Anda di halaman 1dari 10

Tema : Estetika dan Etika Dalam Persoalan Kerapian Diri Siswa

BAB II
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Rambut kepala merupakan salah satu bagian yang khas di tubuh manusia.
Rambut kepala secara biologis memiliki fungsi untuk melindungi kepala dari
sengatan sinar matahari atau dapat disebut juga sinar Ultra Violet, yang mana kulit
kepala sangat sensitif terhadap panas bagi orang yang memiliki rambut kurang
lebat dan yang mengalami penipisan kulit rambut. Selain itu rambut kepala juga
memiliki manfaat untuk meningkatkan penampilan seseorang.

Perlu kita ketahui bahwa memiliki rambut panjang dan lebat dapat membuat
seseorang menjadi lebih sensitif terhadap lingkungan cuaca, atau zat-zat kimia
yang digunakan. Rambut panjang dan lebat sangat cocok dengan para siswa.
Dengan adanya rambut panjang dan lebat, siswa akan menjadi lebih mudah untuk
menerima informasi melalui rangsangan yang dihasilkan oleh rambut dari luar,
kemudian diteruskan menjadi pesan yang nantinya disimpan oleh sel-sel saraf.
Namun hal tersebut harus disertai peredaran darah pada kepala yang berfungsi
dengan lancar.

Bagi sebagian orang rambut adalah mahkota keindahan yang sudah dimiliki
sejak mereka lahir. Jadi tidak sering mereka melakukan berbagai macam
perawatan untuk merawat rambut mereka. Contohnya seperti publik figur. Mereka
rela menghabiskan puluhan bahkan sampai ratusan juta hanya untuk merawat
rambut mereka. Semua itu dilakukan agar mereka dapat tampil lebih menarik.

Disetiap sekolah pasti memiliki berbagai macam peraturan yang dibuat


untuk ditaati. Salah satunya tentang rambut. Dalam aspek kerapian yang berkaitan
dengan perilaku dan berpakaian siswa terdapat indikator tentang tidak berambut
gondrong bagi laki-laki dan rambut tidak bermodel/bergaya. Menurut Syaiful
Bahri Djamarah, dalam memberikan penilaian kerapian berpakaian terdapat
indikator rambut pendek tersisir rapi untuk laki-laki. Dari penilaian kerapian
diatas dapat disimpulkan bahwa intinya rambut siswa laki-laki haruslah pendek
dan rapi.

Siswa laki-laki yang memiliki rambut panjang/gondrong, seringkali dicap


oleh masyarakat sebagai anak yang nakal, pembangkang, tidak disiplin dan
dianggap tidak rapi. Itu semua adalah paradigma yang berkembang dikalangan
lingkungan umum hingga lingkungan pendidikan.

Mengapa demikian? Karena melalui film-film yang beredar mayoritas tokoh


penjahat atau tokoh antagonis di film tersebut memiliki rambut yang panjang. Hal
itu membuat paradigma tentang laki-laki yang berambut panjang adalah orang
yang jahat padahal rambut yang panjang bukan berarti mereka itu kriminal.

Di buku karya Aria Wiratma Yudhistira yang berjudul “Dilarang Gondrong!


Praktik Kekuasaan Orde Baru Terhadap Anak Muda Awal 1970an”, menceritakan
tentang musuh besar pemerintah bukan hanya komunisme melainkan rambut
gondrong. Pemerintah orde baru mengeluarkan radiogram yang berisi tentang
pelarangan rambut gondrong yang dimana tidak ada diperaturan perundang-
undangan. Instansi publik menolak untuk melayani orang-orang yang berambut
gondrong. Diantaranya pelajar, mahasiswa, artis, dan pesepak bola dilarang
gondrong. Razia dan denda digelar di jalan-jalan, melibatkan anggota pasukan
teritorial bersenjatakan gunting, bahkan pernah dibentuk Bakoperagon (Badan
Koordinasi Pemberantasan Rambut Gondrong). Sebagai kalangan yang terpelajar
dan terbuka, para mahasiswa menolak peraturan tersebut. Hingga terjadi sebuah
kisruh yang sampai menghilangkan nyawa dari Rene Louis Conrad. Seorang
mahasiswa ITB yang memiliki rambut gondrong.

Pada tanggal 6 Oktober 1970, terjadi sebuah pertandingan persahabatan


antara taruna dan mahasiswa yang diadakan oleh pejabat polisi dan pihak kampus
dan berlokasi di ITB. Pertandingan tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh
pihak mahasiswa dengan skor 2:0. Dihari itu, taruna dipecundangi oleh
mahasiswa berambut gondrong yang sering meraka incar.
Disore harinya, para taruna yang telah kalah itu pun pulang. Di luar kampus,
Rene mengendarai motor Harley Davidson-nya dengan berboncengan dengan
temannya. Ia dan temannya tidak mengetahui tentang pertandingan persahabatan
itu. Saat Rena dan bis taruna berpapasan, ludah keluar dari salah satu taruna. Rene
marah kemudian bertanya berkali-kali pada para taruna namun tidak ada yang
mengaku. Rene menatang para taruna untuk turun bis yang kemudian ia dan
temannya dikeroyok oleh para taruna. Beruntungnya teman Rene lolos. Dari
kejauhan mahasiswa lain mau mendekat namun dihadang oleh aparat polisi yang
berjadi di kampus. Dua orang harus dilarikan ke rumah sakit karena dipukuli dan
tiba-tiba letusan senjata api terdengar. Dan hal itulah yang menyebabkan tewasnya
dari Rene Louis Conrad.

Padahal menurut islam seorang pria yang memiliki rambut gondrong sah-
sah saja. Bahkan Nabi Muhammad SAW memiliki rambut yang panjang sampai
menyentuh bahunya. Hal tersebut dijelaskan dalam suatu hadis yang berbunyi,
Dari Bara' bin Azib, dia berkata, "Aku tidak pernah melihat rambut melampaui
ujung telinga seorang pun yang lebih bagus dari (rambut) Rasulullah." Dalam
suatu riwayat lain, "Rambut Rasulullah sampai mengenai kedua bahunya." (HR
Muslim: 2337).

Terdapat beberapa ulama yang berpendapat bahwa setiap perbuatan yang


dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW adalah ibadah. Maka dari itu, memiliki
rambut gondrong/panjang bagi kaum laki-laki adalah hukumnya sunah. Allah
SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab ayat 21 yang artinya: “Sungguh, telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak
mengingat Allah.” Jadi, maksudnya adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW merupakan bentuk ibadah dan diperbolehkan.

Pendapat Imam Ahmad dalam al-Mughni:1/119, beliau mengatakan, "Hal


ini (memanjangkan rambut bagi laki-laki hukumnya sunah. Seandainya kami
mampu melakukannya, maka akan kami lakukan, tetapi ada faktor kesibukan dan
biaya yang diperlukan."
Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk selalu memuliakan dan
merawat rambutnya dengan baik. Sebagaimana dari Abu Hurairah, Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa mempunyai rambut hendaklah dia memuliakannya
(merawat).” (HR Abu Dawud).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2017) ia menarik


kesimpulan bahwa antara sebelum pemanjangan dengan setelah pemanjangan
selama tiga bulan mengalami perbedaan dalam konsentrasi belajarnya. Namun
dengan catatan perlu memperhatikan faktor-faktor internal dan eksternal yaitu,
kondisi psikis dan fisik dari mahasiswa itu sendiri.

B. Fokus Penelitian
Gumilang (2016) menjelaskan bahwa fokus penelitian adalah penekanan
pada sudut yang lebih luas dan lebih dalam (ketimbang penelitian kuantitatif yang
memiliki sudut pandang lebih sempit, seperti hanya menguji hipotesis). Dalam
penelitian kualitatif ini, pembahasannya lebih mengarah ke tingkat kepentingan
dari masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Penelitian ini akan lebih
berfokus pada “Analisis Perbandingan antara Mahasiswa Berambut Gondrong
dengan Mahasiswa Berambut Pendek dalam Proses Pembelajaran” yang objek
utamanya mahasiswa dari Universitas Muria Kudus.

C. Rumusan Masalah
1. Adakah perbedaan dalam proses pembelajaran antara siswa yang
memiliki rambut gondrong dengan siswa yang memiliki rambut
pendek?

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui adanya perbedaan dalam proses pembelajaran antara
siswa yang memiliki rambut gondrong dengan siswa yang memiliki
rambut pendek.

E. Manfaat
Berdasarkan pada tujuan diatas, diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapakan untuk dapat
memberikan pengetahuan dan wawasan tentang estetika dan etika
dalam kerapian seorang siswa.

2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
kritik maupun otokritik dalam menentukan masa depan dan tingkah
laku siswa khususnya kaum laki-laki.

F. Definisi Istilah
BAB II
Kajian Teori
A. Kajian Pustaka
Selama peneliti mencari bahan pembacaan untuk dijadikan referensi yang
secara khusus membahas pelarangan rambut gondrong disekolah belum banyak.
Walaupun ada hanya dalam ruang lingkup nasional tidak sampai ke ruang lingkup
daerah.

Menurut jurnal milik Hanum, dkk (Hanum and Urada, 2019),


menyampaikan bahwa siswa yang memiliki rambut gondrong merupakan
perwujudan kebebasan, bentuk keberanian dan perlawanan terhadap sistem yang
ada, serta menyiratkan ekspresi seni atau jiwa seni. Sehingga dapat menjadikan
siswa pria rambut gondrong menemukan jati dirinya.

Kemudian T. Wijanarko (Wijanarko, Wijayanti and Muntholib, 2019) dalam


skripsinya menyatakan munculnya pelarangan rambut gondrong sudah dimulai
sejak masa pemerintah Orde Baru dikarenakan pemerintah pada saat itu merasa
anak muda yang berambut gondrong bersikap acuh tak acuh hingga diadakan
upaya penyelamatan dengan adanya razia rambut gondrong. Pemerintah
berpikiran bahwa anak muda yang memiliki rambut gondrong merupakan
penyebab anak muda berperilaku kriminal.

Tidak hanya sekolah biasa madrasah pun juga mempraktikkan peraturan


pelarangan rambut gondrong bagi siswa laki-lakinya. Laila, dkk mengatakan
bahwa “Siswa putra dilarang memiliki rambut panjang (gondrong)”. (Nurjannah,
ZM and Jahiban, 2019) Peraturan ini dibuat agar siswa putra memiliki “kesan”
anak yang baik-baik. Sedangkan yang berambut gondrong tampak seperti anak
berandalan.

Terdapat juga tokoh agama yang memiliki rambut gondrong. Salah satunya
ialah Gus Ali Gondrong. Beliau merupakan tokoh sentral pendiri Paguyuban
Mafia Sholawat yang pengikutnya mencapai ribuan orang. Beliau juga memiliki
ciri khas berpakaian serba hitam dengan rambut panjang yang terurai sehingga
banyak dikenal masyarakat dengan sebutan Gus Ali Gondrong. (Luqman, 2022)

B. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif
dengan bentuk fenomenologi. Penelitian kualitatif fenomenoligi berfokus pada
studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah melalui observasi
dan wawancara.

2. Metode Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data yang akan digunakan, peneliti menggunakan
beberapa metode, yaitu studi literatur, observasi, dan wawancara. Peneliti
menggunakan sampel acak dari beberapa mahasiswa Universitas Muria Kudus
dan masyarakat sekitar yang memiliki rambut gondrong dan yang tidak memiliki
rambut gondrong agar peneliti dapat mengambil kesimpulan tentang apa yang
dikerjakan oleh peneliti.

3. Tahap Pengolahan Data


Tahap ini merupakan tahap yang dimana peneliti mengolah data yang sudah
didapatkan baik dari dokumen maupun informan yang ada.

a. Pengumpulan Data
Dalam tahap ini, peneliti akan melakukan pengumpulan data yang
berasal dari informan atau sampel yang telah tersedia. Peneliti tidak hanya
melakukan pengumpulan data, namun peneliti juga harus menganalisis
sebelum lapangan agar peneliti lebih fokus pada penelitiannya. (Dr. Umar
Sidiq, M.Ag Dr. Moh. Miftachul Choiri, 2019)

b. Data Reduction (Reduksi Data)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya (Dr.
Umar Sidiq, M.Ag Dr. Moh. Miftachul Choiri, 2019). Nantinya data yang
sudah direduksi akan membuat mudah peneliti untuk melakukan tahap
selanjutnya.

c. Data Display (Penyajian Data)


Setelah direduksi data kemudian disajikan. Dalam penelitian kualitatif
proses penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart, dan sebagainya. Namun yang paling
sering digunakan adalah teks yang bersifat naratif. (Dr. Umar Sidiq, M.Ag
Dr. Moh. Miftachul Choiri, 2019)

d. Conclusion Drawing/Verification
Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terusmenerus
selama berada di lapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti
kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola
(dalam catatan teori), penjelasan-penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. (Rijali, 2019)
Daftar Pustaka

Dr. Umar Sidiq, M.Ag Dr. Moh. Miftachul Choiri, M. (2019) Metode Penelitian
Kualitatif di Bidang Pendidikan, Journal of Chemical Information and Modeling.

Gumilang G, S. (2016) ‘METODE PENELITIAN KUALITATIF DALAM


BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING’.

Hanum, A. N. and Urada, T. (2019) ‘Gondrong: Sebuah Konstruksi Identitas Pria


Di Era Milenial’, Widya Komunika, 9(1), p. 68. doi: 10.20884/wk.v9i1.1674.

Luqman, P. (2022) Retorika Dakwah Muhammad Ali Shodiqin (Gus Ali


Gondrong) Dalam Media Sosial Youtube. Available at:
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/12628/%0Ahttp://repository.iainpurwokerto
.ac.id/12628/1/LUQMAN PURNOMO_RETORIKA DAKWAH MUHAMMAD
ALI SHODIQIN %28GUS ALI GONDRONG%29 DALAM MEDIA SOSIAL
YOUTUBE.pdf.

Nurjannah, L., ZM, H. and Jahiban, M. (2019) ‘Penerapan Tata Tertib Sekolah
dalam Pembinaan Kedisiplinan Siswa’, Jurnal Pendidikan Sosial Keberagaman,
5(1), pp. 41–53. doi: 10.29303/juridiksiam.v5i1.72.

Rijali, A. (2019) ‘Analisis Data Kualitatif’, Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah,


17(33), p. 81. doi: 10.18592/alhadharah.v17i33.2374.

Tarbiyah, F. and Keguruan, D. A. N. (2017) ‘Sri wulandari 20600113032’.

Wijanarko, T. S., Wijayanti, P. A. and Muntholib, A. (2019) ‘Rambut Gondrong


di Semarang Pada Tahun 1967-1973 Taufik’, Journal of Indonesian History, pp.
44–52.

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta:
PT. Asdi Mahasatya, 2005). Hal 317

Dilihat dari : http://digilib.uinsby.ac.id/10929/9/bab2.pdf


Dilihat dari : http://eprints.umm.ac.id/71393/56/BAB%20II.pdf

Dikutip dari : https://tirto.id/kisruh-rambut-gondrong-di-itb-rene-conrad-


tertembak-clPW

Dikutip dari : https://kumparan.com/hijab-lifestyle/apa-hukum-memanjangkan-


rambut-bagi-laki-laki-menurut-islam-1wu56GW7Ldy/full

Anda mungkin juga menyukai