Transformasi
ekstrem; ekonomi ma kro da n pokok- pokok
Ekonomi
2) peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan; kebijakan fiskal tahun anggaran 2024,
Pemerinta h Da era h provinsi da n
3) revitalisasi industri dan penguatan riset terapan;
kabupaten/kota harus melakukan
4) penguatan daya saing usaha; sinergitas dan penyelarasan
5) pembangunan rendah karbon dan transisi energi; kebijakan Pemerintah Daerah dengan
6)percepa ta n pemba nguna n infra struktur da sa r da n pemerintah pusat, guna mendukung
konektivitas; pencapaian visi dan misi Presiden
7) percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN); dan da n Wa kil Presiden mela lui a ra ha n
uta ma Presiden dan priorita s
8) pelaksanaan pemilihan umum tahun 2024. pembangunan na siona l sesua i
Tema kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok dengan potensi dan kondisi masing-
masing daerah yang tela h
kebija ka n fiska l ta hun a ngga ra n 2024 a da la h
disela ra ska n denga n ta rget dan
“Mempercepat Transformasi Ekonomi yang Inklusif dan
sa sa ra n kinerja pela ya na n publik
Berkelanjutan”, maka fokus kebijakan fiskal nasional tiap tiap urusan pemerintahan serta
difokuskan p a d a menjadi kewena nga n Pemerinta h
1) penghapusan kemiskinan ekstrem melalui pengurangan Daerah ya ng difokuska n pa da
priorita s pemba nguna n ya ng tela h
beba n pengelua ra n ma sya ra ka t, peningka ta n
ditetapkan dalam renca na kerja
penda pa ta n ma sya ra ka t, da n peningka ta n a kses pemerinta h da era h ta hun 2024
infrastruktur dasar; dengan berpedoman p a d a Peraturan
2) penurunan stunting; Menteri Dalam Negeri mengenai
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja
3) pengendalian inflasi; dan
Pemerintah Daerah tahun 2024.
4) peningkatan investasi.
sinergitas dan
penyelarasan program sinkronisasi kebijakan
Pemerintah Daerah provinsi Pemerintah Daerah prioritas masing-
dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dengan masing daerah
kabupaten/kota terhadap prioritas pembangunan yang tercantum
prioritas pembangunan provinsi dan arah pada rencana kerja
nasional dan arah kebijakan kebijakan ekonomi dan pemerintah daerah
ekonomi dan fiskal nasional; fiskal nasional tahun 2024.
d.penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang harus dicantumkan dan j. klasifikasi APBD d a la m rancangan Peraturan Kepala Daerah
dianggarkan secara bruto dalam APBD; k.kla sifika si APBD menga cu pa da ket ent ua n pera t ura n perunda ng-
e.penerimaan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana penerimaan undangan mengenai klasifikasi, kodefika si, da n nomenkla t ur
daerah yang terukur secara rasional yang d a p a t dicapai untuk setiap sumber penerimaan perenca na a n pemba nguna n da n keua nga n da era h sert a
daerah dan berdasarkan p a d a ketentuan peraturan perundang-undangan; pemutakhirannya;
f.pengeluaran daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan rencana pengeluaran l. p e n d a p a t a n d a e ra h
daerah sesuai dengan kepastian tersedianya d an a atas penerimaan daerah dalam jumlah m. Belanja Daerah
yang cukup;
n . p e m b ia y a a n d a e ra h
g. setiap pengeluaran daerah harus memiliki dasar hukum yang melandasinya; p e m b ia y a a n m erupakan setiap penerim aan yang perlu dibayar kembali d a n / a t a u
h. APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas: pengeluaran yang a k a n diterim a kembali, baik p a d a tahun a n g g a ra n berkenaan
m aupun p a d a tahun-tahun a n g g a ra n berikutnya.
p e n d a p a ta n daerah;
klasifikasi akun p e m b ia y a a n d a e ra h yang diuraikan menurut kelompok, jenis, objek,
belanja daerah; d a n rincian objek, sub rincian objek dikelola berdasarkan kew enangan pengelolaan
pem biayaan daerah. keuangan p a d a satuan kerja pengelola keuangan d a e ra h sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
i.klasifikasi APBD dalam rancangan peraturan daerah tentang APBD dirinci menurut urusan
p e m b ia y a a n netto m erupakan selisih antara penerim aan p e m b ia y a a n dengan
pemerintahan daerah, bidang urusan, organisasi, program, kegiatan, sub kegiatan, akun, KEBIJAKAN pengeluaran pem biayaan.
kelompok, dan jenis pendapatan, belanja, dan pembiayaan UMUM p e m b ia y a a n netto digunakan untuk m enggunakan surplus a n g g a ra n a t a u menutup
defisit anggaran.
transfer ke daerah - Dana Bagi Hasil kebijakan pengelolaan dana bagi hasil
Transfer Ke Daerah - Dana Otonomi
(DBH)-Pajak d a n / a t a u dana alokasi umum yang
Khusus
tidak ditentukan penggunaannya
transfer ke daerah - Dana Bagi Hasil - tra nsfer ke da era h - Da na Aloka si Tra nsfer Ke Da era h - Da na
Sumber Daya Alam (DBH-SDA) Khusus (DAK) Keistimewaan
pendapatan transfer
terdiri atas transfer b) transfer antar daerah meliputi: c) Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
pemerintah pusat dan 1.Transfer Antar Daerah - Pendapatan Bagi 1.Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
transfer antar daerah, Hasil merupakan pendapatan daerah selain PAD dan
2.Transfer Antar Daerah - Pendapatan pendapatan transfer.
yang diuraikan
Bantuan Keuangan Transfer Antar Daerah - 2.Kebijakan penganggaran Lain-lain Pendapatan
sebagai berikut :
Pendapatan Bagi Hasil Daerah Yang Sah memperhatikan kebijakan
a) Belanja Operasi
Belanja operasi merupakan pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
Pemerintah Daerah yang memberi m anfaat jangka pendek, meliputi :
Kebijakan
Belanja Daerah Belanja
Belanja
Pega wa i
Bela nja Ba ra ng
dan Jasa
Belanja uang
d a n / a t a u jasa untuk
diberikan k e p a d a
Perjalanan
pihak ketiga
1.belanja perjalanan dinas dalam negeri
2. belanja perjalanan dinas luar negeri
3.penganggaran belanja perjalanan dinas dalam negeri dan luar
negeri
4.penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan
Bela nja Subsidi Belanja Bela nja Bunga prinsip efisiensi,efekt ivit a s, kepa t ut a n, kewa ja ra n, da n
Pemeliha ra a n akuntabel serta memperhatikan aspek pertanggungjawaban
sesuai dengan biaya riil (at cost) a t a u lumpsum
5.pelaksanaan perjalanan dinas bagi pimpinan/anggota DPRD
berpedoman p a d a ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai SHSR.
Belanja 6.ket ent ua n mengena i perja la na n dina s dit et a pka n denga n
Bela nja Hiba h Bantuan Sosial peraturan kepala daerah.
TEKNIS
PENYUSUNAN APBD
B. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah tentang APBD (Lanjutan) C. Penyusunan Peraturan Kepala Daerah Pengeluaran Setiap Bulan Atas
Belanja Wajib dan Belanja
5. rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi
1.dalam hal penetapan peraturan daerah APBD mengalami keterlambatan, kepala daerah
peraturan kepala daerah tentang APBD setelah memperoleh pengesahan melaksanakan pengeluaran setiap bulan paling tinggi sebesar seperduabelas jumlah
dari Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan dari gubernur sebagai wakil pengeluaran APBD tahun anggaran sebelumnya.
pemerintah pusat bagi kabupaten/kota dengan t a h a p a n sebagai berikut: 2.pengeluaran setiap bulan dibatasi penggunaannya hanya untuk mendanai keperluan
mendesak meliputi:
untuk memperoleh pengesahan, rancangan peraturan kepala daerah tentang belanja yang bersifat wajib seperti pelayanan dasar pendidikan dan kesehatan;
APBD beserta lampirannya disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri bagi belanja yang bersifat mengikat seperti gaji dan tunjangan, serta operasional sehari-hari,
provinsi dan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. pengeluaran setiap bulan dibatasi penggunaannya hanya untuk mendanai keperluan
kabupaten/kota paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak DPRD tidak
mendesak ditetapkan dengan peraturan kepala daerah dan berlaku hingga APBD ditetapkan.
mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD. D. penyusunan d a n p e n e ta p a n APBD bagi d a e ra h yang belum memiliki DPRD
pengesahan oleh Menteri Dalam Negeri bagi provinsi dan oleh gubernur (Daerah Otonom Baru)
sebagai wakil pemerintah pusat bagi kabupaten/kota dilakukan paling lama 1.dalam hal daerah belum memiliki DPRD, kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan
30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan peraturan kepala daerah rencana kerja pemerintah daerah untuk menjaga kelangsungan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan
daerah, dan pelayanan masyarakat.
tentang APBD disampaikan.
2.rancangan KUA dan rancangan PPAS dikonsultasikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil
dalam hal batas waktu 30 (tiga puluh) hari Menteri Dalam Negeri atau gubernur pemerintah pusat bagi kabupaten/kota.
sebagai wakil pemerintah pusat tidak mengesahkan rancangan peraturan 3.rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah dikonsultasikan dijadikan pedoman penyusunan RKA-SKPD.
4.hasil penyusunan RKA-SKPD dijadikan dasar penyusunan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
kepala daerah tentang APBD, kepa la da era h meneta pka n ra nca nga n 5.rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD disampaikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai
peraturan kepala daerah tentang APBD menjadi peraturan kepala daerah wakil pemerintah pusat bagi kabupaten/kota paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan KUA dan
rancangan PPAS dikonsultasikan kepada Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi
tentang APBD.
kabupaten/kota.
dalam hal Pemerintah Daerah tidak menyampaikan dokumen formulir 6.rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan menjadi peraturan kepala daerah oleh kepala daerah
komitmen pemerintah daerah dalam belanja pengadaan barang/jasa berupa setelah memperoleh pengesahan dari Menteri bagi provinsi dan gubernur sebagai wakil pemerintah pusat bagi
kabupaten/kota.
PDN, rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2024 7.ketentuan mengenai penyiapan rancangan peraturan daerah tentang APBD berlaku secara mutatis mutandis
tidak dapat diproses lebih lanjut untuk dilakukan pengesahan oleh Menteri terhadap penyiapan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD.
8.ketentuan mengenai pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD berlaku secara mutatis
Dalam Negeri bagi provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
mutandis terhadap pengesahan rancangan peraturan kepala
bagi kabupaten/kota
KEBIJAKAN BELANJA UNTUK MENDANAI URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG BESARANNYA TELAH DITETAPKAN
SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN (MANDATORY SPENDING), ANTARA LAIN:
KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:
Dalam rangka mendanai urusan pemerintahan wajib terkait pelayanan dasar yang ditetapkan
dengan SPM, Pemerintah Daerah dalam APBD Tahun Anggaran 2024 memedomani antara lain:
urusan pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan, urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman sesuai dengan
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 Tahun 2022 tentang Standar Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan yang dirincikan secara spesifik dalam 29/PRT/M/2018;
rapor pendidikan daerah masing-masing Pemerintah Daerah sebagaimana urusan sosial sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018
tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Teknologi Nomor 9 tahun 2022 tentang Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota; dan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terhadap Pendidikan Anak Usia urusan pemerintahan bidang ketenteraman dan ketertiban umum serta
Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah; perlindungan masyarakat
urusan kesehatan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4
Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Dalam rangka mendukung program koordinasi dan supervisi KPK dalam
SPM Bidang Kesehatan; melakukan tugas pencegahan, koordinasi, dan monitoring sehingga tidak
urusan pekerjaan umum dan penataan ruang sesuai dengan Peraturan terjadi tindak pidana korupsi sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 6
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 29/PRT/M/2018 huruf a, huruf b dan huruf c Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2019
tentang Standar Teknis SPM Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:
Berkaitan dengan itu, untuk mendanai program, kegiatan dan sub kegiatan pengawasan
Dalam rangka penguatan Pembinaan dan dimaksud, Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang ditetapkan berdasarkan
Pengawasan Inspektorat Daerah, sebagai besaran dari total belanja daerah, dengan klasifikasi:
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang- 1.Pemerintah Daerah provinsi
undangan. Pemerintah Daerah sampai dengan Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,90% (nol
mengalokasikan anggaran pengawasan sesuai koma sembilan puluh persen) dari total belanja daerah;
diatas Rp4.000.000.000.000,00 (empat triliun rupiah) sampai dengan Rp10.000.000.000.000,00
dengan kewenangannya, meliputi: (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,60% (nol koma enam puluh persen) dari total belanja
daerah dan diatas Rp36.000.000.000,00 (tiga puluh enam miliar rupiah); dan
diatas Rp10.000.000.000.000,00 (sepuluh triliun rupiah) paling sedikit sebesar 0,30% (nol koma tiga
puluh persen) dari total belanja daerah dan diatas Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar rupiah).
KEBIJAKAN TEMATIK YANG DIATUR BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ANTARA LAIN:
Pemerintah Daerah harus mengalokasikan anggaran untuk Pendidikan dan pelatihan bagi ASN dalam rangka
pengembangan kompetensi penyelenggara Pemerintah Daerah dimaksud, sekurang-kurangnya 0,34% (nol koma
tiga puluh empat persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah provinsi dan sekurang-kurangnya
0,16% (nol koma enam belas persen) dari total belanja daerah bagi Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Alokasi
anggaran tersebut diluar belanja pegawai dan belanja pemeliharaan pada SKPD yang menyelenggarakan unsur
penunjang dibidang Pendidikan dan Pelatihan dan diarahkan hanya untuk berbagai program pengembangan
kompetensi dan uji kompetensi.