Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Ujian Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan
pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Majalengka
Oleh:
MILA KARMILA
20.07.1.0020
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, karunia,
Konsentrasi Hara Makro secara In Vitro”. Laporan ini sebagai salah satu syarat
ujian Mata Kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada Program Studi
banyak menerima bimbingan, saran, serta dukungan dari semua pihak. Oleh
1. Dr. Ir. Ajat Jatnika, M.Sc., selaku kepala Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP) Lembang.
Majalengka.
3. Acep Atma Wijaya, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agroteknologi,
Lapangan (PKL).
iv
menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
lapangan.
lapangan.
8. Orang tua saya yang selalu memberikan do’a, motivasi dan dukungan moril
10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis
laporan ini masih banyak kata-kata dan tutur bahasa yang kurang baik. Untuk itu
penulis memohon kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca
demi perbaikan penyusunan laporan ini. Semoga laporan Praktik Kerja Lapangan
Penulis
v
DAFTAR ISI
vi
3.1.1 Hasil Pengamatan ........................................................................ 40
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 53
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Komposisi Media Dasar Murashige and Skoog (MS) ..................... 27
ix
BAB I
PENDAHULUAN
memiliki batang berbentuk segi empat atau segi lima. Tidak berkayu dan
bertekstur agak keras dengan permukaan batang halus, umumnya lemah hingga
mudah roboh bila terkena angin kencang. Daun tanaman kentang berfungsi
kentang tumbuh dari ketiak daun, dan bunga yang telah mengalami penyerbukan
kandungan nutrisi umbi kentang dinilai cukup baik, yaitu mengandung nilai gizi
yang cukup tinggi, mengandung protein berkualitas tinggi, asam amino esensial,
vitamin C (asam askorbat), vitamin B (tiamin, niasin, dan vitamin B6), dan
mineral P, Mg, dan K (Andry,2010). Nilai gizi yang terkandung dalam 100 g
kentang adalah kalori sebanyak 347 kal, protein sebanyak 0,3 g, lemak 0,1 g,
1
2
ekonomis tersebut dilihat dari harga yang relatif stabil, potensi bisnisnya tinggi,
segmen usaha dapat dipilih sesuai dengan modal, pasar terjamin dan pasti, selain
itu memiliki daya simpan lebih lama daripada tanaman hortikultura lain (Pratiwi
dkk., 2016).
mencapai 1,36 juta ton pada tahun 2021. Produksi kentang mengalami
peningkatan 6,1% dari tahun sebelumnya sebesar 1,28 juta ton. Provinsi dengan
produksi kentang terbesar yaitu Jawa Timur dengan produksi kentang mencapai
324,34 ribu ton, Jawa Tengah dengan produksi kentang mencapai 277,73 ton,
dan Jawa Barat dengan produksi kentang mencapai 240,48 ribu ton.
dan yang terluas adalah di Kabupaten Bandung (13.184 ha), kemudian Garut
(4.932 ha) dan Majalengka (1165 ha). Sebagian besar petani kentang di Jawa
Barat sampai saat ini masih menggunakan benih yang berasal dari hasil panen
sendiri atau diperoleh dari petani konsumsi dengan mutu yang rendah (Bachrein,
n.d, 2004).
beragam, semenjak tahun 2000 sampai dengan 2014 Balai Penelitian Tanaman
diantaranya adalah varietas Medians, Andina, Amabile, Granola L., dan Maglia
bahwa varietas Granola L. telah ditanam di Indonesia mencapai 80% - 90% dari
satuan yang tinggi, sehingga memiliki harga jual yang tinggi. (Zulkarnain dkk.,
2017).
tanaman sekitar 65 cm, batang berwarna hijau dengan urat daun utama berwarna
hijau muda, umbi berbentuk oval, kulit umbi berwarna kuning dan daging umbi
ketinggian >1700 m dpl (Hidayat, 2014). Menurut Purwito dkk. (2008), Granola
Namun sampai saat ini potensi produksi kentang hanya 17 ton/ha. Hal tersebut
proses budidaya belum tercukupi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya perbaikan
diperoleh dan dapat menunjukkan sifat-sifat unggul tanaman dan mutu tanaman,
hanya mampu memenuhi kebutuhan benih kentang nasional sebesar 15% dari
rendah, rentan terserang hama dan penyakit, serta bergantung kepada musim.
Menanggapi hal tersebut, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
dengan cara mengisolasi bagian tertentu dari tanaman (organ, sel, jaringan,
anther, dan lainnya) yang ditumbuhkan dalam media tumbuh steril yang
yang sempurna kembali. Kultur jaringan dapat diperoleh dari bagian atau
potongan akar, batang, atau daun yang disebut planlet yang masih hidup
(Rudiyanto dkk. 2016). Kultur jaringan, dikenal juga dengan sebutan in vitro,
Kultur in vitro adalah suatu metode atau teknik untuk mengisolasi bagian
dari tanaman berupa sel, jaringan, atau organ dalam kondisi aseptik atau steril
tanaman utuh atau lengkap (Zulkarnain, 2017). Prinsip dasar kultur in vitro
peristiwa kemampuan sel yang dapat berdiferensi menjadi tanaman baru yang
lengkap.
tanaman dengan waktu yang lebih singkat (Yuliarti, N., 2010). Keuntungan
menggunakan teknik kultur in vitro antara lain tidak tergantung oleh musim,
benih dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu relatif singkat,
benih memiliki sifat yang relatif sama dengan induknya, dan benih bebas
penyakit. Kultur in vitro dapat menjadi salah satu alternatif dalam pemuliaan
Granola L.
pada media baru. Dengan subkultur juga akan diketahui waktu yang tepat untuk
menurun dan morfologi berubah akibat variasi genetik atau penurunan fisiologis
pindah tanam planlet ke media baru) untuk mendapatkan benih yang terbaik
dalam periode waktu tertentu. Dengan subkultur juga akan diketahui waktu yang
tepat untuk menginisiasi tunas baru, yaitu ketika tingkat multiplikasi tunas in
vitro menurun dan morfologi biakan berubah akibat variasi genetik atau
Keberhasilan kultur in vitro salah satunya yaitu media kultur. Media kultur
mengandung berbagai garam mineral yang terdiri dari makro, mikro, sumber
karbon, vitamin, asam-asam amino, dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Salah satu
media yang sering digunakan dalam teknik kultur in vitro adalah Murashige and
merupakan media yang memiliki unsur hara makro dan mikro yang lebih
cabang.
terkandung dalam media kultur in vitro meliputi hara makro, hara mikro, gula,
vitamin, myio-inositol, dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Hara makro sebagai
salah satu komponen penyusun media kultur memiliki peranan yang sangat
penting. Dalam proses kultur jaringan, tanaman memerlukan unsur hara yang
7
cukup untuk pertumbuhan batang, daun, dan buah atau biji. Unsur hara makro
terdiri dari unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S. Dalam bentuk senyawa, komposisi
unsur hara makro terdiri dari KNO3, NH4NO3, CaCl3 2H2O, MgSO4 7H2O, dan
KH2PO4.
Unsur Nitrogen (N) sebagai salah satu unsur penyusun hara makro sangat
nitrat (NH4NO3). Fosfor (P) yang diberikan pada media biasanya dalam bentuk
KH2PO4 yang berperan dalam pembentukan akar, umbi, dan buah. Kalium (K)
pada media diberikan dalam bentuk KNO3 yang berperan dalam proses
perakaran (Rudiyanto dkk., 2018). Sulfur (S) berupa MgSO4 berperan penting
dalam pembentukan zat hijau daun pada tanaman. Magnesium (Mg) berupa
(Pantjaningtyas, 2012).
tanaman yang baik berupa akar tanman kokoh, daun, dan jumlah yang banyak.
berbeda baik jenis maupun kuantitasnya. Modifikasi hara makro sebagai salah
satu komponen dalam media dasar kultur jaringan yang perlu dilakukan untuk
8
2011).
intensitas cahaya ruang inkubasi. Umumnya suhu yang digunakan dalam kultur
in vitro konstan yaitu berkisar 20-25o C. Kelembapan relatif berkisar antara 40-
umumnya adalah lampu flourescent (TL). Intensitas cahaya yang optimum untuk
tanaman pada tahap kultur tahap multiplikasi 1.000- 10.000 lux. Kultur yang
dengan ciri panjangnya ruas tanaman yang terbentuk, vitrifikasi ditandai dengan
sukulensi, batang bening, dan lemas, karena banyak mengandung air (Sandra,
2018).
Granola L. yang tidak sesuai kebutuhan pasar atau konsumen karena memiliki
diameter batang ramping, tinggi planlet yang kurang optimal, daun tidak lebar,
dan jumlah nodus yang sedikit. Berdasarkan fakta tersebut diperlukan solusi
kokoh, tinggi planlet yang optimal, dan jumlah nodus yang banyak agar planlet
menjadi vigor.
Semakin banyak unsur hara yang diserap dalam tanaman maka semakin
Lembang.
jawab.
vitro.
1962, yang pada awalnya bernama Pusat Latihan Pertanian (PLP) milik Pemda
Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluhan Pertanian dan berubah menjadi Balai
IIIB meliputi wilayah kerja Jawa Barat Bagian Timur dan DKI Jakarta.
Eselon menjadi IIIA dan berganti nama menjadi Balai Diklat Agribisnis
serta kebutuhan dari wilayah binaan yang semakin kompleks secara nasional,
pertanian.
Kerja dengan perubahan nama lembaga menjadi Balai Besar Pelatihan Pertanian
aparatur dan non aparatur pertanian. Kini, dengan adanya Peraturan baru Menteri
12
Pertanian tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang, melalui
dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan
Pertanian yang Maju, Mandiri dan Modern untuk Terwujudnya Indonesia Maju
Dalam rangka mewujudkan visi ini maka misi Kementerian Pertanian adalah :
Pertanian
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Pertanian, maka tujuan
Tahun 2020 tanggal 23 Desember 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT
Pelatihan lingkup BPPSDMP, maka tugas pokok dan fungsi Balai Besar
bagi aparatur, pelatihan teknis dan profesi, mengembangkan model dan teknik
14
pelatihan fungsional dan teknis dibidang pertanian bagi aparatur dan non
aparatur pertanian.
pertanian;
aparatur;
di bidang hortikultura;
bagi aparatur, pelatihan teknis dan profesi, pengembangan model dan teknik
pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi aparatur dan non
aparatur pertanian;
15
organisasi. Hal ini bertujuan menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang
efektif.
Agar organisasi dapat berjalan dengan baik maka seluruh pihak perlu
melaksanakan prinsip dasar tata kelola organisasi yang baik. Prinsip-prinsip tata
1. Kewajaran (fairness)
tanpa perbedaan perlakuan atas dasar suku, agama, ras, dan antargolongan
(SARA).
2. Keterbukaan (transparency)
pencapaian kinerja organisasi secara umum dengan tepat dan akurat. Prinsip
eksternal.
3. Akuntabilitas (accountability)
5. Kemandirian (independency)
secara mandiri sesuai peran dan fungsi yang dimilikinya tanpa ada tekanan-
tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan Standar Operasional
organisasi yang baik sesuai dengan apa yang akan dijalankan organisasi.
proses yang terjadi dalam sistem tata kelola yang sudah dibuat.
BAB II
(PKL) ini dilaksanakan selama 40 hari, dimulai pada hari Senin tanggal 18 Juli
2022 dan berakhir pada hari Sabtu tanggal 27 Agustus 2022. Kegiatan ini
waktu kerja pada setiap hari Senin-Kamis yaitu pukul 07.30-16.00 WIB, hari
Jum’at mulai pukul 07.30-16.30 WIB, dan pada hari Sabtu dilakukan bakti
Kerja Lapangan (PKL). Materi yang digunakan penulis dalam Praktik kerja
Lapangan (PKL) ini bersumber dari diskusi dan sharing dengan pembimbing
lapangan serta rekan kerja kelompok, dan mengikuti kegiatan di Balai Besar
Lapangan dari akademik, menggali informasi dari literatur baik itu jurnal, buku
dari sterilisasi ruangan, sterilisasi alat dan media, pembuatan larutan stok,
18
19
A. Observasi
melakukan pengamatan secara sistematis dan terarah terhadap gejala pada objek
yang diamati dan diteliti secara langsung di lapangan. Observasi yang dilakukan
B. Wawancara
narasumber yaitu Yuli Yulinawati, S.P., dan Ateng Jaelani selaku pembimbing
C. Diskusi
BBPP yang terlibat seperti pembimbing lapang dan asisten ahli yang terlibat
pembuatan media dengan berbagai konsentrasi yang akan digunakan agar media
D. Praktik Langsung
Granola L.
E. Dokumentasi
akurat dari pencatatan dan perekaman berupa gambar atau video. Dokumentasi
yang dilakukan yaitu mengambil foto pada setiap kegiatan yang dilakukan.
F. Studi Literatur
laporan ilmiah lainnya guna melengkapi dan menunjang data dan informasi yang
diperlukan.
sebuah seminar Praktik Kerja lapangan (PKL). Seminar akhir PKL dilakukan
akhir PKL diikuti oleh peneliti pembimbing, asisten, mahasiswa dari universitas
3.1. Hasil
Jaringan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Bandung, Jawa Barat
terletak pada wilayah sentra produksi sayuran dan tanaman hias yang subur dan
dengan curah hujan sekitar 100-200 mm/bulan serta kelembapan nisbi 84% -
89%. Sangat ideal bagi BBPP Lembang menjadi pusat tempat pelatihan,
lokakarya atau seminar bagi pengembangan SDM pertanian serta sebagai pusat
informasi teknologi pertanian khususnya sayuran, tanaman hias dan buah buahan
memiliki luas 288 m2 yang terdiri dari 9 ruangan, yaitu ruang penyimpanan
sendal dan jas lab, ruang pembibitan jamur, toilet, ruang persiapan/pencucian,
ruang staf, ruang inkubasi, ruang tanam/transfer, ruang pembuatan media dan
ruang kelas.
21
22
Kultur Jaringan, (2) Persiapan Media, (3) Pembuatan Media, (4) Penanaman
tingkat yang tidak memungkinkan lagi berkembang biak atau menjadi sumber
memisahkan benda (atau bahan) dari segala bentuk kehidupan (hingga ukuran
23
kali dalam seminggu (setiap hari senin, rabu dan jum’at). Tahap sterilisasi yang
pertama yaitu menyapu seluruh ruang kultur jaringan lalu dilanjutkan dengan
ruang pembuatan media, dan ruang penanaman (ruangan yang di bagian dalam).
media, ruang staff menggunakan SOS atau Super Pell. Semua kegiatan
dilakukan secara aseptik, baik bahan, alat maupun ruangan yang akan digunakan.
Sterilisasi dilakukan juga pada tempat penanaman atau pada ruang kultur
dengan mengelap meja LAFC menggunakan kapas yang telah disemprot alkhol
70%. Sebelum dan sesudah pemakaian LAFC, blower dalam LAFC selalu
kultur ketika penanaman. Sterilisasi LAFC dilakukan setiap hari untuk menjaga
kondisi tetap steril saat akan digunakan untuk proses penanaman maupun tidak.
24
B. Persiapan Media
1. Pembuatan Aquadest
destilasi yaitu memperoleh cairan murni dari cairan yang telah tercemari zat
terlarut, atau bercampur dengan cairan lain yang berbeda titik didihnya. Cairan
melalui kondensor, sehingga uap mencair kembali. Cairan hasil destilasi ini
disebut destilat.
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalam
hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan alkohol atau gugus karbonil aldehida
dan keton (Lehninger, 1982). Aquadest merupakan air hasil penyulingan yang
Aquadest berwarna bening, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Aquadest
25
(Petrucci, 2008).
1) Botol
2) Destilator
3) Jerigen
4) Autoclave
1) Air keran
3) Karet gelang
c. Cara pembuatan:
pembuatan aquadest
2) Keran yang menuju destilator dibuka dan tunggu sampai tetesan air
lalu di tutup dengan plastik tahan panas dan karet gelang, agar tidak
Larutan stok adalah suatu formulasi yang di buat untuk digunakan dalam
pembuatan media. Larutan stok atau larutan yang dibuat beberapa kali lebih
pekat (misalnya 10 kali, 20 kali, 50 kali, 100 kali, atau 1000 kali) daripada
berulang-ulang setiap kali membuat media. Media tumbuh untuk in vitro terdiri
dari beberapa komponen, yaitu hara makro, hara mikro, Fe (besi), vitamin, dan
yang bersuhu rendah dan gelap. Larutan stok merupakan larutan yang tersusun
dari senyawa-senyawa kimia pada media yang dipekatkan atas komposisi media
MS (tabel 3.1).
Gula 40 gr/L
Agar powder 7 gr/L
pH 5,8
yang cukup besar. Larutan stok media dasar Murashige and Skoog (MS) dibuat
1) Gelas beaker
28
2) Magnetic stirrer
3) Cawan petri
4) Timbangan analitik
5) Spatula
1) Aquadest
2) KNO3
3) NH4NO3
4) CaCl3 2H2O
5) MgSO4 7H20
6) KH2PO4
gr/L), NH4NO3 (16,5 gr/L), CaCl3 2H2O (4,4 gr/L), MgSO4 7H20 (3,7
gr/L, dan KH2PO4 (1,7 gr/L) untuk membuat 1 Liter larutan stok
10kali MS.
2) Gelas beaker (kapasitas 1000 mL) disiapkan dan diisi aquadest steril
menjadi 1 Liter.
6) Larutan stok disimpan di suhu yang rendah (kulkas atau lemari es)
1) Gelas beaker
2) Magnetik stirrer
3) Cawan petri
4) Timbangan analitik
5) Spatula
1) Aquadest
2) MnSO4. 4H2O
3) ZnSO4. 7H2O
4) H3BO3
5) Kl
6) Na2MOO4. 7H2O
7) COCl2. 6H2O
8) CuSO4. 5H2O
2) Gelas beaker (kapasitas 1000 mL) disiapkan dan diisi aquadest steril
menjadi 1 Liter.
6) Larutan stok disimpan di suhu yang rendah (kulkas atau lemari es)
1) Gelas beaker
2) Magnetic stirrer
3) Cawan petri
4) Timbangan analitik
5) Spatula
1) Aquadest
2) FeSO4.7H2
3) Na2 EDTA
4) Alumunium foil
31
(0,0287 gr/L), dan Na2EDTA ( 0,0373 gr/L) untuk 1 Liter larutan stok
10 kali MS.
2) Gelas beaker (kapasitas 1000 mL) disiapkan dan diisi aquadest steril
menjadi 1 Liter.
foil dan disimpan di suhu yang rendah (kulkas atau lemari es).
1) Gelas beaker
2) Magnetik stirrer
3) Cawan petri
4) Timbangan analitik
5) Spatula
32
1) Aquadest
2) Glycine
3) Thymine-HCL
4) Nicotinic Acid
2) Gelas beaker disiapkan dan diisi aquadest steril sebanyak 500 mL,
3) Bahan yang telah ditimbang dimasukkan satu per satu dan dilarutkan
menjadi 1 Liter
C. Pembuatan Media
Media yang biasa disebut media kultur adalah media tumbuh planlet yang
berada dalam wadah kaca dengan komposisi penyusun media berupa unsur hara
makro, unsur hara mikro, Fe-EDTA, vitamin, gula, dan agar powder (Gambar
3.5). Media kultur yang digunakan pada multiplikasi planlet kentang Granola L.
adalah media dasar Murashige and Skoog (MS). Pada tahapan pembuatan media
33
unsur hara makro. Normalnya, unsur hara makro per 1 liter media dasar MS
hara pada media dasar MS. Konsentrasi unsur hara dibuat sebanyak 4 perlakuan
yang terdiri dari: MS0 (hara makro standar) sebagai kontrol, MS1 dengan
konsentrasi hara makro ditingkatkan 0,5 kali dari hara makro standar, MS2
dengan konsentrasi hara makro 1 kali dari hara makro standar, MS3 dengan
konsentrasi hara makro 1,5 kali dari hara makro standar. Media MS dibuat
1) Oven
2) Timbangan Analitik
6) Gelas ukur 50 ml
7) Gelas ukur 10 ml
8) Pipet 5 ml
9) Pipet tetes
11) Autoclave
34
13) Sendok
14) Spatula
1) Larutan stok hara makro, stok hara mikro, Fe-EDTA, dan Vitamin
2) Gula 40 gr/L
4) Aquadest
5) NaOH
6) HCl
7) pH-Indikator
9) Kertas label
10) Tissue
c. Cara Pembuatan:
media
3) Menimbang gula dan agar powder dengan ketentuan dapat dilihat pada
tabel 3.2
6) Larutan stok yang telah di ukur dimasukkan ke dalam gelas beaker lalu
kentang yaitu 5,8 (jika pH <5,8 maka ditetesi dengan NaOH, sedangkan
10) Agar powder yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam gelas beaker
hingga mendidih di atas hotplate dengan suhu 4000 C dan putar tombol
13) Botol kultur yang telah berisi larutan media ditutup dengan plastik tahan
panas, lalu ikat dengan karet gelang, dan beri label (kode perlakuan dan
14) Botol kultur disterilkan dalam autoclave dengan 1210 C dan tekanan 1
16) Alat yang telah digunakan dibersihkan kembali, dan susun dengan rapi
pada tempatnya
Kebutuhan
dalam
Kebutuhan Volume
konsentrasi hara
Larutan Perlakuan baku (1 L) untuk media
makro (setelah
(gram) (250 mL)
ditingkatkan
konsentrasinya)
MS0 100 ml 100 ml 25 ml
MS1 100 ml 150 ml 37,5 ml
Makro
MS2 100 ml 200 ml 50 ml
MS3 100 ml 250 ml 62,5 ml
Mikro 10 ml 2,5 ml
37
Fe 100 ml 25 ml
Vitamin 10 ml 2,5 ml
Gula 40 gr 10 gr
Agar powder 7 gr 1, 75 gr
botol 1 hari setelah pembuatan media pada perlakuan MS1, MS2, dan MS3.
Tabel 3.2 Komposisi Media MS (250 mL) berbeda dengan media MS0 yang
tidak terjadi endapan. Hal ini diduga karena konsentrasi hara makro yang
diberikan pada media MS1, MS2, dan MS3 kepekatannya lebih tinggi atau
ditingkatkan dari konsentrasi standar media dasar MS. Media MS1 dan MS2
endapan. Media yang telah dibuat disimpan di ruang penyimpanan media dengan
D. Penanaman Planlet
baik, yang dicirikan dengan terdapat pertumbuhan normal dan sehat. Seleksi
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC) secara aseptik. Planlet kentang Granola L.
sebanyak 3 kali. Satu botol kultur berisi 10 planlet, sehingga jumlah planlet yang
Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), pinset panjang, gunting, scapel, mata pisau,
pinset bayonet, pinset dental, bunsen, karet gelang, plastik, cawan petri, siller,
alkohol 70%, handsprayer, spirtus, plastik tahan panas, karet gelang, tissue,
dahulu minimal 1 jam. Saat akan melakukan penanaman Laminar Air Flow
Cabinet (LAFC), lampu dan blower nya dalam keadaan on. Semprot LAFC
dengan alkohol 70% dan lap dengan tissue sebelum semua alat dan bahan
aseptik atau keseterilan nya terjaga. Kemudian alat dan bahan disemprot dengan
Planlet dari dalam botol dimbil dengan menggunakan gunting dan pinset,
bantuan pinset dan pisau skalpel yang telah disetrilkan. Saat melakukan
pemotongan, planlet dianjurkan untuk tidak terlalu lama terpapar udara dari
blower karena akan mempercepat layunya planlet. Pada saat penanaman planlet
pada media yang sudah disiapkan terlebih dahulu pinset yang akan digunakan di
sterilkan diatas api bunsen. Saat melakukan penanaman pinset dianjurkan tidak
Planlet yang digunakan adalah tunas kentang yang berasal dari subkultur
abaksial menyentuh media pada botol kultur. Planlet kentang Granola L ditanam
10 planlet yang terdapat dalam botol kultur. Setelah itu botol kultur ditutup di
dalam LAFC dengan menggunakan plastik tahan panas diikat oleh karet gelang,
dan dilapisi dengan siller atau plastic wrap. Kemudian diberi label jenis
planlet diletakkan di rung inkubasi pada rak-rak kultur yang diberi lampu, agar
dilakukan setiap hari dengan memeriksa planlet tetap tumbuh baik, yang
lingkungan diperiksa setiap hari dengan cara mengukur suhu, kelembapan, dan
intensitas cahaya tetap berada pada kondisi yang sesuai dengan syarat tumbuh
dilakukan setiap hari pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB, dan 16.00 WIB.
ditanam. Planlet yang telah ditanam di dalam botol yang telah diberi label seperti
yaitu di ruang dengan suhu rata-rata 20,50 C, dengan kelembapan rata-rata 51%
dan intensitas cahaya rata-rata 2106,14 Cd. Botol-botol kultur yang berisi planlet
tersusun dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pada rak-rak kultur didalam
40
ruang inkubasi yang disinari lampu philips jenis tornado sebesar 24 watt. Lampu
philips tornado tersusun pada rak kultur dengan jarak antar lampu 1,5 m dan
dilakukan setiap 3 hari sekali mulai dari 3 HST sampai dengan 15 HST dengan
mengamati tinggi planlet, jumlah nodus, dan dimeter batang dari setiap
jangka sorong, tali goni, alat tulis dan handphone. Bahan yang digunakan untuk
1. Tinggi Planlet, diamati setiap 3 hari sekali pada umur 3 HST, 6 HST, 9 hst,
12 HST, dan 15 HST yang diukur dari pangkal planlet bagian bawah
hingga ujung planlet menggunakan tali goni yang diukur dari luar tabung
2. Jumlah Nodus, diamati setiap 3 hari sekali pada umur 3 HST, 6 HST, 9
hst, 12 HST, dan 15 HST yang dihitung secara manual sesuai dengan titik
tumbuh daun dari pangkal planlet bagian bawah hingga ujung planlet.
41
pangkal batang bawah, bagian tengah, dan pangkal batang atas yang
1. Tinggi Planlet
berbagai konsentrasi hara makro secara in vitro umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12
HST, dan 15 HST diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel 3.4.
Tabel 3.3 menunjukkan bahwa hasil rata-rata tinggi planlet pada setiap
perlakuan media MS0, MS1, MS2, dan MS3 yaitu 3,3 cm, 3,4 cm, 2,7 cm, dan
3,2 cm. Pada perlakuan MSO secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12
HST, dan 15 HST adalah 0,8 cm, 1,7 cm, 2,7 cm, 4,4 m, dan 6,6 cm. Pada
perlakuan MS1 secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan 15
HST adalah 1,3 cm, 1,8 cm, 2,7 cm, 4,4 cm, dan 6,7 cm. Pada perlakuan MS2
secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan 15 HST adalah 1,1
cm, 2,1 cm, 2,4 cm, 3 cm, dan 5 cm. Pada perlakuan MS3 secara berurutan umur
42
3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan 15 HST adalah 1,4 cm, 2,4 cm, 3 cm, 3,9
Dari hasil pengamatan pada tabel 3.3 dapat dilihat untuk rata-rata tinggi
planlet kentang Granola L. selama 15 HST, tertinggi yaitu pada perlakuan media
MS1 sebesar 3,4 cm dan untuk tinggi planlet terendah yaitu pada perlakuan
2. Jumlah Nodus
berbagai konsentrasi hara makro secara in vitro pada umur 3 HST, 6 HST, 9
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa hasil rata-rata jumlah nodus pada setiap
perlakuan media MS0, MS1, MS2, dan MS3 yaitu 3,5 helai, 4,1 helai, 3,6 helai,
3,9 helai. Pada perlakuan MSO secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST,
12 HST, dan 15 HST adalah 1,7 helai, 2,5 helai, 3,3 helai, 4,7 helai, dan 5,3 helai.
Pada perlakuan MS1 secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan
15 HST adalah 1,5 helai, 2,5 helai, 4 helai, 5,3 helai, dan 7,1 helai. Pada
perlakuan MS2 secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan 15
HST adalah 1,3 helai, 2,3 helai, 4 helai, 4,8 helai, dan 5,3 helai. Pada perlakuan
43
MS3 secara berurutan umur 3 HST, 6 HST, 9 HST, 12 HST, dan 15 HST adalah
1,3 helai, 2,5 helai, 4 helai, 4,8 helai, dan 6,8 helai.
Dari hasil pengamatan pada tabel 3.4 dapat dilihat untuk rata-rata jumlah
nodus kentang Granola L. terbanyak yaitu pada perlakuan media MS1 sebesar
4,1 helai dan untuk jumlah planlet paling sedikit yaitu pada perlakuan media
3. Diameter Batang
berbagai konsentrasi hara makro secara in vitro pada umur 15 HST memiliki
perlakuan media MS0, MS1, MS2, dan MS3 umur 15 HST adalah 0,4 mm, 0,5
mm, 0,6 mm, dan 0,7 mm. Dari hasil pengamatan pada tabel 3.5 dapat dilihat
untuk rata-rata diameter batang kentang Granola L. terbesar yaitu pada perlakuan
media MS3 sebesar 0,7 mm dan untuk diameter batang terkecil yaitu pada
3.2. Pembahasan
tanaman. Tinggi planlet merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai
Tinggi planlet diamati dari 3 Hari Setelah Tanam sampai dengan 15 Hari
3 HST ada yang stabil, dan ada yang meningkat. Berdasarkan hasil pengamatan
di atas di peroleh konsentrasi hara makro terbaik untuk tinggi planlet kentang
Granola L. pada perlakuan konsentrasi hara makro 0,5 kali menghasilkan planlet
tertinggi sebesar 3,4 cm (Tabel 3.3). Hal tersebut dikarenakan kandungan hara
makro pada media telah tercukupi untuk pertumbuhan tinggi planlet kentang.
Gambar 3.8 Perlakuan Konsentrasi Hara Makro (a) Terbaik dan (b) Terendah
pada Tinggi Planlet
45
lingkungan, dosis yang tepat, dan fase pertumbuhan yang tepat. Semakin lama
pertumbuhan tinggi planlet kentang adalah unsur Nitrogen (N) yang bersumber
pertumbuhan tinggi planlet tanaman kentang (Nuraini, Rizky & Susanti, 2014).
Nodus merupakan ruas pada batang tanaman dimana akan tumbuh daun,
tunas, dan cabang. Berfungsi sebagai tempat melekatnya daun dan untuk
mempercepat impuls saraf tumbuhan. Nodus pada planlet kentang setara dengan
pertumbuhan daun pada planlet kentang. Setiap nodus pada planlet kentang
konsentrasi hara makro terbaik untuk jumlah nodus kentang Granola L. pada
perlakuan konsentrasi hara makro 0,5 kali (MS1) yang menghasilkan jumlah
nodus terbanyak yaitu 4,1 helai (Tabel 3.4). Hal tersebut dikarenakan kandungan
hara makro pada media telah tercukupi untuk pertumbuhan jumlah nodus.
46
Gambar 3.9 Perlakuan Konsentrasi Hara Makro (a) Terbaik dan (b) Terendah
pada Jumlah Nodus
tanaman. semakin banyak jumlah nodus yang terbentuk maka semakin banyak
daun yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada media kultur dengan
penambahan unsur Nitrogen (N) dan unsur Sulfur (S) dalam bentuk senyawa
NH4NO3 dan MgS04 pada konsentrasi 0,5 kali dari konsentrasi normal media MS
dalam media berperan dalam pembentukan daun (Nuraini, Rizky & Susanti,
2014) dan penggunaan unsur sulfur dalam jumlah tinggi pada media tanam akan
batang bagian pangkal bawah, bagian tengah, dan pangkal bagian atas dengan
merupakan planlet yang vigor dengan kondisi batang besar dan kokoh.
konsentrasi hara makro terbaik untuk diameter batang kentang Granola L. yaitu
konsentrasi hara makro 1,5 kali (MS3) yang menghasilkan rata-rata diameter
batang terbesar yaitu 4,1 helai (Tabel 3.5). Hal tersebut dikarenakan kandungan
Gambar 3.10 Perlakuan Konsentrasi Hara Makro (a) Terbaik dan (b) Terendah
pada Diameter Batang
semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin besar diameter batang
planlet. Diameter batang diamati pada saat pengamatan terakhir yaitu umur 15
dengan adanya unsur Kalium (K) berupa KNO3 pada media dengan konsentrasi
yang ditingkatkan menjadi 1,5 kali dari konsentrasi standar media dasar MS.
menghasilkan planlet dengan vigor yang diinginkan. Unsur kalium pada media
48
4.1 Kesimpulan
inkubasi.
4.2 Saran
49
DAFTAR PUSTAKA
Adani, S. I., & Pujiastuti, Y. A. (2018). Pengaruh Suhu dan Waktu Operasi pada
Proses Destilasi untuk Pengolahan Aquades di Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.
Alfaris, M. R., Rineksane, I. A., & Genesiska. (2020). Induksi Tunas Kentang (
Solanum tuberosum L .) Varietas Granola pada Berbagai Medium dengan
Penambahan BAP (Benzyl Amino Purine). Proceedings The 1st
UMYGrace 2020 (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Undergraduate
Conference) Mengandung, 1, 204–213.
Alireza, I., M. Ebadi & Z. zare. 2011. Effect of Nitrogen and Potasium on in
vitro Microtuberization of Potato (Solanum tuberosum L. var Agria.)
Australian Journal of Basic and Applied Scieence 5 (12): 442-448.
50
51
Nuraini, A., Rizky, W. H., & Susanti, D. (2014). Pemanfaatan pupuk daun
sebagai media alternatif dan bahan organik pada kultur in vitro kentang
(Solanum tuberosum L.) kultivar granola. Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan Teknologi Pertanian Polinela, 189-196.
Petrucci, Ralph H. 2008. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
Keempat Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Sandra, E. 2018. Buku Pelatihan Kultur Jaringan Esha Flora. Bogor. 105 hal.
Siallagan, C. Y., Nurhidayah, T., & Nurbaiti. (2017). Pengaruh kompos limbah
sayur-sayuran terhadap pertumbuhan bibit kopi robusta (Coffea canephora
Pierre). Jom Faperta, 4(1), 1-8.
Sumadi, B. 2007. Kentang dan analisis usaha tani. Yogyakarta (ID): Kanisium.
115 hal.
53
Dokumentasi Praktik Kerja Lapangan (PKL)
1. Sterilisasi Ruangan
5. Penanaman Planlet
11. Bakti Kampus (memberi pakan ternak, sanitasi jagung, polinasi melon, dan
penanaman pohon)