Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena
perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A.Anatomi dan Fisiologi Darah


Darah tersusun dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah meliputi 55% dari
seluruh bagian darah, sedangkan 45% sisanya adalah berupa sel-sel darah.

Fungsi Darah adalah :


1. Mengangkut zat makanan dan oksigen ke seluruh tubuh dan mengangkut sisa
metabolisme ke
2. organ yang berfungsi untuk pembuangan.
3. Mempertahankan tubuh dari serangan bibit penyakit
4. Mengedarkan hormon ± hormon untuk membantu proses fisiologis
5. Menjaga stabilitas suhu tubuh
6. Menjaga kesetimbangan asam basa jaringan tubuh untuk menghindari kerusakan
a) Plasma Darah
Bagian cair darah yaitu plasma adalah suatu larutan yang baik sekali yang mengandung molekul
anorganik, molekul organic (protein, glukosa, lemak) dan garam-garam mineral.Volume normal plasma
kira-kira 5% berat badan atau secara kasar pada laki-laki 70 Kg , 3500 ml.Bila darah lengkap dibiarkan
membeku dan bekuan dibuang cairan yang tertinggal dinamakan serum. Serum yaitu cairan yang
berwarna bening bila darah diendapkan.Karakteristik dari serum yaitu :
1) Berwarna jernih putih kekuningan
2) Mengandung antiibodi
3) Macam antibody :
a. Presipitin, berperanan dalam menggumpalkan antigen.
b. Lisin, berperanan dalam menguraikan kuman.

2
c. Antitoksin, berperanan dalam menawarkan racun.
Pada plasma terdapat protein darah yang terdiri dari :
1) Albumin, berperanan dalam tekanan oemosis darah.
2) Globulin, berperanan dalam pembentukan zat anti, terutama gamma globulin.
3) Fibrinogen, berperanan dalam proses pembekuan darah.
Sari-sari makanan yang dapat terlarut :
1. Glukosa
2. Asamamino
3. Asam lemak
4. Gliserin
Dan garam mineral yang terdiri dari :

1. Kation +
: Na , K , Ca
+ 2+
, Mg
2+

- -
2. Anion : CL , HCO3 , PO4

b) Sel-sel darah
1) Eritrosit
Berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter 8 mikro meter.Tidak memiliki nukleus.Sel
darah merah hidup dalam sirkulasi selama 120 hari.Jumlah rata-rata sel darah merah normal pada
laki-laki 5,4 juta /mikroL dan pada wanita kira-kira 4,8 juta / mikroL.Mengandung ± 250 juta
molekul Hb , sejenis protein pengikat dan pembawa O2 yang mengandung besi.
Proses pembentukan eritrosit, yang disebut juga eritropoiesis, terjadi pada sumsum tulang.
Pendewasaan sel berlangsung sekitar 7 hari, dengan masa hidup setelah pelepasan dari sumsum
tulang lebih kurang 120 hari. Berikut gambar dari proses pembentukan eritrosit :

Seiring dengan berjalannya waktu, eritrosit yang sudah tua, akan dihancurkan oleh sistem
retikuloendothelial (hati, limpa, sumsum tulang). Protein yang dihasilkan akan dipecah menjadi
asam amino yang dapat dipergunakan lagi. Sedangkan bagian heme dari Hb dipecah menjadi  Fe

3
dan biliverdin, yang nantinya diekskresikan melalui saluran empedu sebagai bilirubin. Proses
lengkapnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :

ERITROSIT

Fe(zat besi) untuk Glubin(menjadi Hb) Bilirubin dan


membentuk eritrosit Biliverdin(untuk zat
warna urin/frses)

2) Leukosit
Normal terdapat 4000 ±11000 sel darah putih per mikroliter darah manusia.Berumur 12 hari.
Bersifat fagositosis yang dapat memakan kuman/bibit penyakit.Dibentuk di sumsum tulang
merah, jaringan reikulo-endotel bagi leukosit granulosit. Sedangkan bagi leukosit agranulosit
dibentuk di kelenjar limfa.

4
Berikut tebel macam-macam dari leukosit :

Macam Leukosit Kandungan Jumlah Umur Fungsi


warna inti
Mengandung 2 buah Tidak Untuk
EOSINOFIL bintik diketahui membunuh
kemerahan bibi penyakit
Mengandung tidak ada Tidak Untuk
bintik biru karena diketahui meningkatkan
bentuknya reaksi
BASOFIL berbaur peradangan,
GRANULOSIT dengan anti alergi,
Bersifat fagosit sel dan
perpindahan
leukosit lain
--- 3 buah 7 jam Berfungsi
untuk
NEUTROFIL mencari,
mencernakan
dan
membunuh
bakteri ,zat
asing lain dan
sel-sel yang
mati .
--- 1 buah 3 hari Bersifat
MONOSIT dan fagosit dan
paling bergerak
besar cepat
AGRANULOSIT --- --- 1 buah Untuk
dan lebih imunitas dan
LIMFOSIT kecil menghasilkan
dari inti antibody
monosit

5
3) Trombosit
Bagian darah yang berukuran terkecil (2-4 µm).Dibuat dalam Megakariosit ( sel raksasa
dalam sumsum tulang).Jumlah : 200.000 ±500.000 sel / mm3.Berfungsi dalam proses pembekuan
darah. Mempunyai paruh waktu kira-kira 7 hari.

B.Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12
g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm 3 darah
atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
(Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.

C.Klasifikasi
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20
mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar
2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini
umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh
infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia
bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :

6
1. Diet yang tidak mencukupi
2. Absorpsi yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5. Hemoglobinuria
6. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti
infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena
gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor
ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi
asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam
folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan
kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran
cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik
sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan
glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.
Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.

7
D. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam
kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia yaitu
1) Penyakit Kronik (menahun)
2) Tumor ginjal atau kandung kemih
3) Meningkatnya penghancuran sel darah merah
4) Pembesaran limpa
5) Kerusakan mekanik pada sel darah merah
6) Penyakit sel sabit
7) Kekurangan zat besi
8) Kekurangan vitamin B12
9) Kekurangan asam folat
10) Kekurangan vitamin C

Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri
yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada anak-
anak:

1. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum
tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus,
radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.
2. Haemolytic anemia, yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih
cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini
bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain,
seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak
oleh antibodi tubuh.

E. Patofisiologi

Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih lebih sedikit darah yang
dikirimkan ke jaringan.  Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan, menimbulkan simptomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan
8
gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas,
kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah
merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme
kompensasi tubuh untuk  menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada
kerja jasmani  berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:

a) Peningkatan curah jantung dan pernafasan, karena itu menambah pengiriman O2


kejaringan-jaringan oleh sel darah merah.
b) Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin.
c) Mengembangkan volume plasma dengan mernarik cairan dari sela-sela jaringan,
dan
d) Redistribusi cairan ke organ-organ vital.

Selain satu dari tanda-tanda yang paling sering dikaitkan  dengan anemia adalah pucat. Ini
umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin,  dan
vasokonstriksi organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit,  suhu dan
kedalaman serta distribusi kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks  pucat yang dapat
diandalkan. Warna kuku dan telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta conjuntiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

Takikardia dan   bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang
meningkat) menggambarkan beban kerja  dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit
dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena
iskemia miokardium.

Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani  merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. sakit kepala, pusing, kelemahan,
dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan
saraf pusat.

9
Defek SDM

Kekurangan nutrisi Factor eksternal


Perdarahan

tumor Hemolisis

toksisitas

Kegagalan sumsum P↑ bilirubin


tulang Kehilangan SDM plasma

P↑ Hb
plasma/hemogl
obinemia

ANEMIA

Angina

P↓ Perfusi jaringan P↓ Kerja jantung


hipertensi

Gagal jantung

Kelemahan(Hb ↓< 6g/dL)


Dispnue (Hb ↓ < 7,5 g/dL

F. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah,
cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea
(saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare,
ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).

10
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).

G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).

H. Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan
zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh
daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan
zat besi.

I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.

11
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.

BAB III
12
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus :
Tn.O. 50 tahun datang ke poliklinik RS.Arifin Achmad Pekanbaru dengan keluhan merasa mudah
oyong dan sering pingsan.Pasien tampak pucat dan terlihat lemah.Dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital:TD:100/70 mmHg,N:90x/menit,suhu:37,0ºC.Hasil pemeriksaan lab ternyata Hb
pasien 6 mg/dl.Pasien direncanakan untuk dilakukan transfusi PRC.

A. Pengkajian
a.Riwayat kesehatan
1. Identitas klien
Meliputi :nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama
2. Keadaan dan keluhan utama
Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan pengkajian
yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
3. Riwayat penyakit dahulu
-adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
4. Riwayat penyakit keluarga
-Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status
penyakit yang diderita klien saat ini
-adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
-adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia
5. Riwayat penyakit sekarang
apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status penyakit yang
dideritanya(anemia)
6. Data sosial,psikologis dan agama
-Keyakinan klien terhadap budaya dan agama yang mempengaruhi kebiasaan klien
dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah
-adanya depresi
7. Data kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
-penurunan masukan diet
-masukan diet rendah protein hewani
-kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat
Aktivitas istirahat
13
-frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Eliminasi BAK dan BAB
-Frekuensi,warna,konsistensi dan bau

b.Pemeriksaan fisik
1. Sirkulasi
Gejala :
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infeksi kronis. Palpitasi (takikardia).
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik.Ekstremitas : warna : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon
terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.

2.Sistim Nutrisi
Gejala:
-penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
-nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
-mual muntah,dyspepsia,anoreksia
-adanya penurunan berat badan
Tanda:
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
Stomatitis dan glositis.
Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)

3.Sistim Aktivitas/ Istirahat


Gejala:
-keletihan,kelemahan,malaise umum
-kehilamgan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
-toleransi terhadap latihan rendah
-kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
14
Tanda:
Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
Ataksia,tubuh tidak tegak

4.Sistim Pernafasan
Gejala:
-napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
-Takipnea,ortopnea, dan dispnea.

5.Sistim Neurosensori
Gejala:
-sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
-imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
-kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
-sensasi menjadi dingin
Tanda:
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
Mental : tak mampu berespon.
Oftalmik : Hemoragis retina.
Gangguan koordinasi.

6.Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore . Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat

7.Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.

c.Pemeriksaan penunjang
1.Jumlah darah lengkap pada anemia:
Hb dan Ht menurun.
Jumlah eritrosit : menurun.
Kadar normal darah yaitu :
15
a) Kadar Hb:12-14(wanita),13-16(pria)g/dl
b) Jumlah leukosit:5000-10000/mikroL
c) Jumlah trombosit 150000-400000/mikro L
d) Hematokrit:35-45 %
Cara pemeriksaan darah lengkap yaitu darah diambil dengan spuit sekitar 2 cc dimasukkan
kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan kemudian dibawa kelaboratorium.
Yang diperiksa adalah beberapa komponen darah yaitu eritrosit(sel darah merah),leukosit(sel
darah putih),trombosit(keeping darah)Pada lembar hasil darah lengkap yang umum tercatat
adalah kadar hemoglobin,jumlah leukosit,dan hematokrit(perbandingan antara sel darah merah
dan jumlah plasma darah).Kadang juga dicantumkan LED(Laju Endap Darah) dan hitung jenis
leukosit.
2.Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk ( mengidentifikasi tipe anemia).
3.LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
LED (Laju Endap Darah ) adalah salah satu pemeriksaan rutin untuk darah.Darah ini
diukur dengan memasukkan darah kita kedalam tabung khusus selama satu jam.Makin banyak
darah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darah nya.Tinggi ringannya nilai pada laju
endap darah memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita,terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata orang yang anemia, pada para lansia memiliki nilai laju endap darah yang tinggi.
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap
pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memerisa laju endap darah yang
sering di pakai adalah cara wintrobe dan cara weestergren. Pada cara wintrobe nilai rujukan untuk
wanita 0-20 mm/jam an untuk pria 0-10 mm/jam sedang pada cara weestergren nilai rjukan
untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam. Pada anemia sel sabit, laju endap darah
tidak cepat karena pada keadaaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi( pembentukan rouleaux
tergantung dari komposisi dari protein plasma).
4.Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
5.Pemeriksaan Hb elektroforesis : Digunakan untuk mengidentifikasi berbagai abnormal
hemoglobin dalam darah dan mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemia, dan bentuk-bentuk lain
dari anemia.
6.Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi.
7.Masa perdarahan : memanjang (aplastik).
8.Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
9.Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan

d.Analisa data
16
Data Masalah Keperawatan
DS:Mudah oyong dan sering pingsan Intoleransi aktivitas
DO:Pasien tampak pucat dan terlihat lemah Gangguan perfusi jaringan
Hb:6 mg/dL Resiko tinggi terhadap infeksi

g.WOC

Kurang asupan makanan

Kekurangan nutrisi(Fe,asam
folat,vit.B12)

P↓ Eritropoiesis

Hb ↓ MK:Resiko tinggi
infeksi

P↓ Viskositas

P↓ Volume vaskular

Tekanan darah ↓

MK:Gg.Perfusi jaringan

MK:Gg.Intoleransi aktifitas

f.Intervensi
1) Dx: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).

17
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk purulen atau eritema, dan demam.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh Rasional : mencegah kontaminasi
pemberi perawatan dan pasien. silang/kolonisasi bacterial.
Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada Rasional : menurunkan risiko
prosedur/perawatan luka. kolonisasi/infeksi bakteri.

3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral Rasional : menurunkan risiko kerusakan
dengan cermat. kulit/jaringan dan infeksi.

4. Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran


secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan
tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.

5. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas Rasional : membedakan adanya infeksi,


sesuai indikasi(kolaborasi) mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.

6. Berikan antiseptic topical ; antibiotic Rasional : mungkin digunakan secara


sistemik (kolaborasi). propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi local.

7. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi Rasional : membatasi pemajanan pada


bila memungkinkan. bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila
respons imun sangat terganggu.

8. Amati eritema/cairan luka. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi


membutuhkan evaluasi/pengobatan
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan :
pembentukan pus mungkin tidak ada bila

18
granulosit tertekan.

9. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang Rasional : meningkatkan ventilasi semua


sering, latihan batuk dan napas dalam. segmen paru dan membantu memobilisasi
sekresi untuk mencegah pneumonia.

2) Dx: Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen


(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan
darah masih dalam rentang normal.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.

2. Kaji kehilangan atau gangguan Rasional : menunjukkan perubahan


keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan neurology karena defisiensi vitamin B12
otot. mempengaruhi keamanan pasien/risiko
cedera.

3. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan Rasional : manifestasi kardiopulmonal


sesudah aktivitas. dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke
jaringan.

4. Berikan lingkungan tenang, batasi Rasional : meningkatkan istirahat untuk


pengunjung, dan kurangi suara bising, menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
pertahankan tirah baring bila di indikasikan. menurunkan regangan jantung dan paru.

5. Gunakan teknik menghemat energi, Rasional : meningkatkan aktivitas secara


anjurkan pasien istirahat bila terjadi bertahap sampai normal dan memperbaiki
kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien tonus otot/stamina tanpa kelemahan.
melakukan aktivitas semampunya (tanpa Meingkatkan harga diri dan rasa
memaksakan diri). terkontrol.

19
3) Dx :Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, Rasional : memberikan informasi
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan
kebutuhan intervensi.

2. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai Rasional : meningkatkan ekspansi paru


toleransi. dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan :
kontraindikasi bila ada hipotensi.

3. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi Rasional : dispnea, gemericik


napas perhatikan bunyi adventisius. menununjukkan gangguan jajntung
karena regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi curah
jantung.

4. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi Rasional : iskemia seluler


mempengaruhi jaringan miokardial/
potensial risiko infark.

5. Hindari penggunaan botol penghangat atau Rasional : termoreseptor jaringan


botol air panas. Ukur suhu air mandi dermal dangkal karena gangguan
dengan thermometer. oksigen.

6. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan Rasional : mengidentifikasi defisiensi


laboraturium. Berikan sel darah merah dan kebutuhan pengobatan /respons
lengkap/packed produk darah sesuai terhadap terapi.
indikasi.

20
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.

g.Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Pemberian obat berdasarkan tipe anemia yaitu:
1) Anemia defisiensi besi
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
b.)Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia misalnya: malaria dan
penyakit TBC.
c.)Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD).
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
 
2.Nonfarmakologi
a) Makan diet seimbang yang mengandung biji – bijian seperti kacang kedelai dan kacang
hijau yang mengandung vitamin, zat besi dan asam folat membantu pembentukan sel
darah merah. pilihan lain makanan yang banyak mengandung zat besi adalah sereal,
daging merah, kuning telur, sayuran berdaun hijau, sayuran kuning dan buah-buahan,
kulit kentang,tomat, molasses, dan kismis.
b) Tidak mengkonsumsi teh,karena dapat menghambat pembentukan zat besi.
c) Istirahat yang cukup serta tidak melakukan pekerjaan/kegiatan yang dapat membuat
tubuh letih.

3.Tindakan medis(kolaborasi dengan dokter)


Tindakan medis yaitu dengan Transfusi darah.
Transfusi darah adalah pemberian komponen darah untuk memenuhi kebutuhan dan atau
kekurangan darah. Resiko Tranfusi yaitu :
1) Demam

21
Deman disebabkan antibodi lekosit, antibodi trombosit dan senyawa pirogen.Pencegahan
tranfusi sedikit lekosit, penggunaan mikrofiltrasi, prednisolon 50 mg atau kortison 50 mg atau
aspirin.
2) Reaksi alergi
Insiden 1 : 20.000 transfusi.Manajemen syok anafilaktik.Interaksi antara IgA pada darah.
Donor dengan IgA pada darah resipien.
3) Reaksi Hemolitik
Destruksi sel darah merah karena darah tidak kompatibel.Inkompabilitas sistem darah ABO.
4) Penularan penyakit
HIV,Hepatitis B dan C,sipilis,Semua penyakit yang penularannya kontak cairan darah.
5) Kontaminasi
Penyebab :Y. enterocolitica, S. aureus, K. Pneumonia, S. epidermidis
Resiko :sepsis
6) Cedera Paru Akut
Acute Lung Edema
Terapi :ICU untuk dilakukan diuresis
Indikasi Tranfusi :
a. Hb < 8 gr/dl untuk penyakit acute
b. Hb < 10 gr/dl untuk penyakit kronik

Transfusi PRC(Packed Red Cell)


PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama penyimpanan, atau dengan
sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari plasma dibuang.(1) Satu unit PRC dari 500
ml darah lengkap volumenya 200-250 ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-
25 ml, dan volume antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih
besar dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan darah lengkap. Secara
umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak disertai penurunan volume
darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik, anemia hipoplastik kronik, leukemia akut,
leukemia kronik, penyakit keganasan, talasemia, gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan
kronis yang ada tanda “oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan
gelisah). PRC diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.
Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap :
1. Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
22
5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat menjadi
komponen-komponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang tertinggal
sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya pembentukan antibodi
terhadap darah donor. Sehingga pada pasien yang memerlukan transfusi berulang, misalnya
pasien talasemia, paroksismal nocturnal hemoglobinuria, anemia hemolitik karena proses
imunologik, dsb serta pasien yang pernah mengalami reaksi febrile sebelumnya (reaksi terhadap
lekosit donor).

Prosedur Penatalaksanaan Transfusi Darah :


1. Sebelum transfusi
1) Periksa kembali apakah klien telah menandatangani inform consent.
2) Teliti apakah golongan darah pasien telah sesuai.
3) Lakukan konfirmasi bahwa transfusi darah memang telah diresepkan.
4) Jelaskan prosedur pada pasien.
5) Saat menerima darah atau komponen darah :Periksa ulang label dgn perawat lain
untuk meyakinkan bahwa golongan ABO nya sesuai dgn catatan kemudian periksa
adanya gelembung darah dan warna abnormal serta pengkabutan lalu periksa
jumlah dan jenis darah donor sesuai dgn catatan resipien.

6) Periksa identitas pasien :Dengan menanyakan nama dan memeriksa gelang


identitas,periksa ulang jumlah kebutuhan dan jenis darah resipien dan periksa TTV
sbg dasar perbandingan tanda vital selanjutnya.
2. Pelaksanaan
1) Pakai sarung tangan.
2) Catatlah tanda vital sebelum memulai transfusi.
3) Jangan sekali menambahkan obat ke dalam darah atau produk darah.
4) Yakinkan bahwa darah sudah harus diberikan dlm 30 menit setelah dikeluarkan
dari pendingin.
5) Bila darah harus dihangatkan,maka hangatkan dlm penghangat darah in - line dgn
sistem pemantauan.
6) Gunakan jarum ukuran 19 atau lebih pd vena.
23
7) Gunakan selang khusus yg memiliki filter darah untuk mennyaring bekuan fibrin
dan partikel lainnya.
8) Untuk 15 menit pertama berikan transfusi secara perlahan tidak lebih dari 5 ml/
menit
9) Lakukan observasi pasien dengan cermat akan adanya efek samping,apabila tdk
ada efek samping dlm 15 mnt pertama, naikkan kecepatan aliran kecuali pasien
beresiko kelebihan sirkulasi.
10) Observasi pasien sesering mungkin selama pemberian transfusi
11) Perhatikan bahwa waktu pemberian tdk melebihi 4 jam karena akan terjadi
peningkatan resiko proliferasi bakteri .
12) Siagalah thd adanya reaksi transfusi yg dpt terjadi setelah pemberian darah,
komponen - komponen darah atau berbagai cairan secara intravena.
13) Reaksi yg terjadi dapat berupa reaksi pirogen, reaksi alergi, reaksi hemolitik atau
transmisi penyakit infeksi.
a. Reaksi pirogen
Ditandai dengan : pasien kedinginan /menggigil diikuti demam
biasanya 1jam setelah transfusi.biasanya menggigil akan menghilang
setelah 15-30 menit, sedangkan demam akan menetap dlm sampai
beberapa jam. Reaksi ini terjadi oleh karena sensitivitas thd sel darah putih,
trombosit atau protein plasma donor. Penangananya : pasien diselimuti dan
bila mungkin berikan air hangat atau obat anti piretik.
b. Reaksi alergi
Reaksi hipersensitivitas dari pasien thd komponen yg tdk diketahui dari
donor darah. Reaksi ini sering terjadi dan dihubungkan dgn kemungkinan
transmisi antibodi dari donor. Klien mengalami urtikaria (biduran)/gatal-
gatal menyeluruh yg ditransfusikan atau transfer pasiv antibodi dari donor
yg bereaksi dgn berbagai antigen yg dipaparkan kpd resipien.
Penatalaksanaan : Transfusi segera dihentikanReaksi ringan dan berespon
thd antihistamin Reaksi berat diberikan epinefrin parenteralReaksi ini
dapat dicegah dgn pemberian anti histamin sebelum transfusi
c. Reaksi hemolitik
Reaksi ini disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah,
inkompatibilitas plasma atau serum dan pemberian cairan non isotonik.
Reaksi yg paling berbahaya, terjadi bila darah donor tdk sesuai dgn
golongan darah resipien, antibodi dlm plasma resipien akan segera
bergabung dgn antigen pada eritrosit donor dan sel tsb sgr mengalami
hemolisis baik dlm sirkulasi maupun dlm sistem retikuloendotelial. Fase
akut ini terjadi dlm 1 jam pertama, kematian dpt terjadi pd hari ke 5 - 14
24
Ditandai dengan : Rasa tidak enak dan gelisah Kesukaran dlm bernafas
Muka menjadi merah (Flusing)Sesak nafas, tekanan darh menurun Mual
dan muntah - muntah. Penatalaksanaan : Hentikan transfusi Berikan
diuretik Jika terdapat anuria kemungkinan besar terjadi gagal ginjal.
d. Transmisi Penyakit menular
Seperti : hepatitis, malaria, sifilis dan AIDS. Setiap calon donor harus
ditanyakan dahulu apakah pasien pernah menderita penyakit tersebut dan
apakah klien pernah atau baru saja datang dari daerah endemis malaria
14).Intervensi keperawatan pada reaksi transfusi
Transfusi set dilepaskan, namun jalur intra vena harus tetap dipertahankan
dgn larutan NS (0,9%).Kantong darah dan selang disimpan.Gejala ditangani sesuai
dengan resep dokter dan tanda vital dipantau terus. Ambil darah pasien untuk
pemeriksaan kadar Hb, kultur dan penentuan ulang golongan darah. Sampel urin
harus segera dikirim kelaboratorium Bank darah diberitahu bahwa telah terjadi
kecurigaan reaksi transfusi Reaksi harus dicatat sesuai dgn kebijaksanaan institusi.

3.Pendidikan kesehatan
Selama di rumah sakit pasien diberi pendidikan kesehatan oleh perawat dan petugas kesehatan
lainnya guna mempersiapkan klien secara mandiri untuk perawatan dirumah atau keluarga yang
merawatnya.Pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan penyakit anemia ini yaitu sebagai
berikut :
a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang terutama yang kaya akan zat besi seperti
daging dan kuning telur atau dapat juga mengkonsumsi sayur-sayuran.
b) Pasien disarankan istirahat dengan cukup dan tidak melakukan pekerjaan yang dapat
membuat tubuh terlalu letih.

BAB IV
25
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang
dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Manjoer, Arief. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI : Media Aeskulatius


Haznan. 1987. Compadium Diagnostic dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Bandung : Ganesa.
Ngastiyah. 2001. Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C.1996. Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses Keperawatan ).
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Bandung.Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta.
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta.
Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta.
Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta
Aru W Sudoyo, Zubairi Djoerban. Transfusi Darah. Dalam Buku Emu Penyakit Dalam II, Ed.
Soeparman. 1991; Hal. 518-523.
Snyder LE. Transfusion practice, Hemostatic disorders, Transfusion reactions. In: Blood
Transfusion Therapy, 1983. pp. 39-74.
http://materi-kuliah-akper.blogspot.com/2010/04/prosedur-penatalaksanaan-transfusi.html
http://www.scribd.com/doc/39451235/Tranfusi-Darah-Up-Date-2010

27

Anda mungkin juga menyukai