Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID 19

NAMA: MUHAMMAD FAUZI

NIM

PROGRAM STUDI: ILMU HUKUM


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah g berjudul e-learning pada masa pandemi covid
19 tepat waktu.
Makalah berjudul e-learning pada masa pandemi covid 19 disusun guna memenuhi
tugas [dosen/guru] pada mata kuliah bahasa Indonesia di universitas terbuka. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang e-learning pada masa pandemi covid 19.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada [Bapak/Ibu] selaku mata


kuliah bahasa indonesia. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Timika, 13 november 2022

Muhammad fauzi
DAFTAR ISI
JUDUL …………………………….……………………………………….……………........I

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………II

DAFTAR ISI ………………………….…………………………………………………….III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG .……………………………………………………………1


1.2 RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………....1
1.3 TUJUAN ………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID 19 DI


DUNIA………………...3

BAB III PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN ………..………………………………………………………..14

DAFTAR PUSTAKA .……………………………………………………………………...15


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Pada masa pandemi Covid-19, hampir semua kegiatan proses belajar-mengajar dilakukan dari
rumah, mau tidak mau, suka tidak suka, dilakukan secara online atau dalam jaringan (daring)
oleh para guru dan murid. Bagi guru yang ingin membuat kelas onlinenya lebih inovatif
dibutuhkan media belajar yang dapat memfasilitasi murid untuk berdiskusi dan melakukan
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif, karena selama ini pembelajaran
dilakukan secara offline atau luar jaringan (luring). Awal dilakukan pembelaran online
banyak ditemukan kendala atau masalah-masalah dengan kegiatan proses belajar-mengajar
seperti masih ditemukannya murid yang malas menggunakan alat bantu belajar berupa HP,
komputer atau laptop. Karena alat-alat bantu tersebut lebih banyak digunakan untuk
berselancar di media sosial seperti Facebook (FB), Instagram (IG), atau twitter. Juga kasus
lain adalah tidak adanya paket internet untuk pembelajaran online bahkan yang lebih drastis
lagi adalah tidak memiliki alat-alat bantu yang disebutkan diatas karena kondisi
perekonomian yang belum memenuhi standar hidup layak. Jikapun menggunakan computer,
biasanya hanya membuat laporan kegiatan atau paper.

Jati (2018) mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terutamateknologi


memberikan pengaruh yang sangat berarti terhadap efektifitas dan kreativitas proses kegiatan
belajar mengajar. Pada saat dimulainya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sekitar bulan Maret
2020, beberapa murid di kelas 12 MIPA 1,2 dan 3, masih ada yang belum memiliki
Handphone (HP) sehingga sangat mengalami kesulitan untuk bisa mengikuti pembelajaran
dalam jaringan (daring). Untuk menunjang proses pembelajaran, diperlukan suatu media yang
sangat menentukan dan menunjang proses pembelajaran secara daring. Sehingga penelitian
ini akan membahas suatu studi kasus tentang media pembelajaran yang interaktif berbasis
aplikasi yaitu padlet pada pelajaran Bahasa Inggris karena juga mayoritas murid banyak yang
tidak cakap dalam memahami penggunaan Bahasa Inggris itu sendiri, baik dari segi akademik
maupun berkomunikasi dalam Bahasa Inggris. Padlet (http://padlet.com) merupakan papan
tulis online yang dapat digunakan oleh guru dan murid. Tujuan akhir dari penelitian ini
adalah agar supaya murid tidak lagi merasa jenuh atau tidak bersemangat belajar pada saat
masa pandemi Covid-19 ini, juga untuk guru akan lebih bisa lagi berkreasi dan inovatif dalam
melaksanakan kegiatan proses belajar-mengajar sehingga tercipta atmosfir atau suasana
belajar online terasa offline.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Apa saja jenis pembelajaran pada masa covid dan seperti apa pembelajaran daring e-
learning di laksanakan di seluruh dunia dan Indonesia
1.3 TUJUAN

Untuk menambah pengetahuan para pembaca mengenai metode dan apa yang terjadi pada
dunia pendidikan di seluruh dunia dan Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN
E-LEARNINGPADA MASA PANDEMI COVID 19 DI SELURUH DUNIA

Selama situasi pandemi yang terjadi karena COVID′ 19, semua hal berubah tiba-tiba dan
transisi diamati sebagian besar di seberang semua sektor di tingkat masyarakat, tingkat
kelembagaan dan juga di tingkat individu. Sebagian besar sektor pendidikan diubah dari
metodologi pengajaran dan pembelajaran tradisional menjadi pengajaran online. Dengan
Sehubungan dengan hal ini, sebagian besar institusi sudah mulai berupaya untuk memiliki
proses belajar mengajar online yang efektif. Dengan Sehubungan dengan hal tersebut,
lembaga telah menyusun program pelatihan untuk komunitas guru untuk melatih mereka
tentang pelaksanaan kelas online efektif, penggunaan berbagai teknologi seperti Google
Classroom, OBS, Saluran Youtube, dll. untuk menjangkau siswa selama pandemi situasi.
Selama program pelatihan tersebut, beberapa alat untuk melakukan kuis, aktivitas permainan
dan mengikuti polling seperti Hot Potato, Kuis Moodle dan polling di mana-mana juga
diperkenalkan kepada guru komunitas untuk melibatkan siswa selama pembelajaran online.
Beberapa dari peneliti juga mengusulkan kerangka kerja dengan alat TIK yang diperlukan
dan faktor lain yang diperlukan untuk membuat proses pembelajaran online yang baik Md.
Syahadat Hossain Khan [2021]. Dampak dari semua kegiatan tersebut member manfaat
dalam melibatkan siswa dan 70% siswa lebih disukai pembelajaran online dan mereka telah
melibatkan diri Muthuprasad [2021]. Dimungkinkan juga untuk menjalankan kelas online
seperti kelas offline selama itu situasi pandemi kritis.

Kebijakan socialdistancing maupun physicaldistancing guna meminimalisir penyebaran


COVID-19 mendorong semua elemen pendidikan untuk mengaktifkan kelas meskipun
sekolah tutup. Penutupan sekolah menjadi langkah mitigasi paling efektif untuk
meminimalisir penyebaran wabah pada anakanak. Solusi yang diberikan yakni dengan
memberlakukan pembelajaran dirumah dengan memanfaatkan berbagai fasilitas penunjang
yang mendukung.

Selama masa pandemic COVID-19 pembelajaran dirumah atau online menjadi solusi
melanjutkan sisa semester. Pembelajaran online didefinisikan sebagai pengalaman transfer
pengetahuan menggunakan video, audio, gambar, komunikasi teks, perangkat lunak
(Basilaia&Kvavadze, 2020) dan dengan dukungan jaringan internet (Zhu& Liu, 2020). Ini
merupakan modifikasi transfer pengetahuan melalui forum website (Basilaia&Kvavadze,
2020) dan tren teknologi digital sebagai ciri khas dari revolusi industry 4.0 untuk menunjang
pembelajaran selama masa pandemic COVID-19. Integrasi teknologi dan ragam inovasi ciri
dari pembelajaran online (Bangguretal., 2018). Selain itu, yang terpenting adalah kesiapan
pendidik dan peserta didik untuk berintereaksi secara online. Infrastruktur yang mendukung
pembelajaran online secara gratis melalui berbagai ruang diskusi seperti Google Classroom,
Whatsapp, Kelas Cerdas, Zenius, Quipper dan Microsoft (Abidah etal., 2020).

FiturWhatsapp mencakup Whatsapp Group yang dapat digunakan untuk mengirim pesan
teks, dan gambar. Selama COVID′19, karena semua institusi ditutup tiba-tiba,sebagian besar
komunitas guru dari negara berkembang sepertiBangladesh mengusulkan kerangka kerja
untuk melakukan mode terbalikkelas online dan hasilnya menunjukkan bahwa guru harus
menghabiskanlebih banyak waktu dalam merancang kelas yang efektif. Karya ini juga
menunjukkan bahwadiperlukan untuk merancang dan menerapkan strategi yang tepat tentang
pembelajaran yang diperlukanwaktu, efektivitas pembelajaran online dengan guru. dll.

Md. SyahadatHossain Khan dkk., [2021]Di rumah, banyak siswa terbatas dan luar negeri
tidak memiliki akses kekomputer dan internet dan karena ini, pendidikan tinggiinstitusi
sedang terburu-buru untuk mengidentifikasi solusi untuk pembelajaran onlinebersama dengan
faktor yang berbeda sehubungan dengan penggunaan alat TIK, ketersediaanalat dan teknologi
Tang etal., [2021].

Banyak siswa yang sangat bergantung pada sumber daya sekolah seperti:makanan,
perumahan, dan perawatan kesehatan menyadari bahwa mereka tidak memiliki "tempat
tinggal"untuk bepergian ketika kampus mereka ditutup WindesandLesht [2014].
SebagaiAkibatnya, sekolah harus menjadi lebih kreatif.

Menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation diApril 2020
Polyakovaetal., [2021], Epidemi memiliki pengaruh pada45 persen kesehatan mental orang
Amerika, dengan 19 persen menunjukkannyamemiliki "jejak yang signifikan". Menurut
Keluarga Kaiser yang berbedaSurvei yayasan Neary [2021], virus corona dikatakan
telahmembahayakan kesehatan mental 58 persen anak berusia 18-24 tahun diAmerika
Serikat.

Pendidikan tinggi segera menyadari pentingnya ikatan sosial, karenaserta rasa sakit sosial-
emosional yang diciptakan oleh penutupan sekolah pandemi.

Dalam makalah Ruffolo etal., [2021] mereka mengklaim bahwa mengobatitekanan siswa oleh
tidak dapat diandalkan dan karantina, bukan hanyamenyempurnakan kepraktisan membuat
instruksi bekerja, berada diinti dari masalah sekolah jarak jauh. “Tetap berhubungan dengan
rekan kerja,membuat diri Anda tersedia untuk siswa, dan membantu siswa membuatsendiri
dapat diakses satu sama lain” sarannya.

Orang tua termotivasi untuk membawa anaknya ke perguruan tinggi atau


universitassetidaknya karena tiga alasan, menurut Lieber [2020]:

(1) menumpukpengetahuan dan membangun otak orang dewasa yang lebih baik,

(2) memperoleh gelaryang menyampaikan kepada calon pemberi kerja keuletan dan
kemampuan Anda untuk mencapai,dan

(3) membentuk persahabatan dan mentor seumur hidup, yang keduanya


sulit dicapai ketika mendidik dari tempat tinggal. Banyak siswaberharap untuk kembali ke
kampus. “Bagi saya, berbagi interaksi wajah dan komunikasi dalam situasi kelas
keduanyamenguntungkan” seorang mahasiswa dari salah satu penulis berkomentar. Saya
tidak tahuseberapa sering saya mengambil hubungan manusia di kampus begitu saja sampai
sekarang tapi,dan betapa aku menghargai semua yang terjadi.” Siswa adalahmelepaskan diri,
menurut pendidik di papan diskusi, menyebabkanguru berjuang untuk menjaga anak-anak
mereka termotivasi Tang etal., [2021].

Ketika lingkungan belajar pelajar merangsang, mereka menjadilebih terlibat dan mendorong
perkembangan sosial dan emosional,membina hubungan, dan menggunakan strategi
instruksional yang efektif. SebagaiHasilnya, siswa yang terlibat menampilkan perilaku,
proses pemikiran atau perasaanyang menunjukkan hubungan dengan topik kursus, guru, dan
siswa lain Greenhowetal., [2021].

bahwa model pembelajaran ini adalah suatu kerangka dasar dalam pembelajaran, di dalam
rangka tersebut materi yang beragam atau muatan dalam suatu mata pelajaran yang selaras
dengan karakteristik rangka dasar tersebut. Bentuk dari model pembelajarn ini juga sangatlah
bervariasi sesuai dengan aturan serta ilmu pendidikan yang menjadi motif.

Berbagai problematika pendidikan yang terjadi saat pembelajaran daring akibat pandemi
covid-19 adalah tantangan yang harus dihadapi guru. Guru harus melalui tantangan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, tantangan yang harus dilalui guru yaitu kesiapan dari segi
fasilitas, evaluasi, karakteristik peserta didik, dan juga kemampuan literasi digital. Upaya
yang bisa dilakukan yakni kemampuan inovasi dan kreasi dalam proses pembelajaran,
kerjasama guru dengan orang tua, pemahaman terhadap karakteristik peserta didik, dan juga
kemampuan dalam literasi digital (Yuniarti et al., 2021).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ananda menjelaskan bahwa proses pembelajaran
dengan menggunakan tematik saat ini tidak seideal atau efektif jika dibandingkan dengan
kondisi sebelum pandemi Covid-19 (Ananda, Rizki., Fadhilaturrahmi., 2021). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian kami bahwa pembelajaran saat pandemi Covid-19 tidak efektif jika
menerapkan Kurikulum 2013 yang pada dasarnya bersifat tematik dan juga menggunakan
pendekatan tematik integratif. Kenyataan bahwa dalam prosesnya, pembelajaran daring
masih kurang efektif dilaksanakan dan memiliki banyak hambatan. Hasil kuesioner
menunjukkan beberapa responden menjawab agar guru sebagai pelaku pembelajaran dapat
lebih kreatif, inovatif, dan mampu beradaptasi dalam penyusunan rancangan pembelajaran
daring. Selain itu, diharapkan agar guru dapat lebih meningkatkan interaksinya dengan siswa
selama pembelajaran daring. Meskipun dilakukan secara tatap maya, seharusnya dengan
perkembangan teknologi saat ini guru dapat memanfaatkan ruang digital untuk berinteraksi
dengan siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk melakukan pembelajaran dan
memberikan pembelajaran yang bermakna. Responden juga berharap agar guru dapat
berkoordinasi dengan wali murid dikarenakan anak melakukan kegiatan belajar di rumah,
sehingga peran orang tua tidak kalah penting dalam keefektifan belajar siswa. Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Pratomo & Herlambang, (2021) bahwa selama kegiatan belajar di
rumah, orang tua dapat membentuk karakter anak agar memiliki akhlak yang baik, serta
memiliki moral dan perilaku yang baik juga. Oleh karena itu selama anak belajar di rumah
orang tua diharapkan dapat menjadi contoh yang baik bagi anak. Guru juga dapat secara aktif
mengajak wali murid untuk dapat bekerja sama memantau perkembangan belajar siswa

Penyebaran Covid-19 di seluruh dunia membuat lembaga pendidikan berubahuntuk


pendidikan virtual [24]. Namun, di banyak negara, sekolah danmahasiswa tidak memiliki
sumber daya yang identik untuk kinerja yang tepatdalam kondisi baru, yang, selain
ketidaksiapan e-learning, menyebabkan siswa mengalami dampak psikososial terkait e-
learning [25, 26, 27]. Penelitian ini berusaha untuk menyelidiki derajat kesiapan E-learning di
kalangan mahasiswa Fakultas Kesehatan di Ilmu Kedokteran Universitas Isfahan selama
pandemi Covid-19 di 2020.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selama pandemi Covid-19 70% daripara siswa
memiliki tingkat kesiapan E-learning yang tinggi. Sebagian besar pesertamemiliki akses ke
komputer yang terhubung ke kecepatan tinggiInternet dan aplikasi seperti Microsoft Words,
Adobe connect, dan Ruang langit. Sebaliknya, Aboagye et. Al. menemukan bahwa siswa
tidakmemiliki kesiapan yang diperlukan untuk mengalami pendidikan virtual.

Hasil dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa yang paling pentingTantangan yang
dihadapi siswa adalah rendahnya motivasi belajar. Ini dapat memberikan dukungan kepada
Rozhkova et. Al. dalam hal itu sekitar 70% siswa melakukannya tidak memiliki kesiapan E-
learning yang diperlukan karena ketidakcukupan mereka motivasi [28]. Hal ini dapat
dipertanggungjawabkan dengan tidak adanya tatap muka komunikasi antara siswa dengan
gurunya, kurangnya pengawasan yang memadai terhadap kegiatan pendidikan siswa dan
kegagalan guru untuk menggunakan metode pengajaran modern dan diperbarui.

Anwar et.al., menemukan bahwa pendidikan virtual menghasilkan peningkatanmotivasi siswa


[29].Hasil juga membuktikan bahwa siswa menilai dua faktor dari"Akses Teknologi" dan
"Diskusi Internet" tertinggi, jadi meningkat fasilitas teknologi dalam hal ini dapat
meningkatkan kemampuan siswa kesiapan untuk E-learning. Skor terendah terkait dengan
motivasi yang sejalan dengan Ali-Asghari yang mengidentifikasi 'akses ke teknologi' dan
'motivasi' sebagai dua faktor paling efektif dalam skor [30]. Karena itu, sesuai dengan situasi
saat ini, jika sistem pendidikan ini didirikan, motivasi siswa untuk mendapatkan keuntungan
dari kelas online dan pembelajaran jarak jauh harus ditingkatkan. Penelitian Dalili et al. juga
menyatakan bahwa menyediakan siswa dengan internet berkecepatan tinggi dan tanpa
gangguan jaringan, serta lingkungan yang tenang di rumah dapat meningkatkan motivasi
[18]. Hal ini sejalan dengan Ilvica Grace et. al., yang menemukan bahwa ketersediaan
teknologi adalah salah satu tantangan yang mempengaruhi E-learning siswa selama pandemi
Covid-19 [31]. Juga, Muilenburg dan Berge mengidentifikasi biaya dan koneksi Internet
sebagai dua hal yang lebih kecil hambatan penting untuk pendidikan virtual [32]. Kedua
faktor ini sebenarnya mempengaruhi aksesibilitas ke teknologi Modern yang pada gilirannya
telah diakui sebagai faktor penting dalam kesiapan E-learning di masa sekarang belajar.

Temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa skor rata-rata perempuan kesiapan E-
learning lebih tinggi daripada laki-laki, dan perempuan itu siswa cenderung lebih siap
daripada siswa laki-laki. Penemuan-penemuan ini konsisten dengan hasil penelitian oleh
Almomani et al. Berdasarkan studi, kepuasan siswa perempuan yang lebih baik dengan
pembelajaran online pengalaman dikaitkan dengan nilai dan minat yang dimiliki siswa
perempuan tempat dalam perencanaan dan partisipasi, yang dapat meningkatkan kesiapan
mereka untuk E-learning [33]. Namun demikian, analisis lebih lanjut dari data untuk status
perkawinan peserta menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam skor rata-rata
kedua kelompok, yang sejalan dengan sebelumnya studi [34, 35].

Hasil membandingkan rata-rata ketiga kelompok dengan perbedaan tingkat pendidikan


menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Grup BA dan Ph.D. Dapat
disimpulkan bahwa siswa BA tidak cukup siap untuk E-learning. Ini mungkin dijelaskan oleh
tingginya jumlah siswa di tingkat ini yang baru-baru ini memiliki dasar perubahan dalam
pengaturan pendidikan mereka dan, oleh karena itu, enggan untuk menerima perubahan lain
dalam pendidikan mereka. Pembenaran lain dapat penyebaran tiba-tiba Covid-19 yang
membuat perubahan ini cepat dan wajib. Alasan lain untuk perbedaan persiapan antara Grup
BA dan dua grup lainnya dapat disebabkan oleh penggunaan komputer yang lebih banyak
dan Internet oleh siswa di pendidikan tinggi untuk proyek jangka mereka, studi penelitian dan
tesis [36]. Hal ini dapat didukung oleh Abbasi et. Al.yang menemukan bahwa siswa BA lebih
bersedia untuk memiliki pendidikan tatap mukadan tidak tertarik dengan pendidikan virtual
[37].

Variabel lain yang diselidiki dalam penelitian ini adalah peserta Status Pekerjaan. Hasilnya
menunjukkan bahwa peserta yang bekerja memiliki tingkat kesiapan yang lebih tinggi untuk
E-learning daripada yang tidak bekerja orang-orang, meskipun pengangguran mungkin
memiliki lebih banyak waktu luang untuk memiliki akses ke pendidikan virtual. Namun,
siswa yang bekerja mungkin menjadi lebih akrab dengan mekanisme pendidikan virtual
karena mereka tanggung jawab yang berhubungan dengan pekerjaan. Mengenai hubungan
antara persepsi peserta tentang kesiapan mereka untuk E-learning dan umur, terdapat
hubungan positif yang signifikan, artinya semakin tinggi usia peserta, semakin tinggi
kesiapan E-learning mereka. Ini temuan dapat dijelaskan oleh fakta bahwa peserta yang lebih
muda mungkin adalah siswa BA yang lingkungan pendidikannya baru saja berubah.
Perubahan ini, yang juga bertepatan dengan penyebaran Covid-19 dan konsekuensinya bagi
sistem pendidikan, membuatnya sulit bagi siswa ini untuk menerima persyaratan pendidikan
virtual, mendukung hasil yang diperoleh Hassan et. al [35].

Seperti penelitian lainnya, penelitian ini memiliki keterbatasan tertentu. Karena penelitian ini
adalah cross-sectional, interpretasi dari hasilnya harus dibatasi untuk jangka waktu tertentu.
Apalagi datanya dikumpulkan dari para peserta di puncak penyakit, sehingga faktor kognitif
dan afektif mungkin telah mempengaruhi persepsi mereka tentang kesiapan mereka untuk E-
learning. Variabel lain tidak dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah tempat tinggal
peserta, menjadi perkotaan atau pedesaan, yang mungkin membuat para peserta berbeda
dalam hal aksesibilitas mereka ke perangkat teknologi dan kualitas mereka koneksi internet.
Mempertimbangkan semua keterbatasan ini, hasilnya disorot kebutuhan mendesak untuk
meninjau kembali penilaian situasi saat ini dalam hal persyaratan untuk menjalankan
pendidikan virtual, meningkatkan partisipasi siswa dalam diskusi dan komunikasi kelompok
online, dan meningkatkan motivasi belajar mereka. Penelitian di masa depan juga harus
mendiskusikan keefektifan pendekatan pengajaran online yang digunakan untuk siswa dalam
berbagai disiplin ilmu selama epidemi. Juga, salah satu dari faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan E siswa dapat berupa keuangan individu status (status sosial-
ekonomi), yang harus dipertimbangkan di masa depan riset.

Beberapa penelitian telah membahas peluang dan tantangan yang terkait dengan transisi ke
pembelajaran tradisional bukan e-learning. Salah satu alasan utama untuk inisiatif e-learning
goyah adalah kurangnya persiapan untuk pengalaman ini. Sebuah studi yang bertujuan untuk
menguji tantangan siswa tentang bagaimana menghadapi e-learning dalam wabah COVID-19
dan untuk memeriksa apakah siswa siap untuk studi online atau tidak disajikan dalam
(Aboagye et al. 2020). Studi tersebut menyimpulkan bahwa pendekatan campuran yang
menggabungkan pengajaran tradisional dan e-teaching harus tersedia untuk peserta didik.
Studi lain yang bertujuan untuk mengeksplorasi proses e-learning di kalangan siswa yang
akrab dengan teknologi berbasis web untuk memajukan keterampilan belajar mandiri mereka
adalah dijelaskan dalam (Radha et al. 2020). Hasil studi menunjukkan bahwa e-learning telah
menjadi populer di kalangan siswa di semua institusi pendidikan di masa lockdown karena
terhadap pandemi COVID-19.

Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri, manfaat, kekurangan dan ciri-
cirinya bahwa dampak E-learning telah disajikan (Ms & Toro, 2013). Beberapa dari fitur
demografis seperti perilaku dan latar belakang budaya berdampak pada siswa pendidikan
dalam domain E-learning. Oleh karena itu, bagi dosen untuk merancang pendidikan kegiatan
untuk membuat belajar lebih efektif, mereka harus memahami fitur-fitur ini.

Studi ini diterapkan pada siswa di Lebanon dan Inggris untuk membantu instruktur untuk
memahami apa yang diharapkan para sarjana dari sistem manajemen pembelajaran.

Menganalisis efektivitas E-learning bagi mahasiswa di tingkat universitas telah telah


diperkenalkan pada (Ali et al. 2018). Sebuah kuesioner diterapkan pada sampel 700 siswa,
94,9% dari mereka menggunakan teknik dan alat e-learning yang berbeda. Untuk mengukur
reliabilitas dan konsistensi internal faktor, uji alpha Cronbach diterapkan. Untuk mengambil
variabel dan menghitung factor loading dalam penelitian, analisis fitur eksplorasi diterapkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa siswa mendukung bahwa E-learning mudah digunakan,
menghemat waktu, dan terjangkau. Berbagai prediksi e-learning untuk tujuan pendidikan
telah diilustrasikan di (Samir et al. 2014). Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan
bagaimana membuat siswa tetap termotivasi dalam e-learning. Evaluasi motivasi siswa untuk
pembelajaran online dapat menjadi tantangan karena kurangnya kontak tatap muka antara
peserta didik dan guru.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan motivasi siswa
adalah dengan membiarkan mereka untuk mengisi formulir penilaian online tentang motivasi.
Studi ini menyarankan lima hipotesis penelitian yang akan diperiksa untuk mengidentifikasi
hipotesis mana yang harus diterima dan mana yang tidak seharusnya.

Kekuatan hubungan antara motivasi siswa dan e-learning adalahdiilustrasikan dalam


(Harandi, 2015). Data dikumpulkan dari siswa di Tehran Alzahra Universitas, dan koefisien
korelasi Pearson digunakan untuk analisis data. Itu hasil penelitian ini mengungkapkan
bahwa beberapa poin harus dipertimbangkan sebelum menggunakan E-learning. Namun,
penelitian ini terbatas pada satu budaya, yang dapat membatasi generalisasi hasilnya.

Studi yang dijelaskan dalam (Oludare Jethro et al. 2012) menunjukkan bahwa e-learning
adalah suasana baru bagi para sarjana, karena menggambarkan bagaimana membuat e-
learning lebih efektif di bidang pendidikan dan keuntungan menggunakan e-learning. Hasil
dari Studi menunjukkan bahwa siswa bersedia untuk belajar lebih banyak dengan komunikasi
sosial yang lebih sedikit dengan mahasiswa atau dosen lain.

Sebuah studi yang bertujuan untuk menyoroti dan mengukur empat Faktor Keberhasilan
Kritis dari wawasan siswa dijelaskan dalam (Selim, 2007). Faktor tersebut adalah pengajar
dan siswa karakteristik, struktur teknologi, dan dukungan universitas. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa faktor karakteristik instruktur adalah yang paling kritis diikuti oleh
infrastruktur TI dan dukungan universitas dalam keberhasilan e-learning. Sangat sedikit
faktor penting untuk keberhasilan e-learning adalah karakteristik siswa. Pekerjaan yang
dijelaskan dalam (GOYAL & S., 2012) telah mencoba untuk menekankan pentingnya e-
learning dalam pengajaran modern dan menggambarkan kelebihan dan kekurangannya. Juga,
perbandingan dengan Instructor Led Training (ILT) dan probabilitas penerapan E-learning
bukan pengajaran kelas lama dibahas. Sebagai tambahan, penelitian menunjukkan kelemahan
utama ILT di institusi dan bagaimana menggunakan E-learning dapat membantu dalam
mengatasi masalah tersebut.

Tujuan dari penelitian di (Gaebel et al. 2014) adalah untuk melakukan survei tentang varietas
organisasi E-learning, keterampilan, dan antisipasi mereka untuk yang akan datang. Blended
dan pembelajaran online diperhitungkan. Beberapa pertanyaan terkait dengan manajemen
intra-institusi, pengaturan dan layanan, dan kualitas jaminan. Hasil survei menunjukkan
bahwa dari 38 negara yang beragam dan sistem, ada 249 organisasi yang secara luas
memahami penyebab yang sama untuk meningkatkan penggunaan e-learning.

Studi di (Yengin et Al. 2011) menggambarkan bahwa peran paling vital dalam e-learning
pandangan desain adalah dosen online. Akibatnya, mengingat isu-isu yang berdampak pada
dosen kinerja harus diperhitungkan. Salah satu fitur yang berdampak pada kegunaan sistem
dan presentasi dosen memuaskan. Hasilnya menunjukkan, Kepuasan” yang terkait dengan
komunikasi instruktur publik, logis dan teknis di seluruh sistem e-learning, fitur-fitur yang
terkait dengan kepuasan guru di sistem e-learning telah diperiksa. Perbandingan antara alat E-
learning yang berbeda dalam hal tujuan, manfaat dan kekurangannya disajikan dalam
(Aljawarneh et al. 2010). Perbandingan membantu dalam menyediakan kapan harus
menggunakan setiap alat. Hasilnya menunjukkan bahwa instruktur dan siswa lebih suka
untuk menggunakan MOODLE melalui Blackboard di lingkungan e-learning. Salah satu
yang utama tantangan yang dihadapi lingkungan E-learning adalah masalah keamanan karena
keamanan tidak digabungkan ke dalam proses pengembangan pembelajaran aktif.

Pengaruh e-learning di Universitas Payame Noor Hamedan, Iran pada inovasi dan kesadaran
materi siswa kimia diperiksa di (Zare et al.2016). Penelitian ini menggunakan desain
eksperimen pre-test/post-test kelompok kontrol. Data temuan analisis menggunakan
independent t-test menunjukkan skor yang lebih baik secara signifikan variabel dihitung,
informasi dan inovasi untuk kelompok eksperimen. Akibatnya, E-learning bermanfaat untuk
akuisisi pengetahuan dan inovasi di antara siswa kimia, dan kesempatan yang lebih besar
untuk E-learning harus diberikan untuk lebih luas penonton.

Sebuah studi dalam (Arkorful & Abaidoo, 2015) bertujuan untuk mengeksplorasi literatur
dan menyediakan studi dengan konteks teoritis dengan meninjau beberapa publikasi yang
dibuat oleh berbagai akademisi dan universitas tentang definisi E-learning, penggunaannya
dalam pendidikan dan belajar di lembaga pendidikan tinggi. Literatur umum menggambarkan
pro dan kontra dari E-learning, yang menunjukkan bahwa hal itu perlu ditegakkan di
pendidikan tinggi untuk guru, supervisor dan siswa untuk mengalami keuntungan penuh dari
penerimaan dan implementasi.

Menilai efektivitas pembelajaran e-learning dipelajari di (Somayeh et al. 2016). Studi analisis
ini dilakukan dengan menggunakan database Medline dan CINAHL dan mesin pencari
Google. Penelitian ini menggunakan artikel ulasan tertutup dan bahasa Inggris meta-analisis
bahasa. 38 makalah termasuk jurnal, buku, dan situs web diselidiki dan dikategorikan dari
hasil yang diperoleh. Keuntungan umum dari E-learning seperti promosi belajar dan
kecepatan dan proses belajar karena individu kebutuhan dibahas. Hasil studi menunjukkan
efek positif dari E-learning pada pembelajaran, sehingga diusulkan agar lebih banyak
menggunakan metode pendidikan ini, yang membutuhkan alasan yang diperlukan untuk
didirikan. Penting untuk fokus pada analisis pelajar dan karakteristik siswa dan memotivasi
siswa untuk memastikan keterlibatan mereka dalam e-learning. Juga, perlu untuk fokus pada
dampak dan tingkat penerimaan guru terhadap e-learning. Perbedaan usia antara guru dan
siswa menunjukkan bahwa guru menerima sebagian besar dari mereka studi dan keterampilan
mengajar melalui metode pengajaran dan pembelajaran tradisional, yang dapat membuat
penerimaan mereka terhadap e-learning berbeda dari penerimaan siswa terhadap metode
modern e-learning dan pendidikan pada umumnya.
BAB III

PENUTUPAN
3.1 KESIMPULAN

Kualitas pada pendidikan Indonesia kini dapat dikatakan mengalami penurunan, masyarakat
juga menilai bahwa pendidikan saat pandemi Covid-19 ini tidak lebih baik jika dibandingkan
dengan kondisi saat sebelum adanya pandemi. Tuntutan pembelajaran yang dilaksanakan
secara daring pada saat pandemi Covid19 menuntut guru, peserta didik dan wali murid
beradaptasi dengan perubahan proses pembelajaran. Dengan demikian Pembelajaran Jarak
Jauh ini merupakan suatu jalan keluar agar pendidikan tetap berjalan di masa pandemi.
Kurikulum 2013 yang diterapkan saat ini turut mengalami perubahan pengimplementasian
dalam pembelajaran. Perubahan proses pembelajaran turut mempengaruhi guru dalam
menerapkan kurikulum 2013 yang mengedepankan keaktifan siswa. Pada kenyataannya,
pembelajaran daring tidak sejalan dengan kurikulum 2013 dimana guru hanya sekadar
menyampaikan materi dengan metode ceramah. Selain itu, terdapat guru yang hanya
memberikan tugas tanpa dilanjutkan dengan penguatan materi. Dengan demikian guru
seharusnya lebih kreatif, inovatif, dan mengikuti perkembangan teknologi, agar pembelajaran
yang didapat oleh murid lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Andriani safitri, Fannia sulistiani putrid, Hafni Fauziyyah, & Prihantini (2021). Pendidikan
dalam masa pandemic covid-19 dalam penerapan kurikulum 2013

Sujata Pardeshi, Assistant Professor a, Sushopti Gawade, PhD, Professor b,* , Palivela
Hemant Dr, PhD, Senior Research c (2022).Student learning time analysis during COVID-19
using linear programming

Kostas Mouratidis, Apostolos Papagiannakis (2021). COVID-19, internet, and mobility: The
rise of telework, telehealth, e-learning, and e-shopping

Habibollah Dehghan , Sayed Vahid Esmaeili , Fatemeh Paridokht, Nima Javadzade , Mehdi
Jalali (2022). Assessing the students' readiness for E-Learning during the Covid-19

B.K. Potua , Atwa , Nasr El-Dina, Othmana, Sarwani, Fatimaa, Deifallaa, Fadel
(2022)Learning anatomy before and during COVID-19 pandemic: Students’ perceptionsand
exam performance.

Dien Thi Bui , Thuy Thi Nhanb , Hue Thi Thu Danga ,Trang Thi Thu Phunga (2022). Online
learning experiences of secondary school students during COVID-19 – Dataset from Vietnam

Luh Devi Herliandry, Nurhasanah , Maria Enjelina Suban , Heru Kuswanto


(2020).Pembelajaran Pada Masa Pandemi Covid-19

Nilam Puspa Sa’diyah, Brillian Rosy (2020). PENGARUH PEMBELAJARAN DARING


TERHADAP HASILBELAJAR PADA MASA PANDEMI COVID-19

Anda mungkin juga menyukai