Dana Alokasi Khusus (DAK) dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Kriteria DAK kriteria-kriteria yang dipergunakan dalam penentuan daerah penerima dan penentuan besaran alokasi DAK, terdiri dari Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Kriteria Umum kriteria fiskal (keuangan) yaitu kemampuan keuangan Daerah (KKD), yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) realisasi PAD suatu Daerah dalam t- 2 (dua tahun sebelum tahun pengalokasian) yang merupakan data realisasi sebagaimana dalam Perda tentang Pertanggungjawaban APBDt-2, atau Realisasi PAD yang telah di audit oleh BPK, atau data anggaran PAD dalam APBDt-2 setelah dikalikan dengan faktor pengali tertentu. Faktor Pengali PAD nilai pengali PAD, sebagai treatment bagi Daerah yang tidak atau belum menyampaikan data realisasi PAD dalam APBDt-2. Nilai pengali tersebut dihitung dari rata-rata realisasi PAD secara nasional dibandingkan dengan rata-rata PAD data anggaran tahun yang sama. Dana Alokasi Umum (DAU) alokasi DAU Daerah yang bersangkutan dalam t-2 (dua tahun sebelum tahun pengalokasian), berdasarkan Peraturan Presiden tentang Alokasi Dana Alokasi Umum. Dana Bagi Hasil (DBH) realisasi penyaluran DBH Pajak dan DBH SDA dalam t-2 (dua tahun sebelum tahun pengalokasian), tidak termasuk didalamnya DBH-DR dan bagian dari DBH yang di earmark (ditentukan penggunaanya, misalnya CHT). Belanja Pegawai PNSD realisasi Belanja Pegawai PSND Daerah yang bersangkutan dalam t-2 (dua tahun sebelum tahun pengalokasian). Indeks Fiskal Neto (IFN) indeks dari kemampuan keuangan Daerah (KKD), yaitu KKD suatu Daerah dibandingkan dengan rata-rata KKD Nasional. Indeks Fiskal Neto Invers (IFN-1) nilai invers dari IFN, untuk keperluan perhitungan indeks gabungan selanjutnya. Nilai IFN-1 suatu Daerah kemudian distandarisasi kembali dengan cara membandingkan nilai tersebut dengan nilai rata-rata IFN-1 nasional. Kriteria Khusus kriteria kewilayahan yang dirumuskan berdasarkan: a. Peraturan perundang- undangan Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat; dan b. Karakteristik daerah, yang memperhitungan Daerah Tertinggal, Daerah Perbatasan dan Daerah Pesisir atau Kepulauan. Indeks Daerah Tertinggal (IDT) indeks ketertinggalan suatu Daerah dalam kelompok Daerah Tertinggal, yang dihitung dengan cara membandingkan nilai ketertinggalan suatu daerah dengan rata-rata nilai ketertinggalan kelompok Daerah Tertinggal. Indeks Daerah Perbatasan (IDP) indeks perbatasan suatu Daerah dalam kelompok Daerah Perbatasan, yang dihitung dengan cara membandingkan nilai perbatasan suatu daerah dengan rata-rata nilai perbatasan kelompok Daerah Perbatasan. Indeks Daerah Pesisir Kepulauan (IDPK) indeks pesisir kepulauan suatu Daerah dalam kelompok Daerah Pesisir Kepulauan, yang dihitung dengan cara membandingkan nilai pesisir kepulauan suatu daerah dengan rata- rata nilai pesisir kepulauan kelompok Daerah Pesisir Kepulauan. Indeks Kewilayahan (IKW) gabungan secara komposit dari IDT, IDP dan IDPK suatu daerah, yang dihitung dengan cara membandingkan indeks wilayah gabungan suatu daerah dengan rata-rata indeks wilayah gabungan dari kelompok Daerah Tertinggal, Daerah Perbatasan dan Daerah Pesisir Kepulauan. Kriteria Teknis kriteria kondisi sarana dan prasarana masingmasing bidang DAK yang disusun dari Indikator Teknis yang ditetapkan oleh masing-masing K/L penanggungjawab bidang atau sub bidang DAK. Indikator Teknis data, nilai, kondisi dan/atau keadaan tertentu yang menggambarkan kondisi sarana dan prasarana layanan publik di Daerah, yang ditetapkan oleh masing-masing K/L, untuk diperhitungkan dengan bobot/porsi tertentu guna membentuk Indeks Teknis. Indeks Teknis (IT) indeks kondisi sarana dan prasarana bidang DAK tertentu suatu Daerah, yang menggambarkan tingkat kebutuhan pembangunan dan/atau perbaikan sarana prasarana secara relative dibandingkan dengan Daerah – Daerah lainnya. Indeks Teknis suatu Daerah dihitung dengan cara membandingkan indikator teknis gabungan suatu Daerah dengan rata- rata indikator teknis gabungan seluruh Daerah. Indeks Fiskal Wilayah (IFW) gabungan secara komposit IFN-1 dan IKW, dengan bobot 50% : 50%. Indeks Fiskal Wilayah Teknis (IFWT1) gabungan secara komposit IFW dan IT, dengan bobot 50% : 50%, yang digunakan dalam formulasi penentuan daerah penerima DAK. Indeks Fiskal Wilayah Teknis (IFWT2) gabungan secara komposit IFW dan IT, dengan bobot 20% : 80%, yang digunakan dalam formulasi penentuan besaran DAK per daerah. Bobot DAK per Daerah per Bidang (BD) hasil perhitungan IFWT2 dengan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Daerah yang bersangkutan. Alokasi DAK per Daerah per Bidang (ADB) hasil perhitungan porsi BD suatu Daerah dengan pagu Bidang DAK. Porsi BD suatu Daerah adalah perbandingan antara BD suatu Daerah dengan Jumlah total BD. Pagu Bidang DAK nilai pagu suatu bidang atau sub bidang DAK. Alokasi Minimal (AM) jumlah alokasi minimal yang akan dialokasikan kepada Daerah Penerima DAK bidang tertentu. AM dimaksud diambil dari pagu bidang atau sub bidang yang bersangkutan. Alokasi DAK per Daerah (AD) jumlah alokasi DAK suatu Daerah. Daerah Penerima DAK sejumlah Daerah yang berdasarkan kriteria umum, khusus dan teknis dinyatakan layak menerima alokasi DAK.