Anda di halaman 1dari 2

Membedakan Hiperkalemia vs STEMI pada BacaanECG

Peningkatan kadar kalium darah menyebabkan gambaran ECG berubah sedemikian jelas
sehingga dapat menjadi petunjuk yang penting untuk mengarahkan diagnosis hiperkalemia.
Hiperkalemia sendiri adalah kondisi klinis yang sangat berbahaya bagi pasien karena dapat
berujung pada ventrikel takikardia (VT), ventrikel fibrilasi (VF), henti jantung dan
kematian.
Ketika kadar kalium darah mulai naik, gelombang T diseluruh 12 lead ECG mulai
meninggi. Pada beberapa tenaga medis yang kurang mahir membaca ECG, gambaran ECG
ini akan sangat mungkin keliru terbaca sebagai ST elevasi pada infark miokard akut.
Perbedaan paling jelas adalah, pada STEMI gambaran ST Elevasi hanya akan ditemukan
pada lead tertentu (minimal 2 lead) yang menggambarkan daerah infark, kalau kata dokter
ragil "lead yang selokasi" (misal II, III dan AvF menggambarkan lokasi infark di inferior).
Sedangkan pada kondisi hiperkalemia, ST Elevasi hampir bisa ditemukan di semua lead.

Bila kadar kalium darah semakin tinggi, interval P akan memanjang, gelombang akan
semakin rendah sampai kemudian menghilang. Selanjutnya kompleks QRS akan melebar
hingga bergabung dengan gelombang T dan membentuk gambaran gelombang sinus
(gelombang QRS yang melebar dan gelombang T yang tinggi hampir sulit dibedakan).
Fibrilasi ventrikel pun akan segera muncul. Jika tidak ditangani dengan benar, pasien akan
henti jantung dan meninggal.
Satu hal yang penting diketahui, meski perubahan gambaran ECG pada hiperkalemia sering
terjadi sesuai dengan urutan di atas, pada praktisnya sering dokter di IGD menemukan
kasus ketika evolusi sudah lanjut. Perburukan menuju fibrilasi ventrikel dapat terjadi begitu
mendadak.
Setiap peubahan gambaran ECG akibat hiperkalemia harus segera ditangani secara cepat.
Tatalaksana Hiperkalemia
Tatalaksana Hiperkalemia pernah aku tulis secara rinci di artikel tatalaksana hiperkalemia
di IGD. Tapi akan aku review sedikit di tulisan ini, namun hanya fokus pada rapid
correction kalium.
Metode menormalkan kembali kadar kalium darah ada 2: slow dan rapid correction.
Namun, yang lebih sering dilakukan di IGD adalah metode rapid correction.
Metode rapid correction terdiri dari

1. Kalsium glukonat intravena: untuk menghilangkan efek neuromuskular dan jantung akibat
hiperkalemia. Diberikan 1-2 ampul IV

2. Glukosa dan insulin intravena: untuk memindahkan kalium ke dalam sel, dengan efek
penurunan kalium kira-kira 6 jam. Dosis: insulin 10 unit dalam glukosa 40%, 50 ml bolus
intravena, lalu diikuti dengan infuse Dekstrosa 5% untuk mencegah hiperkalemia.

3. Pemberian B2 agonis albuterol: untuk memindahkan kalium ke dalam sel. Dosis 10-20 mg
secara inhalasi maupun tetesan intravena (0.5 mg IV)

4. Dialisis: untuk membuang kalium dari tubuh paling efektif.


Pada hiperkalemia jika diterapi dngan adekuat akan sembuh. Pada pasien dengan kadar
kalium mencapai 7-8 meq/L memiliki risko menjadi fibrilasi ventrikel sampai 5%,
sedangkan jika kadar kalium 10 meq/L risiko menjadi fibrilasi ventrikel meningkat hingga
90%. Pada kasus berat risiko mortalitas sebesar 67%.

Anda mungkin juga menyukai