ISLAM
Intan Permata Sari1, Khaila Bilqis Syaharani2, Lulu Layalia Mutsla3, Maulida Hayati
Kresnadi4, Shafia Nurul Imani5
Email: 1Sariintan6816@gmail.com, 2kkhaila4@gmail.com, 3tsla.layaliaa@gmail.com,
4
Maulidahayati04@gmail.com, 5shafianurulimani@gmail.com
Dosen Pengampu: Tenny Sudjatnika, M.Ag.
Sastra Inggris
Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
ABSTRAK
Penelitian ini menggali konsep mempercantik diri dalam Islam, merinci pandangan
terhadap praktik kecantikan modern seperti sulam alis, operasi plastik, mewarnai rambut, tato,
dan nail art. Melalui pendekatan deskriptif kualitatif, penelitian ini mengungkapkan bahwa
berbagai teknik mempercantik diri memiliki dampak yang beragam, mulai dari dampak
estetika positif hingga konsekuensi negatif pada kesehatan. Hasil survei menunjukkan bahwa
mayoritas responden menganggap sulam alis dan operasi plastik tidak diperbolehkan dalam
Islam. Sulam alis dianggap kontroversial, dengan pertimbangan hukum dari berbagai
madzhab, sementara operasi plastik untuk alasan estetika umumnya dianggap tidak
diperbolehkan oleh mayoritas responden. Mewarnai rambut, meskipun banyak yang
menganggapnya diperbolehkan, tetap menjadi perbincangan karena adanya ketentuan
tertentu, terutama dalam Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan survey, tato secara
konsisten dianggap tidak diperbolehkan oleh seluruh responden, dengan merujuk pada
larangan Rasulullah dan penekanan bahwa tato merubah ciptaan Allah. Sementara itu, dalam
konteks nail art, terdapat perdebatan mengenai hukumnya, terutama saat menunaikan ibadah
solat. Penelitian ini memberikan wawasan tentang bagaimana praktik mempercantik diri dapat
berdampak pada pemahaman nilai-nilai Islam, menggambarkan sikap umat Islam terhadap
fenomena kecantikan kontemporer, dan memberikan dasar bagi perencanaan penampilan yang
sejalan dengan ajaran agama Islam.
Kata Kunci : Hadits, Hukum Islam, Halal, Haram, Makruh, Mubah, Kecantikan, Sulam Alis,
Operasi Plastik, Bertato, Nail Art, Mewarnai Rambut
PENDAHULUAN
Sejak jaman dulu wanita sudah dikonstruksikan sebagai makhluk yang cantik, identik
dengan keindahan. Konstruksi ini telah berlaku sepanjang Sejarah perempuan sehingga
kecantikan itu di pandang sebagai sesuatu yang obyektif dan universal yang inheren dalam diri
perempuan. Kecantikan berasal dari kata cantik yang berarti bagus, elok, molek, indah, sedap
dipandang. Sedangkan kecantikan adalah keindahan, kemolekan, keelokkan baik tentang wajah
atau bentuk tubuh (gadis atau wanita pada umumnya). Beragam persepsi akan muncul terkait
dengan makna kecantikan, secara garis besar dapat di klasfikasikan dalam tiga kelompok:
Kecantikan merupakan sesuatu yang identik dengan wanita dan didambakan oleh setiap
wanita dari berbagai kelompok sosial. Secara umum cantik biasanya mengacu pada paras wajah
maupun bentuk tubuh seseorang. Gloria Swanson mengatakan bahwa wajah menjadi penentu
dasar bagi persepsi mengenai kecantikan atau kejelekan individu, dan semua persepsi ini secara
tidak langsung membuka penghargaan diri dan kesempatan hidup kita (Synnott, 1993: 136),
karena wajahlah yang pertama kali ditangkap oleh indera penglihatan orang lain dan wajah
yang menjadi cermin kecantikan tersebut. Sedangkan, Kasiyan (dalam Worotitjan, 2014: 3)
menyatakan bahwa perempuan dikatakan cantik tidak hanya berdasarkan kecantikan wajahnya,
tetapi juga identik dengan kulit yang putih, mulus dan kencang, serta bentuk tubuh yang
menonjolkan lekukan dan kemontokan organ tertentu, seperti dada, pinggul dan bibir yang
sensual.
Wanita dalam memaknai kecantikan lebih berkiblat kepada perempuan barat baik dari
Eropa maupun Amerika yang merupakan bagian dari ras caucasian. Hal ini berbanding terbalik
dengan sebagian masyarakat barat yang menyukai kulit yang kecoklatan sehingga mereka tidak
segan berjemur di bawah sinar matahari. Persepsi kecantikan yang berbeda itu muncul karena
apa yang dianggap cantik adalah apa yang tidak dimiliki oleh kebudayaan mereka, yang mana
kulit putih jarang dimiliki oleh orang Indonesia karena kebanyakan orang Indonesia berkulit
sawo matang. Sama halnya dengan Korea Selatan, kebanyakan orang Korea bermata sipit
(mono eyelid / lipatan mata satu) sehingga mereka menganggap wanita yang memiliki kelopak
mata ganda (double eyelid) itu cantik, hingga hal ini mendorong mereka untuk melakuan
operasi plastik. Bisa dikatakan Korea Selatan saat ini merupakan trend setter dalam industri
kecantikan pada saat ini.
Kecantikan dapat diungkapkan melalui berbagai cara, mulai dari sulam alis dan bibir
hingga sedot lemak, tindik, tatto, operasi plastik, nail art, mewarnai rambut, implan, dan tanam
benang. Setiap pilihan ekspresi diri ini memberikan kebebasan kepada individu untuk
mengekspresikan keindahan dalam beragam bentuk, menciptakan karya seni tubuh yang unik,
mencerminkan identitas pribadi mereka, dan memperindah dirinya.
Mempercantik diri memiliki dimensi yang mendalam dalam ajaran Islam, sebuah
agama yang mencakup aspek kehidupan sehari-hari termasuk tata cara berpenampilan. Dalam
keberagaman ajaran Islam, terdapat pandangan yang mengarahkan umatnya untuk memelihara
kecantikan fisik dan spiritual. Artikel ini bertujuan untuk menyelidiki konsep mempercantik
diri dalam Islam, mengeksplorasi nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang mendasari pandangan
Islam terhadap keindahan, serta memberikan wawasan tentang bagaimana mempercantik diri
dapat menjadi wujud ibadah dan refleksi dari keimanan seseorang. Melalui telaah ini,
diharapkan dapat ditemukan landasan yang kuat dalam merangkai penampilan yang sejalan
dengan ajaran agama Islam.
METODE PENELITIAN
Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah tipe deskriptif. Alasan peneliti
menggunakan tipe penelitian ini adalah agar dapat menjawab rumusan masalah dan
menjelaskan fenomena secara jelas dengan menggunakan perspektif emik. Peneliti juga
menggunakan pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui fenomena sosial dan
berbagai permasalahan yang muncul dalam kehidupan bermasyarakat secara lebih mendalam.
Peneliti mencari referensi yang sebenar-benarnya melalui studi literatur dengan berorientasi
pada sumber-sumber tertulis baik itu dari buku maupun diakses secara online, melalui skripsi
terdahulu, jurnal dan artikel yang berkaitan dengan topik penelitian agar penelitian ini bersifat
ilmiah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi yang
akurat adalah melakukan observasi , pengumpumpulan data melalui g form yang telah kami
buat. Setelah memperoleh informasi dari informan, peneliti mengolah hasil pengumpulan data.
Ketika data sudah terpilah, peneliti akan menganalisis data terebut dengan berdasarkan hukum
yang berlaku dalam Islam.
2. Operasi Plastik
Operasi Plastik adalah operasi yang dilakukan untuk memperbaiki bagian
badan (terutama kulit) yang rusak atau cacat atau untuk mempercantik diri. Dalam fiqh
modern, operasi plastik disebut al-Jirahah (‘amaliyyah at-tajmiliyyah). Al-Jirahah diartikan
operasi bedah yang dilakukan untuk memperbaiki penampilan suatu anggota badan
yang tampak atau untuk memperbaiki fungsi dari anggota tersebut ketika anggota tubuh
itu berkurang, lepas atau rusak.
Sedangkan dalam ilmu kedokteran operasi plastik didefenisikan sebagai pembedahan
jaringan atau organ yang akan dioperasi dengan memindahkan jaringan atau organ dari
tempat yang satu ke tempat lain sebagai bahan untuk menambah jaringan yang dioperasi.
Persoalan operasi plastik dalam pandangan Hukum Islam termasuk masalah ijtihadiyah,
artinya hukumnya perlu dikaji sedalam mungkin karena belum dikenal, baik sebelum
maupun sesudah zaman imam madzhab fiqh yang empat, yakni Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hambali. Oleh sebab itu, dalam literatur fiqh klasik tidak
dijumpai pembahasan ini. Pembahasan operasi plastik baru yang muncul dalam masail
fiqhiyah al-haditsah (permasalahan fiq hkontemporer) yang tidak lain merupakan hasil
ijtihad ulama fiqh modern.
Menurut Abdul Aziz Dahlan, dkk Ulama fiqh modern meninjau persoalan
operasi plastik dari sisi tujuan dilakukannya operasi tersebut. Misalnya, Abdul Salam
Abdurrahim as-Sakari, ahli fiqh modern dari Mesir, dalam bukunya al-A’da al-Adamiyyah
min Manzur al-Islam (Anggota Tubuh Manusia dalam Pandangan Islam), membagi
operasi plastik menjadi dua, yaitu operasi plastik dengan tujuan pengobatan dan operasi
plastik dengan tujuan mempercantik diri. Selanjutnya Abdul Salam Abdurrahim as-
Sakari juga membagi operasi plastik dengan tujuan pengobatan menjadi dua bagian, operasi
plastik yang bersifat daruri (vital atau penting) dan operasi plastik yang bersifat dibutuhkan.
Operasi plastik untuk tujuan pengobatan secara hukum dibolehkan, baik yang bersifat
daruri maupun dibutuhkan. Operasi plastik dalam kasus daruri, seperti terjadi penyumbatan
pada saluran air seni, dibolehkan secara hukum, sebab jika tidak dilakukan pembedahan,
bisa menyebabkan air seni akan merembes ke tempat-tempat lain, sehingga yang
mengidap penyakit ini sulit untuk melakukan ibadah dengan tenang karena pakaian dan
badannya sering bernajis. Selain itu, penyumbatan air seni juga dapat menimbulkan penyakit
lain bagi yang bersangkutan.
Demikian halnya dengan operasi plastik untuk memperbaiki kecacatan atau
kerusakan yang bersifat dibutuhkan (tidak sampai tingkat darurat), seperti bibir sumbing atau
kulit rusak karena terbakar, dibolehkan secara hukum berdasarkan pertimbangan kecacatan
pada seseorang itu dapat menghalanginya untuk menjalani kehidupan sosialnya. Apalagi
yang menyandang cacat itu adalah pejabat atau pemuka masyarakat.
4. Tato
Tato (bahasa Inggris: tattoo) atau kadangkala disebut rajah adalah suatu tanda yang
dibuat dengan memasukkan pigmen ke dalam kulit. Dalam istilah teknis, tato adalah implantasi
pigmen mikro. Tato dapat dibuat terhadap kulit manusia atau hewan. Tato pada manusia adalah
suatu bentuk modifikasi tubuh, sementara tato pada hewan umumnya digunakan sebagai
identifikasi. Tato dinilai haram lantaran seni tubuh tersebut merubah bentuk ciptaan Allah
SWT, dimana seseorang melakukannya dengan cara melukai dirinya sendiri. Di mana tato juga
mengandung najis yakni berupa darah yang menggumpal.
Hukum menggambar tato pada bagian tubuh ini juga dijelaskan dalam sebuah hadits
Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA. Penjelasan hadis ini termuat dalam kitab
Wizaratul Auqaf was Syu'unul Islamiyyah, Mausu'atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah yaitu:
ع َم َر
ُ ِيث اب ِنُ َومِ ن َها َحد،ِث الصَحِ ي َح ِة فِي َلع ِن ال َوا ِش َم ِة َوال ُمستَو ِش َمة ِ ور الفُقَ َهاءِ ِإلَى أ َ َن ال َوش َم َح َرام ِلأل َ َحادِي
ُ َب ُجم ُه َ ذَه
ُ عدَهُ بَع
ض َ َو.َصلَةَ َوال َوا ِش َمةَ َوال ُمستَو ِش َمة
ِ اصلَةَ َوال ُمست َو ِ سلَ َم ال َو
َ علَي ِه َو َ صلَى
َ ُّللا ِ َ سول
َ ّللا ُ عن ُه َما قَال لَ َعنَ َر َ ي
َ ُّللا َ ض ِ َر
علَى ُ َ
َ قَال النَف َرا ِوي َويُم ِك ُن َحمل َها،ِض ُمتَأ ِخ ِري ال َما ِل ِكيَ ِة بِالك ََرا َهة ُ
ُ َوقَال بَع.ُشافِ ِعيَ ِة مِ نَ ال َكبَائ ِِر يُلعَ ُن فَا ِعلهَ ال َما ِل ِكيَ ِة َوال
التَح ِر ِيم
Artinya: "Mayoritas ahli fiqih berpendapat bahwa tato adalah haram berdasarkan sejumlah
hadits shahih yang melaknat orang yang membuat tato atau orang yang minta ditato. Salah
satu haditsnya adalah riwayat Ibnu Umar RA. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW melaknat
orang yang menyambung rambut, orang yang meminta rambut disambung, orang yang
membuat tato, dan orang yang membuat tato disambung. Sebagian ulama Malikiyah dan
Syafi'iyah memasukkan tato sebagai dosa besar yang pelakunya dilaknat (oleh Allah).
Sebagian ulama Malikiyah mutaakhirin menganggapnya makruh. An-Nafrawi menjelaskan
bahwa makruh yang dimaksud adalah haram," (Wizaratul Auqaf was Syu'unul Islamiyyah,
Mausu'atul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Wizaratul Auqaf: 2005 M/1425 H], cetakan
pertama, juz XXXXIII, halaman 158).
Buya Yahya menerangkan, adanya syarat-syarat tersebut di mana tato yang sudah
melekat di tubuh seseorang tidak wajib untuk dihapus saat mereka ingin bertaubat. “Pada
dasarnya tato tidak wajib untuk dihilangkan, kecuali memenuhi lima syarat. Lima syarat itu di
antaranya adalah tato dibuat dengan sadar kalau itu haram dan dosa, ia mengerti itu haram
masih maksa. Maka kalau Anda waktu masang tato tidak mengerti halal haram tidak wajib
dicabut,” tambah Buya Yahya. Buya Yahya juga menyebutkan, bahwa syarat lainnya tato tidak
wajib dihapus yakni jika orang tersebut membuatnya saat sudah dewasa atau baligh. Lebih
lanjut, syarat ketiga adalah tato tidak wajib dihilangkan saat tato tersebut belum sampai
tertanam di kulit. Dan keempat, tato boleh saja dibiarkan begitu saja jika cara menghapusnya
tidak sampai mengganggu cara bersuci kita. Terakhir, tato tersebut boleh saja tidak dihilangkan
jika memang memiliki manfaat dan alasan yang mendesak.
Abdul, A. (2015) Sulam Alis Dalam pandangan islam: Studi Komparatif Madzhab ... -
UNISMA, Walisongo Institution Repository. Available at: https://pkay.unisma.ac.id/wp-
content/uploads/2021/01/14.-Baqi-Rafika-Aziz-Sulam-Alis-Dalam-Pandangan-Islam-
Studi-Komparatif-Madzhab-Syafii-Dan-Hambali.pdf (Accessed: 2023).
Abdul Syukur Al-Azizi, Buku Lengkap Fiqh Wanita; Manual Ibadah, dan
Muamalah,Yogyakarta: Diva Press, 2015, h. 372.
Agustine, C.F., Jazari, I. and Kurniawati, D.A. (2019) Tinjauan Hukum islam Terhadap
Sambung Bulu Mata, Sulam Alis Dan Sulam bibir, Jurnal Hikmatina. Available at:
http://jim.unisma.ac.id/index.php/jh/article/view/3347 (Accessed: 2023).
Ainun, N. (2022) Hukum Tato Dalam islam Apakah Dibolehkan? Simak Penjelasnnya,
detiksulsel. Available at: https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6488668/hukum-tato-
dalam-islam-apakah-dibolehkan-simak-
penjelasnnya#:~:text=Salah%20satu%20haditsnya%20adalah%20riwayat,orang%20ya
ng%20membuat%20tato%20disambung. (Accessed: 2023).
Aravik, H., Amri, H. and Choiriyah, C. (2018) Operasi Plastik Dalam Perspektif Hukum islam,
Mizan: Journal of Islamic Law. Available at: https://jurnalfai-
uikabogor.org/index.php/mizan/article/view/296 (Accessed: 2023).
Harnum, A.A.S. (2019) Tinjauan Hukum islam tentang menyemir rambut Terhadap Pelanggan
Laki-Laki (Studi Pada pangkas rambut deva sukarame Bandar Lampung), TINJAUAN
HUKUM ISLAM TENTANG MENYEMIR RAMBUT TERHADAP PELANGGAN LAKI-
LAKI (Studi Pada Pangkas Rambut Deva Sukarame Bandar Lampung) - Raden Intan
Repository. Available at: http://repository.radenintan.ac.id/6743/ (Accessed: 2023).
Muzayyin, M (2019). Kontes Ratu Kecantikan Dalam Perspektif Hukum Islam. Al-tsaman:
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam, 1(1), pp.89-96. (Accessed: 2023).
Ningsih, D.L. (2023) Hukum Orang Bertato menurut Buya Yahya: Tidak Wajib Dihilangkan,
tapi, viva.co.id. Available at: https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-
intim/1627658-hukum-orang-bertato-menurut-buya-yahya-tidak-wajib-dihilangkan-tapi
(Accessed: 2023).
Redaksi (2019) Ini Makna Kecantikan Diri Luar Dan Dalam - Universitas riau, Universitas
Riau - Universitas Riau. Available at: https://unri.ac.id/en/ini-makna-kecantikan-diri-
luar-dan-dalam/ (Accessed: 2023).
Setiawan, A. (2016) Analisa hadits Tentang Menyemir rambut (skripsi), eprint UIN Raden
Fatah Palembang. Available at: http://eprints.radenfatah.ac.id/312/ (Accessed: 2023).