Anda di halaman 1dari 7

Planetarium dan Observatorium Dunia

Ria Hasnita
Pertemuan Rutin Dwimingguan HAAJ Ke-4 – Sabtu, 16 Februari 2013

I. Pendahuluan
Astronomi ialah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda
langit (seperti bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta
fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi. Ilmu ini secara pokok
mempelajari berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisika/kimia,
meteorologi, dan gerak dan bagaimana pengetahuan akan benda-benda tersebut
menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.

II. Pengertian
Untuk mempelajari Ilmu Astronomi, khususnya mempelajari tentang pergerakan
benda-benda langit dapat dilakukan dengan menggunakan media simulasi, yakni yang
sering disebut dengan sebutan planetarium. Sementara pengertian tentang planetarium
merupakan sebuah tempat yang memutarkan pertunjukan berupa simulasi benda-benda
langit. Dalam suatu planetarium biasanya terdapat ruang pertunjukan “theatre”, tempat
diadakannya simulasi fenomena astronomis. Atap sebuah planetarium berbentuk kubah.
Tidak seperti pada observatorium, meskipun sama-sama berbentuk kubah, kubah pada
planetarium tidak dapat di buka tutup. Inilah yang membedakan suatu planetarium dari
observatorium. Akan tetapi, ada pula suatu planetarium yang juga merupakan
observatorium.

Planetarium Observatorium

III Fungsi
1. Planetarium Sebagai Wahana Edukasi
Planetarium merupakan sarana wisata pendidikan yang dapat menambah wawasan
yang sangat luas kepada pengunjung khususnya bidang ilmu pengetahuan astronomi,
karena pertunjukan planetarium yang sering disebut juga Teater Bintang menyajikan
berbagai macam peristiwa alam jagat raya. Di dalam teater ini ini pengunjung diajak
mengembara ke berbagai tempat di jagad raya yang sangat luas dan menakjubkan,

Page | 1
sehingga pengunjung dapat memahami konsepsi tentang alam semesta dan sekaligus
memahami akan kebesaran Sang Maha Pencipta.

Dalam sebuah planetarium dijital dapat


juga menampilkan berbagai jenis
pertunjukan baru dalam format
multimedia, dengan pertunjukan
audiovisual yang sangat menarik dalam
balutan khasanah astronomi. Pada jenis
pertunjukan ini menghadirkan hal-hal
yang berkaitan dengan alam semesta
yang manusia tinggali. Selain Petunjukan Theater Bintang / Planetarium
pertunjukan simulasi langit ataupun
multimedia, pada beberapa planetarium juga kadang terdapat sarana prasarana
observasi benda-benda langit untuk menyaksikan fenomena atau kejadian-kejadian
alam lainnya.

2. Planetarium sebagai Sarana Hiburan


Planetarium merupakan alternatif sarana hiburan bagi masyarakat umum, hal ini
ditandai dengan menjadikan planetarium sebagai salah satu alternatif tempat rekreasi
keluarga. Selain berperan sebagai wahana edukasi, planetarium juga berperan sebagai
wahana rekreasi untuk para orang tua ke pada anak maupun pada anak didiknya
(murid). Planetarium juga masuk dalam program pariwisata setiap negara, guna
membantu devisa negara, walaupun ruang lingkupnya masih kecil. Kadang juga
Planetarium dijadikan sarana hiburan musik orchestra yang mempunyai latarbelakang
pemandangan simulasi benda-benda langit sebagai latarnya.

3. Sebagai Tempat Penelititian atau Pengamatan


Observatorium berperan sebagai lembaga ilmiah yang bukan hanya menjadi
tempat berpikir dan bekerja para astronom profesional, tetapi juga merupakan tempat
bagi masyarakat untuk mengenal dan menghargai sains. Dalam terminologi ekonomi
modern, Observatorium berperan sebagai public good. Dalam perjalanan penelitiannya,
seringkali sebuah observatorium melahirkan berbagai macam temuan baru di dunia
astronomi secara khususnya, dan dalam ilmu pengetahuan secara umum.

Page | 2
IV. Sejarah
1. Planetarium
Sejarah dibuatnya sebuah Planetarium
dimulai sejak abat ke 17, yakni seorang
bangsawan bernama Frederick III of Holstein-
Gottorp memesan sebuah “Globe Khusus”
kepada Adam Olearius dan disempurnakan
oleh Andreas Bösch. Kurang lebih 10 tahun
pembuatan, yakni dari tahun 1654 sampai 1664
pembuata globe pesanan itu dibuat, hingga
rampung dan diberinama dengan sebutan Globe of Gottorf yang merupakan
“Globe of Gottorf”. Globe ini merupakan cikal Planetarium Pertama didunia
bakal Planetarium pertama didunia, dimana bagian utama dari Globe atau Planetarium
ini adalah bulatan cengkung terbuat dari tembaga dengan diameter sekitar 3,1 Meter
yang ditaruh diatas. Ilustrasi mengenai rasi bintang terlukis di permukaan bulatan
tersebut. Untuk bintangnya, digunakan bulatan kecil dan tembaga yang dilapisi emas.
Cahaya dari lampu minyak yang ditaruh di tengah akan membuat bintang bintang
bersinar.

Kabarnya Planetarium pertama ini sekarang


berada di Museum Kunstkammer St.Petersburg
Rusia, akan tetapi yang dipamerkan ini merupakan
Replika dari Globe of Gottorf yang asli, hal ini
disebabkan planetarium tersebut hangus terbakar
pada tahun 1717 dikarenakan perang Great
Northern. Lalu Ratu Elizabeth dari Rusia membuat
Replika Globe of Gottorf replikanya, sempat replika Globe of Gottorf tersebut
di sita oleh Jerman dan disimpan di Dutch Admiralty
hingga berakhirnya perang Dunia II, yakni pada tahun 1947 planetarium tersebut di
kembalikan ke Rusia.

Sedangkan di abat ke 18, yakni di tahun 1744,


telah dibuat Planetarium Mekanika bernama Eise
Eisinga’s Planetarium di kota Franeker Friesland
Belanda oleh seorang Astronom Amatir asal Belanda
bernama Eise Jeltes Eisinga. Planetarium yang sering
disebut dengan sebutan “orrey” ini dibangun dari tahun
1774 sampai tahun 1781 dan mendapatkan pengakuan
dan pujian dari Raja William I dan Pangeran Frederik Planetarium Eise Eisinga
dari kerajaan Belanda, hingga akhirnya pada tahun 1818
Planetarium atau orrey tersebut diserahkan ke kerajaan Belanda.

Page | 3
Sementara di abat ke 19, yakni ditahun 1912, seorang
Geografiwan bernama Wallace Walter Atwood membuat Globe
dengan memlubangi Globe-nya dengan 692 lubang, hal ini beliau
lakukan untuk membuat simulasi bintang-bintang berdasarkan
magnitudo kecil sedangkan untuk mensimulasikan matahari
didalam globe ini dipasang sebuah bola lampu bergerak. Globe ini
diberinama dengan sebutan “Atwood Globe”. Sekarang Atwood
Atwood Globe Globe ini dipamerkan di Planetarium Chicago, USA.

Dari ketiga Globe diatas merupakan cikal


bakal sebuah Planetarium sebagai alat peraga
mekanik untuk memperlihatkan pergerakan benda-
benda langit seperti bintang, planet, Bulan, dan
matahari. Hingga pada awal abat ke 20,
Planetarium mulai berintergrasi dari jenis Mekanik
menjadi Jenis Modern yakni dengan menggunakan
teknologi Proyektor. Dizaman Planetarium
Oskar von Miller (kiri) dan Walther
mengunakan Proyektor bermula dari ide pertama Bauersfeld (kanan)
pembuatan Proyektor Planetarium. Diajukan oleh
Pendiri Museum Deutsches bernama Oskar von Mi ller pada tahun 1913 dan
Proyektor planetarium yang pertama dibuat pada tahun 1919 berdasarkan ide Walther
Bauersfeld dari Carl Zeiss Company. Pada bulan Agustus 1923, proyektor pertama
yang diberi nama Model I dipasang di pabrik Carl Zeiss di Jena. Bauersfeld untuk
pertama kali mengadakan pertunjukan di depan publik dengan proyektor tersebut di
Museum Deutsches, München Jerman, 21 Oktober 1923.

Deutsches Museum menjadi planetarium


pertama di dunia setelah proyektor dipasang secara
permanen pada bulan Mei 1925. Di awal Perang
Dunia II, proyektor dibongkar dan disembunyikan.
Setelah Deutsches Museum yang hancur akibat
Perang Dunia II dibangun kembali, proyektor
Model I kembali dipasang pada 7 Mei 1951.
Sementara tiga tahun kemudian mulai dibangung
Deutsches Museum menjadi planetarium planetarium-planetarium serupa dengan
pertama di dunia yang menggunakan menggunakan proyektor di beberapa kota di eropa,
proyektor
seperti ditahun 1928 didirikan Planetarium Roma di
Itali, tahun 1929 didirikan juga Planetarium
Moscow di Rusia dan 5 planetarium didirikan sepanjang tahun 1930 yakni di kota
Planetarium Stockholm - Swedia, Planetarium Milan - Itali, Planetarium Hamburg -
Jerman, Planetarium Vienna - Austria dan Planetarium Adler Chicago - USA. Hingga
ditahun 1937, pendirian Planetarium memasuki daratan Asia, dengan ditandai Pendirian
Planetarium Kyoto dan Planetarium Tokyo hingga akhir tahun 60-an, dimana ditahun
1969 Planetarium Jakarta mulai beroperasi untuk pertamakalinya.

Page | 4
Hingga ditahun 1995, teknologi proyektor
planetarium memasuki era Dijital dimana aplikasi
pertunjukannya berpindah yang dari berteknologi
manual menjadi teknologi komputerisasi. Hal ini di
mulai oleh Planetarium London – Inggris yang
memodernisasi proyektornya secara digital untuk
pertama kalinya. Sedangkan di tahun 1996 mulai
bermunculan perusahaan pembuat proyektor untuk
menemani proyektor yang telah lama ada yakni Carl Planetarium Rio de Janeiro , Brazil
Zeiss Company, seperti Goto Virtuarium Company menggunakan Proyektor Digital
Universarium VIII milik perusahaan
asal Jepang yang mayoritas proyektor Carl Zeiss Company
Planetariumnya menggunakan Proyektor Goto
bahkan negara lain juga ada yang menggunakan produk Goto, Sementara perusahaan
SkyVision Company asal Inggris, StarRider Company asal Amerika Serikat dan
AstroVision Company asal Cina juga mengalami proses pengembangan perusahaan
proyektor dengan memasyarakatkan jenis-jenis proyektornya dikalangan negaranya
masing-masing maupun negara lain.

2. Observatorium
Buku rekor dunia, Guinness Book of World Records pada 1982 menyatakan bahwa
Cheomseongdae di Gyeongju, Korea Selatan adalah bangunan observatorium astronomi
tertua yang masih berdiri di dunia. International Council of Monuments and Sites
(ICOMOS), bagian dari IAU, menyatakan Cheomseongdae Silla adalah observatorium
tertua di Asia Timur.
Menurut buku “Kenangan tentang Tiga
Kerajaan” (Samguk yusa), Cheomseongdae Silla
dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok
(633 – 647 M). Di catatan itu tidak ada tanggal
tepatnya dan juga tidak dituliskan apa fungsi
bangunan ini, tapi catatan-catatan sejarah yang hadir
lebih belakangan dan sumber lain berupa karya
sastra menyebutkan Cheomseongdae digunakan Observatorium Cheomseongdae
untuk mengamati rasi bintang dan pergerakan
matahari. Catatan-catatan kuno dari Cina juga menyatakan hal serupa.

V. Perangkat dan Instrumen


Sebagai sarana edutainment ilmu astronomi, sebuah planetarium tentunya
memiliki prasarana penunjang. Dimana peralatan tersebut adalah sebuah bangunan
kubah berbentuk setengah bola, dimana didalamnya digunakan sebagai teater bintang
yang memutar simulasi langit secara tiga dimensi, dengan langit-langit kubah sebagai
media proyeksi dari proyektor khusus yang mampu menggambarkan posisi benda-
benda langit di malam ataupun siang hari.

Page | 5
Selain teater panorama langit, sebuah planetarium modern saat ini memiliki
fasilitas yang beragam. Seperti ruang pameran, wahana interaktif, dan lain sebagainya.
O
b
s
e
r
v
a
t
o

r Ruang pameran galeri mini di Planetarium dan Observatorium Johann Palisa, Ostrava, Republik Czech.
i
um yang merupakan tempat pengamatan fenomena astronomis pun memiliki beragam
macam peralatan dan instrumentasi. Sebuah observatorium astronomi yang memiliki
teleskop optik dituntut memiliki sebuah bangunan yang dapat melindungi teleskop
tersebut yang merupakan instrumen utamanya. Yang tentunya untuk fleksibilitas dan
kepraktisan, sebuah bangunan yang memuat suatu teleskop optis memiliki atap yang
dapat di buka-tutup dengan cepat dan terkadang juga mampu menyesuaikan pergerakan
teleskop itu sendiri secara motorik.
Selain teleskop sebagai collector1,
sebuah observatorium juga memiliki
instrumen pendukung observasi yaitu
detektor, dimana perangkat tersebut dapat
berupa kamera CCD, spektroskop, dan
detektor sinar-X; sinar gamma; ataupun
Infra-red. Lain halnya jika teleksopnya
merupakan teleskop yang bekerja pada Perangkat Spektroskop
rentang gelombang radio, tentunya ia hanya
memiliki sebuah collector yang jika dilihat sepintas mirip seperti sebuah parabola, dan
sebuah detektor yang sangat sensitif dengan frekuensi radio tertentu. Berbeda dengan
teleskop optis, kebanyakan teleskop radio tentu tidak memerlukan bangunan yang dapat
menutupinya, karena teleskop radio tersebut tidak memiliki komponen yang rentan dan
sensitif terhadap cuaca dan lingkungan disekitarnya.
Dan instrumen terakhir dari serangkaian sebuah sistem di observatorium, yaitu
analyzer (penganalisa) merupakan sebuah sub-sistem yang digunakan untuk
menganalisa data-data hasil observasi, yang pada era dijital seperti saat saat ini sudah
menggunakan perangkat yang terkomputerisasi bahkan dengan komputer super yang
sangat canggih.

1
Collector merupakan bagian pengumpul informasi, baik itu informasi dalam bentuk cahaya tampak ataupun
dalam panjang gelombang yang lain.

Page | 6
VI. Penutup
Dalam rentang satu abad terakhir, manusia semakin gencar dalam menggali
berbagai macam ilmu pengetahuan, termasuk astronomi. Yang kemudian semua hal itu
membawa manusia lebih gesit lagi dalam menciptakan perangkat dalam upayanya
menjawab keingintahuannya. Di ranah astronom profesional kita sering melihat
penemuan-penemuan baru seiring dengan berkembangnya teknologi observasi. Dan
masyarakat awam pun banyak yang haus akan informasi terbaru yang dibawa oleh
penelitian terkini. Dari banyaknya planetarium yang tersebar di berbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia, masyarakat pun semakin mengenal dunia tempat tinggalnya.
Indonesia sebagai negara yang berada di daerah khatuistiwa tentu memiliki
kelebihan dalam hal lokasi karena dapat melihat sebagian besar daerah langit utara dan
langit selatan. Yang seyogyanya hal tersebut dapat menjadi perhatian kalangan penggiat
penelitian bidang astronomi. Sebagai negara yang wilayahnya sangat luas, Indonesia
sudah sepantasnya memiliki planetarium yang tersebar luas diseluruh pulau-pulau
besarnya untuk memberi akses informasi dan pengetahuan ilmu astronomi kepada
masyarakat di daerah lain. Tentunya bukan hanya ilmu yang didapat, media hiburan
pun diperoleh bersamaan dengan itu semua.

Page | 7

Anda mungkin juga menyukai