HASIL PENELITIAN
56
57
a. Faktor Ekternal
Adalah faktor yang terjadi berada di luar kekuasaan manajemen
bank, seperti terjadinya bencana alam, konflik atau peperangan,
perubahan kondisi perekonomian pada nasabah dan perdagangan
atau perusahaan nasabah, perubahan teknologi, bahkan sampai
perceraian dapat menjadi salah satu faktor eksternal terjadinya
pembiayaan bermasalah.
b. Faktor Internal
Adalah faktor yang ada dalam bank itu sendiri, seperti ketidak
cakapan pegawai bank dalam menganalisis, ketidakpatuhan pegawai
bank dalam prosedur pemberian pembiayaan.
4. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BPRS HIK Parahyangan
Cabang Cileunyi.
Pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang asing bagi suatu bank ,
yakni bahwa semua bank mengalami hal tersebut. Oleh karena itu saat ini
adalah bagaimana cara bank dalam menyelesaikan pembiayaan
bermasalah ini.
Usaha yang dilakukan oleh BPRS HIK Parahyangan Cabang
Cileunyi dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah menggunakan
beberapa tahapan. Bedasarkan yang peneliti jabarkan pada bab 2
mengenai restrukturisasi pembiayaan dan terkait penelitian ini BPRS
HIK Parahyangan Cabang Cileunyi hanya menggunakan beberapa
tahapan, yaitu :
a. Penagihan intensif
Tahapan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh BPRS
HIK Parahyangan Cabang Cileunyi untuk penyelesaian pembiayaan
bermasalah, tahapan ini merupakan tahapan yang paling awal serta
masih dianggap sebagai itikad baik dari bank.
b. Pemberian surat peringatan
Tahapan ini jika nasabah sudah benar-benar tidak ada itikad baik
untuk menunaikan kewajibannya pada bank (wanprestasi).
59
pada saat proses rescheduling pun sudah termasuk biaya riil BPRS
HIK Parahyangan Cabang Cileunyi.
Bedasarkan analisis diatas proses dalam tahapan rescheduling
yang dilakukan oleh BPRS HIK Parahyangan Cabang Cileunyi
sudah sesuai dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
48/DSN- MUI/II/2005 Tentang Penjadwalan Kembali Tagihan
Murabahah.
d. Pengahapus bukuan (write off)
Mekanisme tahapan ini dilakukan bagi nasabah yang sudah
dikategorikan macet oleh BPRS HIK Parahyangan Cabang Cileunyi
namun bedasarkan analisis nasabah tersebut masih memiliki sumber
pembayaran walaupun jumlahnya sangat sedikit untuk pembayaran.
Nasabah sudah dinyatakan terbebas dari pembayaran jika nasabah
tersebut meninggal dunia dan ahli waris yang bersangkutan sudah
tidak memiliki sumber untuk pelunasan pembaran.
Penghapusbukuan yang dilakukan oleh BPRS HIK Parahyangan
Cabang Cileunyi tidak boleh dipublish pada nasabah.
Tahapan penghapusbukuan memang tidak memiliki aturan
khusus didalam fatwa, akan tetapi diatur dalam Fatwa DSN-MUI
tentang Qard pada aturan pertama poin b. dalam fatwa tersebut
dikatakan bahwa apabila nasabah tidak dapat mengembalikan
sebagian atau keseluruhan kewajibannya pada saat yang telah
disepakati dan bank telah memastikan tidakmampuannya, maka bank
dapat menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajiban
nasabah. BPRS HIK Parahyangan Cabang Cileunyi melakukan
tahapan ini pada saat bank telah menganalisis nasabah tersebut
memiliki ketidak mampuan pada pembayaran sehingga BPRS HIK
Parahyangan Cabang Cileunyi pun melakukan write off,
pengahapusan yang dilakukan BPRS HIK Parahyangan Cabang
Cileunyi hanya sebatas penghapusan buku bukan pengahapusan
tagihan sehingga bagaimana pun bank masih bisa menagih pada
nasabah, karena menurut BPRS HIK Parahyangan Cabang Cileunyi
hutang nasabah tetaplah menjadi hutang yang harus dibayar.
Pengahapusan yang dilakukan oleh BPRS HIK Parahyangan
63
Cabang Cileunyi tidak boleh
64