Anda di halaman 1dari 37

OPTIMALISASI PELAKSANAAN PROGRAM

JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN BAGI


NON ASN PEMERINTAH DAERAH
OLEH:
IRA HAYATUNNISMA,SE,MM
KASUBDIT PERENCANAAN ANGGARAN DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
AMANAT

PEDOMAN SETIAP TAHUN ANGGARAN


Menteri menetapkan pedoman penyusunan
PENYUSUNAN APBD APBD setiap tahun setelah berkoordinasi
dengan menteri yang menyelenggarakan
Pasal 308
urusan pemerintahan bidang perencanaan
UU 23/2014 pembangunan nasional dan menteri yang
Definisi dan Ruang Lingkup menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang
keuangan.

Pasal 89 ayat (2)


Pedoman Penyusunan APBD antara lain memuat: Kebijakan
Penyusunan APBD; Teknik Penyusunan APBD; dan Hal Khusus Lainnya.

Definisi:
Pedoman Penyusunan APBD adalah Pokok Kebijakan sebagai petunjuk 1. Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan
dan arah bagi pemerintahan daerah dalam penyusunan, pembahasan rancangan PPAS berdasarkan RKPD dengan
dan penetapan APBD. mengacu pada Pedoman Penyusunan APBD.
2. Pedoman Penyusunan APBD sebagaimana dimaskud
Pasal 89
Ruang Lingkup: Sinkronisasi kebijakan Pemda dengan kebijakan pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri setelah
ayat 1&2 berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan
pemerintah pusat; Prinsip penyusunan APBD; Teknis Penyusunan
PP 12/2019 urusan pemerintahan di bidang perencanaan
APBD; danHal Khusus Lainnya.
pembangunan nasional dan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
Lampiran keuangan
Ruang lingkup Pedoman Penyusunan APBD TA 2022 tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
peraturan menteri ini.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA dilakukan melalui sistem informasi pemerintahan
daerah (SIPD) sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN 2022

berdasarkan kebijakan umum anggaran dan prioritas dan plafon anggaran sementara berupa target dan
kinerja program dan kegiatan yang tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
 APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
 APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Penyusunan klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur pendapatan, belanja dan pembiayaan pada APBD
tahun 2022 atas pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang dituangkan dalam program,
kegiatan dan sub kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mendukung Penanganan pandemi Corona Virus Disease
2019 dan dampaknya paling sedikit meliputi:
 dukungan program pemulihan ekonomi daerah terkait dengan percepatan penyediaan sarana
prasarana layanan publik dan ekonomi untuk meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi
kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik;
 perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat;
 dukungan pelaksanaan vaksinasi Corona Virus Disease 2019;
 dukungan kelurahan dalam penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 untuk pos komando
tingkat kelurahan;
 insentif tenaga kesehatan dalam rangka untuk penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019; dan
 belanja kesehatan lainnya sesuai kegiatan prioritas yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2022 adalah “


Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”

 arahan utama Presiden dan prioritas pembangunan


nasional sesuai dengan potensi dan kondisi masing-masing
daerah,
 fokus pembangunan diarahkan kepada industri, pariwisata,
ketahanan pangan, usaha mikro kecil menengah, infrastruktur,
transformasi digital, pembangunan rendah karbon, reformasi
perlindungan sosial, reformasi pendidikan dan keterampilan,
serta reformasi kesehatan dengan sasaran dan target yang
harus dicapai pada tahun 2022
 keberhasilan pencapaian prioritas pembangunan nasional
sangat tergantung pada sinkronisasi kebijakan antara
pemerintah provinsi dengan pemerintah dan antara
pemerintah kabupaten/kota dengan pemerintah dan
pemerintah provinsi yang dituangkan dalam RKPD sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Tema Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2022


“Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Struktural”

Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan


1
Berkualitas dan Berkeadilan

Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi


2 Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan

Meningkatkan Sumber Daya Manusia Berkualitas dan


3
Berdaya Saing

4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan

Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung


5 Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar

Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan


6 Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim

Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan


7 Transportasi Pelayanan Publik
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SINERGI DAN PENYELARASAN KINERJA DAN KEUANGAN


 Pemerintah Daerah harus memfokuskan pencapaian target
pelayanan publik perangkat daerah tanpa harus menganggarkan
seluruh program dan kegiatan yang menjadi kewenangan
daerah
 sinergitas dan penyelarasan antara kebijakan Pemda dengan
Pemerintah Pusat dengan mempedomani Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2021 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2022,
dengan tetap memprioritaskan kebijakan pemerintah dalam rangka
mendukung penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 dan
dampaknya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
 Alokasi anggaran untuk setiap perangkat daerah ditentukan
berdasarkan target kinerja pelayanan publik masing-masing
urusan pemerintahan yang difokuskan pada prioritas
pembangunan yang telah ditetapkan dalam RKPD serta tidak
dilakukan berdasarkan pertimbangan pemerataan antar
perangkat daerah atau berdasarkan alokasi anggaran pada
tahun anggaran sebelumnya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

Pendapatan Asli Daerah • Pajak Daerah;


• Retribusi Daerah;
• Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan;
• Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Pendapatan Transfer Transfer Pemerintah Pusat
• Dana Perimbangan
PENDAPATAN DAERAH

o Dana Transfer Umum-DBH


o Dana Transfer Umum-DAU
• Dana Insentif Daerah;
• Dana Otonomi Khusus;
• Dana Keistimewaan;
• Dana Desa.
Transfer Antar-Daerah
• Dana Bagi Hasil
• Bantuan Keuangan
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah STRUKTUR APBD
Belanja Operasi • Pegawai Penerimaan Pembiayaan • Silpa
• Barang dan Jasa • Pencairan Dana Cadangan
• Bunga • Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahakan
• Subsidi • Penerimaan Kembali atas Pemberian Pinjaman
PEMBIAYAAN DAERAH

• Hibah • Penerimaan Pinjaman Daerah


BELANJA DAERAH

• Bansos • Penerimaan Pembiayaan Lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
Belanja Modal
Pengeluaran Pembiayaan • Pembayaran Cicilan Pokok Utang Yang Jatuh Tempo;
• Penyertaan Modal Daerah;
Belanja Tidak Terduga • Pembentukan Dana Cadangan;
• Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau
Belanja Transfer • Bagi Hasil • Pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
• Bantuan Keuangan undangan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

STRUKTUR PENDAPATAN APBD

Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Transfer Pemerintah Pusat


Pajak Daerah; Hibah;
• Dana Perimbangan
• Dana Transfer Umum
• DBH
Retribusi Daerah; • DAU Dana Darurat;
• Dana Transfer Khusus
• DAK Fisik
• DAK Non Fisik
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Lain-lain pendapatan sesuai PUU
• Dana Insentif Daerah;
dipisahkan;
• Dana Otonomi Khusus;
• Dana Keistimewaan;
• Dana Desa
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang
Sah Transfer Antar-Daerah
• Pendapatan Bagi Hasil;
• Bantuan Keuangan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEWENANGAN PERANGKAT DAERAH DALAM


STURKTUR BELANJA DAERAH MENGELOLA BELANJA DAERAH

JENIS BELANJA KEWENANGAN PENGELOLAAN

BELANJA OPERASI
Belanja Operasi Belanja Modal
 Belanja Pegawai SKPKD, SKPD dan BLUD
• Belanja Pegawai; • Belanja Tanah;
• Belanja Barang dan Jasa; • Belanja Peralatan dan Mesin;  Belanja Barang dan Jasa SKPKD, SKPD dan BLUD
• Belanja Bunga; • Belanja Bangunan dan Gedung;
• Belanja Subsidi; • Belanja Jalan;  Belanja Bunga SKPKD dan BLUD
• Belanja Hibah; dan • Belanja Irigasi dan Jaringan;
 Belanja Subsidi SKPKD dan/atau SKPD
• Belanja Bantuan Sosial • Belanja Aset Tetap lainnya
 Belanja Hibah SKPKD dan/atau SKPD

Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer  Belanja Bantuan Sosial SKPKD dan/atau SKPD

• Belanja Bagi Hasil; BELANJA MODAL SKPKD, SKPD dan BLUD


• Belanja Bantuan Keuangan
BELANJA TIDAK TERDUGA SKPKD

BELANJA TRANSFER SKPKD


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA DAERAH


Belanja daerah harus mendukung:
• target capaian prioritas pembangunan nasional Tahun 2022 sesuai dengan kewenangan masing-
masing tingkatan Pemerintah Daerah,
• mendanai pelaksanaan urusan Pemerintahan Daerah yang menjadi kewenangan daerah, dan
kemampuan pendapatan daerah
• dalam rangka penanganan Corona Virus Disease 19 dan dampaknya terutama penerapan tatanan
• Belanja Daerah berpedoman pada: normal baru, produktif dan aman Corona Virus Disease 19 di berbagai aspek kehidupan, baik aspek
a. standar harga satuan regional, pemerintahan, kesehatan, sosial dan ekonomi.
b. analisis standar belanja, dan/atau
c. standar teknis sesuai dengan ketentuan
Dukungan penanganan pandemi Corona Virus Disease 19 dan dampaknya dengan fokus pelayanan
peraturan perundang-undangan.
• Standar harga untuk belanja operasi disusun kesehatan:
berdasarkan standar harga satuan regional • optimalisasi pencegahan dengan melakukan screening test dan traching dan tracking, sistem
dengan mempertimbangkan kebutuhan, surveilans penyakit terintegrasi dan real time, penguatan kapasitas pengujian di laboratorium;
kepatutan, dan kewajaran.
• Standar tunjangan kinerja ASN pada • optimalisasi fasilitas kesehatan dan farmalkes dengan memenuhi APD, ruang isolasi dan alat test,
Pemerintah Daerah disusun dengan ruang rawat, ruang ICU, ruang isolasi mandiri, dan manajemen kasus/tata laksana yang jelas;
mempertimbangkan antara lain capaian • peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dengan memenuhi jumlah tenaga kesehatan, beserta
reformasi birokrasi daerah yang
insentifnya;
bersangkutan.
• efisiensi pemanfaatan pembiayaan kesehatan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA BARANG & JASA


Belanja Jaminan Kecelakaan Kerja bagi Non ASN digunakan untuk
menganggarkan belanja iuran jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga Non
ASN yg dipekerjakan melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan
atas risiko kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja berupa perawatan,
santunan, dan tunjangan cacat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Belanja Jaminan Kematian Kerja bagi Non ASN digunakan untuk
menganggarkann belanja iuran jamian kematian Non ASN yg dipekerjakan
melalui perjanjian kerja/kontrak sebagai perlindungan atas risiko kematian
bukan akibat kecelekaan kerja berupa santunan kematian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

HAL-HAL KHUSUS LAINNYA (angka 66)

Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan:


• Jenis program jaminan sosial ketenagakerjaan merupakan jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua, dan jaminan
pensiun dengan pendaftaran pertama minimal dalam program
Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian, yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
• Penganggaran penyelenggaraan jaminan sosial ketenagakerjaan
dibebankan pada APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program jaminan sosial ketenagakerjaan dan untuk
menjamin perlindungan kepada pekerja penerima upah dilingkungan Pemerintah Daerah,
dengan ketentuan:

 Menyusun dan menetapkan regulasi serta mengalokasikan anggaran untuk mendukung


pelaksanaan program jaminan sosial ketenagakerjaan di wilayahnya;
 Mengambil Langkah-Langkah agar seluruh pekerja baik penerima upah maupun bukan
penerima upah termasuk pegawai pemerintah dengan status Non Aparatur Sipil Negara, dan
penyelenggara Pemilu di wilayahnya terdaftar sebagai peserta aktif dalam program jaminan
sosial ketenagakerjaan
 Meningkatkan pembinaan dan pengawasan dalam rangka meningkatkan kepatuhan
pelaksanaan program jaminan sosial ketenagakerjaan;
 Mendorong komisaris/pengawas, direksi, dan pegawai dari Badan Usaha Milik Daerah
beserta anak perusahannya terdaftar sebagai peserta aktif dalam program jaminan sosial
ketenagakerjaan; dan
 Melakukan upaya agar seluruh pelayanan terpadu satu pintu/pelayanan administrasi
terpadu mensyaratkan kepesertaan aktif program jaminan sosial ketenagakerjaan sebagai
salah satu kelengkapan dokumen pengurusan Ijin.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
SE MENDAGRI NO.842.2/5193/SJ Tgl 23 September 2021

Menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2021 tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan, maka diminta perhatian Saudara/i atas hal-hal sebagai berikut:
• Memastikan seluruh pekerja termasuk pegawai pemerintah daerah dengan status Non Aparatur Sipil Negara (ASN)
untuk menjadi peserta aktif Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dalam rangka memberikan perlindungan dan
meningkatkan kesejahteraaan bagi seluruh pekerja beserta keluarganya;
• Memastikan program sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) tercantum dalm Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) dan menjadi acuan dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang APBD setiap tahunnya;
• Khusus bagi Pemerintah Daerah yang telah mengalokasikan anggaran jaminan sosial ketenagakerjaan bagi pegawai
pemerintah dengan status Non Aparatura Sipil Negara pada APBD Tahun Anggaran (TA) 2021 untuk segera melakukan
pendaftaran kepesertaannya dan membayarkan iuran jaminan sosial ketenagakerjaan, dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Dalam rangka efektivitas pembinaan dan pengawasan terhadap Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah
tentang Pelaksanaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan:

IMPLEMENTASI PELAKSANAAN
PROGRAM JAMINAN SOSIAL • Khusus kepada Gubernur sebagai wakil • Gubernur dan Bupati/Wali Kota secara berjenjang
KETENAGAKERJAAN DI PEMERINTAH pemerintah pusat di daerah untuk melaporkan pelaksanaan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
DAERAH memfasilitasi pelaksanaan Program kepada Menteri Dalam Negeri melalui Direktur Jenderal
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Bina Keuangan Daerah setiap triwulan paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TELAAHAN DITJEN BINA KEUDA TERHADAP


PERLINDUNGAN BERUPA JKK DAN JKM
PEGAWAI NON-PNS

16 16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

NOMENKLATUR PEGAWAI NON-PNS


1. Pasal 99 ayat (1) Peraturan Pemerintah No.49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja menyatakan bahwa “pada saat mulai berlaku, Pegawai non-PNS yang bertugas
pada instansi pemerintah termasuk badan layanan umum daerah sebelum diundangkan PP ini, masih
tetap melaksanakan tugas paling lama 5 (lima) tahun”.
2. Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 selanjutnya menyatakan bahwa
“Pegawai Non-PNS dalam jangka waktu paling lama 5 tahun dapat diangkat menjadi PPPK apabila
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini”.
3. Peraturan Pemerintah ini diundangkan pada tanggal 28 November 2018, yang mana non-PNS akan
NOMENKLATUR PEGAWAI NON-PNS diberi waktu sampai dengan bulan November 2023;
1. Pasal 99 ayat (1) Peraturan Pemerintah 4. Sebelum Peraturan Pemerintah ini, ada pengaturan pengangkatan tenaga honorer atau sejenisnya
No.49 Tahun 2018 tentang Manajemen dilakukan oleh daerah dan kemudian dibatasi berdasarkan ketentuan Pasal 8 Peraturan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer menjadi Calon Pegawai
Kerja; Negeri Sipil yang menyatakan “sejak ditetapkannya peraturan pemerintah ini, semua Pejabat Pembina
2. Pasal 99 ayat (2) Peraturan Pemerintah Kepegawaian dan pejabat lain dilingkungan instansi, dilarang mengangkat tenaga honorer atau sejenis,
Nomor 49 Tahun 2018 ; kecuali ditetapkan dengan peraturan pemerintah”.
3. Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 48 5. Dengan berlakunya tersebut menyebabkan daerah melakukan pengangkatan pegawai non-PNS dengan
Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga melalui Perjanjian kerja antara SKPD selaku pemberi kerja dan penerima kerja yang
Honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil diperbaharui setiap tahunnya oleh kepala SKPD, yang mana mekanisme ini tanpa melalui
pemberian Surat Keputusan Pengangkatan dan melekat pada kebutuhan program dan kegiatan
Pemerintah Daerah sesuai dengan target kinerja yang akan dicapai.
6. Pertanyaan yang dapat disampaikan apakah nomenklatur non-PNS yang dimaksudkan adalah
pegawai yang diangkat oleh Kepala SKPD melalui perjanjian kerja (kontrak) pada pemerintah
daerah.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

IMPLEMENTASI JKK DAN JKM PADA PEMDA


1. Pada Pemda JKK dan JKM dilaksanakan oleh 2 (dua) lembaga penyelenggara yaitu pada
PT. Taspen dan BPJS Ketenagakerjaan;
2. Hal ini disebabkan penafsiran yang berbeda setiap daerah ketentuan yang mengatur
JKK dan JKM yang ada saat ini pada Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 jo
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017;
3. Pasca terbitnya Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2021 tentang Optimalisasi
Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan yang memerintahkan Menteri
IMPLEMENTASI JKK DAN JKM DI PEMDA Dalam Negeri terutama kepada Gubernur dan Bupati/Walikota untuk:
4. mengambil langkah-langkah agar seluruh pekerja baik penerima upah maupun
bukan penerima upah termasuk pegawai pemerintah dengan status non ASN dan
penyelenggara pemilu terdaftar;
5. mendorong komisaris/pengawas, direksi dan pegawai dari BUMD beserta anak
perusaahan terdaftar.
6. Berdasarkan Inpres dimaksud, Kemendagri telah menetapkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 27 Tahun 2021 tentang Pedoman Penyusunan APBD TA 2022 yang
mengantur JKK dan JKM bagi pegawai yang merupakan pekerja yang dibayar dari APBD
berstatus Non-ASN maupun penyelenggara pemilu komisaris/pengawas, direksi dan
pegawai dari BUMD beserta anak perusaahan terdaftar pada BPJS Ketenagakerjaan
termasuk pegawai melalui perjanjian kerja (Kontrak) oleh pemberi kerja.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI NON-PNS


1. Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018, menyatakan bahwa “Pegawai non-PNS diberikan perlindungan
berupa manfaat jaminan Kesehatan, JKK, dan Jaminan Kematian sebagaimana berlaku bagi PPPK;
2. Pengaturan Perlindungan berupa JKK dan JKM bagi PPPK mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 tentang Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian bagi ASN
sebagaimana telah dubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 tentang perubahan Atas Peraturan
Pemerintah No.70 Tahun 2015;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 merupakan amanat
dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, yang mana pengaturan perlindungan
harus memperhatikan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
PERLINDUNGAN JKK DAN JKM BAGI NON-PNS 4. Pengaturan perlindungan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 sangat jelas pada Pasal 92 ayat (1) bahwa
“pemerintah wajib memberikan perlidungan berupa: jaminan Kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan
bantuan hukum”. Pasal 92 ayat (2) mempertegas bahwa “perlindungan mencakup jaminan sosial yang diberikan dalam
program jaminan sosial nasional”.
5. Selanjutnya sejalan dengan angka 4) pada Pasal 75 Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 menyatakan
bahwa “pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: jaminan hari tua, jaminan Kesehatan, jaminan kecelakaan
kerja, jaminan kematian dan bantuan hukum”. Pasal 75 ayat (2) bahwa “perlindungan dilaksanakan sesuai dengan sistem
jaminan sosial nasional”. Ketentuan ini mengingat perlindungan harus mengacu kepada SJSN.
6. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut pada angka 2) mengatur pada ketentuan Pasal 1 angka 6 bahwa “pemberi kerja
adalah penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai ASN pada Pemerintah pusat dan pemerintah daerah”.
Selanjutnya Pasal 4 menyatakan bahwa “peserta JKK dan JKM terdiri atas Calon PNS, PNS dan PPPK”.
7. Berdasarkan ketentuan dimaksud pada angka 4) maka pegawai non-PNS yang dipekerjakan oleh penyelenggara negara
dalam hal ini Pemda tidak termasuk dalam Peserta dalam yang dimaksud pada Peraturan Pemerintah Nomor 70
Tahun 2015 jo Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017, sehingga tidak menjadi peserta sebagaimana
dimaksud PP termasuk tidak mengikuti besaran iuran dan manfaatnya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN JKK DAN JKM BAGI PEGAWAI NON-PNS


1. Pegawai non-PNS tidak masuk ruang lingkup peserta dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun
2015 jo Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2017 maka pegawai non-PNS dimaksud mengikuti
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan
Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah nomor 82
Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015
2. Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini yang dijadikan rujukan:
a. Pasal 1 angka 3 menjelaskan bahwa “pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan
hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja atau penyelenggara negara
yang mempekerjakan pegawai negeri dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
PERLINDUNGAN JKK DAN JKM BAGI NON-PNS lainnya”.
b. Pasal 5 ayat (1) bahwa “peserta program JKK dan JKM terdiri dari peserta penerima upah yang bekerja
Perlindungan JKK dan JKM bagi pada pemberi kerja selain penyelenggara negara dan peserta bukan penerima upah”.
Pegawai non-PNS mengikuti c. Pasal 5 ayat (3) bahwa “peserta bukan penerima upah meliputi: pemberi kerja, pekerja di luar
ketentuan Peraturan Pemerintah hubungan kerja atau pekerja mandiri dan pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan penerima
Nomor 44 Tahun 2015 jo upah”.
Peraturan Pemerintah nomor 82 3. Berdasarkan ketentuan pada angka 2), perlindungan JKK dan JKM untuk pegawai non-PNS pada pemda
Tahun 2019 yang merupakan pemberi kerja yang pesertanya merupakan peserta bukan penerima upah, sehingga
kepesertaan, besaran iuran dan manfaat mengikuti Peratura Pemerintah dimaksud yang
diselenggarakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
4. Hal tersebut pada angka 3) sejalan dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penyelenggaraan JKK, JKM dan Jaminan Hari Tua. Dimana pada Pasal 2 ayat (1)
bahwa “Peserta Penerima Upah meliputi Pekerja yang bekerja pada Pemberi Kerja penyelenggara negara
dan pekerja yang bekerja pada Pemberi kerja selain penyelenggara negara”. Pekerja yang bekerja pada
Pemberi Kerja penyelenggara negara meliputi: Pegawai pemerintah non-pegawai negeri; Pejabat negara non
aparatur sipil negara; dan Pegawai non aparatur sipil negara pada lembaga tinggi negara atau lembaga
negara”.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

ALOKASI ANGGARAN JAMINAN


KECELAKAAN KERJA

21 21
ALOKASI JAMINAN KECELAKAAN KERJA
APBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA TA 2021
triliun rupiah triliun rupiah
PROVINSI
PROVINSI
PROVINSI & KAB/KOTA
450.00 392.70 392.70
1,400.00 400.00 0.03% 0.01%
350.00
1,230.24 1,230.24 300.00
250.00
1,200.00 0.04% 0.01% 200.00
150.00
100.00
50.00 0.10 0.05
1,000.00 0.00
JAMINAN KECELAKAAN KERJA JAMINAN KECELAKAAN KERJA
ASN NON ASN
BELANJA
800.00 JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN/NON ASN
PERSENTASE THDP BELANJA

600.00
triliun rupiah KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA
1,000.00 837.54 837.54
400.00 0.05% 0.02%
800.00
600.00
200.00
400.00
0.55 0.13 200.00
0.00 0.45 0.13
JAMINAN KECELAKAAN KERJA JAMINAN KECELAKAAN KERJA 0.00
ASN NON ASN JAMINAN KECELAKAAN KERJA JAMINAN KECELAKAAN KERJA
ASN NON ASN
BELANJA BELANJA
JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN/NON ASN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN/NON ASN
PERSENTASE THDP BELANJA PERSENTASE THDP BELANJA

Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021
22
RASIO ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN
APBD PROVINSI TA 2021
miliar rupiah

0.13%
50.00 0.17%

0.11%
45.00

0.10%
40.00 0.12%

0.06%
35.00

0.05%

0.04%

0.04%

0.04%

0.04%

0.04%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%

0.03%
30.00

0.03%

0.02%

0.02%

0.02%

0.02%

0.02%

0.02%
0.07%

0.02%

0.02%

0.01%

0.01%

0.01%

0.01%

0.01%
25.00

0.00%
20.00 0.02%
11.59

10.23
15.00

7.14
6.43
5.62

5.59
5.21

10.00

4.38
-0 .03 %

3.07
3.05

2.98
2.89
2.57

2.47

2.27

1.96
1.78

1.60
1.56

1.50

1.50

1.50
1.42

1.41
1.25

1.25

1.21
1.20
1.12

0.81
0.67

0.58

0.53

0.00
5.00
0.00 -0 .08 %

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 23
RASIO ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN
APBD PROVINSI TA 2021
miliar rupiah

0.17%
50.00 0.22%

45.00
0.17%

40.00
35.00 0.12%
0.05%

30.00
15.88 0.04%

0.00002%
19.90

0.02%

0.0003%
0.0001%
0.02%
25.00

0.01%

0.002%
0.002%
0.002%
0.001%
0.001%
0.001%
0.01%

0.001%
0.001%
0.001%
0.01%
0.07%

0.01%
0.01%
0.01%
0.01%

0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
0.00%
20.00
0.02%

15.00
10.00
2.98

1.67

0.001
-0 .03 %

1.31
1.27

1.10

0.86

0.84
0.75

0.55

0.29

0.21

0.14

0.08
0.09

0.08
0.09

0.08

0.05
0.02
0.02

0.01

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00
5.00
0.00 -0 .08 %

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA
Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 24
ANGGARAN ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah Total = 450.04

35.66
Rata-Rata = 0.90
40.00
35.00
30.00
25.00
20.00
488 KABUPATEN/KOTA
15.00 LAINNYA
7.50

5.50

5.50
10.00 3.74

3.63

3.43

3.13

3.10

3.05

0.16

0.15

0.15

0.15

0.14

0.14

0.14

0.10

0.02

0.01
5.00
0.00

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN RATA-RATA KAB/KOTA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 25
ANGGARAN ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah Total = 134.28
Rata-Rata = 0.27

15.34

14.62
18.00
16.00
14.00 271 KABUPATEN/KOTA
TIDAK MENGANGGARKAN
12.00
10.00
8.00 217 KABUPATEN/KOTA
4.63

3.87

3.52
6.00 LAINNYA

3.02

3.00

2.94

2.93

2.86

0.0005
0.0009

0.0006

0.0004

0.0001
4.00

0.003

0.003

0.002

0.002

0.001
2.00
0.00

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN RATA-RATA KAB/KOTA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 26
RASIO ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021

0.54%
miliar rupiah
60.00 0.60%

0.34%

0.33%
0.50%

50.00

0.28%
35.66

0.22%
0.40%

0.20%

0.19%

0.18%
40.00

0.17%

0.17%
0.30%

30.00 488 KABUPATEN/KOTA

0.002%

0.001%
0.01%

0.01%

0.01%

0.01%

0.01%

0.01%
0.20%

0.01%

0.01%
LAINNYA
0.10%

20.00
7.50

0.00%

3.74
3.10
3.05

2.68

2.50

2.27
10.00

1.97
1.73

0.21
0.18

0.17
0.16
0.15

0.14

0.14

0.10

0.02

0.01
-0 .10 %

0.00 -0 .20 %

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
RASIO JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN RASIO JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 27
RASIO ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah

0.41%
60.00

0.34%
0.50%

0.28%
50.00 271 KABUPATEN/KOTA
0.40%

0.22%

0.22%

0.21%

0.19%

0.19%

0.19%
TIDAK MENGANGGARKAN

0.18%
0.30%

40.00

0.00001%
0.00005%

0.00005%

0.00001%
0.0001%

0.0001%

0.0001%

0.0001%
0.0001%

0.0001%
0.20%

30.00
217 KABUPATEN/KOTA
15.34
14.62

LAINNYA
0.10%

20.00 0.00%

0.0004

0.0001
3.52
3.02

3.00

2.86

0.006
0.003

0.002

0.002

0.001

0.001

0.001

0.001
2.35
2.23

2.06
10.00
1.72

-0 .10 %

0.00 -0 .20 %

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
RASIO JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN RASIO JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN

ANGGARAN JAMINAN KECELAKAAN KERJA NON ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 28
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

ALOKASI ANGGARAN JAMINAN


KEMATIAN

29 29
ALOKASI JAMINAN KEMATIAN
APBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA TA 2021
triliun rupiah triliun rupiah
PROVINSI
PROVINSI
PROVINSI & KAB/KOTA
450.00 392.70 392.70
1,400.00 400.00 0.05% 0.01%
350.00
1,230.24 1,230.24 300.00
1,200.00 250.00
0.09% 0.01% 200.00
150.00
100.00
1,000.00 50.00 0.18 0.04
0.00
JAMINAN KEMATIAN ASN JAMINAN KEMATIAN NON ASN
800.00 BELANJA
JAMINAN KEMATIAN ASN/NON ASN
PERSENTASE THDP BELANJA
600.00
triliun rupiah KABUPATEN/KOTA
KABUPATEN/KOTA
1,000.00 837.54
400.00 837.54
800.00 0.11% 0.01%

200.00 600.00
400.00
1.09 0.11
0.00 200.00
JAMINAN KEMATIAN ASN JAMINAN KEMATIAN NON 0.91 0.07
ASN 0.00
JAMINAN KEMATIAN ASN JAMINAN KEMATIAN NON ASN
BELANJA BELANJA
JAMINAN KEMATIAN ASN/NON ASN JAMINAN KEMATIAN ASN/NON ASN
PERSENTASE THDP BELANJA PERSENTASE THDP BELANJA

Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021
30
RASIO ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN
APBD PROVINSI TA 2021
miliar rupiah

0.14%
0.13%
100.00 0.17%

0.11%
0.11%
90.00

0.10%
0.09%
0.09%
0.09%
0.08%
80.00

0.08%
0.07%
0.12%

0.06%
0.06%
0.06%
0.06%
0.06%
0.06%
0.05%
70.00

0.05%
0.05%
0.05%
0.04%
0.04%
0.04%
0.03%
0.03%
0.03%
0.03%
0.03%
60.00

0.02%
0.07%

0.01%
50.00

0.00%
0.00%
0.00%
40.00 0.02%

21.42
16.65

16.47
30.00
14.83

13.14
9.77
20.00
9.11

8.66
-0 .03 %

5.01
4.25
4.12

4.07
3.99
3.87

3.84

3.75
3.70

3.57

3.41
3.27
3.26

3.09
2.90

2.68
2.46

2.32
2.02

1.78

1.53

0.99

0.68

0.00

0.00

0.00
10.00
0.00 -0 .08 %

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 31
RASIO ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN
APBD PROVINSI TA 2021
miliar rupiah

35.73 0.08%
50.00 0.10%

45.00 0.08%

40.00 0.06%
0.02%

35.00
0.01%

0.0001%
0.0002%

0.0001%
0.003%

0.003%

0.003%

0.002%

0.002%

0.002%

0.001%
0.01%

0.01%
0.04%

0.00%

0.00%

0.00%
0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%
30.00
0.02%

25.00
0.00%

20.00
-0 .02 %

15.00
10.00
-0 .04 %
2.22
0.82

0.38

0.34
0.19

0.18

0.14
0.12
0.07

0.06

0.04
0.03

0.01
0.01

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00
5.00 -0 .06 %

0.00 -0 .08 %

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 32
ANGGARAN ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah Total = 910.41

8.17
Rata-Rata = 1.82
9.00

7.39

6.99
8.00

6.60

6.52

6.46

5.72
7.00

5.61

5.60

5.52
6.00
5.00
4.00 488 KABUPATEN/KOTA
3.00 LAINNYA

0.0002
2.00

0.44

0.42

0.42

0.42

0.25

0.20

0.06

0.02

0.02
1.00
0.00

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN RATA-RATA KAB/KOTA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 33
ANGGARAN ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021

11.40
miliar rupiah Total = 73.58
Rata-Rata = 0.15
12.00

10.00
338 KABUPATEN/KOTA
6.82 TIDAK MENGANGGARKAN
8.00

6.00
3.81

3.65 150 KABUPATEN/KOTA

2.87

2.36
4.00 LAINNYA

2.06

1.78

1.73

1.22

0.004

0.002

0.002

0.002

0.002

0.001

0.001
2.00

0.01

0.01

0.01
0.00

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN RATA-RATA KAB/KOTA


Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 34
RASIO ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah

0.50%
60.00 0.60%

0.50%

50.00
0.30%

0.28%

0.25%

0.23%

0.23%

0.23%

0.23%

0.22%
0.40%

0.21%
40.00 0.30%

30.00 488 KABUPATEN/KOTA

0.04%

0.003%
0.04%

0.002%

0.002%
0.03%

0.000%
0.03%

0.02%

0.02%
0.20%

LAINNYA
0.10%

20.00

5.61
5.32

5.17 0.00%
4.25

4.08
2.94
2.66

0.000
2.22
2.13

10.00
1.27

0.92

0.49

0.42

0.42
0.25

0.20

0.06

0.02
0.02
-0 .10 %

0.00 -0 .20 %

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
RASIO JAMINAN KEMATIAN ASN RASIO JAMINAN KEMATIAN ASN

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 35
RASIO ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN
APBD KABUPATEN/KOTA TA 2021
miliar rupiah

1.19%
60.00
338 KABUPATEN/KOTA
1.40%

TIDAK MENGANGGARKAN 1.20%

50.00 1.00%

40.00
0.80%

150 KABUPATEN/KOTA
0.27%

0.00002%
0.20%

0.0003%

0.0003%

0.0002%

0.0002%

0.0002%

0.0002%

0.0001%

0.0001%

0.0001%
0.15%
LAINNYA

0.12%
0.60%

0.09%

0.08%

0.08%

0.07%

0.06%
30.00 0.40%
11.40

0.20%

20.00 0.00%
6.82

3.81

0.007
0.002

0.002

0.002

0.002

0.001

0.001
2.36

10.00
-0 .20 %

1.22

1.15
0.75

0.72

0.72

0.55

0.01

0.01

0.01
-0 .40 %

0.00 -0 .60 %

10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
RASIO JAMINAN KEMATIAN NON ASN RASIO JAMINAN KEMATIAN NON ASN

ANGGARAN JAMINAN KEMATIAN NON ASN PERSENTASE TERHADAP TOTAL BELANJA

Sumber Data: Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 36
TERIMA KASIH

Ira Hayatunnisma SE,MM


Hp. 081349077777
Kasubdit Perencanaan Anggaran
Daerah

@kemendagri @kemendagri @kemendagri_ri

Anda mungkin juga menyukai