Hoax Pemecah Persatuan Bangsa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

HOAX PEMECAH PERSATUAN BANGSA

Disusun oleh :
Dewi Pusparini
32318410

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
UNIVERSITAS KHATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
2019
HOAX PEMECAH PERSATUAN BANGSA

ABSTRAK

Dewasa ini kemajuan teknologi telekomunikasi semakin pesat. Merambahnya internet di


kalangan masyarakat dari mulai anak-anak hingga dewasa dirasakan mengubah gaya hidup
mereka. Internet juga tidak hanya dikenal orang-orang kantoran saja, bahkan para petani,
pedagang sekarang sudah mulai menggunakan internet. Siapapun orangnya tidak melihat usia,
pekerjaan dan kedudukan bebas menggunakan internet dengan media-media sosial yang
sekarang banyak macamnya. Namun kebebasan dalam menggunakan internet akhir-akhir ini
sering disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Apalagi pada moment
menjelang Pemilu 2019. Banyak hoax disebarkan yang bertujuan untuk menjatuhkan lawan
politiknya. Penyebaran hoax menciptakan permusuhan. Penyebaran hoax hanya akan
memecahkan persatuan Indonesia. Pemerintah dan Kemenkominfo akan menindak para pelaku
hoax dengan UU ITE No.11 Tahun 2008 Pasal 28. Pemerintah juga menghimbau untuk generasi
muda juga harus memerangi penyebaran berita hoax dengan lebih cerdas dalam bersosial media.
PERMASALAHAN

Indonesia saat ini merupakan negara yang sedang pesat perkembangannya. Perkembangan
Indoneisa dapat dilihat dari perkembangan di bidang perekonomian, pendidikan, sosial politi dan
telekomunikasinya. Pertelekomunikasian di Indonesia termasuk yang paling cepat mengikuti
perkembangan sistem telekomunikasi di negara-negara maju lainnya. Komunikasi sudah semakin
mudah dilakukan didukung alat-alat telekomunikasi yang canggih. Jelas ini sangat berperan
penting dalam pembangunan Indonesia. Akan tetapi kecanggihan telekomunikasi atau internet
ibarat dua sisi mata pisau, ada dampak yang baik dan juga ada dampak yang merugikan untuk
penggunanya.

Banyak dampak akibat internet seperti cyber bully, berdampak juga pada anak-anak bahkan
sebagian anak menjadi korban peculikan akibat media sosial. Selain itu akhir-akhir ini ada
dampak internet yang sangat berpengaruh di seluruh masyarakat bahkan seluruh Indonesia yaitu
berita hoax. Dewasa ini pemerintah sedang direpotkan dengan berita hoax atau berita bohong
yang penyebarannya bisa melalui internet, media sosial dan media cetak, kita semua sudah
banyak merasakannya dampaknya.

Negara Indonesia merupakan negara yang demokratis yaitu negara yang menganut sistem
pemerintahan dengan mewujudkan kedaulatan rakyat ( kekuasaan atau kedaulatan berada di
tangan warga negaranya) yang dijalankan oleh pemerintah yang menjalankan hak dan
wewenangnya atas nama rakyat Indonesia. Demokrasi erat kaitannya dengan hak asasi, di sini
hak asasi manusia yaitu hak asasi warga negara sangat dilindungi oleh negara Indonesia. Begitu
juga hak asasi dalam mengutarakan pendapat. Siapapun orangnya, jabatannya, latar belakang
pendidikannya sangat bebas mengutarakan pendapat di manapun tempatnya, di lingkungan
bahkan di media sosial.

Dari sini lah muncul banyak pendapat-pendapat yang terkadang tidak bisa diminta
pertanggungjawabannya. Banyak bermunculan berita hoax baik di lingkungan masyarakat kecil
dari tingkat perdesaan sampai perkotaan bahkan sekarang sudah merambah ke lingkungan
negara. Di era digital seperti sekarang ini hoax menjadi suatu momok yang mengerikan baik bagi
masyarakat maupun bagi bangsa Indonesia.
Hoax diklasifikasikan menjadi 2 sistem yaitu:

1. Klasifikasi umum
Yaitu klasifikasi yang bersifat sederhana yaitu hanya “BENAR” atau “HOAX”.
Hoax adalah istilah yang mencakup semua variasi dari “berita bohong”.
2. Klasifikasi akademis
Mengadopsi 7 klasifikasi hoax versi FirstDraft :
o Satir / parodi : tidak ada niat jahat, namun bisa mengecoh
o False connection : judul berbeda dengan isi
o False context : konten disajikan dengan narasi konteks yang salah
o Misleading content : konten dipelintir untuk menjelekkan
o Imposter content : tokoh publik dicatut namanya
o Manipulated content : konten yang sudah ada diubah untuk mengecoh
o Fabricated content : 100% konten palsu (Metode klasifikasi hoax-MAFINDO)

Dalam menghadapi menyebarnya hoax ini pemerintah Indonesia langsung bergerak cepat untuk
menghindari penyebaran hoax-hoax yang semakin meresahkan dan berdampak buruk terhadap
masyarakat Indonesia dan berjalannya sistem pemerintahan Indonesia. Pemerintah menggandeng
Kemenkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informasi) untuk menertibkan situs dan akun
media sosial yang beresiko menyebarkan berita-berita bohong. Selain itu pemerintah juga
menggunakan dasar hukum UU ITE No.11 Tahun 2008 pasal 28 untuk menjerat para pelaku
penyebar berita hoax.

Dampak penyebaran hoax jelas meresahkan masyarakat apalagi di musim pemilu seperti yang
terjadi belakangan ini. Di saat para politisi banyak mengumbar-umbar janji saat kampanye, berita
hoax terus bermunculan. Saling menjatuhkan merupakan hal biasa. Dan masyarakat banyak yang
tidak mengetahui mana yang berita benar mana yang berita bohong atau hoax. Terjadi keragu-
raguan dalam masyarakat untuk lebih condong ke salah satunya. Bahkan banyak yang lebih
memilih untuk golput pada saat pemilu.

Korban hoax sekarang ini tidak hanya kalangan orang dewasa saja. Pemakai internet dewasa ini
malah lebih banyak kalangan anak-anak. Sehingga perlu diwaspadai juga hoax bisa
mempengaruhi pola pikir anak-anak. Padahal anak-anak masih sangat polos seharusnya tidak
diracuni berita-berita yang belum tentu kebenerannya. Bahkan kemarin terjadi demo-demo di
ibukota anggotanya banyak yang masih di bawah umur. Ini yang membuat Indonesia semakin
resah karena anak-anak muda yang kita harapkan bisa meneruskan perjuangan untuk memajukan
Indonesia malah termakan oleh berita-berita hoax.

Mengapa penyebaran hoax cukup cepat? Karena yang terjadi selama ini apabila ada berita yang
belum tentu kebenarannya, orang langsung saja menggunakan media sosial yang dimiliki untuk
membagikannya ke rekan-rekan yang lainnya. Bisa melalui whatsapp, instagram, facebook dan
lain sebagainya yang rata-rata sekarang sudah dimiliki oleh semua orang. Berawal dari keinginan
agar terlihat mengikuti perkembangan jaman, agar terlihat berwawasan luas, orang seenaknya
share berita-berita yang belum jelas kebenaran sumber dan beritanya itu sendiri. Kecepatan
akses yang diberikan oleh internet menjadi sumber informasi utama bagi masyarakat.

Hoax bisa berada di lingkungan bisnis yang awalnya hanya sekedar guyonan hingga bisnis yang
bernilai ratusan juta. Bahkan sekarang merambah ke dunia politik. Hoax jelas melanggar norma-
norma etika yang seharusnya dimiliki dalam berpolitik. Hoax mengakibatkan perpecahan,
permusuhan, pertikaian, pengambilan keputusan tanpa dalil kebenaran dan tentunya pebodohan.
Ini sebabnya politik di Indonesia dianggap kotor.

“Pembenaran terhadap prinsip POLITIK ITU KOTOR berasal dari paham pemikiran
yang memisahkan antara moral dan politik. Moral merupakan lapangan pertimbangan
dosa dan tidak dosa. Sedangkan politik adalah lapangan kekuasaan melulu. Dalam
mengejar dan membela kekuasaan, pertimbangan dosa atau tidak dosa disisihkan.”
(DR. Agustinus W Dewantara, S.S., M.HUM, Filsafat Moral, Hal.70)

Dari bulan Agustus 2018 banyak laporan isu hoax yang diterima oleh Kominfo. Laporan
terbanyak terdapat pada bulan Desember 2018. Laporan ini sehubungan dengan menjelang
Pemilu 2019. Isu-isu hoax tersebut gencar beredar di kalangan masyarakat umum. Contoh isu
hoax seperti pernyataan Sandiaga tidak yakin Indonesia raih juara di Asian Games 2018. Isu ini
pasti menyakiti perasaan para atlet Indonesia, bahkan bisa menurunkan semangat tanding
mereka. Hoax tidak hanya menyerang para petinggi di Indonesia tetapi ada juga yang menyerang
publik figure seperti isu hoax Dian Sastro dengan tagar ganti presiden. Jelas selain merugikan
bagi pemerintah juga merugikan bagi Dian Sastro karena pencemaran nama baik.
Isu hoax tidak hanya melalui media televisi saja bahkan banyak melalui media telekomunikasi
seperti SMS. Adanya isu broadcasting SMS/pesan WA Jokowi membagikan pulsa gratis. Pasti
masyarakat banyak yang terkecoh dengan isu tersebut. Apalagi menjelang pemilu 2019 banyak
isu-isu hoax mengenai pemilu dan KPU. Dikatakan juga isu pendatang Cina diberi arahan KPU
untuk mencoblos di TPS, simulasi orang gila dibawa ke TPU. Ini disebarkan untuk mengacaukan
persiapan pemilu 2019. Sehingga banyak warga yang ragu bahkan ikut menghujat KPU. Dari
sini perpecahan terus saja diserukan oleh pelaku-pelaku hoax.

Selain melanggar UU ITE menyebarkan berita hoax merupakan tindakan manusia yang
melanggar nilai-nilai etika manusia. Pelaku penyebaran berita bohong atau hoax mempunyai ciri
orang yang berhati nurani sesat. Dimana dikelompokkan pada sifat kesesatannya vincible (bisa
diatasi) dan culpable (bisa dipersalahkan), tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan,
buruk/jahatnya ada pada pelaku (DR. Agustinus W Dewantara, S.S., M.HUM, Filsafat Moral,
Hal.19). Di sini pelaku mengetahui bahwa tindakan menyebarkan berita bohong atau hoax adalah
perbuatan yang salah akan tetapi demi mencapai tujuan yang diinginkan baik untuk dirinya
sendiri maupun golongan, pelaku rela melakukan apapun meskipun banyak resiko yang akan dia
terima nantinya.

Pelaku penyebar berita bohong atau hoax sebagian mungkin dari orang-orang yang berhati
nurani bimbang. Pelaku tidak mengetahui dengan pasti tindakan yang dilakukan benar atau tidak,
boleh atau tidak. Bisa saja pelaku hanya menjalankan perintah saja untuk mempertahankan posisi
dalam suatu pekerjaan. Seperti halnya dalam dunia politik, banyak anggota-anggota parlement
atau politisi partai dengan begitu mudahnya menyebarkan berita bohong atau hoax untuk
melengserkan lawan politiknya. Pelaku tidak bisa melakukan pengambilan keputusan atas
perbuatan yang melanggar hukum ini.

Oleh karena semakin buruk dampak hoax maka millennials haruslah berkontribusi dalam
mencegah berita-berita hoax menyebar. Banyak cara yang bisa kita lakukan seperti :

a) Mengembangkan rasa penasaran, tidak langsung menyebarkan suatu berita tanpa


mengetahui kebenarannya.
b) Berhati-hati dengan judul yang provokatif
c) Cari tahu keaslian alamat situs laman
d) Perhatikan keaslian foto
e) Memeriksa keaslian berita dengan mencari tahu asal sumbernya
f) Ikut serta dalam grup diskusi antihoax di media sosial
g) Segera adukan kepada Kementrian Komunikasi dan Informatika apabila menemukan
berita hoax.

Sebagai manusia yang berpendidikan, beragama dan bermoral kita harus bisa menyikapi masalah
penyebaran hoax ini. Dalam kodrat sebagai manusia kita diberi akal dan hati nurani untuk
membedakan mana yang benar dan salah. Hati nurani tidak melulu hanya benar dan salah saja
tetapi menunjuk kepada relasi dengan Allah. Dalam setiap hidup manusia harus mempunyai
kesadaran diri yang akan membimbing mereka dalam perbuatan yang positif. Sesuai prinsip
refleksi hati nurani yang benar Recta rasio yaitu menggunakan akal budi secara sehat dan jernih.
Hal ini bisa dengan bantuan ilmu pengetahuan, buku-buku, hasil studi dan lain sebagainya.

Selain itu kita juga harus mempertimbangkan segala bentuk perbuatan kita haruslah kita
mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi kita sendiri (Bonum
communae bono privato praeferri debet). Sedangkan hoax berbeda tujuannya, pelaku hoax tidak
melihat kepentingan masyarakat Indonesia seluruhnya. Pelaku hoax hanya mementingkan
kepentingan pribadi atau golongan yang dipihaknya demi tercapai tujuan kebahagian yang
melenceng. Kebahagian yang semata-mata demi materi dan kedudukan saja. Bukan kebahagiaan
yang dalam pencapaian tujuan hidup manusia yang sebenarnya. Kebahagian yang sejati adalah
kebaikan tertinggi seorang manusia dimana kesempurnaan dapat dicapai, yaitu merasakan
adanya Tuhan. Dengan merasakan adanya Tuhan manusia sudah tidak membutuhkan apa-apa
lagi. Semua kebutuhan akan terpenuhi dengan sendirinya apabila kita bersyukur, menyerahkan
seluruh hidup kepada Tuhan dan melakukan semua kegiatan di jalan Tuhan.

Begitu juga sebagai masyarakat Indonesia, tujuan kebahagiaan kita sebagai masyarakat adalah
tercapainya persatuan dan kesatuan Indonesia. Sedangkan adanya hoax bisa memecah persatuan
Indonesia. Oleh sebab itu kita sebagai manusia, pemuda penerus bangsa yang mempunyai
pengetahuan tentang ilmu etika dan moral harus cermat dalam menanggapi berita-berita yang
beredar di media sosial apapun. Berani mengambil sikap terhadap berita-berita yang kita sendiri
belum tahu kebenarannya. Sebagai pemuda penerus bangsa harus bisa membantu pemerintah
Indonesia dalam mengahadapi, mencegah banyaknya berita hoax seperti sekarang ini terjadi.
Apabila terjun di dunia politik maka sebagai penerus bangsa wajib berpolitik dengan etika.
Politik adalah lapangan kehidupan yang menyentuh hampir secara menyeluruh hubungan antar
manusia, lahir dari pengalaman akal sehat dan memiliki keterarahan yang selaras dengan tujuan
kodrat manusia. Sedangkan etika menurut Aristoteles merupakan aktivitas untuk mengejar
beberapa kebaikan oleh sebab itu politik harus sejalan dengan etika demi terwujudnya kebaikan
bagi bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Yudha, 2019. Cara Efektif Mencegah Berita Hoax Tersebar

https://www.idntimes.com/science/discovery/viktor-yudha/cara-efektif-mencegah-berita-
hoax-tersebar/full

Mafindo, Metode Klasifikasi Hoax

https://www.mafindo.or.id/about/metode-klasifikasi-hoax/

Dewantara, A. (2017). Filsafat Moral (Pergumulan Etis Keseharian Hidup Manusia).

Dewantara, W. A. (2017). filsafat Moral. Daerah Istimewa Yogyakarta: penerbit PT Kanisius.


ISSBN, 978-979.

Anda mungkin juga menyukai