Anda di halaman 1dari 2

Istilah “tunduk” dipakai oleh LAI untuk menerjemahkan kata “hupotassomai” yang berarti

menempatkan diri (membiarkan diri ditempatkan) di bawah pengaturan atasan. Pada umumnya hal
itu berarti "menaati atasan". Tetapi, seperti Petrus sendiri yang “tidak taat” kepada Mahkamah
Agung Yahudi, ada saatnya juga harus menaati Allah daripada manusia (Kis 4:19).

Kemudian, kata “ketakutan” dari bahasa Yunani "fobos" di sini merujuk pada rasa hormat. Tentang
atasan, kata fobos dapat berarti “takut kena penyiksaan dari atasan yang bengis” atau “takut
mengecewakan atasan yang ramah dan yang dihormati”. Ketakutan yang pertama memang
perasaan yang dialami jika ada tuan yang bengis. Tetapi ketakutan yang kedua, tidak boleh diabaikan
yakni takut mengecewakan tuan yang ramah. Dengan demikian, “tunduk dengan penuh ketakutan”
kepada tuan, harus dipahami dalam dua kategori tersebut.

Dalam ayat 19-20 terjemahan “kasih karunia” dari istilah Yunani “kharis” yang berarti sikap yang
baik kepada orang lain, merujuk pada perbuatan atau sikap yang berkenan di hadapan Allah, yaitu
menanggung penderitaan yang tidak adil. Allah melihat perlakuan yang tidak adil itu, dan memuji
kita, bukan memuji tuan yang bengis. Jika kita tetap menerima dengan rela keburukan itu tanpa
bersungut maka di mata Tuhan itu adalah kasih karunia, atau pada pandangan Allah perbuatan kita
itu adalah perbuatan yang baik (kharis).

Kita mengetahui bahwa Allah berkenan atas penanggungan penderitaan yang tidak adil dan
menganggap apa yang kita lakukan (menerima dengan tunduk pada atasan yang begis) dianggap
suatu perbuatann baik atau kasih karunia Karena Kristus telah merintis jalan itu. Perlakuan terhadap
Kristus ketika Dia ditangkap dan disalibkan adalah perlakuan paling tidak adil karena Kristus tidak
ada dosa sama sekali (ay.22). Namun, Kristus tidak membalas tetapi menyerahkan perlakuan itu
kepada Sang Hakim yang adil (ay.23). Jika kita menanggung penderitaan yang tidak adil, itu bukan
suatu kerugian, sebaliknya hal itu adalah kasih karunia atau dianggap perbuatan baik yang kita
lakukan di mata Allah.

Kita diajak untuk meneladani Kristus dalam penderitaanNya dan menjadikan itu motivasi bagi kita
untuk melakukan perbuatan baik walau alami penderitaan (ay.24-25). Artinya, kita diajak bahwa
andaikata harus menderita karena menjadi orang Kristen sekalipun, kita harus tetap berbuat baik.
Jangan hanya karena kondisi hidup yang tidak baik, kita akhirnya melakukan hal yang tidak benar
dan membawa kita dalam dosa.

Implikasi

Perhatikan ayat 20 yang berbunyi: “…Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus
menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena
Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu
mengikuti jejak-Nya.” Dengan sangat sederhana, Petrus mau mengatakan, bahwa dengan mengikuti
jejak Yesus, ujungnya adalah hidup! Bukan melulu penderitaan, apalagi kematian. Dengan demikian,
ia secara tegas mengingatkan kaum beriman di zamannya, bahwa tidak sia-sia setia beriman, dan
meneladani Kristus. Jika kita tetap rela menderita karena kebenaran, maka itu dipandang oleh Allah
sebagai perbuatan baik, yakni suatu kasih karunia. Sehingga di masa sukar itu pun, kita tetap dapat
bersaksi tentang kebenaran.

Motivasinya jelas, yaitu menyenangkan hati Allah. Para budak atau hamba pada jaman itu diminta
untuk tetap setia, berlaku benar, dan bersikap baik pada para tuan mereka, bukan untuk menjilat.
Bahkan tetap berbuat baik meskipun diperlakukan jahat. Tujuannya untuk memuliakan nama Allah!
Menjadi teladan hidup bagi dunia sekitar. Lainnya, sebagai wujud pelaksanaan dari tugas panggilan
iman. Jadi entah kita mengalami penderitaan atau tidak, saudara dan saya diajak meiliki motivasi
yang tepat dalam hidup ini yakni: Menyenangkan Tuhan.

Sebagai orang percaya kita dipanggil untuk meneladani Kristus, yang rela menderita bahkan hingga
mati di kayu salib. Ia tidak melawan, Ia pun tidak membalas. Sebab ia tahu kepada siapa ia harus
tunduk, yakni pada Sang Bapa dan misiNya bagi dunia. Kerelaan kita untuk menjalani kehidupan ini
dan juga siap hadapi derita demi suatu kebenaran, hal itu semata karena tunduk dan taat pada Sang
Tuan yang Agung yakni Allah Bapa kita. Kendatipun harus menderita, kita tetap memilih untuk tetap
berbuat baik dan benar. Supaya melalui itu nama Tuhan tetap dimuliakan.

Karena itu, marilah jalani hidup ini. Entah di saat kita menderita sekalipun atau hidup dalam
sukacita, pastikan bahwa kita tetap menyenangkan Tuhan lewat memuliakan namanya dalam semua
keadaan hidup ini. Amin

Anda mungkin juga menyukai