BAB 2
Landasan Teori
b) Sumbu Kedua
Merupakan sumbu yang memiliki sudut 23,5o terhadap sumbu pertama
yang menggambarkan sumbu ekliptik yang merupakan perpanjangan dari
orbit bumi.
c) Sumbu Ketiga
Merupakan sumbu horizontal dari perpanjangan sumbu pertama. Rotasi
seputar sumbu dapat menggambarkan langit malam sebagaimana yang
terlihat oleh para pengamat pada ketinggian berapapun di bagian utara
atau selatan bumi.
Gerak harian adalah perputaran langit di sekeliling kutub langit.
Menggambarkan tentang perputaran harian bumi pada sumbunya. Dasarnya, bumi
berputar satu kali setiap 24 jam, dengan planetarium dapat diperlihatkan perputaran
bumi dalam waktu 30 detik yang dilakukan oleh operator planetarium.
Gerak tahunan merupakan gerak berbagai macam planet dan bulan pada saat
mengelilingi matahari. Dengan dikendalikan oleh operator planetarium, gerak
tahunan ini dapat melalui lintasan setahun dalam waktu satu menit dan dapat
memilih hari apapun dari tahun yang diketahui untuk diperlihatkan di layar
planetarium.
Gerak garis lintang merupakan perputaran pada sumbu horizontal timur dan
barat. Operator planetarium dapat menempatkan bagian bumi di kota apapun,
misalnya kota New Tork, Meksiko, dan lainnya sebagai posisi tempat untuk melihat
langit. Hal ini dapat diselesaikan dalam satu menit (Ilmu Pengetahuan Populer,
2005).
daerah tersebut semakin baik karena semakin banyak waktu yang dapat
digunakan untuk pengamatan.
2) Transparansi (High Transparency)
Penyebab utama berkurangnya kejernihan langit adalah debu dan aerosol.
Untuk menghindari hal ini, lokasi harus terletak berjauhan dari sumber-
sumber polusi atmosfir, seperti perkotaan atau padang pasir. Juga harus
pula mempertimbangkan arah angina yang kuat agar tidak berada pada
daerah dengan kecepatan angin melebihi 50 knot. Kondisi harus baik dan
tidak terjadi penyimpangan berkas cahaya melalui atmosfir.
3) Terang langit
Daerah harus bebas dari polusi cahaya buatan, terang langit hanya boleh
dipengaruhi oleh bintang lemah latar belakang dan air glow lapisan luar
angkasa.
4) Ketinggian lokasi
Lokasi harus berada lebih tinggi daripada daerah sekitarnya, minimal 900
meter dari permukaan air laut. Untuk menghindari polusi debu dan
cahaya sehingga dapat melakukan pengamatan lebih banyak.
5) Keadaan Angin
Kecepatan angina maksimum yang diizinkan adalah 50 m/detik.
6) Temperatur
Perbedaan temperature yang terjadi antara temperature maksimum dan
minimum dalam suatu hari tidak boleh lebih dari 8o C.
7) Kondisi Tanah
Tanah harus stabil dimana tidak boleh terjadi gempa bumi yang kuat.
8) Lokasi
Lokasi observatorium harus mempunyai jarak minimal 20 km dari kota
besar yang terdekat. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari cahaya
yang dipancarkan kota pada malamm hari yang pasti akan mengganggu
akurasi penelitian yang membutuhkan langit yang benar-benar gelap.
2.1.9 Pameran
Pameran adalah salah satu cara mengkomunikasikan koleksi kepada
masyarakat dan merupakan tugas pokok museum umum ataupun museum khusus.
Pengunjung yang hadir di dalam ruang harus merasa nyaman agar dapat
menikmati dan menghayati isi pameran yang disajikan dengan tenang. Harus
di hindari adanya gangguan bising, gangguan udara yang terlalu panas
maupun terlalu dingin, gangguan cahaya lampu yang menyilaukan
penglihatan sehingga pengunjung sulit untuk mengamati benda yang
dipamerkan. Pameran harus mudah dimengerti. Penataan pameran dan
koleksi harus sistematis dan logis. Dalam factor ini, harus diperhatikan bahwa
pengunjung yang dating berasal dari latar belakang pendidikan yang berbeda-
beda dan dari lingkungan yang berbeda-beda, oleh sebab itu ruang pameran
harus dapat melayani semua pengunjung.
c) Faktor Sarana
Penggantian koleksi pameran secara teratur sangat penting sebagai salah
satu daya tarik pengunjung. Hal ini perlu diciptakan sistem tata pameran yang
memungkinkan untuk melakukan perubahan-perubahan koleksi tersebut.
Apabila sukar dilakukan, besar kemungkinan vitrine yang tersedia dipameran-
tetap atau sulit di ubah. (Udansyah, 1981 : 9-11)
Apabila memamerkan benda yang besar dan tinggi lebih dari tiga meter, maka
benda tersebut harus diletakan di tempat yang luas, agar pengunjung dengan mudah
dapat melihat dengan pandangan yang sesuai.
Penataan benda koleksi merupakan kekuatan suatu pameran. Penyajian benda
yang efektif akan dapat menarik perhatian pengunjung dalam mengamati koleksi-
koleksi yang dipamerkan.
Penataan benda pameran dapat didukung oleh lingkungan itu sendiri.
Maksudnya adalah dalam segi warna, penampang, dan sebagainya. Harus diingat
bahwa objek harus lebih tampil mendominasi daripada latar belakang (background)
objek tersebut.
20
Meletakan objek pada suatu bidang harus menjadi “pusat perhatian”. Faktor
penting agar objek dapat menjadi pusat perhatian adalah kontras, perbedaan yang
mencolok baik dalam bentuk, warna, tekstur, dan arah garis. Tidak disarankan untuk
meletakan objek koleksi pada garis vertikal yang berdekatan dengan garis horizontal
karena akan memberikan kesan tumpuk dan terlalu penuh.
Cara untuk menempatkan objek yang tepat pada pusat perhatian adalah
dengan menggunakan metode pertigaan atau perlimaan. Caranya dengan membagi
bidang yang akan diletakkan benda-benda koleksi tersebut menjadi tiga bagian
dengan garis mendatar dan tegak lurus, perpotongan garis tersebut adalah tempat
yang baik untuk meletakan benda koleksi. Apabila benda yang akan dipamerkan
terbilang cukup banyak, maka bidang tempat benda tersebut dibagi menjadi lima
bagian.
pameran harus nyaman saat berada di ruang pamer dan dapat lebih
tenang. Lampu dengan cahaya berlebih pada ruang pamer akan
menyilaukan mata pengunjung, karna itu penerangan pada ruang pamer
tidak boleh berlebih dan penerangan hanya boleh dilebihkan pada
penerangan benda-benda yang terdapat diruang pamer. Berikutnya adalah
kesejukan dalam ruang. Usahakan agar terdapat kesejukan dalam ruang
pamer agar pengunjung nyaman untuk mengamati benda-benda pameran.
4) Keselamatan benda-benda koleksi harus diperhatikan. Unsur-unsur yang
bisa menimbulkan kerusakan koleksi dapat disebabkan oleh manusia,
alam, binatang, tumbuh-tumbuhan dan kotoran.
Faktor yang di timbulkan manusia antara lain :
Vandalisma, antara lain : memotong, merobek, menusuk dengan sengaja
maupun tidak sengaja, menggores koleksi benda dengan benda tajam
atau merusak dengan alat tulis (mencoret-coret)
Touch Complex, pengunjung umumnya tidak puas hanya dengan melihat
pameran saja, terdapat rasa penasaran pengunjung apabila tidak meraba
benda-benda pameran yang dilihatnya.
Kelalaian, antara lain : bersandar pada vitrine, panel, menaikan kaki pada
koleksi, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya.
Masalah kerusakan yang ditimbulkan oleh alam antar lain :
Kerusakan karena hujan/air.
Kerusakan karena sinar matahari
Kerusakan karena udara lembab.
Masalah kerusakan yang ditimbulkan oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan :
Kerusakan karena rayap, ngengat, dan binatang-binatang kecil lainnya.
Kerusakan karena humus, cendawan, dan sebagainya.
Masalah kerusakan yang ditimbulkan oleh kotoran :
Kerusakan karena debu, abu rokok, sampah dan sebagainya.
Untuk menghindari masalah tersebut, diusahakan adanya pengamanan yang
baik serta sistem penjagaan dan pengawasan terhadap koleksi dan
pengunjung. Akan lebih baik jika, pengamanan dilengkapi dengan alarm
system dan CCTV. (Udansyah, 1981 : 34-38).
b) Vitrine
23
2) Transverse Stage
Panggung ini memiliki bentuk melintang dan jarang ditemukan.
4) 180o Encirclement
26
Versi terbaru dari panggung ini biasa disebut ‘Thrust’ stage. Saat
ini panggung bentuk seperti ini telah mengalami perubahan
kelengkungan dan memiliki variasi kelengkungan yang beragam.
Jarang sekali yang menyerupai kelengkungan teater kuno.
5) Zero Encirclement
Panggung ini biasa disebut sebagai end stage, yang merupakan
sebuah panggung terbuka dimana area pentas dan penonton berada
dalam area yang sama. Pada dasarnya berbentuk panggung
proscenium tanpa lengkung dan tanpa area persiapan.
2.2.1.1 Sejarah
Salah satu tonggak sejarah bagi dunia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Indonesia, khususnya dalam bidang Astronomi adalah pembangunan Planetarium
Jakarta yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Pertama, Bung Karno.
Gagasan awalnya adalah agar bangsa Indonesia tidak tertinggal dala persaingan
IPTEK keantariksaan khususnya astronomi, yaitu pengetahuan tentang benda-benda
langit ataupun yang ada di dalam jagat raya ini. Beliau berharap masyarakat
Indonesia tidak lagi mempercayai takhayul yang terkait dengan fenomena
Astronomi. Juga dinyatakan bahwa Planetarium ini adalah satu hal yang amat
penting bagi pembangunan bangsa.
Gagasan Bung Karno unntuk membangun Planetarium sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan juga sebagai tempat rekreasi (edutainment) di
pusat kota Jakarta. Melalu planetarium, masyarakat diajak menjelajah alam semesta
untuk mengagumi kebesaran Sang Pencipta.
Pembangunan gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta dilakukan di
Jalan Cikini Raya No. 73 Jakarta Pusat, yang berlokasi di Taman Raden Saleh yang
awalnya adalah kebun binatang Cikini. Planetarium dan Observatorium Jakarta ini
juga didanai oleh Gabungan Kperasi Batik Indonesia (GKBI)
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Bung Karno pada tanggal 9
September 1964. Penanggung jawab pembangunan Planetarium dan Observatorium
adalah Gubernur DKI Jakarta dan ketua tim pengawas pembangunan adalah Prof. Ir.
Rooseno.
Dari lomba perancangan arsitekturalnya terpilih karya Ir, Ismail Sofyan, Ir.
Ciputra, dan Ir. Brasali dari Perentjana Djaja. Untuk kontraktor Indonesia diserahkan
kepada PN Hutama Karya dan PN Nindya Karya, adapun kontraktor luar negeri yaitu
28
VEB Invest Export Berlin RDD. Khusus untuk fisik bangunan pemasangan kubah
planetarium, teleskop, dan alat pendingin dilakukan oleh VEB Carl Zeiss Jena dan
RDD untuk fisik alat simulasi atau proyektor beserta elektroniknya.
Pelaksanaan pembangunan gedung Planetarium dan Observatorium Jakarta
tidak lepas dari dukungan pakar Astronomian dari Institut Teknologi Bandung dan
Observatorium Bosscha Lembang seperti The Pik Sin dan kerabat lainnya seperti
Bambang Hidayat, dimana pada saat itu kepala pimpinan Planetarium dan
Observatorium Jakarta adalah Santoso Nitisastro.
Pada tahun 1968, gedung beserta peralatan planetarium berhasil diselesaikan.
Pada tanggal 10 November pada tahun yang sama, Planetarium dan Observatorium
Jakarta diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin bersamaan diresmikannya
Pusat Kesenian Jakarta – Taman Ismail Marzuki.
Pertunjukan Planetrium mulai dibuka untuk umum pada tanggal 1 Maret
1969, menggunakan proyektor Universal buatan perusahaan Carl Zeiss, Jerman.
Tanggal 1 Maret itu kemudian dijadikan hari ulang tahun Planetarium dan
observatorum Jakarta.
Pada tahun 1984, Pemerintah DKI Jakarta membentuk Organisasi
Penyelenggara Tugas dan Fungsi Planetarium dan Observatorium sebagai pengganti
status awal Proyek Planetarium menjadi Badan Pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta. Kepala Badan Pengelola mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugas-tugasnya langsung kepada Gubernur Provinsi DKI Jakarta,
Perubahan status ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta
Nomor 2209 Tahun 1984.
Pada tahun 1996, Planetarium dan Observatorium Jakarta melakukan renovasi
gedung dan melakukan pemutakhiran peralatan pertunjukan dengan mengganti
Proyektor Universal dengan Proyektor Universarium Model VIII yang
memproyeksikan gambar-gambar matahari, bulan, planet, bintang, komet, dan lain-
lain yang awalnya dilakukan secara manual, termasuk perubahan letak benda-benda
langit dengan peragaan simulasi langit. Bahan layar kubah diganti dengan yang baru
dan garis tengahnya dikurangi dari 23 meter menjadi 22 meter. Lantainya ditinggikan
dan dibuat bertingkat. Seluruh kursi dibuat menghadap ke arah selatan dan
jumlahnya dikurangi dari 500 menjadi 320 kursi.
Pada tahun 2002, Badan Pengelola Planetarium dam Observatorium Jakarta
mrngalami perubahan status dari organisasi non structural menjadi organisasi
structural berupa Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) di bawah Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta. Perubahan status ini terdapat dalam
29
keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 118 tahun 2002, tepatnya pada
tanggal 28 Agustus.
2.2.1.6 Operasional
1) Jadwal Pertunjukan
Dalam satu minggu, Pertunjukan Planetarium di Teater Bintang
berlangsung selama enam hari, yaitu dari hari selasa sampai dengan hari
minggu. Pada hari senin, Planetarium dan Observatorium Jakarta tutup
dikarenakan untuk mengistirahatkan dan merawat pralatan. Pertunjukan pada
hari kerja yaitu hari selasa sampai dengan jumat pada pagi dan siang hari
diberikan untuk sekolah dan masyarakat yang berkunjung secara rombongan.
Pengunjung perorangan juga dapat menyaksikan pertunjukan yang terdapat di
Teater Bintang yang disediakan pada hari kerja yaitu sore hari, serta hari
sabtu dan minggu mulai dari pagi sampai dengan sore hari.
Berikut ini adalah jadwal pertunjukan Teater Bintang untuk rombongan
dan perorangan :
Jam Pertunjukan
Hari
Rombongan Rombongan Rombongan umum
Selasa – Rabu -
09.30 – 10.30 11.00 – 12.00 13.30 – 14.30 16.30 – 17.30
Kamis
32
Hari Libur
Tutup Tutup Tutup Tutup
Nasional
2) Harga Tiket
Untuk masuk ke dalam Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak
dikenakan biaya, akan tetapi untuk menyaksikan pertunjukan Teater Bintang
pengunjung akan dikenakan tarif sesuai dengan Peraturan Daerah No. 15 /
2012 sebagai berikut:
Umum Harga
Dewasa Rp 7.000,00/orang
Anak-anak/Pelajar Rp 3.500,00/orang
Pelajar/Mahasiswa Rp 5.000,00/orang
Apabila jumlah pengunjung kurang dari 100 orang tetap diterima dengan
perhitungan biaya 100 orang.
2) Pengelola
Berdasarkan keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 118
Tahun 2002, Badan Pengelola Planetarium dan Observatorium Jakarta
mengalami perubahan status dari organisasi nonstructural menjadi organisasi
struktural berupa Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawah Dinas Pendidikan
Menengah dan Tinggi Provinsi DKI Jakarta.
Berikut ini adalah tanggung jawab dari pengelola Planetarium dan
Observatorium Jakarta yang tertuang dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta nomor 43 tahun 2010 :
a. Kepala Planetarium dan Observatorium :
Memipin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi
Planetarium dan Observatorium sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4;
Mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan
Subkelompok Jabatan Fungsional;
Melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau Instansi
Pemerintah/Swasta dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi
Planetarium dan Observatorium; dan
Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan
fungsi Planetarium dan Observatorium.
b. Subbagian Tata Usaha :
Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Planetarium dan Observatorium sesuai
dengan lingkup tugasnya;
Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Planetarium dan
Observatorium sesuai dengan lingkup tugasnya;
Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Planetarium dan
Observatorium;
35
3) HAAJ
Astronomi mulai menjadi ilmu pengetahuan yang digemari oleh
masyarakat Jakarta. Hal ini terbukti dengan lahirnya wadah perkumpulan
yang bernama Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ). Wadah yang
37
HAAJ mempunyai beberapa kegiatan rutin dan non rutin yang disusun dalam
satu lembar jadwal kegiatan. Secara umum, kegiatan-kegiatan HAAJ terbagi
menjadi dua yaitu kegiatan rutin dan kegiatan non-rutin.
Kegiatan Rutin HAAJ
Kegiatan rutin HAAJ yang paling utama adalah Pertemuan Rutin, yang
biasa dilakukan dua minggu sekali setiap hari sabtu. Bentuk kegiatan tersebut
berupa ceramah dan diskusi atronomi yang disampaikan oleh pemberi materi
yang telah ditugaskan pada tanggal tertentu dan dengan materi tertentu,
dengan bahasa ringan yang disesuaikan dengan peserta petemuan. Peserta
kegiatan ini sendiri adalah seluruh khalayak umum, dari berbagai latar
pendidikan, pekerjaan dan tingkatan usua. Dari kegiatan ini, diharapkan
peserta dapat membuka wawasannya terhadap ilmu astronomi dan mencoba
untuk mendalaminya sebagai sebuah hobi yang bermanfaat. Selain itu,
sebagai sebuah klub astronomi, tentunya diadakan kegiatan-kegiatan
peneropongan, sebagai bentuk aplikasi materi-materi pertemuan dimana nama
kegiatan ini disebut dengan Star Party. Kegiatan ini dilakukan secara rutin
empat kali dalam setahun di empat tempat yang berbeda. Waktu
pelaksanaannya biasanya pada akhir pekan, mulai dari sabtu sore sampai
minggu pagi selama 2 hari 1 malam. Dari keempat kegiatan Star Party,
diharapkan peserta terbuka wawasannya terhadap kegiatan-kegiatan
keastronomian yang bersifat praktis. Selain itu, diharapkan pula aka nada
anggota yang “serius” dalam menggeluti ilmu astronomi, baik dari segi
keilmuan maupun dari segi keorganisasian.
Selain kedua kegiatan tersebut, ada juga kegiatan berupa workshop yang
biasa disebut dengan Workshop Astronomi Amatir. Kegiatan ini dilakukan
untuk mengakomodir anggota yang ini mempelajari lebih lanjut materi-materi
keastronomian, terutama yang bersifat praktis. Workshop dilakukan sekali
setiap tahun pada hari minggu selama 1 hari penuh, dari pagi hari hingga
malam. Bentuk kegiatannya berupa pemberian materi-materi astronomi
tingkat lanjut, workshop instrumentasi astronomi, workshop alat peraga
astronomi dan latihan penelitian dasar astronomi. Dari keseluruhan rangkaian
workshop ini, diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan astronomi
bagi peserta. Selain itu, peserta juga diharapkan dapat lebih terpacu lagi untuk
mendalami ilmu astronomi yang nantinya akan dapat menambah sumber daya
manusia dalam mewujudkan visi “memasyarakatkan ilmu astronomi”.
39
2.2.2.3 Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan di Observatorium Bosscha adalah kegiatan
penelitian dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, antara lain :
1) Penelitian
Observatorium Bosscha memang digunakan untuk pengamatan dan
penelitian astronomi. Dengan fasilitas yang ada ditambah posisi yang
menguntungkan dikarenakan berada di dekat khatulistiwa, astronom
Indonesia dapat melakukan penelitian astronomi lebih dalam disini, bahkan
Astronnom luarpun sering menggunakan fasilitas ini untuk penelitian.
Penelitian rutin yang dilakukan adalah pengamatan bintang ganda visual
dengan refraktor Ganda Zeiss. Selain itu, jika ada obyek menarik seperti
42
pengajaran iptek oleh beberapa mahasiswa IKIP Jakarta yang bertindak sebagai
pemandu.
Konsep awal perencanaan Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PP-IPTEK) kemudian dibantu oleh US Agency for International Development dan
Asia Foundation. Sesuai dengan konsep awal tersebut, master plan PP-IPTEK
dikembangkan oleh Tim Kementrian Ristek, PT. Tripanoto Sri Konsultan, Tim dari
Musee de La Villete dan Sopha Development dari Perancis.
Pada tanggal 20 April, PP-IPTEK diresmikan oleh Presiden Soeharto di
gedung sementara Terminal B Skylift-TMII, berlantai 2 seluas 1.000 m2. Sejumlah
alat peraga telah dibuat sendiri oleh tenaga ahli dari Puslitbang KIM-LIPI, LUK
BPPT, BATAN, juga sumbangan dari industri strategis dan IBM.
PP-IPTEK akhirnya menempati gedung permanen pada tanggal 10 November
1995, berlokasi di poros utama kompleks TMII menghadap Plaza Perdamaian
Monumen KTT Non-Blok. Dengan filosofi konsep sebagai api semangat iptek yang
merupakan titik awal pengembangan masa depan, konsep desain bangunan futuristic,
menjelajah tanpa batas, Konsultan Perencana PT. Tripanoto Sri telah merancang
bangunan seluas 24.000 m2 di atas area seluas 42.300 m2. Sejak saait itu telah
tersedia sarana pembelajaran iptek yang memberi kesempatan kepada pengunjung
untuk melihat dan mempelajari rahasia dan gejala alam yang diperagakan,
mempelajari dengan menggunakan indera pendengar, pencium, dan peraba melalui
manipulasi, operasi, dan eksperimen. Melalui peragaan dan program, pengunjung
diberi kesempatan untuk menjadi bagian fenomena dan khasanah iptek secara
mandiri, keluarga dan kelompok, agar memberi inspirasi dan meningkatkan daya
kreativitas dan inovasi.
2.2.3.3 Kelembagaan
PP-IPTEK merupakan unit pelaksana teknis di bidang permasyarakatan dan
pembudayaan iptek yang berada di bawah pembinaan Deputi Bidang Pendayagunaan
dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Kementrian Riset dan
Teknologi. Hal ini diatur berdasarkan Peraturan Menteri Riset dan Teknologi
Nomor : 10/M/PER/XII/2006 tentang organisasi dan tata kerja PP-IPTEK.
Kemudian, sejak 20 Maret 2007 status PP-IPTEK ditetapkan sebagai Unit Pelaksana
Teknis pada Kementrian Ristek dan Teknologi yang menerapkan Pola Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor:
157/KMK.05/2007 dengan status BLU Penuh. Status ini diberikan agar PP-IPTEK
dapat menjalankan pengelolaan keuangan secara lebih fleksibel dan independen
sebagaimana umumnya science centre di mancanegara.
Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, PP-IPTEK dituntut untuk
melaksanakannya secara professional meskipun tidak mengutamakan keuntungan,
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
2.2.3.4 Struktur Organisasi
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan bagi pengunjung, PP-
IPTEK menerapkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) sehingga fungsi layanan
dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan memenuhi SMART (Specific,
Measurable, Attainable, Reliable, dan Timely). Substansi dari SPM
mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta biaya
dan kemudahan layanan.
Sebagai alat untuk mengukur kualitas layanan yang diberikan, PP-IPTEK
menggunakan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) yang ditanya diambil melalui
kuesioner yang mencakup SPM dengan melibatkan pengunjung sebagai responden
dengan berbagai variasi profesi responden. Selain mendapat penilaian tentang
kualitas layanan minimum, PP-IPTEK juga banyak menerima saran, keluhan serta
kritikan dari pengunjung. Ini dapat dipahami sepenuhnya oleh PP-IPTEK karema
pada dasarmya standar kepuasan masing-masing individu berbeda-beda. Untuk itu
sebagai institusi yang berorientasi dan focus kepada keinginan pelanggan (market
oriented), PP-IPTEK berusaha memenuhi semaksimal mungkin hal-hal yang
diinginkan dan diharapkan oleh pengunjung dengan melakukan pembenahan dan
perbaikan semua sector pelayanan.
45
tidak sama dengan planetarium lain yang ada di dunia. Pada puncak dari setengah
lengkungan gedung ini, merupakan teater luar ankasa yang berteknologi canggih
sehingga menciptakan pertunjukan duniawi, realis, dan kesenangan yang tidak
sejajar. Dengan sistem ini, Hayden Planetarium merupakan simulator reality virtual
yang paling kuat dan luas di dunia.
2.2.4.2 Fasilitas
Hayden Planetarium memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut :
1) Teater Bintang
Sistem teater bintang ini memberikan informasi astronomi yang luar
biasa. Menggunakan software digital galaxy, Hayden Planetarium dapat
menyalakan peta galaksi 3 dimensi dan diproyeksikan kepada kubah.
Menampilkan gambar dengan warna yang tajam dan terang bagian lantai di
tengah tempat untuk meletakan proyektor Zeiss, sistem proyektor slide, dan
laser Omniscan.
2) Big Bang
48