Anda di halaman 1dari 10

PAPER FEATURE

PROBLEMATIKA KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

(Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Dasar Kesehatan Reproduksi/KIA)

Kelas A

Dosen Pengampu: Ni’mal Baroya, S.KM., M.PH.

Disusun oleh:

Dwi Estu Pratiwi 172110101171

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS JEMBER

2018
Why parents must to aware in adolescent period?

Pepatah mengatakan “Adat muda menanggung rindu, adat tua menahan


ragam”. Pepatah itu mengandung makna anak muda itu harus bersabar dalam meraih
cita-cita. Hal ini bertolak belakang dengan keadaan remaja saat ini, dimana mereka
lebih mudah putus asa dan menyerah dalam usaha meraih cita-cita. Hal ini terjadi
karena pada masa remaja muncul sifat khas yang hanya dimiliki seorang remaja yakni
rasa ingin tahu yang besar, suka berpetualang dan berani menerima tantangan yang
cenderung memberikan risiko tanpa ada pertimbangan yang matang. Sifat khas remaja
ini jika tidak diimbangi dengan pengambilan keputusan yang tepat akan
menjerumuskan mereka kedalam perbuatan yang berisiko sehingga akan
mempengaruhi kehidupan meraka di jangka pendek maupun di jangka panjang
nantinya terutama yang berkaitan dengan kesehatan fisik dan psikososial, dimana
pada masa remaja diketahui bahwa terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat
baik secara fisik, psikologis, maupun intelektualnya.

Berdasarkan hasil Komisi Nasional Perlindungan Anak di 33 propinsi di


Indonesia pada bulan Januari sampai Juni 2008 menunjukkan hasil sebanyak 97%
remaja pernah melihat film porno, 93,7% melakukan ciuman, oral sex, dan rangsangan
genital, 62,7% remaja perempuan SMP sudah tidak virgin dan telah melakukan abori
sebanyak 21,2%. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk melakukan
masalah ini adalah dengan program KRR.

Permasalahan program KRR yang dilaksanakan di Kabupaten Jember antara


lain sikap negatif remaja terhadap program KRR, pengetahun mengenai KRR yang
rendah serta kurangya akses komunikasi mengenai KRR antara orang tua dan anak.

Kurangnya akses komunikasi mengenai KRR antara orang tua dan anak dapat
dipicu karena pengetahuan orang tua yang rendah mengenai KRR ataupun karena
orang tua kurang memahami anaknya. Pada usia remaja seharusnya orang tua wajib
mendampingi dan mengarahkan anak mereka untuk tidak terjerumus ke dalam
pergaulan yang membawa ke dalam kenakalan remaja dan perilaku yan merugikan diri
sendiri. Untuk itu diperlukan peran besar orang tua untuk mengajarkan pendidikan
kesehatan reproduksi sejak dini dan dilakukan dengan cara yang bersahabat dan
lemah lembut.

Saya telah melakukan wawancara dengan salah satu remaja asli jember
bernama kartika puspitasari, dia merupakan remaja berusia 17 tahun dan duduk di
kelas XI SMA Negeri, merupakan anak dari sepasang orang tua yang bekerja sebagai
pengajar di sekolah menengah pertama (SMP).

Saat saya menanyakan mengenai kesediaannya untuk diwawancarai mengenai


masalah kesehatan reproduksi, ia memberikan tanggapan positif dan bersedia untuk
saya wawancarai. Dia beranggapan bahwa pembahasan mengenai kesehatan
reproduksi bukan merupakan hal yang tabu, menurutnya ini merupakan suatu hal
penting yang harus dibahas pada masa remaja. Ia sendiri telah mendapatkan
pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi dari orang tua sejak berumur 11 tahun,
dimana saat itu ia telah menginjak akil baliq, yakni pada perempuan ditandai dengan
menstruasi. Ia berkata demikian saat saya bertanya sejak kapan kamu mendapat
pendidikan mengenai kesehatan reproduksi? Iya menjawab “Aku mendapat pendidikan
tentang kesehatan reproduksi sejak umur 11 tahun Mbak, pas itu aku mulai mens, kan
aku masih belum tau ya mbak itu harus digimanakin, trus ibuku ngajarin cara cuci
pembalut, cuci celana dalam, sama buang pembalut nya itu harus dibungkus dulu.
Trus ibuku bilang kalo aku harus ganti pembalut minimal 6 jam sekali.”

Pengetahuan responden akan masalah kesehatan reproduksi

Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan, Dek Tika sudah paham
betul mengenai masalah kesehatan reproduksi mulai dari cara membersihkan dan
mengganti pembalut saat datang bulan, perilaku seks bebas yang dapat menyebarkan
virus HIV dan penyakit seks menular lainnya. Saat saya bertanya mengenai
penggunaan sabun antiseptik pembersih alat kemaluan, ia menjawab bahwa ia tidak
pernah ,menggunakan produk tersebut dikarenakan ibunya pernah berkata bahwa
sabun antiseptik itu memberikan dampak yang buruk ke alat reproduksi wanitanya.
Lalu saat bertanya mengenai penyakit menulas seksual ia berkata bahwa penyakit
menular seksual itu bisa menular jika melakukan hubungan seksual yang tidak aman
dan pergaulan bebas. Menurut pernyataan dek Tika, Ibunya dek Tika ini selalu
mengingatkan, jika dek tika punya keluhan mengenai masalah kesehatan reproduksi
maka harus segera bilang ke ibunya untuk segera di periksakan ke puskesmas. Tetapi
alhamdulillah sampai saat ini dek Tika belum memiliki masalah kesehatan reproduksi.

Sikap responden akan masalah kesehatan reproduksi

Saat bertanya perihal pergaulan bebas, saya memberikan pertanyaan


tambahan, yakni upaya apa yang sudah dek Tika lakukan untuk mengihndarkan diri
dari pergaulan bebas. Saya lumayan kagum dengan jawaban yang diberikan dek Tika,
karena ia bilang bahwa saya tidak melakukan pacaran sama sekali Mbak, karena saya
ingin fokus untuk mengejar masa depan dan cita-cita yang ingin saya capai. Selain dari
sikap yang muncul dari diri dek Tika sendiri, kata dek Tika, orang tuanya pun melarang
ia untuk tidak melakukan pacaran sebelum sukses menggapai cita-citanya. Kegiatan
sehari-hari yang dilakukan dek Tika adalah melakukan kegiatan ekstrakulikuler dan
mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah (les) sehingga menurutnya itu sudah
menguras banyak waktu sehingga ia tidak sempat untuk berpikir untuk berpacaran.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah saya lakukan dengan mendengarkan


cerita juga dari dek Tika, dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam memberikan
akses informasi dan pengetahuan mengenai KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja)
sangat berpengaruh terhadap pengetahun dan sikap yang dimiliki oleh seorang remaja
dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenak peran
orang tua memberikan pengaruh yang sangat besar untuk membentuk karakter anak
yang kuat dan tidak mudah terjerumus ke hal yang akan berisiko dan rentan merusak
masa depan mereka.

Referensi

Aisyaroh, N. (n.d.). Kesehatan Reproduksi Remaja. Retrieved November 23, 2018,


from
http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/210104090/635Kespro_Remaja.pdf

RI, K. K. (n.d.). Infodatin: Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Retrieved November


23, 2018, from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin
%20reproduksi%20remaja-ed.pdf

Lampiran

Kuisioner Problematika Kesehatan Reproduksi Remaja

Nama Narasumber
Tempat tanggal lahir
Usia
Alamat rumah
Agama
Pekerjaan Orang Tua

No. Pertanyaan Jawaban


1. Apakah membahas reproduksi
merupakan hal tabu bagi Anda?

2. Dari sumber manakah Anda


memperoleh pengetahuan mengenai
kesehatan reproduksi?

3. Masalah reproduksi apa yang akhir-


akhir ini Anda alami?

4 Bagaimana kamu mengatasi masalah


kesehatan reproduksi yang pernah
kamu alami?

5. Berapa kali sehari Anda mengganti


celana dalam?
6. Jika menstruasi, berapa kali Anda
mengganti pembalut?

7. Apakah Anda menggunakan sabun


kewanitaan yang mengandung
antiseptik? Beri alasannya

8. Tahukah Anda bahwa sabun


kewanitaan yang mengandung
antiseptik tidak baik untuk kesehatan
reproduksi? Jika tahu apa keburukan
dari sabun antiseptik

9. Apakah Anda tahu apa itu


HIV/AIDS? Beri alasan

10. Apakah Anda tahu apa itu IMS


(Infeksi Menular Seksual)? Beri
alasan

11. Apakah benar seks bebas dapat


menyebabkan HIV/AIDS dan IMS?
Beri alasan

12. Apakah Anda setuju dengan


pernikahan dini? Beri alasan
13. Apakah Anda setuju dengan adanya
aborsi di kalangan remaja yang hamil
di luar nikah? Beri alasan

14. Apakah pernikahan dini dapat


menganggu kesehatan mental
remaja? Beri alasan

15. Apakah setiap remaja harus


menambah wawasan mengenai
kesehatan reproduksi?

16. Dari pertanyaan nomer 14, mengapa?

17. Apakah setiap remaja berhak


mendapatkan layanan kesehatan dan
konseling mengenai problematika
kesehatan reproduksinya?

18. Dari pertanyaan nomer 16, mengapa?

19. Apakah anda pernah mendapat


pelajaran/informasi mengenai
kesehatan reproduksi dari orang tua
anda? Jika pernah, sejak umur berapa
anda mendapat informasi mengenai
kesehatan reproduksi dan informasi
apa saja yang anda dapat dari orang
tua anda?
20. Jika kamu memiliki masalah
kesehatan reproduksi, kepada siapa
kamu menceritakannya? Beri alasan

21. a. Apakah kamu pernah


berpacaran? jika tidak beri
alasannya
b. bagaimanakah gaya
berpacaran anda?
c. Masalah apa yang pernah
kamu alami saat berpacaran?
d. apakah berpacaran
mengganggu mu dari segi
emosional dan prestasi? Beri
alasan
22. Apakah temanmu pernah
menceritakan masalah kesehatan
reproduksinya? Lalu bagaimana
kamu menanggapinya?

23. Seberapa besar temanmu


mempengaruhi kehidupan pribadi
mu? Apakah ada yang pernah
mencoba mengajak mu ke hal yang
negatif? Coba jelaskan
23. Kamu lebih nyaman curhat ke orang
tua apa teman, berikan alasannya?

Anda mungkin juga menyukai