Anda di halaman 1dari 191

PEMERINTAH ACEH

DINAS PERHUBUNGAN ACEH


Jln. Mayjend T.Hamzah Bendahara No. 52
BANDA ACEH
KETERANGAN
769.000 JALAN
IRIGASI
DRAINASE
U PAGAR
BANGUNAN
768.800 APRON EXISTING
SAWAH
KOLAM
AREA YANG AKAN DI KERJAKAN
768.600
768.400
PEKERJAAN
DED Pengembangan Hanggar dan Apron Bandara Sultan
Iskandar Muda Kabupaten Aceh Besar
768.200
LOKASI
ACEH BESAR
MENGETAHUI/MENYETUJUI :
768.000
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
DINAS PERHUBUNGAN
ACEH
767.800
JUNAIDI, ST, MT
NIP. 19631231 199703 1 014
KET. NAMA PARAF
Team Leader Albert Hutapea, ST
767.600 Draftman/OP CAD M. Iqbal, ST
CONSULTANT PERENCANA
PENANGGUNG JAWAB
767.400 CV. TARGET CONSULTANT

NG

KE B
ARE

AND
EK
ULE

A AC
KE

EH
Ikhwan, ST
611.800

611.600

611.400

611.200

611.000

610.800

610.600

610.400

610.200

610.000

609.800

609.600

609.400
Direktur
NAMA GAMBAR SKALA
PETA EXISTING 1 : 8000
No / Jlh Gambar Tahun Anggaran
PETA EXISTING
SKALA 1 : 8.000 01 - 03 2017
34.00 153.00
20.00

AREA APRON RENCANA


PARKIR
40.00
RENCANA
POS JAGA
gudang mekanik
±0.00
24.00 RENCANA HANGGAR
ruang briefing
65.00

±0.00
Naik

55.00
RABAT BETON
APRON EXISTING
Teras Lobby
-0.05 ±0.00

70.00
RUANG ADM
RUANG PANTRY
toilet wanita
-0.05
toilet Pria
-0.05

5.00
RABAT BETON

15.00
92.00
70.00
LAY OUT RENCANA HANGGAR
SKALA 1 : 800
LAY OUT RENCANA HANGGAR 1 : 800
01 - 00
gudang mekanik
±0.00
ruang briefing
±0.00
Naik
Teras Lobby
-0.05 ±0.00
RUANG ADM
RUANG PANTRY
toilet wanita
-0.05
toilet Pria
-0.05
DENAH HANGGAR LANTAI 1 DENAH HANGGAR LANTAI 1 1 : 150
SKALA 1 : 150
02 - 00
RUANG RAPAT
+4.60

Turun
Atap Dak
balkon/
+4.55
kamar tidur
+4.60
KM/WC
+4.55
balkon/
+4.55
kamar tidur
+4.60
KM/WC
+4.55
toilet wanita
+4.55
toilet Pria
+4.55
DENAH HANGGAR LANTAI 2 DENAH HANGGAR LANTAI 2 1 : 150
SKALA 1 : 150
03 - 00
TAMPAK DEPAN
SKALA 1 : 150
TAMPAK BELAKANG
SKALA 1 : 150
TAMPAK 1 : 150
04 - 00
TAMPAK S. KANAN
SKALA 1 : 150
TAMPAK S. KIRI
SKALA 1 : 150
TAMPAK 1 : 150
05 - 00
Elv + 15.40
Elv + 11.15
Elv + 10.75
Elv + 8.87
Elv + 6.90
Elv + 5.75
Elv + 3.72
Elv + 1.75
Elv + 1.50
Elv + 1.10
Elv ± 0.00
Elv - 2.00
Elv - 6.00
POTONGAN A - A (MELINTANG) POTONGAN A - A 1 : 150
SKALA 1 : 150
06 - 00
Elv + 15.40
Elv + 11.15
Elv + 10.75
Elv + 8.87
Elv + 6.90
Elv + 5.75
Elv + 3.72
Elv + 1.75
Elv + 1.50
Elv + 1.10
Elv ± 0.00
Elv - 2.00
Elv - 6.00
POTONGAN B - B (MEMANJANG) POTONGAN B - B 1 : 150
SKALA 1 : 150
07 - 00
2.50
0.90 1.19 0.30
0.70
0.50 0.30 0.30
Plat Tumpuan T 12 mm x 2 Lapis Plat Tumpuan T 12 mm x 2 Lapis
Baja wf 700x300x13x24 mm Baja GIP Ø4" T 3mm
0.90
0.18 0.15 0.15 0.15 0.18
Besi Angker Ø22mm
0.77
DETAIL STRUKTUR 1 : 10
DETAIL TYPE A
SKALA 1 : 10
08 - 00
Besi GIP Ø 4"
Gording Baja C 100x75x6 mm
Plat Strip T 12 mm Penyiku Sambungan Tumpuan
0.70
0.55
mm
0.35 Besi GIP Ø 2"

x 24
13
0x
30
0x
70
wf
ja
Ba
0.30
0.70
DETAIL TYPE B
SKALA 1 : 10
DETAIL STRUKTUR 1 : 10
09 - 00
Besi Siku 60x60x5mm
Plat Pengaku T 5mm
Dinding Seng Spandek T 0.35mm
Penutu Atap Spandek T 0.45mm Baut Pengikat Uk 22mm
Baja GIP Ø4" T 3.5mm Baja wf 200.400.13 mm
Gording Baha C 100x50x20 mm
0.40
2.55

9
2.9
0.94

Pipa Gip Ø 4" T 3mm


0.94

2.19
Pipa Gip Ø 4" T 3mm Baja C 50x100x3.5mm
1.72
0.94
Pipa Gip Ø 4" T 3mm
1.69
Pipa Gip Ø 4" T 3mm

0.94
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm Baja C 50x100x3.5mm

1.00
Fentilasi Udara Alumunium
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm
Baja C 50x100x3.5mm
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm

0.94
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm

0.94
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm
Baja C 50x100x3.5mm
Baja GIP Ø4" T 3mm

0.94
1.51
1.51
Pipa Gip Ø 4" T 3mm
Baja wf 700x300x13x24 mm
Baja wf 300x700x13x24 mm

0.94
Plat Tumpuan T 12 mm x 2 Lapis
1.51
Besi Angker Ø22mm
Baja C 50x100x3.5mm
5.70
DETAIL TYPE C DETAIL TYPE D
SKALA 1 : 50 SKALA 1 : 50
DETAIL STRUKTUR 1 : 50
10 - 00
Baja C 50x100x3.5mm
Fentilasi Udara Alumunium
Baja C 50x100x3.5mm
Baja C 200x90x8x13.5 mm Baja wf 700x300x13x22 mm
11.70
Baja C 50x100x3.5mm
3.95

3.95
Baja wf 700x300x13x24 mm
Baja C 50x100x3.5mm
6.00 6.00
DETAIL TYPE F
SKALA 1 : 50
DETAIL STRUKTUR 1 : 50
12 - 00
Pipa GIP Ø 2"
Pipa GIP Ø 4"
Pipa GIP Ø 2"
1.00
Pipa GIP Ø 4"
1.00
Detail Penampang Kuda-Kuda
Skala 1:10
DETAIL STRUKTUR 1 : 10
14 - 00
Baja wf 400x200x13x12 mm
1.6 3
3 1.6
Plat Pengunci T 5mm
2 3.3
3.3 2
1.6 3
3 1.6
3 1.6
1.6 3
3.3 2
2 3.3
Plat Pengunci T 5mm
3 1.6
1.6 3
Baja C 50x100x5mm
Ventilasi Udara Alumunium
Baja C 50x100x5mm
1.6 3
3 1.6
Plat Pengunci T 5mm
2 3.3
3.3 2
1.6 3
3 1.6
Baja C 50x100x5mm
3 1.6
1.6 3
3.3 2
2 3.3
Plat Pengunci T 5mm
1.6
3 1.6
3
Baja wf 700x300x13x24 mm
Baja C 50x100x3.5mm
DETAIL RANGKA DINDING
SKALA 1 : 50
DETAIL STRUKTUR 1 : 50
15 - 00
DENAH RENCANA PONDASI DENAH PONDASI 1 : 150
SKALA 1 : 150
20 - 00
DENAH RENCANA SLOOF DENAH RENCANA SLOOF 1 : 150
SKALA 1 : 150
23 - 00
PEMERINTAH ACEH
DINAS PERHUBUNGAN ACEH
Jln. Mayjend T.Hamzah Bendahara No. 52
BANDA ACEH
KETERANGAN
PEKERJAAN
DED Pengembangan Hanggar dan Apron Bandara Sultan
Iskandar Muda Kabupaten Aceh Besar
LOKASI
ACEH BESAR
MENGETAHUI/MENYETUJUI :
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
DINAS PERHUBUNGAN
ACEH

Turun
JUNAIDI, ST, MT
NIP. 19631231 199703 1 014
KET. NAMA PARAF
Team Leader Albert Hutapea, ST
Draftman/OP CAD M. Iqbal, ST
CONSULTANT PERENCANA
PENANGGUNG JAWAB
CV. TARGET CONSULTANT
Ikhwan, ST
Direktur
NAMA GAMBAR SKALA
DENAH BALOK LANTAI 2 DENAH BALOK LANTAI 2 1 : 100
SKALA 1 : 100 No / Jlh Gambar Tahun Anggaran
30 - 00 2017
PEMERINTAH ACEH
DINAS PERHUBUNGAN ACEH
Jln. Mayjend T.Hamzah Bendahara No. 52
BANDA ACEH
KETERANGAN
PEKERJAAN
DED Pengembangan Hanggar dan Apron Bandara Sultan
Iskandar Muda Kabupaten Aceh Besar
LOKASI
ACEH BESAR
MENGETAHUI/MENYETUJUI :

Turun
KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)
DINAS PERHUBUNGAN
ACEH
JUNAIDI, ST, MT
NIP. 19631231 199703 1 014
KET. NAMA PARAF
Team Leader Albert Hutapea, ST
Draftman/OP CAD M. Iqbal, ST
CONSULTANT PERENCANA
PENANGGUNG JAWAB
CV. TARGET CONSULTANT
Ikhwan, ST
Direktur
NAMA GAMBAR SKALA
DENAH PLAT LANTAI 2 DENAH PLAT LANTAI 2 1 : 100
SKALA 1 : 100 No / Jlh Gambar Tahun Anggaran
31 - 00 2017
A B C D E F G H I J K L
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
DENAH RENCANA PORTAL DENAH RENCANA PORTAL 1 : 150
SKALA 1 : 150
33 - 00
K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1 K1
DENAH RENCANA KUDA-KUDA DENAH RENCANA KUDA-KUDA 1 : 150
SKALA 1 : 150
37 - 00
SPESIFIKASI TEKNIK

PEKERJAAN
PEMBANGUNAN HANGGAR DAN APRON BANDARA
SULTAN ISKANDAR MUDA (OA)

LOKASI
ACEH BESAR

TAHUN ANGGARAN
2018
BAB I
DATA PROYEK

1.1 DESKRIPSI PROYEK


Pengguna Jasa
Nama : Dinas Perhubungan Aceh
Alamat Pengguna Jasa : Jalan Mayjend T. Hamzah Bendahara No. 52,
Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh 24415

1.2 DASAR HUKUM PROYEK


1.2.1 Secara keseluruhan, seluruh pekerjaan sebagaimana tertera pada spesifikasi teknik serta
yang tercantum pada Gambar-gambar kerja pada dasarnya berlaku standard- standard
pengerjaan yang berlaku di Indonesia.
1.2.2 Standard-standard tersebut adalah; namun tidak terbatas pada:
1. Standard Industri Indonesia (SII)
2. Standard Nasional Indonesia (SNI)
3. Peraturan Umum Bahan bangunan di Indonesia (PUBI-1982)
4. Metoda Pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium (SK.SNI.M-62-1990-
03)
5. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Rumah dan Gedung
(SK.SNI.T15-1991-03)
6. Spesifikasi bahan tambahan untuk beton (SK.SNI-S-18-1990-03)
7. Peraturan Beton bertulang Indonesia (PBI-1971-N12)
8. Peraturan perencanaan untuk Struktur Beton bertulang Biasa & Struktur Tembok
Bertulang untuk Gedung 1983.
9. Peraturan Konstruksi Kayu di Indonesia (PKKI-N15)
10. Peraturan Semen Portland Indonesia (1972-N18
11. Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan pemborongan Pekerjaan Umum (AV)
– no. 9, tgl 28 Mei 1941.
12. Peraturan Umum Instalasi listrik (PUIL-1987)
13. Peraturan Umum Mengenai Instalasi listrik (A.V.E)
14. Peraturan perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1983 (PPBBI’83)
15. Peraturan Umum Mengenai Instalasi Air Ledeng (AVWI)
16. Peraturan Instalasi Komunikasi PT. Telkom
17. Peraturan Plambing Indonesia – PPI 1979
18. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir (PUIPP – 1983)
19. Keppres no. 18 tahun 2000
20. Peraturan Dinas Kebakaran Setempat
21. Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Listrik Negara
22. Peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan Daerah Air minum
23. Persyaratan Umum dari Dewan teknik Pembangunan Indonesia (DTPI 1980)
24. Pedoman Tata Cara penyelenggaraan pembangunan bangunan Gedung Negara
oleh Departemen P.U
25. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983
26. Peraturan perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung 1981 beserta
pedomannya
27. Peraturan keselamatan kerja Departemen Tenaga Kerja RI
28. Peraturan-peraturan Pemda setempat yang terkait.
29. Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
30. Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan;
31. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan
Penerbangan;
32. Peraturan Pemerintah No. 70 Tahunj 2001 tentang Kebandarudaraan;
33. Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup;
34. Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
beserta perubahan dan aturan turunannya;
35. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional;
36. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 21 Tahun 2015 tentang Standar
Keselamatan Penerbangan;
37. Keputusan Menteri Perhubungan No. 48 Tahun 2002 tentang Penyelenggaraan Bandar
Udara Umum;
38. Keputusan Menteri Perhubungan No. 24 Tahun 2002 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (CASR);
39. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 39 Tahun 2015 tentang Standar Teknis
dan Operasi Bandar Udara (Aerodrome);
40. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP. 29 Tahun 2014 tentang
Manual Of Standard MOS CASR – Part 139 tentang Bandar Udara;
41. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/347/XII/1999 tentang
Standar Rancang Bangun dan/atau Rekayasa Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara;
42. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/113/VI/2002 tentang
Kriteria Penempatan Fasilitas Elektronika dan Listrik Penerbangan;
43. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/114/VI/2002 tentang
Standar Gambar Instalasi Sistem Penerangan Bandar Udara (Airfield Lighting System);
44. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. SKEP/161/IX/2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/perancangan Landasan Pacu, Taxiway, Apron pada
Bandar Udara;
45. Internatinaol Civil Aviation Orgabization (ICAO) Annex beserta manualnya terdiri dari
: Aerodrome Design Manual (Doc 9157), Airport Planning Manual (Doc 9184) dan
Airport Services Manual (Doc 9137); FAA Advisory Circular Nomor 150/5320-6C, “
Airport Pavement Design and Evaluation”, FAA Advisory Circular Nomor 150/5320-
5B, “Airport Drainage”;
46. Standard Critical Aircraft Design yang dikeluarkan oleh pabrikan pesawat;
47. American Standard Testing Material (ASTM);
48. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO);
49. serta Seluruh Peraturan yang berhubungan dengan pelaksanaan Jasa Konstruksi dan
Bandar Udara.
Jika tidak terdapat dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut diatas, maka berlaku
peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari Negara asal produsen
bahan/komponen yang bersangkutan
Selain ketentuan-ketentuan tersebut berlaku pula dalam ketentuan ini:
Dokumen Lelang sudah di Sahkan oleh Pemberi Tugas (Gambar kerja, RKS, BQ, B.A
Aanwijzing dan Surat Perjanjian/Kontrak)
Shop Drawing yang dibuat oleh Pemborong dan sudah disetujui/disyahkan oleh
pemberi tugas dan pengawas
Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan tertulis yang diberikan oleh Konsultan
Pengawas
Di samping Standard/peraturan di Indonesia, untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu, bagi
pekerjaan-pekerjaan yang peraturan dalam negerinya belum lengkap. Peraturan-peraturan
tersebut adalah:
1. American Society of Testing Materials/ASTM
2. American Institute of Steel Construction/AIS
3. American Welding Society/AWS
4. National Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers/ASHRAE
5. National Fire Protection Articles/NFPA
6. International Electronical Commision/EIC
7. British Standard/BS
8. Deutsche Institute fur Normungs
9. Japanese Industrial Standard
BAB II
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN

2.1 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Pelaksana
Konstruksi, maka Kontraktor Pelaksana untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Fisik.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan secara seluruhnya sesuai
dengan ketentuan-ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Tugas dan kegiatan Kontraktor Pelaksana adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja Fisik.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan struktur organisasi pelaksana lapangan
proyek kepada Owner yang didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor
Pelaksana dengan posisi minimal seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
- Site Manager;
- Pengawas Lapangan;
- Draftman;
- Administrasi Proyek; dan
- Operator Computer.
5. Jumlah personil atau tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Owner.
6. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur\organisasi lapangan
proyek yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan
minimal selama jam kerja.
7. Pengantian tenaga ahli oleh Kontraktor Pelaksana selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi.
8. Site Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu
lebih dari 3 hari.
9. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli
Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai
menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
10. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.

2.2 GAMBAR PELAKSANAAN (SHOP DRAWING)


a) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing/ gambar detail pelaksanaan di lapangan
berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan
lapangan.
b) Kontraktor wajib membuat Shop Drawing juga untuk detail-detail khusus yang belum
tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh
Konsultan Pengawas/MK.
c) Dalam semua Shop Drawing harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data
yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk,
cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi
pabrik yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar Kerja/Dokumen
Kontrak maupun didalam buku ini.
d) Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas
untuk mendapat persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi. Semua
gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas
untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan
harus digambarkan pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.

2.3 GAMBAR HASIL PELAKSANAAN (AS BUILD DRAWING)


1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan (Asbuilt
Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan sebelum serah
terima tahap pertama dilakukan.
2. Pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan yang
berhubungan dengan instalasi berikut ini dan pekerjaan –pekerjaan lain yang
ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner dan Konsultan Perencana kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik pada
bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

2.4 BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN BANGUNAN (OPERATION HAND BOOK)


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri bersama dengan Konsultan harus membuat
Buku Petunjuk Penggunaan atau system operasi (Operation Hand-Biook) sebelum masa
Serah Terima Pertama untuk semua peralatan dan instalasi yang ada dalam bangunan
seperti :
a. Instalasi Listrik;
b. Instalasi Air Bersih dan Air Kotor;
2. Operation Hand-Book harus diserahkan kepada Owner dan pengguna bangunan
dengan memberikan penjelasan yang diperlukan.
3. Operation Hand-Book harus disimpan dengan baik dalam bangunan pada tempat yang
ditentukan oleh Owner atau pengguna bangunan.

2.5 KESALAHAN PEKERJAAN DAN PEKERJAAN CACAT


1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan
pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat sebelum
Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat
yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan
Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan
Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan Cacat
menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan biaya sendiri.
6. Kesalahan-kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap pekerja
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaiki dengan
biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab-sebab lain tanpa ada
unsur-unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan bangunan
tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk memperbaikinya dengan
biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

2.6 RENCANA WAKTU PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan (time
schedule) keseluruhan kepada Konsultan Supervisi dan Owner sebelum dimulainya
pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana waktu
penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi dan
Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi kepada Owner.
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan Supervisi.
5. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena kesalahan
dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor
cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan cuaca
dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus diperhitungkan
untuk enambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor-
factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan Supervisi
seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor pelaksanan
tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari masyarakat
setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan
Supervisi dan Owner lebih dari 3 hari kerja harus diperhitungkan untuk penambahan
waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang disebabkan
oleh hal-hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan point 8 tidak
boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali ditentukan lain
dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan kepada
Kontraktor Pelaksana karena alasan-alasan seperti yang disebutkan pada point 6, point
7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Supervisi dan Owner.

2.7 REQUEST MATERIAL DAN REQUEST PEKERJAAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material
bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan
dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap sah
dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh material
yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner tidak boleh
dipakai sebagai material bangunan dan harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan) untuk
pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request Material
atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9. Item-item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.
2.8 METODE PELAKSANAAN
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap pekerjaan
Pembesian Plat Lantai, Pengecoran Plat Lantai, Eriction Konstruksi Baja dan Eriction
Konstruksi Kuda-Kuda serta pekerjaan-pekerjaan lain yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode Pelaksanaan
yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Item-item pekerjaan yang memerlukan Metode Pelaksanaan ditentukan oleh Konsultan
Supervisi.

2.9 RENCANA MATERIAL DAN PERALATAN


1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan mingguan
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
2.10 RENCANA TENAGA KERJA
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada Konsultan
Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga kerja
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan-alasan
yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

2.11 PEKERJAAN DILUAR JAM KERJA


1. Pekerjaan-pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus diketahui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang
dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

2.12 LAPORAN PELAKSANAAN


1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan akan
kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan laporan
bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan
harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing-masing Laporan harian, laporan mingguan
dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan Owner.

2.13 SURAT MENYURAT DAN KOMUNIKASI


1. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus melalui dan ditujukan
kepada Konsultan Supervisi serta Owner.
2. Segala surat-menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang berhubungan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui dan ditujukan kepada
Konsultan Supervisi juga diketahui oleh Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar proyek
tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan Supervisi. Kontraktor Pelaksana tetap
wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan Supervisi.

2.14 RAPAT KOORDINASI DAN RAPAT LAPANGAN (SITE MEETING)


1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,
dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal oleh
Site Manager atau Supervisor Lapangan.
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap
minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal oleh
Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.

2.15 WEWENANG OWNER (PEMBERI TUGAS) MEMASUKI LOKASI PEKERJAAN


1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempattempat lain dimana Kontraktor Pelaksana
melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat-tempat lain yang dilakukan oleh Sub Kontraktor
Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus
memberikan jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya mempunyai wewenang
untuk memasuki bengkel kerja dan tempat-tempat lain kepunyaan Sub Pelaksana
pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung dilapangan
kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu perbaikan atau
perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal-hal yang tidak
sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi secara
tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
5. Kontraktor Pelaksana harus menjamin dan bertangung jawab penuh akan keselamatan
Owner dan para wakilnya selama berada dilokasi pekerjaan.

2.16 BUKU INSTRUKSI DAN BUKU TAMU


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu dilokasi
pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat yang baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksi-instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan jabatan
yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus diketahui
dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor Lapangan untuk
dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan harus
terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor Pelaksana.

2.17 PENANGGUNG JAWAB PENGAWASAN


1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa Konsultasi,
maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam BAB I diatas
adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002
Tanggal 21 Agustus 2002 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau menurut
perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak Kerja
konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan
proyek kepada Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli Konsultan
Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut atau seperti yang diajukan :
1. Site Engineer/Team Leader;
2. Chief inspector
3. Inspector
4. Tenaga Administrasi; dan
5. Operator Computer
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan
proyek yang telah disetujui oleh Owner kepada Kontraktor Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan pekerjaan
harus diketahui dan disetujui oleh Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner jika hendak meninggalkan lokasi
pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga ahli
Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut dinilai
menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan kepada
Owner atas segala hal yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor
pelaksana. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil
diskusi dengan Owner.

2.18 INSTRUKSI KONSULTAN SUPERVISI


1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau perintah
yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasanalasan yang jelas dan sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal-hal seperti disebutkan dibawah ini
:
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal-hal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.
7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor Pelaksana yang
dianggap kurang mampu.
8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
9. Perintah untuk melakukan perubahan-perubahan pada metode pelaksanaan Kontraktor
Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi kualitas dan
memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.

2.19 PERUBAHAN-PERUBAHAN DISAIN DAN PERBEDAAN-PERBEDAAN


1. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner berhak mengadakan perubahan-
perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity yang wajib
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan pada
Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan Konsultan
Supervisi.
3. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh
Konsultan Supervisi Dan Owner harus disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor
Pelaksana untuk dilaksanakan.
4. Perubahan-perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner secara lisan atau tidak tertulis tidak wajib untuk
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena melaksanakan Instruksi tidak
tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahan-perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya pelaksanaan
yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh
Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek
dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Konsultan Supervisi dan Owner dilakukan
oleh Kontraktor diketahui oleh Owner.
7. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar Bestek
dan Spesifikasi Teknis yang diusulkan oleh Kontraktor Pelaksana dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana diketahui oleh Konsultan Supervisi dan disetujui oleh Owner.
8. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan dan
biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
9. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidaksesuaian antara Gambar Bestek,
Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan mengambil
keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada owner untuk tindakan
selanjutnya.
10. Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana yang
harus dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill
of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
11. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Supervisi, jika terjadi
perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity maka urutan
acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
1. Kontrak Kerja;
2. Bill of Quantity;
3. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
4. Spesifikasi Teknis.

BAB III
PEKERJAAN PERSIAPAN

3.1 Papan Nama Proyek


1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat tentang
identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali ditentukan
lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik sehingga
sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar papan nama dapat
berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan tebal minimal 12 mm.
Penggunaan bahan dan material lain harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali untuk logo
atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi Pemilik
Bangunan, Kontraktor Pelaksana, Konsultan Perencana dan Konsultan Supervisi.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai proyek,
dan waktu penyelesaian proyek.

3.2 Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor konsultan Supervisi
(Direksi Keet) untuk keperluan operasional supervisi.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Supervisi (Direksi Keet)
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan penerangan
yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr
dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Direksi Keet
harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai ukuran 5/10
cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran
5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
12. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

3.3 Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor Lapangan untuk
keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr
dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
13. Jika Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Kantor
Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok lantai
ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
14. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
15. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
16. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
17. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
18. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan
posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

3.4 Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC untuk
keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan
buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada dilokasi
pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus dibuat terpisah
dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps
: 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Dinding Kamar Mandi dan WC 1 meter dari lantai dibuat dari pasangan batu bata dan
diplaster sedangkan bagia atasnya boleh dibuat dari dinding papan ukuran 2/20 cm
dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak tampungan
air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga harus dilengkapi
dengan Septictank dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu dengan dekat
dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
3.5 Gudang Penyimpanan Material
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang penyimpanan material
untuk melindungi material yang tidak segera dipakai.
2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang Penyimpanan
Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 32 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar-benar terlindung
dari rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balok-balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka
dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan
multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan Material tidak boleh
berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan kecuali
dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

3.6 Barak Pekerja


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk keperluan
pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak Kerja
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3 Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan
atau minimal berukuran 32 m2.
4 Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari-hari para
pekerja.
5 Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6 Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr
dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7 Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai Gudang
Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok-balok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8 Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek tebal 6
mm.
9 Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10 Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11 Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana dengan
Konsultan Supervisi.
12 Barak Pekerja tidak boleh diletakkan didalam lokasi pekerjaan.

3.7 Bengkel Kerja / Pabrikasi


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau tempat
Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan baja profil dan
baja tulangan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Bengkel
Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing-masing pekerjaan pabrikasi adalah
40 m2.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Supervisi.
3.8 Mushalla Dan Tempat Wudhu’ Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk untuk keperluan Staf
Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan dan buruh.
2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.
3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai papan ukuran
2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran 5/10 dengan jarak minimal
50 cm dari kayu kelas II.
5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10
cm dari kayu kelas II.
6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps
: 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas harus
dengan persetujuan Konsultan supervisi.
9. Tempat Wudhuk harus dilengkapi dengan kran air minimal 3 unit dan 1 unit saluran
pembuangan air kotor.
10. Posisi dan letak Mushalla dan Tempat Whuduk ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

3.9 Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara


1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan Instalasi
listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan untuk keperluan
operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air Bersih dan
Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan Supervisi
dan Owner.

3.10 Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K


1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk semua
pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :
a. Helm Pelindung Kepala;
b. Sepatu untuk melindungi kaki;
c. Jaring Pengaman
d. Sabuk pengaman
e. Pemadam Kebakaran; dan
f. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil segala tindakan guna
kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan dilokasi
pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Kontraktor
pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Manajemen Konstruksi;
c. Personil Konsultan Perencana;
d. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan
sepengetahuan Kontraktor Pelaksana.

3.11 Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga
keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang bekerja selama
24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya ditentukan oleh
Kontraktor Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam lokasi
pekerjaan.
BAB IV
PEKERJAAN AWAL

4.1 Pembersihan Lapangan


1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat
menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil bongkaran bangunan
lama, pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal minimal
30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah yang
telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus atau muka tanah
timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai sebagai
material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material bangunan.
6. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan humus
harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari lokasi pekerjaan
atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
7. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh berada
dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

4.2 Pembongkaran Konstruksi Bangunan Lama


1. Kontraktor Pelaksana harus membongkar Konstruksi Bangunan Lama atau sisa bangunan
lama sesuai dengan Gambar Bestek atau Bill of Quantity seperti dinding , lantai, atap,
plafond, perkerasan lama dan pondasi yang ada didalam lokasi pekerjaan.
2. Sebelum melakukan pekerjaan pembongkaran Kontraktor Pelaksana harus membuat
permohonan tertulis kepada Konsultan Supervisdan diketahui Konsultan Supervisi serta
Owner.
3. Dalam melakukan pembongkaran bangunan lama Kontraktor Pelaksana harus menjamin
untuk tidak merusak bangunan disekitar lokasi pekerjaan dan bangunan-bangunan yang
oleh Owner tidak diijinkan untuk dibongkar.
4. Kerusakan-kerusakan bangunan lama dan bangunan disekitar lokasi pekerjaan akibat
aktifitas pembongkaran bangunan oleh Kontraktor Pelaksana menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana apabila ada tuntutan ganti rugi oleh pemilik bangunan.
5. Hasil Bongkaran bangunan lama adalah milik Owner atau pemilik bangunan. Kontraktor
Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap keamanan, kehilangan dan pemamfaatan
hasil bongkaran bangunan lama oleh pihak-pihak ketiga tanpa seizin Owner atau pemilik
bangunan.
6. Hasil bongkaran bangunan lama tidak boleh dimamfaatkan kembali oleh Kontraktor
Pelaksana untuk material bangunan didalam lokasi maupun diluar lokasi proyek tanpa
seizin Konsultan Supervisi dan Owner.

4.3 Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan
kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay Out
bangunan pada Gambar Bestek.
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus diketahui dan
didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner dan Pemilik Bangunan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus menggunakan alat
ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti akan
elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas-batas lahan kerja.
Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan dilapangan dengan
memasang patok-patok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam minimal 30 cm
dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang ada dalam
Gambar Bestek kecuali dengan alasan-alasan kondisi lahan existing yang berubah dan
alasan-alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
8. Perubahan-perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau
berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi dan Owner.
9. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan disetujui oleh
Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

4.5 Pagar Pelindungan Lokasi Pekerjaan


1. Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama berlangsungnya pekerjaan
konstruksi dari ganguan luar.
2. Bentuk perlindungan tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm dengan rangka kayu
setinggi 2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.
3. Pagar Pelindung lokasi pekerjaan harus segera dibuat setelah hasil pekerjaan Setting Out
disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan Owner.

4.6 Pemasangan Bouwplank


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan tetap pada
semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank dan Tower Air.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun minimal
1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiang-tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah minimal
40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk keperluan acuan
elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm yang dipaku pada tiang-
tiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan yang akan
dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum struktur bangunan yang
paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.
6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

BAB V
PEKERJAAN QUALITY KONTROL

5.1 Ruang Lingkup

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua percobaan-percobaan


dan pengujian-pengujian terhadap material bangunan serta pemeriksaan-pemeriksaan
terhadap hasil kerja Kontraktor Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam Proyek
ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana berikut ini :
a. Pemeriksaan dan Pembuatan Job Mix Disain Beton;
b. Pemeriksaan Kualitas Material Beton;
c. Pemeriksaan Mutu Beton;
d. Pemeriksaan Kuat Tarik Baja;
e. Pemeriksaan Kualitas Material Baja Profil;
f. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Las Listrik;
h. Pemeriksaan Kuat Tarik/Tekan Sambungan Baut;
j. Pemeriksaan Sifat-Sifat Fisik Material Timbunan; dan
k. Pemeriksaaan-Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta oleh Konsultan
Perencana, Kosultan Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya sendiri
oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara-cara yang disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana serta
Owner.

5.2 Biaya Quality Kontrol

1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang
disebutkan dalam Pasal 1 adalah menjadi tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor
Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana dan
Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality Kontrol menjadi tanggungan dan
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
BAB VI
PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI

6.1 Galian Tanah Pondasi Sumuran Dan Tapak


1. Pekerjaan Galian harus dimulai dari elevasi paling atas atau elevasi akhir dari timbunan
tanah yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Posisi galian pondasi harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian pondasi yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Bentuk galian dan kedalaman galian pondasi sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Pengalian pondasi dilakukan secara manual oleh para pekerja.
5. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang diperlukan,
maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
6. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat pemadat
sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
7. Jika pada saat pengalian ditemukan akar-akar tumbuhan lama atau puing-puing bangunan
lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali dengan pasir urug
hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
8. Hasil galian pondasi yang akan dipakai kembali untuk urugan pondasi harus ditempatkan
dengan jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi pondasi.
9. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum pekerjaan
konstruksi pondasi plat lantai selesai dikerjakan.
10. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah disekitar
galian adalah tanah agresif, labil, danmudah runtuh sehingga membahayakan pekerjaan
pengalian.
11. Hasil pekerjaan galian pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6.2 Urugan Galian Pondasi


1. Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pekerjaan konstruksi pondasi selesai dikerjakan
100%.
2. Untuk urugan pondasi dapat digunakan tanah hasil galian pondasi atau material lain yang
disetujui oleh Konsultan supervisi.
3. Jika untuk urugan pondasi dipakai tanah lain dan bukan tanah hasil galian pondasi maka
tanah tersebut harus melalui proses pemeriksaan di Laboratorium Tanah sebelum dipakai
sebagai material urugan pondasi dan hal ini harus diketahui serta disetujui oleh Konsultan
Supervisi. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan material tanah dan proses
pemeriksaan di Laboratorium Tanah dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
4. Tanah Humus atau tanah hasil pembersihan lapangan setebal 30 cm dari muka tanah dasar
tidak boleh digunakan sebagai urugan pondasi.
5. Tanah urugan pondasi harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper atau alat lain yang
disetujui oleh Konsultan supervisi.
6. Pemadatan dilakukan lapis berlapis dengan ketebalan minimal setiap lapisanya adalah 30
cm.
7. Hasil pekerjaan urugan pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6.3 Timbunan Tanah


1. Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah Kontraktor
Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian tanah pondasi telah selesai 100% dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Material timbunan adalah tanah gunung yang gembur tidak berbungkah-bungkah,
bukan tanah liat, bukan tanah sawah, bukan hasil bongkaran bangunan lama, bukan
pasir laut, bukan pasir urug dan bukan pasir beton.
3. Material timbunan adalah tanah yang mudah dipadatkan.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Request Material timbunan tanah kepada
Konsultan Supervisi sebelum material tersebut didatangkan ke lokasi pekerjaan.
5. Material timbunan yang akan dipakai harus melalui proses pemeriksaan dan penelitian
di Laboratorium Mekanika Tanah.
6. Tanah timbun harus mempunyai sifat-sifat fisik dan daya dukung yang minimal sama
atau lebih baik dari lapisan tanah dibawahnya setelah dipadatkan.
7. Tanah timbun sekurang-kuranganya harus mempunyai angka CBR Laboratorium
minimal 10% dan angka CBR setelah pemadatan minimal 10%.
8. Material timbunan tanah harus dipadatkan lapisan demi lapisan dengan Alat Stamper.
Tebal minimal tiap lapisan adalah 30 cm.
9. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10. Tidak dibenarkan mengerjakan pekerjaan lain diatas permukaan tanah timbunan
sebelum pekerjaan timbunan dan pemadatan tanah selesai 100% serta disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

6.4 Pasir Urug


1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan, pasir alas
pondasi dan alas pekerjaan lantai kerja beton Pondasi Tapak.
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiran-butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
6. Pasir urug harus dipadatkan dengan alat pemadat Stemper hingga mencapai kepadatan
yang disetujui oleh Konsultan Supervisi atau jenuh air sebelum dilakukan pekerjaan
lain diatasnya.
7. Hasil pemadatan tanah harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

6.5 Galian Pipa Air Dan Instalasi Listrik

1. Yang dimaksud dengan galian pipa adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan
Instalasi Air Kotor, Instalasi Air Bersih, Instalasi Limbah Kimia dan Instalasi Listrik
Bawah Tanah.
2. Bentuk dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek atau menurut
petunjuk Konsultan Supervisi.
3. Kedalaman galian pipa minimal 50 cm dari muka tanah dasar atau muka tanah timbun
kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity. Khusus untuk galian
Instalasi Listrik harus dibuat minimal 80 cm dari muka tanah dasar atau muka tanah
timbun.
4. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi bangunan lain yang ada
disekitarnya.
BAB VII
PEKERJAAN PONDASI

7.1 PASIR PASANG DAN PASIR HALUS


7.1.1 Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus
dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang
berasal dari laut.

7.1.2 Lantai Kerja


1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung
dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan mutu K-125 atau sesuai Gambar Bestek.
3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

7.1.3 pondasi sumuran


1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan langsung
dengan tanah harus dikerjakan.
2. pondasi sumuran dibuat dari beton dengan mutu K-350 atau sesuai Gambar Bestek.
3. Tebal lantai kerja minimal 10 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang air.
5. Hasil pekerjaan pondasi sumuran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
7.1.4 Pondasi Tapak Beton Bertulang
1. Sebelum pekerjaan pondasi tapak dilakukan Kontraktor Pelaksana harus memastikan dan
disetujui oleh Konsultan Supervisi bawah pekerjaan galian tanah sudah selesai 100%.
2. Pondasi Tapak dibuat dari mutu beton K-275.
3. Dimensi dan ukuran pondasi tapak adalah sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Kedalaman galian pondasi tapak dihitung dari elevasi akhir muka tanah timbun atau
sesuai Gambar Bestek.
5. Pekerjaan pengecoran plat pondasi dengan alasan apapun tidak boleh dilakukan dalam
kondisi galian pondasi tergenang air.
6. Elevasi lantai kerja K-125 harus sama untuk semua luas penempatan tapak pondasi.
7. Tidak boleh ada perbedaan elevasi lantai kerja mutu K-350 untuk dudukan tapak
pondasi yang melebihi 1 cm.
8. Hasil pekerjaan pengecoran tapak pondasi harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
BAB VIII
PEKERJAAN BETON

8.1 PASIR BETON


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari 5%
maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah
butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat-za lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan di
Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

8.2 KERIKIL BETON


1. Terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari 1%
maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zat-zat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses penyelidikan
di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan-pekerjaan beton Non Struktural ( K-125 &
K-175 ) atau beton dengan mutu dibawah K250.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

8.3 BATU PECAH


1. Batu pecah adalah hasil produksi mesin pemecah batu (Stone Cruser) dan bukan hasil
pekerjaan manual (manusia).
2. Batu pecah berasal dari batuan kali.
3. Terdiri dari butiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Tingkat ketahanan terhadap keausan butiran minimal 95%.
5. Jumlah butiran Lonjong dan Pipih minimal 5%.
6. Tidak boleh mengandung lumpur dan zat-zat yang dapat merusak beton seperti zat
alkali.
7. Ukuran butiran terkecil minimal 1 cm dan ukuran butiran terbesar maksimal 3 cm.
8. Butiran batu pecah dalam setiap meter kubiknya tidak boleh seragam tetapi merupakan
campuran antara butiran 1 cm sampai butiran 3 cm.
9. Batu pecah yang akan dipakai untuk material campuran beton harus melalui proses
pemeriksaan di Laboratorium beton.
10. Batu pecah hanya dan harus dipakai pada campuran beton struktural atau beton dengan
mutu K-250 sampai mutu K-300.

8.4 SEMEN PORTLAND


1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
4. Tidak berbungkah-bungkah/tidak keras.
5. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland Type
I.
6. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan
gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
8.5 AIR
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam dan zat organic yang dapat merusak
beton.
3. Air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang didatangkan dari tempat
lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan Konsultan Supervisi sebelum
digunakan.

8.6 ZAT ADDITIVE


1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang berhubungan
kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian dan
percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

8.7 TULANGAN BETON


1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 4000 kg/cm2
atau 400 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
8. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan
langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
9. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung berlaku
juga pada spesifikasi teknis ini.
10. Baja tulangan harus mempunyai tanda standard SII dengan ukuransesuai dengan
dokumen lelang.
11. Kontraktor harus memberikan copy sertifikat dan pabrik mengenai kekuatan dan
ukuran baja tulangan.
12. Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping
adanya sertifikat dari pabrik, juga harus ada/dimintakansertifikat dari laboratorium
baik pada saat pemesanan maupunsecara periodik minimum masing-mosing 2 (dua)
contoh percobaan (stress strain) dan pelengkung untuk setiap 20 ton besi.Pengetesan
dilakukon pada laboratorium-laboratorium yangdisetujui oleh direksi teknik.
13. Sebelum baja tulangan dipasang, Kontraktor harus menunjukan hasil-hasil pengujian
yang memperlihatkan mutu baja tulangan tersebut sesuai dengan Gambar Rencana
kepada Direksi Teknik untuk mendapat persetujuan terlebih dahulu.
14. Kontraktor harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai dengan apa
yang tertera pada (Gambar Rencana).
15. Semua baja tulangan yang didesain sebagai tulangan praktis dan tidak termasuk pada
gambar rencana tetapi diperlukan/dibutuhkan untuk memlengkapi pekerjaan harus
diadakan pelaksanaannya.
16. Pemasangan dan pengikatan dari baja yang tertanam dalam beton dilakukan pada
keadaan normal, tidak diselesaikan pada saatpengecoran berlangsung. Pada tulangan
harus ditempatkan padaposisinya seakurat mungkin sesuai dengan Gambar Rencana
dandiikat kuat agar tidak bergeser saat pengecoran.
17. Kontraktor harus membuat detail shop drawing dengan skala, untuk disetujui oleh
Direksi Teknik dalam pelaksanaanya.
18. Semua baja pada pekerjaan ini permukaannya harus bersih dari larutan-larutan,
bahan-bahan atau material yang dapat member akibat pengurangan lekatan antara
beton dan baja.
19. Semua baja tulangan harus dipasang sesuai dengan panjang maksimumnya. Tidak
diperbolehkan adanya sambungan splice pada baja tulangan, kecuali tertera pada
Gambar Rencana atau disetujui dari Direksi Teknik.
20. Jarak antara dua buah sambungan spilce harus dibuat sejauh mungkin, dengan jarak
minimum sejauh 40 kali diameter baja tulangan yang disambungkan.
21. Panjang penyaluran baja tulangan pada sambungan splice, kecuali tertera pada
Gambar Rencana, harus dipasang sepanjang minimum seperti tertera pada sandard.
22. Dalam hal dimana berdasarkan pengalaman Kontraktor atau pendapatnya terdapat
kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian yang ada.
23. Kontraktor dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi pembesian yang
tertera dalam gambar.
24. Secepatnyn hal ini diberitahukan pada perencana konstruksi untuk sekedar informasi.
a. Jika hal tersebut di atas akan dimintakan oleh kontraktor sebagai pekerjaan lebih,
maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan setelah ada persetujuan Direksi
dan Perencana konstruksi.
b. Jika diusulkan perubahan dari jalannya pembesian maka perubahan tersebut
hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari Perencana Konstruksi.
c. Mengajukan usul dalam rangka tersebut di atas adalah merupakan juga keharusan
dari Kontraktor.

8.8 SELIMUT BETON


1. Kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dalam Bill of Quantity dan Gambar
Bestek maka aturan ketebalan selimut beton adalah seperti berikut ini :
Beton yang Tidak Beton yang
Komponen Langsung Berhubungan
Struktur Berhubungan Dengan Dengan Tanah Atau
Tanah Atau Cuaca Cuaca
ØD 16 Dan Lebih
ØD 36 Dan Lebih Kecil
Lantai Kecil : 40 mm
: 20 mm

> ØD 36 : 40 mm > ØD 36 : 50 mm
Lantai

ØD 36 Dan Lebih Kecil ØD 16 Dan Lebih


Dinding
: 20 mm Kecil : 40 mm
> ØD 36 :
> ØD 36 : 40 mm
Dinding 50

Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih


Balok
: 40 mm Kecil : 40 mm
> ØD 16 :
Balok
50 mm
Seluruh Diameter ØD 16 Dan Lebih
Kolom
: 40 mm Kecil : 40 mm
> ØD 16 :
Kolom
50 mm

2. Untuk konstruksi beton yang dituangkan langsung pada tanah dan selalu berhubungan
dengan tanah berlaku suatu tebal penutup beton minimal yang umum sebesar 70 mm.

8.9 RANCANGAN CAMPURAN BETON (JOB MIX DISAIN)


1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton struktural dengan mutu K-250
sampai mutu K-350 Kontraktor Pelaksana harus membuat Rancangan Campuran Beton
(Job Mix Disain).
2. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh
dari pengujian benda uji kubus umur 28 hari minimal 20 benda uji.
3. Mutu beton untuk masing-masing komponen struktur adalah seperti yang dijelaskan
dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Job Mix Disain adalah hasil pekerjaan ahli beton pada Laboratorium Beton yang diakui
oleh Pemerintah.
5. Material Pasir dan Batu Pecah yang dipakai untuk Job Mix Disain haruslah material yang
akan dipakai nantinya pada pelaksanaan dilapangan dan material tersebut tersedia
dalam jumlah yang cukup dilokasi pekerjaan sampai volume pekerjaan beton selesai
dikerjakan.
6. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada
tahap pelaksanaan pekerjaan beton tidak dibenarkan.
7. Pengantian material dengan material selain material dalam Laporan Job Mix Disain pada
tahap pelaksanaan pekerjaan beton mengharuskan Kontraktor Pelaksana untuk
membuat Job Mix Disain baru.
8. Laporan Job Mix Disain untuk masing-masing mutu beton minimal harus
mencantumkan :
o Laporan hasil penelitian Pasir Beton;
o Laporan hasil penelitian Batu Pecah;
o Komposisi Pasir Beton;
o Komposisi Batu Pecah;.
o Komposisi Air Beton;
o Komposisi Zat Additive jika digunakan;
o Nilai Slump Rencana; dan
o Nilai Faktor Air semen.
o Job Mix Disain yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi sebelum dilaksanakan.
o Semua aturan yang disyaratkan dalam Job Mix Disain dan telah disetujui oleh
Konsultan Supervisi harus diikuti dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

8.10 RENCANA CAMPURAN LAPANGAN (JOB MIX FORMULA)


1. Berdasarkan Job Mix Disain yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor
Pelaksana harus membuat Rencana Campuran Lapangan (Job Mix Formula) beton
struktural dengan mutu K-250 sampai mutu K-300.
2. Job Mix Formula tidak boleh berbeda dengan Job Mix Disain terutama dari segi
komposisi material beton.
3. Hasil perhitungan Job Mix Formula harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat media standar berupa bakbak dari kayu atau
timba-timba plastik yang dipakai untuk mentakar komposisi material berdasarkan
perhitungan Job Mix Formula.
5. Pentakaran komposisi material campuran beton dengan bak-bak standar dilokasi
pekerjaan tidak boleh mengurangi dan berbeda dengan komposisi material beton yang
ada dalam Job Mix Disain.
6. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengujian hasil perhitungan Job Mix Formula
dengan media benda uji kubus beton ukuran 20x20x20 cm minimal 10 benda uji.
7. Hasil pengujian Job Mix Formula di Laboratorium Beton yang menghasilkan mutu beton
yang tidak sesuai dengan mutu beton pada Job Mix Disain mengharuskan Kontraktor
Pelaksana melakukan perhitungan ulang akan Job Mix formula atau merubah Job Mix
Disain.
8. Tidak tercapainya mutu beton seperti yang diinginkan karena kesalahan dalam
perhitungan Job Mix Formula sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
8.11 PERAKITAN TULANGAN
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh Kontraktor
Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Khusus untuk Pondasi Plat Lantai Beton perakitan tulangan harus dilakukan langsung
lokasi konstruksi atau Bekisting.
3. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan
SK SNI T-15-1991-03.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar bengkokan,
dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk menghidari
kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
5. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang harus
diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan langsung
dengan tanah.
6. Untuk tulangan plat lantai dan plat dack dirakit langsung diatas bekisting yang telebih
dahulu telah selesai dikerjakan.
7. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang
dengan alat ikat kawat beton.
8. Jaring tulangan plat harus terikat dengan baik satu dengan yang lain dengan alat ikat
kawat beton.
9. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam
bekisting.

8.11.1 SAMBUNGAN ANTAR TULANGAN


1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran tulangan
pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak ditentukan lain
dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
2. Sambungan antara tulangan harus sesuai dengan detail prinsip penyambungan yang
diberikan dalam Gambar Bestek.
3. Titik-titik sambungan tulangan lewatan pada plat lantai tidak boleh dibuat pada posisi
satu garis lurus. Sambungan harus dibuat selang-seling atau zig-zag antara batang yang
disambung dengan batang yang tidak disambung.
4. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek, Peraturan
Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-151991-03 harus diambil minimal 40 kali diameter
batang yang disambung.
5. Sambungan-sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak dibenarkan
dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan tambahan) untuk
menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain kecuali ditentukan lain
dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
6. Penjangkaran tulangan atau kait-kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat-syarat yang
ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
7. Sambungan-sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada komponen balok,
plat lantai dan plat dack ujung-ujung sambungan harus dibuat kait (hook) kecuali
ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T-15-1991-03.
8. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan plat
lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi selain pada
posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

8.11.2 SUPPORT DAN BETON DACKING


a. Support
1. Untuk keperluan dan menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton sesuai
dengan disyaratkan maka pada setiap 1 m2 luas plat lantai dan plat dack harus
diberikan support/dukungan dari besi tulangan ulir dengan diameter lebih besar
dari diameter tulangan plat lantai atau 13 mm.
2. Jumlah support/dukungan dalam 1 m2 luas plat lantai, plat dack dan plat pondasi
adalah minimal 5 buah.
3. Bentuk support/dukungan harus sesuai dengan Gambar Bestek atau Shop Drawing
yang telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Bentuk support/dukungan harus sedemikian rupa sehingga dapat
mempertahankan jarak vertikal antara lapis tulangan ketika dibebani oleh beban
pekerja perakitan tulangan atau pekerja pengecoran.
b. Beton Dacking
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang
disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi
penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap dengan
bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton
pada masing-masing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu mnimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
5. Untuk Komponen plat lantai dan plat dack ukuran beton tahu adalah 2 x 4 x 5 cm dan
dipasang minimal 5 buah setiap 1 m2 plat lantai, plat dack dan plat pondasi.

8.11.3 ACUAN / BEKISTING


1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 9 mm yang diperkuat oleh balok-balok kayu
5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk konstruksi
bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang dianggap
perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau cairan
Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu akan dibuka
sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton
tidak bocor atau berubah bentuknya.
9. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi, kelurusannya
terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan alat Theodolit dan Waterpass.
Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum dilakukan
pekerjaan pengecoran beton.
11. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung sejak
waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena alasan
penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan beton atau alasan-
alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan.
12. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini terjadi
Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
13. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting atau
sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8.11.4 LANTAI KERJA BETON


1. Untuk komponen struktur beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau pasir
urug, pada lapisan dasarnya harus memakai Lantai Kerja Beton ( Line Concrete ) dengan
tebal minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
2. Lantai Kerja Beton dibuat dari beton mutu K-125.
3. Hasil pekerjaan Lantai Kerja Beton harus benar-benar elevasi , hal ini harus dibuktikan
dengan pekerjaan Waterpassing.

8.12 PENGECORAN BETON ( CASTING CONCRETE )


1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus memastikan
Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K-250 sampai K-300 hanya boleh dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan Tulangan,
Bekisting, Request Pekerjaan dan hal-hal lain yang diperlukan dan berhubungan dengan
pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian konstruksi
sehingga dapat menghindari sambungan-sambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor Pelaksana
menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan langsung dengan
air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali untuk
beton-beton dengan mutu dibawah K-125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir Beton, Semen,
Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan Konsultan
Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan
supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah disiapkan
oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh pekerja
kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih dari
10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton. Penggunaan
zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton segar terlalu lama
dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator sampai
mencapai kepadatan optimum.
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh menciptakam
sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada saat bekisting
dibuka.
14. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu dengan
mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint) seperti
Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
15. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor Pelaksana
harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air semen tidak
meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai dengan yang direncanakan.
16. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang sama
tidak boleh lebih dari 1 hari.

8.13 BETON READY MIX


1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada
Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton structural yang menggunakan Beton
Ready Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.

8.14 PEMBONGKARAN BEKISTING/MAL BETON


1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting belum
berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak boleh
dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 21 hari.
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 21 hari karena alasan adanya
pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.

8.15 PERAWATAN BETON ( CURING )


1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap beton
yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni kemudian
menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur 28 hari.
Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari atau
sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.

8.16 QUALITY CONTROL


a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton dituangkan
dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada setiap mutu
beton. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana
nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada pada
Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan
slinder standar. Ukuran kubus adalah 20 x 20 x 20 cm dan ukuran silinder tinggi
30 cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton yang
berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu
campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai berumur
28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan tanggal
pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton yang
telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan pengecoran melebihi 50%
dari total pekerjaan pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton hasil
pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang diperoleh
dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20 cm umur
28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal 20
benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor Pelaksana
harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan beton tanpa
didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton ini
dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95%
dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai dikerjakan
dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan Perencana
dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran beton
jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang berbeda
dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan oleh Konsultan
Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat tekan disebabkan
oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan karena kesalahan pada
tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain


1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton hasilnya
meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi atau
Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada konstruksi
beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan salah
satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai untuk
pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing-masing komponen struktur ditentukan
oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka harus
diambil minimal 10 titk untuk masingmasing komponen struktur dan masing-
masing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada konstruksi
beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk memperoleh Kuat
Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi beto
adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan Owner.

8.17 Instalasi Dalam Konstruksi Beton


1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam atau
diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek atau
oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipa-pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi beton
untuk alasan apapun.
3. Pipa-pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh
melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
4. Pipa-pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam
komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk keperluan
instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada posisi
tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak diperbolehkan
untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Konsultan
Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

8.18 Sambungan Antar Beton


1. Penyambungan-penyambungan antara beton lama dengan beton baru sebaiknya
dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus dibersihkan dan
dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok tidak
diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm dari
tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan kedua (lantai
2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat sedemikian
rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari harus
dilakukan dengan perkuatan kimia ( Epoxy )dan hal ini harus dengan persetujuan
Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zat-zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.

8.19 Lain - Lain


1. Persyaratan pekerjaan beton dari sub bab 7.1 sampai dengan sub bab 7.22 berlaku untuk
semua item pekerjaan beton structural dan nonstructural yang ada dalam Proyek ini.
2. Hal-hal yang belum ditentukan dan diperlukan penjelasannya dalam proses
pelaksanaan pekerjaan ditentukan kemudian oleh Konsultan Perencana bersama dengan
Konsultan Supervisi dalam proses pelaksanaan pekerjaan dengan persetujuan Owner.
3. Semua pekerjaan beton untuk proyek ini sekurang-kurangnya harus sesuai dan
mengikuti semua aturan yang ditentukan oleh Peraturan Beton Indonesi ( PBI ).
4. Hal-hal yang ditentukan kemudian tersebut menjadi satu ketentuan yang mengikat dan
wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Kontraktor harus menyerahkan rencana konstruksi acuan dan perancah kepada Direksi
Teknik untuk memperoleh persetujuannya. Pelaksanaan pembuatan Bangunan acuan
dan perancah tidak diperkenankan sebelum gambar rencana bangunan pembentuk
disetujui Direksi Teknik.
6. Acuan adalah konstruksi cetakan yang dilapisi tegofilm dan hanya boleh digunakan 2
kali yang digunakan untuk membentuk beton muda yaitu sebelum beton mencapai
kekuatan yang disyaratkan dan sebelum mendapat bentuknya yang permanen, agar
apabila telah mengeras struktur beton mencapai dimensi dan kedudukan seperti yang
tercantum pada gambar perencanaan. Sedangkan perencah adalah konstruksi yang
mendukung acuan dan beton muda yang digunakan sampai beton mencapai kekuatan
yang disyaratkan. Segala biaya yang diperlukan sehubungan dengan perencanaan
bangunan acuan dan perancah dan pelaksanaanya sepenuhnya menjadi tanggung
jawab Kontraktor.
7. Konstruksi acuan harus cukup kuat untuk menahan beban mati dan beban hidup yang
bekerja, tekanan beton dalam keadaan basah dan getaran-getaran, tanpa mengalami
distorsi. Perancah harus direncanakan dan dibuat dari material padat seperti kayu
terentang, baja atau beton cetak yang bermutu baik dan tidak mudah lapuk yang
ditopang dan diberi pengaku dan ikatan secukupnya agar posisi dan bentuknya tidak
mengolami perubahan baik sebelum maupun setelah pengecoran. Spesiflkasi kayu
acuan harus sesuai dengan Standar Konstruksi Bangunan Indonesia (SKBI) 1.4.53.1989-
UDC: 693.5.
8. Pemakaian bahan bambu tidak diperbolehkan. Perancah harus dibuat diatas pondasi
yang kuat dan kokoh sehingga terhindar dari bahaya penggerusan dan penurunan.
9. Cetakan dari Multyplex 12 mm harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak bergetar,
bocor, harus kokoh, sehingga kedudukan dan bentuknya tetap tidak bergetanr maupun
bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai pengecoran tidak mudah dibongkar.
Sebelum pengecoran dilaksanakan, semua cetakan beton harus bersih dari segala
material yang bisa mengurangi mutu dan kekuatan beton. Cetakan yang sudah pernah
dipakai harus dicuci dan dikeringkan terlebih dahulu. Sebelum dicor harus dilapisi
dengan Form Oil”. Pekerjaan ini harus dilaksanakan setiap kali sebelum pengecoran
dilakukan.
10. Semua sambungan pada acuan harus rapat untuk mencegah kebocoran adukan dan
terbentuknya bekas sambungan dan sarang-sarang agregat pada permukaan beton.
Pekerjaan pengecoran tidak dapat dimulai sebelum rencana tahap-tahap, cara-cara dan
persiapan pengecoran mendapat persetujuan Direksi Teknik .
11. Perbandingan adukan harus sesuai hasil percobaan dan persyaratan yang diminta dan
angka perbandingan adukan tersebut harus menyatakan takaran dalam satuan isi yang
dilaksanakan dalam keadaan kering tanpa digetarkan. Alat penakar harus dibuat dengan
baik, kuat dan harus mendapatkan persetujuan Direksi Teknik terlebih dahulu.
12. Pengadukan bahan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk sekurang-
kurangnya 1,5 menit setelah semua bahan beton sesuai persyaratan mulai diaduk.
13. Adukan beton tersebut sudah harus terpakai dalam waktu 1 jam setelah pengadukan
dengan air dimulai.
14. Bila digerakkan kontinyu secara mekanik, jangka waktu tersebut bisa diperpanjang satu
jam. Adukan beton tersebut harus dcorkan sedekat-dekatnya ke tujuan secara kontinyu
sampai mencapai syarat-syart pelaksanaan yang disetujui Direksi Teknik.
15. Supaya dalam beton tidak terjadi rongga kosong/udara masuk selama pengecoran harus
digunakan concrete vibrator. Concrete vibrator harus ditanam tegak Iuns, tidak boleh
lebih dari 30 detik setiap penanaman untuk tebal lapisan 8 cm dan tidak boleh kena
langsung baik pada baja tulangan maupun cetakan.
16. Harus dihindari terjadinya pemisahan material (segregation) pada saat pengecoran dan
perubahan letak tulangan.
17. Alat-alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan
bebas dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan
secara bebas dari ketinggian lebih dari 1.00 meter.
18. Pengacoran harus diakukan secara teliti dan harus selalu diperiksa sehingga bisa
menghasikan bentuk permukaan, ketinggian yang dibutuhkan sesuai dengan Gambar
Rencana kerja.
19. Pangecoran yang Terhenti, Apabila pengecoran beton terhenti pada daerah yang tidak
direncanakan sebagai pemberhentian pengecoran, misalkan akibat terjadinya
kerusakan pada peralatan pengecoran. Maka pengecoran selanjutnya hanya dapat
dilakukan dengan memperhatikan persyaratan sebagai berikut:
- Pengecoran selanjutnya dapat langsung dilakukan jika tidak melebihi 2 jam dari
saat penghentian pengecoran.
- Apabila pengecoran selanjutnya ternyata dilaksanakan pada waktu melebihi 2 jam
dan saat penghentian pengecoran, maka daerah pengecoran yang terhenti tersebut
harus diperlakukan sebagai siar dilatasi. Permukaan beton pada daerah pengecoran
yang terhenti harus dibobok minima 5 cm sehingga membentuk bidang yang kasar.
Permukaan beton tersebut kemudian diberi bahan bonding agent seperti EMAGG
atau yang setara dan yang dapat menjamin kontinuitas adukan Beton lama dengan
beton baru.
20. Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan peralatan pemadat
(vibrators) mekanis. Kontraktor harus menyediakan peralatan yang cukup untuk
mengangkut dan menuangkan beton dengan konsistensi yang cukup sehingga dapat
diperoleh beton padat tanpa perlu menggetarkan/memadatkan secara berlebihan.
Ketelitian dalam proses pemadatan harus benar-benar diperhatikan agar tidak terjadi
rongga-rongga dan pengantongan udara pada beton yang sedang dipadatkan dan
jangan sampai terjadi perubahan posisi tulangan baja selama pemadatan.
Pemadatan/penggetaran dilakukan dalam waktu tidak terlalu lama sehingga tidak
terjadi pemisahan bahan (segregation) beton. Pelaksanaan pemadatan/penggetaran ini
harus dilaksanakan oleh pekerjapekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan
sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Direksi Teknik.
21. Pemadatan dilakukan dengan internal vibrator yang harus dapat memberikan 6000
getaran/menit bila dimasukkan kedalam adukan beton dengan slump 6 cm dan akan
memberikan daerah yang kelihatan bergetar dalam radius tidak kurang dari 46 cm. Alat
penggetar harus dimasukkan searah dengan as memanjangnya. Tidak diperkenankan
untuk menggetarkan beton yang telah mengalami initial set dan jangan sampai alat
penggetar menumpu pada tulangan baja Tidak diperkenankan pula melakukan
penggetaran untuk maksud mengalirkan adukan beton.
22. Semua permukaan jadi hasil pekerjaan beton harus rata, lurus, tidak tampak bagian-
bagian yang keropos, melendut atau bagianbagian yang membekas pada permukaannya.
Ujung-ujung atau sudut-sudut harus berbentuk penuh dan tajam.
BAB IX
PEKERJAAN LANTAI

9.1.1 PASIR URUG BAWAH LANTAI.


1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan harus sudah
selesai 100%.
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10 cm atau
sesuai Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benar-benar mempunyai susunan butiran yang seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan dengan
alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan pemadatan
secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar-benar rata dan elevasi hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

9.2 PASIR PASANG / PASIR HALUS


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila pasir
pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci
sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang berasal
dari laut.
9.3 RABAT BETON
1. Beton cor bawah lantai dibuat dari beton mutu K-200 dengan ketebalan minimal 20 cm
atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Toleransi perbedaan elevasi muka plat beton hasil pengecoraan adalah ± 5 mm.
3. Hasil pekerjaan pengecoran beton cor bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

9.4 LANTAI APRON


1. Beton cor bawah lantai dibuat dari beton mutu K-350 dengan ketebalan minimal 40 cm
atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Toleransi perbedaan elevasi muka plat beton hasil pengecoraan adalah ± 5 mm.
3. Hasil pekerjaan pengecoran beton cor bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.

9.5 KERAMIK LANTAI


1. Semua Keramik yang dipakai pada lantai dan dinding adalah keramik berstandar SNI
dengan kwalitas pertama.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi
untuk disetujui.
3. Ukuran Keramik, Bentuk Permukaan ( Polished / Unpolished ) Keramik harus sesuai
dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Untuk Lantai 1 Keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2 cm.
5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang lantai
Granit dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi beton 2 cm.
6. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
7. Pemasangan Keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam
Gambar Bestek.
8. Warna dan Motif Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa pelaksanaan konstruksi
oleh Konsultan Perencana dan Owner.
9. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.
10. Bentuk dan dimensi Keramik harus benar-benar siku serta standar untuk semua ukuran
yang sama.
11. Potongan-potongan Keramik yang terpaksa dilakukan karena mengikuti pola lantai
harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan.
Potongan-potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.
12. Celah-celah/Nat yang terbentuk antar Keramik akibat pemasangan dan sebagai tempat
isian perekat antar Keramik dalam bidang tebalnya adalah maksimal 3 mm.
Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung ke atas. Elevasi lantai hasil pemasangan harus diperiksa kedatarannya
dengan pekerjaan waterpassing.

9.6 LANTAI EPOXY


13. Semua Bagian Lantai yang dilumuri lapisan Epoxy harus berstandar SNI dengan
kwalitas pertama.
14. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur epoxy untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk
disetujui.
15. Ukuran ketebalan yaitu tebal 2000 micron (2mm) serta Bentuk corak epoxy harus
sesuai dengan Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
16. Pelumuran epoxy harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam
Gambar Bestek.
17. Warna dan corak epoxy dapat diganti dan dirubah pada masa pelaksanaan konstruksi
oleh Konsultan Perencana dan Owner.
18. epoxy harus mempunyai tebal minimal 2000 micron (2 mm).
BAB X
PEKERJAAN DINDING DAN PASANGAN

10.1. BATU BATA


1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan Bahan
Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 10 cm, panjang 20 cm, dan tebal
5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata dimana
kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan diturunkan pada
lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya benar-benar
rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti dimensi
dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh Konsultan supervis.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

10.2. PASIR PASANG / PASIR HALUS


1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila
pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir tersebut harus
dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang
berasal dari laut.

10.3. DINDING KERAMIK


1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding adalah setara ROMAN.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi
untuk disetujui.
3. Ukuran Keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif Keramik dinding dapat diganti dan diubah pada masa pelaksanaan
konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
7. Permukaan Keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished
(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
8. Tebal Keramik dinding minimal 5 mm.
9. Celah-celah antar Keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan
perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
10. Untuk pemasangan Keramik pada bak air bersih sudut-sudut harus ditumpulkan
dengan memakai potongan-potongan Keramik yang dibentuk sedemikian rupa hingga
membentuk sudut 30 – 45 derajat.
11. Hasil pemasangan Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung keatas. Kedataran pemasangan Keramik harus diperiksa dengan pekerjaan
waterpassing.

10.4. PLINT MOTIF KERAMIK DINDING TOILET


1. Plint Keramik dengan standar SNI kwalitas I.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran dan
Brosur Keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi
untuk disetujui.
3. Ukuran Plint Keramik sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Plint Keramik dipasang di atas atau di tengah-tengah pasangan dinding Keramik Toilet
atau sesuai Gambar Bestek dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal
1,5 cm.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan Plint Keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif Plint Keramik dapat diganti dan diubah pada masa pelaksanaan
konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
7. Permukaan Plint Keramik untuk semua lokasi pemasangan adalah motif ukiran sesuai
Gambar Bestek atau sesuai dengan dua motif yang dipilih oleh Konsultan Supervisi.
8. Tebal Plint Keramik minimal 5 mm.
9. Celah-celah antar Plint Keramik atau Nat yang timbul akibat pemasangan dan untuk
keperluan perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
10. Hasil pemasangan Plint Keramik harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan tidak
melengkung ke atas. Kedataran pemasangan Plint Keramik harus diperiksa dengan
pekerjaan waterpassing.

10.5. PASANGAN DINDING BATU BATA 1 BATA CAMPURAN 1 PC : 2 PS


1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding-dinding
Septictank, Bak Tampungan Air bawah Tanah dan Bak Tampungan Limbah Kimia atau
sesuai Gambar Bestek.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).
7. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
8. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan
elevasi dan kedataran permukaan.
9. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui oleh
Konsultan supervisi.

10.6. PASANGAN DINDING BATU BATA 1 BATA CAMPURAN 1 PC : 4 PS


1. Pasangan batu bata 1 bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada bagian – bagian
bangunan yang ditentukan dalam Gambar Bestek.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang untuk ketepatan
elevasi dan kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata 1 bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh
Konsultan supervisi.

10.7. PLESTERAN CAMPURAN 1 PC : 2 PS


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus
disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding
bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama
dengan plesteran baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

10.8. PLESTERAN CAMPURAN 1 PC : 4 PS


1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata harus
disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
5. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 4 Ps.
6. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding yang
diplester.
7. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara plesteran lama
dengan plesteran baru yang tidak rata.
8. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
10. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10.9. ACIAN BETON


1. Acian Beton adalah dari campuran 1 SM : 2 PS dengan ketebalan minimal 10 mm.
2. Sebelum pekerjaan acian dilakukan terlebih dahulu permukaan beton harus
dikasarkan agar lapisan acian dapat melekat dengan baik.
3. Hasil acian kualitas permukaannya harus dapat melekatnya lapisan Plamur tembok
dan lapisan cat dinding.
4. Hasil pekerjaan acian harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata.
5. Hasil pekerjaan acian lantai harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10.10 ACIAN BETON


1. Dinding spandek atau juga yang dikenal dengan dinding gelombang spandek karena
permukaannya yang bergelombang, terbuat dari baja bertegangan tarik tinggi,
mempunyai daya tahan 4 x lebih tinggi dibandingkan dengan baja biasa. Baja dengan
lapisan yang terdiri dari 43,5 % seng, 55 % aluminium, dan 1,5 % silikon, atau yang
banyak dikenal dengan baja galvalume / zincalume, mempunyai lapisan pelindung
yang tinggi terhadap korosi.
2. Atap spandek dapat dipasang dengan jarak gording 120 mm karena profilnya yang
mempunyai banyak lekukan akan membuat kokoh dan kaku. Menggunakan penutup
atap dengan atap spandek

10.11 ATAP
1. Dinding spandek atau juga yang dikenal dengan dinding gelombang spandek karena
permukaannya yang bergelombang, terbuat dari baja bertegangan tarik tinggi,
mempunyai daya tahan 4 x lebih tinggi dibandingkan dengan baja biasa. Baja dengan
lapisan yang terdiri dari 43,5 % seng, 55 % aluminium, dan 1,5 % silikon, atau yang
banyak dikenal dengan baja galvalume / zincalume, mempunyai lapisan pelindung
yang tinggi terhadap korosi.
2. Dinding spandek dapat dipasang dengan jarak berfariasi karena profilnya yang
mempunyai banyak lekukan akan membuat kokoh dan kaku.
3. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material
dinding Spandek untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
5. Pada setiap lembar material dinding harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi,
Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
6. Kontraktor Pelaksana harus menjamin akan adanya Petunjuk/Cara Pemasangan dan
Cara Penyimpanan Material dilokasi pekerjaan oleh Tenaga Ahli Pabrik sebelum
pekerjaan pemasangan dinding dimulai.
7. Setiap lembaran material dinding yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam
keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan
lengkungannya.
8. Material dinding harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung
digunakan. Material dinding tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung
dengan tanah.

BAB XI
PEKERJAAN KOSEN, PINTU,
JENDELA DAN VENTILASI

11.1 REFERENSI
1. America Architectural Manufacturers Association ( AAMA ).
- AAMA 501 = Method of test for Metal Curtain Wall
- AAMA 101 = Voluntary specification for aluminium and Polly (vinyl chloride) (PVC)
Prime Window and glass door.
2. American Society for Testing and Materials (ASTM)
- ASTM E 330 = Test Method for Structural Performance of Exterior Windows, Curtain
Wall, and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
- ASTM E 283 = Test Method for rate of Air Leakage Through Exterior Windows, Curtain
Walls, and Doors.
- ASTM E 331 = Test Method for Water Penetration of Exterior Windows, Curtain Wall,
and Doors by Uniform Static Air Pressure Difference.
- ASTM E 1233 = Standard Test Method for Structural Performance of Exterior Windows,
Curtain Walls and Doors by Cyclic Static air Pressure Differensial.
- ASTM E 547 = Standar Test Method for Water Penetration of Exterior Window, Curtain
Walls and Doors by Cylclic Static Air Pressure.
3. Japanese Industrial Standard (JIS)
- JIS H4100 = Aluminium and Aluminium Alloy Extruded Shape
- JIS H8602 = Combined Coating of Anodic Oxide and Organic Coating’s on
Aluminium and Aluminium alloys.
- JASS 14 = Japanese Architectural Standard Spescification for Curtain Wall
- JIS A.4706 = Japanese Industrial Standard for Aluminium and Steel Window.
4. Singapore Standard (SS)
- SS 212-98 = Aluminium Alloy Window.
- SS 381-97 = Aluminium Curtain Wall.
5. Standard Nasional Indonesia (SNI)
- SNI-03-0573-1989 = Syarat Umum Jendela Aluminium Paduan

11.2 DESKRIPSI SISTEM


1. Umum
Pekerjaan jendela aluminium untuk eksterior dan interior termasuk pekerjaan yang
berkaitan, sperti : angkur yang ditanam, struktur penguat dan komponen pelengkap
yang lainnya.
2. Kriteria Perencanaan
Faktor Keamanan
Kecuali disebutkan lain, bagian-bagian aluminium termasuk ketahan kaca,
memenuhi faktor keamanan tidak kurang dari 1,5 x maksimum tekanan angin yang
disyaratkan.
Modifikasi
Dapat dimungkinkan tanpa merubah profil atau merubah penampilan, kekuatan atau
tahan dari material dan harus tetap memenuhi kriteria perencanaan.
Pergerakan Karena Temperatur
Akibat pemuaian dari material yang berhubungan tidak boleh menimbulkan suara
maupun terjadi patahan atau sambungan yang terbuka, kaca pecah, sealant yang
tidak merekat, dan hal-hal lain. Sambungan kedap air harus mampu menampung
pergerakan ini.

11.3 TEKANAN ANGIN


Tekanan angin (Design Wind Load) ditentukan oleh perletakan, bentuk dan ketinggian
bangunan, bila tidak ditentukan maka tekanan angina minimum yang harus di penuhi
adalah sebesar 850 Pa dengan factor keamanan sbb ;
1 Positif : 1x
2 Negatif : 1,5 x

11.4 PERSYARATAN STRUKTUR


Defleksi
1. AAMA = Yang dijinkan maksimum L/175 atau 2 cm
2. JIS = Defleksi yang diijinkan maksimum L/150 atau 2 cm.
3. SII = Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double dan L/125 untuk single
glazed.
4. SS = Yang diijinkan maksimum L/175 untuk double glazed dan L/125 untuk
single glazed.
Beban Hidup
Pada bagian-bagian yang menerima beban hidup terutama pada waktu perawatan, seperti :
meja (stool) dan cladding diharuskan disediakan penguat dan angkur dengan kemampuan
62 kg dengan beban terpusat, horizontal dan tanpa terjadi kerusakan.

11.5 KEBOCORAN UDARA


1. ASTM E 283 = Kebocoran udara tidak melebihi 2 ft3 / min setiap ft unit panjang
penampang bidang bukaan pada 1,57 lb / ft2 tekanan differensial.
2. SS 212 = Untuk jendela hidup besarnya kebocoran udara tidak boleh melebihi
10 m3/h/m pada 20% dari tekanan angina (Design Wind Load) atau
200 Pa. Kondisi ini berlaku untuk gedung non air condition sedangkan
untuk gedung air condition kebocoran udara maksimum mengikuti
grafik A & B.

11.6 KEKEDAPAN UDARA


Faktor pengurangan kebisingan suara (Sound Transmission) sebesar 22,5 dB pada frekwensi
124 – 4000 Hz (hanya berlaku untuk produk-produk khusus).

Angkur & Angkur Tanam


Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18 micron. Bagian
lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type Alkyd.

Billet Yang Dipakai


Dari billet utama (primery) dengan standard A-6063 S-T5 dengan komponen (%):
Mg : 0.45 – 0.9
Si : 0.2 – 0.6
Ti : 0.1 max
Mn : 0.1 max
Zn : 0.1 max
Fe : 0.35 max
Cu : 0.1 max
Cr : 0.1 max
Aluminium : Sisanya
Kaca
Kaca tebal minimal 5 mm produk Asahima dengan warna sesuai Gambar Bestek.

Back – UP Material
1. Bahan : polyurenthane Foam
2. Sifat material : Tidak menyerap air
3. Kepadatan : 65 – 96 kg/m3
4. Ukuran Penampang : 25% - 50 -% lebih besar dari celah yang terjadi

Gasket
1. Bahan : PVC, Neoprene, Santoprene, EPDM
2. Kepadatan : Tahan terhadap perubahan cuaca
3. Kekerasan : 60 – 80 Durometer.
4. Jenis bahan : Extrusion

Setting Block Untuk Kaca


1. Bahan : EPDM
2. Kekerasan : 80 – 90 Durometer

Sealant Dinding
1. Single Komponen
2. Type : Silicon Sealant
Screw
1. Bahan : Stainless Steel

Angkur & Angkur Tanam


Bagian yang berhubungan dengan aluminium dilapisi Galvanisasi s/d 18 micron. Bagian
lain diberi lapisan anti karat, Zinc Chromate, Type Alkyd.
Joint Sealer
Sambungan antara profil horizontal dengan vertical diberi sealer yang berserat guna
menutup celah sambungan profil tersebut, sehingga mencegah kebocoran udara, air dan
suara.
Bahan = Butyl Sheet.

11.7 Pelapisan Perwarnaan Aluminium


Sistem Pelapisan
1. Anodise yang dilengkapi dengan lapisan resin transparan (glossy).
- Warna (glossy) : Bronze (YB-1C), Black (YK-1C), silver (YS-1C) atau sesuai
catalog warna dari YKK alumico Indonesia.
- Warna (Non Glossy) : Bronze (YB-1n), Balck (YK-1N), Silver (YS-1N) atau sesuai
catalog warna dari YKK Alumico Indonesia.
- Sifat-sifat teknis :
a. Lapisan Anodic Oxide Film : 10 μm
b. Lapisan Resin Film : 12 μm
c. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
d. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 96 jam.
e. Tahan Karat (40g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab setelah
96 jam.

2. Anodisasi tanpa lapisan resin transparan (DOF).


- Warna : Bronze (YB-1), Black (YK-1), silver (YS-1) atau
sesuai katalog warna dari YKK alumico Indonesia.
- Sifat-sifat teknis :
a. Lapiasan Anodic Oxide Film : minimum 18 μm
b. Tahan alkali (1% Na OH) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
c. Tahan Asam (5% H2SO4) tidak terjadi perubahan setelah 48 jam.
d. Tahan Karat (40 g / 1 NaCl, 026 g / 1 CnC12 PH3), tidak terjadi perubahab
setelah 48 jam.
e. Tahan air panas (100 C), tidak terjadi perubahan setelah 5 jam.

11.8 WARNA ALUMINIUM


Warna kozen serta rangka daun pintu dan jendela serta ventilasi kecuali ditentukan lain oleh
Konsultan Perencana dan Owner pada masa pelaksanaan adalah seperti berikut :
1. Kozen : Silver Metalic
2. Frame Daun Pintu : Silver Metalic
3. Daun Pintu KM/WC : Silver Metalic
4. Frame Daun Jendela : Silver Metalic
5. Frame Daun Ventilasi : Silver Metalic
11.9 DATA PELENGKAP
1. Gambar Kerja (Shop Drawing)
2. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing)
dan disetujui oleh Konsultan Supervisi jika dalam Gambar Bestek tidak diberikan
oleh Konsultan Perencana, yang menjelaskan :
- Tipe dan tampak setiap jenis jendela dan pintu aluminium / curtain wall.
- Detail sambungan baik exterior maupun interior.
- Detail pemasangan.
- Detail pertemuan aluminium dengan komponen-komponen lain yang
berhubungan.
- Kelengkapan ukuran-ukuran.
3. Perhitungan struktur sesuai dengan criteria design yang ada (kalau diperlukan).

11.10 FABRIKASI DAN ASSEMBLING


1. Semua jenis jendela dan pintu aluminium difabrikasi di Work Shop/ Pabrik.
2. Semua sambungan dikerjakan dengan mesin sehingga rapi, kokoh dan dengan bentuk
sambungan yang sesuai standard toleransi. Untuk sambungan yang tahan air harus
diberi sealant dari bagian yang tidak terlihat mata.
3. Perakitan jendela maupun pintu aluminium dilaksanakan di Work Shop/Pabrik
sehingga selain kwalitas perakitan sesuai standard yang disyaratkan juga mempercepat
proses pemasangan di lapangan.
4. Proses fabrikasi dan assembling harus berdasarkan data di Shop Drawing yang sudah
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5. Hardware yang dipasang mennggunakan back plate.
6. Standar toleransi assembling dijelaskan dalam table berikut :

STANDARD TOLERANSI ASSEMBLING

No. Keterangan Toleransi ( mm)

1. Bergesernya pemasangan kunci/engsel + / -3


dan hardware lain dari tempat yang
ditentukan

2. < 0,5
Gap (celah) antar sambungan rangka
aluminium (vertikal dan horizontal)
3. <3
Gap (celah) antar sambungan bahan
tahan air (Gasket)
4. + / - 1,5
Perbedaan ukuran dalam, dari rangka
aluminium dan daun jendela
aluminium, baik untuk tinggi maupun
5. lebar. <2
Perbedaan ukuran dalam, dari jendela
yang bersebelahan.
6. Tidak terlihat pada
Sambungan las bagian yang terlihat
mata langsung

7. Sesuai ukuran di Shop


Sealant Drawing

11.11 PENGIRIMAN DAN PENYIMPANAN DI SITE


1. Semua profil dilapisi PVC plastic atau polythilene film.
2. Pengiriman barang-barang harus hati-hati dan tidak boleh terjadi kerusakan.
3. Setiap unit pintu, jendela maupun curtain wall yang dikirim ke lapangan harus ada
tanda / bukti sudah diperiksa kwalitasnya oleh QC pabrik.
4. Material yang disimpan di lapangan (site) harus diatur sedemikian rupa agar tidak
terjadi kerusakan / cacat.
11.12 Pemasangan Pada Struktur Bangunan
1. Semua unit UPVC harus terpasang dengan hubungan siku-siku, tegak lurus dan
mengikuti patokan (bench mark) dari Kontraktor Pelaksana.
2. Sebelum diadakan pemasangan maka perlu adanya pengukuran di lapangan dan
koordinasi dengan pekerjaan lain, sehingga ukuran lubang (opening) sesuai dengan
Shop Drawing.

BAB XII
PEKERJAAN PLAFOND

12.1 MATERIAL UNTUK LANGIT-LANGIT


Material/ bahan yang dimaksud untuk pekerjaan langit-langit adalah dari bahan PVC
seperti yang tertera dalam Gambar Rencana. Bahan yang digunakan harus yang berkualitas
baik, Sek. “Elephant”, mempunyai suatu bidang datar yang halus, seragam ukurannya, sisi
tepinya lurus dan tidak cacat, tidak melengkung dan cukup keras.

12.2 LIST PROFIL PVC BOARD


Material/bahan yang dimaksud untuk List Profil PVC adalah dari Profil PVC seperti yang
tertera dalam Gambar Rencana.

12.3 RANGKA PLAFOND


Rangka Plafond memakai Furring. Kontraktor harus menunjukan contoh bahan yang akan
digunakan untuk mendapatkan persetujuan dari Pengawas.

12.4 PEMASANGAN PLAFOND


Kontraktor harus membuat Shop Drawing untuk persetujuan perencanaan yang dibuat
berdasarkan Gambar Rencana yang tersedia. Shop Drawing menggambarkan detail
hubungan-hubungan dan sambungan-sambungan, pengangkeran konstruksi dan
pemasangan semua komponen lengkap dengan ukuran-ukurannya.
Rangka untuk plafond semua digunakan rangka dari bahan furring, digantung dengan root
ke rangka atap/dak beton (sesuai kondisi lapangan).
Dimensi untuk rangka utama sesuai dengan spesiikasi bahan dari pabrikan dengan pola
bermodul 60 x 120 cm yang dipasang bersilangan, Sesuai dengan Gambar Rencana dan
petunjuk Pengawas.
Rangka plafond yang menempel pada dinding harus memakai alur/sponimg agar sebelum
dilakukan pemasangan terlebih dahulu supaya dibuat sponing dengan ukuran sesuai
dengan Gambar Rencana atau petunjuk Pengawas.
Setelah rangka tepi plafond/ rangka yang menempel pada dinding atau rangka utama sudah
terpasang seluruhnya, tentunya kedudukan dan elevasi disesuaikan dengan Gambar
Rencana dan disetujui Pengawas, selanjutnya dilakukan pembagian untuk pemasangan
rangka pembagi dengan modul as ke as 60 cm (sesuai dengan Gambar Rencana).
BAB XIII
PEKERJAAN STRUKTUR BAJA BERAT

13.1. Lingkup Pekerjaan


Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan kontruksi baja seperti tercantum
dalam gambar, termasuk penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan baja dan
alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksakan pekerjaan dengan baik.

13.2 Pekerjaan Konstruksi Baja:


13.3 Peraturan-Peraturan
Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksa-naan digunakan peraturan sebagai berikut ;
a. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia 1984
b. American Institute of Steel Contruktion Specification 1980 c.
American Society for Testingand Materials.
d. American Welding Society-Struktural Welding Code
e. Persyratan Umum Bahan Bangunan Indonesia ( PUBI-1982 )
f. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat.

13.4 Perhitungan Volume (berat) Kontruksi Baja


Perhitungan Volume (berat) dari Kontruksi Baja harus dihitung berdasarkan
volume (berat) netto sesuai gambar struktur. Berat sisa atau “ waste “ akibat
pemotongan atau pembentukan element-element kontruksi baja tidak boleh
dimasukan dalam perhitungan volume, melainkan (kalau ada) dimasukkan
dalam harga satuan.

13.5 Material Baja


a. Semua materil untuk Kontruksi Baja harus menggunakan baja yang baru
dan merupakan “Hot Rolled Struktural Steel” dan memenuhi mutu Baja ST
37 (PPBBI-83) atau ASTM A 36 atau SS 41 (JIS.U 3101-1970), dan ex
Krakatau Steel (fy = 240 Mpa ).
b. Pemborong harus menyerahkan sertifikat test dari pabrik pembuat Baja tersebut
sebelum pengambilan contoh, guna dilakukan test atas biaya Pemboronmg.
c. Pada prinsipnya diambil 3 (tiga) buah contoh untuk masing-masing ukuran
profil guna diadakan test.
d. Pemasangan Baja hanya boleh dilakukan setelah mendapat bahwa hasil test
memenuhi persyaratan.
e. Walaupun test sudah memenuhi syarat, namun apabila Direksi/Pengawas
mempunyai keraguan terhadap hasil test tersebut dan atau keraguan
terhadap mutu profil-profil yang dipakai dilapangan/diworkshop, maka
Direksi/Pengawas mempunyai hak untuk meminta diadakan test tambahan/ulang
dengan ketentuan jumlah test maksimum 3 (tiga) buah untuk masing-masing
ukuran profil.
f. Biaya test tersebut tetap menjadi beban Pemborong.
g. Semua material baja harus baru, bebas/bersih dari karat, lobang-lobang dan
kerusakan lainnya.
h. Semua material baja tersebut juga harus lurus, tidak terpuntir, tidak ada
tekukan-tekukan, serta memenuhi syarat-syarat toleransi seperti pada butir
dibawah ini.
i. Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan atau balok-
balok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan permukaan tanah,
sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan material harus dijaga agar
tidak rusak, dan bengkok.
j. Direksi/Pengawas akan menolak material-material baja yang tidak memenuhi
syarat-syarat tersebut diatas dan tidak diperkenankan untuk di fabrikasi.

13.6 Penggantian Profil / Penampang


a. Pada prinsipnya dalam tahap desain, profil-profil penampang yang
digunakan adalah profil-profil / penampang yang ada dipasaran.
b. Apabila ternyata salah satu atau beberapa profil yang tergambar dalam
gambar struktur tidak ada dipasaran, maka Pemborong dapat menggantikan profil
tersebut dengan profil lain dengan mengajukan secara tertulis kepada
Direksi/Pengawas lengkap dengan perhitungan yang menunjukkan bahwa profil
pengganti tersebut sama atau lebih kuat dari profil yang digantikan.
c. Selain segi kekuatan tersebut, maka perlu diperhatikan juga masalah-
masalah apakah profil pengganti tersebut mengganggu design Arsitektur,
Mekanikal dan elektrikal sehubungan dengan tinggi/lebar profil pengganti.
Dengan adanya perubahan profil, maka tidak ada perubahan dalam biaya maupun
Time Schedulle.

13.7 Toleransi
a. Pada prinsipnya toleransi material yang belum di fabrikasi maupun yang sudah
difabrikasi dan terpasang harus memenuhi AISC (American institute Of Steel
Contruction ) Bab “Standart Mill Practici” hal 1-121.
b. Pemborong harus membaca persyaratan tersebut sebagai bagian dari spesifikasi
Teknis Kontruksi Baja
c. Direksi/Pengawas dengan tegas akan menolak setiap profil-profil dan pekerjaan
yang tidak memenuhi persyaratan toleransi tersebut.

13.8 Testing Material


a. Direksi/Pengawas harus memerintahkan Pemborong untuk menyediakan
contoh material Baja dan Baut untuk diadakan testing material. Instansi/tempat
testing material harus mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas. Segala
biaya yang timbul guna keperluan testing material tersebut menjadi tanggung
jawab Pemborong.
b. Apabila dianggap perlu oleh Direksi/Pengawas, maka akan dilakukan testing
pada hasil pengelasan.
c. Type dan jumlah test untuk pengelasan disesuaikan dengan kebutuhan sesuai
AWS serta dilakukan atas biaya Pemborong.
d. Apabila terdapat material yang tidak memenuhi persyaratan seperti yang
dikehendaki dalam butir 3 tentang “Material Baja” diatas, maka
Direksi/Pengawas berhak untuk menolak.
e. Biaya-biaya yang mungkin timbul akibat hal tersebut diatas menjadi
tanggung jawab Pemborong.

13.9 Perubahan System Sambungan


a. Apabila Pemborong berpendapat untuk lebih memudahkan pelaksanaan atau
erection atau alasan lainnya, maka Pemborong dimungkinkan untuk mengajukan
system sambungan lain yang tidak sama dengan Gambar rencana.
b. Usulan system sambungan tersebut harus diajukan lengkap dengan gambar dan
perhitungan system sambungan pengganti untuk diperiksa dan disetujui
oleh Konsultan Perencana Struktur .
c. Tidak ada perubahan biaya apapun akibat perubahan system sambungan yang
diusulkan Pemborong dan Pemborong tetap mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Time Schedule semula.

13.10 Syarat-Syarat Pelaksanaan


a. Gambar Kerja (shop drawing)
1. Sebelum fabrikasi dimulai, Pemborong harus membuat gambar- gambar kerja yang
diperlukan dan mengirim sebanyak 4 ( empat ) copy gambar kerja untuk diperiksa dan
disetujui oleh Direksi/Pengawas, bilamana disetujui, 2 (dua) set gambar akan dikembalikan
kepada Pemborong untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya, satu set gambar disimpan
oleh Direksi/Pengawas dan Perencana Struktur mendapat satu set gambar sebagai
informasi.
2. Pemeriksaan dan persetujuan Direksi/Pengawas atas gambar kerja tersebut hanyalah
menyangkut segi kekuatan struktur saja seperti Ukuran-ukuran/dimensi-dimensi profil,
ketebalan pelat-pelat, ukuran/jumlah baut/las, tebal pengelasan,Ketepatan ukuran-ukuran
panjang, lebar,tinggi atau posisi dari elemen-elemen Kontruksi Baja yang berhubungan
dengan erection menjadi tanggung jawab Pemborong. Dengan kata lain walaupun semua
gambar kerja telah disetujui Direksi/Pengawas, tidaklah mengurangi atau membebaskan
Pemborong dari tanggung jawab ketidak tepatan serta kemudahan dalam erection elemen-
elemen Kontruksi Baja.
3. Pengukuran dengan skala dalam gambar sama sekali tidak diperkenankan.
4. Pada gambar kerja harus sudah terlihat bagian-bagian tambahan yang diperlukan untuk
keperluan montase serta cara-cara montase yang direncanakan.

13.11 Fabrikasi Pekerjaan


a. Selama proses fabrikasi Direksi/Pengawas harus menempatkan beberapa
stafnya yang berpengalaman dalam fabrikasi Baja secara full time untuk mengawasi
pelaksanaan fabrikasi di Work shop Pemborong.
b. Pemborong harus memberikan fabrication Manual procedure termasuk
Prosedure Quality control kepada Direksi/Pengawas untuk disetujui.
c. Fabrikasi Dari element-element kontruksi Baja harus dilaksanakan oleh tukang-
tukang yang berpengalaman dan diawasi oleh mandor-mandor yang ahli dalam
kontruksi Baja.
d. Semua dari element-element harus difabrikasi sesuai dengan ukuran – ukuran
dan atau bentuk yang diinginkan tanpa menimbulkan distorsi-distorsi atau
kerusakan-kerusakan lainnya dengan memperhatikan persyaratan untuk
handling sambungan–sambungan dilapangan, las-las dilapangan dan
sebagainya.
e. Pemotongan element-element harus dilaksanakan dengan rapi dan pemotongan
besi harus dilakukan dengan alat pemotong (brender) atau gergaji besi.
Pemotongan dengan mesin las sama sekali tidak diperbolehkan.

13.12 Tanda – tanda pada kontruksi Baja.


a. Pemborong harus memberikan Marking Procedure yang akan dipakai kepada
Direksi/Pengawas untuk disetujui.
b. Semua kontruksi Baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan diberi
kode dengan jelas sesuai dengan masing-masing agar dapat dipasang dengan
mudah. Kode-kode tersebut ditulis dengan cat/kapur agar mudah terhapus.
c. Pelat-pelat sambungan dan lain-lain bagian element yang diperlukan untuk
sambungan-sambungan dilapangan, harus disatukan/diikat sementara dulu pada
masing-masing element dengan tetap diberi tanda-tanda.

13.13 Pengelasan
Umum.
a. Secara prinsip semua yang berhubungan dengan pekerjaan pengelasan antara
lain cara pelaksanaan, teknik pengelasan, kualifikasi tukang las, operator las/
tack welder,inspection/testing, toleransi, perbaikan las dan lain-lain harus
memenuhi AWS D1 .1-90 serta ketentuan-ketentuan dibawah ini.
b. AWS D1.1-90 tersebut harus selalu ada baik di Workshop Pemborong maupun
dilapangan.

13.14 Kawat Las.


a. Kawat las atau electrode yang digunakan adalah Kobesteel RB 26 atau E70XX
low hydrogen electrode dengan minimum yield strength sebesar 4150 Kgr/cm2,
sedangkan Tensile Strength minimum 4950 Kgr/cm2.
b. Sebelum pengunaan kawat las, pemborong diharuskan untuk memberikan
contoh kawat las berikut brosur teknisnya untuk disetujui secara tertulis oleh
Direksi/Pengawas.
c. Kawat las harus dikirim ke Worshop dalam bungkusan yang tertutup/tersegel
dengan baik.
d. Kawat las yang sudah dibuka dari bungkusnya harus dilindungi atau disimpan
sedemikian rupa sehingga karakteristik atau sifatnya tidak berubah
e. Setelah bungkus dibuka, kawat las tidak diperbolehkan dibiarkan diudara
terbuka melebihi max. 4 (empat) jam.
f. Kawat las yang dibiarkan diudara terbuka melebihi 4 (empat) jam tidak boleh
digunakan untuk pengelasan.
g. Kawat las yang berada diudara terbuka yang belum melampaui batasan 4
(empat) jam tersebut dapat dipanaskan kembali didalam “holding oven” pada
temperatur 120 derajat C selama minimal 4 (empat) jam sebelum dapat
digunakan kembali.
h. Pemanasan kembali tersebut diperbolehkan dilakukan 1 (satu) kali saja.
i. Kawat las yang basah/terkena air sama sekali tidak boleh digunakan walaupun
lewat pemanasan oven ulang.
j. Ukuran max. diameter kawat las adalah sebagai berikut :
1. 8 mm untuk semua pengelasan yang dilakukan pada posisi horizontal
kecuali untuk “ root passes” ( pengelasan pada root ).
2. 6 mm untuk pengelasan las sudut horizontal.
3. 6 mm untuk root passes yang dilakukan pada posisi horizontal dengan
backing plate dengan root opening 6 mm atau lebih.
4. 4 mm untuk pengelasan vertical dan everhead.

13.15 Mesin Las


a. Mesin las yang digunakan harus masih berfungsi dengan baik antara lain
menghasilkan arus yang kontinyu dan stabil.
b. Tenaga listrik mesin las harus berasal dari Genset yang dilengkapi dengan panel
pembagi dan travo las sehingga besarnya arus/ampere dapat dikontrol/diatur
sesuai kebutuhan.
c. Besarnya KVA Genset disesuaikan dengan jumlah unit Travo Las yang hendak
digunakan.

13.16 Kualifikasi Tukang Las


a. Pekerjaan pengelasan harus dilaksanakan welder-welder yang mempunyai
sertifikat min. 3 G yang masih berlaku dan mempunyai pengalaman
mengerjakan proyek yang sejenis.
b. Pemborong harus memberikan daftar welder-welder berikut copy sertifikatnya
kepada Direksi/Pengawas sebelum memulai pekerjaan pengelasan.
c. Direksi/Pengawas akan menyeleksi welder-welder bersetifikat tersebut dengan
mengadakan test pengelasan las tumpul dengan disaksikan oleh Direksi/ pengawas
d. Hanya welder-welder yang disetujui oleh Direksi/Pengawas saja yang boleh
mengerjakan pekerjaan pengelasan.

13.17 Pelaksanaan Pengelasan Kualifikasi Tukang Las


a. Pengelasan tidak boleh dilakukan pada keadaan dimana permukaan /bagian
yang hendak dilas basah atau ter-expose terhadap hujan, salju atau angin
kencang atau keadaan dimana tukang-tukang las/welder bekerja pada kondisi
cuaca buruk.
b. Ukuran kawat las, panjang lengkungan, voltage dan ampere mesin las harus
disesuaikan dengan type groove, posisi pengelasan dan keadaan lain yang
berhubungan dengan pekerjaan pengelasan.
c. Besar arus harus sesuai dengan range yang diperbolehkan oleh pembuata
electrode / kawat las yang bersangkutan.
d. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas harus rata, uniform, bebas dari sirip-
sirip/fins, bebas dari retakan dan ketidak sempurnaan lainnya yang akan
mempengaruhi kualitas las.
e. Bidang-bidang permukaan yang akan dilas juga harus bebas dari mill scale tebal
atau mill scale yang lepas, slag, karat, kelembaban, lemak, dan material – material
lainnya yang akan mengganggu proses pengelasan dan atau menghasilkan asap
pengelasan yang mengganggu kesehatan.
f. Dalam melakukan Thermal Cutting, peralatan harus diatur sedemikian rupa
sehingga dapat dihindarkan pemotongan yang seharusnya.
g. Bagian-bagian yang akan dilas dengan las sudut harus diletakkan sedekat
mungkin, sedangkan untuk bagian-bagian yang akan dilas dengan las
Tumpul/Butt joints harus diatur sesuai dengan ketentuan “ Root Opening “ yang
disyaratkan dalam AWS D1. 1-90.

13.18 T e s t / Pengetesan
a. Semua pengelasan, tanpa kecuali, harus mengalami “visual inspection” yang
dilakukan oleh welding-welding inspector dari Direksi/Pengawas.
b. Visual inspection tersebut harus dilakukan pada seluruh proses pengelasan,
tidak hanya pada tahap akhir pengelasan saja.
c. Visual inspection minimum harus antara lain :
1. Persiapan permukaan yang akan dilas (kebersihan, root face, root opening,
groove angle, groove radius dan lain-lain)
2. Assembling bagian-bagian yang akan dilas
3. Pemeriksaan weld profile atau penampang las termasuk pemeriksaan
apakah terjadi porosit, undercut, kelengkungan/kecembungan yang berlebihan,
overlap, crack, inclusion dan lain-lain.
1. Terhadap pengelasan yang diragukan pengelasannya maka Direksi/pengawas
akan meminta Pemborong untuk melakukan Radiograhic Test (X-Ray Test).
2. X-Ray Test akan dilakukan pada sejumlah A buah Spoot Test sepanjang
200 mm pada las-las tumpul, dimana A adalah 20% dari jumlah balok-balok induk.
3. Prosedure Test, “acceptability” dari las dan lain-lain mengikuti AWS D1. 1-90.
4. X-Ray Test harus dilakukan oleh instansi / laboratorium yang disetujui
secara tertulis oleh Direksi/Pengawas.
5. Semua biaya-biaya yang berhubungan dengan test tersebut diatas menjadi tanggung
jawab Pemborong
h. Tack Weld/Las Titik harus dilaksakan sedemikian sehingga mempunyai kualitas
yang sama dengan las akhir yang sebenarnya.
i. Dalam assembling dan penyambungan bagian-bagian yang dilas maka harus
dilakukan prosedure dan urutan sedemikian sehingga dapat dihindarkan
semaksimal mungkin terjadinya distorsi dan penyusutan/shrinkage dari bagian-
bagian yang dilas.
j. Pemborong harus mengajukan kepada Direksi/Pengawas urutan pengelasan dan
pengontrolan yang diperkirakan akan menimbulkan distorsi dan penyusutan
bagian-bagian yang akan dilas.
k. Toleransi dimensi dari bagian-bagian yang sudah dilas harus memenuhi AWS
D1. 1-90.
l. Profil penampang las/weld profile dapat sedikit cekung/cembung asalkan
memenuhi syarat AWS D1. 1-90.
m. Pengelasan-pengelasan yang tidak memenuhi syarat-syarat toleransi yang
disebutkan dalam AWS D1. 1-90 harus diperbaiki dengan cara Mechining,
Grinding, Chipping atau Gouging seperti diatur dalam AWS D1. 1-90.
n. Bagian-bagian yang mengalami distorsi harus diluruskan dengan cara mekanis
atau cara pemanasan local. Temperatur pemanasan local tersebut tidak boleh
melebihi temperatur 65o C.
o. Pendempulan/chaulking terhadap pengelasan sama sekali tidak
diperbolehkan.
p. Percikan-percikan las yang merusak permukaan pelat atau bagian-bagian
lainnya harus dicegah, cacat atau noda akibat percikan las harus digerinda /
dihaluskan kembali.
q. Sebelum melakukan pengelasan layer berikutnya, Kerak/ ”slag” harus serta
bagian pelat disekitarnya harus disikat sampai bersih. Kerak juga harus dibersihkan
dari permukaan las yang sudah selesai. Las dan bagian sekitarnya harus dibersihkan
dengan cara disikat atau cara lain yang disetujui Direksi/Pengawas. Permukaan las
yang sudah dibersihkan tidak boleh dicat sebelum mendapat persetujuan tertulis
dari Direksi/Pengawas.
r. Untuk pengelasan yang menggunakan “Backing Plate“ maka Backing Plate
mengikuti AWS D1.1-90.
s. Untuk memudahkan pelaksanaan serta mendapatkan mutu pengelasan yang
baik, maka pada dasarnya semua pekerjaan las harus dilakukan di workshop.
t. Pada keadaan-keadaan khusus, pengelasan dilapangan hanya diperbolehkan
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Direksi/Pengawas.
u. Type, tebal, panjang dan lokasi pengelasan harus mengikuti gambar rencana.
v. Ketebalan max. dari setiap layer root passes dari groove dan las sudut adalah
sebagai berikut :
w. 3 mm untuk setiap layer yang dilakukan pada posisi datar.
x. 5 mm untuk setiap layer yang dilakukan dalam posisi vertical, overhead atau
horizontal.
y. Ukuran max. dari single pass sudut dan root passes dari multiplepass las sudut
adalah sebagai berikut :
1 10 mm untuk pengelasan posisi datar
2. 8 mm untuk posisi horizontal dan overhead.
3. 13 mm untuk posisi vertical.

13.19 KUDA-KUDA RANGKA BAJA BERAT


1. Bentuk kuda-kuda baja baik bentang, tinggi dan kemiringanya sesuai dengan
gambar kerja.
2. Kuda-kuda dirakit/dipasang menurut bentuknya pada Bengkel kerja.
4. Semua lubang sekrup atau lubang yang dibuat untuk alat sambung lainnya harus
dicocokan sehingga dapat dibaut dengan mudah. Pengunaan drip untuk penyetelan
lubang harus dilakukan dengan baik sehingga tidak merusak rangka baja atau
memperbesar lubang.
5. Setiap bagian struktur harus disetel sesegera mungkin setelah struktur didirikan.
Sambungan tidak boleh dikencangkan sebelum struktur dijajarkan, diratakan,
ditegakkan, dan dibaut sambungan sementara, untuk menjamin tidak terjadinya
perpindahan posisi pada saat mendirikan atau menyetel bagian struktur berikutnya.
6. Hasil pemasangan rangka kuda-kuda harus disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.

13.20. GORDING
1. Gording yang digunakan sesuai dengan gambar bestek dan rencana.
2. Jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek, jarak pemasangan gording pada
kaki kuda-kuda minimal setiap 100 cm.
3. Titik-titik sambungan pada gording tidak boleh dibuat pada posisi satu garis lurus
melainkan secara selang-seling atau zig-zag.

13.21 PENGAGKU (BAJA SLING)


1. Pengaku yang digunakan sesuai dengan gambar bestek dan rencana.
2. jarak bentang serta silangan mengacu pada gambar kerja.

13.22. ATAP
1. Atap spandek atau juga yang dikenal dengan atap gelombang spandek karena
permukaannya yang bergelombang, terbuat dari baja bertegangan tarik tinggi,
mempunyai daya tahan 4 x lebih tinggi dibandingkan dengan baja biasa. Baja dengan
lapisan yang terdiri dari 43,5 % seng, 55 % aluminium, dan 1,5 % silikon, atau yang
banyak dikenal dengan baja galvalume / zincalume, mempunyai lapisan pelindung
yang tinggi terhadap korosi.
2. Atap spandek dapat dipasang dengan jarak gording 120 mm karena profilnya yang
mempunyai banyak lekukan akan membuat kokoh dan kaku. Menggunakan penutup
atap dengan atap spandek
3. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material
penutup atap untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada
masa pelaksanaan konstruksi.
5. Pada setiap lembar material atap harus dicantumkan Merk Dagang, Type Produksi,
Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
6. Kontraktor Pelaksana harus menjamin akan adanya Petunjuk/Cara Pemasangan dan
Cara Penyimpanan Material dilokasi pekerjaan oleh Tenaga Ahli Pabrik sebelum
pekerjaan pemasangan atap dimulai.
7. Setiap lembaran material atap yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam
keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan
aluminium sengnya.
8. Material Atap harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung digunakan.
Material Atap tidak boleh basah/lembab dan berhubungan langsung dengan tanah.

13.23. LISTPLANK SPANDEK


1. Listplank adalah dari bahan spandek.
3. Ukuran Listplank mengikuti gambar kerja
4. Listplank dipasang pada posisi ujung rangka kuda-kuda dengan tumpuan gording
baja dan alat sambung baut ataupun paku.
5. Listplank harus dipasang dengan lurus dan datar dan mengikuti kemiringan ujung
atap.
6. Sambungan–sambungan listplank harus dibuat sedemikian rupa atau saling berkait
sehingga kuat menahan gaya tarik.
13.24. PROSEDUR ERECTION KONSTRUKSI BAJA RINGAN
1. Sebelum pekerjaan Erection dimulai semua material dan peralatan yang diperlukan
harus sudah tersedia dilokasi pekerjaan.
2. Konsultan PENGAWAS memeriksa Kondisi Material Rangka Baja Ringan yang
didatangkan oleh Kontraktor Pelaksana kelokasi pekerjaan dan membuat Daftar Chek
List yang menginformasikan kondisi material apakah sesuai dengan Shop Drawing
dan Gambar Bestek serta Spesifikasi Teknis.
3. Kontraktor Pelaksana dengan lampiran Shop Drawing dan Gambar Erection Konstruksi
Baja Ringan megajukan Request For Work untuk pekerjaan Erection.
4. Konsultan PENGAWAS membuat Daftar Chek List kesiapan Kontraktor
Pelaksana untuk pekerjaan Erection konstruksi baja terutama yang berhubungan
dengan Material, Tenaga Kerja dan Kesiapan Peralatan.
5. Konsultan PENGAWAS tidak boleh meninggalkan lokasi pekerjaan Erection baja
selama pekerjaan tersebut belum selesai dikerjakan.
6. Konsultan PENGAWAS harus memastikan bahwa Kontraktor Pelaksana bekerja
sesuai dengan Shop Drawing Erection Baja dan Gambar Bestek.
7. Konsultan PENGAWAS harus membuat Daftar Chek List hasil pekerjaan Erection Baja
oleh Kontraktor Pelaksana yang didalamnya diinformasikan kesesuaian dan
ketidaksesuaian pekerjaan Erection Baja yang telah dilaksanakan.
8. Konsultan PENGAWAS harus mengeluarkan surat perintah pembongkaran dan
pemasangan kembali konstruksi jika ditemukan hasil Erection tidak sesuai dengan
Shop Drawing dan Gambar Bestek.
9. Kontraktor Pelaksana tidak boleh melanjutkan pekerjaan yang lain diatas pekerjaan
Konstruksi Baja sebelum pekerjaan Erection Konstruksi Baja dinyatakan selesai 100
% oleh Konsultan PENGAWAS melalui Surat dan Tabel
BAB XIV
PEKERJAAN KUNCI DAN PENGANTUNG

14.1 RUANG LINGKUP


Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi
yang dapat dibuka dan ditutup.

14.2 KUNCI DAN PENGANTUNG


1. Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari Material STAINLESS
STEEL atau menurut petunjuk Direksi Teknis.
2. Jika tidak ditentukan dalam Gambar Bestek maka Kunci, Engsel, Pegangan, Grendel
dan Hak Angin adalah dari material sekurang-kurangnya seperti disebutkan dibawah
ini:
a. Kunci Pintu : Stainless Steel
b. Grendel Pintu : Stainless Steel
c. Grendel Jendela : Stainless Steel
d. Engsel Pintu : Stainless Steel
e. Engsel Jendela : Stainless Steel
f. Hak Angin Jendela : Stainless Steel
g. Hak Angin Pintu : Stainless Steel
h. Pegangan Pintu : Stainless Steel
i. Pegangan Jendela : Stainless Steel
3. Material atau bahan Stainless Steel adalah material atau bahan yang tidak berkarat
serta tidak bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan kepada
Konsultan Supervisi untuk disetujui.
5. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk menyerahkan GARANSI produk yang
dikeluarkan oleh pabrik kepada Konsultan Supervisi.
6. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan pemasangan
yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada brosur yang diajukan oleh
Kontraktor Pelaksana.
7. Kunci 1 X putar dan 2 x putar untuk pintu aluminium dan panel kayu dipasang
dengan ketinggian 100 cm dari permukaan lantai atau sesuai Gambar Bestek.
8. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai atau 10
cm diatas posisi pemasangan kunci.
9. Engsel pintu harus dipasang minimal 3 engsel untuk satu daun pintu dengan jarak
pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak pemasangan
engsel ke tiga sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen teratas sedangkan engsel
kedua adalah pada posisi pertengahan antara engsel pertama dan ketiga.
10. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela serta
ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian bawah.
11. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela yaitu di
rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
BAB XV
PEKERJAAN PENGECATAN

15.1. REFERENSI
a. PUBI : 54, 1982
PUBI : 58, 1982
b. NI :4
c. ASTM : D - 361.
d. BS No. 3900, 1970
e. AS K-41

15.2. PERSETUJUAN
Standard Pengerjaan (Mock-up)
Sebelum pengecatan yang dimulai, Pemborong harus melakukan pengecatan pada satu
bidang untuk tiap warna dan jenis cat yang diperlukan. Bidang-bidang tersebut akan
dijadikan contoh pilihan warna, texture, material dan cara pengerjaan. Bidang-bidang yang
akan dipakai sebagai mock-up ini akan ditentukan oleh Direksi Lapangan.
Jika masing-masing bidang tersebut telah disetujui oleh Direksi Lapangan dan Perencana,
bidang-bidang ini akan dipakai sebagai standard minimal keseluruhan pekerjaan
pengecatan.
Contoh dan Bahan untuk Perawatan
Pemborong harus menyiapkan contoh pengecatan tiap warna dan jenis pada bidang-bidang
transparan ukuran 30 x 30 cm2. Dan pada bidang-bidang tersebut harus dicantumkan
dengan jelas warna, formila cat, jumlah lapisan dan jenis lapisan (dari cat dasar s/d lapisan
akhir).
Semua bidang contoh tersebut harus diperlihatkan kepada Direksi Lapangan dan Perencana.
Jika contoh-contoh tersebut telah disetujui secara tertulis oleh Perencana dan Direksi
Lapangan, barulah pemborong melanjutkan dengan pembuatan mock-up seperti tersebut
diatas.
Pemborong harus menyerahkan kepada Direksi Lapangan untuk kemudian akan diteruskan
kepada pemberi tugas minimal 5 galon tiap warna dan jenis cat yang dipakai. Kaleng-kaleng
cat tersebut harus tertutup rapat dan mencantumkan dengan jelas indentitas cat yang ada
didalamnya. Cat ini akan dipakai sebagai cadangan untuk perawatan, oleh pemberi tugas.
15.3. PERSYARATAN MATERIAL
ICI / AKZO NOBEL setara
Untuk dinding-dinding luar bangunan digunakan cat luar Weathershield product ICI atau
PT.Akzo Nobel decorina , dengan garansi penuh selama 5 tahun.
Untuk dinding-dinding dalam bangunan digunakan cat jenis Emulsi Acrylic merk ICI/ AKZO
NOBEL dengan lapisan dasar Alkali Resistance Sealer 440-2075 merk AKZO NOBEL warna
Lake Stone.
Plamur yang digunakan adalah plamur tembok dan plamer ICI / Putty 550-1967 merk
AKZO NOBEL .
Untuk Plafond/langit-langit digunakan AKZO NOBEL/ICIPentalite, warna Brillian White.

15.4. PELAKSANAAN
PEKERJAAN DINDING
Yang termasuk pekerjaan cat dinding adalah pengecatan seluruh plesteran bangunan
dan/atau bagian-bagian lain yaang ditentukan gambar.
Sebelum dinding diplamur, plesteran sudah harus betul-betul kering tidak ada retak-retak
dan Pemborong meminta persetujuan kepada Konsultan Pengawas.
Pekerjaan plamur dilaksanakan dengan pisal plamur dari plat baja tipis dan lapisan plamur
dibuat setipis mungkin sampai membentuk bidang yang rata.
Sesudah 7 hari plamur terpasang dan percobaan warna besi No. 00, kemudian dibersihkan
dengan bulu ayam sampai bersih betul. Selanjutnya dinding cat dengan menggunakan Roller.
Untuk mendapatkan tekstur pada pengecatan dinding yang ditentukan dengan finish texture
spray paint, digunakan Texture Finish Pasta texture dengan bahan dasar emulsi acrylic ini
disemprotkan dengan alat penyemprot compressor.
Untuk cat semprot emulsi bertexture, pada dinding luar digunakan plesteran 1 pc : 5 ps
dengan pasir diayak halus, disemprotkan dengan mesin semprot pada bidang plesteran 1 pc
: 5 ps yang rata. Setelah kering dan keras baru disemprot dengan alkali resistance sealer dan
dicat emulssi. Lapisan pengecatan untuk dinding luar adalah 3 (tiga) lapis dengan kekentalan
sama setiap lapisnya.
Lapisan pengecatan dinding dalam terdiri dari 1 (satu) lapis alkali resistance sealer yang
dilanjutkan dengan 3 (tiga) lapis emulsion dengan kekentalan cat sebagai berikut :
- Lapis I encer ( tambahan 20 % air )
- Lapis II kental
- Lapis III encer.
Untuk warna-warna yang jenis, Kontraktor diharuskan menggunakan kaleng-kaleng
dengan nomor percampuran (batch number) yang sama.
Setelah pekerjaan cat selesai, bidang dinding merupakan bidang yang utuh, rata, licin, tidak
ada bagian yang belang dan bidang dinding dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.

15.5. PEKERJAAN CAT LANGIT-LANGIT


Yang termasuk dalam pekerjaan cat langit-langit adalah langit-langit GRC Board board, pelat
beton atau bagian-bagian lain yang ditentukan gambar.
Cat yang digunakan merk ICI / AKZO NOBEL, warna ditentukan perencana setelah
melakukan percobaan pengecatan.
Plamur yang digunakan adalah plamur GRC Board.
Selanjutnya semua metode/prosedur sama dengan pengecatan dinding dalam BAB 13
kecuali tidak digunakannya lapis alkali resistance sealer pada pengecatan langi-langit ini.
Sambungan-sambungan GRC Board board harus rata agar tidak terlihat sebagai retakan
sesudah dicat.

15.6 PEKERJAAN CAT BESI


yang termasuk pekerjaan ini adalah pengecatan seluruh bagian-bagian besi pagar beserta
pintunya, pintu-pintu besi tulang-tulang dan pekerjaan besi lain ditentukan dalam gambar.
Cat yang dipakai adalah merk AKZO NOBEL / ICI / Danapaint jenis Syntetic enamel.
Pekerjaan cat dilakukan setelah bidang yang akan dicat, selesai diamplas halus dan bebas
debu, oli dan lain-lain.
Sebagai lapisan dasar anti karat dipakai sebagai cat dasar 1 kali. Sambungan las dan ujung
yang tajam diberi ‘touch up’ dengan dua lapis U-pox Red lead primer 520-1130 setelah itu
lapisan tebal 40 micron diulaskan.
Setelah kering sesudah 24 jam, dan diamplass kembali maka disemprot 1 lapis. Setelah 48
jam mengering baru lapisan akhir U-pox enamel 103 disemprot 2 lapis.
Pengecatan dilakukan dengan menggunakan semprot dengan compressor 2 lapis.
Setelah pengecatan selesai, bidang cat harus licin, utuh, mengkilap, tidak ada gelembung-
gelembung dan dijaga terhadap pengotoran-pengotoran.
BAB XVI
PEKERJAAN LISTRIK

A. PEKERJAAN ELEKTRIKAL
16.1. UMUM
Pemasangan instalasi listrik ini pada dasarnya harus memenuhi peraturan-
peraturan sebagai berikut :
a. Peraturan bangunan dan instalasi bangunan gedung yang dinyatakan berlaku
secara nasional.
b. Peraturan Daerah Kota Banda Aceh yang berkaitan dengan jenis instalasi yang
dirancang atau yang berpengaruh terhadap pengoperasioan jenis instalasi yang
dirancang.
c. PUIL dan Standard Naional Indonesia, pedoman teknik dan rekomendasi dari
instansi yang bedrwenang mengenai jenis instalasi yang dirancang.
d. Standard Acuan yang dikeluarkan pabrik pembuat peralatan atau komponen
lnstalasi yang digunakan.

16.2. Gambar-gambar
a. Gambar-gambar rencana dan persyaratan-persyaratan ini merupakan suatu
kesatuan yang saling melengkapi dan sama mengikatnya.
b. Gambar-gambar system menunjukan secara umum tata letak dari peralatan,
sedangkan pemasangan harus dikerjakan dengan memperhatikan kondisi dari
bangunan yang ada dan juga mempertimbangkan kemudahan
perawatan/perbaikan-perbaikan jika dikemudian hari diperlukan.
c. Gambar-gambar arsitek dan struktur/sipil harus dipakai sebagai referensi untuk
pelaksanaan dan detail finishing instalasi.
d. Sebelum pekerjaan dimulai, pemborong harus mengajukan gambar kerja dan
detail kepada Direksi/Manajemen Konstruksi (MK) untuk dapat diperiksa
dan disetujui terlebih dahulu. Dengan mengajukan gambar-gambar tersebut,
pemborong dianggap telah mempelajari situasi dari instalasi lain yang
berhubungan dengan instalasi ini.
e. Pemborong instalasi ini harus membuat gambar-gambar instalasi terpasang
(as built drawing) yang disertai dengan operating dan maintenance
instruction serta harus diserahkan kepada Direksi/MK pada saat penyerahan
pertama dalam rangkap 3 (tiga) dijilid serta dilengkapi dengan daftar isi dan
data notasi.

16.3. Koordinasi
a. Pemborong instalasi ini hendaknya bekerja sama dengan pemborong
instalasi/pekerjaan lainnya, agar selluruh pekerjaan dapat berjalan dengan
lancer sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
b. Koordinasi yang baik perlu ada, agar instalasi yang satu tidak menghalangi
kemajuan pekerjaan yang lain.
c. Apabila pelaksanaan instalai ini menghalangi instalasi yang lain maka semua
akibatnya menjadi tanggung jawab pemborong.

16.4. Daftar Material.


Pada waktu mengajukan penawaran, Pemborong harus menyertakan/ melampirkan
Daftar material yang lebih terperinci dari semua bahan yang akan dipasang pada
Proyek ini dan harus disebutkan pabrik, merek, manufacture dan type lengkap
dengan memberi tanda pada brosure/ catalog yang disertakan. Daftar material yang
diajukan pada waktu penawaran ini adalah mengikat, dan harus diajukan secara
lengkap dan terperinci, tidak boleh sebagian-sebagian ("SYARAT MUTLAK YANG
HARUS DIPENUHI OLEH PEMENANG TENDER PELAKSANAAN").
Daftar harus dibuat dalam rangkap 4 (empat).

16.5. Nama Pabrik/Merk Yang Ditentuka


Apabila pada spesifikasi teknis ini disebutkan nama pabrik/ merek dari satu jenis
bahan/ material, maka Pemborong wajib menawarkan dan memasang sesuai dengan
yang telah ditentukan.
Tidak ada alasan bagi Pemborong pada waktu pemasangan menyatakan bahwa
barang tersebut sudah tidak ada lagi di pasaran ataupun sukar didapat di pasaran.
Untuk barang-barang yang harus di import, segera setelah ditunjuk sebagai
pemenang,
Pemborong harus secepat mungkin memesannya pada agen/
dealer.
Apabila Pemborong telah berusaha untuk memesannya, namun pada saat pemesanan
bahan/ merek tersebut tidak/ sukar diperoleh, maka Konsultan Perencana
akan menentukan kemudian, alternatif merek lain dengan spesifikasi teknis yang
sama dengan aslinya/ yang ditawarkan.
Minimal setelah 1 (satu) bulan dari penunjukkan pemenang, Pemborong
harus memberikan fotocopy dari surat order/ pemesanan material import dari
agen/ importir
material bersangkutan yang menyatakan bahwa material- material tersebut telah
dipesan
(orderimpor)

16.6. Data Suku Cadang.


Pemborong harus memberikan daftar suku cadang dari peralatan yang dipasang
secara terperinci berikut alamat dan nama badan usaha yang merupakan badan
keagenan dari peralatan yang dipasang tersebut kepada Konsultan
Perencana/Direksi. Apabila peralatan yang dipasang tersebut dilengkapi dengan
suku cadang harap diberikan kepada Pemberi Tugas sebagai kelengkapan dari
penyerahan seluruh pekerjaan dan pemborong berkewajiban memberikan daftar
harga dari suku cadang tersebut.

16.7. Peraturan Hak Paten.


Pemborong harus melindungi Pemberi Tugas terhadap klaim atau tuntutan, biaya
atau kenaikan harga yang diakibatkan oleh keadaan
Perusahaan/Agen/Distributor peralatan
bersangkutan dalam hubungan merek dagang atau nama produksi, baik hak
cipta pada semua material, peralatan yang dipergunakan pada proyek ini.

16.8. Kebersihan.
Pemborong harus membersihkan seluruh kotoran/sampah dan sisa-sisa dari
material tidak terpakai yang diakibatkan oleh pekerjaan dan harus menyelesaikan
tiap-tiap bagian secara teratur dan rapuh

16.9. Built In Insert, Sleeves dan Perlengkapannya.


Melengkapi insert, sleeves dan perlengkapan lainnya untuk keperluan built in
dalam beton atau pekerjaan konstruksi lainnya, lengkap dengan keterangan
konstruksi, dimensi, lay- out dan keperluan informasi lainnya untuk pekerjaan
bersangkutan.

16.10. Buku Petunjuk (Manual Book) Dan Instruksi.


Pemborong harus melengkapi buku petunjuk (manual book) pemeliharaan dan petunjuk
cara mengoperasikan dari peralatan. Manual book/buku petunjuk harus dalam bahasa
Indonesia atau setidak-tidaknya dalam bahasa Inggris.

16.11. PRINSIP PERENCANAAN.


Prinsip Distribusi.
a. Sistem pelayanan untuk distribusi listrik adalah sebagai
berikut : Catu daya dari PLN 220/ 380 V.
Distribusi TR (Tegangan Rendah) 220/380 V secara radial dari Panel Utama
Tegangan
Rendah (PUTR) didistribusikan ke Panel Bagi Bantu (SDP) setiap Bangunan/ Panel-
panel
Daya, Panel Penerangan (LP) melalui kabel (NYY dan NYFGbY).
b. Karakteristik Tegangan Rendah 220/380 Volt, Distribusi daya untuk
penerangan dan peralatan, sistem suplai daya yaitu :
1. Suply dari Catu Daya PLN .
c. Fluktuasi tegangan yang diizinkan untuk penerangan sekitar 3 % dan untuk
mesin- mesin sekitar 2 %.

16.12. Pengaman Sistem Listrik (Proteksi).


a. Seluruh sistem listrik harus dilengkapi dengan pengaman terhadap
hubung singkat dan beban lebih pada seluruh panel atau disebut lain pada
gambar.
b. Seluruh bagian dari material yang terbuat dari metal pada peralatan listrik
harus dihubungkan dengan sistem pentanahan sirkuit listrik dan seluruh panel
masing-masing harus dilengkapi dengan elektroda pentanahan.

16.13. TEKNIS INSTALASI.


Instalasi Kabel.
U m u m.
Semua kabel yang digunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi persyaratan SII dan
SPLN.Semua kabel harus baru dan jelas ditandai mengenai ukurannya, jenis kabelnya, nomor
dan jenis pintal lannya. Semua kabel dengan penampang diatas 6 mm2 harus terbuat
secara
dipilin (stranded). Instalasi listrik harus berpenampang minimal 2.1/2 mm2.
Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai adalah :
Untuk instalasi penerangan, stop kontak dan instalasi lain dalam pipa dengan
daya kecil dan ada pada ruangan kering digunakan kabel NYM.
Untuk kabel distribusi dalam ruangan digunakan kabel dari type NYY atau disebut lain
pada gambar.
b. Splice/ Pencabangan.
Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan dalam pipa/ saluran
cabang maupun feeder utama terkecuali pada outlet atau stop kotak penghubung
yang dapat dicapai
(accessible). Sambungan pada kabel sirkuit cabang harus dibuat secara mekanis dan
harus teguh secara listrik dengan cara-cara "solderless connector". Untuk
penyambungan dengan sistem "soldered atau compression" harus digunakan
peralatan sambung yang benar-benar digunakan untuk kebutuhan itu, peralatan
tersebut harus dilampirkan data teknis dan brosur serta diajukan dahulu kepada
Konsultan Perencana/ Direksi untuk mendapat persetujuan penggunaannya.
Dalam penyambungan dengan sistem soldered atau compression harus betul-betul
tertutup rapat dan tidak boleh ada kebocoran (leak proof) serta dijamin tidak
akan lepas bila ada getaran.
c. Bahan Isolasi.
Semua bahan isolasi untuk splica, connection dan lain-lain seperti karet, PVC, asbes,
gelas, tape sintetis, resin, splica case compaction dan lain-lain harus dari
type yang
direkomendasi/ disetujui untuk : penggunaan, lokasi, tegangan kerja, kondisi
sekelilingnya dan lain-lain, oleh instansi yang berwenang (PLN), perwakilan
pemerintah setempat dan/
atau
manufacturer.
d. Penyambungan Kabel.
Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak penyambungan yang
khusus digunakan untuk itu (junction box dan lain-lain). Pemborong harus
memberikan brosur-
brosur mengenai cara-cara penyambungan yang dinyatakan oleh Pabrik
kepada
Konsultan Perencana/ Direksi.
Warna kabel atau indentitas lain pada kabel yang akan disambung, antara yang
satu dengan yang lainnya harus sama dan harus diadakan pengetesan tahanan
isolasi sebelum dan sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus
tertulis dan disaksikan oleh Konsultan Perencana/ Direksi.
Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan-
penyambungan tembaga yang dilapisi timah putih dengan kuat. Penyambungan-
penyambungan harus
dari ukuran yang sesuai.
Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC/
porcelen yang khusus untuk listrik.
Penyekat- penyekat khusus harus dipergunakan bila diperlukan untuk menjaga
nilai
isolasi tertentu.
e. Saluran Penghantar Dalam Bangunan.
Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling
gantung saluran penghantar (conduit) di pasang diatas ceiling tidak boleh
membebani ceiling.
Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa couduit dengan
diameter minimum 20 mm. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar
harus menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari
satu harus menggunakan
terminal strip di dalam junction box
Ujung pipa yang masuk ke dalam panel dan juncti on box harus dilengkapi
dengan
"socket/ lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila tidak
ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian 2 m dari
muka lantai, harus dimasukkan pada pipa metal dan pipa harus diklem pada
dinding dengan jarak antara masing-masing klem 50 cm.
Jumlah pipa keluar dari panel harus dilebihkan 20% dari jumlah sirkuit
yang dikeluarkan dari panel bersangkutan dengan line cadangan (blind pipe).

16.14. Instalasi Saklar Kotak Kontak (Outlet).


a. Saklar.
Saklar- saklar dari type rocker mekanisme dengan rating 10 A, 250 V pada
umumnya dipasang inbow terkecuali disebut lain pada gambar.
Jika ditentukan lain, saklar-saklar tersebut bingkainya harus dipasang rata pada
tembok, ketinggian letak saklar 150 cm dari muka lantai atau ditentukan lain pada
gambar. Saklar-
saklar tersebut harus dipasang dalam kotak sambung yang diperuntukkan untuk
itu, type pemasangan harus dipilih dari type pemasangan menggunakan skrup
(screw), tidak boleh type cakar (claw).
Sambungan-sambungan hanya dibolehkan antara stop kotak yang
bersekatan.
b. Stop Kontak.
Stop kontak adalah type yang memakai terminal pentanahan (earthing contact)
dengan rating 10A/16A 250 V (1 fase) dan 25A/32A, 500V (3 fase).
Stop kontak harus dipasang rata dengan permukaan dinding (flush mounting type)
dengan
ketinggian 30 cm dari permukaan lantai atau disebut lain pada
gambar.

16.15 Instalasi Fixtures


Penerangan.
a. U m u m.
Fixtures penerangan harus dari jenis yang tertera dalam gambar. Harus dibuat
dari bahan yang sesuai dan bentuknya harus menarik dan pekerjaannya harus
rapi dan baik, tebal plat
baja yang dipakai untuk fixture minimal 0,8 mm. Pemborong harus menyediakan
contoh-
contoh dari semua fixtures yang akan dipasang kepada Konsultan Perencana/
Direksi untuk disetujui.
Seluruh peralatan fixtures penerangan beserta armature adalah kwalitas artolite, phillips
atau setaraf.
b. Kabel-kabel untuk fixture.
Kecuali ditunjuk atau dipersyaratkan lain, kabel-kabel untuk "fixture" harus ditutup

asbestos dan tahan panas. Tidak boleh ada kabel yang lebih kecil dari 2,5 mm2,
kawat harus dilindungi dengan "tape" atau "tubing" disemua tempat dimana
mungkin ada abrasi.
Semua kabel- kabel harus disembunyikan dalam konstruksi armature
kecuali dimana diperlukan penggantungan rantai atau pemasangan/
perencanaan fixture menunjuk lain. Tidak boleh ada sambungan kabel dalam
suatu armature dan penggantungan, dan harus terus menerus mulai kotak
sambung ke terminal-terminal khusus pada armature-armature lampu. Saluran-
saluran kabel harus tidak tajam dan dilindungi sehingga tidak merusak kabel.
c. Lampu- lampu.
Semua fixture harus dilengkapi dengan lampu- lampu dan dipasang
sesuai dengan persyaratan dan gambar.
Untuk lampu fluorescent type TL memakai dari jenis coolday light.
Semua lampu fluorescent atau lainnya yang memerlukan perbaikan faktor daya
harus dilengkapi dengan capasitor.
Dalam spesifikasi ini besarnya microfarad dari kapasitor untuk setiap lampu tidak
terlalu ditekankan karena yang dibutuhkan adalah hasil dari power factor
menjadi sekurang-
kurangnya 0,85.
ukuran yang profesional seperti dipersyarat kan untuk panel board, yang besarnya
sesuai dengan ukuran pada gambar perencana atau menurut kebutuhan sehingga
untuk jumlah dan ukuran kabel yang dipakai tidak terlalu sesak.
Frame/ rangka panel harus di-grounding/ ditanahkan. Pada kabinet harus ada
cara-cara yang baik untuk memasang, mendukung dan menyetel "Panel Board" serta
tutupnya.
Kabinet dengan kabel- kabel "Trought feader" harus di atur sedemikian rupa
sehingga saluran dengan lebar tidak kurang dari 10 cm untuk branch circuit panel
board. Setiap kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci.
Untuk satu kabinet harus dilengkapi dengan kunci-kunci, dengan sistem MASTER
KEY.
b. Finishing.
Semua kabinet harus dicat dengan warna yang ditentukan oleh Direksi. Semua
kabinet dari pintu-pintu untuk panel-panel board listrik, harus dibuat tahan
karat dengan cara
"Galvanized plating" atau dengan "zink chromate primer".
Selain yang tersebut diatas, harus dilapisi dengan lapisan anti karat yaitu sebagai
berikut :
1. Bagian dalam dari box dan
pintu.
2. Bagian luar dari box yang digalvanisir atau cadnium plating tak perlu dicat kalau
seluruhnya terendam, kalau dipakai zink chromate primer harus dicat dengan
cat bakar.
c. Pemasangan kabel.
Pemasangan kabel sedemikian rupa sehingga setiap peralatan dalam panel
dengan mudah dapat dijangkau, tergantung dari pada macam/type panel. Maka
bila dibu tuhkan alas/ pondasi/ penumpu/ penggantung maka Pemborong harus
menyediakannya dan memasangnya sekalipun tidak tertera pada gambar.
d. Panel Distribusi.
Panel- panel distribusi harus seperti ditunjuk pada gambar, kecuali ditunjuk lain.
Seluruh assembly termasuk housing, busbar, alat-alat pelindung harus direnca
nakan, dibuat,
dicoba dan dimana perlu diperbaiki sesuai dengan
persyaratan.
Panel Distribusi utama dari jenis in door type terbuat dari plat baja (metal clad).
Konstruksi harus terbuat dari rangka baja struktur yang baku, yang dapat
memper
tahankan strukturnya oleh stress mekanis yang pada waktu hubung singkat,
rangka ini
secara konstruktif tertutup plat-plat penutup (metal enclosed) harus cukup
louvers untuk ventilasi dimana perlu untuk menga tasi kenaikan suhu dari
bagian-bagian yang
mengalirkan arus dan bagian-bagian yang bertegangan sesuai dengan
persyaratan
PUIL/LMK/VDE/ BS/DIN untuk peralatan yang
tertutup.
Material-material yang bertegangan harus dicegah deng- an sempurna terhadap
kemungkinan percikan air.
Semua material dan tombol transfer yang dipersyaratkan dikelompokkan pada
satu papan panel yang berengsel yang tersembunyi.
Semua panel diletakkan di shaft- shaft panel dan ruang- ruang panel yang
diperuntukkan untuk itu seperti tertera pada gambar.
e. Papan Nama.
Setiap pemutus daya (circuit breaker) harus dilengkapi dengan papan nama, pada
pintu pada pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah.
Cara-cara pemberian nama pada pemutusan dan dapat dilihat dengan mudah.
Cara-cara
pemberian nama harus menunjukkan dengan jelas rangkaian dari pemutus daya
atau alat- alat yang tersambung padany

f. Busbar/Rel.
Busbar minimal harus dari bahan tembaga, dengan ukuran sesuai dengan
kemampuan arus 150 % dari arus beban terpasang yang ukurannya disesuaikan
dengan ukuran PUIL
(daftar no. 630 - DI - D4/PUIL 1977).
Semua busbar/rel harus dicat, dipegang oleh beban isolator dengan kuat
dan baik kerangka panel.
Semua busbar/ rel harus dicat dengan warna yang sesuai dengan yang disebutkan pada
PUIL. Cat-cat tersebut harus tahan sampai temperatur 75 C.
Busbar disusun dan dipegang oleh isolator dengan baik untuk sistem 3 phase 4
kawat seperti ditunjuk dalam gambar.
Setiap panel harus mempunyai bus netral yang diisolir terhadap tanah, dan
sebuah bus pentanahan yang selanjutnya diklem dengan kuat pada trem panel
dan dilengkapi dengan
klem untuk pentanahan dari peralatan yang perlu di ketanahkan.
g. Terminal dan Mur Baut.
Semua terminal cabang harus diberi lapis tembaga (vertin) dan disekrup
dengan mengggunakan mur baut ring dari bahan tembaga atau mur baut
yang divertin (atau
stainless) dengan ring tembaga.
h. Cadangan/Penyambungan dikemudian hari.
Bila dalam gambar dinyatakan adanya cadangan maka ruangan-ruangan
tersebut harus dilengkapi dengan bus, klem-klem pemasangan, pendukung
dan sebagainya untuk
peralatan yang dipasang dikemudian hari, dapat berupa equipment busbar,
switch, circuit breaker dan lain-lain.
i. Kabel-kabel pengontrol.
Kabel-kabel pengontrol dari panel-panel harus dipasang dipabrik/bengkel secara
lengkap dan dibundel dan dilindungi terhadap kerusakan mekanis.

Ukuran minimal adalah 1,5 mm2 dari type 600 Volt PVC.
k. Peralatan Pemutus Daya.
Peralatan-peralatan pengaman adalah pemutus daya type dengan rumah tuangan
(moulded case) dilengkapi dengan sikring pembatas arus dan pemutus sikring.
Arus kerja dari draw
out circuit breaker harus sesuai dengan sikring berkapasitas interupsi 45 KA, minimum
pemutus sikring harus dari type membuka dan menutup dengan
cepat. Semua tutup muka panel harus dilengkapi dengan :
1. Pilot lampu untuk menyatakan adanya tegangan R.S.T.
2. Pilot lampu untuk push button on/off, untuk menyata kan sistem telah on atau off.
3. Pilot lampu untuk remote control pada panel, untuk menyatakan sistem
telah menjalankan/memberhentikan sistem yang diinginkan.
Penyediaan pilot lamp. yang disebutkan diatas merupakan keharusan,
biarpun pada gambar-gambar tidak disebutkan/tertera.
Warna-warna untuk pilot lamp. :
1. Untuk phase R : Warna merah
2. Untuk phase S : Warna kuning
3. Untuk phase T : Warna hijau
4. Untuk hantaran netral : Warna biru
5. Untuk menyatakan sistem telah dijalankan dengan push button atau
dengan saklar ataupun time switch, menyatakan sistem on : Warna merah
6. Untuk menyatakan sistem telah off : Warna hijau

16.16. PERALATAN TEKNIS.


Peralatan Breaker.
a. Circuit Breaker.
Circuit Breaker 4 A - 63 A, 3 fasa/1 fasa guna pengaman sirkuit penerangan,
instalasi kotak kontak biasa atau disebut lain pada gambar dapat digunakan
MCCB/MCB.
1. Data Circuit Breaker Utama PP (Power Panel), LP (Panel
Penerangan), Circuit Cabang atau kebutuhan lain seperti disebut lain pada
gambar adalah sebagai berikut :
Type : Mulded Case
Circuit Breaker
Tegangan kerja
- Pengaman beban lebih (Setting trip Amp).
- Indikasi beban, kontrol & fault
- Under Voltage release.
- Pengaman hubung singkat.
2. Data Circuit Breaker untuk sirkuit penerangan, sirkuit kotak kontak biasa dan
sirkuit cabang lainnya untuk suplai daya dibawah 2 KVA atau disebut lain pada
gambar.
Type : Mini Circuit Breaker/Nofuse Breaker
Tegangan kerja : 660 V.
Frekwensi : 50/60
Hz.
Kelas Isolasi : c, 1000 V, 50/60
Hz. Kutub (Pole) : 1 / 3
Rating Amp (40 deg.C) : 6,10,16,25,32,40,50,63,80
Amp. Breaking Cap. (KA rms): 8 KA
Dilengkapi dengan :
- Pengaman beban lebih (Fixed trip Amp).
- Pengaman hubung singkat.

16.17. Armature Lampu / Fixtures.


a. Armature TKO 2x36 W, Kwalitas baik dipasang menempel plafond/beton (atau
diletakkan di tempat lain sesuai gambar).
Housing : bahan plat metal/besi 0,2 mm, pembuatan harus dengan mesin,
peralatan lampu built in.
Lampu : Tubular Fluorecent lamp warna no 54.Komponen : harus
diletakkan didalam rumah-rumahan/ housing dari armature lampu secara
tersembunyi, rapih danharus mempunyai ventilasi yang cukup untuk menghindari panas
tinggi yang diakibatkan oleh peralatan.
Lamp holder : individual lamp holder.
Reflektor : bahan plat metal/alumunium yang mengkilat dan harus
mempunyai derajat pemantulan yang baik dan kuat.
Pemasangan menempel pada plafond / beton atau disebut lain pada gambar.
Konstruksi dari fixture lampu harus kuat dan kokoh serta dibuat sedemikian rupa
agar dapat .lm 35 dibuka/dilepas untuk perbaikan/ penggantian komponen yang
berada di dalamnya.
Reff. Unit. LAMP : ARTOLITE, DAYA LITE dan SETARA.

16.18 TESTING DAN COMMISSIONING


a. Sebelum testing dan commissioning dilaksanakan, Pemborong wajib
mengajukan terlebih dahulu program testing dan commissioning.
b. Pemborong instalasi ini harus melakukan semua testing dan pengukuran
yang dianggap perlu dan atau yang diminta oleh Direksi/MK untuk mengetahui
apakan keseluruhan instalasi dapat berfungsi dengan baik dan dapat memenuhi
semua persyaratan yang diminta.
c. Termasuk kedalam lengkup pekerjaan testing komisioning ini adalah
pengetesan tahanan insulasi kabel (meger kabel) balancing pembebanan dari tiap
panel, terutama PUTR, dan pengukuran tahanan untuk pentanahan.
d. Semua bahan, perlengkapan dan instalasi lain yang diperlukan untuk
mengadakan testing tersebut merupakan tanggung jawab pemborong.
16.19 MASA PEMELIHARAAN DAN SERAH TERIMA
a. Peralatan instalasi ini harus digaransi selama satu tahun terhitung sejak saat
penyerahan pertama.
b. Masa pemeliharaan untuk instalasi ini adalah 6 (enam) bulan terhitung
sejak saat penyerahan pertama.
c. Selama masa pemeliharaan ini, pemborong instalasi diwajibkan mengatasi segala
kerusakan yang akan terjadi tanpa adanya tambahan biaya.
d. Selama masa pemeliharaan, seluruh instalasi yang telah selesai dilaksanakan
masih merupakan tanggung jawab pemborong sepenuhnya.
e. Selama masa pemeliharaan, apabila Pembarong instalasi ini tidak
melaksanakan teguran dari Direksi/MK atas perbaikan/ penggantian/penyetelan
yang diperlukan, maka Direksi/MK berhak menyerahkan pekerjaan
perbaikan/penggantian/ penyetelan tersebut kepada pihak lain atas biaya dari
Pemborong Instalasi ini.
f. Selama masa pemeliharaan ini, Pemborong instalasi ini harus melatih
petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pemilik sehingga dapat mengenali system
instalasi dan dapat melaksanakan pemeliharaannya.
g. Serah terima pertama dari instalasi ini baru dapat dilaksanakan setelah ada
bukti pemeriksaan dengan hasil yang baik yang ditandatangani bersama oleh
Pemborong dan Direksi/MK serta dilampiri Surat Ijin Pemakaian dari Instansi yang
berwenang jika diperlukan.
h. Serah terima setelah masa pemeliharaan instalasi ini baru dapat dilaksanakan
setelah :
1) Berita Acara Serah Terima Kedua yang menyatakan bahwa instalasi ini dalam
keadaan baik, ditandatangani bersama Pemborong dan Direksi/MK.
2) Pemborong telah menyerahkan semua Surat Ijin Pemakaian Instalasi yang
dikeluarkan oleh instansi pemerintah yang berwenang (jika diperlukan), hingga
instalasi yang telah terpasang dapat dipakai tanpa menyalahi peraturan instalasi
yang bersangkutan.
3) Semua gambar terpasang beserta operating, instruction, technical dan
maintenance manual rangkap 3 (tiga) termasuk 1 (satu) set asli telah diserahkan
kepada Direksi/MK.
16.20 LAPORAN-LAPORAN
a. Laporan Harian dan Mingguan
Pemborong wajib membuat laporan harian dan laporan mingguan yang
memberikan gambaran mengenai :
• Kegiatan fisik
• Catatan dan perintah Direksi/MK yang disampaikan secara lisan
maupun secara tertulis.
• Jumlah material masuk/ditolak
• Jumlah tenaga kerja
• Keadaan cuaca
• Pekerjaan tambah/kurang.
b. Laporan Pengetesan
Pemborong instalasi ini harus menyerahkan kepada Direksi/Mk dalam
rangkap 3(tiga) mengenai hal-hal sebagai berikut :
• Hasil pengetesan semua persyaratan operasi dari instalasi
• Hasil pengetesan peralatan
• Hasil mengetesan kabel
• Hasil pengetesan pentananan (grounding)
• Dan lain-lainnya.
Semua pengetesan dan pengukuran yang akan dilaksanakan harus
disaksikan oleh pihak Direksi/MK.

16.21 PENANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN


Pemborong instalasi ini harus menempatkan seorang penanggung jawab
pelaksanaan yang ahli dan berpengalaman yang harus selalu berada dilapangan,
yang bertindak sebagai wakil dari Pemborong dan mempunyai kemampuan
untuk memberikan keputusan teknis dan yang bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksi yang diberikan oleh Pihak Direksi/MK.
Penanggung jawab tersebut di atas juga harus berada di tempat pekerjaan
pada saat diperlukan/dikehendaki oleh pihak Direksi/MK.

16.22. PENAMBAHAN/PENGURANGAN/PERUBAHAN INSTALASI


a. Pelaksanaan instalasi yang menyimpang dari rencana yang disesuaikan
dengan kondisi lapangan, harus mendapat persetujuan tertulis dahulu dari
pihak Konsultan Perencana dan Direksi/MK.
b. Pemborong instalasi ini harus menyerahkan setiap gambar
perubahan yang ada kepada pihak Direksi/MK dalam rangkap 3 (tiga).
c. Perubahan material dan lain-lainnya harus diajukan oleh pemborong
kepada Direksi/MK, secara tertulis dan pekerjaan
tambah/kurang/perubahan yang ada harus disetujui oleh Direksi/MK
secara tertulis.

16.23 IJIN-IJIN
Pengurusan ijin-ijin yang diperlukan untuk pelaksanaan instalasi ini serta seluruh
biaya yang diperlukan menjadi tanggung jawab Pemborong.

16.24 PEMBOBOKAN, PENGELASAN DAN PENGEBORAN


a. Pembobokan tembok, lantai/dinding dan sebagainya yang diperlukan dalam
pelaksanaan instalasi ini serta mengembalikannya kekondisi semula, menjadi
lingkup pekerjaan instalasi ini.
b. Pembobokan/Pengelasan/pengeboran hanya dapat dilaksanakan apabila ada
persetujuan dari Pihak Direksi/MK secara tertulis.

16.25 PEMERIKSAAN RUTIN DAN KHUSUS


a. Pemeriksaan rutin harus dilaksanakan oleh Pemborong Instalasi secara
periodic dan tidak kurang dari tiap dua minggu.
b. Pemeriksaan khusus harus dilaksanakan oleh Pemborong instalasi ini apabila
ada permintaan dari pihak Direksi/MK/Pemilik dan atau bila ada gangguan
dalam instalasi ini.

16.26 RAPAT LAPANGAN


Wakil Pemborong harus selalu hadir dalam setia rapat proyek yang diatur oleh
Pemberi Tugas/Direksi/MK.

B. PERSAYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL


16.27 UMUM
a. Pemborong wajib mengadakan, melalukan pemasangan bahan dan peralatan
yang diperlukan dalam instalasi ini dengan baik dan rapi, serta melakukan
penyetelan pada bagian yang memerlukan seperti balancing beban di setiap
panel, serta mengadakan pengujian baik untuk setiap bagian dari system
maupun untuk keseluruhan system, untuk mendapakan suatu kondisi
operasi dari system yang sempurna dan memuaskan.
b. Pemborong wajib melengkapi seluruh bagian dari system sehingga secara
keseluruhan merupakan system yang lengkap dan dapat berfungsi dengan
baik.
c. Pemborong wajib menyatakan kekurangan dan atau ketidak-jelasan dan
atau kesalahan yang terdapat di dalam dokumen pelelangan pada saat rapat
penjelasan pelelangan.
d. Penawaran yang diajukan oleh Pemborong dinilai berlaku untuk seluruh
system yang dikehendaki tanpa adanya kekurangan dalam bentuk apapun
juga.

16.28 LINGKUP PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


a. Penyediaan sumber daya listrik yang akan digunakan berupa penyabungan
baru dari PLN. Untuk penyambungan baru ke PLN, seluruh biaya
penyambungan baru berupa Biaya Penyambungan (BP), Jaminan Instalasi,
Jaminan berlangganan dan biaya-biaya lainnya harus sudah termasuk
kedalam lingkup pemborong pekerjaan listrik.
b. Pengadaan dan pemasangan Panel-panel daya lengkap dengan komponen yang
diminta, dimulai dari penyediaan PUTR (Panel Utama Tegangan Rendah)
sampai dengan Sub-Sub Panel Gedung, sesuai dengan gambar rencana.
c. Penarikan Kabel-kabel feeder untuk setiap panel dan sub panel.
d. Penerikan kabel-kabel instalasi lengkap dengan pipa-pipa conduit serta material
Bantu instalasi lainnya.
e. Pengadaan dan pemasangan armature lampu, stop kontak dan saklar.
f. Pekerjaan pentanahan/grounding dari setiap panel yang akan dipasang.
g. Pekerjaan pemasangan instalasi penangkal petir.
h. Pengetesan-pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.

16.29 SISTEM INSTALASI LISTRIK


Sumber Listrik dari jala-jala PLN atau dari Panel Utama Tegangan di Area
Komplek masuk ke dalam Panel Utama Gedung, dan selanjutnya di distribusi ke
sub-sub panel yang ada di setiap Gedung.
Untuk kondisi emergency dimana listrik PLN padam, digunakan back-up
genset, dengan system transfer daya secara manual melalui COS (Change over
Switch) jika diperlukan.
16.30 SPESIFIKASI TEKNIS DAN PRODUK.
a. Panel-panel yang digunakan menggunakan panel dari bahan plastic dan
metal. Panel-panel plastik digunakan untuk bangunan penunjang seperti pos
jaga, kantor, kantin, dan mushola, sedangkan Panel Metal digunakan untuk
bangunan produksi.
b. Panel dari bahan logam menggunakan plat dengan ketebalan yang cukup
sehingga panel kokoh dan kaku dan di finish dengan cat bakar. Ukuran
diseusaikan dengan jumlah komponen yang ada di dalamnya serta
memudahkan dalam pekerjaan pemasangan kabel di dalam panel.
c. Untuk panel dari bahan plastik, menggunakan tipe inbow (ditanam dalam
dinding), dari merk Berker, Clipsal, atau setara, dengan ukuran disesuaikan
dengan jumlah komponen yang dipergunakan.
d. Komponen Panel berupa MCCB, MCB, harus dari merk yang sudah dikenal
dan harus mempunyai kualitas yang baik. Merk Komponen yang
direkomendasikan untuk digunakan untuk dalam pekerjaan instalasi listrik
ini adalah : MERLIN GERIN (asli dibuktikan dengan segel pabrik), HAGER,
ABB, LEGRAND, CLIPSAL dengan ketentuan sebagai berikut :
• MCCB arus mempunyai breaking capacity 25 kA.
• MCB 3 phase harus mempunyai breaking capacity sebesar 10 kA.
• MCB 1 phase breaking capasity sebesar 10 kA. Setiap panel harus dilengkapi
dengan:
• Pilot Lamp 3(tiga) warna untuk indikasi di tiap phasa
• Bus Bar untuk Phasa netral dan Grounding dengan ukuran yang sesuai
dengan kapasitas dari tiap panel.
• Volt meter dan Amp. Meter (hanya untuk Panel Utama Gedung).
• Kunci Pintu Panel.
• Label Nama Panel
• Diagram pengkabelan Panel yang harus dipasang/ditempel pada bagian dalam
pintu panel.
e. Kabel-kabel yang akan digunakan baik untuk kabel feeder maupun untuk
kabel instalasi ke tiap titik penerangan atau stop kontak harus dari kabel
7(tujuh) besar seperti : SUPREME, JEMBO, VOKSEL, TRANKA, KABELMETAL
dengan ketentuan sebagai berikut :
• Kabel Feeder untuk ke setiap Panel Menggunakan tipe NYY dengan ukuran
sesusai gambar wiring diagram panel, dan jika feeder ke Panel utama
harus menggunakan kabel bawah tanah, maka kabel yang digunakan adalah
kabel NYFGbY.
• Jika kabel NYFGbY melintas jalan maka harus dimasukkan kedalam pipa
pelindung dengan ukuran yang sesuai. Jenis pipa adalah Galvanis schedule 40.
• Kabel Instalasi Menggunakan Kabel NYM didalam pipa Konduit Hi-
Impact merk CLIPSAL atau LEGRAND. Ukuran kabel diseusaikan dengan
gambar dalam wiring diagram panel. Ukuran minimum kabel adalah ukuran
2.5 mm2.
f. Armatur lampu, Saklar, dan stop Kontak disesuaikan dengan jenis yang akan
digunakan/ditentukan oleh perencana arsitek dengan ketentuan sebagai
berikut :
• Tebal plat yang digunakan untuk armature adalah 0.7 mm
• Komponen lampu seperti ballast/trafo dan lampu harus dari merek yang sudah
dikenal baik. Merek yang direkomendasikan untuk digunakan adalah PHILIPS,
OSRAM, NAIS, GE
• Fitting plafond yang digunakan untuk lampu pijar harus dari bahan yang
mempunyai kualitas baik bukan dari bahan plastic, dan harus tahan
temperature tinggi dan tidak akan meleleh jika dipasang lampu pijar 60Watt.
• Stop Kontak digunakan stop kontak 16A, sedangkan saklar digunakan saklar
10A dan harus mempunyai kualitas yang baik.
• Stop Kontak lantai, jiga digunakan, harus menggunakan stop kontak khusus
yang didesain sebagai stop kontak lantai, terbuat dari bahan logam dan harus
dapat dibuka/ditutup.
g. Armature lampu TL 2 x 36 Watt yang digunakan di dalam
gedung/bangunan penunjang yang diberi plafond menggunakan Tipe V-
Shape, sedangkan untuk area produksi dan bangunan lain yang tidak diberi
plafond menggunakan tipe TKO.
h. Pemasangan lampu TL type simbad untuk di Ruang Utilitas, Tribun, kontraktor
horus sudah memperhitungkan gantungan lampu yang akan digunakan.
1. Pentanahan/Grounding dori setiap panel horus dikerjakan dengan maksimal
tahanan adalah sebesor 2 ohm. Untuk pentanahan digunakan kabel BC
atau NYA dengan ukuran sesuai kapasitas tiap panel.

D. KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH


16. 31 UMUM
Sebelum dipergunakan, kabel dan peralatan bantu lainnya harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas.
Pada prinsipnya kabel-kabel yang dipergunakan adalah jenis NYY, NYM, NYA,
NYFGbY, FRC, NYMHY, BCC. Untuk kabel feeder / power dari jenis NYY, kabel
penerangan dipergunakan kabel NYM sedangkan untuk kabel grounding dari jenis
BCC

16.32 INSTALASI DAN PEMASANGAN KABEL


Kabel-kabel yang dipakai harus dapat dipergunakan untuk tegangan min. 0,6 KV dan 0,5
KV untuk kabel NYM
Kabel FRC (kabel tahan api) harus mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Fire Resistance
- Fire Retardant
- Low Smoke
- Halogen Free
- Low toxicity
- Low corrosivity
- Ambient Temperature : 20 – 60ºC
Penampang kabel minimum yang dapat dipakai 2,5 mm²
1. Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas
dan tidak mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
2. Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk
mengidentifikasikan phasenya sesuai dengan ketentuan PUIL.
3. Kabel daya yang dipasang horizontal / vertical harus dipasang pada tangga kabel,
diklem dan disusun rapi.
4. Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan, kecuali pada T- doos
untuk instalasi penerangan.
5. Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan
sepatu kabel untuk terminasinya.
6. Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus
mempergunakan alat press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah
pateri.
7. Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya
harus ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis
dengan penampang minimum 2 ½ kali penampang kabel.
8. Semua kabel yang akan dipasang menembus dinding atau beton harus
dibuatkan sleeve dari pipa galvanis dengan penampang minimum 2 ½ kali
penampang kabel.
9. Semua kabel yang dipasang di atas langit-langit harus diletakkan pada suatu rak
kabel.
10. Kabel penerangan yang terletak di atas rak kabel harus tetap di dalam konduit.
11. Penyambungan kabel untuk penerangan dan kotak-kontak harus di dalam kotak
terminal yang terbuat dari bahan yang sama dengan bahan konduitnya dan
dilengkapi dengan skrup untuk tutupnya dimana tebal kotak terminal tadi
minimum 4 cm. Penyambungan kabel menggunakan las doop.
12. Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m
disetiap ujungnya.
13. Penyusunan konduit di atas rak kabel harus rapih dan tidak saling menyilang.
14. Kabel tegangan rendah yang akan dipasang harus mempunyai serifikat lulus uji dari
PLN yang terutama menjamin bahan isolasi kabel sudah memenuhi persyaratan.
15. Pengujian dengan Megger harus tetap dilaksanakan dengan nilai tahanan isolasi
minimum 500 kilo ohm.

• Instalasi Kabel Bawah Tanah


Semua kabel yang ditanam harus pada kedalaman 100 cm minimum, dimana
sebelum kabel ditanam ditempatkan lapisan pasir setebal 15 cm dan di atasnya
diamankan dengan batu bata press sebagai pelindungnya. Lebar galian minimum
adalah 40 cm yang disesuaikan dengan jumlah kabel.
Kabel yang ditanam dan menyeberangi selokan atau jalan atau instalasi lainnya harus
ditanam lebih dalam dari 50 cm dan diberikan pelindung pipa galvanis dengan penampang
minimum 2 ½ kali penampang kabel.
Pada route kabel setiap 25 m dan disetiap belokan harus ada tanda arah jalannya kabel.
Penanaman kabel harus memenuhi peraturan yang berlaku dan persyaratan yang
ditunjukan dalam gambar / RKS.
Kabel tidak boleh terpuntir dan diberi label yang menunjukan arah disetiap jarak 1 meter.
Tidak diperkenankan melakukan pengurugan sebelum Konsultan Pengawas memeriksa dan
menyetujui perletakan kabel tersebut.
Setelah pengurugan selesai setiap 15 meter harus dipasang patok beton 20 x 20 x 60 cm dan
bertuliskan “KABEL TANAH”. Patok-patok ini dicat kuning dan bertulisan merah.
Kabel-kabel yang menembus dinding atau lantai harus menggunakan pipa sleeve, pipa ini
minimal dari Metal ( Pipa GIP ). Penyambungan kabel feeder tidak diperbolehkan. Kabel
harus utuh menerus tanpa sambungan.
Kabel tidak boleh dibelokan dengan radius kurang dari 15 x diameternya.
Di atas belokan tersebut diletakan patok beton bertuliskan “KABEL TANAH” dan arah belok.
Penanaman tidak boleh dilakukan di malam hari.

Instalasi Kabel Tenaga


Letak pasti dari peralatan atau mesin-mesin di sesuaikan dengan gambar dan kondisi
setempat apabila terjadi kesukaran dalam menentukan letak tersebut dapat meminta
petunjuk Konsultan Pengawas.
Pelaksana Pekerjaan wajib memasang kabel sampai dengan peralatan tersebut, kecuali
dinyatakan lain dalam gambar.
Tarikan kabel yang melalui trench harus diatur dengan baik / rapi sehingga tidak saling
tindih dan membelit.
Tarikan kabel yang menuju peralatan yang tidak melalui trench atau yang menelusuri
dinding ( outbow ) harus dilindungi dengan pipa pelindung. Agar diusahakan pipa
pelindung tidak bergoyang maka harus dilengkapi dengan klem-klem dan perlengkapan
penahan lainnya, sehingga nampak rapi.
Pada setiap sambungan ke peralatan harus menggunakan pipa fleksibel. Pada setiap belokan
pipa pelindung yang lebih besar dari 1 inchi harus menggunakan pipa fleksibel, belokan
harus dengan radius min. 15 x diameter kabel.
Kabel yang ada di atas harus diletakkan pada rak kabel dan warna kabel harus disesuaikan
dengan phasanya.
Semua kabel di kedua ujungnya harus diberi tanda dengan kabel mark yang jelas dan tidak
mudah lepas untuk mengindentifikasikan arah beban.
Setiap kabel daya pada ujungnya harus diberi isolasi berwarna untuk mengidentifikasikan
phasenya sesuai dengan PUIL.
Kabel daya yang dipasang di shaft harus dipasang pada tangga kabel (cable ladder), diklem
dan disusun rapi.
Setiap tarikan kabel tidak diperkenankan adanya sambungan.
Untuk kabel dengan diameter 16 mm² atau lebih harus dilengkapi dengan sepatu kabel
untuk terminasinya.
Pemasangan sepatu kabel yang berukuran 70 mm² atau lebih harus mempergunakan alat
press hidraulis yang kemudian disolder dengan timah pateri.
Untuk kabel feeder yang dipasang didalam trench harus mempergunakan kabel support
minimum setiap 50 cm.
Setiap pemasangan kabel daya harus diberikan cadangan kurang lebih 1 m disetiap
ujungnya.
16.33 PENGUJIAN TESTING
Sebelum semua peralatan utama dari system dipasang, harus diadakan pengujian secara
individual. Peralatan tersebut baru dapat dipasang setelah dilengkapi dengan sertifikat
pengujian yang baik dari pabrik pembuat dan LMK / PLN serta instansi lainnya yang
berwenang untuk itu. Setelah peralatan tersebut dipasang, harus diadakan pengujian
secara menyeluruh dari system untuk menjamin bahwa system berfungsi dengan baik.
Semua biaya yang timbul dari pelaksanakan pengujian menjadi tanggung jawab
Pelaksana Pekerjaan
Test meliputi :
Test Beban Kosong ( No Load Test ) Test Beban
Penuh ( Full Load Test )

E. PENERANGAN DAN STOP KONTAK


16.34 LAMPU DAN ARMATURENYA
Lampu dan armature harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang dilukiskan
dalam gambar-gambar elektrikal .
 Semua armatur lampu yang terbuat dari metal harus mempunyai terminal pentanahan
(grounding).
 Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi dengan
“Power factor correction capasitor” yang cukup kuat terhadap kenaikan temperatur
dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
 Life time lampu harus sesuai dengan spesifikasi teknis pabrik pembuat.
 Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu, sehingga
diperoleh derajat pemantauan yang sangat tinggi .
 Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal box harus cukup besar dan
dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak mengganggu
kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri
 Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempurna. Kabel-kabel dalam box harus
diberikan saluran atau klem-klem tersendiri, sehingga tidak menempel pada ballast
atau kapasitor . Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,5mm, dicat dasar tahan
karat, kemudian difinis dengan cat akhir dengan oven warna putih .
 Ballast dipergunakan single lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent ).
 Tabung Fluorescent harus dari merk philips type TLD dan warna nomor 54
 Armatur lampu pijar terdiri dari dudukan dan diffuser. Dudukan harus dari bahan
aluminium silicon alloy atau dari moulded plastic.
 Emergency Lighting pada pintu darurat dan tangga kebakaran memakai armatur
lampu khusus dengan built in battery. Battery dari nickel- cadmium battery dan harus
mampu beroperasi dengan menggantikan supply PLN selama dua jam.

16.35 STOP KONTAK BIASA


 Stop kontak biasa yang dipakai adalah stop kontak satu phasa, untuk pemasangan di
dinding dan pemasangan di lantai (floor outlet).
 Stop kontak dinding harus satu tipe untuk pemasangan rata dengan dinding dengan
rating 250 volt, 10 ampere.

16.36 STOP KONTAK KHUSUS (SKK)


Stop kontak khusus yang dipakai adalah stop kontak satu phasa untuk pemasangan rata
dinding dengan ketinggian 200 cm diatas lantai. SKK harus mempunyai terminal phasa,
netral dan pentanahan. SKK harus dilengkapi dengan saklar dan lampu dengan rating 250
Volt, 10 Ampere.

16.37. SAKELAR DINDING


Sakelar harus dari tipe untuk pemasangan rata dinding , Tipe rocker, dengan rating 250
Volt, 10 Ampere, single gangs atau multiple gangs (Grid Switches).

16.38 BOX UNTUK SAKELAR DAN STOP KONTAK


Box (end bow doos) harus dari bahan baja dengan kedalaman tidak kurang dari 35 mm .
Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan. Sakelar atau stop kontak dinding
terpasang pada box (end bow doos) dari plat dengan menggunakan baut. Pemasangan
dengan cakar yang mengembang tidak diperbolehkan .

16.39 KABEL INSTALASI


Pada umumnya kabel, instalasi penerangan dan instalasi stop kontak harus kabel inti
tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA atau NYY). Kabel harus mempunyai
penampang minimal dari 2 ½ mm2.
Kode warna insulasi kabel harus mengikuti ketentuan PUIL sebagai berikut :
Fasa - 1 : merah
Fasa - 2 : kuning
Fasa - 3 : hitam Netral : biru
Tanah (Ground) : hijau - kuning
Kabel harus dari merk Kabelindo, Kabel Metal, Tranka atau Supreme.

16.40 PIPA INSTALASI PELINDUNG KABEL


Pipa instalasi pelindung kabel yang dipakai adalah pipa GALVANIS tanpa ulir (high impact
GALVANIS ). Pipa , elbow, socket, juction box, clamp dan accessories lainnya, yaitu tidak
kurang dari 3/ 4” diameter. Pipa Fleksibel harus dipasang untuk melindungi kabel antara
kotak sambung (junction box ) dan armatur lampu.

F. INSTALASI AC
16.41 LINGKUP PEKERJAAN
Pengadaan dan pemasangan unit AC split (air cooled packed air conditioner) dari jenis
ceiling concealed duct connection type untuk semua tenant space.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan unit termasuk aksesorinya antara lain :
 Fan Coil Unit
 Condensing Unit
 Pemipaan refrigeran (liquid & gas) termasuk instalasinya.
 Pengisian refrigeran
 Control wiring
 Thermostat
 Vibration damper dan hanger / support
 Pemipaan kondensat termasuk isolasinya
 dan lainnya sehingga unit bekerja dengan sempurna.
Lingkup pekerjaan di dalam instalasi ini yang sesuai pada gambar perencanaan yang
melengkapi dokumen ini lengkap dengan air duct, diffuser/grille dimana supply diffuser
menggunakan jenis integrated light, air troffer yang disediakan oleh pihak lain/lingkup
pekerjaan listrik (electrical scope) kecuali return air permeter arca.

16.42 UMUM
 Bagian ini adalah untuk memasang AC unit dari tipe, ukuran dan kapasitas terlampir.
 Unit Fan dan bentuk coil harus sesuai dengan standard ARI 430-66 untuk Fan dan 410-
72 untuk coil.
 Seluruh unit dan perlengkapannya harus didukung dengan pengalaman, baik dalam
perencanaan maupun konstruksi dari peralatan yang sama dengan pembuat Air Cooled
Packeged Unit .
 Unit kondensing harus sesuai dengan penggunaan diluar ruangan.
 Sebelum melakukan pemesanan, kontraktor harus melengkapi data-data dari setiap
unitnya kepada konsultan untuk dimintai persetujuannya, sebagai berikut :
1. Katalog komplit dari pabrik pembuat.
2. Dimensi peralatan.
3. Data teknis (kapasitas pendingin, bentuk fan, curve sound power level, vibration
mounting).
4. Suku cadang.
 Pada seluruh unit haruslah dicantumkan nama pabrik pembuat, nomor serial ,
nomor model dan tanggal pembuatan .
 Kontraktor akan menyeleksi seluruh FCU dan seluruh komponen dan
perlengkapannya sesuai dengan gambar schedule peralatan.
 Seluruh unit dan perlengkapannya baik getaran maupun tingkat kebisingannya
harus seminimal mungkin pada saat pengoperasian, bila terjadi kelebihan dari standard
yang ditentukan . Kontraktor harus bertanggung jawab dengan memasang isolasi
getaran dan peredam suara sesuai dengan yang ditentukan oleh konsultan.
 Seluruh peralatan dan perlengkapannya seperti coil, drain pan, fan, motor
penggerak adjustable mounting motor, adjustable pitch pulley motor, vibration
mounting , fan belt condenser, fan compressor disupply dari satu pabrik pembuat dan
seluruh garansi, sertifikat uji kelayakan harus dikeluarkan untuk seluruh komponen.
 Compressor dari jenis rotary atau scroll.
 Filter dari jenis washabel type.

20.43 MATERIAL
a. Umum
Motor compressor, filter, DX Colling coil dan komponen lain serta pemeliharaan,
reparasi maupun penggantian suku cadang.
Grease fittings harus dilekatkan langsung pada bearing kecuali bila posisinya tidak
memungkinkan. Bila bearing dari peralatan tidak terlihat / sulit dijangkau haruslah
disiapkan celah yang memudahkan dalam melakukan grease fitting.
DX cooling unit coil haruslah terbuat dari tabung tembaga dan direkatkan secara
mekanis (mechanically bonded) dengan aluminium fins.
DX cooling coil haruslah disambung sedemikian rupa sehingga tidak ada udara yang
masuk kedalam coils, disekeliling perimeter pada setiap coil haruslah disertai
neoprene gasket.

b. Casing
Seluruh casing haruslah terbuat dari pelat galvanis kwalitas terbaik dan disiapkan
akses sehingga memudahkan dalam pelumasan dan pemeliharaan.
Seluruh panel disambung dan direkatkan dengan rubber gasket.
Seluruh alas dan reinforcing members haruslah dijaga agar tidak karatan.
Casing haruslah dibaut untuk memudahkan dalam penggantian dari masing-
masing unit componen. Seluruh mur, baut, skrup, dan lain-lain haruslah terbuat
dari baja tahan karat atau bright cadmium coated steel .
Seluruh sambungan pada casing haruslah disambung dengan kencang.
Seluruh unit haruslah diisolasi langsung dari pabrik dengan minimum ketebalan
dari high density rigid section fiberglass adalah 25 mm (atau mineral fibre lainnya
yang diakui) dan dilapisi dengan fibre cloth pada bagian luarnya untuk mencegah
erosi oleh aliran udara.
Casing dari condensing outdoor.

c. Air cooled split air condition.


Air cooled split air conditioner terdiri dari :
a. Outdoor (condenser) unit
b. Indoor (evaporator) unit
c. Pipa refrigerant
d. Pengkabelan (wiring)
e. Alat kontrol otomatis
BAB XVII
PEKERJAAN PENGASPALAN

17.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

27.1.1 UMUM

1) Uraian
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi tanpa bahan
pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat
harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal(seperti Semen
Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).

2. Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :
SNI 03-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan – Bahan Aspal
SNI 03-2434-1991 : Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
SNI 06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan – Bahan
Bitumen
SNI 03-3642-1994 : Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi
dengan Penyulingan.
SNI 03-3643-1994 : Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20
SNI 03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal
Emulsi
SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan
Aspal Emulsi dengan Alat Saybolt
SNI 06-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik
AASHTO :
AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt

ASTM :
ASTM D 244 : Standard Test Methode and Practices for
Emulsified Asphalts
Brirish Standards :
BS 3403 : Industrial Tachometers

4) Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja


Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan yang benar-
benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak boleh
dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan.
5) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi dan
tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang disemprot.
Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari bahan aspal yang
didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima asalkan penampilannya
kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya memenuhi ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah meresap
ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat ditunjukkan
dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga (porous). Tekstur
untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak boleh ada genangan atau
lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus yang cukup tebal sehingga mudah
dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi ketentuan
harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk pembuangan bahan
yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter material), atau penyemprotan
tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada Lapis Resap Pengikat harus segera
diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan agar lubang yang besar atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan
dipadatkan kembali atau penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali
Lapis Resap Pengikat.
6) Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :
a) Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa untuk
digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat-nya dan hasil
pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c), diserahkan sebelum
pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas-kan bahwa bahan aspal tersebut
memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat, seperti yang ditentukan pada Pasal

17.2. dari Spesifikasi ini.


b) Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat celup
ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan 6.1.3.(4) dari
Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari sebelum pelaksanaan
dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan meteran pengukur harus dikalibrasi
sampai memenuhi akurasi, toleransi ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam
Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi
satu tahun sebelum pelaksanaan dimulai.
c) Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi
ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.
d) Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan pelaburan
yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus memenuhi ketentuan Pasal
6.1.6 dari Spesifikasi ini.

7) Kondisi Tempat Kerja


a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih memungkinkan
lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas.
b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja (struktur,
pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena percikan aspal.
c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan.
d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas pencegahan dan
pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan pertama.
8) Pengendalian Lalu Lintas
a) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila lalu lintas
yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang baru dikerjakan,.
17.3. BAHAN
1) Bahan Lapis Resap Pegikat
a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang
memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat
menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui.
Aspal emulsi harus mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan
pelarut) tidak kurang dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari
80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang
diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi
dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan
dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas lapis pondasi atas yang
telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi
Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus
dari 80 – 85 bagian minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph – 85 pph) kurang
lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).
b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus sesuai
dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk
lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal emulsi anionik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat asam (bermuatan positif). Bila ada
keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau batu
pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau bahan
organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8” (9,5 mm) dan tidak
lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).
2) Bahan Lapis Perekat
a) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-6932-
2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan
aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian
aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan..
b) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20,
diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph – 30
pph).
Jika digunakan aspal emulsi modifikasi, jenis aspal emulsi yang digunakan adalah jenis
kationik reaksi cepat (rapid setting). Bahan modifikasi yang digunakan haruslah latex
dengan kandungan karet kering minimum 60 %. Kadar bahan modifikasi dalam aspal
emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal
emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi yang
digunakan (CRS-1) yang digunakan harus memenuhi Tabel

Tabel 17.3. Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi

No. Pengujian Metode Persyaratan


1. Viskositas Aspal pada 50 oC, SSF SNI 03-6721- 20 – 100
(detik) 2002
2. Pengendapan 5 hari (% berat) ASTM D 244 Maks 5
3. Stabilitas Penyimpanan 24 jam ASTM D 244 Maks 1
(% berat)
4. Analisa Saringan (tertahan SNI 03-3643- Maks 0,1
saringan no. 20) (% berat) 1994
5. Muatan Partikel SNI 03-3644- Positif
1994
6. Sisa (residu) Minimum SNI 03-3642- Min 60
Destilasi (%) 1994
7. Destilasi Minyak (% volume) SNI 03-3642- Maks 3
1994
8. Pengujian dari hasil pengujian
destilasi: SNI 06-2456- 100 – 200
- Penetrasi 1991 Min 48
- Titik Lembek (oC) SNI 06-2434- Min 50
- Daktilitas (cm) 1991 Min 97,5
- Kelarutan dalam Toluene (% SNI 06-2432-

berat) 1991
ASTM D5546
c) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal, gunakan
aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau berbahan
pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada keraguan atau bila bila aspal
emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.
17.4. PERALATAN
1) Ketentuan Umum
Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan
yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.
2) Distributor Aspal - Batang Semprot
a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh
maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh
melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
b) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata dapat
disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan, pada takaran
yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter persegi.
c) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat
mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal.
Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang pada jarak
yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga harus dilengkapi pipa semprot tangan.

17.5. PELAKSANAAN PEKERJAAN


1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada
permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan
perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari
Spesifikasi ini.
b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan pada
perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai
dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi
ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
c) Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada
Pasal 6.1.2.1. dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu
pada Pasal 6.1.2.2.
d) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a) dan
butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan
ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih, penyapuan tambahan
harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
f) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan dari
permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui
atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian yang telah digaru tersebut
harus dicuci dengan air dan disapu.
h) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus,
permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.
i) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

17.6. PEMELIHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINTAS


1) Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat
a) Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.1.(5) dari
Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya hanya dapat
dihampar setelah bahan resap pengikat telah meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi
dan telah mengeras.
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu penundaan harus
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan minimum dua hari dan tak boleh
lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan
lapis pondasi yang digunakan.
b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan mengering
serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu
lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak boleh kurang dari empat
jam setelah penghamparan Lapis Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter
material) yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi
ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus disebar
dari truk sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum tertutup
agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur yang sedang dikerjakan yang
bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebarnya
paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat,
atau jika sampai tertutup harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang
dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan
aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup
harus dilaksanakan seminimum mungkin.
2) Pemeliharaan dari Lapis Perekat
Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum penghamparan lapis aspal
berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan
beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang kelengketannya
melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu
lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu lintas. Pemberian kembali
lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat telah mengering sehingga
hilang atau berkurang kelengketannya.
Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba dengan
menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum lapis beraspal
dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian kembali lapis
perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat terkena hujan lebih dari 4 jam.

21.7. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN


a) Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(6).(a) dari
Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan.
b) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor
aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir
penyemprotan.
c) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.3.(6)
dari Spesifikasi ini sebagai berikut :
i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut;
ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000 liter,
dipilih yang lebih dulu tercapai;
iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.
d) Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan.
Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan,
termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran
pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.10 seperti
terdapat pada Gambar.
21.8. CAMPURAN BERASPAL PANAS
UMUM
1) Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata,
lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan
aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran, serta menghampar
dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah
disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan
memanjang yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan
keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.

2) Jenis Campuran Beraspal


Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada Gambar
Rencana.
a) Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B
Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua jenis
campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada tebal nominal
minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan filler agar memenuhi
kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

b) Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)


Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari dua jenis
campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRSWearing Course, HRS-WC)
dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19 mm. HRS-Base
mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar daripada HRS - WC.
c) Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)
Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis campuran,
AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC) dan AC Lapis
Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran adalah 19
mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC yang menggunakan bahan Aspal
Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal Alam atau Aspal Multigrade disebut
masing-masing sebagai AC-WC Modified, AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.
4) Tebal Lapisan dan Toleransi
a) Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti"
(core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
b) Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai tebal
rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.
c) Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi AMP.
d) Tebal aktual hamparan lapis beraspal individual yang dihampar, harus sama
dengan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana dengan toleransi yang
disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).f).
e) Bilamana campuran beraspal yang dihampar lebih dari satu lapis, tebal masing-
masing tiap lapisan campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal nominal minimum
rancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.3.1.(1) dan toleransi masing-masing
yang disyaratkan dan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana.
f) Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran Beraspal :
 Latasir tidak kurang dari 2,0 mm,
 Lataston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm
 Lataston Lapis Pondasi tidak kurang dari 3,0 mm
 Laston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm
 Laston Lapis Antara tidak kurang dari 4,0 mm
 Laston Lapis Pondasi tidak kurang dari 5,0 mm
 Tabel 21.8.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran beraspal

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal


Minimum
(cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Latast Lapis Aus HRS-WC 3,0
on Lapis HRS-Base 3,5
Pondasi
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis Antara AC-BC 6,0
Lapis AC-Base 7,5
Pondasi
BAB XVIII
PEKERJAAN MEKANIKAL

A. PEKERJAAN PLUMBING
18.1 UMUM
1. Lingkup Pekerjaan
Spesifikasi ini melingkupi kebutuhan untuk pelaksanaan pekerjaan Plambing,
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar rencana tetapi tidak terbatas pada :
Pengadaan dan pemasangan seluruh pekerjaan pipa dan perlengkapan -
perlengkapannya, termasuk fitting , hanger, valves, penggalian, pengurugan
kembali, bak kontrol dan lain-lain Pengadaan dan pemasangan pompa-pompa air
bersih, air kotor, air hujan.
Pengadaan dan pemasangan sewage treatment plant.
Pengetesan seluruh pekerjaan plambing yang telah terpasang terhadap kebocoran
kebocoran, sebagaimana yang dipersyaratkan dalam buku spesifikasi ini.
Melakukan pekerjaan pemeliharaan, selama masa pemeliharaan yang bila tidak
ditentukan lain adalah selama 180 hari kalender setelah serah terima pertama.

1. Koordinasi
Adalah bukan tujuan dari spesifikasi ini, ataupun gambar rencana untuk
menunjukkan secara detail berbagai item pekerjaan dari peralatan-peralatan dan
penyambungan- penyambungannya. Pemborong harus melengkapi dan memasang
seluruh peralatan- peralatan yang dibutuhkan untuk melengkapi pekerjaan .
Gambar-gambar rencana menunjukkan tata letak secara umum dari peralatan,
pemipaan, fixtures dan lain-lain. Lokasi yang ditujukan adalah merupakan posisi-
posisi perkiraan, Pemborong harus menyesuaikan tata letak tersebut sebagaimana
yang dibutuhkan untuk mendapatkan pemasangan- pemasangan yang sempurna
dari peralatan-peralatan tersebut.
Setiap pekerjaan yang disebutkan dalam spesifikasi ini, tapi tidak ditunjukkan dalam
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang seperti pekerjaan lain yang
disebut oleh spesifikasi dan ditunjukan oleh gambar.

2. Kualifikasi
Untuk pemasangan dan pengetesan pekerjaan- pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pekerja-pekerja dan supervisor yang benar- benar ahli dan berpengalaman
.Direksi pengawas dapat menolak atau menunda pelaksanaan suatu pekerjaan, bila
dinilai bahwa pelaksanaan tersebut tidak terampil / tidak berpengalaman.

3. Pengajuan-pengajuan
Dalam waktu paling lambat 35 hari kalender setelah kontrak pemborong harus
mengajukan :
Material list dari seluruh item peralatan yang akan dipasang .
Shop drawing yang menunjukan secara detail pekerjaan-pekerjaan/ pemasangan
peralatan dan pemipaan, penyambungan dengan pekerjaan- pekerjaan lain atau
pekerjaan- pekerjaan yang sulit dilaksanakan . Ataupun perubahan-perubahan atau
modifikasi yang disusulkan terhadap gambar rencana.
Prosedur pemasangan yang dikeluarkan oleh pabrik (jika ada) dari peralatan-
peralatan yang akan dipasang.
Contoh- contoh material (brosur- brosur untuk peralatan- peralatan yang besar)
dari material / peralatan yang akan dipasang.

4. Review
Direksi pengawas akan memeriksa (mereview) pengajuan-pengajuan dari Pemborong
dan memberi komentar atas hal tersebut. Pemborong harus memodifikasi/merevisi
pengajuannya sesuai dengan komentar Direksi Pengawas, sampai didapat persetujuan
dari Direksi Pengawas.
Standard dan Code
Kecuali ditentukan lain dalam gambar rencana , maka pada pekerjaan ini berlaku
peraturan- peraturan sebagai berikut :
a Pedoman Plambing Indonesia - Departemen Pekerjaan Umum. b Perda no VII tahun
1991.
b. Peraturan-peraturan tentang instalasi air minum dari PAM d Material Plumbing
Code.

7. Gambar Instalasi Terpasang dan Petunjuk Operasi


 Apabila pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan telah serah terima pertama
Pemborong wajib menyerahkan gambar-gambar instalasi terpasang sebanyak 3 set
cetak biru dan 1 set transparant.
 Pemborong juga berkewajiban untuk menyerahkan 3 set petunjuk operasi dan
maintenance dari system yang dipasang.

18.2 SYSTEM
1. System Air Bersih
Air bersih dari PDAM ditampung didalam domestic water tank, kemudian dipompakan
ke roof tank untuk didistribusikan. System distribusi air bersih yang digunakan adalah
sistem gravitasi untuk lantai 1, sedangkan untuk lantai teratas distribusi air bersih dari
roof tank dibantu dengan menggunakan booster pump .

2. Air Kotor
Air kotor dari toilet , ditampung dialirkan ke saluran kota

18.3 PERSYARATAN MATERIAL DAN BAHAN


 Pipa-pipa dan fitting air bersih utama maupun pipa-pipa cabang untuk distribusi air
sampai ke fixture-fixture, baik yang ditanam di dalam tanah atau ditempatkan di
ataslangit-langit , dibuat PVC AW dari Wavin sesuai gambar
 Union dari bahan “Malleable Iron”.
 Bak kontrol harus dibuat dari beton bertulang yang dilengkapi dengan tutup beton
yang dapat dengan mudah dibuka.
 Pipa-pipa pembuangan air kotor dan air bekas sanitair dari fixture sampai pipa vertikal
yang terletak pada shaft plambing , dibuat dari PVC dengan tekanan kerja nominal 10
kg / cm2.
 Pipa-pipa dan fitting untuk vent dibuat dari PVC dengan tekanan kerja 5 kg / cm2
 Setiap bahan pipa (satu panjang utuh), fitting, fixture dan peralatan-peralatan yang
akan dipasang pada instalasi ini, harus mempunyai tanda-tanda merk yang jelas dari
pembuatnya. Pipa, fitting dan fixture yang tidak mempunyai tanda-tanda tersebut
harus diganti atas tanggung jawab Pemborong.

18.4 PERSYARATAN PELAKSANAAN/ PEMASANGAN


a. Selama pemasangan berjalan, Pemborong harus menutup setiap ujung pipa yang
terbuka untuk mencegah masuknya tanah, debu, kotoran dan lain-lain.
b. Semua sambungan/cabang dari pipa pembuangan air kotor (sanitair) harus dibuat
dengan cabang Y, dengan sambungan lem . Pipa mendatar untuk air kotor mempunyai
kemiringan minimal 1% dan maksimal 1. 5 %
c. Semua sambungan yang menghubungkan pipa-pipa dengan diameter yang berbeda,
harus menggunakan “Reducing Fitting”, sedapat mungkin harus digunakan
belokanbelokan dengan “Long Radius Elbow”. Belokan- belokan dari jenis “Short
Radius Elbow” hanya boleh digunakan apabila kondisi setempat tidak memungkinkan
digunakan belokan jenis long radius, dan Pemborong harus memberitahukan hal ini
pengawas. Fitting atau alat-alat lain yang akan menimbulkan tahanan aliran yang tidak
wajar tidak boleh digunakan .
d. Sleeve untuk pipa-pipa harus dipasang dengan baik setiap kali pipa tersebut menembus
konstruksi beton .
e. Sleeve harus mempunyai ukuran yang cukup dengan ketebalan minimal 0, 2 cm dan
memberikan kelonggaran kira-kira 1 cm, pada masing-masing sisi diluar pipa ataupun
isolasinya.
f. Sleeve pada dinding terbuat dari pipa PVC kelas AW.
g. Semua pipa harus DIIKAT/ditetapkan dengan kuat dengan penggantung atau angkur
yang dipergunakan harus cukup kokoh (rigid). Pipa-pipa tersebut baik untuk air
bersih, maupun air kotor harus ditumpu untuk menjaga, agar tidak berubah
tempatnya, inklinasinya harus tetap, untuk mencegah timbulnya getaran, dan harus
dipasang sedemikian sehingga memungkinkan konstruksi dan ekspansi pipa oleh
perubahan temperatur. Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang
dapat diatur (adjustable) dengan jarak maksimum antara pipa adalah:
Dia 25 maksimum 2 m
Dia 40 maksimum 2. 5 m
Dia 50 maksimum 3 m
Dia 80 maksimum 3. 5 m
Dia 100 maksimum 4 m
Dia 150 maksimum 5 m
h. Pemborong harus mengajukan konstruksi dari penggantungnya untuk disetujui oleh
Pengawas.
i. Penggantung ataupun penumpu pipa harus ditetapkan (terikat) pada konstruksi
bangunan dengan “Insert” yang dipasang pada waktu pengecoran beton atau
penembakan , atau dengan baut tembak (ramset bolt).
j. Pipa vertikal harus ditumpu dengan klem paling jauh dengan jarak tidak lebih dari 3
m
k. Penggantung / penumpu pipa dan peralatan-peralatan logam lainnya yang akan
tertutup oleh tembok atau bagian bangunan lainnya harus dilapisi terlebih dahulu
dengan zinc chromate primer atau cat penahan karat.
l. Semua pipa dari besi / baja yang dilapisi dengan “tar” (tar coated) harus dicat dengan
dua lapis “Shellac” dan dua lapis cat minyak (oil paint).
m. Semua pipa-pipa yang terlihat (exposed) dan tidak dilapis chromium atau nickel harus
dapat dikenali dengan memberi cat yang warnanya berbeda-beda, sesuai standard yang
umum .
n. Pada setiap cabang utama pipa air bersih yang disambungkan ke pipa tegak pada shaft
untuk setiap lantai, harus dilengkapi dengan katup-katup untuk mengisolir setiap
cabang dari keseluruhan sistem, agar dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang perlu
untuk Fixture pada lantai tersebut tanpa mengganggu pelayanan air pada lantai-
lantai yang lain.
o. Insert harus tertanam dengan baik dalam dinding atau lantai dan rata dengan
permukaan akhir (finish) dari dinding atau lantai tersebut, dan setelah alat-
alat tersebut terpasang insert harus tidak kelihatan.
p. Lokasi yang tepat dari peralatan sanitair, fixture- fixture, floor drain dan roof
drain, pipa-pipautama dan pipa-pipa cabang harus diperiksa sesuai dengan gambar-
gambar perencanaan mekanikal dan arsitektur, dan sesuai dengan ukuran - ukuran
yang diberikan oleh pabrik pembuat alat-alat tersebut.
q. Apabila digunakan baut tembus harus dipasang pelat penahan pada sisi yang lain dari
dinding atau lantai tersebut .
r. Galian pipa-pipa dalam tanah harus dibuat dengan kedalaman dan kemiringan yang
tepat.
s. Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata sehingga seluruh panjang pipa terletak
/ tertumpu dengan baik.
t. Pipa-pipa dalam tanah harus dilindungi pasir dibagian bawah maupun atasnya setebal
minimal 10 cm . Setelah pipa dipasang pada lubang galian setelah diperiksa oleh
Pemberi Tugas atau wakilnya yang ditunjuk, semua kotoran harus dibuang dari lubang
galian ditimbun dengan baik dengan tanah bekas galian tersebut atau dengan bahan
lain yang disetujui.
u. Penimbunan lubang galian harus sedemikian hingga tidak mengganggu/ merubah
letak pipa .
v. Semua bagian logam yang tidak terlindung dinding harus bebas dari lemak dan kotoran
kotoran lainnya. Semua bagian yang dilapisi chromium atau nickel harus digosok
bersih / mengkilap setelah selesai pemasangan instalasi. Semua bagian pipa, katup-
katup, alat-alat dan lain-lainnyaharus dibersihkan dari lemak, lupur dan kotoran-
kotoran lainnya yang telah terbawa masuk .

18.5 PENGUJIAN DAN PENGETESAN


a Pengujian dan Pengetesan System Air Kotor
 Seluruh sistem pembuangan air harus mempunyai lubang-lubang yang dapat
ditutup (plugged) agar seluruh sistem tersebut dapat diisi dengan air sampai lubang
“Vent” tertinggi .
 Sistem tersebut harus dapat menahan air yang diisikan seperti tersebut diatas,
minimal selama 6 (enam) jam tanpa ada penurunan level muka air dalam pipa.
 Apabila dan pada waktu Pengawas menginginkan pengujian lain disamping
pengujian diatas, pemborong harus melakukannya tanpa tambahan biaya .

b. Pengujian Sistem Distribusi Air


 Setelah “Roughing-in” selesai dipasang dan sebelum memasang “Fixture -
fixture”,seluruh sistem distribusi air harus diuji dengan tekanan hidrostatik sebesar
satu setengah kali tekanan kerjanya (working pressure) dan dibiarkan dalam kondisi
ini selama paling kurang 6 (enam) jam tanpa mengalami penurunan tekanan .
 Apabila sesuatu bagian dari instalasi akan tertutup oleh tembok atau konstruksi
bangunan lain maka bagian dari instalasi tersebut harus diuji dengan cara sama
seperti diatas, sebelum ditutup dengan tembok atau bagian bangunan tersebut .

a. Kerusakan dan Kegagalan Uji


 Apabila pada waktu pemeriksaan atau pengujian ternyata ada kerusakan atau
kegagalan dari suatu bagian dari instalasi atau bahan dari instslasi, maka
pemborong harus mengganti bagian atau bagian yang rusak atau gagal tersebut dan
pemriksaan/pengujian dilakukan lagi sampai dapat diterima oleh pengawas.
 Penggantian atas bagian pipa atau bahan yang gagal/rusak tersebut harus dengan
pipa atau bahan yang baru. Penambahan (Caulking) dengan bahan apapun tidak
diperkenankan.

b. Desinfeksi
 Pemborong harus melaksanakan pembilasan dan desinfeksi dari seluruh instalasi
air, sebelum diserahkan kepada Pemberi tugas .
 Desinfeksi dilakukan dengan memasukkan larutan “Chlorine” ke dalam system pipa,
dengan cara/ metoda yang disetujui pemberi tugas. Dosis Chlorine adalah sebesar
50 ppm (parts per million).
 Setelah 16 jam, seluruh sistem pipa tersebut harus dibilas dengan air bersih,
sehingga kadar chlorine menjadi tidak lebih dari 0, 2 ppm .
 Semua katup dalam sistem pipa yang sedang mengalami proses desinfeksi tersebut ,
harus dibuka dan ditutup beberapa kali selama jangka waktu 24 jam tersebut diatas.
B. PEKERJAAN PEMIPAAN
18.7 PERSYARATAN UMUM
a. Pemborong harus membuat jadwal/schedule waktu yang terperinci untuk
setiap pekerjaannya dan diserahkan kepada pemilik proyek/Pengawas/ Perencana
atau pihak yang ditunjuk untuk mendapatkan persetujuannya.
b. Pemborong harus melaporkan hasil kemajuan peker-
jaannya setiap minggu serta perbandingannya dengan jadwal yang telah tersusun.
Bilamana terjadi perbedaan harus disertakan juga alasan-alasan serta cara-
cara penanggulangannya.
c. Bagi setiap tahap-tahap instalasi yang telah selesai dikerjakannya Pemborong harus
mendapatkan pernyataan tertulis dari pihak pemilik proyek/Pengawas/
Perencana dan pihak yang ditunjuk bahwa tahap instalasi ini telah selesai
dikerjakan sesuai dengan persyaratan yang ada. Tahap-tahap instalasi ini ditentukan
kemudian berdasarkan jadwal perincian wakta yang diserah kan oleh Pemborong.
d. Di dalam setiap pelaksanaan pengujian, balancing dan trial run sistem instalasi ini
haruslah pula dihadiri pihak pemilik proyek/Pengawas /Perencana dan Ahli
serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Untuk ini hendaklah diberikan pula
sertifikat pernyataan hasil pengujian oleh yang berwenang memberikannya.
e. Pemborong wajib melaporkan kepada pemilik proyek/Pengawas/ Perencana atau
Ahli yang ditugaskan bilamana sekiranya terjadi kesulitan atau gangguan-
gangguan yang mungkin ada.
f. Air kerja dan listrik kerja untuk keperluan test merupakan tanggung Pemborong
dan sudah termasuk dalam item penawarannya.
g. Lapangan yang dipergunakan setiap hari harus dibesihkan setelah selesai bekerja.
Pemborong hendaknya menghubungi pihak-pihak lain untuk koordinasi
pembersihan lapangan.
h. Segera setelah Kontrak selesai maka Pemborong harus memindahkan semua sisa
bahan pekerjaannya dan peralatannya kecuali yang masih diperlukan selama
pemeliharaan.

18.8 PERSYARATAN MATERIAL


Bahan, material, peralatan yang tidak disertai dengan data lengkap (Brosur), tidak di
Izinkan untuk dipasang dan harus diganti yang baru.
Sistem Instalasi Air Bersih
a. Pengadaan dan pemasangan instalasi pipa serta kelengkapannya dari Tanki Air ke
Instalasi dalam
b. Pengadaan pipa distribusi dan kelengkapannya (fitting, valve dan lain-lain) serta
pemasangan dan pengujian instalasinya.
c. Pembersihan pipa (flushing) dengan menggunakan aliran air yang bertekanan dengan
pompa yang disediakan oleh Kontraktor.
d. Pengujian system instalasi air bersih terhadap kebocoran pada seluruh system jaringan
pipa dari setiap lantai dengan pengujian tekanan hidrolik yang dilakukan secara
bertahap pada setiap lantai, kemudian dilanjutkan secara keseluruhan setelah jaringan
pipa terpasang semuanya.
e. Pengujian system instalasi air bersih secara keseluruhan dan mengadakan pengamatan
sampai system itu bekerja dengan baik dan aman (sesuai perencanaan)
f. Pengadaan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menangani plambing beserta
kelengkapannya Sistem Instalasi Air Buangan dan Air Kotor

18.9 PERSYARATAN PEMASANGAN


18.9.1 Sistem Penyambungam Pipa
1.) Pipa Air Bersih
Memakai sambungan ulir/secrewed atau las untuk pipa berdiameter 32 mm ke
bawah dan menggunakan sambungan flanged untuk diameter pipa 75 mm
ke atau dari bahan yang sesuai dengan jenis bahan pipanya.
Pembuatan ulir harus dengan peralatan tap dan dies berpresisi tinggi (bermesin)
pada sambungan ulir yang sering kali dibuka harus dipasang water mour.
Sambungan flanged dilakukan pada setiap belokan dan pada setiap dua batang pipa
pada pipa lurus.
Untuk memperkuat terhadap kebocoran penyambungan pipa dengan ulir harus
terlebih dulu diberi lapisan red lead cement atau pintalan khusus dari asbes.
Sedangkan untuk sambungan flanged harus dilengkapi rubber set/ring seal dari
karet secara homogen.

2). Pipa Air Kotor/Buangan, Air Hujan dan Ventilasi :


Memakai sistem lem/solvens cemend untuk pengikatnya terutama untuk pipa-pipa
cabang atau pipa yang berdiameter kecil.
Sistem penyambungan uPVC harus memenuhi standard JIS 101 1967 dimana
untuk ukuran nominal pipa 50 mm kebawah menggunakan solvens cement dan
untuk pipa 65 mm keatas menggunakan solvens cement Joint.
Khususnya untuk pemakaian di-lapangan (site) jumlah maupun takaran solvens
cement harus memenuhi antara lain :
Pada penggunaan pipa 50 mm kebawah dipakai minimaì sebanyak 20 gram
pada setiap penyambungan.
Untuk pemipaan 65 mm keatas dipakai bahan solvens cement minimal
sebanyak 120 gram pada setiap penyambungan.
Pemakaian bahan perekat pada sistem penyambungan pipa uPVC ini harus
benar-benar mengikuti petunjuk pabrik dan minimal pada pelaksanaannya
dilapangan Kontraktor harus menyertakan tenaga ahli/supervisor dari pabrik
pembuatnya.
Sistem penyambungan pipa induk dan pipa cabang (Jointing pipe) uPVC
menggunakan sistem Flanged diberi rubber ring set gasket dan di-bout .Hal ini
berlaku pula untuk sistem pencabangan pipa air hujan dan ventilasi.

b. Penggantung / Penumpu Pipa


Semua pipa harus diikat/ditetapkan dan dibout dengan kuat lengkap dengan
penggantung atau angker yang kokoh (rigid) agar inklinasinya tetap untuk
mencegah timbulnya getaran Standard merk yang dipersyaratkan harus buatan
pabrik .
Pipa horizontal harus digantung dengan penggantung yang dapat diatur
dengan jarak maksimum tidak lebih dari 2,0 meter.
Pipa-pipa yang menembus dinding harus diberikan Sleeve dengan rongga 10 mm.
Rongga pipa karena adanya sleeve harus diberi bahan khusus rubber eal yang
elastis.
Pemasangan pipa harus rata dan rapih serta rigid baik untuk pipa horizontal
maupun untuk sistem pemipaan vertikal.
Untuk mencegah getaran pada penggantung harus dipakai dudukan terbuat dari
karet getas.
Penggantung atau penumpu pipa adalah product pabrik dan harus disekrup/terikat
pada konstruksi bangunan dengan insert angker yang dipasang pada waktu
pengecoran beton atau dengan Ramset.
Pipa-pipa ditumpu dengan clem clam dan dibuat dengan jarak tidak lebih
dari 250 cm untuk setiap clam.

c. Pemasangan Fixtures, Fitting dan sebagainya


Semua fixture harus dipasang dengan baik dan di dalamnya bebas dari kotoran
yang akan mengganggu aliran atau kebersihan air dan harus terpasang dengan
kokoh (Rigid) ditempatnya dengan tumpuan yang mantap.
Semua fixtures, fitting, pipa-pipa air dilaksanakan harus rapi tidak
mengganggu waktu pemasangan-pemasangan/dinding porselen dan sebagainya.
Dengan pemasangan fixtures yang baik dan serasi juga kuat kedudukannya
untuk komponen misalnya fixtures, fittings dan sebagainya.
Kontraktor bertanggung jawab untuk melengkapi komponen tersebut di dalam
kelengkapan jaringan instalasi tersebut.
Untuk pipa-pipa yang tekanan airnya tinggi/pipa induk dipasang balok-balok dari
beton dengan campuran yang kuat dan dipasang setiap ada sambungan pipa, tee,
elbow, valve dan sebagainya.

d. Pipa-pipa Dalam Tanah


Galian pipa dalam tanah harus dibuat dengan ke dalamam 60 cm untuk pipa
diameter 100 mm ke bawah dan 80 -100 cm untuk pipa diameter 125 mm keatas.
Dasar lubang galian harus cukup stabil dan rata
sehingga seluruh panjang pipa terletak tertumpu dengan baik.
Untuk pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air
buangan tidak boleh diletakkan pada lubang-lubang yang sama.
Setelah pipa dipasang pada lubang galian dan
setelah diperiksa oleh Pengawas/Perencana yang ditunjuk semua kotorar dibuang
dari lubang galian ditimbun kembali dengan baik pasir urug atau tanah bekas
galian atau dengan bahan yang di tentukan Pengawas/Perencana dengan
mendapatkan izin tertulis.
Patokan/pedoman yang dipakai untuk dalamnya galian adalah diukur dari garis
tengah pipa (as pipa) sampai kepermukaan jalan/tanah asli atau bila tidak akan
digunakan ketentuan-ketentuan persyaratan minimal menurut buku petunjuk
Pedoman Plumbing Indonesia Tahun 1971 untuk dalamnya galian.
Pipa-pipa yang melewati jalan ditambah lapisan beton tebal 10 cm.
Harus dibuat tanda-tanda dari balok beton atau tanah untuk memudahkan
Indentifikasi pipa di dalam tanah.

18.10 PENGUJIAN/PENGETESAN
a. Sebelum dilakukan pengujian terhadap pemipaan ke seluruh jaringan distribusi air
bersih ke tiap-tiap bangunan, Pemborong diwajibkan untuk melakukan pengujian
secara parsial terhadap perlalatan utama (pompa-pompa, panel listrik, dan panel
kontrol, pressure tank, dll.).
Pengujian yang harus dilakukan minimum antara lain : putaran pompa, arus kerja
motor, cut-in/cut-off Pressure Tank.
Hasil pengujian ini, harus dicatat dan dilaporkan kepada Pengawas/MK untuk
dimintakan persetujuannya.
b. Bersama-sama Pengawas/MK, Pemilik Proyek dan Perencana, Pemborong diwajibkan
untuk melakukan pengujian terhadap performasi peralatan utama dengan sistem telah
di fungsikan secara penuh.
Pengujian ini meliputi : kapasitas pompa, arus kerja motor, kerja Pressure Tank,
tekanan air pada fixture terjauh, dan lain-lain.
Hasil pengujian ini, harus dicatat dan dilaporkan kepada Pengawas/MK untuk
dimintakan persetujuannya.
c. Sebelum dipasang fixtures-fixtures seluruh sistem distribusi air harus diuji dengan
tekanan 10 kg/cm² untuk pipa air bersih sedangkan untuk pipa air kotor
dengan tekanan 5 kg/cm² tanpa mengalami kebocoran dalam waktu minimum 24
jam tekanan ter sebut tidak turun/berubah. Pada prinsipnya pe ngetesan dilakukan
dengaa cara bagian demi bagian dari panjang pipa maximum 150 meter.
d. Biaya pengetesan serta alat-alat yang diperlukan adalah menjadi tanggung jawab
Pemborong/Kontraktor Pengetesan pipa harus dilaksanakan dengan disaksikan oleh
pemilik proyek/Pengawas/Perencana dan selanjutnya apabila telah diterima/
memenuhi syarat akan dibuatkan Berita Acaranya.

18.11 MERK YANG DIGUNAKAN


Pipa
a. Pipa saluran air bersih dari Tangki air atas kedalam gedung Diameter pipa seperti yang
ditunjukkan dalam gambar dan terbuat dari bahan PVC Class AW.
b. Pipa di dalam Gedung
Diameter pipa antara dia. 1” s/d dia. 3” baik pipa utama maupun pipa cabang terbuat
dari bahan PVC Diameter pipa ¾” kebawah yaitu pipa cabang menuju ke Fixture unit
terbuat dari bahan PVC
Accessories
Fitting harus terbuat dari material yang sama dengan material pipa yaitu PVC
System Instalasi Air Buangan Pipa
Semua pipa dan air buangan harus ada pipa vent yang terdapat didalam gedung,
demikian pula dengan pipa dari
Bak kontrol terbuat dari bahan PVC class AW, dari buatan WAVIN atau yang setara, yang
disetujui Konsultan Pengawas/ Direksi lapangan.
Semua pipa PVC, pipa penyambung, joint, fitting, adalah PVC kelas AW (heavyduty) seri
s 12,5 memenuhi Standard SII, berasal dari Pabrik yang sama, Produk WAVIN atau
setara, ukuran sesuai gambar rencana.
Katup dan Strainer, katup penutup harus jenis Gate Valve dipasang setiap titik air
sebelum masuk ke bangunan atau sesuai gambar.
Accessories
Semua fitting harus terbuat dari bahan yang sama dengan pipa, yaitu PVC Class 5 Bar
Semua Floor Drain dan Clean Out terbuat dari bahan Stainless Steel sesuai dengan
daftar merk.
Alat Sanitary
Pekerjaan Alat sanitair Pemasangan Kloset Jongkok, kloset duduk dan Washtafel yang
digunakan adalah sekualitas merk ‘TOTO”
Bak mandi yang digunakan adalah bak mandi fiber yang dilapisi pasangan bata dan
finnish pasangan keramik warna digunakan sesuai dengan warna dinding
KM/WC,bak mandi dilengkapi dengan Clean Out dari bahan pipa dan dop
galvanis,ukuran bak mandi sesuai gambar.
Floor Drain dipasang pada setiap KM/WC seperti ditunjukan dalam gambar,kualitas
yang disyaratkan adalah yang memenuhi standard SSI.
Kran dan stop kran yang digunakan adalah Kran logam lapis vernikel setara INA,
standar SII, setiap kran dipasang pada tempat ketinggian seperti yang ditunjuk pada
gambar rkerja.Stop krasn dipasang pada pipa diluar bangunan sebelum masuk
kejaringan pemakai dengan penempatan sesuai gambar kerja.
Septiktank dibuat dari pasangan bata/beton dengan adukan 1pc : 3psr bagian dalam
septiktank diplester luar dalam dengan adukan yang sama,kemudian diaci dengan
adukan semen.Septiktank ditutup dengan plat beton bertulang adukan 1pc;2psr;3kr
dan dilengkapi dengan pelepas bau dari bahan galvanis dia 1” dengan ketinggian
minimal 2,5 m Bak Resapan dibuat dari pasangan bata dan pipa-pipa PVC 4” yang
berlubang ukuran sesuai gambar Pekerjaan Instalasi Air Bersih.
Seluruh Instalasi Air Bersih untuk di luar dan dalam bangunan menggunakan PIPA
PVC klas AW, semua pemipaan dalam banguan dipasang secara
inbow,pelaksanaannya harus dikerjakan oleh orang yang ahli dalam bidangnya,
sehingga kebocoran-kebocoran yang mungkin terjadi dat dihindari. Sistim
pemasangan pipa adalah ditanam (pada dinding)/bawah lantai.
Untuk pemipaan diluar bangunanyang ditanam harus diberi pasir minimum 10 cm
disekelilingnya dan apabila terjadi persilangan dengan jalan maka kedalaman pipa
minimal 60 cm dari atas jalan.
c. Pekerjaan Instalasi Air kotor
Seluruh instalasi air kotor menggunakan pipa PVC kelas AW sekualitas WAVIN,Air kotor
dari kloset Menggunakan pipa 4” yang langsung dialirkan ke bak control dan
diteruskan ke septiktank.Instalasi air kotor dari Floordrain/Washtafel menggunakan
pipa dia 2” yang dialirkan ke bak resapan atau kesaluran pembuangan yang ada.
d. Pekerjaan Saluran Pembuang Air Hujan
Saluran pembuang air hujan terbuat dari pasangan Grevel beton U dia30 cm
diperkuat dengan ban dari pasangan batu/bata adukan 1pc;3ps dan pada tempat–
tempat tertentu dipasang bak penampungan pasir/bak control yang terbuat dari
pasangan bata adukan 1pc;3ps
Permukaan Bak penampungan dan ban penggapit saluran yang terlihat harus
diplester dan diaci dengan semen
Kemiringan saluran minimal 1% dan dibuat sedemikian rupa sehingga air dapat
mengalir tanpa hambatan.
BAB XIX
PEKERJAAN SANITASI

19.1 UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan sanitary adalah :
1. Pengadaan dan pemasangan kran–kran, closet duduk, urinoir, wastafel dan floor drain
sesuai dengan gambar rencana.
2. Mutu pipa, kran dan semua bahan yang dipakai harus bermutu baik dan mempunyai
standard SNI serta mendapat persetujuan dari direksi/pengawas.
Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi air bersih dan air kotor disesuaikan dengan
gambar rencana dan daftar quantity.

19.2 MATERIAL
1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara denganya :
a. Closet Duduk : exTOTO, American Standard
b. Wastafel : exTOTO, American Standard
c. Urinoir : exTOTO, American Standard
d. Kran Air : exTOTO, American Standard
e. Shower Spray : exTOTO, American Standard
f. Floor Drain : exTOTO, American Standard
g. Paper Holder : exTOTO, American Standard
h. Gantungan Pakaian : exTOTO, American Standard
i. Gantungan Handuk : exTOTO, American Standard
j. Tempat Sabun Keramik : exTOTO, American Standard
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material dan brosur minimal dua merk yang
berbeda untuk disetujui oleh Konsultan PENGAWAS.
BAB XX
PEKERJAAN CCTV

20.1 UMUM
Yang dimaksud dengan pekerjaan CCTV adalah :
1. Pengadaan dan pemasangan cctv, baik di dalam maupun luar hanggar sesuai dengan
gambar rencana.

20.2 SPESIFIKASI
1. Merk material ditentukan seperti berikut ini atau yang setara dengannya :
- Sensor : 1/3'' Color CCD Sensor
- Scanning System : NTSC / PAL
- Sync mode : Internal
- Resolution : 420 TVL
- S/N Ratio : 48 db ( AGC OFF )
Minimum
- : 1 Lux F2.0 ( 0 Lux IR ON )
Illumination
- White Balance Mode : AUTO
- White Balance Range : 3200 - 10000 K
- Auto iris : A.E.S
- Electronic Shutter : 1/50 - 1 /12.000 sec
- Gamma Correction : 0,45
- Video output : Composite output 1.0V p-p at 75 Ohm
- Operation Temp : -10 C - +50 C
- Power consumption : Max. 310 MA
- Lens (mm) :6
- IR LED Visible Range : 20 m
BAB XXI
PEKERJAAN LAIN-LAIN

Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja


untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang
berkunjung kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat-alat seperti berikut ini :


1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan


pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil
segala tindakan guna kepentingan si korban.

4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban


kecelakaan dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung


jawab Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;;
b. Personil Konsultan Perencana;
c. Personil Konsultan Supervisi.;
e. Owner dan para wakilnya;
f. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
g. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan

20.1 Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
diatur/dibicarakan dilapangan oleh konsultan pengawas dan kontraktor, bila diperlukan
akan dibicarakan dengan konsultan perencana
20.2 Sebelum penyerahan pertama,kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna,dan harus segera diperbaiki,semua ruangan harus bersih, halaman harus itata
rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek.Pemberesan
halaman ini harus dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan pengawas.
20.3 Meskipun telah ada pengawas dan unsure-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan gambar kerja dan bestek menjadi tanggung jawab Pelaksana, untuk itu
Pelaksana/pemborong harus menyelesaikan pekerjaan dengan sebaik mungkin.
BAB XXII
PENUTUP

1. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat
Penjelasan (Aanwiijzing), dan akan dituangkan/dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.
2. Sebelum penyerahan pertama, Kontraktor wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum
sempurna, dan harus diperbaiki, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata
rapi dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek
3. Hal-hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan
dibicarakan dan diatur oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan Kontraktor. Bila diperlukan
akan dibicarakan bersama konsultan perencana.
4. Selama pemeliharaan, pemborong wajib merawat, mengamankan dan memperbaiki segala
cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua dilaksanakan pekerjaan benar-benar
telah sempurna.

Banda Aceh, 9 April 2018

KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)/PPK

Ir. BURHANUDDIN, MM
PEMBINA TK.I (IV/b)
NIP. 19651106 199403 1 004

Anda mungkin juga menyukai