Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
1. Aisah (21230016)
2. Dafri Lukman (21230001)
3. Hafiza Hulwa Yumna (21230009)
4. Sindy Nidatu Rohmah (21230003)
5. Nur Hafifatul Janiyah (21230014)
6. Nailatul Qoyyimah (21230015)
UNIVERSITAS JANABADRA
EKONOMI PEMBANGUNAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah mengenai “Perubahan
Kebijakan APBD” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Agung Muhammad SAW.
Harapam kami, meskipun makalah ini jauh dari sempurna, semoga dapat
memberikan kemudahan dalam memahami perubahan kebijakan APBD secara
menyeluruh serta dapat mendorong para pembaca untuk lebih giat lagi dalam memahami
sumber perubahan kebijakan APBD.
Kelompok 3
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1........................................................................................................................................ Latar
Belakang........................................................................................................................3
1.2........................................................................................................................................
Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3........................................................................................................................................ Tujuan
Penulisan .......................................................................................................................4
1.4........................................................................................................................................
Manfaat Penulisan ........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
3.1. Kesimpulan...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ialah data penting pengelolaan
dalam keuangan daerah di Indonesia yang ditetapkan harus dengan peraturan daerah
(perda) sebelum dimulai tahun pelaksanaan (Halim dan Abdullah : 2006). Pada
penyusunan program kerja akan dibiayai oleh APBD akan di laksanakan satu tahun
sebelum waktu pelaksanaannya, maka dari itu saat pelaksanaan anggaran yang akan
dilakukan penyesuaian atau perubahan anggaran, sebagaimana mestinya ditentukan
pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 adalah tentang pengelolaan
keuangan daerah.
Penyesuaian APBD harus dilakukan dengan cara merubah jumlah angka dalam
pendanaan, belanja dan pembiayaan. Anggaran sewaktu-waktu juga dapat mengalami
perubahan, baik berupa penambahan maupun pengurangan anggaran. Abdullah dan
Rona (2015) berpendapat fenomena yang biasa terjadi di dalam suatu penganggaran
dipemerintah ialah terjadi suatu perubahan dan revisi anggaran yang sedang
dilakukan oleh pemerintah di tahun berjalan. Yang di maksud dengan revisi anggaran
adalah terjadinya perubahan pada rincian anggaran yang telah ditetapkan pada APBN
pada Tahun Anggaran berjalan dan disahkan dalam Daftar dalam Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA). Dalam merubahan anggaran belanja menjadi gambaran utama
mengenai perubahan target untuk pelayanan publik dan orientasi pembangunan
daerah setidaknya untuk dalam jangka waktu pendek. Perubahan alokasi atas
anggaran belanja merupakan suatu bagian penting pada perubahan dalam anggaran,
ada bentuk perubahan alokasi belanja di lihat dari penyebabnya adalah perubahan
3
karena adanya varian (senjangan), Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, perubahan
pergeseran anggaran (virement), dan perubahan perubahan dalam penerimaan,
khususnya anggaran pendapatan (Abdullah,2013).
Perubahan APBD yang disebabkan karena perkembangan yang tidak sesuai
dengan Kebijakan umum anggaran (KUA) dapat berupa terjadinya pelampauan atau
tidak tercapainya proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan
penggunaan biaya yang semula ditetapkan dalam KUA. Kebijakan umum perubahan
APBD serta PPA perubahan APBD yang sudah disepakati dituangkan dalam Nota
Kesepakatan yang ditandatangani bersama antara Kepala Daerah dan Pimpinan
DPRD.
Adapun tujuan yang ingin dibahas dalam penulisan makalah ini adalah:
Adapun manfaat yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah:
4
1. Untuk mengetahui apa itu APBD
4. Untuk mengetahui permasalahan dan kendala yang dihadapi oleh daerah dalam
pencapaian arah dan kebijakan umum APBD
5
BAB 2
PEMBAHASAN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, APBD juga
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, di mulai
dari 1 Januari sampai 31 Desember. APBD terdiri atas Anggaran Pendapatan, (Pendaptan Asli
Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, hasil pengelola kekayaan daerah, dan penerimaan
lainnya), Bagian dana perimbangan, Alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus serta
pendapatan lain-lain yang sah seperti dana hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari
provinsi dan pemerintah daerah lainnya., dana penyesuaian dan otonomi khusus, bantuan
keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya dan pendapatan lainnya. Menurut Alteng
Syafruddin APBD merupakan rencana kerja atau program kerja pemerintah daerah untuk tahaun
kerja tertentu, di dalamnya memuat rencana pendapatan dan rencana pengeluaran selama tahun
kerja tersebut, dan menurut M. Suparmoko APBD merupakan anggaran yang memuat daftar
pernyataan rinci tentang jenis dan jumlah penerimaan, jenis dan jumlah pengeluaran negara yang
diharapkan dalam jangka waktu satu tahun tertentu.
Penggunaan APBD sebagai prosedur utama dalam menentukan jumlah pengeluaran serta
pendapatan. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan pelayanan masyarakat dan kesejahteraan
umum di daerah tersebut. APBD juga mendukung pemerintah daerah dalam hal pengambilan
keputusan, perencanaan pembangunan daerah, dan perizinan pengeluaran di masa yang akan
datang. Pelaksanaan proyek jangka Panjang di daerah tertentu menggunakan APBD sebagai
acuannya, bila mana tidak ada persetujuan terkait APBD, maka proyek akan mangkrak. APBD
juga merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui oleh
pemerintah daerah dan DPRD, serta ditetapkan dengan peraturan daearh, termasuk tujuan APBD.
Komponen penyusunan anggran APBD tentunya yakni penerimaan dan pengeluaran. .
Dengan adanya APBD pemerintah akan lebih mudah dalam mengambil keputusan,
melakukan perencanaan pembangunan dan perizinan, serta meningkatkan kesejahteraan.
Komponen-komponen dalam APBD meliputi:
6
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah, dan jenis penerimaan lainnya.
2. Bagian Dana Perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU),
dan Dana Alokasi Khusus.
3. Pendapatan lain-lain yang sah seperti Dana Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak
dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, Bantuan
Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.
Masih banyak instansi yang mengandalkan Microsoft Office Excel dalam menyusun
perencanaan anggaran. Untuk Instansi yang memiliki banyak unit, akan ada kerepotan tersendiri
dalam melakukan merging semua data usulan anggaran dalam bentuk excel. Belum lagi kalau
unit kerja menyusun dengan format yang berbeda-beda, pastinya akan menambah pekerjaan
untuk menyamakan formatnya.
Hal ini hampir sering terjadi di beberapa instansi. Menyalin anggaran tahun lalu yang
kemudian menaikkan nominalnya sekian persen merupakan jalan pintas untuk menyusun
anggaran dengan cepat. Tentunya hal ini tidak disarankan karena pastinya visi instansi setiap
tahunnya berbeda, yang juga akan berpengaruh pada kegiatan-kegiatan yang dianggarkan pada
tahun tersebut.
Pentingnya penyeragaman biaya (standar biaya) untuk setiap jenis biaya atau belanja
adalah untuk mengurangi potensi “kecemburuan sosial” antara unit-unit pengguna anggaran.
Sayangnya sering kali di beberapa instansi belum memiliki standar biaya yang bisa dijadikan
patokan. Hasilnya, tidak ada kendali pada unit pengguna anggaran dalam mengusulkan nominal
7
anggaran pada biaya-biaya yang disajian dan bisa saja bagian perencanaan anggaran di kantor
pusat akan mendapati kesenjangan nominal pada biaya-biaya tertentu yang selisihnya bisa relatif
banyak.
Penyebab dari keterlambatan dalam pengajuan anggaran bisa dari banyak faktor.
Misalnya saja karena media pengajuan anggaran yang masih offline. Di beberapa institusi
mengeluhkan hal yang sama yaitu kesulitan mereka dalam menggabungkan dokumen pengajuan
anggaran dari unit-unit kerja di bawah kantor pusat. Hal ini menyebabkan “kerja ekstra” bagi
bagian perencanaan kantor pusat untuk menerjemahkan kemudian menggabungkan pengajuan
anggaran unit kerja satu dengan lainnya.
Proses pengajuan anggaran tidak lepas dari yang namanya “Persetujuan” oleh pimpinan.
Review anggaran dari pimpinan sangat penting untuk memastikan para pengguna anggaran tidak
mengusulkan anggaran yang tidak sewajarnya. Namun dalam proses review atau peninjauan
ulang oleh pimpinan ini pun tak lepas dari kendala. Kendala yang paling sering dihadapi oleh
para pengguna anggaran adalah ketika dibenturkan pada tingginya mobilitas pimpinan. Hal
tersebut sering kali menyebabkan terlambatnya proses review yang nantinya akan merembet
pada terlambatnya pengajuan anggaran.
Kebutuhan pembiayaan yang terus meningkat, apalagi di era pandemi ini, tidaklah
mungkin ditanggung oleh APBD yang ada saat ini. Diperlukan sumber daya lain, misalnya
pinjaman daerah, dimana secara regulasi pemerintah diperbolehkan, untuk menjadi sumber
alternatif pembiayaan untuk kepentingan daerah.
Pinjaman daerah dapat menjadi pilihan alternatif daerah dalam mengatasi permasalahan
keterbatasan pembiayaan pembangunan. Penggunaan dana ini dapat untuk membiayai segala
proyek dan program pembangunan, baik fisik maupun non fisik. Beberapa kemudahan terus
dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan mendirikan PT. Sarana Multi Infrastruktur
8
(SMI) sebagai institusi bisnis milik pemerintah untuk memberikan layanan pada pinjaman daerah
ini secara masif, cepat dan terukur.
Meskipun memiliki potensi pinjaman yang relatif besar, namun sebagian besar daerah
belum secara optimal memanfaatkan potensi tersebut untuk pembiayaan daerah. Hal ini
tercermin dari kapasitas pemanfaatan pinjaman yang kecil dan bahkan tidak pernah melakukan
pinjaman sama sekali. Menteri Keuangan menyebutkan bahwa rasio pemerintah daerah yang
mampu dan mau melakukan pinjaman ke PT SMI hanya 16% dari seluruh Pemerintah Daerah
(Pemda) yang sebetulnya eligible untuk melakukan pinjamana daerah. Data SMI juga
menunjukkan bahwa dari 450 daerah yang eligible, hanya 21 Pemda yang melakukan akses dana
pinjaman dari SMI.
Merujuk pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 106/2018, pemerintah
memberikan batas maksimal kumulatif pinjaman daerah sebesar 0,3% dari PDB. Batasan ini juga
berlaku pada tahun-tahun anggaran sebelumnya. Data Direktorat Jenderal Perimbangan
Keuangan (DJPK) Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa penerimaan pinjaman daerah
secara nasional pada 2017 mencapai Rp7,4 triliun. Penarikan pinjaman daerah meningkat
menjadi Rp12,2 triliun pada 2018. Namun, pinjaman daerah kembali menurun pada 2019
menjadi Rp9,38 triliun.
Pada aspek pembiayaan anggaran daerah, selama ini pemda cenderung lebih
memanfaatkan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) atau menunggu dana APBD sebagai
penerimaan pembiayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak daerah yang masih
menggunakan pola pikir konvensional dalam mengelola anggaran. Padahal, PP No. 56/2018
tentang Pinjaman Daerah telah mengamanatkan bahwa pinjaman daerah bermanfaat untuk
membiayai infrastruktur, investasi prasarana, hingga sarana daerah dalam rangka pelayanan
publik.
Melakukan pinjaman daerah memang tak semudah menunggu turunnya dana transfer dari
pemerintah pusat. Sebelum melakukan penarikan pinjaman daerah, Pemda perlu melakukan
banyak persiapan. Misalnya adanya dokumen komplit terkait dengan proyek atau program yang
akan dibiayai, termasuk feasibility study atas proyek yang akan diajukan pembiayaannya. Selain
itu, rendahnya dan volatility PAD (Pendapatan Asli Daerah) menyebabkan rendahnya Pemda
enggan mengambil risiko untuk menarik pinjaman daerah. Begitu juga, PP Nomor 56/2018 yang
9
mengamanatkan untuk mendapatkan persetujuan DPRD, merupakan permasalahan lain yang
harus diselesaikan oleh pemda. Sangat penting bagi pemda, untuk membangun hubungan yang
baik dan konstruktif dengan pihak legislatif untuk membangun daerah secara bersama-sama.
Kebijakan yang dimuat dalam anggaran kebijakan umum APBD menjadi dasar untuk
penilaian kinerja keuangan daerah meliputi kebijakan bidang pendapatan belanja dan
pembiayaan serta asumsi yang mendasari selama 1 tahun anggaran. Dan arah dan kebijakan
umum APBD membuat komponen-komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang
diharapkan pada setiap bidang kewenangan pemerintah Daerah yang dilaksanakan dalam satu
tahun anggaran. Asumsi dasar penyusunan RAPBD meliputi laju inflasi, pertumbuhan PDRB
dan asumsi lainnya terkait dengan indikator ekonomi makro daerah, kebijakan pendapatan
daerah yang menggambarkan perkiraan rencana sumber dan besaran pendapatan daerah
kebijakan Belanda daerah mencerminkan program utama atau prioritas pembangunan dan
langkah-langkah kebijakan dalam upaya meningkatkan pembangunan Daerah yang merupakan
sinkronisasi kebijakan pusat dan kondisi riil di daerah.
Komponen dan kinerja pelayanan yang diharapkan tersebut disusun berdasarkan aspirasi
masyarakat dengan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah termasuk ke negara
pelayanan yang telah dicapai dalam tahun anggaran sebelumnya. Penyusunan arah dan kebijakan
umum APBD umumnya menggunakan sejumlah asumsi dan untuk mencapainya kendala dan
tantangan karena keterbatasan sumber daya yang mana dalam hal ini diperlukan strategi atau
cara tertentu yang diharapkan untuk dapat memperlancar atau mempercepat pencapaian arah dan
kebijakan umum APBD. Prioritas diperlukan karena adanya keterbatasan sumber daya untuk
mencapai arah dan kebijakan umum APBD.
Kebijakan Umum APBD merupakan dokumen yang memuat kondisi ekonomi makro
daerah meliputi kondisi pada tahun sebelumnya dan tahun berjalan, asumsi dasar penyusunan
RAPBD meliputi laju inflansi, pertumbuhan PDRB dan asumsi lainnya terkait dengan indikator
ekonomi makro daerah, kebijakan pendapatan daerah yang menggambarkan perkiraan rencana
sumber dan besaran pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah yang mencerminkan program
10
utama atau prioritas pembangunan dan langkah kebijakan dalam upaya peningkatan
pembangunan daerah yang merupakan sinkronisasi kebijakan pusat dan kondisi riil di daerah,
kebijakan pembiayaan daerah yang menggambarkan sisi defisit dan surplus daerah sebagai
antisipasi terhadap kondisi pembiayaan daerah dalam rangka menyikapi tuntutan pembangunan
daerah. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat KUA adalah dokumen yang
memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya
untuk periode 1 (satu) tahun.
Pencapain Arah dan Kebijakan Umum APBD. Arah dan Kebijkaan umum merupakan
pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan berbagai kegiatan pelayanan publik agar
dapat mencapai tujuan dan sasaran secara efektif. Arah dan Kebijakan Umum APBD memuat
komponen- komponen pelayanan dan tingkat pencapaian yang diharapkan pada setiap
bidangkewenangan Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD, harus memperhatikan Rencana Strategis
Daerah, Hasil evaluasi kinerja pemerintah periode sebelumnya, pokok pikiran APBD dan arahan
dari pemerintah pusat. Arah dan
Menurut Keputusan Menteri Dalam Negeri 29 Tahun 2002, hal penting yang harus
diperhatikan dalam penyusunan arah dan kebijakan umum APBD, seperti : rencana strategis
daerah, hasil evaluasi kinerja pemerintah periode sebelumnya, pokok pikiran DPRD dan arahan
dari pemerintah pusat. Arah dan kebijakan umum APBD yang disusun harus memuat petunjuk
dan ketentuan-ketentuan umum yang disepakati sebagai pedoman dalam penyusunan APBD.
Dalam sistem anggaran kinerja, arah dan kebijakan umum APBD disamping merupakan
instrument perencanaan anggaran juga sebagai dasar untuk penilaian kinerja keuangan daerah.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002, mengatakan bahwa arah dan kebijakan
umum APBD dapat disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Sesuai dengan visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang diterapkan dalam rencana
strategis daerah dan dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan dalam rencana strategis
daerah dan dokumen perencanaan lainnya yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan aspirasi
masyarakat yang berkembang dan mempertimbangkan kondisi dan kemampuan daerah saat itu.
11
2. Memuat arah yang diinginkan dan kebijakan umum yang disepakati sebagai pedoman
penyusunan strategi dan prioritas APBD serta rencana APBD dalam satu tahun anggaran yang
telah disusun dari hasil kesepakatan bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah.
3. Memberikan fleksibilitas untuk dijabarkan lebih lanjut dan memberikan peluang untuk
pengembangan kreatifitas bagi pelaksanaannya (pihak eksekutif).
12
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
13
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-apbd/
https://www.ruangmenyala.com/article/read/pengertian-apbd-fungsi-dasar-hukum-dan-
langkah-penyusunan
https://amp.kompas.com/money/read/2021/03/02/011100826/mengenal-apa-itu-apbd-
fungsi-dan-tujuan-pembuatannya
https://bpkad.jogjakota.go.id/page/index/rencana-strategis
http://ejournal.unis.ac.id
http://bappeda.pariamankota.go.id
https://finance.detik.com/solusiukm/d-6345881/apbd-adalah-fungsi-tujuan-mekanisme-
penyusunan-dan-sumbernya
https://blog.ecampuz.com/5-kendala-perencanaan-anggaran-2/
https://feb.ub.ac.id/id/tantangan-pinjaman-daerah.html
https://www.wikiapbn.org/kebijakan-umum-apbd-dan-prioritas-dan-plafon-anggaran-
sementara/
https://brainly.co.id/tugas/26813909
https://bappeda.kukarkab.go.id/dokumens/D-afa479cdfe68ce014edf107a9c704997.pdf
14