com
Lihat diskusi, statistik, dan profil penulis untuk publikasi ini di:https://www.researchgate.net/publication/334464096
KUTIPAN BACA
4 424
6 penulis, termasuk:
5PUBLIKASI9KUTIPAN 11PUBLIKASI62KUTIPAN
Semua konten yang mengikuti halaman ini diunggah olehAzizah Musapada 17 November 2019.
Diterima: 1 Mei 2019 Diterima: 1 Juni 2019 Diterbitkan Online: 7 Juli 2019
doi:10.5430/rwe.v10n2p10 URL: https://doi.org/10.5430/rwe.v10n2p10
Abstrak
Produk dan jasa syariah memiliki kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian akhir-akhir ini. Kontribusi ini telah mengilhami
Malaysia untuk menetapkan misinya menjadi hub halal global. Halal hub umumnya bergantung pada tingkat kesadaran di kalangan
Muslim khususnya otoritas dalam memahami konsep utama produk dan layanan yang sesuai dengan syariah. Tulisan ini pada
prinsipnya akan membahas tentang industri hotel syariah dengan mengelaborasi kriteria penting dari perspektif otoritas dalam
mencapai status hotel syariah di Malaysia. Berfokus pada metode kualitatif, penelitian ini menggunakan wawancara mendalam dan
terbuka dengan pihak berwenang yaitu JAKIM dan JAHEAIK. Wawancara direkam, ditranskrip dan dianalisis. Ditemukan bahwa JAKIM
dan JAHEAIK menyatakan kriteria yang sangat terbatas untuk menentukan hotel yang sesuai dengan Syariah. Namun, melalui
wawancara, JAKIM dan JAHEAIK telah memberikan beberapa wawasan tentang cara untuk sepenuhnya mencapai atribut yang sesuai
dengan Syariah. Makalah ini penting karena secara signifikan dapat memberikan umpan balik yang sangat dibutuhkan dari perspektif
otoritas untuk penggunaan pemain industri yang tertarik.
menemukan dan mengendalikan kebutuhan pasar untuk industri ini. Malaysia saat ini telah memimpin industri pariwisata Halal. Oleh karena itu, hotel syariah merupakan salah satu produk yang dapat dikembangkan lebih lanjut untuk memenuhi
pasar yang berkembang ini. Di Malaysia, di tingkat federal, kerangka kerja untuk makanan halal telah ditetapkan oleh otoritas Departemen Pengembangan Islam Malaysia (JAKIM) dan di tingkat negara bagian, oleh Departemen Agama Islam negara
seperti Urusan Agama Islam Kelantan (Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Kelantan - JAHEAIK) dan ini telah diterima secara lokal dan internasional. Namun, terlepas dari penerimaan global ini, kerangka kerja hotel yang sesuai dengan Syariah tidak
ada dan belum ditekankan sebagai pedoman bagi pelaku bisnis perhotelan. Pada tahun 2015, lebih dari 300 pelaku bisnis perhotelan telah mengambil inisiatif untuk mematuhi skema sertifikat Halal JAKIM. Angka ini hanya sebesar 7% dari total jumlah
hotel di Malaysia. Meskipun permintaan tinggi dari wisatawan Muslim, persentase kecil ini jelas merupakan kekurangan pasokan. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi kriteria dari perspektif otoritas untuk mencapai status hotel yang sesuai
dengan syariah. kerangka kerja yang tepat dari hotel yang sesuai dengan Syariah tidak ada dan belum ditekankan sebagai pedoman bagi pelaku bisnis perhotelan. Pada tahun 2015, lebih dari 300 pelaku bisnis perhotelan telah mengambil inisiatif
untuk mematuhi skema sertifikat Halal JAKIM. Angka ini hanya sebesar 7% dari total jumlah hotel di Malaysia. Meskipun permintaan tinggi dari wisatawan Muslim, persentase kecil ini jelas merupakan kekurangan pasokan. Oleh karena itu, penting
untuk mengidentifikasi kriteria dari perspektif otoritas untuk mencapai status hotel yang sesuai dengan syariah. kerangka kerja yang tepat dari hotel yang sesuai dengan Syariah tidak ada dan belum ditekankan sebagai pedoman bagi pelaku bisnis
perhotelan. Pada tahun 2015, lebih dari 300 pelaku bisnis perhotelan telah mengambil inisiatif untuk mematuhi skema sertifikat Halal JAKIM. Angka ini hanya sebesar 7% dari total jumlah hotel di Malaysia. Meskipun permintaan tinggi dari wisatawan
Muslim, persentase kecil ini jelas merupakan kekurangan pasokan. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi kriteria dari perspektif otoritas untuk mencapai status hotel yang sesuai dengan syariah. persentase kecil ini jelas merupakan
kekurangan pasokan. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi kriteria dari perspektif otoritas untuk mencapai status hotel yang sesuai dengan syariah. persentase kecil ini jelas merupakan kekurangan pasokan. Oleh karena itu, penting untuk
mengidentifikasi kriteria dari perspektif otoritas untuk mencapai status hotel yang sesuai dengan syariah.
2. Tinjauan Sastra
2.1 Pasar Perjalanan Global untuk Turis Muslim
Hotel yang sesuai dengan Syariah adalah salah satu edisi terbaru dalam tren pasar hotel konseptual saat
ini. Menurut Azmin, Azhani, Khalifah, Ismail, Salleh & Zafir (2015), hotel syariah adalah layanan inovatif
dan kreatif baru yang ditawarkan oleh hotel di seluruh dunia. Dengan melihat skenario saat ini, Muslim
mencakup 29% dari populasi dunia, sebagian besar tinggal di Timur Tengah. Artinya, ada sekitar 2 miliar
calon tamu yang tertarik untuk menikmati manfaat hotel syariah. Sementara itu, Halal merupakan
industri dengan pertumbuhan tercepat di Malaysia maupun di wilayah lain dimana konsumen mencari
jenis perjalanan yang akan memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka yang sesuai dengan atribut
Syariah (Idris & Wahab, 2015; Aslan Efe & Efe 2018). Selain itu, Mohamad, Yahya, Azer &
Wisatawan Muslim karena dapat memenuhi kebutuhan khusus mereka. Kami menaruh perhatian besar pada
makanan halal, produsen halal, farmasi halal, kosmetik halal, kemasan halal, logistik halal serta layanan halal dari
seluruh dunia (Idris dan Wahab, 2015; Samori dan Rahman, 2013; Atici, 2018) . Selain itu, tren saat ini bergerak ke
arah aktivitas perjalanan (Salleh, Hamid, Hashim & Omain, 2014; Artha & Mulyana 2018) di mana perjalanan ramah
Halal menjadi salah satu segmen yang tumbuh paling cepat dalam industri perjalanan, selanjutnya fasilitas ramah
Halal menjadi sekarang semakin diminati (Samori & Sabtu, 2014; Salleh, Hamid, Hashim & Omain, 2014; Bosupeng,
2018).
2.2 Konsep dan Praktik Hotel yang Sesuai Syariah
Hotel Syariah (SCH) adalah konsep yang relatif baru yang dikenal sebagai hotel Islami yang memberikan layanan sesuai
dengan prinsip Syariah (Azmat, Skully & Brown, 2014; Andrade & Fiamenghi-Jr 2018). Hotel syariah dapat didefinisikan
sebagai hotel yang menyediakan layanan dan melakukan transaksi keuangan berdasarkan prinsip syariah sepenuhnya, tidak
terbatas pada penyajian makanan dan minuman halal tetapi juga untuk kesehatan, keselamatan, lingkungan dan manfaat
pada aspek ekonomi setiap orang, tanpa memandang ras. , keyakinan atau budaya (Jurattanasan & Jaroenwisan, 2014).
Menanggapi pembentukan hotel syariah di Malaysia, ada beberapa hotel yang melayani fasilitas dasar untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan Muslim dan dikenal sebagai'hotel ramah muslim'(Samori & Sabtu, 2014; Samori & Rahman, 2013).
Sebagian besar hotel jenis ini berlokasi di Kuala Lumpur, Selangor, Kelantan dan Terengganu. Untuk beberapa nama; PNB
Darby Park Hotel dan Putra Hotel di Kuala Lumpur, UiTM Hotel dan Grand Bluewave Hotel di Shah Alam, Raudah Hotel dan
Perdana Hotel di Kelantan serta Tabung Haji Hotel di Terengganu. Sebagai contoh, De Palma Hotel di Ampang, Kuala Lumpur
adalah salah satu hotel yang sesuai dengan konsep Islam dan memposisikan dirinya sebagai hotel yang sesuai dengan
Syariah (Sahida, Rahman, Awang & Man, 2011; Anthony, Osho & Sen 2017). Selain itu, masuknya wisatawan Timur Tengah ke
Malaysia memberikan peluang besar bagi SCH ketika hotel-hotel tersebut menarik wisatawan tersebut untuk akomodasi
yang pada gilirannya akan meningkatkan keuntungan SCH (Salleh, Hamid, Hashim & Omain, 2014).
3. Metodologi
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perspektif otoritas terhadap kriteria SCH. Untuk mencapai tujuan ini,
wawancara mendalam dilakukan dengan dua otoritas yang dikenal sebagai Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM)
dan Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Negeri Kelantan (JAHEAIK). Dua responden yang diwawancarai menutupi
pertanyaan terbuka selama penelitian. Wawancara direkam, ditranskrip dan dikategorikan dalam waktu seminggu.
Kategori berdasarkan tema yang relevan ditetapkan setelah pemeriksaan data. Data diurutkan ke dalam kategori
menggunakan kata kunci sebagai kode. Beberapa isu diangkat dan dibahas pada bagian berikutnya.
Dari wawancara yang dilakukan, ada beberapa hal yang disoroti oleh responden dari pihak berwenang. Detail
informasi dan deskripsi disajikan pada Tabel 1.
2 Petunjuk arah Tidak ada arahan dan instruksi khusus yang Tidak ada arahan dan instruksi khusus yang diterima
dan diterima
instruksi
3 Hukum dan Perbuatan Akta Perihal Dalam Negeritentang halal Penetapan KPDNKK
dan larangan menyalahgunakan logo
Halal.
4 Maqashid Maqasid Syariah, khususnya dalam melindungi -
syariah kehidupan dan keturunan dengan melarang
kasus-kasus seperti pembunuhan, pemerkosaan
dan perzinahan di hotel diidentifikasi sebagai
pedoman utama dalam penataan hotel Syariah-
Compliant.
5 Atribut dari Dapur Halal – tidak mengandung babi, alkohol, dan lain- Staf memiliki waktu dan wajib melaksanakan
Syariah-Com lain. shalat Jumat
hotel yang lentur Perlengkapan sholat di kamar hotel Ketersediaan kursus pengetahuan Islam dan
(alas, Al-Quran, arah kiblat) persyaratan bagi staf untuk hadir
Fasilitas lain untuk memenuhi kebutuhan Staf harus menutupi diri dengan benar,
keagamaan umat Islam jadi staf harus Muslim.
Staf dapat melakukan ritual puasa.
Investasi keuangan harus dipantau untuk
mempertimbangkan syarat sah transaksi.
7 Saat ini Sertifikasi Halal Kitchen untuk 19 hotel Pembongkaran masalah dalam hal undang-undang
Status di Kelantan sebagai Halal Kitchen sedang berlangsung untuk memberikan pencerahan
diidentifikasi sebagai atribut utama tentang syariah-compliant ke industri.
Hotel Syariah-Compliant. Fungsi untuk mengesahkan status hotel yang sesuai dengan
Hotel yang memproklamirkan diri sesuai Syariah telah diberikan kepada dewan Islam negara bagian,
Syariah meliputi: Perdana Hotel tetapi negara bagian tidak menerapkannya secara resmi.
(Kelantan), Grand Blue Wave Hotel Karena keterbatasan fungsi dan wewenang, JAKIM
(Selangor), De Palma Hotel (Kuala telah mengajukan proposal untuk memperluas
Lumpur) dan Tabung Haji Hotel yurisdiksi dan fungsinya kepada Wakil Perdana Menteri
(Terengganu). Status Syariah Tabung Haji untuk mengambil tindakan terhadap Syariah
Hotel disertifikasi oleh
Tabung Haji sebagai kasus khusus. penyedia layanan yang tidak sesuai.
Isu-isu seputar hukum juga telah disampaikan
kepada Jaksa Agung, untuk merumuskan dan
mendefinisikan sesuai Syariah, dan cara JAKIM
dapat menegakkan hukum tanpa mengganggu
yurisdiksi Islam negara bagian.
8 Masalah Beberapa hotel tidak setuju Implementasi hotel syariah berada di
dengan atribut Hotel Syariah bawah yurisdiksi Dewan Islam Negara.
Tidak mungkin hotel mendapatkan status
Syariah-Compliant karena sebagian besar Fungsi dan wewenang dibatasi oleh
hotel tidak mematuhinya. JAKIM. Misalnya: Sertifikasi pada
Kesulitan dalam pemberian sertifikasi Film yang sesuai dengan syariah tidak dapat diberikan karena
Halal Food dan Halal Kitchen fungsinya berada di dalam dewan Islam negara bagian
Sertifikasi Hotel Syariah, jika ada, tidak dapat Untuk hotel yang sesuai dengan Syariah, tidak ada tindakan yang dapat
diterapkan ke semua hotel, tetapi hanya untuk diambil jika mereka tidak mematuhi karena tidak ada undang-undang
mereka yang memutuskan untuk mendapatkan yang mengatur tentang hal ini.
dari Namun, inisiatif implementasinya menciptakan lingkungan yang sesuai dengan syariah.
Pengumuman resmi dari untuk mengusulkan hotel yang sesuai dengan Syariah
pedoman. implementasi untuk Mufti negara bagian.
5. Kesimpulan
Secara umum, baik JAHEAIK maupun JAKIM mendukung penerapan hotel syariah. Namun, tingkat
yurisdiksi dan kewenangannya berbeda, dimana JAHEAIK mengkonsumsi lebih banyak kekuasaan di
tingkat Negara, sedangkan JAKIM memiliki fungsi dan kewenangan yang terbatas. Meskipun belum ada
pedoman dan kerangka kerja resmi tentang hotel yang sesuai dengan Syariah, baik JAHEAIK maupun
JAKIM memiliki cara mereka sendiri untuk memantau dan memberikan konsultasi kepada pelaku bisnis
perhotelan yang tertarik. Dapat disimpulkan bahwa kedua otoritas menyadari permintaan dan minat
beberapa hotel dalam memperoleh status hotel syariah. Meskipun undang-undang, kerangka kerja dan
peraturannya masih kurang, konsultasi dan pemantauan sudah ada.
Oleh karena itu, rekomendasi pedoman dan kerangka kerja hotel syariah sangat relevan. Studi di masa depan juga dapat
mencakup kemungkinan menyediakan lingkungan yang mendukung melalui undang-undang dan peraturan, karena itu
sangat penting untuk kelancaran implementasi hotel syariah. Karena penerapan hotel syariah adalah pilihan
dan tidak dipaksakan untuk setiap hotel, upaya tersebut tidak boleh dicegah oleh komunitas non-Muslim di
Malaysia. Kesadaran, penerimaan, tingkat kepatuhan dan kemauan juga dapat menjadi area untuk dipelajari,
dari perspektif pelaku bisnis perhotelan dan pelanggan.
Referensi
Andrade, AF, & Fiamenghi-Jr, GA (2018). Penderitaan Psikologis Anak yang Terlindung dan Kurangnya Pengasuh
Pelatihan: Pengamatan dari Rumah Perlindungan Brasil.Jurnal Internasional Perspektif Ilmu Sosial, 3(1),
34-37. https://doi.org/10.33094/7.2017.2018.31.34.37
Anthony, M., Osho, GS, & Sen, L. (2017). Model Perencanaan Ekonometrika Kehutanan Kota Sebagai Ukuran
Keberlanjutan: Matriks Aksi dan Perubahan.Jurnal Internasional Pembangunan Berkelanjutan, 6(1), 9-32. https://
doi.org/10.18488/journal.26.2017.61.9.32
Artha, IWB, & Mulyana, B. (2018). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan
Implikasinya Terhadap Indeks Harga Saham Bank-Bank Milik Negara.Surat Ekonomi dan Keuangan,5(2), 58-71. https://
doi.org/10.18488/journal.29.2018.52.58.71
Aslan Efe, H., & Efe, R. (2018). Hubungan antara Perilaku Penundaan Akademik dengan Preservice
Guru Sains dan Sikap Mereka terhadap Media Sosial.Jurnal Penelitian Pendidikan dan e-Learning, 5(2),
102-109. https://doi.org/10.20448/journal.509.2018.52.102.109
Atici, G. (2018). Perbankan Islam (Partisipasi) dan Pertumbuhan Ekonomi: Fokus Empiris di Turki.Asia
Tinjauan Ekonomi dan Keuangan, 8(11), 1354-1364. https://doi.org/10.18488/journal.aefr.2018.811.1354.1364
Azmat, S., Tengkorak, M & Coklat, K. (2014). Tantangan Kepatuhan Syariah di Pasar Obligasi Syariah.
Jurnal Keuangan Cekungan Pasifik,28, 47-57. https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2013.11.003
Azmin, M., Azhani, N., Khalifah, Z., Ismail, HN, Salleh, M., & Zafir, N. (2015). Isu dan Tantangan dalam
Pengembangan Hotel Syariah Compliant di Malaysia.Surat Sains Tingkat Lanjut, 21(5), 1146-1149. https://
doi.org/10.1166/asl.2015.6063
Bosupeng, M. (2018). Indikator Unggulan dan Krisis Keuangan: Pendekatan Multi-Sektoral Menggunakan Ekstraksi Sinyal.
Jurnal Studi Empiris, 5(1), 20-44. https://doi.org/10.18488/journal.66.2018.51.20.44
Idris, J., & Wahab, NA (2015). Keunggulan Kompetitif Konsep Hotel Syariah di Malaysia:
Analisis SWOT.
Jurattanasan, A., & Jaroenwisan, K. (2014). Atribusi Hotel Syariah Compliant di Negara Muslim.
Tinjauan Riset Bisnis dan Ekonomi Integratif, 3, 39.
Mohamad, SA, Yahya, WK, Azer, I., & Hamzah, HC (2013). Peluang dan Tantangan Menjadi Seorang Syariah
Compliant Hotel: Kasus LKPP De Rhu Beach Resort. Diakses tanggal 5 Oktober 2016, dari https://
www.scribd.com/The Opportunities and Challenges to be Shariah Compliant
Sahida, W., Rahman, SA, Awang, K., & Man, YC (2011). Penerapan Konsep Kepatuhan Syariah
Hotel: De Palma Hotel Ampang, Malaysia.Konferensi Internasional ke-2 tentang Humaniora, Ilmu Sejarah dan
Sosial,IACSIT Press, Singapura.
Salleh, NZM, Hamid, ABA, Hashim, NH, & Omain, SZ (2014). Praktek Hotel Syariah-Compliant di
Malaysia.Jurnal Internasional Perdagangan, Ekonomi dan Keuangan, 5(1), 26.
https://doi.org/10.7763/IJTEF.2014.V5.335
Samori, Z., & Rahman, FA (2013). Menuju Pembentukan Hotel Syariah Compliant di Malaysia: An
Studi Eksplorasi tentang Peluang dan Tantangannya.Prosiding Konferensi Akademik Internasional WEI,
Instanbul, Turki.
Samori, Z., & Sabtu, N. (2014). Mengembangkan Standar Halal untuk Industri Hotel Malaysia: Sebuah Studi Eksplorasi.
Procedia-Sosial dan Ilmu Perilaku, 121, 144-157. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1116