Anda di halaman 1dari 12

TUGAS ANALISIS KASUS PENGEBOMAN DI HOTEL JW MARRIOT

JAKARTA 2009 DALAM METODE IT FORENSIK

Oleh:

Rasky Yoga Adewindra


1805551134

IT Forensik A

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN
2022-2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................ 3
Latar Belakang....................................................................................................................... 3
Rumusan Masalah ................................................................................................................. 4
Tujuan .................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................. 5
A. Peristiwa terjadi ................................................................................................................ 5
B. Kronologis Kasus ................................................................................................................ 5
C. Tahap –Tahap dari Pengumpulan Bukti................................................................................. 7
D. Kaitan contoh kasus penggunaan IT Forensik Dengan 4 elemen ............................................... 8
E. Barang Bukti Digital (Forensik) ............................................................................................. 9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................11
Kesimpulan ..........................................................................................................................11
Saran...................................................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perkembangan Teknologi informasi pada saat ini sudah berkembang pesat dan memberi
dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada aktivitas sehari hari
manusia. Di lain sisi, perkembangan teknologi informasi juga menimbulkan dampak negatif yang
tidak dapat hindari. Dengan kecanggihan perangkat digital pada saat ini. Kejahatan juga semakin
maju dengan alat alat tersebut dengan berbagai modus kejahatan terbaru yang belum ada
sebelumnya sebagai contoh kejahatan terorisme.

Di Indonesia, isu terorisme tidak pernah hilang dari pemberitaan di berbagai media di
Indonesia. Salah satu teroris yang bergabung dengan organisasi Al-Qaeda tersebut ialah Noordin
Mohammad Top. Noordin merupakan dalang dari kasus bom bunuh diri hotel JW Marriot pada
tahun 2009. Hal itu terungkap karena adanya barang bukti digital dari laptop noordin. Polri
akhirnya membedah isi laptop Noordin M Top yang ditemukan dalam drama penggerebekan di
Solo. Dalam temuan tersebut akhirnya terungkap video rekaman pengantin dalam ledakan bom di
Mega Kuningan, Dani Dwi Permana.

Masalah yang paling mendasar dari bukti digital ini adalah tentang keaslian dan integritas
bukti digital itu sehingga bukti digital tersebut dapat dipercaya. Untuk dapat mewujudkan hal
tersebut muncul sebuah proses investigasi bukti digital yang dikenal dengan forensik digital.
Forensik digital adalah metode investigasi dengan pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk memeriksa dan menganalisis suatu bukti digital. Proses forensik digital ini akan menemukan
suatu bukti digital dari suatu sistem elektronik yang selanjutnya akan dianalisis agar dapat
dijadikan bukti yang terpercaya. Output dari proses forensik digital tersebut adalah digital evidence
itu sendiri serta hasil uji forensik digital.

Dengan hasil bukti digital berupa isi laptop noordin dan video CCTV hotel yang ditemukan
oleh polisi, membuat kejahatan dari pengeboman hotel JW Marriot terkuak. Dengan demikian
makalah ini akan membahas bagaiamana cara investigasi dan pembuktian pada kasus pengeboman
hotel JW Marriot pada tahun 2009 dengan barang bukti digital yang ditemukan.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan masalah :

• Bagaimana kronologi kasus Pengeboman Hotel JW Marriot ?


• Bagaimana cara mendapatkan dan proses pengumpulan bukti/digital evidence
tersebut ?
• Bagaimana metode pembuktian kebenaran digital evidence dalam penyelesaian
kasus pengeboman Hotel JW Marriot pada tahun 2009 tersebut ?

Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini :

• Mengetahui kronologi kasus Pengeboman Hotel JW Marriot ?


• Mengetahui cara mendapatkan dan proses pengumpulan bukti/digital evidence tersebut ?
• Mengetahui metode pembuktian kebenaran digital evidence dalam penyelesaian kasus
pengeboman Hotel JW Marriot pada tahun 2009 tersebut ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peristiwa terjadi
Pengeboman Jakarta 2009 (disebut juga Pengeboman Mega Kuningan 2009) adalah
peristiwa ledakan bom di hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton di kawasan Mega Kuningan, Jakarta
Selatan pada hari Jumat pagi, 17 Juli 2009, sekitar pukul 07:47 sampai 07:57 WIB. Peristiwa bom
bunuh diri tersebut menewaskan 9 orang korban dan melukai lebih dari 50 orang lainnya, baik
warga Indonesia maupun warga asing. Selain dua bom rakitan berdaya ledak rendah yang meledak
tersebut, sebuah bom serupa yang tidak meledak ditemukan di kamar 1808 Hotel JW Marriott yang
ditempati sejak dua hari sebelumnya oleh tamu hotel yang diduga sebagai pelaku pengeboman..

Peristiwa ini terjadi sembilan hari sesudah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Indonesia
serta dua hari sebelum rencana kedatangan tim sepak bola Manchester United di Hotel Ritz-
Carlton yang akan melakukan pertandingan dengan tim Indonesian All Star pada 20 Juli 2009.
Sementara itu, tim Indonesian All Star yang sedang menginap di Hotel JW Marriott selamat dari
bom. Sebelumnya, Hotel JW Mariott pernah menjadi target serangan bom bunuh diri pada 5
Agustus 2003 yang memakan korban tewas 12 orang dan 150 orang luka-luka. Polri
mengumumkan identitas kedua pelaku bom bunuh diri, yaitu Dani Dwi Permana asal Bogor dan
Nana Ikhwan Maulana asal Pandeglang. Polisi mengaku mendeteksi ada 11 orang yang diduga
terlibat dalam pengeboman tersebut, termasuk Noordin M Top sebagai otak pelaku utama dan
Ibrohim sebagai orang dalam di Hotel Ritz-Carlton yang menyelundupkan bom ke dalam hotel.
Polisi berhasil menangkap atau menembak mati sejumlah tersangka pelaku pengeboman lainnya,
walaupun masih ada beberapa aktor yang buron.

B. Kronologis Kasus
Mabes Polri membuka beberapa dokumen milik Noordin M Top. Adapun video rekaman
yang berada di laptop Noordin itu menceritakan tentang pengintaian, perencanaan, pemilihan
pakaian, hingga diskusi terkait rencana peledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton yang
dilakukan oleh Dani Dwi Permana dan Syaifuddin Juhri. Kepala Divisi Humas Mabes Polri Nanan
Soekarna mengatakan, penayangan video meliputi rencana survei peledakan bom. Dalam video
itu, beberapa hari sebelum peledakan, Dani Dwi Permana melakukan lari pagi di lapangan dekat
kedua Hotel dengan ditemani oleh Syaifudin Juhri. Dalam video itu, kedua pelaku mengaku tidak
dalam keadaan putus asa. Bahkan, mereka mengatakan bahwa ini bukanlah tindakan bunuh diri.
"Bunuh diri itu orang putus asa dan saya tidak putus asa," jawab Dani ketika ditanya Syaifudin
dalam tayangan video tersebut

Pada 8 Juli, Ibrohim melakukan survei. Dia masuk dari pintu belakang be rsama Nana,
pelaku bom Ritz Carlton lalu masuk ke ruang karyawan. Tak berapa lama, mereka keluar
meninggalkan tempat tersebut. Pada 16 Juli, Ibrohim kembali ke hotel itu dengan menggunakan
mobil pick up berwarna hitam. Tampak pada gambar, Ibrohim membawa dus yang berisi bom.
Saat itu, sopir sempat akan membantu namun dilarang Ibrohim. Akhirnya, dia membawa sendiri
dus tersebut ke dalam Hotel Marriott, tepatnya ke kamar nomor 1808. Sementara sopir hanya
menunggu di luar dan memarkirkan kendaraannya. Menurut Kepala Divisi Hubungan Masyarakat
Markas Besar Kepolisian Indonesia, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, Boim yang sejak 2005
bekerja di Toko Bunga Cynthia di hotel Ritz Carlton itu mengusulkan pengeboman di JW Marriott
karena di tempat itu ada pertemuan bisnis pengusaha asing saban Jumat pagi. Dia juga
mengusulkan pengeboman di Ritz Carlton karena ada akses dari Marriott.

"Dia lalu memberikan gambaran situasi kedua hotel, sistem keamanan dan cara masuk
kepada Saifudin Zuhri dan Noor Din M Top," ujar Nanan di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Rabu
(12/8). Boim juga berperan dalam memberikan fotokopi KTP kepada pemilik rumah kontrakan di
Jalan Pondok Jaya, Mampang, Jakarta Selatan, yang digunakan sebagai safe house untuk
peledakan Mega Kuningan. Boim, sebagai orang dalam, juga memfasilitasi kedua pengebom untuk
melihat situasi dalam hotel. Nanan menunjukkan video yang menangkap gambar Boim mengajak
Nana Maulana, 28 tahun, berkeliling Ritz Carlton, 8 Juli lalu dibawa dari safe-house dan diangkut
ke kamar 1808 JW Marriot dimana pengebom Dani Dwi Permana, 18 tahun, menginap. Sementara
bom untuk Nana di Ritz Carlton dimasukkan lewat pintu masuk karyawan pada 17 Juli 2009 pukul
06.15 pagi, sekitar dua jam sebelum waktu pengeboman. Pada 17 Juli, Ibrohim membawa Nana
masuk ke dalam hotel dan check in di Hotel JW Marriot dengan kamar 1808. Menurut keterangan
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna, hal ini yang membuat Dani, saat check in di
hotel tidak terdeteksi membawa bom. Tas yang dibawa Dani yang semula diduga berisi bom
ternyata kosoong. Pada kejadian ini, polisi menyimpulkan, Ibrohim menjadi pengatur, pembawa
bom, dan pengontrol aksi pemboman di dua hotel mewah itu.

Pasca peledakan, Bom kabur ke safe house di Nusaphala, Jatiasih, Bekasi. "Bergabung
dengan Sarfudin Zuhri, Amir Abdillah, dan Noor Din M Top," katanya. Di tempat itu, Nanan
melanjutkan, mereka merencanakan pengeboman dengan sasaran kediaman presiden di Cikeas.
Berdasarkan pengakuan Amir Abdillah yang berperan sebagai penjaga rumah Jatiasih dan
ditangkap di Koja, Jakarta Utara, Boim siap menjadi pengantin, istilah mereka untuk pengebom
bunuh diri. "Dengan bom mobil dan bom rompi," ujar Nanan. Noor din cs kemudian
mengamankan calon 'pengantin' tersebut dan memboyongnya ke Temanggung. "Sambil menunggu
bom mobil di Jatiasih selesai," kata Nanan. Tewasnya Boim di Temanggung, kata Nanan,
merupakan hal yang patut disyukuri. "Karena rencana berikutnya digagalkan," ujarnya.

C. Tahap –Tahap dari Pengumpulan Bukti


➢ Identifikasi dalam bukti digital (Identification/collecting Digital Evidence)
• Merupakan tahapan paling awal dalam teknologi informasi. Pada tahapan ini di
lakukan indentifikasi dimana bukti itu berada, dimana bukti itu disimpan, dan
bagaimana penyimpannya untuk mempermudah penyelidikan.
➢ Penyimpanan bukti digital (Preserving Digital Evidence)
• Bentuk, isi makna bukti digital hendaknya disimpan dalam bentuk yang steril.
Untuk benar-benar memastikan tidak ada perubahan-perubahan, hal ini vital untuk
diperhatikan. Karena sedikit perubahan saja dalam bukti digital, akan merubah juga
hasil penyelidikan. Bukti digital secara alami bersifat sementara, sehinga
keberadaannya jika tidak teliti akan sangat mudah sekali rusak, hilang, berubah,
mengalami kecelakaan.
➢ Analisis bukti digital (Analizing Digita Evidensce)
Barang bukti setelah disimpan, perlu diproses ulang sebelum diserahkan pada p ihak yang
membutuhkan. Pada proses ini lah skema yang diperlukan akan fleksibel sesuai dengan kasus-
kasus yang di hadapi. Barang bukti yang telah didpatkan perlu diexplorer kembali beberapa
poin yang berhubungan dengan tindakan pengusutan, antara lain:
• Siapa yang telah melakukan
• Apa yang telah dilakukan (Ex. Pengguna software apa)
• Hasil proses apa yang dihasilkan
• Waktu melakukan Setiap bukti yang ditemukan, hendaknya kemudian dilist bukti-
bukti potensila apa sajakah yang dapat didokumentasikan.

➢ Presentasi bukti digital (presentation of digital Evidence)

Kesimpulan akan didapatkan ketika semua tahapan tadi telah dilalui, terlepas dari ukuran
obyektifitas yang didapatkan, atau standar kebenaran yang diperoleh, minimal bahan bahan inilah
yang akan di jadikan “modal” untuk ke pengadilan. Proses digital dimana bukti digital akan
dipersdangkan, diuji otentifikasi dan dikorelasikan dengan kasus yang ada. Pada tahapan ini
menjadi penting, karena disinilah proses-proses yang telah dilakukan sebelumnya akan diurai
kebenaranya serta dibuktikan kepada hakim untuk mengungkap data dan informasi kejadian.

D. Kaitan contoh kasus penggunaan IT Forensik Dengan 4 elemen


➢ Dari studi kasus diatas, bukti yang terdapat dalam laptop noordin dikatagorikan sebagai bukti
digital (digital evidences) .
• video rekaman field tracking Dani Dwi Prmana dan Nana Ikhwan Maulana ke
lokasi JW. Marrio dan Ritz Carlton. Dalam melakukan survai tersebut Dani dan
Nana di damping oleh Syaifuddin Zuhri sebagai Pemberi arahan dalam melakukan
eksekusi bom bunuh diri.
➢ Penyimpanan bukti Digital (Preserving Digital Evidenci)
• Penyimpanan bukti digital tersebut disimpan dalam hardisk laptop milik noordin.
dengan hal ini, bukti tersebut sudah dipastikan akan tetap tersimpan. Untuk
menjaga penyimpanan bukti digital tersebut, dapat dilakukan dengan cara
mengkloningkan seluruh data yang tersimpan. Hasil kloningan ini harus sesuai
100% dengan bukti yang aslinya. Sehingga diharapkan bukti tersebut dapat
dipercaya.
➢ Analisis bukti digital ( Analizing Digital Evidence)
• Dari analisis digital yang dilakukan pihak kepolisian, terlihat jelas bahwa bukti
tersebut menguak kejadian sebenarnya yang telah direncanakan dengan baik. Bukti
ini dapat menjadi bukti yang kuat di peradilan andai saja noordin tidak tewas dalam
penggerebekan tersebut.
➢ Presentasi Bukti Digital (presentation Of digital Evidence)
• Dalam penyajian presentasi bukti digital, pihak polres harus mendapatkan
persetujuan dari humas kepolisian. Dengan tujuan agar penyajian bukti tersebut
menghadirkan informasi yang benar, tepat, akurat dan dapat dipercaya.
• Dan pada akhirnya, kita selaku masyarakat juga bisa melihat video rekaman
tersebut dengan jelas di Televisi karna kadiv humas polri mengijinkan hal tersebut.

E. Barang Bukti Digital (Forensik)


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa;

1. Berdasarkan barang bukti yang telah didapatkan berupa isi laptop milik Noordin dan
CCTV Hotel, sudah cukup jelas memberikan informasi yang penting terkait dengan
kejadian yang menceritakan tentang pengintaian, perencanaan, pemilihan pakaian, hingga
diskusi terkait rencana peledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. Sehingga
sudah jelas menggambarkan tentang siapa pelakunya, di mana tempat kejadiannya dan
siapa saja yang berhubungan dengan kejahatan tersebut.
2. Berdasarkan investigasi yang dilakukan didapat informasi bahwa pengeboman yang
dilakukan di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton memang sudah direncanakan dengan
matang oleh pelaku dengan memerankan beberapa orang di posisinya masing-masing yang
sudah disusun dengan rapi.
3. Maka dari itu jika saja noordin tidak tewas di dalam penggrebekan tersebut, maka bukti
tersebut sudahlah cukup sebagai bukti yang kuat di peradilan.
Saran
Persoalan alat bukti elektronik yang sangat rentan dan mudah diubah bahkan dihapus,
maka cloning menjadi langkah awal yang penting pada saat akan melakukan analisa pada barang
bukti digital. Bahkan untuk data yang bersifat dapat dicetak sebaiknya di cetak dengan media
kertas (print out) kemudian oleh ahli digital forensik disimpan dengan tingkatkeamanan yang
tinggi sehingga tidak terjadinya manipulasi.

Anda mungkin juga menyukai