Anda di halaman 1dari 8

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM KONSTITUSI


INDONESIA
Muhammad Abdu Maulana
ABSTRAK
Dalam perspektif hukum konstitusi, penegasan Pancasila sebagai dasar serta
ideologi bangsa dan negara Indonesia sudah sangat jelas termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945. Tidak perlu lagi dituangkan melalui UU atau Tap MPR,
yang kedudukannya suatu saat bisa diubah bahkan dihapuskan. Dengan demikian,
pengakuan kedudukan Pancasila yang sudah sangat tegas dan jelas ini membawa
konsekuensi bahwa Pancasila harus pula difungsikan sebagai pedoman (dasar dan
haluan) dalam menyusun segala kebijkan yang akan diambil oleh pemerintah
Indonesia.

P PENDAHULUAN
Menurut Notonagoro (Wahana, 1993, p. 35), Pancasila merupakan suatu
istilah untuk memberi nama kepada suatu dasar filsafat negara, dan tidak
bermaksud untuk menyatakan bahwa dasar filsafat negara Indonesia itu
ada lima (panca). Sunarjo (Wreksosuhardjo, 2001, p. 4) menyebutkan
bahwa Pancasila memiliki dua sudut pandang dalam pengertiannya, yang
dibagi dalam bentuk material dan formal. Secara material merupakan isi
dari pada pengertian terhadap kelima sila yang terkandung dalam
Pancasila, terlepas dari bagaimana bunyi rumusan kelima silanya. Nilai
kelima sila tersebut telah ada lama sebelum terbentuknya negara
Indonesia. Pancasila secara material ini telah ada dalam kehidupan
bangsa Indonesia sepanjang masa, yaitu terletak dalam angan-angan. Hal
serupa juga di sampaikan oleh Natonagoro bahwa negara Indonesia
sebelum merdeka telah ber-Pancasila dalam arti Dwi Prakara, yaitu di
dalam kehidupan adat kebudayaan dan agama yang dipeluknya.

Sedangkan ideologi secara sederhana berdasarkan dari berbagai sumber,


terminologi (istilah) ideologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang
gagasan atau ide-ide. Kemudian pengertian ideologi yang lebih defenitif
diberikan oleh Karl Marx yang mengatakan bahwa ideologi sebagai
pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan
atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi.

Pengertian ideologi ini sudah memberikan pemahaman bahwa dalam


menjalankan kehidupan bermasyarakat apalagi berbangsa dan bernegara
tidak terlepas dari acuan ideologi yang dianut. Secara umum sudah
diketahui bahwa peradaban dunia saat ini banyak dipengaruhi dari dua
ideologi yang saling bertentangan, yaitu kapitalisme yang liberal dan
komunisme yang sosialis. Dua ideologi ini memiliki pandangan atau
paradigma yang sangat berbeda dalam membangun sistem
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara.
Ideologi pancasila menjadi sumber dari segala sumber ketatanegaraan
yang dijadikan rujukan dalam membangun negara Indonesia. Pancasila
memiliki peran penting dalam mewujudkan sistem hukum dan konstitusi
Indonesia yang lebih baik dengan penerapan nilai-nilai yang terkandung
pada Pancasila. Pacasila yang memuat pokok-pokok pikiran bangsa
Indonesia akan terus berkembang seiring dengan perkambangan kondisi
sosial kemasyarakatan di Indonesia. Dasar negara pancasila yang memuat
nilai-nilai dasar kehidupan bangsa Indonesia harus terus dibangun dalam
konstitusi dan sistem hukum guna mewujudkan tujuan nasional bangsa
Indonesia. Dengan demikian yang menjadi persoalan adalah nilai-nilai
dasar apa yang dikembangkan dalam konstitusi dan sistem hukum
Indonesia.
Artikel ini ditulis dengan tujuan untuk membahas mengenai Pancasila
Sebagai Ideologi dan Dasar Negara dalam Perspektif Hukum Konstitusi
Indonesia. Dengan demikian, terdapat tiga point Rumusan Masalah,
yakni. Pertama, Bagiamana pancasila sebagai ideologi dan dasar negara
dalam perspektif hukum konstitusi Indonesia ?. Kedua, Apa fungsi
Pancasila sebagai dasar negara ?. Ketiga, Apa nilai-nilai ideologi
Pancasila dalam konstitusi dan negara hukum ?
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami mengenai
pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dalam perspektif hukum
konstitusi Indonesia.

LITERATURE REVIEW
Secara formal Pancasila memiliki arti bahwa nilai-nilai pokok yang telah
dirumuskan dalam bentuk kata yang memiliki kedudukan hukum sebagai
dasar negara. Pengertian Pancasila secara formal terlihat sejak satu hari
pasca proklamasi kemerdekaan dengan pengesahan UndangUndang
Dasar yang dituangkannya bunyi Pancasila ke dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga
dari situ Pancasila memiliki kekuatan mengikat sebagai dasar ideologi
negara. Dirumuskannya Pancasila ke dalam konstitusi maka bangsa
Indonesia telah ber-Pancasila dalam Tri prakara, yaitu dalam beradat-
kebudayaan, Beragama dan Bernegara.

Lima nilai atau sila yang terkandung dalam Pancasila, dengan tegas dapat
dikatakan bahwa Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia sangat
berbeda dengan sistem kapitalisme-liberal dan sosialisme-komunis. Oleh
karena Pancasila mengakui dan melindungi baik hak-hak individu
maupun hak masyarakat baik dibidang ekonomi maupun politik. Dengan
demikian ideologi Pancasila mengakui secara selaras baik kolektivisme
maupun individualism. Secara sederhana berdasarkan berbagai sumber,
hukum konstitusi dapat diartikan sebagai norma atau hukum yang tertulis
berisi ketentuan dasar yang mengatur penyelenggaraan sistem
pemerintahan suatu negara. Sebagai aturan dasar, maka dalam hukum
konstitusi tidak mengatur hal-hal yang sifatnya terinci, tetapi mengatur
prinsip-prinsip bagi lembaga-lembaga pemerintahan dalam menjalankan
fungsi dan tugasnya untuk mewujudkan tujuan negara tersebut.
Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie, bahwa dalam
konstitusi sebuah negara hukum harus memuat prinsip-prinsip dalam
penyelenggaraan bernegara, baik yang tertulis dalam sebuah naskah
undangundang dasar (UUD) ataupun dalam arti tidak tertulis, seperti
dalam praktek negara Kerajaan Inggris.
Berdasarkan uraian ruang lingkup hukum konstitusi yang dikemukan oleh
Jimly Asshiddiqie, maka Indonesia sebagai negara hukum sudah sangat
jelas mencantrumkan prinsip-prinsip penyelenggaran negara oleh
lembaga-lembaga negara yang tertuang secara tetulis dalam UUD Negera
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945). Termasuk
pencantuman nilai-nilai ideologi negara Indonesia. Sudah menjadi
konsensus nasional bahwa Pancasila merupakan ideologi Indonesia.
Menurut hukum konstitusi atau UUD 1945 kedudukan Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia sebenarnya secara substantif sudah sangat jelas
tercantum dalam Pembukaan UUD NRI 1945 atau selanjutnya disebut
UUD 1945. Baik sebelum amandemen (perubahan) atau sesudah
perubahan, karena yang hanya mengalami perubahan adalah batang tubuh
UUD 1945.7 Ini dapat dibaca dalam paragraf empat pada alinea-alinea
akhir.

Meskipun dalam alinea itu tidak ada sama sekali disebutkan kata
‘Pancasila’. Akan tetapi semua rakyat Indonesia sudah mafhum bahwa
ada kalimat “..., maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu
dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa..., serta
dengan memujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”. Mulai dari kata Ketuhanan Yang Maha Esa, sampai dengan
kalimat Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah sebenarnya
yang dimaksud atau disebut Pancasila

Jadi menurut penulis berdasarkan hasil analisis dari beberapa jurnal,


maka sudah sangat jelas meskipun tidak ada norma hukum (hukum postif,
apakah Tap MPR atau UU), Pancasila sudah menjadi ideologi dan
selanjutnya dasar negara Indonesia. Apalagi Pembukaan alinea keempat
dan UUD 1945 merupakan rangkaian satu paragraf yang utuh yang
didalamnya juga dipahami merupakan tujuan Pemerintahan Indonesia
dibentuk.
Fungsi Pancasila sebagai dasar Negara

Pengakuan kedudukan substansi Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945


sebagai ideologi negara membawa kosekuensi bahwa Pancasila juga
harus diakui sebagai dasar negara. Ini sangat berkorelasi, jika tidak dapat
dipungkiri lagi bahwa Pancasila sebagai ideologi, maka seyogyanya
Pancasila juga harus berfungsi sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan berbangsa dan bernegara. Pedoman dalam pembentukan
tatanan hukum dan termasuk pedoman penyelenggaraan pemerintahan.
Hal ini sangat tegas dikatakan oleh Notonagoro, bahwa ketika Indonesia
telah memproklamirkan kemerdekaannya, maka harus dibentuk hukum
nasional yang mendasarkan pada UUD. Kemudian UUD itu sendiri harus
menjiwai nilai-nilai Pancasila. Lebih lanjut Notonagoro menguraikan
bahwa Pancasila dapat disebut sebagai Staatsfundamentalnorm sebagai
cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu. Ini ingin
menjelaskan bahwa posisi Pancasila harus berfungsi sebagai pedoman
dalam pembentukan hukum positif serta dapat digunakan untuk menguji
hukum positif. Dengan demikian penempatan Pancasila sebagai
Staatsfundamentalnorm, maka pembentukan, penerapan, pelaksanaannya
tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Dengan uraian penjelasan ini, maka tidak dapat diragukan lagi bahwa
fungsi Pancasila harus dijadikan dasar dan haluan dalam menyusun segala
kebijkan di Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, politik, dan
pembangunan sumber daya manusia. Serta tentu juga Pancasila harus
difungsikan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Artinya dalam
pembentukan segala aturan hukum yang kelak akan diberlakukan sebagai
hukum positif, harus mencerminkan nilai-nilai atau kelima sila yang
terkandung dalam Pancasila yang secara subtantif ada dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945.
Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum. Nilai-nilai
Pancasila menjadi dasar dari setiap produk hukum. Konsep Negara
hukum Pancasila itu harus mampu menjadi sarana dan tempat yang
nyaman bagi kehidupan bangsa Indonesia. Negara hukum Indonesia
merupakan perpaduan 3 (tiga) unsur yaitu Pancasila, hukum nasional dan
tujuan Negara dimaksudkan sebagai pedoman dan dasar untuk
menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Logeman (1948:
95). Negara hukum Pancasila memiliki beberapa nilai, yaitu keserasian
hubungan antara pemerintah dan rakyat, hubungan fungsional yang
proporsional antara kekuasaan-kekuasaan negara, prinsip penyelesaian
sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir
jika musyawarah gagal. Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila ditransformasikan dalam cita hukum serta asas-asas hukum,
yang selanjutnya dirumuskan dalam konsep hukum nasional Indonesia
dalam rangka mewujudkan nilai keadilan, melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

Penerapan nilai-nilai pancasila dalam konstitusi dapat dilakukan malalu


lembaga-lembaga pemerintahan sebagai penjabaran dari konstitusi.
Lembaga-lembaga tersebut tentu sudah mencakup dari bidang sosial,
ekonomi, lingkungan atau hukum. Sebagai bagian dari kebutuhan dan
tuntutan reformasi, telah lahir kelembagaan negara baru untuk memberi
ruang bagi penyelesaian berbagai masalah kemasyarakatan, mencakup
sosial, ekonomi, lingkungan atau hukum. Keadaan ini ditujukan bukan
saja untuk memperkuat fungsi lembaga kenegaraan yang sudah ada, tetapi
juga untuk mengkoreksi pengalaman bad practice yang merugikan
masyarakat. Hasil kajian Hakim (2010), lembaga negara dapat
dikelompokkan dalam sepuluh kategori. Kategori tertinggi adalah yang
dibentuk dan disebutkan kewenangannya di dalam UUD 45. Kategori
terendah adalah lembaga non departemen yang dibentuk melalui Keppres.
Lembaga negara yang memberikan dukungan positif dan signifikan
terhadap pembangunan mulai dapat disaksikan. Misalnya, Mahkamah
Konstitusi (MK) mengawal sistem hukum, Bank Indonesia (BI) berperan
dalam track moneter, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
melindungi struktur pasar, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
mengawal dan mengendalikan penyalahgunaan wewenang, serta Pusat
Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang memonitor
lalulintas keuangan.
Negara hukum Pancasila mengandung sifat kolektif, personal dan
religius. Implementasi dari sifat tersebut adalah keseimbangan,
keselarasan, harmonis. Hukum negara merupakan nilai kemanusiaan agar
harkat dan martabatnya terjaga dan hukum negara harus disesuaikan
apabila mengganggu keselarasan kehidupan bersama. Indonesia sebagai
negara hukum dalam perspektif Pancasila mensyaratkan kesediaan
segenap komponen bangsa untuk memupuk budaya musyawarah.
Lintasan sejarah kehidupan manusia telah memberikan bukti - bukti
empiris bahwa melalui musyawarah, suatu bangsa dapat meraih apapun
yang dipandang terbaik bagi bangsanya. Pada Sila keempat menyatakan
bahwa kerakyatan dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Pernyataan ini secara tegas telah
mengamanatkan kepada bangsa Indonesia agar mengedepankan
musyawarah. Dalam melaksanakan amanat tersebut, lembaga
permusyawaratan dihidupkan pada semua jenjang/strata sosial dan negara

METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui serta memahami mengenai
pancasila sebagai ideologi dan dasar negara dalam perspektif hukum
konstitusi Indonesia.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi pustaka
Sumber-sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data
premier dan sumber data sekunder. Sumber data premier adalah data yang
diperoleh dari penelitian yang sudah ada. Dan sumber data sekuder.

Anda mungkin juga menyukai