TESIS-Aldo Anugrah Dilandes
TESIS-Aldo Anugrah Dilandes
TESIS
Perbedaan Level Kemampuan Objek Kontrol Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Kota Payakumbuh
Penelitian ini dilakukan dengan dasar masih rendahnya level kemampuan objek
kontrol yang dimiliki oleh siswa PAUD di Kota Payakumbuh. Hal ini dikarenakan
banyak faktor, diantaranya adalah usia dan jenis kelamin siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui rendahnya level kemampuan objek kontrol siswa PAUD di Kota
Payakumbuh.
Jenis penelitian ini adalah komparasi (perbandingan) dengan jumlah sampel
sebanyak 48 orang yang didasarkan pada pertimbangan tertentu. Level kemampuan
objek kontrol didapatkan melalui sub tes TGMD-2 yang telah dikembangkan yang
terdiri dari menangkap, melempar, menendang dan memukul bola. Data dianalisis
menggunakan teknik analisis varian (ANAVA) dua jalur dengan rancangan faktorial
2x2.
Hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa: 1) Terdapat perbedaan
level kemampuan objek kontrol antara siswa laki-laki dan perempuan, dimana level
kemampuan objek kontrol siswa laki-laki lebih baik dari perempuan dengan nilai Sig
0.000 < 0.05. 2) Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara usia 6 dan
5 tahun, dimana level kemampuan objek kontrol siswa usia 6 tahun lebih baik dari usia
5 tahun dengan nilai Sig 0.005 < 0.05. 3) Terdapat interaksi antara usia dengan jenis
kelamin terhadap level kemampuan obejk kontrol, didapatkan nilai Sig antara lokasi
sekolah dengan jenis kelamin sebesar 0.037 < 0.05. 4) Terdapat perbedaan level
kemampuan objek kontrol siswa laki-laki usia 6 tahun dengan usia 5 tahun, didapatkan
nilai Sig 0.009 < 0.05 ditemukan bahwa siswa laki-laki usia 6 tahun memiliki level
kemampuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan siswa laki-laki usia 5 tahun. 5)
Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol siswa perempuan usia 6 tahun
dengan usia 5 tahun, didapatkan nilai Sig 0.113 < 0.05 ditemukan bahwa siswa
perempuan usia 6 tahun memiliki level kemampuan objek kontrol yang sama jika
dibandingkan dengan siswa perempuan usia 5 tahun.
ii
ABSTRACT
Differences in the Ability Level of Control Objects Based on Gender and Age in
Early Childhood Education (PAUD) in Payakumbuh City
This research was conducted on the basis of the low level of control object
ability possessed by PAUD students in Payakumbuh City. This is due to many factors,
including the age and gender of students. This study aims to determine the low level of
object control ability of PAUD students in Payakumbuh City.
This type of research is a comparison (comparison) with a sample of 48 people
based on certain considerations. The control object's ability level is obtained through
the TGMD-2 sub-test that has been developed which consists of catching, throwing,
kicking and hitting the ball. Data were analyzed using two-way analysis of variance
(ANOVA) with a 2x2 factorial design.
The results of the research and data analysis showed that: 1) There were
differences in the level of control object ability between male and female students,
where the level of control object ability of male students was better than female students
with a Sig value of 0.000 < 0.05. 2) There is a difference in the level of control object
ability between the ages of 6 and 5 years, where the level of control object ability of
students aged 6 years is better than the age of 5 years with a Sig value of 0.019 < 0.05.
3) There is an interaction between age and gender on the ability level of the control
object, the Sig value between school location and gender is 0.019 < 0.05. 4) There is
a difference in the level of control object ability of male students aged 6 years and 5
years, obtained a Sig value of 0.007 <0.05, it was found that male students aged 6
years had a better level of ability when compared to male students aged 5 year. 5)
There is a difference in the level of control object ability of female students aged 6
years with the age of 5 years, obtained a Sig value of 0.113 <0.05. It was found that
female students aged 6 years had the same level of control object ability when
compared to female students aged 5 years.
iii
DAFTAR ISI
vi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 66
A. Jenis dan Disain Penelitian............................................................................... 66
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................................... 67
C. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ........................................................... 67
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 70
1. Usia ............................................................................................................... 70
2. Jenis Kelamin ............................................................................................... 71
3. Level Perkembangan kemampuan Gerak Dasar........................................... 72
E. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 81
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................................... 81
2. Uji Hipotesis ................................................................................................. 82
F. Hipotesis Statistik............................................................................................. 83
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN......................................... 85
A. Hasil Penelitian ................................................................................................ 85
1. Deskripsi Data Level Kemampuan Objek Kontrol ...................................... 85
2. Deksripsi Data Penelitian ............................................................................. 94
3. Uji Prasyarat Analisis ................................................................................. 105
4. Pengujian Hipotesis .................................................................................... 107
B. Pembahasan .................................................................................................... 109
1. Hipotesis Pertama ....................................................................................... 109
2. Hipotesis Kedua.......................................................................................... 111
3. Hipotesis Ketiga ......................................................................................... 114
4. Hipotesis Keempat...................................................................................... 115
5. Hipotesis Kelima ........................................................................................ 117
BAB V KESIMPILAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................................ 119
A. Kesimpulan..................................................................................................... 119
B. Implikasi ......................................................................................................... 120
C. Saran ............................................................................................................... 127
vii
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................. 129
Lampiran.................................................................................................................. 135
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 27. Sample sedang melakukan skill melempar bola.................................... 149
Gambar 28. Sample sedang melakukan skill melempar bola.................................... 150
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam dunia pendidikan, antara
ketrampilan guru, anak, satuan pendidikan dan tenaga kependidikan yang terkait.
No. 20 Tahun 2003, Pasal satu menyatakan bahwa: “Satuan pendidikan adalah
formal, non formal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan". Dari ke
tiga jalur pendidikan tersebut Pendidikan non formal didefinisikan sebagai jalur
sepanjang hayat”.
Hal ini berarti masyarakat dan bekerja sama dengan pemerintah dalam
1
2
(PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar. Pada jenjang
pendidikan ini dilakukan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan tersebut dilakukan melalui
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini juga merupakan pendidikan
“Pendidikan anak usia dini adalah sebagai suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Indonesia, 2003).
3
bahwa:
“Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang ditujukan pada anak
usia untuk merangsang dan memaksimalkan aspek-aspek perkembangannya.
Terdapat 6 aspek perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru
Pendidikan Anak Usia Din (PAUD). Keenam aspek tersebut adalah aspek
perkembangan nilai agama dan moral, koginitf, sosial emosional, Bahasa,
fisik motorik, dan seni (Kemendikbud, 2014)”.
Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau golden age. Pada masa
kehidupannya. Hal ini berlangsung pada saat anak dalam kandungan hingga usia
dini, yaitu usia nol sampai enam tahun. Namun, masa bayi dalam kandungan hingga
lahir, sampai usia empat tahun adalah masa-masa yang paling menentukan. Periode
ini, otak anak sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Oleh karena itu
orang tuanya sendiri maupun melalui lembaga Pendidikan anak usia dini. Oleh
sebab itu perkembangan pada masa awal ini akan menjadi penentu bagi
antara susunan syaraf pusat, syaraf dan otot. Gerakan-gerakan ini merupakan
rangkaian koordinasi dari beratus-ratus otot yang rumit. Keterampilan motorik ini
terkait, yaitu keterampilan motorik kasar (gross motor skill) dan keterampilan
motorik halus (fine motor skill). Keterampilan Motorik Halus; meliputi otot-otot
kecil yang ada diseluruh tubuh, seperti menyentuh dan memegang. Motorik halus
anak dapat distimulasi dengan membiarkan anak sekali-kali untuk belajar makan
minum sendiri, hal tersebut dapat dilakukan pada anak usia satu tahun, sebagai
orangtua kita jangan takut anak kotor atau rumah menjadi kotor, sebab ketakutan
tidak melatih anak belajar mandiri dan perkembangan motorik halusnya akan
lengan, kaki, dan batang tubuh, seperti berlatih untuk mengikat sepatu sendiri,
melompat dan berjalan. Tugas orang tua dalam memberikan stimulasi motorik
Keterampilam motorik kasar atau gross motor skill ini terbagi kedalam
2017). Kemampuan lokomotor adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak untuk
objek kontrol adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk melakukan manipulasi
Kemampuan gerak dasar ini berbeda level penguasaan antara satu individu dengan
diantaranya adalah: koordinasi, kelincahan, body mass index, faktor keturunan, jenis
kelamin, lingkungan sosial, pola suh orang tua, pengetahuan orang tua, dan
nantinya akan berpengaruh terhadap keterampilan gerak dasar yang dimiliki oleh
anak serta pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Aspek koordinasi ini saling
berkaitan dengan kemampuan gerak dasar yang dimiliki oleh anak. Semakin baik
kemampuan koordinasi yang dimiliki anak, maka akan semakin baik kemampuan
seorang anak harus mempunyai koordinasi yang baik antara mata dengan anggota
geraknya. Apabila ank tersebut tidak memiliki koordinasi yang baik, maka rasanya
secara efektif. Kelincahan diartikan dengan tangkas, gesit atau cekatan. Agility
has more recently been defined as “a rapid whole-body movement with change of
Waren, Brian dan Greg 2015). Menguasi unsur kelincahan bisa jadi dapat
tidak, setiap item dari kemampuan lokomotor dan objek kontrol menuntut seorang
misalnya bermain, berlari dan melompat (Mary et al., 2010). Dengan memiliki
keseimbangan yang baik akan membantu anak dalam menyelesaikan tugas gerak
yang diberikan. Pada setiap item kemampuan gerak dasar, baik itu kemampuan
Gerakan menendang bola diawali dengan berlari, kemudian terdapat fase melayang,
mendang dan follow through. Untuk menyelesaikan semua rentetan gerakan ini
dengan sempurna seorang anak harus memiliki keseimbangan yang baik. Begitu
juga dalam kemampuan lokomotor, hop atau melompat satu kaki. Jika seorang anak
tidak memiliki keseimbangan yang baik pada kedua kakinya, akan musthail anak
seorang anak adalah body mass index atau indeks massa tubuh. Body Mass index
antara tinggi dan berat seseorang. Proporsi lemak yang berlebih pada anak-anak
akan menyebabkan anak menjadi malas dalam beraktifivitas. Akibatnya anak akan
mengalami perkembangan kemampuan gerak. Apabila hal ini terus dibiarkan, anak
tidak hanya akan mengalami gangguan keterlambatan gerak saja, namun juga akan
7
anak tersebut akan menampilkan gerakan yang salah dan akan mendapat ejekan dari
teman-temanya. Pada akhirnya anak akan menutup diri dan seumur hidup akan
Perbedaan jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
kemampuan gerak anak. Karena terdapat perbedaan kemampuan antara laki-laki dan
perempuan. Anak laki-laki memiliki kemampuan motorik lebih baik dari anak
perempuan, baik dari sisi kekuatan maupun akurasi gerakannya. Misalkan dalam
Anak yang terlahir ditengah lingkungan yang tidak begitu memahami tentang
memiliki kemampuan gerak dasar yang berada pada level terendah. Karena
lingkunganya tidak memberikan stimulus agar dia bisa terlatih dengan kemampuan-
kemampuan mendasar demikian. Namun apabila anak terlahir dari keluarga dan
dasar serta fungsi setiap kemampuan itu dimasa datang, anak diajarkan agar mampu
menguasi kemampuan gerak dasar dan akan berada pada level kemampuan gerak
yang maksimal. Karena, kemampuan gerak dasar tidak ada begitu saja namun
Dalam mengasuh anak, ada beberapa pola asuh yang bisa digunakan oleh
orang tua, permisif dapat disebut sebagai pola asuh yang toleran atau penuh
kesabaran, kemudian otoritatif dikenal juga dengan pola asuh demokratis, dimana
orangtua dan anak selalu bicara bersama untuk mendapatkan sebuah solusi bagi
kedua pihak, pola asuh otoriter ini ditandai dengan aturan orangtua yang kaku dan
harapan tinggi untuk diikuti anak tanpa syarat, dan yang terakhir adalah pola asuh
tidak terlibat atau hanya membiarkan anak tanpa pengawasan. Dari keempat pola
asuh yang dijelaskan, pola asuh yang paling baik untuk anak adalah pola asuh
otoritatif dan permisif. Hal ini dikarenakan dengan gaya pola asuh yang demikian
lingkungan serta tugas gerak yang seharusnya memang dilakukan anak pada masa
dasar juga sangat berpengaruh terhadap fundamental motor skill. Pada beberapa
penelitian dijelaskan bahwa anak-anak dengan orang tua yang memiliki pemahaman
dan pengetahuan yang kurang terhadap pentingnya melatih fundamental motor skill
gerak dasar yang rendah.Hal ini dikarenakan mereka tidak mengetahui bahwa
keterampilan gerak dasar saja, namun dengan melatih keterampilan gerak dasar juga
9
masih banyak siswa PAUD di sana yang level kemampuan gerak dasarnya berada
dibawah rata-rata atau tidak sesuai dengan usia mereka yang seharusnya. Untuk
memperkuat observasi awal, peneliti juga telah melakukan beberapa tes kemampuan
objek kontrol dan lokomotor. Dari 12 orang siswa PAUD yang peneliti minta
melakukan gerakan berlari, hanya 3 orang siswa yang sudah menguasai level berlari
maksimal. Sisanya berada pada level 1, level 2 dan level 3. Begitu juga ketika
peneliti meminta siswa PAUD untuk mencobakan gerakan hop, dari 12 orang siswa
yang peneliti minta melakukan rangkaian gerakan hop ini, hanya sebanyak 5 orang
siswa yang gerakan hop nya sudah mencapai level maksimal. Selanjutnya peneliti
juga meminta siswa melakukan gerakan menangkap bola, namun dari 12 orang
siswa tersebut hanya 2 orang yang bisa menangkap dan mencapai level maksimal.
sama halnya dengan tes kemampuan sebelumnya, peneliti menemukan semua siswa
Hal ini tentu saja menjadi temuan yang memprihatinkan yang seharusnya
diusia 4 sampai 5 tahun seorang anak harusnya telah menguasai dengan maksimal
level kemampuan gerak dasar yang terdiri dari kemampuan objek kontrol dan
10
lokomotor. Inilah hal-hal mendasar yang tidak dipahami oleh masyarakat awam
terusmelatih kemampuan gerak dasar anak secara bersamaan kita juga melatih
matang dari otak. Dijelaskan bahwa aktivitas fisik berdampak positif terhadap
Objek Kontrol berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Siswa PAUD di Kota
Payakumbuh”.
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan di atas,
anak
anak
dasar anak
dasar anak
dasar anak
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, untuk menghindari bias dalam
1. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5 dan 6 tahun
2. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki dan perempuan
4. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki usia 5 dan 6
tahun
5. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak perempuan usia 5 dan 6
tahun
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5
dan 6 tahun?
2. Apakah terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-
4. Apakah terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, dan perumusan masalah. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk
1. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5 dan 6 tahun
2. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki dan perempuan
4. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki usia 5 dan 6
tahun
5. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak perempuan usia 5 dan 6
tahun
b. Hasil temuan ini selanjutnya dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan.
2. Manfaat Praktis
a. Guru, sebagai bahan masukan untuk melaksanakan tugas secara efektif dan
tingginya.
(Stodden & Goodway, 2007; Gabbard, 2012; Judith, Walter & Maria,
2015).
15
16
terampil dalam gerak dasar yang signifikan dapat mengubah konsep diri
kekuatan otot yang melibatkan lengan dan kaki yang digunakan untuk
dengan pola spesifik yang dapat diamati. Sebagian besar keterampilan ini
gerak dasar terdiri dari satu tingkat dalam rangkaian akuisisi keterampilan
guru harus memberikan pelajaran yang sesuai dengan usia siswa. Selama
dan remaja tidak memilih dan berminat untuk ikut serta dan berpatisipasi
saat bermain. Seperti overhand throw, catch, punt, kick, forehand strike,
two-hand side-arm strike, ball bounce, run, leap, dodge and vertical jump.
Untuk lebih jelasnya mengenai usia dan kemampuan yang harus dikuasai
tugas gerak yang lebih kompleks. Anak yang tidak menguasai kemampuan
ini cenderung akan menghindari apapun aktivitas fisik yang dilakukan oleh
dari satu tempat ke tempat lain (lokomotor) dan menerima atau mengirim
seorang anak.
anak dimassa yang akan datang. Keterampilan gerak dasar ini juga
aktivitas gerak (Payne & Isaacs, 2011, Goodway & Robinson, 2006).
objek. FMS are categorizedinto two groups listed as locomotor skills (e.g.,
untuk membuat gerakan yang terkontrol dan tepat dengan suatu objek
dari (1) melempar (overarm throw) (2) menendang bola (kicking), (3)
20
kaki depan (leap), (5) memukul bola dengan alat (raket) dalam keadaan
1) Menangkap (cath)
2) Lemparan (throw)
dari atas kepala, dada, dari bawah lengan (di bawah ketiak, dengan
tangan di atas bahu) tetapi pembahasan ini terbatas pada salah satu cara
atas bahu.
3) Menendang (kick)
tendangan dan secara konsisten menyentuh bola. Guru dan orang tua
gerak dasar atau fundamental motor skill yang harus dimiliki oleh
anak. Karena, kemampuan dribble ini adalah dasar yang harus dimiliki
dapat terealisasi dengan baik maka tahap awal yang harus dilakukan
dini antara lain disampaikan oleh National Association for The Education
adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam
yang khusus yang sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak
tersebut. Disebutkan oleh Sujiono (2007:4) “anak usia dini adalah sosok
adalah anak yang berusia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan
menetapkan bahwa pendidikan anak usia dini termasuk pada level 0 atau
lebih awal yaitu pada usia 2 tahun, dan beberapa negara lain mengakhirinya
2003).
Pada masa ini merupakan masa emas atau golden age, karena anak
otaknya mencapai 80% dan pada usia 18 tahun mencapai 100% (Slamet
formal, nonformal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur formal
berbentuk taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA) dan bentuk
lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini jalur non formal berbentuk
dan posyandu yang terintegrasi PAUD atau yang kita kenal dengan satuan
untuk anak usia dini jalur non formal terbagi atas tiga kelompok yaitu
kelompok taman penitipan anak (TPA) usia 0-6 tahun); kelompok bermain
(KB) usia 2-6 tahun; kelompok satuan PADU sejenis (SPS) usia 0-6 tahun
senang bermain pada saat yang bersamaan, ingin menang sendiri dan sering
lain sebagainya
dinyatakan bahwa:
aspek tersebut adalah aspek perkembangan nilai agama dan moral, koginitf,
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Pada usia ini anak paling peka
dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar.
27
Hal ini dapat kita lihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka
orang dewasa dalam berperilaku. Dengan demikian dalam hal belajar AUD
juga memiliki karakteristik yang tidak sama pula dengan orang dewasa.
“1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang
unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk
belajar, 5) memiliki sikap egosentris, 6)memiliki rentan daya
konsentrasi yang pendek, 7) merupakan bagian dari mahluk social”.
usia dini.
pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak juga
perlengkapan kita yang cukup mahal. Selain itu setiap pertanyaan anak
(misalnya dalam hal ciri fisik) atau berasal dari lingkungan (misalnya
olah dia melihat atau mengalaminya sendiri, padahal itu adalah hasil
fantasi atau imajinasinya saja. Kadang, anak usia ini juga belum dapat
29
suatu objek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata. Salah satu
bentuk adanya proses imajinasi pada anak usia 3-4 tahun adalah
usia 3-4 tahun sering kita dapati sedang berbicara sendiri, seolah-olah
ada yang mengajaknya bicara. Saat anak mulai masuk sekolah, teman
Anak usia dini sering juga disebut dengan istilah golden age
atau usia emas, karena pada rentang usia ini anak mengalami
otak yang sangat cepat pada 2 tahun pertama usia anak. Ketika lahir,
berat otak bayi ± 350 gram, umur 3 bulan naik menjadi 500 gram dan
pada umur 1,5 tahun naik lagi menjadi ± 1kg. Setelah bayi lahir,
jumlah sel saraf tidak bertambah lagi karena sel saraf tidak dapat
untuk belajar, maka ranting dan cabang ini akan semakin rimbun.
menyusut.
yang positif dan membangun pada anak usia dini sangat penting untuk
karena itu, usia dini terutama di bawah 2 tahun menjadi masa yang
peka ini tidak terlewatkan begitu saja, tetapi diisi dengan hal-hal yang
Egosentris berasal dari kata ego dan sentris. Ego artinya aku,
artinya bahwa anak usia dini pada umumnya hanya memahami sesuatu
berpikir dan berbicara tentang diri sendiri dari pada tentang orang lain
2003). Hal ini terlihat dari perilaku anak misalnya masih suka berebut
menganggap ayah dan ibunya adalah mutlak orang tuanya saja bukan
orang tua dari adik atau kakaknya, dan sebagainya. Setidaknya ada 3
berkuasa (bossy), tidak peduli pada orang lain, tidak mau bekerja
anak usia dini pada masa praoperasional (2-7 tahun). Salah satu ciri
empati anak dengan memberi bantuan pada anak yatim atau korban
berpindah dari suatu kegiatan ke kegiatan yang lain. Anak usia ini
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
dengan teman sebaya ini, anak terbentuk konsep dirinya. Anak juga
temannya akan segera menjauhinya. Dalam hal ini anak akan belajar
motorik halus maupun kasar sudah mulai terarah dan terfokus pada
kasar menjadi lebih gesit dan serasi. Pada usia kanak-kanak 4-6
diketahui bahwa pada anak usia 5-6 tahun (kelompok B) otot kasar dan
2) Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran
2005: 55).
dapat dibagi dalam sub-sub tahap, yaitu sub tahapan fungsi simbolik
Dalam sub tahap ini anak mulai dapat menggambarkan secara mental
sebuah objek yang tidak ada. Menurut DeLoache, kemampuan ini akan
pada sub tahap ini anak masih berfikir egosentris dan animisme. Anak
orang lain.
tahap ini masih irreversible (tidak dapat dibalik). Anak belum mampu
anak anak usia 5 tahun mulai berkembang, masih berfikir hal yang
ucapan. Anak dapat berbicara tanpa dibatasi waktu sekarang dan dapat
3) Perkembangan Bahasa
Penguasaan bahasa anak berkembang menurut hukum alami,
bagi anak usia dini diantaranya sebagai sarana untuk berfikir, sarana
bahasa dan pikiran merupakan dua aspek yang berbeda. Namun sejalan
pikiran. Ninio dan Snow seperti yang dikutip Seefelt dan Wasik (2008:
4) Dapat belajar tentang kata mana yang diterima secara sosial dan
3) Berbicara dengan lancar, benar dan jelas tata bahasa kecuali pada
4) Perkembangan Emosi
Emosi merupakan perasaan atau afeksi yang melibatkan
tidak menerima dengan cemberut dan sikap tidak patuh atau nakal.
c) Bersifat sementara
2005: 72). Ismail menyatakan bahwa pada tahap ini anak mengalami
(Harun, 2009: 120). Pada tahap ini anak dapat menunjukan sikap
inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas dan
e. Tahap
Perkembangan dapat diartikan sebagai ”perubahan yang progresif
tersendiri dari setiap tahapannya, hal itu bisa digambarkan dalam Menu
berikut.
43
3. Jenis Kelamin
a. Pengertian Jenis Kelamin
Menurut Hungu (2007) jenis kelamin (seks) adalah perbedaan
Perbedaan biologis dan fungsi biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat
tindih dengan seks (jenis kelamin), padahal dua kata itu merujuk pada
kat.
berbagai level, dari level genetis, level hormonal, sampai dengan level
49
karakteristik dari genetalia interna dan juga eksterna dari laki-laki dan
dipengaruhi oleh testosteron yang diproduksi oleh testis. Selain itu, hormon
duktus mulerian.
jika tidak ditekan oleh hormon antimulerian. Genetalia eksterna pada laki-
laki yang berupa penis dan skrotum akan berdiferensiasi pada minggu ke
(Costanzo, 2010).
aspek seperti dalam segi biologis, sosiologi, dan psikologi yang akan
1) Segi Biologis
2) Segi Sosiologis
3) Segi Psikologis
lebih baik pada ingatan dan laki-laki lebih baik dalam berfikir logis.
yang dapat terlihat secara kasat mata melalui bentuk fisik serta fungsi organ
yang mereka miliki, salah satu contohnya adalah perbedaan jenis kelamin.
51
oksitosin, yaitu zat yang mengikat manusia dengan manusia lain. Dua hal
otak antar kedua jenis kelamin itu yang salah satunya adalah pada laki-laki,
adalah:
1) Perbedaan Spasial
2) Perbedaan verbal
kata per hari, sementara pria hanya 7.000 kata per hari.
1) The Brain
dengan perempuan.
54
2) Physical performence
gemuk.
matematika dan ilmu pengetahuan pada anak didik dari kelas 2 hingga
laki unggul dalam bidang visuospatial. Survei lain juga dilakukan oleh
berkisar 2%.
4) Verbal skill
5) Relationship skill
dialogis.
6) Educational attainment
terungkap bahwa peserta didik perempuan lebih giat belajar dan mampu
laki. Hasil penelitian Halpern dkk (2007) pada sekolah menengah atas
7) Prosocial behavior
8) Aggression
Pada awal peserta didik masuk sekolah dasar, peserta didik laki-laki
laki.
4. Usia
Usia merupakan kurun waktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur
dapat dilihat derajat perkembangan anatomis dan fisiologis sama. Usia juga
merupakan waktu lamanya hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)
(Hoetomo, 2005). Pada anak-anak ada istilah yang dikenal dengan sebutan
“golden age” atau periode emas. Periode emas anak adalah masa di mana otak
Menurut Suyadi (2010: 06) menyatakan bahwa periode emas berlangsung pada
saat anak dalam kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Namun, masa bayi
dalam kandungan hingga lahir, sampai usia 4 (empat) tahun, adalah masa-masa
yang paling menentukan. Pada usia 2 sampai 7 tahun merupakan masa emas
lingkunganya agar kemampuan geraka dasar yang mereka miliki dapat semakin
berikutnya (Tsapakidou dkk, 2014). The Golden Age identik sebagai masa
konsepsi, sejak manusia masih dalam kandungan hingga beberapa tahun usia
masa golde age, yaitu 0-2 tahun, 0-3 tahun, 0-5 tahun atau 0-8 tahun. Secara
yang tak terulang. Di masa inilah, peran keluarga, lingkungan, dan pendidikan
dituntut untuk bisa menemukan, dan membentuk kemampuan anak secara tepat
58
Masa emas (Golden Age) hanya sekali terjadi, sangatlah penting untuk
penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan pada masa ini. Golden
age atau periode emas merupakan satu bagian dari perkembangan psikologis
untuk menyerap informasi sangat tinggi, apapun informasi yang diberikan akan
berdampak kuat bagi anak pada masa-masa kemudian. Lebih jauh, golden age
novel tasks. However, these small population differences do not suggest that
the sexes require different educational support whilst developing their manual
skills.
2. Venetsanou, F., & Kambas, A. (2011). The effects of age and gender on
balance skills in preschool children. Physical Education and Sport, 9, 81–90.
The aim of the present study was to investigate the effect of age and gender
on balance skills in preschool children. For that purpose, the balance subtest
of the Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency (Bruininks, 1978) was
administered to 283 children, 4½ - 6 years old (M=61.77 months, SD= 5.43).
For the data analysis, both an ANOVA and a MANOVA were applied on the
total subtest score and the eight item scores, respectively. Age was found to
have a significant effect on both the subtest (F2,277 = 32.77, p< .001, η2 =
.19) and item scores (min. F2,277= 17.78, p< .001, min. η2 = .11). Significant
gender differences were found in the subtest score (F1,277= 14.70, p< .001,
η2 = .05) and on six of the items (min. F2,277= 4.35, p< .038, min. η2 = .01).
However, the low values of the η2 associated with gender indicated that those
differences were not of great significance
3. Vlachos, F., Papadimitriou, A., & Bonoti, F. (2014). An investigation of age
and gender differences in preschool children’s specific motor skills. European
Psychomotricity Journal, 6, 16–18.
T he aim of this study was to assess differences in fundamental motor skills
(FMS) profi-ciency between boys and girls of each age group, independently,
across the entire pre-school period. Using the Movement Assessment Battery
for Children–second edition, FMSproficiency was tested in 325 preschoolers
(4.9 ±1.1 y, range 3–6) using a cross-sectionaldesign. Compared to boys of
the same age, 3- and 4-year-old girls had greater total (p <.01), fine motor skill
(p <.01), and balance scores (p <.05). There were no sex differencesfor total
test or balance scores in 5- and 6-year-olds, but 6-year-old boys outperformed
girlsin aiming and catching (p <.001). These data not only agree with previous
60
C. Kerangka Koseptual
1. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5 dan 6 tahun
Kemampuan gerak dasar, baik itu kemampuan objek kontrol maupuan
lokmotor seharusnya sudah dikuasi anak semenjak dini dengan cara dilatih dan
diajarkan pada jenjang pendidikan anak usia dini. Karena kemampuan gerak dasar
ini merupakan pondasi awal bagi seorang anak untuk dapat melakukan berbagai
aktivitas sosial, fisik hingga olahraga kecabangan dimasa mendatang. Pada setiap
tingkatan umur, ada beberapa macam level kemampuan yang seharusnya sudah
sudah berada pada level maksimal ketika anak berusia 5 tahun. Namun nyatanya
tidak semua anak berada pada level perkembangan yang sama dengan usia sama.
Ada anak yang mengalami keterlambatan dan ada pula anak yang level
seks atau jenis kelamin. Seks merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis
kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin
sehingga sering dikatakan sebagai kodrat atau ketentuan dari Tuhan (nature).
62
remaja, pada dasarnya anak laki-laki dan perempuan memiliki pertumbuhan yang
relatif setara dalam masalah tinggi badan dan berat badan. Perbedaan pertumbuhan
antara anak laki-laki dan perempuan dalam pertumbuhan fisik tidak terlalu
signifikan, hingga nanti memasuki masa akhir sekolah dasar, di mana anak-anak
perempuan akan mulai tumbuh tinggi lebih cepat, sementara untuk anak laki-laki
baru akan tumbuh terutama tinggi badannya dengan cepat beberapa tahun
dan senang dengan benda-benda bergerak, Hal ini pulalah yang menyebabkan
waktu sejak adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan satuan waktu
perkembangan anatomis dan fisiologis sama. pertambahan usia anak akan diikuti
dikatakan bahwa dengan bertambahnya usia, akan diikuti oleh pertumbuhan otak
salah satunya adalah kemampuan mental. Namun tidak dengan kemampuan gerak
dasar, karena kemampuan gerak dasar hanya akan membaik jika diberikakn
63
perlakuan dan feedback. Dikatakan bahwa anak yang lebih besar usianya memiliki
keterampilan gerak dasar yang lebih baik jika dibandingkan dengan anak usia
dibawahnya. Hal ini dikarenakan anak yang usianya lebih besar seharusnya
memiliki pengalaman atau literasi gerak yang lebih banyak dari anak-anak yang
4. Perbedaan level kemampuan objek kontrol siswa laki-laki usia 5 dan 6 tahun
Gerak sebagai aktivitas jasmani adalah ciri kehidupan dan serangkaian gerak
raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup)
sifatnya perodik, artinya gerak sebagai aktivitas jasmani adalah alat untuk
memelihara dan membina kesehatan dan tidak dapat ditinggalkan. Gerak sebagai
siswa-siswa yang aktif mengikuti aktivitas fisik daripada siswa-siwa yang tidak
bahwa perbedaan usia pada anak akan menyebabkan perbedaan kemampuan gerak
dasar yang mereka miliki. Dikatakan bahwa anak yang usianya lebih tua memiliki
kemampuan gerak dasar yang lebih baik bila dibandingkan dengan anak yang lebih
muda usianya.
64
gerak dasar yang harus dimiliki oleh setiap anak agar dapat ikut berpartisipasi
dalam berbagai aktivitas fisi, kegiatan olahraga dan berbagai kegiatan sosial di
dimasa datang. Keterampilan gerak dasar dipecah menjadi dua bagi, yaitu
kemampuan gerak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainya. Kemudian
kemampuan gerak dasar yang mereka miliki. Dikatakan bahwa anak yang usianya
lebih tua memiliki kemampuan gerak dasar yang lebih baik bila dibandingkan
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5 dan 6
tahun
65
2. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki dan
perempuan
4. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak laki-laki usia
5 dan 6 tahun
jenis permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka penelitian ini
selain karena menggunakan instrumen yang sudah diuji juga karena kelompok-
dan lokomotor berdasarkan usia dan jenis kelamin siswa PAUD di Kota
Payakumbuh.
66
67
A1 : Laki-laki
A2 : Perempuan
B1 : Usia 6 tahun
B2 : Usia 5 tahun
A1B1 : Level kemampuan objek kontrol laki-laki usia 6 tahun
A2B1 : Level kemampuan objek kontrol perempuan usia 6
tahun
A1B2 : Level kemampuan objek kontrol laki-laki usia 5tahun
A2B2 : Level kemampuan objek kontrol perempuan usia 5
tahun
hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian
adalah lokasi sekolah dan kesediaan pihak sekolah, orang tua dan masyarakat
maka didapatkanlah beberapa sekolah seperti di bawah ini dengan total populasi
2. Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2017: 81) yang dimaksud dengan sampel adalah
sebagai berikut: “Dalam penelitian kuantitatif sampel adalah bagian dari jumlah
sebagai ukuran sampel dimana ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk
yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian yang berusia 5 dan 6 tahun,
terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama banyak. Dari 8
“adalah pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak
digunakan, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 80 orang siswa,
yang terdiri dari 40 orang siswa perempuan dan 40 orang siswa laki yang
Laki-laki Perempuan
No Nama Sekolah Jumlah
5 6 5 6
1 Tk Tunas Harapan 2 2 2 3 9
2 Tk Pertiwi Kab 50 Kota 2 3 3 3 11
3 Tk Paud Pertiwi 4 3 3 3 13
4 Tk Paud Dan Tk Harapan Ibu 3 3 3 2 11
Kb Paud Al-Fajar Balai
5 2 2 2 2 8
Rupih Simalanggang
70
b. Defenisi Operasional
Usia merupakan kurun waktu sejak adanya seseorang dan dapat
fisiologis sama.
pekerjaan dan penghasilan orang tua siswa. Jadi data yang digunakan
untuk mengetahui usia siswa adalah data sekunder, yaitu data yang
langsung, melainkan dari pihak kedua. Usia yang nantinya akan ditulis
2. Jenis Kelamin
a. Defenisi Konseptual
Jenis Kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi
dalam reproduksi.
b. Defenisi Operasional
Jenis kelamin adalah perbedaan antara manusia laki-laki dan
perempuan yang dapat terlihat secara kasat mata melalui bentuk fisik serta
fungsi organ yang mereka miliki, salah satu contohnya adalah perbedaan
jenis kelamin.
c. Kisi-kisi Instrumen
Untuk mendapatkan data mengenai jenis kelamin pada penelitian
ini, peneliti cukup melakukan pengecekan data siswa yang ada pada
terpilih menjadi sampel penelitian ini. Tidak ada instrumen khusus yang
dikotomi, yaitu apabila nilai variabel hanya ada dua misalnya data jenis
kelamin yang hanya punya nilai laki-laki dan perempuan. Jadi, disini
peneliti akan memberikan kode 1 untuk siswa laki-laki dan 2 untuk siswa
perempuan.
72
dengan pola spesifik yang dapat diamati. Sebagian besar keterampilan ini
b. Defenisi Operasional
Kemampuan gerak dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki
anak. Semakin baik treatment atau latihan yang diberikan pada anak,
mereka.
Melempar (throw)
Level 1
73
• Kaki diam
• Tubuh menghadap ke depan
• Lengan “menyentak” ke depan dari arah telinga
• Tidak ada rotasi tulang belakang
Level 3
Lengan dan tungkai sama sisi
Level 4
Lengan dan tungkai berlawanan sisi
• Ayunan tinggi
• Tungkai melangkah ke depan di sisi yang berlawanan dengan ayunan lengan
(langkah kontralateral)
• Sedikit rotasi tulang belakang
• Gerakanlengan lanjutan menyilangbadan
Menangkap (catch)
Level 1
Reaksi terlambat
• Lengan lurus di depan hingga kontak dengan bola, kemudian lengan meraihnya ke
arah dada.
• Kaki diam
• Kepala seringkali menoleh ke samping.
Level 2
Mendekap
Level 3
Menyekop
Level 4
Level 5
• Mengamati lintasan bola & tubuh mendekati bola saat bola melayang.
• Menangkap hanya dengan tangan.
• Jari-jari tangan disesuaikan saat menangkap bola
Menendang (kick)
Level 1
Mendorong
• Posisi diam
• Sedikit/tidak ada ayunan kaki penendang
• Kaki penendang “mendorong” bola
• Seringkali melangkah ke belakang setelah menendang atau kurang keseimbangan.
77
Level 2
Kaki penendang berayun ke belakang
• Posisi diam
• Kaki penendang mengayun ke belakang kaki penopang
• Gerakan tungkai dan lengan berlawanan
Level 3
Bergerak mendekati bola
Level 1
Level 2
Memukul dengan dorongan horizontal
Level 3
Level 4
Tangan pemukul berlawanan sisi dengan kaki yang melangkah
1) Handycame
2) Alat tulis
3) Meteran
5) Traffic cone
7) Bean bag
8) Keranjang
9) Pemukul plastik
e. Pelaksanaan
1) Setiap anak diharuskan untuk melakukan keempat gerakan;
3) Ketika anak melakukan gerakan, maka akan ada beberapa orang yang
5) Video yang akan dinilai atau dikoding adalah video anak yang
6) Apabila anak tidak melakukan gerakan yang lengkap, maka data anak
untuk dilihat dan dicek lagi apakah hasil koding tersebut sudah benar atau
salah. Adapun beberapa orang ahli dari tim Yayasan SEKORA yang ikut
No Nama Institusi
1. Prof. Dr. Syahrial Bakhtiar, M.Pd Universitas Negeri Padang
2. Jacqueline Goodway, PhD The Ohio State University, OH (OSU)
3. Ruri Famelia, PhD Universitas Negeri Padang
4. Oktarifaldi, S.Pd., M.Pd Universitas Negeri Padang
81
maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data yang sedang diteliti,
adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelola hasil penelitian guna
penelitian ini adalah Anova dua jalur atau 2 Way Anova. Sebelum melakukan uji
memang benar berasal dari kelompok yang normal, homogen dan linear.
adalah data yang diwujudkan dengan angka yang diperoleh dari lapangan.
Teknik analisis yang akan digunakan adalah analisis statistik. Adapun statistik
yang digunakan adalah Anova faktorial 2 jalur. Ada beberapa persyaratan yang
yaitu:
normal atau tidak. Normal disini dalam arti mempunyai distribusi data
for windows.
b. Uji Normalitas
dalam sebuah penelitian itu merupakan data yang homogen atau tidak.
tahap analisa data lanjutan, apabila tidak, maka harus ada pembetulan-
2. Uji Hipotesis
dalam sebuah penelitian itu merupakan data yang homogen atau tidak.
program komputer SPSS 26.0 for windows. Apabila setelah melakukan uji
83
selanjutnya adalah melakukan uji lanjut atau Post Hoc dengan Uji Turkey.
F. Hipotesis Statistik
2. Perbedaan level kemampuan objek kontrol antara anak usia 5 dan 6 tahun (A1
dan A2)
3. Interaksi jenis kelamin dan lokasi sekolah terhadap kemampuan fisik siswa
4. Perbedaan level kemampuan objek kontrol siswa laki-laki usia 5 dan 6 tahun
H0: µA1B1 < µA1B2 Tidak terdapat perbedaan level kemampuan objek
kontrol siswa laki-laki usia 5 dan 6 tahun
tahun
H0: µA1B2 < µA2B2 Tidak terdapat perbedaan level kemampuan objek
kontrol siswa permepuan usia 5 dan 6 tahun
Ha: µA1B2 > µA2B2 Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol
siswa permepuan usia 5 dan 6 tahun
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data Level Kemampuan Objek Kontrol
b. Laki-laki
1) Melempar
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan beberapa
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
85
86
dengan klasifikasi “Baik” dan “Sangat Baaik tidak terdapat satu orang
pun siswa. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti buatkan dalam bentuk
histogram.
21
Frekuensi Absolut
14
5
0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
2) Menangkap
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan beberapa
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 13 33% Sangat Kurang
2 21 53% Kurang
3 4 10% Sedang
4 2 5% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
level 5 dengan klasifikasi “Sangat Baik” tidak terdapat satu orang pun
histogram.
88
21
Frekuensi Absolut 13
4
2 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 14 35% Sangat Kurang
2 22 55% Kurang
3 4 10% Baik
4 0 0% Sangat Baik
40 100%
level 4 dengan “Sangat Baik” tidak terdapat satu orang pun siswa.
22
Frekuensi Absolut 14
4
0
1 2 3 4
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 14 35% Sangat Kurang
2 23 58% Kurang
3 3 8% Baik
4 0 0% Sangat Baik
40 100%
level 4 dengan “Sangat Baik” tidak terdapat satu orang pun siswa.
23
Frekuensi Absolut 14
3 0
1 2 3 4
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 28 70% Sangat Kurang
2 11 28% Kurang
3 1 3% Sedang
4 0 0% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
Baik” tidak terdapat satu orang pun siswa. Untuk lebih jelasnya berikut
28
Frekuensi Absolut
11
1 0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Melempar
perempuan.
95
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 28 70% Sangat Kurang
2 11 28% Kurang
3 1 3% Sedang
4 0 0% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
terdapat sebanyak 1 orang (3%) dan pada level 4 dengan “Sangat Baik”
tidak terdapat satu orang pun siswa. Untuk lebih jelasnya berikut
28
Frekuensi Absolut
11
1 0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Melempar
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 28 70% Sangat Kurang
2 12 30% Kurang
3 0 0% Baik
4 0 0% Sangat Baik
40 100%
97
Baik” tidak terdapat satu orang pun siswa. Untuk lebih jelasnya berikut
28
Frekuensi Absolut
12
0 0
1 2 3 4
Level Kemampuan Menendang
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 28 70% Sangat Kurang
2 11 28% Kurang
3 1 3% Baik
4 0 0% Sangat Baik
40 100%
Baik” tidak terdapat satu orang pun siswa. Untuk lebih jelasnya berikut
28
Frekuensi Absolut
11
1 0
1 2 3 4
Level Kemampuan Memukul
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 17 43% Kurang
3 18 45% Sedang
4 5 13% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
Payakumbuh yang berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat satu orang pun
yang berada pada level 1 dengan klasifikasi “Sangat Kurang”. Pada level 2
“Baik”. Terakhir pada level 5 tidak terdapat satu orang pun siswa jenis
18
17
Frekuensi Absolut
0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 28 70% Kurang
3 11 28% Sedang
4 1 3% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
pun yang berada pada level 1 dengan klasifikasi “Sangat Kurang”. Pada level
klasifikasi “Sangat Baik” tidak ditemukan satu orang pun siswa TK. Untuk
28
Frekuensi Absolut
11
0 1 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 18 45% Kurang
3 18 45% Sedang
4 4 10% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
Payakumbuh yang berjenis kelamin laki-laki, tidak terdapat satu orang pun
yang berada pada level 1 dengan klasifikasi “Sangat Kurang”. Pada level 2
“Baik”. Terakhir pada level 5 tidak terdapat satu orang pun siswa jenis
18 18
Frekuensi Absolut
4
0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 27 68% Kurang
3 11 28% Sedang
4 2 5% Baik
5 0 0% Baik Sekali
40 100%
Payakumbuh yang berusia 5 tahun, tidak terdapat satu orang pun yang berada
Pada level 3 terdapat sebanyak 11 (28%) orang siswa usia 6 tahun dengan
orang (5%) dan pada level 5 tidak terdapat satu orang pun siswa usia 5 tahun
dengan klasifikasi “Sangat Baik”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pad
adiagram berikut.
105
27
Frekuensi Aabsolut
11
0 2 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 4 20% Kurang
3 12 60% Sedang
4 4 20% Baik
5 0 0% Baik Sekali
20 100%
Payakumbuh yang berusia 6 tahun, tidak terdapat satu orang pun yang berada
Pada level 3 terdapat sebanyak 12 (60%) orang siswa usia 6 tahun dengan
106
usia 6 tahun dengan klasifikasi “Baik”. Terakhir pada level 5 tidak terdapat
satu orang pun siswa usia 6 tahun dengan klasifikasi “Sangat Baik”. Untuk
12
Frekuensi Absolut
4 4
0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 14 70% Kurang
3 6 30% Sedang
4 0 0% Baik
5 0 0% Baik Sekali
20 100%
107
Payakumbuh yang berusia 6 tahun, tidak terdapat satu orang pun yang berada
“Sangat Baik” tidak ditemukan satu orang pun siswa TK. Untuk lebih
14
Frekuensi Absolut
0 0 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 13 65% Kurang
3 6 30% Sedang
4 1 5% Baik
5 0 0% Baik Sekali
20 100%
Payakumbuh yang berusia 5 tahun, tidak terdapat satu orang pun yang berada
Pada level 3 terdapat sebanyak 6 (30%) orang siswa usia 6 tahun dengan
sebanyak 1 orang (5%) dan level 5 tidak terdapat satu orang pun siswa usia
5 tahun dengan klasifikasi “Sangat Baik”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
13
Frekuensi Absolut
0 1 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
Frekuensi Frekuensi
Level Keterangan
Absolut Relatif
1 0 0% Sangat Kurang
2 14 70% Kurang
3 5 25% Sedang
4 1 5% Baik
5 0 0% Baik Sekali
20 100%
Payakumbuh yang berusia 5 tahun, tidak terdapat satu orang pun yang berada
Pada level 3 terdapat sebanyak 5 (25%) orang siswa usia 6 tahun dengan
klasifikasi “Sedang”. Pada level 4 terdapat sebanyak 1 (5%) orang siswa usia
5 tahun dengan klasifikasi “Baik”. Terakhir pada level 5 tidak terdapat satu
orang pun siswa usia 5 tahun dengan klasifikasi “Sangat Baik”. Untuk lebih
14
Frekuensi Absolut
0 1 0
1 2 3 4 5
Level Kemampuan Objek Kontrol
mendekati normal. Sehingga untuk analisis uji normalitas data adalah data
harus berasal dari distribusi yang normal. Sebab kalau tidak berdistribusi
1) Jika nilai signifikansi (Sig) lebih besar dari 0.05 maka data penelitian
berdistribusi normal
2) Jika nilai signifikansi (Sig) lebih kecil dari 0.05 maka data penelitian
bantua SPSS versi 26 dengan Shapiro Wilk maka didapatkan nilai sig sebesar
0.695 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui
bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang
meyakinkan bahwa kelompok data memang berasal dari sampel yang sama.
signifikansinya.
1) Nilai signifikansi (p) > 0.05 menunjukkan kelompok data berasal dari
signifikansi (p) 0.637 > 0.05 yang berarti bahwa kelompok data yang diuji
4. Pengujian Hipotesis
a. Terdapat perbedaan level Kemampuan objek kontrol laki-laki dan
perempuan
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan beberapa waktu
0.05. Berdasarkan syarat pengambilan keputusan bahwa nilai Sig harus lebih
kecil dari nilai 0.05. Peneliti menembukan bahwa terdapat perbedaan rata-
rata level kemampuan objek kontrol yang dimiliki oleha siswa laki-laki dan
kontrol (rata-rata berada pada level 3) yang lebih baik jika dibandingkan
dengan siswa perempuan (rata-rata berada pada level 2). Hal ini pun senada
Kota Payakumbuh”.
kontrol (rata-rata pada level 2 dan 3) yang lebih baik jika dibandingkan
dengan siswa usia 5 tahun (rata-rata level 2) . Hal ini pun senada dengan
kontrol antara siswa usia 6 tahun dan siswa usia 5 tahun pada TK di Kota
Payakumbuh”.
antara lokasi sekolah dengan jenis kelamin sebesar 0.014 < 0.05. Hal ini
peneliti mendapatkan nilai Sig 0.009 < 0.05 ditemukan bahwa siswa laki-
laki usia 6 tahun memiliki level kemampuan yang lebih baik jika
dibandingkan dengan siswa laki-laki usia 5 tahun. Maka berdasarkan hal ini,
hipotesis kelima, didapatkan nilai Sig 0.113 < 0.05 ditemukan bahwa siswa
perempuan usia 6 tahun memiliki level kemampuan objek kontrol yang sama
hal tersebut dapat dipahami bahwa hipotesis penelitian yang diajukan dapat
B. Pembahasan
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 26
memperlihatkan bahwa nilai Sig 0.005 < 0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa:
115
“Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara siswa laki-laki dan
adanya seseorang dan dapat diukur menggunakan satuan waktu dipandang dari
dan fisiologis sama. Dalam kamus Merriam- Webster usia dijelaskan sebagai
aktifnya. Menurut Santrock (2007), pertambahan usia anak akan diikuti dengan
anak, salah satunya adalah kemampuan mental. Oleh karena itu, dengan adanya
sebelumnya juga telah menunjukkan bahwa, pada usia 5-6 tahun, anak laki-laki
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 26
memperlihatkan bahwa nilai Sig 0.037 < 0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa:
“Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara siswa usia 6 tahun
dan siswa usia 5 tahun pada TK di Kota Payakumbuh”. Seperti semua bentuk
ketika anak-anak tumbuh, tetapi juga pengetahuan dan keyakinan seksual yang
mereka pelajari dan perilaku yang mereka tunjukkan. Pengetahuan dan perilaku
seksual anak tertentu sangat dipengaruhi oleh: usia, lingkungan sekitar dan apa
yang diajarkan oleh orang tuanya (agama, budaya, seksualitas dan batasana
fisik).
Gender dan jenis kelamin yang dimiliki oleh seorang anak akan sangat
seorang anak akan otomatis memiliki jati diri biologis, berupa jenis kelamin
baik itu perempuan maupun laki-laki. Namun pada tahap pertumbuhan dan
jenis kelamin yang mereka miliki. Dengan bertambahnya usia, perlahan mereka
akan menyadari perbedaan gender yang ada antara laki-laki dan perempuan
(Halim dkk, 2013). Pada masa ini akan perlahan terbentuk stigma maupun
117
boleh atau lazim dilakukan oleh anak laki-laki atau perempuan. Kemudian hal
yang ini akan menjadi tolak ukur mereka dalam melakukan aktivitas fisik.
Lama kelamaan tanpa mereka sadari nantinya hal inilah yang akan menjadi
Perbedaan ini dapat terlihat secara kasat mata melalui tampilan fisik, atribut dan
pemilihan aktivitas fisik serta mainan dalam aktivitas bermain. Siswa laki-laki
biasanya lebih aktif dan suka melakukan aktivitas fisik seperti kejar-kejaran,
tidak terlalu membutuhkan banyak energi dan gerakan. Selain itu aktivitas pada
anak perempuan juga lebih dibatasi bila dibandingkan dengan anak laki-laki
dengan alasan mereka lebih mudah terkena cedera apabila ikut melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan oleh anak laki-laki. Secara tidak sadar
dasar yang harus dimiliki oleh anak usia 4 sampai 5 tahun. Kemampuan objek
118
untuk melakukan suatu gerakan, dan memiliki kemampuan yang bagus untuk
membuat gerakan yang terkontrol dan tepat dengan suatu objek (Gallahue dkk,
(2) menendang bola (kicking), (3) menendang bola yang dilambungkan sendiri
(punting), (4) berlari dengan kaki depan (leap), (5) memukul bola dengan alat
ball) . Kemampuan objek kontrol yang dimiliki oleh seorang siswa dipengaruhi
mata tangan yang dimiliki oleh seorang siswa memungkinkan siswa tersebut
et al., 2020). Beberapa dekade yang lalu, para peneliti mengusulkan bahwa
baik dibandingkan dengan anak perempuan pada usia yang sama. Selain itu,
menjadi lebih buruk. Perbedaan kemampuan antara anak laki- laki dan
lebih banyak mendapatkan kesempatan bermain di usia dini dari pada anak
perempuan.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 26
memperlihatkan bahwa nilai Sig 0.014 < 0.05. Hal ini memperlihatkan
jasmani atau rohani yang membedakan dua makhluk sebagai betina dan
jantan atau wanita dan pria. Secara strata social pun gender juga dipandang
dkk, 2015). Pada usia yang sama, anak laki-laki akan menguassai
seorang anak (Malina & Bar-Or, 2004). Aktivitas yang dilakukan anak laki-
laki dan perempuan ini juga sebagian besar dipengaruhi oleh faktor sosial
Namun hal yang banyak diabaikan oleh pendidik dan orang tua adalah
bahwa Sebagian besar mengira bahwa keterampilan gerak dasar ini akan
yang dimaksud bisa saja latihan terstruktur maupun yang tidak terstruktur.
Tanpa latihan, maka keterampilan gerak dasar tidak akan dapat berkembang
maksimal.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan menggunakan SPSS 26
121
memperlihatkan bahwa nilai Sig 0.009 < 0.05. Hal ini memperlihatkan bahwa:
usia 6 tahun dan siswa usia 5 tahun pada TK di Kota Payakumbuh”. Gerak
melaksanakan dengan baik dan benar. Sebagian gerak dasar baik lokomotor
maupun control objek berkembang sebagai hasil dari beberapa tahap. Proses
dari proses belajar dan berlatih, yaitu dengan cara memahami gerakan dan
gerakan yang dilakukan. Gerak lokomotor dan objek control merupakan gerak
dasar yang menjadi fondasi untuk dipelajari dan diperkenalkan pada anak
pada usia TK hingga Sekolah Dasar. Gerak dasar tersebut antara lain:
Unicef (2017) gender adalah sifat perempuan dan laki-laki. Gender adalah
itu, seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara pria dan wanita.
Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan
122
genetic. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih aktif
lebih tua memiliki kemampuan gerak dasar yang lebih baik (Mitchell dkk,
2013). Namun, hal ini akan terjadi apabila adanya intervensi yang diberikan,
baik itu oleh guru maupn oleh orang tua. Penelitian lainya juga telah
menunjukkan bahwa pada usia lima tahun, anak laki-laki tampil lebih baik
tampil baik dalam motorik halus dan kemampuan keseimbangan. Dan juga
menggunakan versi asli BOT atau BOT-2 menjelaskan anak laki-laki secara
menangkap dan menggiring bola, kecepatan lari dan kelincahan, dan dalam
Jadi, faktor lingkungan dan budaya dapat menjadi salah satu penyebab
yang unggul mungkin karena minat mereka yang lebih besar dalam kegiatan
mungkin didorong untuk melakukannya oleh orang tua dan guru mereka.
123
5. Hipotesis Kelima
Pada hipotesis kelima disebutkan bahwa terdapat perbeddaan level
Setelah dilakukan uji hipotesis didapatkan nilai signifikansi 0.113 > 0.05 yang
kemampuan objek kontrol siswa perempuan usia 5 dan 6 tahun. Pada studi
yang telah dilakukan oleh banyak ahli bahwa anak-anak yang usianya lebih
rekan-rekan mereka yang lebih muda (Bardid, dkk 2016) sebagai bagian dari
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur lebih cepat
stimulasi, pada masa awal sekolah (PAUD). Pada masa ini terdapat kemajuan
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka adapun
1. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara siswa laki-laki dan
perempuan, dimana level kemampuan objek kontrol siswa laki-laki lebih baik
2. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol antara usia 6 dan 5 tahun,
dimana level kemampuan objek kontrol siswa usia 6 tahun lebih baik dari usia
3. Terdapat interaksi antara usia dengan jenis kelamin terhadap level kemampuan
obejk kontrol, didapatkan nilai Sig antara lokasi sekolah dengan jenis kelamin
4. Terdapat perbedaan level kemampuan objek kontrol siswa laki-laki usia 6 tahun
dengan usia 5 tahun, didapatkan nilai Sig 0.009 < 0.05 ditemukan bahwa siswa
laki-laki usia 6 tahun memiliki level kemampuan yang lebih baik jika
tahun dengan usia 5 tahun, didapatkan nilai Sig 0.113 < 0.05 ditemukan bahwa
siswa perempuan usia 6 tahun memiliki level kemampuan objek kontrol yang
125
126
B. Implikasi
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan beberapa waktu lalu,
peneliti mendapati bahwa adanya perbedaan level kemampuan objek kontrol yang
dimiliki oleh siswa PAUD berdasarkan usia dan jenis kelamin. Oleh sebab itu
dengan adanya perbedaan ini dsangat diharapkan kepada guru agar mampu
perkembangan gerak dasar yang dimiliki oleh anak. Kaarena sama-sama kita
ketahui bahwa dengan mengajarkan keterampilan gerak asar kepada anak sama
Anak-anak pada usia 5 hingga 6 tahun berada pada fase bermain. Pada usia
ini mereka lebih senang melakukan segeala bentuk kegiatan yang dibungkus
Seharusnya aktivitas yang demikian dapat meningkatkan minat siswa untuk aktif
bergerak. Oleh sebab itu peran serta dari guru PAUD sangat besar manfaatnya bagi
Selain itu dengan mengajarkan keterampilan gerak dasar pada anak dapat
lingkungan sekitar. Anak-anak dengan kemampuan gerak dasar yang sudah bagus
akan dengan percaya diri berbaur dengan anak-anak lain untuk bermain dan
gerak dasar yang buruk akan cenderung menutup diri dna tidak ingin bergabung
127
dengan anak-anak lainya karena merasa malu dan takut dicemooh apabila
C. Saran
1. Orang tua harus selalu memperhatikan tumbuh kembang anak, khususnya
keterampilan gerak dasar yang dimiliki oleh anak. Karena keterampilan gerak
dasar ini benar-benar harus diajarkan semenjak dini dan bukan keterampilan
3. Guru pada jenjang pendidikan PAUD ini diharapkan bisa lebih aktif
anak disekolah.
129
DAFTAR RUJUKAN
________. 2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
Bardid, F., Huyben, F., Lenoir, M., Seghers, J., De Martelaer, K., Goodway, J.D.,
&Deconinck, F.J.A. (2016). Assessing fundamental motor skills in Belgian
childrenaged 3–8 years highlights differences to US reference sample. Acta
Paediatrica,International Journal of Paediatrics, 105(6), e281–e290
https://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_
th_2003.pdf pada 22 Juli 2019
Endang Purwanti dan Nur Widodo. (2005). Perkembangan Peserta Didik. Malang:
Universitas Muhamadiyah Malang
Eni Zubaidah. (2003). Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta: FIP
UNY.
Flatters, I., Hill, L. J., Williams, J. H., Barber, S. E., & Mon-Williams, M. (2014).
Manual control age and sex differences in 4 to 11 year old children. PloS
one, 9(2), e88692.
Freitas, D.L., Lausen, B., Maia, J.A., Lefevre, J., Gouveia, É.R., Thomis, M., : : :
Malina, R.M. (2015). Skeletal maturation, fundamental motor skills and motor
coordination in children 7–10 years. Journal of Sports Sciences, 33(9), 924–
934. PubMed ID: 25649360 doi:10.1080/02640414.2014.977935
Gromeier, M., Koester, D., & Schack, T. (2017). Gender differences in motor skills of
the overarm throw. Frontiers in Psychology, 8(FEB), 1–12.
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2017.00212
Halim, M. L., Ruble, D., Tamis‐LeMonda, C., & Shrout, P. E. (2013). Rigidity in
gender‐typed behaviors in early childhood: A longitudinal study of ethnic
minority children. Child development, 84(4), 1269-1284.
Halpern, D. F., Benbow, C. P., Geary, D. C., Gur, R. C., Hyde, J. S., & Gernsbacher,
M. A. (2007). The science of sex differences in science and
mathematics. Psychological science in the public interest, 8(1), 1-51.
Hardy, L. L., King, L., Farrell, L., Macniven, R., & Howlett, S. (2010). Fundamental
movement skills among Australian preschool children. Journal of science and
medicine in sport, 13(5), 503-508.
131
Hartati, Sofia. (2005). Perkembangan Belajar pada Anak Usia Dini. Jakarta:
Depdiknas.
Harun Rasyid, Mansyur & Suratno. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kartini Kartono. (1995). Psikologi Anak ( Psikologi Anak). Bandung: Mandar Maju.
Malina, R. M., Bouchard, C., & Bar-Or, O. (2004). Growth, maturation, and physical
activity. Human kinetics.
Mansur. 2005, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Marka, S., Mayza, A., & Pujiastuti, H. (2003). Pendidikan Anak Dini Usia Ditinjau
Dari Segi Neurologi, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia
‘Konseptualisasi Sistem & Program PAUD’, Edisi Khusus 2003. Jakarta: Dit.
PADU Depdiknas.
Martani, W. (2012). Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini.
Jurnal PSIKOLOGI Universitas Gadjah Mada, 39(1), 112–120.
Matarma, T., Lagström, H., Löyttyniemi, E., & Koski, P. (2020). Motor Skills of 5-
Year-Old Children: Gender Differences and Activity and Family Correlates.
Perceptual and Motor Skills, 127(2), 367–385.
https://doi.org/10.1177/0031512519900732
132
Masykur, Moch dan Halim, Abdul Fathani. (2008). Mathematical Intelligence: cara
cerdas melatih otak dan menaggulangi kesulitan belaja. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Mitchell, B., McLennan, S., Latimer, K., Graham, D., Gilmore, J., & Rush, E. (2013).
Improvement of fundamental movement skills through support and mentorship
of class room teachers. Obesity Research & Clinical Practice, 7(3), e230-e234.
Moore, K. L., Persaud, T. V. N., & Torchia, M. G. (2015). The developing human:
clinically oriented embryology. El-sevier Health Sciences.
NAEYC. 1992. Practice In Early Chilhood Programs, Derving Children From Birth
Age 8. Editor Sue Bredekamp, NAEYC.
Oktarifaldi, O., Syahputra, R., & Putri, L. P. (2019). The Effect Of Agility, Coordination
and Balance On The Locomotor Ability Of Students Aged 7 To 10 Years. Jurnal
Menssana, 4(2), 190-200.
Pask, A. (2016). The Reproductive System. In Non-coding RNA and the Repro-
ductive System (pp. 1-12). Springer Netherlands.
Raine, A., Dodge, K., Loeber, R., Gatzke‐Kopp, L., Lynam, D., Reynolds, C., ... & Liu,
J. (2006). The reactive–proactive aggression questionnaire: Differential
correlates of reactive and proactive aggression in adolescent boys. Aggressive
Behavior: Official Journal of the International Society for Research on
Aggression, 32(2), 159-171.
133
Seefeldt, C., & Wasik, B. A. (2008). Pendidikan anak usia dini. Jakarta: PT
Indeks, 323.
Stodden, D., & Goodway, J. D. (2007). The dynamic association between motor skill
development and physical activity. Journal of Physical Education, Recreation
& Dance, 78(8), 33-49.
Suyanto. (2005). Konsep Dasar Anak Usia Dini : Jakarta : Departemen. Pendidikan
Nasional.
Uce, L. (2015). The Golden Age: Masa Efektif Merancang Kualitas Anak. Jurnal
Bunayya, 1(2).
Vameghi, R., Shams, A., & Dehkordi, P. S. (2013). The effect of age, sex and obesity
on fundamental motor skills among 4 to 6 years-old children. Pakistan journal
of medical sciences, 29(2), 586.
Venetsanou, F., & Kambas, A. (2011). The effects of age and gender on balance skills
in preschool children. Facta universitatis-series: Physical Education and
Sport, 9(1), 81-90.
134
Vlachos, F., Papadimitriou, A., & Bonoti, F. (2014). An investigation of age and gender
differences in preschool children’s specific motor skills. European
Psychomotricity Journal, 6(1), 16-18.
Lampiran
Lampiran 1. Data Mentah Penelitian
Memukul
Melempar Menangkap Menendang dua Jumlah Persentase Level
tangan
2 2 2 2 8 44% 3
2 2 2 2 8 44% 3
3 3 3 2 11 61% 4
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
Level 2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
2 3 3 3 11 61% 4
2 2 2 2 8 44% 3
3 3 2 2 10 56% 3
3 4 2 2 11 61% 4
2 2 2 2 8 44% 3
2 2 2 3 9 50% 3
1 1 1 2 5 28% 2
2 2 2 3 9 50% 3
2 4 3 2 11 61% 4
Memukul
Melempar Menangkap Menendang dua Jumlah Persentase Level
tangan
1 1 1 2 5 28% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 2 1 5 28% 3
2 2 1 2 7 39% 2
2 1 2 1 6 33% 2
3 2 2 2 9 50% 3
2 2 1 1 6 33% 2
1 1 2 2 6 33% 2
Level 1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
3 3 3 2 11 61% 4
1 2 1 1 5 28% 2
1 1 2 1 5 28% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 1 1 1 5 28% 2
1 2 1 1 5 28% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 2 1 1 5 28% 2
Memukul
Level
Melempar Menangkap Menendang dua Jumlah Persentase
Keseluruhan
tangan
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
Level 2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
Memukul
Level
Melempar Menangkap Menendang dua Jumlah Persentase
Keseluruhan
tangan
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
Level 1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
2 2 2 2 8 44% 3
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
3 3 2 3 11 61% 4
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
1 1 1 1 4 22% 2
Data penelitian
35 3 9 2 4 4 16 4 16
36 2 4 2 4 9 81 9 81
37 2 4 4 16 4 16 4 16
38 2 4 2 4 9 81 9 81
39 3 9 2 4 4 16 4 16
40 2 4 2 4 4 16 4 16
Jumlah 108 310 93 227 156 820 227 1595
Rata-
rata 2,7 2,325 3,9 5,675
Stdev 0,69 0,53 2,33 2,80
141
No A 1 B1 A 2 B1 A1 B2 A 2 B2 (A 1 B1 )2 (A2 B1 )2 (A1 B2 )2 (A 2 B2 )2
1 3 2 2 2 9 4 4 4
2 3 2 3 2 9 4 9 4
3 4 2 3 2 16 4 9 4
4 2 2 2 2 4 4 4 4
5 3 2 2 2 9 4 4 4
6 3 2 3 3 9 4 9 9
7 2 3 2 3 4 9 4 9
8 3 2 2 2 9 4 4 4
9 3 3 2 2 9 9 4 4
10 2 2 3 3 4 4 9 9
11 3 2 2 2 9 4 4 4
12 4 3 4 3 16 9 16 9
13 3 3 2 2 9 9 4 4
14 3 2 2 3 9 4 4 9
15 4 2 3 2 16 4 9 4
16 3 3 2 2 9 9 4 4
17 3 2 2 4 9 4 4 16
18 2 3 2 2 4 9 4 4
19 3 2 3 2 9 4 9 4
20 4 2 2 2 16 4 4 4
Jumlah 32 24 24 24 106 60 62 62
Rata-
rata 3,00 2,30 2,40 2,35
Stdev 0,63 0,52 0,70 0,70
142
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Jenis_Kelamin Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Level_Kemampuan_Objek_Kontrol Laki-laki .091 24 .200 .762 24 .695
Perempuan . 24 . . 24 .
a. Lilliefors Significance Correction
Uji Hipotesis
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Level_Kemampuan_Objeko_Kontrol
Tukey HSD
95% Confidence Interval
(I) (J) Mean Difference (I- Std. Lower Upper
Jenis_Kelamin Jenis_Kelamin J) Error Sig. Bound Bound
A1B1 A2B1 4.033 2.732 .003 -.5268 1.1935
A1B2 3.500 2.732 .007 -.3602 1.3602
A2B2 6.333 2.732 .030 -.0268 1.6935
A2B1 A1B1 -4.033 2.732 .003 -1.1935 .5268
A1B2 3.500 2.732 .008 -.6935 1.0268
A2B2 6.300 2.732 .007 -.3602 1.3602
A1B2 A1B1 -4.033 2.732 .007 -1.3602 .3602
A2B1 -3.500 2.732 .008 -1.0268 .6935
A2B2 5.333 2.732 .113 -.5268 1.1935
A2B2 A1B1 -6.333 2.732 .030 -1.6935 .0268
A2B1 -6.300 2.732 .113 -1.3602 .3602
A1B2 -5.333 2.732 .013 -1.1935 .5268
144
Gambar 20. Peneliti dibantu oleh tim untuk melakukan demsntrasi kemampuan objek
kontrol