Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN

PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


TAHUN ANGGARAN 2024
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

RUANG LINGKUP PEDOMAN


PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH TAHUN ANGGARAN 2024

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

RUANG LINGKUP PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN


PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2024

Pengelolaan keuangan daerah merupakan


bagian yang tidak terpisahkan
penyelengga ra a n urusa n pemerinta ha n yang
da ri
A SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT
menjadi kewenangan daerah sebagai a kiba t
Sinkronisa si kebija ka n Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2024 memuat
dari penyerahan urusa n pemerinta ha n yang sasaran, arah kebijakan, dan strategi pembangunan yang
Pemerintah Da era h denga n
dila kuka n seca ra tertib, t a a t p ad a ketentua n kebijakan pemerinta h pusa t merupakan penjabaran tahun kelima pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
peraturan perundang undangan, efisien, bertujuan memastikan (RPJMN) 2020-2024 sebagaimana diatur dalam ketentuan
ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung efektivitas pemba nguna n di peraturan perundang-undangan. Rencana kerja
ja wa b denga n memperha tika n ra sa kea dila n, daerah da la m ra ngka pemerint a h t a hun 2024 dima ksud merupa ka n upa ya
kepatutan, dan manfaat untuk penyelengga ra a n urusan dalam menjaga kesinambungan pembangunan terencana
pemerinta ha n ya ng menja di dan sistematis serta menyelesaikan isu permasalahan
ma sya ra ka t ya ng diwujudka n da la m Angga ra n kewenangan Pemerinta h yang dilaksanakan oleh masing masing maupun seluruh
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). komponen bangsa dengan memanfaatkan berbagai
Da era h guna mendukung sumber d a y a yang tersedia secara optimal, efisien, efektif
pencapaian sa sa ra n dan akuntabel dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas
Da la m ra ngka penyusuna n APBD, pemerinta h pembangunan na siona l, hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan.
dengan melakukan sinergi Penyusunan rencana kerja pemerintah tahun 2024
menyusun Pedoma n Penyusuna n APBD setia p dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan tematik,
perenca na a n progra m kerja
tahun yang memuat sinkronisasi kebija ka n tahunan antara pemerintah holistik, integratif, dan spasial, serta kebijakan anggaran
Pemerintah Daerah dengan kebija ka n pusat, Pemerintah Daerah, dan
belanja berdasarkan money follows program dengan cara
memastikan program yang memiliki m a n f a a t dan bukan
pemerinta h pusa t, prinsip penyusuna n APBD, antar pemerintah da era h hanya merupakan tugas fungsi kementerian/lembaga
kebijakan penyusunan APBD, teknis penyusunan mela lui Renca na Kerja yang bersangkutan, namun d a p a t dipaduserasikan antar
APBD, dan hal khusus lainnya. Pemerintah Daerah (RKPD). kementerian/lembaga terkait.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Tema rencana kerja pemerintah tahun 2024

“Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan”


maka fokus pembangunan diarahkan kepada Berda sa rka n renca na kerja
1)pengura nga n kemiskina n da n pengha pusa n kemiskina n pemerintah tahun 2024 dan kerangka

Transformasi
ekstrem; ekonomi ma kro da n pokok- pokok

Ekonomi
2) peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan; kebijakan fiskal tahun anggaran 2024,
Pemerinta h Da era h provinsi da n
3) revitalisasi industri dan penguatan riset terapan;
kabupaten/kota harus melakukan
4) penguatan daya saing usaha; sinergitas dan penyelarasan
5) pembangunan rendah karbon dan transisi energi; kebijakan Pemerintah Daerah dengan
6)percepa ta n pemba nguna n infra struktur da sa r da n pemerintah pusat, guna mendukung
konektivitas; pencapaian visi dan misi Presiden
7) percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); dan da n Wa kil Presiden mela lui a ra ha n
uta ma Presiden dan priorita s
8) pelaksanaan pemilihan umum tahun 2024. pembangunan na siona l sesua i
Tema kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok dengan potensi dan kondisi masing-
masing daerah yang tela h
kebija ka n fiska l ta hun a ngga ra n 2024 a da la h
disela ra ska n denga n ta rget dan
“Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan
sa sa ra n kinerja pela ya na n publik
Berkelanjutan”, maka fokus kebijakan fiskal nasional tiap tiap urusan pemerintahan serta
difokuskan p a d a menjadi kewena nga n Pemerinta h
1) penghapusan kemiskinan ekstrem melalui pengurangan Daerah ya ng difokuska n pa da
priorita s pemba nguna n ya ng tela h
beba n pengelua ra n ma sya ra ka t, peningka ta n
ditetapkan dalam renca na kerja
penda pa ta n ma sya ra ka t, da n peningka ta n a kses pemerinta h da era h ta hun 2024
infrastruktur dasar; dengan berpedoman p a d a Peraturan
2) penurunan stunting; Menteri Dalam Negeri mengenai
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
3) pengendalian inflasi; dan
Pemerintah Daerah tahun 2024.
4) peningkatan investasi.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT

Dalam kerangka sinergi dan


penyelarasan, alokasi anggaran untuk Dalam penyusunan rencana
setiap perangkat daerah ditentukan kerja pemerintah daerah tahun
berdasarkan target kinerja pelayanan
2024 dan rancangan kebijakan
publik tiap-tiap urusan pemerintahan umum APBD tahun anggaran
2024 Pemerintah Daerah
POLICY yang difokuskan pada prioritas
provinsi dan Pemerintah
pembangunan yang telah ditetapkan
Daerah kabupaten/kota
dalam rencana kerja pemerintah daerah
memperhatikan:
serta tidak dilakukan berdasarkan
pertimbangan pemerataan antar perangkat daerah atau
berdasarkan alokasi anggaran pada tahun anggaran sebelumnya. kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
Berkaitan hal tersebut, Pemerintah Daerah harus memfokuskan kebijakan fiskal
pencapaian target pelayanan publik dengan :
menganggarkan program, kegiatan dan sub kegiatan yang
menjadi kewenangan daerah untuk pencapaian sasaran penetapan batas maksimal kumulatif defisit
APBD dan pembiayaan utang daerah
pembangunan berdasarkan skala prioritas dan kebutuhan daerah
yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan urusan
pemerintahan wajib dan belanja mandatory spending serta
pemenuhan target Standar Pelayanan Minimal (SPM), tanpa harus
pengendalian dalam kondisi darurat.
menganggarkan seluruh program, kegiatan dan sub kegiatan yang
menjadi kewenangan daerah.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

SINKRONISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH PUSAT

Selanjutnya, dalam penyusunaan rancangan prioritas dan plafon anggaran sementara


tahun anggaran 2024 Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah
kabupaten/kota mencantumkan:

sinergitas dan
penyelarasan program sinkronisasi kebijakan
Pemerintah Daerah provinsi Pemerintah Daerah prioritas masing-
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan masing daerah
kabupaten/kota terhadap prioritas pembangunan yang tercantum
prioritas pembangunan provinsi dan arah pada rencana kerja
nasional dan arah kebijakan kebijakan ekonomi dan pemerintah daerah
ekonomi dan fiskal nasional; fiskal nasional tahun 2024.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

B. PRINSIP PENYUSUNAN APBD


Penyusunan APBD Tahun A n g g a ra n 2024 didasarkan prinsip s e b a g a i berikut:
APBD d is us un s es ua i d eng a n keb utuha n p enyeleng g a ra a n urus a n p emerinta ha n ya ng

A P menjadi kewenangan daerah d a n kemampuan p e n d a p a t a n daerah;


APBD tid a k b ertenta ng a n d eng a n kep enting a n umum d a n p era tura n p erund a ng -
u n d a n g a n y a n g lebih tinggi;
APBD disusun d e n g a n berpedoman p a d a kebijakan umum APBD d a n ra n c a n g a n prioritas
B D d a n plafon a n g g a ra n sementara y a n g didasarkan p a d a rencana kerja pemerintah
daerah;
APBD disusun tepat waktu sesuai d e n g a n t a h a p a n d a n jadwal y a n g telah ditetapkan d a l a m peraturan perundang-
undangan;
APBD merupakan d a s a r b a g i Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan daerah d a n pengeluaran daerah;
APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, d a n stabilisasi;
APBD, perubahan APBD, d a n pertanggu ngjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan d e n g a n peraturan daerah
sesuai d e n g a n ketentuan peraturan perundang-undangan;
APBD dilakukan s e c ara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan, partisipatif d a n bertanggu ng jawab d e n g a n
memperhatikan ra s a keadilan, kepatutan, m a n f a a t untuk m asyarakat d a n taat p a d a ketentuan peraturan perundang-
undangan;
APBD merupakan d a s a r pengelolaan keuangan daerah d a l a m m a s a 1(satu) tahun anggaran.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


1. Kebija ka n Umum
a. APBD dalam satu tahun anggaran meliputi: b. penerimaan daerah terdiri atas:
hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih; pendapatan daerah; dan
kewa jiba n Pemerinta h Da era h ya ng dia kui seba ga i pengura ng nila i keka ya a n penerimaan pembiayaan daerah.
bersih;
penerimaan yang perlu dibayar kembali d a n / a t a u pengeluaran yang akan c. pengeluaran daerah terdiri atas:
belanja daerah; dan
diterima kembali, p a d a tahun anggaran yang bersangkutan a t a u p a d a tahun
pengeluaran pembiayaan daerah
anggaran berikutnya

d.penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang harus dicantumkan dan j. klasifikasi APBD d a la m rancangan Peraturan Kepala Daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD; k.kla sifika si APBD menga cu pa da ket ent ua n pera t ura n perunda ng-
e.penerimaan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana penerimaan undangan mengenai klasifikasi, kodefika si, da n nomenkla t ur
daerah yang terukur secara rasional yang d a p a t dicapai untuk setiap sumber penerimaan perenca na a n pemba nguna n da n keua nga n da era h sert a
daerah dan berdasarkan p a d a ketentuan peraturan perundang-undangan; pemutakhirannya;
f.pengeluaran daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana pengeluaran l. p e n d a p a t a n d a e ra h
daerah sesuai dengan kepastian tersedianya d an a atas penerimaan daerah dalam jumlah m. Belanja Daerah
yang cukup;
n . p e m b ia y a a n d a e ra h
g. setiap pengeluaran daerah harus memiliki dasar hukum yang melandasinya; p e m b ia y a a n m erupakan setiap penerim aan yang perlu dibayar kembali d a n / a t a u
h. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas: pengeluaran yang a k a n diterim a kembali, baik p a d a tahun a n g g a ra n berkenaan
m aupun p a d a tahun-tahun a n g g a ra n berikutnya.
p e n d a p a ta n daerah;
klasifikasi akun p e m b ia y a a n d a e ra h yang diuraikan menurut kelompok, jenis, objek,
belanja daerah; d a n rincian objek, sub rincian objek dikelola berdasarkan kew enangan pengelolaan

pem biayaan daerah. keuangan p a d a satuan kerja pengelola keuangan d a e ra h sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
i.klasifikasi APBD dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD dirinci menurut urusan
p e m b ia y a a n netto m erupakan selisih antara penerim aan p e m b ia y a a n dengan
pemerintahan daerah, bidang urusan, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan, akun, KEBIJAKAN pengeluaran pem biayaan.
kelompok, dan jenis pendapatan, belanja, dan pembiayaan UMUM p e m b ia y a a n netto digunakan untuk m enggunakan surplus a n g g a ra n a t a u menutup
defisit anggaran.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

2. Kebijakan Pendapatan Daerah

A. Pendapatan Asli Daerah (PAD)


merupakan pendapatan yang diperoleh daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- B. Pendapatan Transfer
undangan meliputi : pendapatan transfer merupakan dana yang bersumber dari pemerintah pusat dan
Pemerintah Daerah lainnya.
pajak daerah dan retribusi daerah.
Pemerintah Daerah menganggarkan pendapatan yang bersumber dari dana transfer
kebijakan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. yang penggunaannya sudah ditentukan dengan petunjuk teknis sesuai dengan
1.hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan peraturan perundang-undangan.
merupakan penerimaan daerah atas hasil penyertaan modal dalam hal penganggaran dana transfer ke daerah sebagaimana dimaksud pada poin
daerah. (2), penggunaannya belum sesuai dengan petunjuk teknis tahun 2024, Pemerintah
2.kebijakan penganggaran hasil pengelolaan kekayaan daerah Daerah melakukan penyesuaian atas penggunaan dana transfer ke daerah dimaksud
yang dipisahkan tahun anggaran 2024 memperhatikan nilai dengan melakukan perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
Tahun Anggaran 2024 dan diberitahukan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
kekayaan daerah yang dipisahkan dan perolehan manfaat
ditampung dalam peraturan daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2024
ekonomi, sosial d a n / a t a u manfaat lainnya dalam jangka waktu
atau ditampung dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) bagi Pemerintah Daerah
tertentu yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2024.
kebijakan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Lain-lain penyesuaian atas penggunaan dana transfer ke daerah tersebut berpedoman pada
pendapatan asli daerah yang sah merupakan penerimaan klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur perencanaan pembangunan dan keuangan
daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

2. Kebijakan Pendapatan Daerah ( Lanjutan )

B. Penda pa ta n Tra nsfer a) transfer pemerintah pusat meliputi:

transfer ke daerah - Dana Bagi Hasil kebijakan pengelolaan dana bagi hasil
Transfer Ke Daerah - Dana Otonomi
(DBH)-Pajak d a n / a t a u dana alokasi umum yang
Khusus
tidak ditentukan penggunaannya

transfer ke daerah - Dana Bagi Hasil - tra nsfer ke da era h - Da na Aloka si Tra nsfer Ke Da era h - Da na
Sumber Daya Alam (DBH-SDA) Khusus (DAK) Keistimewaan

tra nsfer ke da era h - Da na Aloka si Transfer Ke Daerah - Kebijakan Insentif


Fiskal Transfer Ke Daerah - Dana Desa (DD
Umum (DAU)

pendapatan transfer
terdiri atas transfer b) transfer antar daerah meliputi: c) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
pemerintah pusat dan 1.Transfer Antar Daerah - Pendapatan Bagi 1.Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
transfer antar daerah, Hasil merupakan pendapatan daerah selain PAD dan
2.Transfer Antar Daerah - Pendapatan pendapatan transfer.
yang diuraikan
Bantuan Keuangan Transfer Antar Daerah - 2.Kebijakan penganggaran Lain-lain Pendapatan
sebagai berikut :
Pendapatan Bagi Hasil Daerah Yang Sah memperhatikan kebijakan

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
MAKSUD DAN TUJUAN RAKOR

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

a) Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi m anfaat jangka pendek, meliputi :

Kebijakan
Belanja Daerah Belanja
Belanja
Pega wa i
Bela nja Ba ra ng
dan Jasa
Belanja uang
d a n / a t a u jasa untuk
diberikan k e p a d a
Perjalanan
pihak ketiga
1.belanja perjalanan dinas dalam negeri
2. belanja perjalanan dinas luar negeri
3.penganggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri dan luar
negeri
4.penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan
Bela nja Subsidi Belanja Bela nja Bunga prinsip efisiensi,efekt ivit a s, kepa t ut a n, kewa ja ra n, da n
Pemeliha ra a n akuntabel serta memperhatikan aspek pertanggungjawaban
sesuai dengan biaya riil (at cost) a t a u lumpsum
5.pelaksanaan perjalanan dinas bagi pimpinan/anggota DPRD
berpedoman p a d a ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai SHSR.
Belanja 6.ket ent ua n mengena i perja la na n dina s dit et a pka n denga n
Bela nja Hiba h Bantuan Sosial peraturan kepala daerah.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

3. Kebijakan Belanja Daerah (Lanjutan)

belanja modal dianggarkan untuk pengeluaran dalam


rangka pengadaan aset tetap dan aset lainnya.
b) Belanja Modal
nilai aset tetap yang dianggarkan dalam belanja modal tersebut adalah
sebesar harga beli atau bangun aset ditambah seluruh belanja ya ng
terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset sia p
kebijakan penganggaran belanja modal
digunakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
penganggaran pengadaan BMD dilakukan sesuai dengan kemampuan
keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip efisiensi, efektif,
p e n g a d a a n a s e t t e t a p tersebut memenuhi kriteria mempunyai transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dengan
m a s a m a n f a a t lebih dari 12 bulan, digunakan d a l a m k e g ia ta n mengutamakan produk dalam negeri.
pem erintahan daerah. penganggaran pengadaan BMD
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran untuk menjamin aset yang
telah diserahkan dari kementerian/lembaga kepada Pemerintah Daerah agar
p e n g a n g g a ra n p e n g a d a a n t a n a h untuk kepentingan umum
d a p a t dimanfaatkan secara optimal.
sesuai d en g an ketentuan p eratu ran perundang-undangan.
pengadaan BMD dimaksud dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan
standarisasi sarana dan prasarana kerja Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
segala b i a y a y a n g dikeluarkan setelah perolehan a w a l a s e t
t e t a p (b ia y a rehabilitasi/renovasi) sepanjang memenuhi b a t a s
minimal

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

3. Kebijakan Belanja Daerah (Lanjutan)


a) Belanja Tidak Terduga
BTT d ia n g g a r ka n untuk digu nakan s e b a g a i berikut:
a) pengeluaran untuk k e a d a a n darurat meliputi b e n c a n a alam,
b) keperluan m endesak sesuai d e n g a n karakteristik m a sing-m a sing Pemerintah D aerah
dilaksanakan sesuai d e n g a n ketentuan peraturan perundang-undangan.
c) pengem balian a t a s kelebihan p e m b a y a ra n a t a s penerimaan dae rah tahun-tahun sebelumnya
untuk m e n g a n g g a r ka n pengem balian a t a s kelebihan p e m b a y a ra n a t a s penerimaan dae rah
y a n g bersifat tidak berulang y a n g terjadi p a d a tahun sebelumnya.
d) bantu an sosial y a n g tidak d a p a t direncanakan sebelumnya a nta ra lain bantu an sosial y a n g
dia m a na tka n oleh peraturan p e r u nda ng-u nda nga n pemberian uang du ka bagi
m a s y a ra ka t miskin d e n g a n kriteria d a n be saran diatur d a l a m peraturan kepala dae rah
y a n g merupakan p e la k s a n a a n program d a n kegiatan Pemerintah D ae rah y a n g tercantum d) Belanja Transfer
d a l a m RPJMD/RPD, serta k e a d a a n tidak stabil y a n g terjadi s e c a ra tiba-tiba s e b a g a i akibat
belanja transfer merupakan pengeluaran uang dari
dari situasi krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, d a n fenom ena alam, s e b a g a i m a n a
dim aksud d a l a m penjelasan Pa sa l 15 a y a t (1) U n d a n g - U n d a n g Nomor 11 Tahun 2009 tentang
Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Daerah
Kesejahteraan Sosial. lainnya dan/atau dari Pemerintah Daerah kepada
d a l a m hal alokasi a n g g a ra n BTT tidak mencukupi, Pemerintah Daerah: pemerintah desa. Belanja transfer dianggarkan p a d a
a) melakukan penyesuaian a t a s program, kegiatan d a n su b kegiatan p a d a SKPD y a n g ber SKPD selaku SKPKD.
bersangkutan a t a u antar SKPD se p anjang program, kegiatan d a n su b kegiatan belum
dilaksanakan/direalisasikan;
belanja transfer dirinci atas jenis:
b) melakukan optimalisasi/penjadwalan u lang a t a s program /kegiatan/su b kegiatan a t a u
1.belanja bagi hasil
belanja p a d a SKPD y a n g bersangkutan 2. belanja bantuan keuangan
c) m e m a nfa a tka n ka s y a n g tersedia.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

selisih antara anggaran pendapatan daerah dengan


anggaran belanja daerah mengakibatkan terjadinya Kebijakan Surplus dan Defisit
surplus atau defisit APBD.
surplus APBD merupakan selisih lebih antara pendapatan Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi surplus APBD kepada Menteri
dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
daerah dan belanja daerah.
keuangan negara setiap semester dalam tahun anggaran berkenaan.
defisit APBD merupakan selisih kurang antara pendapatan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan
daerah dan belanja daerah. negara menetapkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan
dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat batas maksimal defisit APBD masing-masing Daerah yang dibiayai dari
digunakan untuk pengeluaran pembiayaan daerah yang Pinjaman Daerah setiap tahun anggaran.
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang APBD yang
penetapan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD masing-
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan masing daerah paling lambat bulan Agustus untuk tahun anggaran berikutnya.
perundang-undangan. Pemerintah Daerah wajib melaporkan posisi defisit APBD kepada Menteri dan menteri yang
dalam hal APBD diperkirakan defisit, APBD dapat didanai menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara setiap semester dalam tahun
dari penerimaan pembiayaan daerah yang ditetapkan anggaran berkenaan. Pemerintah Daerah yang melanggar ketentuan dapat dikenai sanksi
penundaan penyaluran DTU.
dalam peraturan daerah tentang APBD yang
Menteri melakukan pengendalian defisit APBD provinsi berdasarkan batas maksimal jumlah
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan
kumulatif defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD masing-masing Daerah yang dibiayai
perundang-undangan.
pinjaman daerah yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
defisit APBD harus dapat ditutup dari pembiayaan neto.
bidang keuangan negara.
penggunaan surplus APBD gubernur selaku wakil pemerintah pusat melakukan pengendalian defisit APBD kabupaten/kota
pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo berdasarkan batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD.
merupakan pembayaran pokok utang yang belum cukup batas maksimal jumlah kumulatif defisit APBD untuk setiap tahun anggaran berpedoman pada
tersedia anggaran dalam pengeluaran pembiayaan sesuai penetapan batas maksimal defisit APBD yang ditetapkan menteri yang menyelenggarakan urusan
dengan perjanjian. pemerintahan di bidang keuangan negara.
pengendalian dilakukan pada saat evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

C. KEBIJAKAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Kebijakan Pembiayaan Daerah


a) Penerimaan Pembiayaan
b) Pengeluaran Pembiayaan
1.dalam hal APBD diperkirakan surplus, APBD dapat digunakan untuk
pengeluaran pembiayaan daerah yang ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD yang pelaksanaannya
2.pengeluaran pembiayaan daerah

Pemerintah Daerah menganggarkan SILPA tahun anggaran 2024 bersaldo nihil.


dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA
tahun berjalan positifPemerintah Daerah harus memanfaatkannya untuk penambahan program,
kegiatan dan sub kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program, kegiatan, sub kegiatan yang
telah dianggarkan, dan/atau pengeluaran pembiayaan.
dalam hal perhitungan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD menghasilkan SILPA
tahun berjalan negatif, Pemerintah Daerah melakukan pengurangan bahkan penghapusan pengeluaran
pembiayaan yang bukan merupakan kewajiban daerah, pengurangan program, kegiatan, dan sub
kegiatan yang kurang prioritas dan/atau pengurangan volume program, kegiatan dan sub kegiatan.
Sisa Lebih
Pembiayaan (SILPA)

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

TEKNIS
PENYUSUNAN APBD

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

A. Menyusun APBD Tahun A n g g a ra n 2024


D. TEKNIS
Pemerintah Daerah d a n DPRD harus memperhatikan ketentuan:
PENYUSUNAN APBD
1. penyusuna n pera tura n da era h tenta ng APBD
dalam proses penyusunan APBD, kepala daerah dibantu oleh Tim
Angga ra n Pemerintah Daerah (TAPD). Ketua TAPD a d a la h sekretaris B. Penyusuna n Pera tura n Kepa la
daerah d a n a n g g o t a TAPD terdiri a t a s pejabat y a n g membidangi Daerah tentang APBD
perencanaan daerah, peja b a t ya ng memb id a ng i peng elola
1.dalam hal DPRD da n kepala daerah y a n g tidak menyetujui bersama rancangan peraturan
keua ng a n d a era h d a n peja b a t la in d i ling kung a n Pemerinta h
daerah tentang APBD 1 (satu) bulan sebelum dimulainya TA setiap tahun dikenai sanksi
D a era h sesua i d eng a n keb utuha n. S ela njutnya d a la m administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mela ksa na ka n tug a snya , TAPD d a pa t melib a tka n insta nsi la in 2.dalam hal kepala daerah da n DPRD tidak mengambil persetujuan bersama dalam waktu 60
sesuai dengan kebutuhan. (enam puluh) hari sejak disampaikan rancangan peraturan daerah tentang APBD oleh kepala
daerah kepada DPRD, kepala daerah menyusun rancangan peraturan kepala daerah
pejabat lain sesuai kebutuhan tersebut tidak termasuk pejabat
tentang APBD dengan berpedoman kepada RPJMD/RPD, rencana kerja pemerintah daerah
pa d a S KPD ya ng menyeleng g a ra ka n unsur peng a wa sa n sesua i da n KUA serta PPAS.
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 3.penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD
penyusunan d a n pembahasan KUA d a n PPAS 4.rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD
ringkasan APBD yang diklasifikasi menurut kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub rincian objek
penyusuna n RKA-S KPD pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD ringkasan APBD yang diklasifikasi menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi;
rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan,
penyusuna n ra nc a ng a n pera tura n kepa la d a era h tenta ng akun, kelompok, jenis, objek, rincian objek, dan sub rincian objek pendapatan, belanja, dan
penjabaran APBD pembiayaan;
rekapitulasi dan sinkronisasi peraturan kepala daerah APBD yang disajikan berdasarkan kebutuhan
evaluasi rancangan peraturan daerah tentang APBD
informasi
Informasi lainnya yang menunjang kebutuhan informasi pada rancangan peraturan kepala daerah
tentang APBD

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TEKNIS PENYUSUNAN APBD

B. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD (Lanjutan) C. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah Pengeluaran Setiap Bulan Atas
Belanja Wajib dan Belanja
5. rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi
1.dalam hal penetapan peraturan daerah APBD mengalami keterlambatan, kepala daerah
peraturan kepala daerah tentang APBD setelah memperoleh pengesahan melaksanakan pengeluaran setiap bulan paling tinggi sebesar seperduabelas jumlah
dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan dari gubernur sebagai wakil pengeluaran APBD tahun anggaran sebelumnya.
pemerintah pusat bagi kabupaten/kota dengan t a h a p a n sebagai berikut: 2.pengeluaran setiap bulan dibatasi penggunaannya hanya untuk mendanai keperluan
mendesak meliputi:
untuk memperoleh pengesahan, rancangan peraturan kepala daerah tentang belanja yang bersifat wajib seperti pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
APBD beserta lampirannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi belanja yang bersifat mengikat seperti gaji dan tunjangan, serta operasional sehari-hari,
provinsi dan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. pengeluaran setiap bulan dibatasi penggunaannya hanya untuk mendanai keperluan
kabupaten/kota paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak
mendesak ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan berlaku hingga APBD ditetapkan.
mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD. D. penyusunan d a n p e n e ta p a n APBD bagi d a e ra h yang belum memiliki DPRD
pengesahan oleh Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan oleh gubernur (Daerah Otonom Baru)
sebagai wakil pemerintah pusat bagi kabupaten/kota dilakukan paling lama 1.dalam hal daerah belum memiliki DPRD, kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan peraturan kepala daerah rencana kerja pemerintah daerah untuk menjaga kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
daerah, dan pelayanan masyarakat.
tentang APBD disampaikan.
2.rancangan KUA dan rancangan PPAS dikonsultasikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil
dalam hal batas waktu 30 (tiga puluh) hari Menteri Dalam Negeri atau gubernur pemerintah pusat bagi kabupaten/kota.
sebagai wakil pemerintah pusat tidak mengesahkan rancangan peraturan 3.rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman penyusunan RKA-SKPD.
4.hasil penyusunan RKA-SKPD dijadikan dasar penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
kepala daerah tentang APBD, kepa la da era h meneta pka n ra nca nga n 5.rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD disampaikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai
peraturan kepala daerah tentang APBD menjadi peraturan kepala daerah wakil pemerintah pusat bagi kabupaten/kota paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan KUA dan
rancangan PPAS dikonsultasikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi
tentang APBD.
kabupaten/kota.
dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan dokumen formulir 6.rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah oleh kepala daerah
komitmen pemerintah daerah dalam belanja pengadaan barang/jasa berupa setelah memperoleh pengesahan dari Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi
kabupaten/kota.
PDN, rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024 7.ketentuan mengenai penyiapan rancangan peraturan daerah tentang APBD berlaku secara mutatis mutandis
tidak dapat diproses lebih lanjut untuk dilakukan pengesahan oleh Menteri terhadap penyiapan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
8.ketentuan mengenai pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD berlaku secara mutatis
Dalam Negeri bagi provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
mutandis terhadap pengesahan rancangan peraturan kepala
bagi kabupaten/kota

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
TEKNIS PENYUSUNAN APBD

E. Penetapan APBD Bagi Daerah Persiapan


1.persiapan pendanaan penyelenggaraan pemerintahan pa da G. Penyusunan Perubahan APBD
daerah persiapan ditetapkan dalam APBD daerah induk, kecuali
diatur lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
1.Dasar Perubahan APBD
2.APBD daerah induk disusun berdasarkan rancangan KUA dan laporan realisasi semester pertama APBD menjadi dasar perubahan APBD.
rancangan PPAS berdasarkan rencana kerja pemerintah daerah perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
dengan memperhatikan pendanaan penyelenggaraan (1)perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
pemerintahan, pembangunan daerah, dan pelayanan masyarakat (2)keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar organisasi, antar
pa da daerah persiapan; unit organisasi, antar program, antar kegiatan, antar sub kegiatan dan antar jenis belanja;
(3)keadaan yang menyebabkan SiLPA tahun anggaran sebelumnya harus digunakan dalam
3.pendanaan penyelenggaraan pemerintahan pa da daerah
tahun anggaran berjalan;
persiapan dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri.
(4) keadaan darurat; d a n / a t a u
(5) keadaan luar biasa.
F. pelaksanaan pekerjaan/pembayaran atas ikatan
perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA.
perjanjian/ kontrak/perikatan
keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran
1.pelaksanaan pekerjaan/pem bayaran a ta s ikatan perjanjian/
kea da a n ya ng menyeba bka n SiLPA ta hun a ngga ra n sebelumnya ha rus
kontrak/perikatan yang melewati tahun anggaran digunakan dalam tahun anggaran berjalan
2.da la m ra ngka pela ksa na a n pekerja a n/ pemba ya ra n a ta s ika t a n keadaan darurat
perjanjian/kontrak/perikatan lainnya sesuai dengan ketentuan pera t ura n 1.Pemerintah Daerah mengusulkan pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat termasuk
perundang-undangan p a d a tahun anggaran berkenaan yang melampaui tahun keperluan mendesak yang belum tersedia anggarannya dalam rancangan perubahan APBD.
anggaran, harus dilakukan reviu terlebih dahulu oleh APIP sesuai dengan 2.dalam hal pengeluaran untuk mendanai keadaan darurat termasuk keperluan mendesak
ketentuan peraturan perundang undangan. dilakukan setelah perubahan APBD a t a u dalam hal Pemerintah Daerah tidak melakukan
3.hasil reviu APIP menjadi salah satu dasar Pemerintah Daerah untuk perubahan APBD maka pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran
menganggarkan dalam perubahan peraturan kepala daerah tentang penjabaran dengan terlebih dahulu melakukan peraturan kepala daerah penjabaran perubahan APBD.
APBD. keadaan luar biasa
4 . t a t a ca ra penga ngga ra n da n pela ksa na a n bela nja ya ng melewa t i t a hun
anggaran berkenaan diatur dalam peraturan kepala daerah

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemenda gri Kemenda gri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA

HAL KHUSUS LAINNYA


Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran
2024, selain memperhatikan prinsip dan kebijakan umum
penyusunan APBD serta teknis penyusunan APBD, juga
memperhatikan hal khusus lainnya

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
HAL KHUSUS LAINNYA

KEBIJAKAN BELANJA UNTUK MENDANAI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG BESARANNYA TELAH DITETAPKAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANDATORY SPENDING), ANTARA LAIN:

a. Anggaran Fungsi Pendidikan


1.dalam rangka peningkatan pelayanan bidang pendidikan, Pemerintah Daerah
secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran
fungsi pendidikan paling sedikit 20% (dua puluh persen) dari total belanja
daerah sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2.Perhitungan alokasi fungsi pendidikan
3.pemetaan atas perhitungan alokasi fungsi pendidikan terdiri atas belanja
pada sub kegiatan pada urusan bidang pendidikan, bidang kebudayaan,
bidang perpustakaan, bidang kepemudaan dan olahraga serta belanja di luar
urusan bidang pendidikan, bidang kebudayaan, bidang perpustakaan, bidang c. Anggaran Infrastruktur
kepemudaan dan olahraga yang menunjang kebutuhan masyarakat dibidang 1.Pemerintah Daerah mengalokasikan belanja infrastruktur pelayanan publik paling rendah 40% (empat puluh
Pendidikan yang menjadi bagian informasi yang tersedia dalam SIPD-RI. persen) dari total belanja daerah diluar belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah dan/atau desa.
4.dalam hal terdapat penyesuaian atas perubahan kebijakan mengenai 2.dalam hal persentase belanja infrastruktur pelayanan publik belum mencapai 40% (empat puluh persen),
pemetaan atas perhitungan alokasi fungsi pendidikan, dapat diperbarui sesuai Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja infrastruktur pelayanan publik daerah secara bertahap dalam
dengan ketentuan peraturan perundang undangan. waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022, sehingga batas akhir
Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi belanja infrastruktur pelayanan publik sampai dengan TA 2027 sesuai
b. Anggaran Kesehatan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
1.dalam rangka peningkatan pelayanan di bidang kesehatan, Pemerintah 3.belanja infrastruktur pelayanan publik adalah belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan
Daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan percepatan pembangunan dan/atau pemeliharaan fasilitas pelayanan publik yang berorientasi pada
anggaran Kesehatan secara memadai sesuai dengan ketentuan peraturan pembangunan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan
perundang-undangan. mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik antar-daerah;
2.alokasi anggaran kesehatan dimaksud diarahkan untuk mendukung 4. belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah dan/atau desa adalah belanja bagi hasil dan/atau transfer
transformasi kesehatan dan pencapaian indikator SPM bidang kesehatan. yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, antara lain bagi hasil Pajak
3.prioritas bidang kesehatan diarahkan untuk mempercepat capaian provinsi kepada kabupaten/kota, bagi hasil Pajak dan Retribusi kabupaten/kota kepada desa, dan transfer
keberhasilan pembangunan kesehatan dan mewujudkan derajat kesehatan kepada desa yang berasal dari DD dan ADD.
masyarakat yang setinggi-tingginya 5.perhitungan alokasi belanja infrastruktur pelayanan publik dan belanja infrastruktur daerah

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA HAL KHUSUS LAINNYA

KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:

Dalam rangka mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan
dengan SPM, Pemerintah Daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2024 memedomani antara lain:

urusan pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman sesuai dengan
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun 2022 tentang Standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan yang dirincikan secara spesifik dalam 29/PRT/M/2018;
rapor pendidikan daerah masing-masing Pemerintah Daerah sebagaimana urusan sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Teknologi Nomor 9 tahun 2022 tentang Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Pendidikan Anak Usia urusan pemerintahan bidang ketenteraman dan ketertiban umum serta
Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah; perlindungan masyarakat
urusan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Dalam rangka mendukung program koordinasi dan supervisi KPK dalam
SPM Bidang Kesehatan; melakukan tugas pencegahan, koordinasi, dan monitoring sehingga tidak
urusan pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai dengan Peraturan terjadi tindak pidana korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang Standar Teknis SPM Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
HAL KHUSUS LAINNYA

KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:

Berkaitan dengan itu, untuk mendanai program, kegiatan dan sub kegiatan pengawasan
Dalam rangka penguatan Pembinaan dan dimaksud, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang ditetapkan berdasarkan
Pengawasan Inspektorat Daerah, sebagai besaran dari total belanja daerah, dengan klasifikasi:
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- 1.Pemerintah Daerah provinsi
undangan. Pemerintah Daerah sampai dengan Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,90% (nol
mengalokasikan anggaran pengawasan sesuai koma sembilan puluh persen) dari total belanja daerah;
diatas Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000.000,00
dengan kewenangannya, meliputi: (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,60% (nol koma enam puluh persen) dari total belanja
daerah dan diatas Rp36.000.000.000,00 (tiga puluh enam miliar rupiah); dan
diatas Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,30% (nol koma tiga
puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah).

2.Pemerintah Daerah kabupaten/kota:


sampai dengan Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) paling sedikit sebesar 1,00% (satu
persen) dari total belanja daerah;
Peningkatan Kegiatan diatas Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah) sampai dengan Rp2.000.000.000.000,00 (dua
kapabilitas APIP pengawasan triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,75% (nol koma tujuh puluh lima persen) dari total belanja daerah
dan diatas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)
sarana dan prasarana diatas Rp2.000.000.000.000,00 (dua triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,50% (nol koma lima puluh
pengawasan seperti: persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
laptop, alat pengukur 3. Alokasi anggaran pengawasan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan 2), tidak termasuk belanja
beton dan lain-lain. gaji dan tunjangan ASN pada SKPD Inspektorat.

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA HAL KHUSUS LAINNYA

KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:

Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran untuk Pendidikan dan pelatihan bagi ASN dalam rangka
pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah Daerah dimaksud, sekurang-kurangnya 0,34% (nol koma
tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan sekurang-kurangnya
0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Alokasi
anggaran tersebut diluar belanja pegawai dan belanja pemeliharaan pada SKPD yang menyelenggarakan unsur
penunjang dibidang Pendidikan dan Pelatihan dan diarahkan hanya untuk berbagai program pengembangan
kompetensi dan uji kompetensi.

Pemerintah Daerah mensinergikan program, kegiatan, dan


subkegiatan dalam APBD Tahun Anggaran 2024 dengan kebijakan
pemerintah, antara lain metrologi legal berupa Tera, Tera ulang dan
pengawasan melalui:

a) pelaksanaan metrologi legal berupa Tera, Tera ulang;


b) verifikasi standar ukuran;
c) pengawasan/penyukuhan metrologi legal; dan
d) penyidikan metrologi legal.
Hal: 142 PMDN 25 th 2023

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri


KEMENTERIAN DAL AM NEGERI
REPUBLIN INDONESIA

kemendagri.go.id Kemendagri_RI Kemendagri Kemendagri

Anda mungkin juga menyukai