Anda di halaman 1dari 8

Yakin Usaha Sampai, by Rachman Kadir

Senin, 17 November 2014


Identitas Mahasiswa

DINAMIKA PERGERAKAN MAHASISWA


I. Pendahuluan

Sebelum melangkah dan memasuki dunia kemahasiswaan, seorang mahasiswa baru harus
memahami tentang dirinya sebagai person dan makhluk sosial, dinamika kehidupan mahasiswa
sebagai kaum terpelajar dan situasi dan kondisi bangsa sebagai bagian dan pelanjut bangsa ini.
Dalam dunia kemahasiswaan, akan terjadi dinamika dalam kampus dan kehidupan bermasyarakat.
Hal ini tidak dapat dipisahkan karena posisi dan peran ganda seorang mahasiswa. Fenomena ini
didasari oleh pluralitas, idealisme dan sistem yang berlaku. Terjadinya benturan antara nilai-nilai
kebenaran ilmiah dan etika yang didapatkan di bangku kuliah dengan kerancuan sistem dan
otoriterisme penguasa mendorong mahasiswa untuk melakukan gerakan pembaharuan yang
didasarkan oleh idealisme dan kekuatan moral. Akar gerakan mahasiswa adalah penumbuhan
kesadaran terhadap nilai-nilai kebenaran dan tanggung jawab moral untuk mewujudkan kebenaran
tersebut.
Bentuk paling ekstrim dari gerakan pembaharuan ala mahasiswa adalah demonstrasi dan militansi
mahasiswa. Tidak jarang materi bahkan jiwa mesti dikorbankan untuk arti sebuah nilai kebenaran.

II. Identitas Mahasiswa

Identitas Mahasiswa terdiri dari kata “Identitas” yang berarti ciri atau syarat yang harus dimiliki oleh
sesuatu sehingga sesuatu itu dapat dibedakan dengan yang lain, dan kata “Mahasiswa” yang arti
formalnya adalah seseorang yang terdaftar disuatu Perguruan Tinggi pada semester berjalan dan
makna filosofisnya adalah seorang yang mencari tahu tentang kebenaran dan berusaha mewujudkan
kebenaran tersebut.
Jadi, makna Identitas Mahasiswa adalah ciri-ciri atau syarat yang harus dimiliki oleh seorang
mahasiswa. Dengan kejelasan Identitas Mahasiswa ini, sehingga mahasiswa dapat dibedakan dengan
murid SD, pelajar SLTP dan siswa SMU.
Secara formal, ciri-ciri seorang mahasiswa yaitu memiliki kartu mahasiswa sebagai simbol dan
legitimasinya. Namun secara filosofis ciri-ciri seorang mahasiswa sebagai berikut:
1) Rasional 6) Radikal
2) Cerdas 7) Idealis
3) Inovatif 8) Kritis
4) Kreatif 9) Revolusioner
5) Intelek 10) Militan

Ciri-ciri yang disebutkan diatas hanyalah sekelumit dari sekian banyak ciri-ciri mahasiswa yang
menjadikan mahasiswa tidak hanya sebagai kaum intelektual tapi juga sebagai sosial kontrol dalam
suatu komunitas.
Sebagai mahasiswa, tidak hanya harus mengenal identitasnya, tapi juga harus mengetahui tipenya.
Pluralitas lingkungan yang membentuk mahasiswa menjadikan tipe dan karakter mahasiswa
berbeda-beda. Secara umum tipe dan karakter mahasiswa dapat dibagi sebagai berikut :
1) Tipe Akademik : Mahasiswa yang hanya memfokuskan diri pada kegiatan akademik dan
cenderung apatis terhadap kegiatan kemahasiswaan dan kondisi masyarakat.
2) Tipe Organisatoris : Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kelembagaan baik didalam maupun
diluar kampus, peka terhadap kondisi sosial dan cenderung tidak mengkonsentrasikan diri pada
kegiatan akademik.
3) Tipe Hedonis : Mahasiswa selalu mengikuti trend dan mode tapi cenderung apatis terhadap
kegiatan akademik dan kemahasiswaan.
4) Tipe Aktivis Mahasiswa : Mahasiswa yang memfokuskan diri pada kegiatan akademik kemudian
berusaha mentrasformasikan “kebenaran ilmiah” yang didapatkan ke masyarakat melalui lembaga
dan sebagainya dan berusaha memperjuangkannya.

III. Posisi dan Peran Mahasiswa

Sifat dasar mahasiswa adalah mencari kebenaran dan mewujudkan kebenaran tersebut. Kadang
suatu “kebenaran” ala mahasiswa terbentur dengan sistem yang diterapkan penguasa. Konsekwensi
langsung dari hal tersebut adalah gerakan pembaharuan terhadap ketimpangan yang terjadi.
“Pengawal Utama” dari gerakan mahasiswa adalah nilai-nilai kebenaran ilmiah dan norma-norma
etika.
Hal tersebut kemudian menjadikan posisi dan peran ganda mahasiswa. Posisi ganda mahasiswa
adalah sebagai kaum terpelajar/intelek sekaligus penyambung lidah rakyat atau DPR jalanan. Sedang
peran ganda mahasiswa adalah sebagai pencari ilmu sekaligus agen pembaharu atau sosial kontrol.
Mahasiswa sebagai kaum intelektual mempunyai tanggung jawab moral untuk memperjuangkan
hak-hak rakyat dan mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran untuk kepentingan rakyat walau harus
berbenturan dengan penguasa.
Secara umum strata kehidupan berbangsa dapat digambarkan seperti piramida diatas. Rakyat
sebagai mayoritas penduduk adalah elemen dasar suatu negara. Sedang Eksekutif sebagai pemegang
kekuasaan tertinggi. Pihak Legislatif sebenarnya berfungsi sebagai penyampai aspirasi rakyat kepada
eksekutif.
Tapi ketika pihak legislatif mandul dan cenderung melupakan tanggung jawabnya dan justru
memperjuangkan kepentingannya sebagai elit politik maka pada saat itu mahasiswa harus
memperjuangkan rakyat.

IV. Sejarah Pergerakan Mahasiswa Indonesia

Perjalanan sejarah pergerakan mahasiswa indonesia dimulai sekitar tahun 1908-an yang ditandai
dengan didirikannya Budi Utomo. Pelopor pergerakan tersebut adalah mahasiswa yang tercerahkan
dan memaknai serta memahami arti suatu persatuan menuju kemerdekaan.
Tidak dapat dipungkiri bahwa bentuk pergerakan mahasiswa sangat tergantung pada kondisi sosial
yang terjadi pada saat itu walau intinya satu yaitu “Pembaharuan”. Pergerakan mahasiswa pada
tahun 1928 dan tahun 1998 adalah suatu contoh perbedaan akibat kondisi sosial yang terjadi.
Titik klimaks dari perjuangan mahasiswa Indonesia adalah pada tahun 1966 dan tahun 1998, dimana
dua rezim otoriter pada saat itu berhasil di runtuhkan. Adapun tahun-tahun bersejarah bagi
pergerakan mahasiswa Indonesia adalah :

1.) 1908 : Terbentuknya Budi Utomo


2.) 1928 : Sumpah Pemuda
3.) 1945 : Proklamasi dan Perjuangan fisik
4.) 1966 : Tritura dan runtuhnya rezim Orde Lama
5.) 1974 : Peristiwa Malari
6.) 1978 : Pembelengguan kemerdekaan mahasiswa melalui NKK/BKK
7.) 1998 : Aksi Reformasi dan Tragedi Semanggi

Kesuksesan aksi reformasi yang mengorbankan beberapa mahasiswa, tidak berarti perjuangan telah
berakhir. Tidak menutup kemungkinan, ketika terdapat ketimpangan akibat ulah penguasa, kita
sebagai mahasiswa harus kembali ke jalan untuk menjadi agen pembaharu pembangunan.

V. Peran Mahasiswa Politeknik

Jalur pendidikan tinggi terbagi dua yaitu jalur pendidikan akademis yang menekankan pada
pengembangan penalaran seperti Universitas dan Institut, dan jalur profesional seperti Politeknik
dan Akademi. Sistem pendidikan di Politeknik yang lebih singkat dan padat dibanding perguruan
tinggi lain menyebabkan karakter mahasiswa Politeknik sedikit berbeda dengan mahasiswa lain.
Mahasiswa Politeknik sebagai bagian dari mahasiswa Indonesia mempunyai tanggung jawab moral
untuk membela nasib rakyat Indonesia. Disamping itu, mahasiswa Politeknik juga bertanggungjawab
untuk menguasai skill dibidangnya yang nantinya juga akan diterapkan di masyarakat. Situasi yang
dilematis ini menyulitkan mahasiswa Politeknik untuk berkembang dan mewujudkan idealisme nya.
Tapi hal tersebut bukanlah alasan untuk meninggalkan idealisme mahasiswa.
Jadi peranan mahasiswa Politeknik untuk bangsa bukan sekedar belajar dan berjuang, tapi juga
mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran yang telah didapatkan.

VI. Penutup

Nilai-nilai kebenaran ilmiah yang didapatkan mahasiswa dibangku kuliah kemudian melandasi cara
berpikir dan bertindak mahasiswa termasuk dalam menyikapi kondisi sosial masyarakat. Nilai-nilai
kebenaran ilmiah ini kemudian melahirkan suatu “Idealisme Mahasiswa”
Konsekuensi logis dari idealisme mahasiswa ialah tanggungjawab sebagai seorang yang menuntut
ilmu harus dipenuhi dan peran sebagai sosial kontrol harus tetap dijaga.
Dalam peran sebagai sosial kontrol, tidak jarang mahasiswa harus berbenturan langsung dengan
aparat sebagai kaki tangan penguasa. Pada kondisi seperti ini kita sebagai mahasiswa akan
diperhadapkan pada penindasan dan perlawanan yang nantinya kita akan memilih antara “Lawan
atau Tertindas”
Mahasiswa sebagai penerus roda pembangunan dituntut untuk memberikan yang terbaik untuk
Republik ini baik skill, ilmu, materi atau bahkan darah kita.

Wallahu a’lam bis-showab

Billahi taufik wal hidayah


Wassalamualaikum Wr.Wb
Posisi, Potensi dan Peran
(Identitas) Mahasiswa
Mahasiswa sebagai elemen pemuda memiliki posisi, potensi, dan peran khusus di dalam masyarakat.
Nah semuanya itu kita sebut sebagai Identitas Mahasiswa

Posisi manusia di masyarakat di masyarakat dibagi menjadi tiga, antara lain masyarakat politik,
masyarakat ekonomi, dan masyarakat sipil. Seorang manusia bisa menempati lebih dari satu posisi
masyarakat tersebut, bahkan bisa seseorang yang berada di ketiga tempat tersebut.

Masyarakat politik adalah masyarakat yang memperjuangkan sesuatu demi posisi dalam kekuasaan.
Mereka mulai dari politikus-politikus sampai karyawan yang ingin naik jabatan di dalam sebuah
perusahaan. Masyarakat ekonomi adalah mereka yang berusaha mengejar sesuatu untuk mendapat
sebuah keuntungan materi atau modal. Mereka dihuni oleh para pengusaha-pengusaha baik yang
kapitalis sampai kekoperasian. Tergantung kombinasi masyarakat yang mereka huni. Masyarakat
sipil adalah masyarakat yang berjuang dalam pembangunan bangsa tanpa menginginkan sebuah
posisi di Dallam kekuasaan ataupun keuntungan materi. Ini dihuni oleh kebanyakan manusia,
mereka dari rakyat biasa sampai mahasiswa yang aktif.

Untuk mahasiswa sebagai pemuda bisa dikatakan sebagai masyarakat sipil. Akan tetapi masyarakat
sipil memiliki kekhususan buat mahasiswa. Jadi mahasiswa merupakan masyarakat sipil yang khusus.
Ini disebabkan karena mahasiswa mempunyai potensi yang lain dibanding masyarakat sipil seperti
biasanya.

Potensi kita tau adalah sesuatu yang tersimpan, sesuatu yang perlu untuk digali dan dikembangkan,
baik itu yang baik maupun yang buruk. Potensi mahasiswa sebagai pemuda antara lain adalah
kritis. Kritis itu adalah tanggap terhadap masalah dan berusaha menyelesaikan masalah dengan
pemikiran-pemikiran yang benar. Selain kritis mahasiswa juga punya potensi idealis, idealis disini
karena mahasiswa sebagai manusia-manusia yang dididik dalam suasana kampus yang ideal.
Masyarakat sekitar mereaka yang idealis ataupun sejak kecil mereka belum pernah merasakan
realism kehidupan. Mahasiswa juga memiliki potensi sebagai penggerak yang
independen. Independen maksudnya mahasiswa mampu bergerak sendiri, mahasiswa sebagai
memiliki ilmu-ilmu yang variatif bisa saling berkoordinasi membentuk sebuah gerakan yang mandiri
tanpa campur tangan oknum lain termasuk pemerintahan. Selain itu juga mahasiswa
memiliki kreatifitas, daya juang yang tinggi dan lain-lain.

Setelah kita lihat potensi, mari kita lihat beberapa peran seorang mahasiswa sebagai elemen
pemuda. Pemuda mempunyai paling tidak tiga peran, yang pertama Guardian Value( penjaga nilai),
maksudnya mahasiswa dengan potensi idealisme, kritis dan daya juang tinggi mahasiswa bisa
berlaku sebagai control social ataupun pelurus nilai-nilai luhur yang hendak dicapai. Yang kedua
mmahasiswa memiliki peran sebagai Iron stock( persedian besi), maksudnya bahwa pemuda
memiliki potensi ilmu, memiliki kreatifitas, bakat kepemimpinan adalah asset buat masa depan
sebagai generasi yang akan meneruskan pergerakan pemerintahan. Selain itu pemuda mempunyai
peran juga sebagai Agen of Change (pembawa perubahan). Ini dikarenakan mahasiswa mempunyai
kombinasi-kombinasi potensi seperti kritis, idelais, kreatif dan independen maka gerakan mereka
membawa sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.

MAHASISWA YANG IDEAL, Antara Identitas atau


sekedar Ngampus?

Penulis : Heriyanto
Sebuah Pengantar
Satu hal yang selalu menarik untuk di kupas yaitu Mahasiswa dengan segala
karakteristiknya. Mahasiswa yang sering disebut sebagai komunitas terdidik, cerdas,
memiliki berbagai keterampilan dan bervisi masa depan, dituntut kiprah dan peran
positifnya di tengah kehidupan masyarakat.
Dengan ”segudang atribut“ yang melekat pada dirinya, mahasiswa sering dijadikan
“symbol” akan berbagai harapan dan perubahan. Ia dituntut mewakili setiap keinginan
masyarakat yang kadang tidak tersalurkan dengan baik. Mahasiswa juga diharapkan
menjadi pembela sekaligus penyambung lidah dari berbagai bentuk diskriminasi serta
ketidakadilan yang dialami masyarakat, dan yang teramat penting adalah dipundak
mahasiswa nantinya diletakkan harapan akan terciptanya kehidupan yang lebih baik
dari yang dirasakan hari ini.
Harapan-harapan positif seperti diatas sesungguhnya bukanlah sesuatu yang
berlebihan, mengingat mahasiswa berada pada eksistensinya sendiri sekaligus dengan
cirinya sendiri. Sebagai sosok yang bergelut didunia akademisi maka sepantasnya
setiap ucapan dan tindakannnya tidak saja berwawasan Ilmiah tetapi di dalamnya
termuat nilai kejujuran, keadilan dan kemanusiaan. Dengan kapasitas intelektualnya
dan pengasahan daya nalarnya maka sosok mahasiswa harus mampu menganalisa
sekaligus menelaah setiap persoalan yang muncul kepermukaan, apakah di dalam
kampusnya sendiri maupun diluar kampus dan pada saat yang sama dapat member
jawaban yang argumentatife dan bertanggung jawab.
Dalam perjalanan masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia, dalam setiap dinamika
kehidupan yang senantiasa bergerak maju mengikuti perkembangan zaman, maka
kiprah dan peran Mahasiswa senantiasa memberi ruang bagi terjadinya perubahan. Di
Indonesia misalnya terutama setelah kemerdekaan, peran Mahasiswa begitu dominan
dalam melakukan kontrol sosial yang tujuannya adalah bagaimana terciptanya
kehidupan yang lebih baik dan kondusif.
Dengan demikian, bagi seorang mahasiswa dengan daya nalar dan kapasitas
intelektualnya, seyogyanya dapat mengantar dirinya untuk menemukan jati dirinya yang
paripurna yaitu sosok yang cerdas yang memiliki kepekaan sosial, mampu membaca
dinamika dari alur kehidupan yang berkembang di tengah kompleksitas kehidupan
masyarakat, untuk selanjutnya dapat memberi jalan keluar dari setiap problem
kehidupan yang terjadi.

Mahasiswa yang Ideal


Penulis menyadari bahwa membuat format yang disepakati tentang sosok Ideal
Mahasiswa adalah sebuah kemustahilan, Hal ini terutama karena pandangan dan
harapan yang ditujukan kepada mahasiswa begitu banyak dan beragam, juga karena
dinamika dan Mahasiswa bergerak begitu cepat. Karena itu, kesepahaman tentang
prinsip-prinsip umum yang dimiliki oleh mahasiswa mungkin dapat dijadikan rujukan,
setidak menilai sosok mahasiswa yang “dianggap” Ideal.
Secara umum dapat dikatakan , mahasiswa adalah bagaian dari generasi muda atau
anak bangsa yang menuntut Ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai Identitas
Diri. Dengan demikian sejatinya seorang mahasiswa harus tercatat dan aktif dalam
pergulatan Dinamika yang dikembangkan perguruan Tinggi dengan segala aturannya,
sebagai tempat melakukan olah pikir dan pengasahan daya nalar seperti Berpartisipasi
dalam kegiatan kemahasiswaan dan diskusi kemahasiswaan yang bersifat rutin.
Antara perguruan tinggi dengan segala komponennya serta mahasiswa dengan segala
atributnya, harus terjalin sikap dan komunikasi dua arah (Andragogy system).
Perguruan Tinggi yang diwakili oleh Dosennya dituntut memberikan sesuatu yang
bernilai dan bermanfaat bagi kiprah dan perjalanan mahasiswanya, dalam hal ini dosen
tidak saja memberi pelajaran sekedar memenuhi kebutuhan kurikulum, tetapi
bagaimana memberikan rangsangan pemikiran kepada mahasiswanya untuk dapat
mengetahui, menelaah, sekaligus menganalisa dinamika kehidupan yang terjadi.
Artinya seorang dosen tidak saja “mengajar” atau “mendidik” peserta didiknya tetapi
juga dapat menjadi teman diskusi dialog bagi mahasiswanya. Sebaliknya seorang
mahasiswa juga di tuntut aktif memberi masukan dan menggali setiap fenomena yang
muncul, terutama karena derasnya perubahan kehidupan.
Dengan demikian, baik perguruan tinggi di satu pihak maupun mahasiswa dari pihak
lain telah terjadi akumulasi dan proses pembelajaran yang sedemikian rupa, sehingga
keduanya telah tejadi proses saling menerima dan memberi (take and given).
Dengan gambaran singkat di atas dan setelah melalui pengolahan pemikiran yang
sedemikian rupa, maka pada diri mahasiswa akan tergambar sikap yang bertanggung
jawab, berpihak kebenaran dan berdimensi keadilan. Sikap itu bukan hanya dalam
bentuk perilaku tetapi telah menjadi bagian dari identitas yang melekat pada dirinya. Hal
inipun berimplikasi pada terjadinya proses peralihan dan penguatan struktur ke cultur,
transformasi yang bersifat massif di alihkan menjadi penguatan-penguatan individu.
Dalam konteks ini mahasiswa harus dipandang sebagai individu-individu yang otonom
dan mempunyai kebebasan untuk berpikir dan mengambil peranan sesuai dengan
kecendrungan dan otoritas yang dimilikinya. Dengan demikian perguruan tinggi di
maknai sebagai tempat berkumpulnya individu-individu yang merdeka dan independent
dengan relasi hubungan dan komunikasi yang cair dan mengurangi kekuatan formalitas
yang mengitarinya. Untuk lebih memberi bobot dari sikap dan perilakunya, maka sosok
mahasiswa harus memiliki setidaknya empat Identitas yaitu :
Mahasiswa sebagai insan religius
Dengan identitas ini, maka seorang mahasiswa harus memiliki landasan moral yang
kuat sebagai manifetasi dan pengejewantahan dari ajaran agama yang di gelutinya.
Mahasiswa yang demikian dalam setiap kiprahnya tidak saja dituntut pikiran-pikiran
jernihnya tetapi bagaimana aktualisasi dari pikiran itu mendorongnya untuk
mendorongnya untuk mengamalkannnya sebagai bagian dari ajaran agama yang
menyeru kepada kebajikan serta mencegah kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar).

Mahasiswa sebagai insan akademis


Identitas ini harus di pahami sebagai pendorong untuk mengisi diri dengan berbagai
kemampuan intelektual. Pengisian ini tidak tebatas pada disiplin ilmu yang digeluti
tetapi juga ilmu lain yang dapat digapai dan membawa manfaat terhadap dirinya
maupun orang lain. Pengisian itu juga tidak boleh dibatasi oleh waktu dan ruang
akademik saja, tetapi olahan-olahan ilmu harus senantiasa di gali sepanjang
kemampuan yang dimiliki. Justru harus di ketahui bahwa ilmu dan bacaan yang tidak
pernah kering untuk digali adalah lingkungan dan masyarakat yang ada di sekeliling
kita. Mahasiswa sebagai insane akademis juga harus diartikan sebagai sosok yang
bebas menentukan sikap, ukurannnya adalah objektifitas dalam mengemukakan
argument cinta kebenaran dan keadilan. Dengan pemahaman yang demikian maka
ilmu yang dimiliki betul-betul menyentuh kebutuhan masyarakat banyak, sebab ilmu itu
bukan untuk ilmu, tetapi ilmu adalah untuk di amalkan.

Mahasiswa sebagai insan sosial


Dengan konsep ini seorang mahasiswa senantiasa menyadari akan hakikat dan
keberadaannya, bahwa ia hadir dalam ruang yang tidak hampa. Ia dikelilingi oleh
insane-insan lain dengan berbagai persoalan dan latar belakangnya masing-masing.
Dengan kapasitas dan pemahaman keilmuannnya. Ia pun harus memberikan
kontribusinya terhadap setiap persoalan yang dihadapi lingkungannya.

Mahasiswa sebagai insan yang mandiri


Salah satu yang harus terpatri dalam diri mahasiswa adalah kesadaran
kemandiriaannya. Tuntutan ini lebih pada kemampuan mengolah hasil pikirannnya
tanpa dipengaruhi oleh kekuatan lain. Sehingga obyektivitas dan independensi dari
tindakannya senantiasa terjaga. Dengan kemandirian yang dimiliki ia bebas memainkan
perannnya sesuai dengan kebenaran yang diyakininya sendiri dan tuntutan nuraninya.

Kesadaran ini harus dibangun dan di asah terus menerus, sebab kemandirian itu
ternodai maka objektivitas perilaku akan di pertanyakan yang pada gilirannnya
tindakannya tidak lagi berpihak pada kepentingan masyarakat. Ke empat identitas
diatas harus di pahami secara komprehensif dan saling bersinergi menjadi satu
keutuhan, sehingga nantinya muncul satu citra positif yang tergambar dari pikiran dan
perilakunya. Citra itu adalah sosok mahasiswa yang berilmu, mempunyai sifat
keterbukaan, dinamis dalam bertindak, tegas dalam berprilaku serta jujur dan
konsekuen.
Dalam konteks kemahasiswaan, kesarjanaan adalah penguasaan ilmu apa saja yang
bermanfaat bagi peradaban dan kemanusiaan, baik ilmu agama, eksakta, dan social
ekonomi. Kesarjanaan itu tidak dengan sendirinya merupakan nilai yang selesai
bilamana tidak disertai dengan tindakan nyata bagi kepentingan kemajuan masyarakat
dan kemajuan masyarakat dan kemanusiaan sebagai bentuk pengabdian yang tak
pernah usai. Disamping dengan atributnya, maka mahasiswa dituintut memilik sikap
toleransi, persaudaraan, keikhlasan dan tanpa pamrih sehingga ia dapat melakukan
pembelaan terhadap wong cilik, kaum mustadh’afin, serta gologan tertindas lainnya.
Segala tindakannya akan senantiasa sesuai dan seirama dengan petunjuk agama serta
serta kepentingan bangsa maupun Negara.

MAHASISWA
mahasiswa adalah seseirang yang terdaftar dalam perguruan tinggi baik negri maupun suasta, yg
mengikuti semester berjalan dan sadar akan hak dan kewajiban nya. mahasiswa juga terbagi lagi menurut
ciri ciri dan jenis nya (tipe mahasiswa).

1. ciri-ciri mahasiswa terbagi atas 2 yaitu formal dan non formal:

 formal memiliki : Almamater, KTM, dan terdaftar pada satu perguruan tunggi negri maupun swasta.
 Non formal yaitu R A K U S
R = rasional
A = analisis
K = kritis
U = universal
S = sistematis

2. tipe mahasiswa atau jenis mahasiswa :

 Hedonisme => hanya mementingkan hidup nya sendiri dan tidak acuh pada keadaan sekitar.
 Apatis => hanya mementinkan dirinya sendiri, dan gemar dengan hal hal yg dapat menyenangkan
hidup nya, seperti pesta, dan berfoya foya.
 Organisatis => lebih mengutamakan organisasi, dan menghabiskan masa kuliah nya untuk mengabdi
terhadap organisasi nya.
 Penokohan => hanya mengutamakan gaya dan cenderum meniru niru seorang tokoh yg ia kagumi.
seperti hal nya meniru kebiasan berpenampilan seorang artis idola.
 Oportunis => pencari keuntungan
 Agemis => mengedepan kan agama dalam perjalanan nya sebagai mahasiswa.

3. fungsi mahasiswa:

 agen of control
 agen of change
 mempertahan kan kekuatan moral bangsa.

Anda mungkin juga menyukai