginya, sebab amal yang didorong oleh ilmu
pengetahuan dengan spirit iman, yang bertujuan ke arah yang lebih
sempurna, “kebenaran mutlak”.
Cak Nur menuturkan: “Sedangkan ilmu pengetahuan, tidak lain ialah
hasil pemahaman manusia terhadap hukum-hukum objektif yang
menguasai alam, ideal dan material, sehingga alam ini berjalan menurut
kepastian tertentu dan harmonis”.

D. Dorongan Iman Terhadap Ilmu Pengetahuan


Cak Nur secara implisit, menempat ragam metode untuk manusia
memahami ilmu pengetahuan dengan silogisme deduktif dan induktif.
Secara tegas, ia mengakui model induktif dalam memahami hukum-
hukum alam yang berlaku, dan sekagilus daya akliah manusia sebagai
analis terkahir dari hasil hipotesis-hipotesis induktif untuk manarik
kesimpulan.
Cak Nur mengatakan “Jadi, sesuatu dapat disebut modern (ilmu
pengetahuan), kalau ia bersifat rasional, ilmiah, dan bersesuaian dengan
hukum-hukum yang berlaku dalam alam.”
Oleh karana itu, Cak Nur menegaskan bahwa modernisasi merupakan
suatu keharusan. sebab ilmu pengetahuan akan terus berkembang,
disamping zaman mengalami perubahan dan tantangan di setiap waktu
dan tempat. Jika manusia tidak melibatkan dirinya dalam ilmu
pengetahuan, maka yang terjadi hanya lah kemunduran bagi umat
manusia, atau lebih khususnya umat muslim.
Sebab, dalam pandangan Cak Nur, modernisasi, yakni, ilmu
pengetahuan merupakan pelaksanaan perintah ajaran Tuhan Yang Maha
Esa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan merupakan dorongan fitrah
manusia yang sekaligus amar dari al-Haq. Yang berarti, ilmu pengetahuan
secara perkembangannya merupakan pancara dari keimanan.
Cak Nur mengakatan: “Karena adanya perintah untuk
mempergunakan akal-pikiran (rasio) itu, Allah melarang segala sesuatu
yang menghambat perkembangan pemikiran, yaitu terutama berupa
pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi lama, yang merupakan cara
berpikir dan tata kerja generasi sebelumnya.”
Jadi, orang yang mempergunakan akalnya dalam berpikir tentang
sistem alam semesta dan untuk mengetahui hukum-hukumnya, serta
memahami fenomena-fenomena alam. Merupakan implemantasi dari
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

keimanan, dan itu yang dikatakan Cak Nur di atas sebagai pelaksanaan
perintah Tuhan.
Orang yang beriman, berarti ia mempergunakan daya akalnya untuk
memahami ilmu pengetahuan. Dan orang yang beriman lah, yang paling
dekat dengan ilmu pengetahuan. Sebab ia menyadari bahwa kebutuhan
perkembangan manusia dalam perjalanan hidupnya, akan menghadapi
tantangan zaman, dan itu hanya bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, orang yang modern, dalam pengertian Cak Nur,
berarti orang yang dekat dengan ilmu pengetahuan, dan orang tersebut
lah yang paling melaksananakan perintah Tuhan. Atau dalam perkataan
Cak Nur “Perintah Tuhan yang imperative dan mendasar”.
Karena menurutnya, modernisasi dalam pengertian di atas. Berpikir
dan bekerja menurut “fitrah” atau sunnatullah (hukum ilahi) yang haq
(sebab, alam adalah haq). Jelasnya, dengan tegas bahwa ilmu pengetahuan
merupakan pancaran dan spirit dari keimanan dalam pengertian Cak
Nur. Manusia yang tidak bergelut dengan ilmu, atau bahkan menolaknya,
sama saja menolak perintah al-Haq.
Ketika itu terjadi, manusia telah menandatangani kemunduran dan
sikap berlebihan dan berkekurangan dalam kehidupannya. Dan tentu,
terlibat dalam menjawab tantangan zaman, mereka hanya melakukan
sikap diam dan tak acuh. Sikap tersebut dipertahankan atas dasar warisan
yang telah diyakini tanpa pembuktian ilmu pengetahuan.
Mungkin, sikap itu telah terjadi di tengah-tengah kita. Dan mungkin
secara tidak sadar kita adalah bagian darinya. Pergeseran tradisi
intelektual dikalangan kita, mungkin menjadi fakta yang telah, apa yang
dibicarkan Cak Nur, pada tahun 60-an dan itu terjadi di zaman kita.
Kita tak lagi terlibat dalam mengkaji secara serius tentang pemikiran-
pemikiran Cak Nur, atau membuka lebar ruang tardisi intelektual yang
telah ia mulai pada 60-an hingga akhir hayatnya. Sehingga kemunduran
berpikir dikalangan HMI dapat dimungkinkan terjadi, fakta itu
membuktikannya, untuk tidak mengatakan keseluruhan.
Konsekuensi manusia yang tidak terlibat dalam ilmu pengetahuan atau
setidaknya memiliki kecakapan yang mempuni, akan bersikap reaksioner
terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Namun, sayangnya, sikap
reaksioner tersebut tidak dibarengi ilmu pengetahuan tentangnya,
sehingga yang ada hanya sikap emosional dan berkomentar tanpa
objektivikasi, apa lagi jika soal keimanan.
Cak Nur memberi ulasan yang cukup menarik mengenai hal tersebut,
ia mengatakan: “Masalah yang cukup pelik ialah jika seseorang
mempunyai iman namun tidak berilmu secukupnya. Maka ada
kemungkinan dia akan melaksanakan suatu itikad baik secara kurang
tepat, atau, jarang terjadi, melaksanakan begitu rupa sehingga hasilnya
justru hal yang tidak dikehendaki dan berlawanan dengan itikad baiknya
sendiri”.

E. Teori Perubahan Sosial


Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Teori perubahan sosial dikemukakan oleh para ahli dengan aksentuasi


yang berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandangnya masing-masing.
Terlepas dari perbedaan pandangannya, yang jelas, para ahli sepakat
bahwa perubahan sosial terkait dengan masyarakat dan kebudayaan serta
dinamika dari keduanya.
Ogburn tidak memberi definisi tentang perubahan-perubahan sosial,
melainkan memberikan pengertian tertentu tentang perubahan-perubahan
sosial itu. Dia mengemukakan bahwa ruang lingkup perubahan-
perubahan sosial meliputi unsurunsur kebudayaan baik yang material
maupun yang non-material. Yang ditekankannya adalah pengaruh besar
unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur non-material
(Soekanto, 1990). Dengan pengertian ini sebenarnya Ogburn mau
mengatakan bahwa perubahanperubahan sosial terkait dengan unsur-
unsur fisik dan rohaniah manusia akibat pertautannya dengan dinamika
manusia sebagai suatu totalitas.
Pengertian tentang perubahan sosial juga dikemukakan oleh Gillin dan
Gillin. Kedua ahli ini mengatakan bahwa perubahan-perubahan sosial
sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk,
ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan
baru dalam masyarakat (Soekanto, 1990). Pengertian yang dikemukakan
oleh Gillin dan Gillin ini menunjuk pada dinamika masyarakat dan
reaksinya terhadap lingkungan sosialnya baik menyangkut tentang cara ia
hidup, kondisi alam, cara ia berkebudayaan, dinamika kependudukan
maupun filsafat hidup yang dianutnya setelah ia menemukan hal-hal baru
dalam kehidupannya. Pendapat Gillin dan Gillin ini tidak berbeda jauh
dengan pendapat Koenig yang mengatakan bahwa perubahan sosial
menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola
kehidupan manusia.
Perubahan sosial yang didefinisikan oleh Koenig sebagai modifikasi
yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia, termasuk dalam
terminologi urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota.
Adanya perubahan pola kehidupan kota mempengaruhi pola kehidupan
desa. Dengan kata lain dalam hubungan timbal balik, penetrasi budaya
kota-desa atau sebaliknya sebagai akibat dari kemajuan komunikasi,
transportasi dan ilmu pengetahuan serta teknologi, pola kehidupan
masyarakat desa dan kota mengalami modifikasi yang sangat signifikan.
Peralihan pekerjaan dari sebelumnya petani menjadi pekerja industri
atau karyawan pabrik mengubah cara orang desa yang berpindah ke kota
itu bersikap dan bertingkah laku. Di kota ia mengenal berbagai kemajuan
yang sebelumnya tidak pernah diketahuinya sewaktu berada di desa. Di
sana ia beradaptasi, mengalami dan mempelajari semua cara hidup dan
gaya hidup kota dan akhirnya semua ”ideologi kota” itu terinternalisasi
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

dalam dirinya melalui suatu proses yang oleh Tarde dinamakan


“imitation process” (proses peniruan).
Dalam proses peniruan ini, mereka bisa terjebak dalam kedua ekstrim
ini, meniru hal-hal yang positif dan kemudian bisa mempengaruhi sikap
hidupnya (misalnya dari sebelumnya ia bersikap lamban dan malas
menjadi rajin, cekatan dan gesit dalam bekerja sesuai dengan kondisi
hidup kota) atau meniru gaya hidup kota yang bersifat negatif. Seorang
warga desa yang di desanya rajin shalat, sopan dan ramah bisa berubah
menjadi penjahat dan orang yang tidak bertakwa tatkala ia berpindah ke
kota. Desakan sosial, ekonomi dan pergaulan kota yang serba keras bisa
menjerumuskan manusia yang sebelumnya “baik” itu menjadi “jahat”.
Di lain pihak, sosiolog Indonesia, Selo Soemardjan lebih melihat
perubahan sosial itu dari kaca mata perubahan lembaga-lembaga
kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat. Perubahan lembaga-lembaga
kemasyarakatan itu mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di
dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-
kelompok dalam masyarakat. Pengertian perubahan sosial menurut
Soemardjan ini tidak berbeda jauh dengan Kingsley Davis yang
mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi
dalam struktur dan fungsi masyarakat (Soekanto, 1990).
Ketika struktur masyarakat berubah, maka fungsi dan peran, pola pikir
dan pola sikap masyarakat pun berubah. Pengertian perubahan sosial
menurut Soemardjan dan Davis ini erat sekali kaitannya dengan
pandangan klasik Durkheim (Kamanto, 2000) tentang perkembangan
masyarakat dari sistem yang berkarakteristik mekanik (yang penuh
kekeluargaan, keintiman, masing-masing orang dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri tanpa memerlukan bantuan orang, belum adanya
spesialisasi pekerjaan, adanya kesadaran kolektif bersama) ke sistem
masyarakat yang berkarakteristik organik.
F. Pengaruh dan Betuk-bentuk Perubahan Sosial
Berkaitan dengan hal ini O.P.Darma dan O.P. Bhatnagar mencatat
setidaknya ada empat faktor yang merangsang perubahan pada manusia
yaitu: manusia secara terus menerus berupaya untuk memodifikasi
sumber daya alam dalam bentuk pemecahan masalah. Upaya tersebut
dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhan, melengkapi dan
menyempurnakan perubahan yang secara berkelanjutan tercipta dalam
lingkungan manusia. Proses kompetitif ini untuk membandingkan
kemampuan seseorang dengan orang lain sangat ditentukan oleh daya
dorong mengatasi inovasi.
Dalam hal disorganisasi yang sangat menyedihkan adalah kebiasaan
masyarakat biasanya sangat sedikit dalam bekerja pada lingkungan yang
baru sebagai suatu rangsangan untuk melakukan perubahan. Berdasarkan
ulasan para tokoh tersebut, maka sebuah perubahan yang bersifat
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

komprehensif membutuhkan rangsangan yang dapat memotivasi obyek


sasaran perubahan tersebut, sehingga sejauh manakah rangsangan itu
dapat membawa dampak, baik secara positif maupun negatif, hal ini
dimaklumi otomatis rangsangan itu akan cepat diterima apabila
membawa keuntungan bagi penerima perubahan itu sendiri. Ada
beberapa hal yang menjadi faktor adanya perubahan sosial yang terjadi di
masyarakat yaitu sebagai berikut:
1) Kontak dengan kebudayaan lain. Kontak langsung maupun tidak
langsung telah mendorong terjadinya perubahan sosial dan
kebudayaan. Seperti contoh pengaruh adanya masyarakat asing
didaerah tertentu dan juga adanya internet yang menyebarkan
pengaruh kebudayaan asing.
2) Sistem pendidian formal yang maju. Pendidikan merupakan faktor
yang sangat menentukan untuk adanya perubahan yang menuju ke
arah yang lebih baik. Sumber Daya Manusia (SDM) suatu tempat
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena mereka lebih
dapat memanfaatkan alam dengan efektif dan efisien.
3) Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginankeinginan
yang maju. Setiap karya dapat berpotensi untuk memajukan
peradaban manusia. Seperti karya atau penemuan telepon. Pada
awalnya telepon tidak dianggap oleh masyarakat sebagai karya yang
hebat mereka lebih meremehkannya, tapi suatu ketika masyarakat
mengetahui fungsi sesungguhnya, maka karya tersebut menjadi
sangat dihargai masyarakat. Suatu perbuatan pasti diawali oleh
keinginan, keinginan untuk maju membuat kita berkembang kearah
yang lebih baik.
4) Sistem terbuka lapisan masyarakat. Sistem terbuka memungkinkan
adanya gerak sosial vertikal yang luas atau berarti memberi
kesempatan kepada para individu untuk maju atas dasar
kemampuan sendiri. Dalam keadaan demikian, seseorang mungkin
akan mengadakan identifikasi dengan warga-warga yang
mempunyai status lebih tinggi. Identifikasi merupakan tingkah laku
yang sedemikian rupa sehingga seseorang merasa berkedudukan
sama dengan orang atau golongan lain yang dianggap lebih tinggi
dengan harapan agar diperlakukan sama dengan golongan tersebut.
Identifikasi terjadi dalam hubungan super ordinasi dengan
subordinasi. Pada golongan yang berkedudukan lebih rendah acap
kali terdapat perasaan tidak puas terhadap kedudukan sosial sendiri.
Keadaan tersebut dalam sosiologi disebut status-anxiety. Status
anxiety menyebabkan seseorang berusaha untuk menaikkan
kedudukan sosialnya.
5) Penduduk yang heterogen. Pada masyarakat yang terdiri dari
kelompok-kelompok sosial yang mempunyai latar belakang
kebudayaan ras ideologi yang berbeda mudah terjadinya
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

pertentangan-pertentangan yang mengundang kegoncangan


kegoncangan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi
terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan tersebut mengikuti perkembangan sosial yang ada.
Dengan menggunakan akal dan pikirannya manusia mengadakan
perubahanperubahan dengan menciptakan berbagai teknologi untuk
memenuhi kebutuhannya yang sangat kompleks dengan maksud untuk
memperbaiki taraf hidupnya. Hal ini dapat dilihat perilaku masyarakat
sekarang yang disebut sebagai generasi milenial jauh berbeda dengan
masyarakat pada generasi tahun 1960 atau 1970-an; perkembangan
teknologi dan informasi jauh berbeda bila dibandingkan dengan
perkembangan sosial pada era tahun 1960 sampai tahun 1970-an.
Akan tetapi perubahan tersebut tidak semua menimbulkan dampak
negatif, banyak di antaranya perubahan tersebut dapat dinikmati
masyarakat dan bermanfaat bagi masyarakat; perubahan tersebut
didahului dengan adanya gejala-gejala sosial (perubahan awal), akan
tetapi tidak semua gejala sosial yang menyebabkan perubahan bisa
disebut sebagai perubahan sosial, gejala-gejala tersebut dapat digolongkan
menjadi beberapa bagian, model, cara pada perubahan sosial. Ada
beberapa macam bentuk perubahan sosial, yaitu :
1) Perubahan Kecil Perubahan kecil adalah perubahan-perubahan
yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau berarti bagi masyarakat. Misalnya
perubahan mode pakaian, bentuk rumah, dan mainan anak yang
tidak akan membawa pengaruh yang berarti bagi masyarakat dalam
keseluruhannya, namun perubahan pada skala kecil ini kalau secara
berkesinambungan dan sustainable terjadi akan membentuk
kebiasaan, adat yang tidak kalah penting dengan perubahan-
perubahan pada skala lainnya.
2) Perubahan Besar Perubahan besar adalah suatu perubahan yang
berpengaruh terhadap masyarakat dan lembaga-lembaganya, Suatu
perubahan dikatakan berpengaruh besar jika perubahan tersebut
mengakibatkan terjadinya perubahan pada struktur
kemasyarakatan, sistem mata pencaharian, hubungan kerja, serta
stratifikasi masyarakat. Sebagaimana tampak pada perubahan
masyarakat agraris menjadi industrialisasi, perubahan ini
menyebabkan pengaruh secara besar-besaran terhadap jumlah
kepadatan penduduk di wilayah industri dan mengakibatkan adanya
perubahan mata pencaharian. Sebagai contoh perubahan besar
adalah adanya industrialisasi. Industrialisasi sudah merubah
masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan itu
memberikan pengaruh dalam kehidupan masyarakat, seperti terlihat
dalam hubungan antarsesama. Pada masyarakat industri hubungan
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

antar sesama lebih didasarkan pada pertimbangan untung rugi akan


tetapi pada masyarakat agraris, hubungan antar sesama terbentuk
sangat akrab dan menunjukkan adanya kebersamaan, saling peduli
(perhatian) dan gotong royong.
3) Perubahan Struktural Perubahan ini merupakan perubahan yang
sangat mendasar yang mengakibatkan timbulnya reorganisasi dalam
masyarakat. Sebagai contoh adalah perubahan sistem pemerintahan
dari kerajaan menjadi republik, perubahan sistem kekuasaan dari
kolonial ke nasional.
4) Perubahan Proses Perubahan proses adalah perubahan yang
sifatnya tidak mendasar. Perubahan ini hanya merupakan
penyempurnaan dari perubahan sebelumnya. Contohnya adalah
amandemen terhadap UUD 1945 yang dilakukan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Amandemen yang dilakukan
dengan menambahkan dan menghapus beberapa pasal itu
dimaksudkan untuk menyempurnakan pasal-pasal yang sudah ada
agar sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia diwaktu kini.
5) Perubahan Lambat (Evolusi) Perubahan secara lambat
membutuhkan waktu yang cukup lama dan biasanya melalui
rentetan perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat.Pada
perubahan lambat, perubahan terjadi dengan sendirinya tanpa
kehendak atau rencana tertentu.Masyarakat hanya berusaha
menyesuaikan dengan keperluan, kondisi dan keadaan baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini
terjadi melalui tahapan-tahapan dari yang sederhana menjadi
maju.Misalnya kehidupan masyarakat suku Kubu di
Sumatra.Mereka mengalami perubahan secara lambat, terutama
dalam tempat tinggal dan mata pencaharian hidup. Sampai saat ini
suku Kubu masih menjalankan aktivitas lamanya, yaitu meramu
dan berburu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
6) Perubahan Cepat (Revolusi) Perubahan revolusi ialah perubahan
yang berlangsung secara cepat serta tidak ada kehendak atau
perencanaan terlebih dahulu.10 Secara sosiologis perubahan
revolusi disebut sebagai perubahanperubahan sosial mengenai
unsurunsur kehidupan atau lembagalembaga kemasyarakatan yang
berjalan cukup cepat. Pada revolusi, perubahan bisa terjadi dengan
tidak direncanakan atau direncanakan, biasanya diawali dengan
konflik atau ketegangan dalam tubuh masyarakat yang
bersangkutan.Pada umumnya, suatu perubahan dianggap sebagai
perubahan cepat yang mengubah sendi-sendi pokok kehidupan
masyarakat, seperti ekonomi, hubungan antarmanusia, politik dan
sistem kekeluargaan. Sebuah revolusi dapat juga berjalan dengan
didahului sebuah pemberontakan, misalnya revolusi bangsa
Indonesia dalam mencapai kemerdekaannya.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

7) Perubahan yang Dikehendaki Perubahan bentuk ini adalah


perubahan-perubahan yang diperkirakan atau sudah direncanakan
terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang akan melakukan perubahan
di masyarakat. Pihakpihak itu disebut sebagai agent of change (agen
perubahan) yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat
kepercayaan masyarakat sebagai pemimpin dalam perubahan pada
lembagalembaga kemasyarakatan. Diharapkan agen perubahan ini
dapat memberikan dampak positif pada lingkungan tempat agen
perubahan tersebut berada, misalnya tokoh masyarakat, pejabat
pemerintah serta mahasiswa, yang mempunyai program guna
mewjudkan agen perubahan tersebut.Adapun cara yang dapat
digunakan untuk mempengaruhi masyarakat ialah dengan social
engineering (rekayasa sosial), yaitu melalui sistem yang teratur dan
direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering juga disebut social
planning (perencanaan sosial). Contohnya adalah pembangunan
berbagai sarana dan prasarana seperti bendungan, seperti kawasan
ideologi dan jalan raya.
8) Perubahan yang Tidak Dikehendaki. Perubahan yang tidak
direncanakan biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki
dan terjadi di luar jangkauan masyarakat. Karena terjadi di luar
perkiraan dan jangkauan, perubahan ini dapat menyebabkan
timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diinginkan oleh
masyarakat. Kecenderungan perubahan ini terjadi karena adanya
bencana alam (disaster), misalnya banjir, tanah longsor gempa bumi
seperti yang baru terjadi di Kota Meksiko, kebakaran antara lain
kebakaran hutan, kebakaran rumah dan lain juga dapat
mengakibatkan perubahan sosial, masyarakat mengungsi di tempat
yang aman. Pada umumnya sangat sulit untuk memprediksi tentang
terjadinya perubahan yang tidak dikehendaki ini.

IV. KESIMPULAN
Era modern telah membawa dampak perubahan nilai terhadap
masyarakat, salah satu bentuk perubahan nilai lemahnya sikap saling
menghormati antar kelompok masyarakat dan umat beragama. Perubahan
sosial merupakan sesuatu yang tidak bisa kita hindari. Perubahan-perubahan
tersebut mengikuti perkembangan sosial yang ada. Dengan menggunakan
akal dan pikirannya manusia mengadakan perubahanperubahan dengan
menciptakan berbagai teknologi untuk memenuhi kebutuhannya yang sangat
kompleks dengan maksud untuk memperbaiki taraf hidupnya. Hal ini dapat
dilihat perilaku masyarakat sekarang yang disebut sebagai generasi milenial
jauh berbeda dengan masyarakat pada generasi tahun 1960 atau 1970-an;
perkembangan teknologi dan informasi jauh berbeda bila dibandingkan
dengan perkembangan sosial pada era tahun 1960 sampai tahun 1970-an.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Akan tetapi perubahan tersebut tidak semua menimbulkan dampak


negatif, banyak di antaranya perubahan tersebut dapat dinikmati masyarakat
dan bermanfaat bagi masyarakat; perubahan tersebut didahului dengan
adanya gejala-gejala sosial (perubahan awal), akan tetapi tidak semua gejala
sosial yang menyebabkan perubahan bisa disebut sebagai perubahan sosial,
gejala-gejala tersebut dapat digolongkan menjadi beberapa bagian, model,
cara pada perubahan sosial. Modernisasi merupakan suatu keharusan, sebab
ilmu pengetahuan akan terus berkembang, disamping zaman mengalami
perubahan dan tantangan di setiap waktu dan tempat. Jika manusia tidak
melibatkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, maka yang terjadi hanya lah
kemunduran bagi umat manusia, atau lebih khususnya umat muslim. Sebab,
dalam pandangan Cak Nur, ilmu pengetahuan merupakan pelaksanaan
perintah ajaran Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan
merupakan dorongan fitrah manusia yang sekaligus amar dari al-Haq. Yang
berarti, ilmu pengetahuan secara perkembangannya merupakan pancaran
dari keimanan.
Karena adanya perintah untuk mempergunakan akal-pikiran (rasio)
itu, Allah melarang segala sesuatu yang menghambat perkembangan
pemikiran, yaitu terutama berupa pewarisan membuta terhadap tradisi-tradisi
lama, yang merupakan cara berpikir dan tata kerja generasi sebelumnya. Jadi,
orang yang mempergunakan akalnya dalam berpikir tentang sistem alam
semesta dan untuk mengetahui hukum-hukumnya, serta memahami
fenomena-fenomena alam. Merupakan implemantasi dari keimanan, dan itu
yang dikatakan Cak Nur di atas sebagai pelaksanaan perintah Tuhan.
Orang yang beriman, berarti ia mempergunakan daya akalnya untuk
memahami ilmu pengetahuan. Dan orang yang beriman lah, yang paling
dekat dengan ilmu pengetahuan. Sebab ia menyadari bahwa kebutuhan
perkembangan manusia dalam perjalanan hidupnya, akan menghadapi
tantangan zaman, dan itu hanya bisa dijawab oleh ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, orang yang modern, dalam pengertian Cak Nur, berarti orang
yang dekat dengan ilmu pengetahuan, dan orang tersebut lah yang paling
melaksananakan perintah Tuhan.
Konsekuensi manusia yang tidak terlibat dalam ilmu pengetahuan atau
setidaknya memiliki kecakapan yang mempuni, akan bersikap reaksioner
terhadap hal-hal yang terjadi disekitarnya. Namun, sayangnya, sikap
reaksioner tersebut tidak dibarengi ilmu pengetahuan tentangnya, sehingga
yang ada hanya sikap emosional dan berkomentar tanpa objektivikasi, apa
lagi jika soal keimanan.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

V. DAFTAR PUSTAKA
Achruh,Andi. (2018). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Landasan Sosial
Budaya. Volume VII, Nomor 1, halaman 23.
Hardiman, F. . (2004). Filsafat Modern: Dari Machiavelli Sampai Nietzsche.
Jakarta: gramedia pustaka utama.
Gazalba, Sidi, Islam dan Perubahan Sosial Budaya: Kajian Islam tentang
Perubahan Masyarakat, Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983
Hamdani (2019), Aksiologi Ilmu Pengetahuan Dan Keislaman (Interkoneksi
Nilai-Nilai Keislaman) Al-Ibrah, Vol. 4 No. 2, 1.
Mouly George J. 1991. Perkembangan ilmu, Ilmu dalam Perspektif: Sebuah
Kumpulan Karangan Tentang Hakekat Ilmu, Jujun S. Suriasumantri.
Jakarata: Gramedia.
Mudhofir Ali. (2001). Pengenalan Filsafat Dalam Filsafat Ilmu Sebagai dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.
Nurcholish Madjid, Isalam Kemodernan Dan Keindonesiaan, (Bandung,
Penerbit Mizan, 2013), h. 247.
Nurcholish Madjid, Islam Dokrin Peradaban, (Jakarta, Penerbit Gramedia
Pustaka Utama, 2019), h. 187.
Rosnawati, Ahmad Syukri, Bandarussyamsi, Ahmad Fadhil Rizki.(2021).
Aksiologi Ilmu Pengatahuan dan Manfaatnya bagi Manusia. Jurnal
Filsafat Indonesia, Vol 4 No 2.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indoensia: Suatu
Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
Suriasumantri Jujun S. (2010). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Shah A. B. 1986. Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

CURRICULUM VITAE

Nama : Supriadi
Alamat : Tanasambayang
Tempat, Tgl Lahir : Sauleya, 8 September
2001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Status : Pelajar/Mahasiswa
Email : adhibanrel@gmail.com
No. HP : 085704061893

Pendidikan :

2008-2014 SDN 173 Tanasamabayang


2014-2017 MTs Assalam Timbuseng
2017-2020 MA Assalam Timbuseng
2021- Sekarang S1 Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas pejuang Republik
Indonesia

Pengalaman Organisasi :
 Karang Taruna Desa
Menjabat sebagai ketua periode 2017-2018
 Bangku Pelosok
Sebagai Relawan Penuh Kegiatan pengabdian masyarakat tahun 2021
 HIMAAN (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara)
Menjabat Sebagai Ketua Bidang Hubungan Masyarakat (Humas)
Periode 2021-2022
 BEM ( Badan Eksekutif Mahasiswa)
Sebagai Anggota Bidang Humas Periode 2022-2023
 POSPERA (Posko Perjuangan Rakyat
Sebagai Anggota Bidang Pemberdayaan Periode 2021-2023
 PB HIPERMATA (Pengurus Besar Himpunan Pelajar Mahasiswa Takalar)
Sebagai Anggota Bidang PA
 Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI) Koordinator Komisariat Perintis
Cabang Makassar
Menjabat Sebagai Anggota Bidang PAO (Pembinaan Anggota Organisasi)
Kemanusiaan dan ilmu pengtahuan Supriadi (Cabang Makassar)
Dalam perubahan sosial

Anda mungkin juga menyukai