Dalam temu wicara di televisi bersama pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-
Najar, salah seorang warga Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya, apakah ayat dari
surat Al-Qamar di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah ?
Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa waktu lalu, saya
mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat, dan para peserta yang hadir
bermacam-macam, ada yang muslim dan ada juga yang bukan muslim. Salah satu tema
diskusi waktu itu adalah seputar mukjizat ilmiah dari Al-Qur'an.
Salah seorang pemuda yang beragama muslim pun berdiri dan bertanya, "Wahai Tuan,
apakah menurut anda ayat yang berbunyi [Telah dekat hari qiamat dan bulan pun telah
terbelah] mengandung mukjizat secara ilmiah ? Maka saya menjawabnya: Tidak, sebab
kehebatan ilmiah diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan mukjizat tidak bisa
diterangkan ilmu pengetahuan, sebab ia tidak bisa menjagkaunya.
Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir
Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan
kerasulannya, sebagaimana nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu
disaksikan dan dibenarkan oleh setiap orang yang melihatnya. Andai hal itu tidak
termaktub di dalam kitab Allah dan hadits-hadits Rasulullah, maka tentulah kami para
muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu. Akan tetapi hal itu memang benar
termaktub di dalam Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam.
Dan memang Allah ta'alaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatu.
Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar pun mengutip sebuah kisah Rasulullah membelah
bulan. Kisah itu adalah sebelum hijrah dari Mekah Mukarramah ke Madinah. Orang-
orang musyrik berkata, "Wahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi dan Rasul, coba
tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa membuktikan kenabian dan
kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)?" Rasulullah bertanya, "Apa yang kalian
inginkan ? Mereka menjawab: Coba belah bulan, .."
Maka Rasulullah pun berdiri dan terdiam, lalu berdoa kepada Allah agar menolongnya.
Maka Allah memberitahu Muhammad agar mengarahkan telunjuknya ke bulan. Maka
Rasulullah pun mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulat itu dengan
sebenar-benarnya. Maka serta-merta orang-orang musyrik pun berujar, "Muhammad,
engkau benar-benar telah menyihir kami!" Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir,
memang benar bisa saja "menyihir" orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa
menyihir orang yang tidak ada ditempat itu. Maka mereka pun pada menunggu orang-
orang yang akan pulang dari perjalanan.
Maka orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti
orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali
dari perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik pun bertanya, "Apakah
kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?"Mereka menjawab, "Ya, benar. Pada
suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dansaling menjauh
masing-masingnya kemudian bersatu kembali...!!!"
Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir (ingkar). Oleh
karena itu, Allah menurunkan ayat-Nya:
Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-
tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, "Ini adalah sihir
yang terus-menerus", dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu
mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap ....sampai akhir surat Al-Qamar.
Ini adalah kisah nyata, demikian kata Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar. Dan setelah selesainya
Prof. Dr. Zaghlul menyampaikan hadits nabi tersebut, berdiri seorang muslim warga
Inggris dan memperkenalkan diri seraya berkata, "Aku Daud Musa Pitkhok, ketua Al-
Hizb Al-Islamy Inggris. Wahai tuan, bolehkah aku menambahkan??"
Maka aku pun bergumam: Apakah kalimat ini masuk akal?? Apakah mungkin bulan bisa
terbelah kemudian bersatu kembali?? Andai benar, kekuatan macam apa yang bisa
melakukan hal itu??? Maka, aku pun menghentikan dari membaca ayat-ayat selanjutnya
dan aku menyibukkan diri dengan urusan kehidupan sehari-hari. Akan tetapi Allah Yang
Maha Tahu tentang tingkat keikhlasam hamba-Nya dalam pencarian kebenaran. Maka
aku pun suatu hari duduk di depan televisi Inggris. Saat itu ada sebuah diskusi diantara
presenter seorang Inggris dan 3 orang pakar ruang angkasa AS.
Ketiga pakar antariksa tersebut pun menceritakan tentang dana yang begitu besardalam
rangka melakukan perjalanan ke antariksa, padahal saat yang sama dunia sedang
mengalami masalah kelaparan, kemiskinan, sakit dan perselisihan. Presenter pun berkata,
" Andai dana itu digunakan untuk memakmurkan bumi, tentulah lebih banyak berguna".
Ketiga pakar itu pun membela diri dengan proyek antariksanya dan berkata, "Proyek
antariksa ini akan membawa dampak yang sangat positif pada banyak segmen kehidupan
manusia, baik segi kedokteran, industri, dan pertanian. Jadi pendanaan tersebut bukanlah
hal yang sia-sia, akan tetapi hal itu dalam rangka pengembangan kehidupan manusia.
Dan diantara diskusi tersebut adalah tentang turunnya astronot menjejakkan kakiknya di
bulan, dimana perjalanan antariksa ke bulan tersebut telah menghabiskan dana tidak
kurang dari 100 juta dollar. Mendengar hal itu, presenter terperangah kaget danberkata,
"Kebodohan macam apalagi ini, dana begitu besar dibuang oleh AS hanya untuk bisa
mendarat di bulan?" Mereka pun menjawab, "Tidak, ..!!! Tujuannya tidak semata
menancapkan ilmu pengetahuan AS di bulan, akan tetapi kami mempelajari kandungan
yang ada di dalam bulan itu sendiri, maka kami pun telah mendapat hakikat tentang bulan
itu, yang jika kita berikan dana lebih dari 100 juta dollar untuk kesenangan manusia,
maka kami tidak akan memberikan dana itu kepada siapapun. Maka presenter itu pun
bertanya, "Hakikat apa yang kalian telah capai sehingga demikian mahal taruhannya.
Mereka menjawab,
"Ternyata bulan pernah mengalami pembelahan di suatu hari dahulu kala, kemudian
menyatu kembali.!!! Presenter pun bertanya, "Bagaimana kalian bisa yakin akanhal itu?"
Mereka menjawab, "Kami mendapati secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah
terpotong di permukaan bulan sampai di dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta
para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, "Hal ini tidak mungkin
telah terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu bersatu kembali".
Mendengar paparan itu, ketua Al-Hizb Al-Islamy Inggris mengatakan, "Maka aku pun
turun dari kursi dan berkata, "Mukjizat (kehebatan) benar-benar telah terjadi pada diri
Muhammad sallallahu alaihi wassallam 1400-an tahun yang lalu. Allah benar-benar telah
mengolok-olok AS untuk mengeluarkan dana yang begitu besar, 100 juta dollar lebih,
hanya untuk menetapkan akan kebenaran muslimin !!!! Maka, agama Islam ini tidak
mungkin salah ... Maka aku pun berguman, "Maka, aku pun membuka kembali Mushhaf
Al-Qur'an dan aku baca surat Al-Qamar, dan ... saat itu adalah awal aku menerima dan
masuk Islam.
Alquran merupakan kitab suci pedoman seluruh umat Islam yang memiliki mukjizat
paling besar. Oleh karena itu umat Islam perlu mengkaji lebih jauh terkait isi kandungan
Alquran sehingga akan diketahui hakekat makna dalam Alquran itu. Untuk mengetahui
kandungan Alquran itu diperlukan suatu metode keilmuan yang dikenal dengan nama
ulumul quran.
Menurut Az-Zarqani, ulumul quran merupakan suatu bidang studi yang membahas
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Alquran, baik dilihat dari segi turunnya,
urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, penafsirannya, kemu’jizatannya,
nasikh mansukhnya, penolakan hal-hal yang menimbulkan keraguan terhadap Alquran
dan sebagainya.
Kandungan Alquran tentang sejarah atau kisah-kisah disebut dengan istilah Qashashul
Quran (kisah-kisah Alquran). Bahkan ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih
banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum. Hal ini memberikan isyarat
bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya
banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya
pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-
kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman”.[2]
Oleh karena itu kisah/sejarah dalam Alquran memiliki makna tersendiri bila
dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk
mengetahui isi sejarah yang ada dalam Alquran sehingga kita dapat mengambil pelajaran
dari kisah-kisah umat terdahulu.
Secara garis besar makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian qashashul quran,
macam-macamnya serta manfaat mempelajari qashashul quran. Selain itu dalam makalah
ini akan dipaparkan pula beberapa pendapat kaum orientalis yang meragukan keaslian
(keoriginalan) kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat dalam Alquran beserta bantahan-
bantahan terhadapnya.
Pengertian Qashashul Quran
Secara bahasa, kata qashash berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar yang
bermakna urusan, berita, kabar maupun keadaan. Dalam Alquran sendiri kata qashash
bisa memiliki arti mencari jejak atau bekas[3] dan berita-berita yang berurutan.[4]
Adapun tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang
terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh
keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.[7]
1. Kisah para Nabi yang memuat dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-
mukjizat yang ada pada mereka, sikap para penentang, perkembangan dakwah
dan akibat-akibat yang diterima orang-orang yang mendustakan para Nabi.
2. Kisah-kisah yang berkaitan dengan kejadian-kejadian umat-umat terdahulu dan
tentang orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiaanya, seperti kisah
Thalut, Jalut, dua putra Adam, Ashahab al-Kahfi, Zulqarnai, Ashabul Ukhdud
dsb.
3. Kisah-kisah yang berkaitan dengan peristiwa yang terjadi di zaman Rasulullah
seperti perang badar, uhud, tabuk dan lain sebagainya.[8]
1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam Alquran para actor dari kisah tersebut tidak hanya
manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dan burung
hud-hud.
2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsur pokok dalam suatu
cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan
peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu a) peristiwa yang merupakan
akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-qadar Allah dalam suatu
kisah. b) peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai
tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap
mendustakannya lalu turunlah adzab. c) peristiwa biasa yang dilakukan oleh
orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan
rasul maupun manusia biasa.
3. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak
pelakunya, seperti kisah Nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam
Alquran pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitan
manusia, keesaan Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini Alquran menempuh model
percakapan langsung. Jadi Alquran menceritakan pelaku dalam bentuk aslinya.[9]
4. Tujuan dan Fungsi Qashasul Quran
Apa sebenarnya tujuan dan fungsi kisah dalam Alquran? Kisah-kisah dalam Alquran
merupakan salah satu cara yang dipakai Alquran untuk mewujudkan tujuan yang bersifat
agama. Sebab Alquran itu juga sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu
medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut.
Oleh karena tujuan-tujuan yang bersifat religius ini, maka keseluruhan kisah dalam
Alquran tunduk pada tujuan agama baik tema-temanya, cara-cara pengungkapannya
maupun penyebutan peristiwanya.[10] Namun ketundukan secara mutlak terhadap tujuan
agama bukan berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut sudah menghilang
sama sekali, terutama dalam penggambarannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan
agama dan kesusasteraan dapat terkumpul pada pengungkapan Alquran.[11] Jadi dapat
disimpulkan bahwa tujuan kisah Alquran adalah untuk tujuan agama, meskipun demikian
tidak mengabaikan segi-segi sastranya.
Ada beberapa orientalis yang berpendapat bahwa kisah-kisah masa lampau yang
dikemukakan Alquran diketahui Nabi Muhammad saw dari seorang pendeta atau beliau
jiplak dari kitab Perjanjian Lama. Pendapat ini jelas tidak benar dari banyak segi.
Pertama, Nabi Muhammad saw tidak pernah belajar pada siapapun. Memang pada masa
kanak-kanak beliau pernah ikut berdagang pamanya ke Syam dan bertemu dengan rahib
yang bernama Buhaira yang meminta pamannya agar member perhatian serius pada nabi
karena dia melihat tanda-tanda kenabian pada beliau. Namun pertemuan ini pun hanya
terjadi beberapa saat. Di sini kita bertanya, “kalau remaja kecil (Muhammad saw) belajar
pada rahib itu, apakah logis dalam pertemuan singkat itu beliau memperoleh banyak
informasi yang mendetail, bahkan sangat akurat?” tentu saja tidak.
Ada juga seorang orientalis yang bernama Montgomery Watt yang berkata bahwa Nabi
Muhammad saw belajar pada Waraqah bin Naufal. Menurutnya, Khadijah merupakan
anak paman Waraqah bin Naufal, sedangkan ia merupakan agamawan yang akhirnya
menganut agama Kristen. Tidak dapat disangkal Khadijah berada di bawah pengaruhnya
dan boleh jadi Muhammad telah menimba sesuatu dari semangat dan pendapat-
pendapatnya.
Kita mengakui kalau Waraqah beragama Kristen, tapi bahwa Muhammad dating belajar
kepadanya adalah sesuatu yang tidak dapat diterima. Hal ini karena menurut pelbagai
riwayat kedatangan beliau menemui Waraqah adalah setelah beliau menerima wahyu dan
bukan sebelumnya. Di sisi lain, Waraqah berpendapat bahwa yang datang pada Nabi
Muhammad saw di gua Hira itu adalah malaikat yang pernah datang pada Nabi Musa dan
Isa a.s., dan beliau menyatakan bahwa seandainya hidup saat Muhammad dimusuhi
kaumnya, niscaya dia akan membelanya. Jika demikian logiskah jika Nabi Muhammad
saw belajar kepadanya setelah Waraqah mengakui kenabiannya?[15]
Tidaklah tepat jika dikatakan bahwa Nabi Muhammad saw mempelajari Kitab Perjanjian
Lama karena disamping beliau tidak dapat membaca dan menulis, juga karena terdapat
sekian banyak informasi yang dikemukakan Alquran yang tidak termaktub dalam
Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru, missal kisah Ashab Al-Kahfi. Kalaupun ada yang
sama, seperti beberapa kisah nabi-nabi, namun dalam rincian atau rumusan terdapat
perbedaaan-perbedaan.
Bahwa terjadi persamaan dalam garis besar bukan lalu merupakan bukti penjiplakan.
Apakah jika seseorang pada puluhan tahun yang lalu melukis candi Borobudur, kemudian
kini datang pula pelukis lain yang melukisnya – dan ternyata lukisan itu sama atau mirip
dengan yang sebelumnya – apakah Anda berkata bahwa pelukis kedua menjiplak dari
pelukis pertama?
Nabi Muhammad saw sejak dini telah mengakui bahwa beliau adalah pelanjut dari risalah
para nabi. Beliau mengibaratkan diri beliau dengan para nabi sebelumnya bagaikan
seorang yang membangun rumah, maka dibangunnya dengan sangat baik dan indah,
kecuali satu bata di pojok rumah itu. Orang-orang berkeliling di rumah tersebut dan
mengaguminya sambil berkata, “Seandainya diletakkan bata di pojok rumah ini, maka
Akulah (pembawa) bata itu dan Akulah penutup para nabi.” Demikian sabda Beliau yang
diriwayatkan oleh Bukhari melalui Jabir bin Abdillah.[16]
Dari uraian makalah di atas kita dapat mengambil beberapa kesimpulan diantaranya:
1. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak
dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu,
masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas
(sejarah) umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat
Islam).
3. Qashashul quran adalah kabar-kabar dalam Alquran tentang keadaan-keadaan
umat yang telah lalu dan kenabian masa dahulu, serta peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi.
4. Tujuan kisah Alquran adalah untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang
terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk
memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan
benar.
5. Kisah dalam Alquran dibedakan tiga macam, yaitu: kisah dakwah para nabi,
kejadian umat terdahulu dan kejadian di zaman Rasulullah Muhammad saw.
6. Unsur kisah Alquran juga ada tiga, yakni: adanya Pelaku, kejadian atau peristiwa
dan percakapan.
7. Inti dari fungsi kisah dalam Alquran adalah untuk dakwah menegakkan kalimat
tauhid, membantah kebohongan kaum kafir serta menjadikannya sebagai
pelajaran yang amat berharga bagi umat Islam.
8. Beberapa kaum orientalis ada yang meragukan keaslian kisah-kisah dalam
Alquran. Namun anggapan mereka terbantahkan dengan bukti-bukti yang telah
dipaparkan di atas.
Ketika Rasulullah saw mengatur strategi perang Uhud, beliau menempatkan sekitar 50
orang sebagai penjaga barisan belakang yang terdiri dari pasukan pemanah. Beliau
berpesan, jangan sekali-kali barisan pemanah tersebut meninggalkan tempat mereka,
sebelum ada perintah dari Nabi saw.
Maka di saat berkecamuk perang dengan dahsyat, pasukan musyrikin dapat dipukul
mundur. Sebagian pasukan muslimin sudah mulai mengambil rampasan perang
(ghanimah). Harta rampasan sedemikan banyaknya, sehingga hal tersebut mulai menarik
perhatian barisan pertahanan belakang yang menyaksikan perebutan ghanimah itu.
Disinilah awal bencana dimulai. Sebagian besar anggota barisan pemanah tersebut mulai
tergoda ingin ikut larut dalam perebutan ghanimah. Maka mereka mengambil keputusan
untuk bergabung dan mengumpulkan ghanimah bersama pasukan garda depan.
Hal tersebut dicegah oleh pimpinan pasukan barisan belakang. Namun cegahan
tersebut dibantah dengan alasan bahwa saat itu mereka sudah menang. Maka setidaknya
menurut mereka, pesan Rasulullah saw sudah tidak relevan di saat itu. Karena pesan
Rasulullah saw ditujukan ketika masih berlangsungnya perang, bukan di saat sudah
menang perang. Sehingga pasukan barisan belakang bubar, hanya tinggal 10 orang
pemanah saja yang tetap berpegang kepada pesan Rasulullah saw agar tidak
meninggalkan barisan.
Hal ini dilihat Khalid bin Walid, yang saat itu menjadi salah satu panglima perang
pasukan musyrikin. Barisan belakang yang lemah dihancurkannya. Lantas dihancurkan
jugalah pasukan muslimin yang saat itu sedang merayakan kemenangan. Muslimin kocar-
kacir atas serangan dadakan ini. Banyak shahabat Nabi saw yang syahid. Nabi saw
sendiri dikabarkan gugur dimedan perang. Namun ternyata tidak. Beliau mendapat luka
yang sangat parah. Abu Bakar, Umar, Utsman dan shahabat-shahabat r.anhum juga
menderita luka yang tak kalah parah.
Dari kejadian perang Uhud ini kita mendapat pelajaran berharga. Pelanggaran dan
pengabaian terhadap satu perintah Nabi saw akan membawa kehancuran. Di saat
shahabat nabi mengabaikan satu sabda nabi dengan mengatakan bahwa perintah itu
dianggap sudah ‘tidak relevan’ lagi, maka kemenangan di depan mata berubah menjadi
kehancuran yang menyedihkan. Tidak peduli disitu ada Nabi saw, Abu Bakar, Umar,
Utsman, Ali ataupun sahabat pilihan yang lainnya, Allah ubah keadaan yang diambang
kejayaan menjadi keterpurukan.
Di zaman modern ini, semakin banyak orang yang mengatakan bahwa sabda Rasulullah
saw ‘tidak relevan’ lagi dengan kondisi zaman. Sabda Nabi dianggap kuno. Bahkan
jangankan sabda Nabi saw, firman Allah pun digugat, dianggap tidak lagi pas untuk
diterapkan di zaman ini. Dianggap mendatangkan kesengsaraan dan membuat hidup
susah dan sempit.
Jika di saat perang Uhud yang disitu masih ada Nabi saw dan orang-orang top di
kalangan shahabat Nabi saja mereka mengalami kekalahan dan keterpurukan, maka
bagaimana pula dengan kondisi muslimin di zaman ini ?? Padahal apa yang terucap,
tertulis dan terlontar dari omongan, tulisan dan opini muslimin saat ini, lebih keji dari apa
yang diucapkan dan dilakukan oleh shahabat Nabi di saat perang Uhud tersebut.
Share |
Related Content
Kita sering mendengar istilah “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan”. Namun
rupanya tidak banyak yang tahu darimana istilah ini berasal, dan apa makna sebenarnya
dari kalimat tersebut. Pokoknya asal pakai saja, dan ngaku-ngaku itu ajaran Islam, karena
kalimat tersebut ‘kelihatannya’ berasal dari Al Qur’an. Dalam bahasa sehari-hari kata
‘fitnah’ diartikan sebagai penisbatan atau tuduhan suatu perbuatan [...]