Anda di halaman 1dari 26

JOURNAL READING

Evaluasi Massa pada Payudara Menggunakan Mamografi dan


Sonografi sebagai Investigasi Lini Pertama

Oleh :
Dwita Sukmala Ratih 150070200011132
Firyal Nadiah Rahmah 150070200011207
Galih Tri Wicaksono 150070200011113
Hairul Hamzah 150070200011116

Pembimbing :
Dr. Farah Nurdiana, Sp. Rad

SMF RADIOLOGI
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017

1
Evaluasi Massa pada Payudara Menggunakan Mamografi dan
Sonografi sebagai Investigasi Lini Pertama

Abstrak

Tujuan : Untuk mempelajari spesifisitas mamografi dan ultrasonografi secara terpisah dan
dikombinasikan untuk mendeteksi massa payudara (korelasi ultrasonografi-mammografi);
Untuk mempelajari investigasi untuk mengevaluasi berbagai massa payudara; Untuk
menggambarkan indikasi, kelebihan dan keterbatasan masing-masing teknik yang sesuai
dibandingkan dengan modalitas lain yang tersedia; Untuk mempelajari meniru massa
payudara; Untuk melakukan follow up histopatologi dan evaluasi retrospektif dengan temuan
pencitraan untuk memperbaiki kemampuan diagnosis pada 166 pasien yang mengeluhkan
massa payudara. Bahan: Studi klinis pro-spektif dilakukan di departemen Radiodiagnosis
untuk periode 2 tahun yang berkisar dari Desember 2010 sampai Desember 2012 pada pasien
wanita yang mengeluh pada massa payudara. Informasi tertulis dengan baik diperoleh dari
mereka. Tindak lanjut histopatologi diperoleh dari jaringan biopsi atau pasca operasi.

Mesin USG: Philips HD 11 XE USG pada daerah payudara dan daerah aksila
dilakukan pada posisi telentang di hadapan petugas wanita; Mesin Mamografi: Mesin
Allengers dengan kaset mamografi Agfa khusus. Kiri krania dan pandangan miring
medioLateral diambil di hadapan petugas wanita. Mesin MRI: PHILIPS 1.5 T; CT: mesin
duel sluel SIEMENS CT. Hasil: Ultrasonografi dan mamografi dilakukan pada sebagian
besar kasus cukup untuk mendiagnosis lesi pada sebagian besar kasus terutama pada massa
payudara jinak. MRI dan CT scan digunakan dalam kasus khusus untuk mengetahui tingkat
lesi, dalam meniru massa payudara, ekstensi tulang, lesi otot dan tulang primer. Total 166
pasien yang mengeluh tentang massa payudara di salah satu atau kedua payudara diperiksa
dan dievaluasi dengan USG dan mamografi. Lesi dikonfirmasi pada histopatologi (FNAC /
biopsi). Dari 30 keganasan terdiagnosis dua lesi dilewatkan pada mamografi dan empat lesi
dilewatkan pada ultrasonografi. Salah satunya dilewatkan pada keduanya. Untuk spesifisitas
mamografi mamografi adalah 93,3% dan ultrasonografi 86,67%. Menggabungkan kedua
spesifitasitas modalitas mendekati 97%.

Dari total 92 payudara abnormal 12 orang terjawab di USG dan 20 lainnya dilewatkan
pada mamografi. Menggabungkan kedua modalitas hanya 2 lesi yang tidak terjawab dan

2
didiagnosis hanya pada histopatologi saja. Kekhususan keseluruhan untuk USG pada massa
payudara adalah 86,9% dan untuk mamografi 78,6%. Dengan menggabungkan kedua
modalitas, spesifisitasnya adalah 97,6%. Nilai "p" diperoleh yang sangat signifikan untuk
kombinasi ultrasonografi dan mamografi dibandingkan dengan modalitas individu (p =
0,0059 & p = 0,0001 masing-masing). Kesimpulan: Penelitian kami menegaskan tingkat
sensitivitas kombinasi yang lebih tinggi untuk ultrasonografi dan mamografi untuk
mendeteksi massa payudara termasuk keganasan. USG berguna pada lesi kistik, ektasis,
infeksi, laktasi kehamilan, dan evaluasi payudara yang padat dan untuk panduan gambar,
sedangkan mamografi berguna dalam mendeteksi mikrokalsifikasi, massa yang diobservasi
untuk deteksi dini keganasan dan biopsi stereotaktik. Untuk menyarankan modalitas tunggal,
ultrasonografi lebih baik pada populasi yang lebih muda dan lesi BIRAD 1, 2 & 3. Padahal,
mamografi lebih baik pada populasi yang lebih tua dan lesi BIRAD 4 & 5. Namun, korelasi
sono-mamografi paling baik pada keduanya.

Kata kunci: Massa Payudara; Ultrasonografi; Mamografi; Mimics; Korelasi

1. Pendahuluan

Penyakit payudara sering terjadi pada wanita. Di negara-negara berkembang seperti


India, wanita tidak menyadari adanya patologi payudara dan ragu untuk mengungkapkannya,
karena itu mereka terdeteksi biasanya dalam stadium lanjut. Berbagai lesi payudara jinak
seperti fibroadenoma, kista sederhana, abses payudara, galaktocele, duct actasia, enlung) dan
akhirnya menyebabkan kematian. Albert Soloman (1913) untuk pertama kalinya, setelah
penemuan sinar X, mempelajari payudara di bawah sinar X dan menyarankan bahwa sinar X
dapat digunakan untuk tujuan diagnostik untuk patologi payudara [2]. Mamografi digunakan
terutama untuk deteksi dini keganasan pada tahap yang dapat disembuhkan, untuk
mengurangi keganasan terkait kematian. Ini adalah alat skrining yang mudah didapat, murah
dan cukup akurat dengan radiasi minimal untuk mendeteksi microcalcifications, spekulasi
massa dan kelenjar getah bening kecil terlihat pada keganasan. Kejadian kanker payudara
dapat dikurangi hingga 30% oleh skrining mamografi rutin wanita sehat [3,4].

Dalam sejarah USG pada tahun 1951 Wild dan Reid [5] peralatan pertama
dikembangkan yang dirancang khusus untuk pemindaian payudara. Sekali terbatas untuk
membedakan antara lesi padat dan cystic, ultrasound payudara sekarang mengusulkan usaha
untuk mengkarakterisasi nodul payudara dan untuk membedakannya dengan jinak dan ganas.
USG payudara telah berkembang sebagai alat pemecahan masalah yang sangat diperlukan

3
pada pasien dengan payudara padat, payudara pasca-radiasi, dan wanita berusia di bawah 35
tahun, pasien hamil dan menyusui.

Dalam penelitian kami, sebuah upaya dilakukan untuk mengevaluasi berbagai massa
payudara menggunakan USG dan mamografi secara terpisah dan secara kombinasi, untuk
menggambarkan indikasi, kelebihan dan keterbatasan yang sesuai dari masing-masing teknik
dibandingkan dengan modalitas lain yang tersedia dan untuk membedakan lesi payudara
jinak dari yang ganas.

4
2. Seri Kasus

2.1 Bahan dan Metode

2.1.1 Pasien

Studi klinis berlangsung pada departemen Radiodiagnosis selama 2 tahun mulai dari
Desember 2010 sampai dengan Desember 2012 pada pasien yang mengeluhkan adanya
massa di payudara (156 Perempuan dan 10 Laki-laki). Persetujuan secara tertulis telah
diperoleh dari mereka. Follow up Histopatologi telah diperoleh dari biopsi ataupun jaringan
post operasi.

Mesin USG: Philips HD 11 XE;

USG payudara dan regio Axilla dilakukan pada posisi supine dan lateral pada pasien
perempuan

Mesin Mammography : Allengers machine dengan AGFA mammography cassettes

Penampakan dari sisi cranio caudal dan Medio-Lateral oblique diambil pada pasien
peremuan

MRI: Philips 1.5 T machine

CT : SIEMENS duel slice CT Machine

Kriteria Inklusi:

• Semua pasien yang secara klinis teraba massa di payudara


• USG yang menunjukkan adanya massa solid di payudara atau lesi complex
cystic
• Tidak teraba massa di payudara pada saat palpasi akan tetapi axillary node
prominen
• Perempuan dengan tanda klinis kemerahan pada permukaan payudara, retraksi
nipple, dryness, dan perubahan bentuk
• K/c/o karsinoma payudara yang telah dilakukan mastectomy pada satu sisi.
• Adanya Riwayat massa payudara pada keluarga pada garis keturunan pertama

5
2.1.2 Kriteria Eksklusi

• Payudara yang sangat besar dan sangat nyeri


• Pasien yang memilki rasa ketakutan tinggi

2.1.3 Konfirmasi

1. FNAC/ Biopsi pada kasus yang meragukan, post operative follow up pada
kasus operasi.
2. Pada kasus Simple cyst dan Galactocele yang tidak dikonfirmasi lewat
histopatologi, akan dikonfirmasi dengan aspirasi kista.
3. Tidak dilakukan Histopatologi pada kasus USG normal dan Mammography
normal pada pasien yang mengeluhkan adanya massa yang terasa pada
pemeriksaan fisik. Hal ini dikarenakan pasien menolak memberikan
persetujuan untuk Histopatologi yang bersifat Invasive setelah dilaporkan
normal dari hasil pemeriksaan USG ataupun mammography. Hal ini
menyebabkan sensitivitas dan nilai prediksi positif sulit diperoleh.

Analisis statistik untuk studi perbandingan telah dilakukan dan nilai “p” telah
diperoleh. Nilai spesifitas, nilai prediktif negative , akurasi untuk USG dan
mammography pada keseluruhan massa payudara (juga dibedakan dengan lesi ganas)
telah diperoleh baik secara terpisah ataupun kombinasi antara USG dengan
Mammography.

2.2 Observasi

Pada studi ini total adalah 166 pasien (Tabel 1) yang ememiliki keluhan terdapat
massa di payudara pada satu atau kedua sisi payudara yang telah dilakukan pemeriksaan
klinis dan telah dievaluasi dengan USG dan mammography. Lesi telah dikonfirmasi dengan
Histopatologi (biopsi atau jaringan dari spesimen post operasi atau aspirasi) pada masing-
masing kasus.

47 dari 166 pasien telah dilabeli normal dan mereka tidak dilakukan follow up.

Total 92 pasien yang abnormal dan dikatagorikan menurut patologinya (Tabel 2).

6
2.2.1 Fibroadenoma

Secara klinis pasien merasakan adanya benjolan yang mobile pada satu atau kedua
payudaranya sejak beberapa bulan sampai tahun, biasanya tidak terasa nyeri. Kurang lebih
satu per tiga dari mereka (8 pasien) memiliki riwayat operasi massa sebelumnya pada satu
atau kedua payudara. Dari 21 pasien fibroadenoma , kebanyakan dari mereka masih berusia
muda (Gambar 1). Pada Mammography, fibroadenoma menunjukkan soft tissue berbatas
tegas dengan densitas radioopasitas dengan atau tanpa tipe typical benign dari pinggiran
massa, concentric calcifications (pop corn calcification) (Gambar 2 (a)). Kebanyakan
Fibroadenoma tidak menunjukkan kalsifikasi (Gambar 2 (c))

7
Gambar 1. Menunjukkan jumlah pasien Fibroadenoma pada kelompok umur spesifik

8
9
Gambar 2. Suatu kasus bilateral Fibroadenoma pada wanita berusia 45 tahun yang
mengeluhkan adanya benjolan pada kedua payudaranya sejak 3 bulan. Mammography
(a) menunjukkan multiple fibroadenoma pada berbagai tingkat kalsifikasi yang tampak
pada sisi kanan dan (b) sonography memperlihatkan adanya massa bulat berbatas
tegas dengan homogeneous hypoechoic echotexture dengan perluasan post acoustic.
Pada sisi kiri pasien terdapat (d) giant fibroadenoma yang berukuran besar yang
memenuhi hampir seluruh payudara, dengan sonography (d) menunjukkan lesi
hypoechoic yang berbatas tegas yang terdapat vaskularisasi di dalamnya.

10
Gambar 3. Suatu kasus Fibroadenoma. Mammography menunjukkan soft tissue
yang berbatas halus dan tegas dengan densitas radioopasitas yang berdekatan dengan
glandular tissue tanpa adanya distorsi arsitektural atau kalsifikasi pada perempuan
berusia 28 tahun yang mengeluh adanya massa pada payudara kanan sejak 2 bulan.
Pasien ini telah operasi fibroadenoma pada payudara yang sama pada 15 bulan lalu.

Pada Ultrasonography lesi bulat sampai oval yang berbatas jelas, dengan echotexture
homogen dan lebar lebih besar daripada kedalaman (Gambar 2 (b)). Dari 21 total
fibroadenoma, 1 kasus tidak terdeteksi dengan ultrasound dan 5 kasus tidak terdeteksi dengan
mammography tetapi dengan mengkombinasikan keduanya tidak ada kasus yang “missed”
atau tidak terdeteksi.

11
2.2.2 Keganasan

Massa keganasan ditampilkan secara klinis dengan benjolan pada payudara, nipple
yang teretraksi, nyeri dan terdapat bloody discharge, ulserasi diatas permukaan kulit. Lesi
ganas pada mammography memperlihatkan massa yang irregular, dengan batas yang
spiculated atau lobulated, focal asymmetry, lesi tampak lebih dalam daripada lebarnya, nipple
yang teretraksi, kalsifikasi yang linear, branching, granular, berkerumun dengan struktur
sekeliling yang mengalami distorsi (Gambar 4-7).

Gambar 4. Suatu kasus Ductal carcinoma mammae. Terdapat massa irregular pada
superomedial kuadran payudara kanan dengan batas spiculated dan nipple yang
teretraksi pada perempuan berusia 68 tahun dengan keluhan terdapat benjolan di
payudara kanan sejak 1 bulan. Pada USG terdapat massa hypoechoic irregular dengan
kedalaman melebihi lebar. Lesi menunjukkan post acoustic shadowing.

Gambar 5. Suatu kasus Anaplastic Large Cell NHL. E/o lesi masssa lobulated irregular
pada bagian quadran superolateral payudara kiri pada perempuan berusia 34 tahun

12
dengan massa padat tidak nyeri pada payudara kiri sejak 3 tahun lalu. Massa perlahan
menghilang dengan cytotoxic chemotherapy.

Gambar 6. Suatu kasus ductal malignancy. Adanya microcalcification yang melibatkan


kuadran superolateral pada 51 tahun perempuan dengan keluhan adanya benjolan
pada payudara kanan sejak 6 bulan.

Dari 30 kasus yang terdiagnosis keganasan:

• Peluang keganasan lebih tinggi pada pasien berusia tua yang mengeluhkan
adanya massa di payudara dibandingkan dengan pasien berusia muda (Gambar
8).
• 2 lesi tidak dapat terdeteksi dari mammography dan 4 lesi tidak dapat
terdeteksi dengan USG. Salah satu dari lesi tersebut , tidak dapat terdeteksi
dengan kombinasi USG dan Mammography.

Untuk Spesifisitas mammography adalah sebesar 93,3% dan USG adalah sebesar
86,67 %. Dengan mengkombinasikan keduanya spesifisitasnya adalah sebesar 97%.

13
Gambar 7. Suatu kasus ductal malignancy pada peremuan berumur 36 tahun dengan
keluhan benjolan yang perlahan-lahan membesar sejak 8 bulan. Mammography
memperlihatkan focal assymetry dengan susunan sekitar yang terdistorsi yang
melibatkan kuadran superolateral payudara kanan.

Gambar 8. Grafik menunjukkan distribusi usia dari keganasan

14
2.2.3. Lesi Kistik
Lesi kistik muncul secara klinis dengan benjolan di payudara. Pada lesi kistik
mamografi tampak jelas densitas lesi jaringan lunak dan tidak dapat dibedakan dari massa
padat seperti fibroadenoma (Gambar 9 dan 10). Lesi kistik pada ultrasonografi dapat dengan
mudah didiagnosis. Untuk lesi kistik seperti simple kista, multiple kista pada perimenopause
perubahan fibrokistik (Gambar 10), galaktokel (Gambar 11) dan di saluran ectasia (Gambar
12) ultrasonografi jauh lebih baik daripada mamografi.

Gambar 9. Kasus simple kista. Mamografi menggambarkan secara relatif lesi dengan
kepadatan jaringan yang tinggi marginal, jarngan lunak dengan lesi densitas yang
melibatkan daerah subareolar pada wanita berusia 33 tahun dengan keluhan benjolan
di payudara kiri sejak 6 bulan. Terkenal kista dicatat pada sonografi. Mamografi tidak
bisa membedakan kista dari massa padat (bandingkan dengan angka 3 dan 4) tapi
sonografi bisa dengan mudah dibedakan.

15
Gambar 10. Kasus perubahan bilateral fibrokistik, menunjukkan seorang wanita
berusia 40 tahun dengan keluhan benjolan di keduanya payudara sejak 4 bulan.
Mamografi (a) menunjukkan densitas lesi pada multiple jaringan lunak bilateral tanpa
arsitektur distorsi yang jelas. Sonografi (b) menunjukkan multiple lesi kistik (kecuali
untuk kalsifikasi gambar 2(a) dan 10(a) adalah pembandingnya).

16
Semua pasien dengan ektasia duktus atas usia 40 tahun dan mengalami keluhan
pelepasan keruh dari puting susu. Mamogram pada sebagian besar pasien ektasia duktus
diberi label seperti biasa dengan pola parenkim campuran (pola P1 / ACR 2) kecuali pada
satu pasien pada payudara berlemak. Ultrasonografi terbukti menjadi pemecahan masalah di
semua kasus ektasia duktus.
Dari total 15 pasien perubahan fibrosistik perimenopause 11 didiagnosis dengan
benar pada mamografi (spesifisitas 73,3%) tapi semua lesi bisa diambil dengan benar pada
ultrasonografi (spesifisitas 100%) yang sesuai pengaturan klinis.Simple kista pada ultrasound
diaspirasi dan tidak terkena biopsi, hanya satu yang membutuhkan total tiga aspirasi.

Gambar 11. Kasus galaktokel, menunjukkan pada wanita 28 tahun dengan keluhan
benjolan di payudara kiri. Mamografi menggambarkan lesi bulat yang didefinisikan
dengan baik dengan lesi radiolusen relatif dengan lingkaran halo lucent. Sonography
menggambarkan lesi kistik bulat dengan well-defined dengan internal echos dalam
(tidak ditunjukkan pada gambar).

17
Gambar 12. Sebuah kasus pectora ajor hemangioma otot. melibatkan otot kiri
pectoralis mayor. Kebalikan radio yang didefinisikan dengan baik yang melibatkan
supero-lateral dan inferolateral kuadran payudara kiri dengan margin lobulated yang
tidak divisualisasikan secara terpisah dari otot dada pada pasien laki-laki berusia 45
tahun. Sonografi mengungkapkan banyak ruang kistik kompresibel kecil di dalam
massa (tidak diperlihatkan); (b) urutan lemak T2 W menunjukkan hemangioma khas.

Ultrasonografi Mammografi
Galactocele (2 kasus) Keduanya didiagnosis 1 didiagnosis dengan benar
dengan benar
Atresia Duktus (6 kasus) 6 kasus didiagnosis dengan Tanpa riwayat, tidak
USG meyakinkan pada 5 kasus
Simple kistik (8 kasus) Semua didiagnosis dengan Tidak meyakinkan pada
USG semua kasus

18
Mamografi telah dicoba tapi pada pasien dengan kecemasan prosedur tersebut
kemudian ditolak pada 4 pasien, 1 dengan abses payudara dan 3 dengan mastitis karena
payudara yang relatif nyeri dan radang. Ultrasonografi adalah satu-satunya investigasi yang
membantu dalam kasus ini. Oleh karena itu, ultrasound terbukti lebih baik daripada
mamografi dalam kondisi peradangan dan berkali-kali ini adalah satu-satunya investigasi
yang dilakukan dalam kasus ini.

2.2.4. Mimik dari massa payudara


Lesi lain yang berasal dari luar juga dapat terjadi sebagai pembengkakan atau massa
di payudara. Studi kami meliputi 4 kasus seperti yang melibatkan otot pectoralis mayor
hemangioma (Gambar 12), chondrosarcoma tulang rusuk (Gambar 13), hidatid payudara dan
mesothelioma pleura ganas. Sebagian besar massa ini keras, tegang atau datar sehingga
mamografi hanya bisa dilakukan dalam massa yang lunak seperti hemangioma otot pectoralis
mayor. Pada kebanyakan kasus ini pencitraan cross sectional diperlukan untuk mengetahui
tingkat lesi, keterlibatan tulang dan pleura yang berdekatan, vaskularisasi dan akhirnya
operabilitas lesi. Post operative histopathology dilakukan pada hemangioma dan hidatid
payudara sedangkan biopsi dilakukan untuk konfirmasi diagnosis pada chondrosarcoma dan
mesothelioma pleura ganas.
Dari total 92 payudara abnormal 12 yang tidak terjawab dengan USG dan 20
terlewatkan dengan mamografi. Menggabungkan kedua modalitas hanya 2 lesi yang tidak
terjawab dan didiagnosis pada histopatologi saja.

Total payudara Didiagnosis dengan Didiagnosis dengan Didiagnosis dengan


abnormal mammografi saja USG saja kombinasi sono +
mammo
92 72 80 90

19
Gambar 13. Kasus chondrosarcoma tulang rusuk. (a) Radiografi tampak thorax PA
menunjukkan radio-opacity homogen yang didefinisikan dengan baik di zona tengah
kanan dengan dasar yang luas untuk mediastinum & silhouting batas jantung kanan.
Pandangan lateral mengungkapkan massa mediastinum anterior dengan opasitas
radio-opak jaringan lunak terlihat membesar di anterior sternum; (b) Pre-post contrast
CT thorax mediastinum menunjukkan lesi massa yang relatif tidak meningkat yang
melibatkan dinding dada anterior kanan dengan penghancuran rusuk dan ekstensi
intrathoracic.

Kekhususan keseluruhan untuk USG pada massa payudara adalah 86,9% dan untuk
mamografi itu adalah 78,6%. Menggabungkan efisiensi keduanya modalitas adalah 97,6%.

Keseluruhan potensial Keseluruhan potensial Potensial diagnostic dengan


diagnostic untuk diagnostic untuk USG + mammografi
mammografi pada massa ultrasonografi pada massa
payudara payudara
Spesifitas: 78.2% Spesifitas: 86.9% Spesifitas: 97.8%
Akurasi: 87.9% Akurasi: 92.7% Akurasi: 98.8%
P(-)ve: 78.2% P(-)ve: 86% P(-)ve: 97.4%

20
2.3. Statistik Sebuah Signifikansi

 Membandingkan akurasi diagnostic mammografi saja dengan mammografi dan secara


keseluruhan massa payudara dengan nilai p sangat signifikan (p = 0.0001).

 Membandingkan akurasi diagnostik hanya ultrasonografi dengan mamografi plus


ultrasonografi di massa payudara secara keseluruhan nilai p sangat signifikan (p = 0,0059).

 Membandingkan hanya mamografi hanya dengan ultrasonografipPada keseluruhan massa


payudara nilai p adalah (p = 0.1189) tidak signifikan

2.3.1. Follow up
Pada keganasan payudara dimodifikasi radikal mastektomi tersebut dilakukan
dengan angka kematian tunggal hingga follow up 6 bulan. Salah satu pasien dengan
anaplastic large cell non hodkin’s limfoma, kemoterapi (cyclophosphamide, doxorubicin,
vincrinstin, prednisone). Lumpektomi dilakukan pada sebagian besar kasus fibroademona
dengan sedikit dari mereka membutuhkan mastektomi sederhana. Hanya menindaklanjuti
mammogram disarankan pasien dengan perubahan fibrokistik perimenopause. Di Kasus
ektasia hanya mengikuti mammogram sangat disarankan. Aspirasi terapeutik dilakukan pada
kedua kasus galaktokel.

21
Mammografi

Kelebihan Kekurangan
• Baik untuk deteksi pada • Massa solid dan kistik sulit
mikrokalsifikasi dibedakan
• Baik untuk deteksi massa yang • Tidak bisa digunakan pada ibu hamil
berspikulasi dan menyusui
• Lesi multiple dengan berhungan satu • Tidak bisa digunakan pada payudara
sama lain bisa dilihat dengan baik yang sakit dan bengkak
• Stereotaktik biopsy dapat dilakukan • Tidak bisa digunakan pada dense
payudara dan payudara yg terinfeksi
• Tidak bisa digunakan pada masa
tipis dan mimic dari masa payudara
(bony atau lesi pleura)
• Visualisasi keseluruhan pda
payudara sangat tidak mungkin pada
single view
• Payudara yang sangat besar tidak
dapat dievaluasi dengan adekuat

22
Ultrasonografi

Kelebihan Kekurangan
- Baik untuk menditeksi lesi kistik dan - Microkalsifikasi tidak bisa dilihat
jaringan intrakisik (echos, debris, - Lemak dan udara pada lesi
septae & cyst dll.) mengaburkan lesi
- Baik untuk infeksi patologi dan - Well defined malignant masa terlihat
payudara yang radang lesi jinak
- Densitas payudara bisa dievaluasi - Sensitifitas tergantung operator
dengan baik - Isoechoic dan lesi multisentrik tidak
- Tidak ada ekspos radiasi, baik untuk terlihat
kehamilan dan ibu menyusui
- Vaskularisasi bisa dilihat
- Pada waktu tertentu dan keseluruhan
region patudara bisa dievaluasi
walaupun payudara yg cukup besar
- Lesi bony pipih dan mimic pada
masa payudara bisa dievaluasi denan
baik

MRI penting pada kasus yang relatif sulit membedakan antara lesi ganas dan jinak, tingkat
invasi ke jaringan lunak dan perfusi jaringan sekitarnya dan sangat bisa diandalkan. Untuk
mengetahui multifokalitas, untuk membedakan jaringan parut dan kanker rekuren, untuk
mengevaluasi implan payudara. MRI mahal dan tidak terjangkau pada banyak pasien. CT
scan penting pada lesi tulang, untuk menentukan kerusakan tulang dan perluasan intra-toraks
dan pada pasien yang tidak mampu melakukan investigasi mahal seperti MRI.

23
PEMBAHASAN
Massa pada payudara umumnya terjadi pada wanita dan di antara semua
massa payudara, massa ganas adalah yang paling ditakuti. Kanker payudara adalah
penyebab paling umum kematian pada wanita.
Pasien dengan lesi payudara teraba biasanya terdeteksi pada evaluasi
radiologi. Berbagai teknik pencitraan seperti mammografi, ultrasonografi, MRI,
scintimamografi dan PET sekarang sudah tersedia. Mammografi adalah metode
deteksi awal dan diagnosis penyakit payudara dengan sensitivitas 85% - 95%.
Mammografi spesifik dapat memperlihatkan massa payudara dalam membantu
diagnosis. Lesi jinak menunjukkan bentuk bulat sampai oval, margin yang terdefinisi
dengan baik, sedikit lobulasi, kepadatan jaringan lunak yang rendah dan lemak yang
mengandung lesi. Lesi ganas menunjukkan kepadatan jaringan lunak yang tinggi,
margin tidak beraturan, beberapa lobus dan spikulasi dengan atau tanpa
mikrokalsifikasi.
Mammografi pada massa payudara dapat digunakan untuk mencari
mikrokalsifikasi dan distorsi arsitektural, margin yang terspikulasi dan untuk
menentukan lesi potensial untuk screening penyakit yang tersembunyi pada jaringan
sekitarnya. Mamografi terbukti menjadi alat diagnostik yang efektif untuk
menentukankarakteristik jinak dan ganas dari massa payudara yang teraba.
Mamografi hampir 87% akurat dalam mendeteksi kanker, spesifisitasnya
adalah 88% dan nilai prediksi positifnya mungkin setinggi 22%. Tetapi temuan
negatif palsu dalam mamografi dalam evaluasi massa payudara tinggi, diperkirakan
antara 4% & 12%.
Oleh karena itu, modalitas lain diperlukan untuk melengkapi diagnosis primer
yang diberikan pada mamografi.
Ultrasonografi sangat sesuai dengan mamografi karena kedua modalitasnya
mudah didapat, relatif lebih murah dan memerlukan waktu relatif lebih lama.
Mulanya ultrasonografi hanya digunakan untuk membedakan massa padat dari
massa kistik. Ultrasonografi secara efektif membedakan lesi padat dari kista yang
mencapai hampir 25% dari lesi payudara. Sekarang bisa digunakan untuk
mengevaluasi payudara padat di bawah usia 35 tahun. Di payudara di mana lesi
padat dan kista dikaburkan oleh mamografi karena jaringan fibroglandular padat,
ultrasonografi membantu dalam diagnosis dan untuk mengurangi jumlah biopsi

24
bedah. Hal ini diperlukan untuk mengevaluasi kompleks kista atau kista yang
membutuhkan aspirasi berulang karena dapat menyimpan keganasan,
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan jinak dari lesi ganas dengan
nilai prediktif negatif 99,5%, spesifisitas 67,8% dan akurasi keseluruhan 72,9%
(Stavros et al.). Gambaran spesifik sonografi yang menentukan sifat jinak lesi
meliputi hiperogenisitas berat, bentuk ellipsoid, lobulasi lembut, pseudokapsule
echogenik tipis dan kurang dari empat lobulasi lembut. Sifat maligna lesi diberikan
oleh spikulasi, margin sudut, kontras, mikrolobulasi dan microcalcifications.
Meskipun diagnosis pasti dimungkinkan dengan prosedur pencitraan non-
invasif, kebanyakan lesi histopatologi atau sitologi (biopsi / FNAC) terbukti
merupakan alat yang sangat penting untuk mendapatkan konfirmasi diagnosis.
Penting untuk mengetahui lesi ekstrabreast lainnya yang dapat terlihat
dengan massa payudara yang teraba. Lesi dinding dada, lesi muskular dan pleura,
massa tulang, penyakit hidatid dapat terlihat secara klinis dengan pembengkakan
payudara. Pencitraan cross sectional yang tepat bisa membantu.
Meski mamografi dan ultrasonografi memiliki kelebihan dan keterbatasan
tersendiri. Tidak ada penelitian tunggal yang 100% akurat namun kombinasi
mamografi dan ultrasonografi dapat menghasilkan hasil yang mendekati 100%

KESIMPULAN
Studi kami mengkonfirmasikan spesifitas pada ultrasonografi dan mamografi
untuk mendeteksi massa payudara termasuk keganasan. USG lebih baik pada lesi
kistik, ektasis, infeksi dan inflamasi, laktasi-kehamilan, evaluasi payudara sedangkan
mammografi lebih baik dalam mendeteksi microcalcifications, massa spikulasi untuk
deteksi dini keganasan yang tersembunyi dan biopsi stereotactic.
Ultrasonografi dan mammografi tidak dapat saling menggantikan, namun
untuk menyarankan modalitas tunggal, ultrasonografi lebih baik pada populasi yang
lebih muda dan lesi BIRAD 1, 2 & 3. Mammografi lebih baik pada populasi yang
lebih tua dan lesi BIRAD 4 & 5. Namun, korelasi sono-mammographic paling baik
pada keduanya.
Lesi eksta payudara dapat seperti bentukan massa payudara, kesadaran dan
pencitraan cross sectional secara hati-hati bisa menjadi pemecahan masalah.
Mammografi tidak banyak membantu dalam kasus ini.

25
26

Anda mungkin juga menyukai