PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak,
remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena
perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan
penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia.
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien
anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
c. Antitoksin, berperanan dalam menawarkan racun.
Pada plasma terdapat protein darah yang terdiri dari :
1) Albumin, berperanan dalam tekanan oemosis darah.
2) Globulin, berperanan dalam pembentukan zat anti, terutama gamma globulin.
3) Fibrinogen, berperanan dalam proses pembekuan darah.
Sari-sari makanan yang dapat terlarut :
1. Glukosa
2. Asamamino
3. Asam lemak
4. Gliserin
Dan garam mineral yang terdiri dari :
1. Kation +
: Na , K , Ca
+ 2+
, Mg
2+
- -
2. Anion : CL , HCO3 , PO4
b) Sel-sel darah
1) Eritrosit
Berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter 8 mikro meter.Tidak memiliki nukleus.Sel
darah merah hidup dalam sirkulasi selama 120 hari.Jumlah rata-rata sel darah merah normal pada
laki-laki 5,4 juta /mikroL dan pada wanita kira-kira 4,8 juta / mikroL.Mengandung ± 250 juta
molekul Hb , sejenis protein pengikat dan pembawa O2 yang mengandung besi.
Proses pembentukan eritrosit, yang disebut juga eritropoiesis, terjadi pada sumsum tulang.
Pendewasaan sel berlangsung sekitar 7 hari, dengan masa hidup setelah pelepasan dari sumsum
tulang lebih kurang 120 hari. Berikut gambar dari proses pembentukan eritrosit :
Seiring dengan berjalannya waktu, eritrosit yang sudah tua, akan dihancurkan oleh sistem
retikuloendothelial (hati, limpa, sumsum tulang). Protein yang dihasilkan akan dipecah menjadi
asam amino yang dapat dipergunakan lagi. Sedangkan bagian heme dari Hb dipecah menjadi Fe
3
dan biliverdin, yang nantinya diekskresikan melalui saluran empedu sebagai bilirubin. Proses
lengkapnya bisa dilihat pada gambar berikut ini :
ERITROSIT
2) Leukosit
Normal terdapat 4000 ±11000 sel darah putih per mikroliter darah manusia.Berumur 12 hari.
Bersifat fagositosis yang dapat memakan kuman/bibit penyakit.Dibentuk di sumsum tulang
merah, jaringan reikulo-endotel bagi leukosit granulosit. Sedangkan bagi leukosit agranulosit
dibentuk di kelenjar limfa.
4
Berikut tebel macam-macam dari leukosit :
5
3) Trombosit
Bagian darah yang berukuran terkecil (2-4 µm).Dibuat dalam Megakariosit ( sel raksasa
dalam sumsum tulang).Jumlah : 200.000 ±500.000 sel / mm3.Berfungsi dalam proses pembekuan
darah. Mempunyai paruh waktu kira-kira 7 hari.
B.Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dari
harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12
g/dl dan Ht <37 % pada wanita. (Arif Mansjoer,dkk. 2001)
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm 3 darah
atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
(Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah,
yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar
hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin
dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan
merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan
patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik
dan informasi laboratorium.
C.Klasifikasi
Secara patofisiologi anemia terdiri dari :
1. Penurunan produksi : anemia defisiensi, anemia aplastik.
2. Peningkatan penghancuran : anemia karena perdarahan, anemia hemolitik.
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi besi
Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20
mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar
2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini
umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh
infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak akan menyebabkan anemia
bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
6
1. Diet yang tidak mencukupi
2. Absorpsi yang menurun
3. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5. Hemoglobinuria
6. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with reticuloendothelial
siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan berbagai penyakit infeksi seperti
infeksi ginjal, paru ( abses, empiema, dll ).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B12 akibat faktor intrinsik karena
gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter autoimun maupun faktor
ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun penurunan absorpsi
asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di seluruh saluran cerna. Asam
folat terdapat dalam daging, susu, dan daun – daun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan penurunan
kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
b. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit – sedikit sehingga tidak diketahui pasien.
Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi, perdarahan saluran
cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah ( normal 120 hari ), baik
sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan membran, kelainan
glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi, hipersplenisme, dan luka bakar.
Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin, dll.
7
D. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis
eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam
kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia yaitu
1) Penyakit Kronik (menahun)
2) Tumor ginjal atau kandung kemih
3) Meningkatnya penghancuran sel darah merah
4) Pembesaran limpa
5) Kerusakan mekanik pada sel darah merah
6) Penyakit sel sabit
7) Kekurangan zat besi
8) Kekurangan vitamin B12
9) Kekurangan asam folat
10) Kekurangan vitamin C
Pada anak-anak, anemia terjadi akibat infeksi cacing tambang, malaria, atau pun disentri
yang menyebabkan kekurangan darah yang parah.
Selain kekurangan zat besi, masih ada 2 jenis lagi anemia yang sering terjadi pada anak-
anak:
1. Aplastic anemia terjadi bila sel yang memproduksi butir darah merah (pada sumsum
tulang belakang) tidak berfungsi baik. Hal ini dapat terjadi karena infeksi virus,
radiasi, kemoterapi, atau sebagai dampak dari penggunaan obat tertentu.
2. Haemolytic anemia, yang terjadi ketika sel darah merah hancur secara dini, lebih
cepat dari kemampuan tubuh untuk memperbaruinya. Penyebab haemolytic anemia ini
bermacam-macam, bisa bawaan seperti thalasemia sickle cell anemia. Pada kasus lain,
seperti misalnya reaksi atas infeksi atau obat-obatan tertentu, sel darah merah dirusak
oleh antibodi tubuh.
E. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel
darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapat terjadi akibat
kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak
diketahui. Karena jumlah efektif sel darah merah berkurang, maka lebih lebih sedikit darah yang
dikirimkan ke jaringan. Kehilangan darah yang mendadak (30% atau lebih), seperti pada
perdarahan, menimbulkan simptomatologi sekunder hipovolemia dan hipoksemia. Tanda dan
8
gejala yang sering timbul adalah gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardia, sesak napas,
kolaps sirkulasi yang progresif cepat atau syok. Namun pengurangan hebat massa sel darah
merah dalam waktu beberapa bulan (walaupun pengurangan 50%) memungkinkan mekanisme
kompensasi tubuh untuk menyesuaikan diri, dan biasanya penderita asimtomatik kecuali pada
kerja jasmani berat. Mekanisme kompensasi tubuh bekerja melalui:
Selain satu dari tanda-tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat. Ini
umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan
vasokonstriksi organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan
kedalaman serta distribusi kulit, maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat
diandalkan. Warna kuku dan telapak tangan, dan membran mukosa mulut serta conjuntiva dapat
digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.
Takikardia dan bising jantung (suara yang disebabkan oleh kecepatan aliran darah yang
meningkat) menggambarkan beban kerja dan curah jantung yang meningkat. Angina (sakit
dada), khususnya pada penderita yang tua dengan stenosis koroner, dapat diakibatkan karena
iskemia miokardium.
Dispnea (kesulitan bernafas), nafas pendek, dan cepat lelah waktu melakukan aktivitas
jasmani merupakan manifestasi berkurangnya pengiriman O2. sakit kepala, pusing, kelemahan,
dan tinnitus (telinga berdengung) dapat menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada susunan
saraf pusat.
9
Defek SDM
tumor Hemolisis
toksisitas
P↑ Hb
plasma/hemogl
obinemia
ANEMIA
Angina
Gagal jantung
F. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala umum yang sering dijumpai pada pasien anemia antara lain : pucat, lemah,
cepat lelah, keringat dingin, takikardi, hypotensi, palpitasi. (Barbara C. Long, 1996). Takipnea
(saat latihan fisik), perubahan kulit dan mukosa (pada anemia defisiensi Fe). Anorexia, diare,
ikterik sering dijumpai pada pasien anemia pernisiosa (Arif Mansjoer, 2001)
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh
antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam
perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang
abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan
berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih,
lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain
adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
10
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa
melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung(Sjaifoellah, 1998).
G. Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia
akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi
saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat.
Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat
menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah,
anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah,
1998).
H. Pencegahan
Anemia dapat dicegah dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang dengan asupan
zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Zat besi dapat diperoleh dengan cara
mengonsumsi daging (terutama daging merah) seperti sapi. Zat besi juga dapat ditemukan pada
sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong, serta kacang-
kacangan.
Perlu kita perhatikan bahwa zat besi yang terdapat pada daging lebih mudah diserap tubuh
daripada zat besi pada sayuran atau pada makanan olahan seperti sereal yang diperkuat dengan
zat besi.
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999)
meliputi :
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi
tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
11
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang mengingat ; salah interpretasi informasi ;
tidak mengenal sumber informasi.
BAB III
12
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tn.O. 50 tahun datang ke poliklinik RS.Arifin Achmad Pekanbaru dengan keluhan merasa mudah
oyong dan sering pingsan.Pasien tampak pucat dan terlihat lemah.Dari hasil pemeriksaan tanda-
tanda vital:TD:100/70 mmHg,N:90x/menit,suhu:37,0ºC.Hasil pemeriksaan lab ternyata Hb
pasien 6 mg/dl.Pasien direncanakan untuk dilakukan transfusi PRC.
A. Pengkajian
a.Riwayat kesehatan
1. Identitas klien
Meliputi :nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama
2. Keadaan dan keluhan utama
Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan pengkajian
yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
3. Riwayat penyakit dahulu
-adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
4. Riwayat penyakit keluarga
-Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status
penyakit yang diderita klien saat ini
-adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
-adanya kecendrungan keluarga untuk terjadi anemia
5. Riwayat penyakit sekarang
apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status penyakit yang
dideritanya(anemia)
6. Data sosial,psikologis dan agama
-Keyakinan klien terhadap budaya dan agama yang mempengaruhi kebiasaan klien
dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah
-adanya depresi
7. Data kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
-penurunan masukan diet
-masukan diet rendah protein hewani
-kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat
Aktivitas istirahat
13
-frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
Eliminasi BAK dan BAB
-Frekuensi,warna,konsistensi dan bau
b.Pemeriksaan fisik
1. Sirkulasi
Gejala :
riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat , angina, CHF
(akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infeksi kronis. Palpitasi (takikardia).
Tanda :
TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T;
takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik.Ekstremitas : warna : pucat pada kulit dan membrane
mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat
dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon
terang. Sklera : biru atau putih seperti mutiara. Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke kapiler dan vasokontriksi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia).
Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature.
2.Sistim Nutrisi
Gejala:
-penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
-nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
-mual muntah,dyspepsia,anoreksia
-adanya penurunan berat badan
Tanda:
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat.
Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
Stomatitis dan glositis.
Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
4.Sistim Pernafasan
Gejala:
-napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
-Takipnea,ortopnea, dan dispnea.
5.Sistim Neurosensori
Gejala:
-sakit kepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
-imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
-kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
-sensasi menjadi dingin
Tanda:
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis.
Mental : tak mampu berespon.
Oftalmik : Hemoragis retina.
Gangguan koordinasi.
6.Seksualitas
Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore . Hilang libido (pria dan
wanita). Imppoten.
Tanda : serviks dan dinding vagina pucat
7.Eleminasi
Gejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis,
feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.
Tanda : distensi abdomen.
c.Pemeriksaan penunjang
1.Jumlah darah lengkap pada anemia:
Hb dan Ht menurun.
Jumlah eritrosit : menurun.
Kadar normal darah yaitu :
15
a) Kadar Hb:12-14(wanita),13-16(pria)g/dl
b) Jumlah leukosit:5000-10000/mikroL
c) Jumlah trombosit 150000-400000/mikro L
d) Hematokrit:35-45 %
Cara pemeriksaan darah lengkap yaitu darah diambil dengan spuit sekitar 2 cc dimasukkan
kedalam tabung yang telah berisi antikoagulan kemudian dibawa kelaboratorium.
Yang diperiksa adalah beberapa komponen darah yaitu eritrosit(sel darah merah),leukosit(sel
darah putih),trombosit(keeping darah)Pada lembar hasil darah lengkap yang umum tercatat
adalah kadar hemoglobin,jumlah leukosit,dan hematokrit(perbandingan antara sel darah merah
dan jumlah plasma darah).Kadang juga dicantumkan LED(Laju Endap Darah) dan hitung jenis
leukosit.
2.Pewarnaan SDM : Mendeteksi perubahan warna dan bentuk ( mengidentifikasi tipe anemia).
3.LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi.
LED (Laju Endap Darah ) adalah salah satu pemeriksaan rutin untuk darah.Darah ini
diukur dengan memasukkan darah kita kedalam tabung khusus selama satu jam.Makin banyak
darah yang mengendap maka makin tinggi laju endap darah nya.Tinggi ringannya nilai pada laju
endap darah memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita,terutama saat terjadi radang.
Namun ternyata orang yang anemia, pada para lansia memiliki nilai laju endap darah yang tinggi.
Proses pengendapan darah terjadi dalam 3 tahap yaitu tahap pembentukan rouleaux, tahap
pengendapan dan tahap pemadatan. Di laboratorium cara untuk memerisa laju endap darah yang
sering di pakai adalah cara wintrobe dan cara weestergren. Pada cara wintrobe nilai rujukan untuk
wanita 0-20 mm/jam an untuk pria 0-10 mm/jam sedang pada cara weestergren nilai rjukan
untuk wanita 0-15 mm/jam dan untuk pria 0-10 mm/jam. Pada anemia sel sabit, laju endap darah
tidak cepat karena pada keadaaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi( pembentukan rouleaux
tergantung dari komposisi dari protein plasma).
4.Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe
anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
5.Pemeriksaan Hb elektroforesis : Digunakan untuk mengidentifikasi berbagai abnormal
hemoglobin dalam darah dan mendiagnosa anemia sel sabit, thalassemia, dan bentuk-bentuk lain
dari anemia.
6.Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi
masukan/absorpsi.
7.Masa perdarahan : memanjang (aplastik).
8.Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine
9.Pemeriksaan endoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan
d.Analisa data
16
Data Masalah Keperawatan
DS:Mudah oyong dan sering pingsan Intoleransi aktivitas
DO:Pasien tampak pucat dan terlihat lemah Gangguan perfusi jaringan
Hb:6 mg/dL Resiko tinggi terhadap infeksi
g.WOC
Kekurangan nutrisi(Fe,asam
folat,vit.B12)
P↓ Eritropoiesis
Hb ↓ MK:Resiko tinggi
infeksi
P↓ Viskositas
P↓ Volume vaskular
Tekanan darah ↓
MK:Gg.Perfusi jaringan
MK:Gg.Intoleransi aktifitas
f.Intervensi
1) Dx: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan
granulosit (respons inflamasi tertekan).
17
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk purulen atau eritema, dan demam.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh Rasional : mencegah kontaminasi
pemberi perawatan dan pasien. silang/kolonisasi bacterial.
Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora
normal kulit.
2. Pertahankan teknik aseptic ketat pada Rasional : menurunkan risiko
prosedur/perawatan luka. kolonisasi/infeksi bakteri.
3. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral Rasional : menurunkan risiko kerusakan
dengan cermat. kulit/jaringan dan infeksi.
18
granulosit tertekan.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan.
19
3) Dx :Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, Rasional : memberikan informasi
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menetukan
kebutuhan intervensi.
20
7. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport
oksigen ke jaringan.
g.Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a) Pemberian obat berdasarkan tipe anemia yaitu:
1) Anemia defisiensi besi
Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan
Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan
transfusi darah.
b.)Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat anemia misalnya: malaria dan
penyakit TBC.
c.)Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet Tambah Darah
(TTD).
Tablet Tambah Darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg
Ferro Sulfat atau 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
2.Nonfarmakologi
a) Makan diet seimbang yang mengandung biji – bijian seperti kacang kedelai dan kacang
hijau yang mengandung vitamin, zat besi dan asam folat membantu pembentukan sel
darah merah. pilihan lain makanan yang banyak mengandung zat besi adalah sereal,
daging merah, kuning telur, sayuran berdaun hijau, sayuran kuning dan buah-buahan,
kulit kentang,tomat, molasses, dan kismis.
b) Tidak mengkonsumsi teh,karena dapat menghambat pembentukan zat besi.
c) Istirahat yang cukup serta tidak melakukan pekerjaan/kegiatan yang dapat membuat
tubuh letih.
21
Deman disebabkan antibodi lekosit, antibodi trombosit dan senyawa pirogen.Pencegahan
tranfusi sedikit lekosit, penggunaan mikrofiltrasi, prednisolon 50 mg atau kortison 50 mg atau
aspirin.
2) Reaksi alergi
Insiden 1 : 20.000 transfusi.Manajemen syok anafilaktik.Interaksi antara IgA pada darah.
Donor dengan IgA pada darah resipien.
3) Reaksi Hemolitik
Destruksi sel darah merah karena darah tidak kompatibel.Inkompabilitas sistem darah ABO.
4) Penularan penyakit
HIV,Hepatitis B dan C,sipilis,Semua penyakit yang penularannya kontak cairan darah.
5) Kontaminasi
Penyebab :Y. enterocolitica, S. aureus, K. Pneumonia, S. epidermidis
Resiko :sepsis
6) Cedera Paru Akut
Acute Lung Edema
Terapi :ICU untuk dilakukan diuresis
Indikasi Tranfusi :
a. Hb < 8 gr/dl untuk penyakit acute
b. Hb < 10 gr/dl untuk penyakit kronik
3.Pendidikan kesehatan
Selama di rumah sakit pasien diberi pendidikan kesehatan oleh perawat dan petugas kesehatan
lainnya guna mempersiapkan klien secara mandiri untuk perawatan dirumah atau keluarga yang
merawatnya.Pendidikan kesehatan yang berhubungan dengan penyakit anemia ini yaitu sebagai
berikut :
a) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang terutama yang kaya akan zat besi seperti
daging dan kuning telur atau dapat juga mengkonsumsi sayur-sayuran.
b) Pasien disarankan istirahat dengan cukup dan tidak melakukan pekerjaan yang dapat
membuat tubuh terlalu letih.
BAB IV
25
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda dan
gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang
dengan pemeriksaan laboratorium yakni adanya penurunan kadar Hb.
B. Saran
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda – tanda anemia dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
26
DAFTAR PUSTAKA
27