Kesehatan Usus
pada Ayam Modern
Tony Unandar
“S aluran cerna (usus) adalah asal muasal segenap penyakit” begitu petuah Hippocrates, seorang filsuf
dan Bapak Kedokteran Purba yang hidup kira-kira 300-400 tahun sebelum Masehi. Dan memang, jika
melirik kesehatan saluran cerna alias gut health pada ayam modern, tidak hanya mempunyai implikasi
yang signifikan terhadap kesehatan ayam secara sistemik, tetapi juga berdampak terhadap efisiensi pemeliharaan,
kesejahteraan hewan (animal welfare), keamanan pangan asal unggas (food safety) dan derajat kontaminasi pada
lingkungan peternakan. Tulisan singkat ini mencoba menelaah pelbagai aspek yang dapat memengaruhi gut health
pada industri ayam modern.
Terganggunya Ekuilibrium
Ekosistem
Pasca pakan non-antibiotic growth
promotor (AGP), tampaknya dendang
gut health pada industri ayam modern
sebatas dipersepsikan pada pencegahan
dan/atau kontrol penyakit saluran cerna
yang kebanyakan disebabkan oleh
koksidia atau enterobakteria seperti
Salmonella spp, Clostridium perfringens,
Campylobacter spp dan Escherichia coli.
Kesalahpahaman ini memang suatu
kemustahilan karena pasca pakan non-
AGP pengalaman harian peternak adalah
perjumpaan dengan problem terkait
dengan patogen tersebut (Smith, 2011;
Morgan, 2017).
Namun realitanya, hasil penelitian
yang intensif para ahli penyakit
unggas membuktikan berbeda.
Meningkatnya kasus lapangan terkait
patogen tersebut bukanlah dalam
konteks hubungan sebab akibat,
melainkan suatu konsekuensi dari suatu Gambar 1: Sebenarnya banyak faktor yang dapat menginduksi terganggunya ekuilibrium
keadaan. Umumnya, diinisiasi dengan mikrobiota saluran cerna ayam modern yang ujung-ujungnya dapat memengaruhi gut health.
ditemukannya unsur-unsur nutrisi yang Tidak selalu hanya terkait kualitas pakan, tetapi kualitas pemeliharaan ayam di lapangan juga
berlebihan pada usus bagian belakang dapat menyebabkan gangguan gut health dengan manifestasi klinis dan patologis yang mirip.
yang ternyata menyebabkan proliferasi
mikrobiota usus terjadi secara tidak
terkendali (Apajalahti dan Bedford, 1999; Brown et al., 2012; sub-optimal, tetapi juga oleh padatnya densitas nutrisi dalam
Chan et al., 2013). diet karena tuntutan genetik ayam (Brown et al., 2012).
Konsekuensinya adalah gangguan ekuilibrium alias Untuk mengelaborasi konsep ini lebih lanjut, ada baiknya
keseimbangan interaksi antara mikrobiota dan induk semang kembali mengingat peran AGP dalam pakan ternak yang
atau ayam (Weiss dan Hennet, 2017) yang pada tahap lanjut secara konsisten sudah terbukti sebagai “cost-effective tool”
akan menyebabkan gangguan metabolik, peradangan pada untuk mengontrol kasus disbakteriosis dalam saluran cerna
dinding usus, atau bahkan berkecamuknya patogen seperti (Morgan, 2017). AGP tidak saja mampu mereduksi jumlah,
yang disebutkan sebelumnya (Kogut et al., 2018). tetapi juga keragaman (diversity) beberapa mikroba. Melalui
Tingginya kadar unsur-unsur nutrisi pada usus bagian cara kerja ini suatu AGP membentuk suasana lumen usus yang
belakang tidak hanya disebabkan oleh proses pencernaan yang mampu membatasi jumlah mikroba yang dapat memberikan
Faktor Lain
Pada ayam petelur, kebutuhan kalsium dalam diet
yang lebih tinggi, terutama selama masa produksi telur,
mengindikasikan sedikit banyak efek negatif pada gut health.
Selain terbukti dapat mengikat (chelate) beberapa unsur
nutrisi, juga dapat mereduksi aktivitas enzim dan memacu
proliferasi bakteria Clostridium (Paiva et al., 2013).
Jenis dan level beberapa bahan lemak dalam diet juga
dapat memengaruhi proses pencernaan dan dinamika
mikrobiota dalam saluran cerna (Danicke et al., 1999). Selain
itu problem koksidiosis, walaupun terjadi secara subklinis juga
dapat berpengaruh pada proses kecernaan kebanyakan bahan
Gambar 6: Gambaran kualitas isi lumen saluran cerna dan/atau
perubahan pada kualitas feses segar yang ditemukan di area kandang bisa nutrisi, khususnya lemak (Ravidran et al., 2016). Akan tetapi
menjadi petunjuk awal adanya gangguan gut health pada ayam modern. di lain pihak, sangatlah penting menjaga level lemak minimum
1% dalam diet guna menstimulasi fungsi lambung kelenjar dan
terjadi pelepasan digesta dari gizzard secara bertahap ke dalam
dan/atau bakteria (Doyle dan Erickson, 2006) pada sistem usus halus (Svihus, 2014).
distribusi air minum dan nipple. Pemberian preparat enzim eksogenus dalam diet
Kekurangan air minum dan puasa pada ayam modern merupakan suatu pendekatan yang cukup baik untuk
juga dapat mengakibatkan problem signifikan pada saluran mengurangi dan/atau mengontrol proliferasi mikrobiota
cerna, terutama pasca pakan non-AGP (Cox dan Pavic, 2010). dalam usus halus. Preparat enzim eksogenus seperti phytases,
Penelitian membuktikan, 5-6 jam setelah pakan tidak diberikan carbohydrases dan proteas sudah dikenal luas dalam formulasi
maka ayam cenderung akan mengalami mucoid enteritis diet ayam modern sebagai productivity enhancers. Efek positif
yang tidak spesifik. Puasa ternyata juga akan menstimulasi sekunder dari penggunaan preparat enzim ini dalam diet juga
produksi mukus oleh sel-sel goblet pada mukosa usus lebih terhadap kondisi mikrobiota saluran cerna (Choct, 2009; Kiarie
et al., 2013).
Dengan demikian, enzim-enzim
eksogenus mampu mereduksi proliferasi
mikrobiota dengan mengurangi
komponen pakan yang tidak tercerna
pada usus bagian belakang, mereduksi
senyawa phytate, menata viskositas
digesta ataupun mengurangi iritasi
pada permukaan mukosa usus yang
ujung-ujungnya dapat mereduksi
reaksi peradangan pada dinding usus.
Preparat enzim juga dapat menstimulasi
terbentuknya metabolit yang dapat
menunjang keragaman mikrobiota yang
diperlukan untuk menjaga ekosistem
lumen usus agar lebih stabil serta
menghambat proliferasi mikroba
patobion seperti Clostridium (Bedford,
1995; Kiarie et al., 2013).
Di sisi lain, penggunaan preparat
antibiotika dosis terapeutik, terutama
yang berspektrum luas dalam waktu
lama turut menstimulasi terganggunya
kondisi ekuilibrium mikrobiota dalam
Gambar 7: Pasca pakan non-AGP, penggunaan preparat prebiotika dan/atau probiotika tertentu lumen saluran cerna ayam modern
dapat menjaga ekuilibrium kondisi dan mikrobiota saluran cerna, mengurangi reaksi peradangan (Kogut et al., 2012).
pada dinding saluran cerna serta memodulasi sistem imunitas mukosa.
(toe)