Anda di halaman 1dari 11

TUGAS HYSYS UNTUK APLIKASI DALAM

PROSES INDUSTRI KIMIA


Studi Kasus: Pemurnian Asam Kaproat dari Produk Samping Fraksinasi
Asam Lemak
Oleh: Millen Halim (180405081) dan May Sarah Tampubolon (180405020)
Departemen Teknik Kimia FT-USU

1. Pendahuluan
Asam kaproat berasal dari kata Latin caper , pertama kali diisolasi dari mentega oleh
Chevreul M.E. pada tahun 1816. Asam kaproat merupakan asam lemak jenuh (tidak memiliki
ikatan rangkap sehingga disingkat ikatan 6:0) dan merupakan anggota sub-kelompok asam
lemak rantai pendek (SCFA) hingga 6 atom karbon.

Sifat Fisika dari Asam Kaproat adalah sebagai berikut :


Berat molekul : 116.15828 g/mol
Rumus molekul : C6H12O2
Nama IUPAC : hexanoid acid
Struktur kimia :

Gambar 1. Struktur kimia Asam Kaproat


Dalam bentuk murni Asam Kaproat memiliki bentuk cairan berminyak dan tidak
berwarna, dengan titik leleh pada -3 °C (26,6 °F; 270,15 K) dan titik didih pada 205,8 °C
(402,44 °F; 478,95 K) pada 760 mmHg.

Sumber : PubChem 8892

Asam kaproat sebagai asam lemak berantai pendek memiliki keunggulan dalam
membentuk senyawa ester yang berguna dalam dunia kosmetik dan kecantikan. Asam
kaproat sendiri dapat dijumpai di alam terutama dalam minyak nabati dalam bentuk ikatan
trigliserida atau asam lemak bebas. Namun jumlah asam kaproat yang minim ini menjadikan
asam kaproat kurang mendapat perhatian dan biasanya dijual dalam kondisi yang tidak
murni/ produk samping bersama impuritis lain.

2. Deskripsi Proses
Kolom distilasi merupakan unit utama dalam pemurnian asam kaproat seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Sebelumnya, asam lemak yang diproduksi dari kolom splitting
dijadikan umpan dalam kolom distilasi pertama untuk menghasilkan produk asam lemak
berantai pendek. Produk terdiri dari Asam Kaproat-Kaprilat sebagai produk samping, Asam
Kaprilat-Kaprat sebagai produk utama, dan Asam lemak berantai panjang untuk difraksinasi
lebih lanjut. Asam Kaproat-Kaprilat sebagai umpan dalam proses ini memiliki kapasitas
produksi relatif rendah sehingga produk diakumulasi dalam tangki sementara sebelum
kemudian didistilasi.Umpan yang terakumulasi selama 7 hari dalam tangki penyimpanan
diproses sebanyak 416,7kg/jamselama 24 jam untuk memproduksi 1,67 Metrik ton asam
kaproat dalam 24 jam. Dengan demikian, total kapasitas produksi asam kaproat dapat
mencapai 550 Metrik ton/tahun.

Umpan masuk dialirkan menggunakan pompa (P-201), kemudian dipanaskan


menggunakan heater (E-201). Selanjutnya umpan dialirkan menuju kolom distilasi (T-201).
Dalam kolom distilasi (T-201), Senyawa volatil penyebab impuritis yang diasumsikan
merupakan asam butanoat dikeluarkan melalui puncak kolom (distillate), produk asam
kaproat dikeluarkan melalui sisi kolom (side), dan residu asam kaprilat dikeluarkan melalui
dasar kolom (bottoms).

7 8

E-202
Distilat
4

9 10
T-201
E-203
Asam Kaproat 99%
2 3
5
1
E-201
Asam Kaproat-Kaprilat P-201
6 12
E-204
11 Residu Asam Kaprilat

P-202 P-203 P-204

Gambar 1. Flow Diagram Pemurnian Asam Kaproat

2.1. Detail Proses


- Aliran Umpan
Aliran 1 : Asam Kaproat-Kaprilat dari tangki penyimpanan 1 atm dan 50oC,
mengandung impuritis dengan asumsi impuritis ringan sebagai Asam
Buatanoat dan impuritis berat sebagai Asam Kaprat.

- Aliran Produk Samping


Aliran 12 : Residu Asam Kaprilat mengandung impuritis Asam Kaprat, namun
konsentrasi Asam Kaprat dapat diabaikan karena jumlah yang sangat
kecil.

- Aliran Produk
Aliran 10 : Produk Asam Kaproat dengan kapasitas 550 Metrik ton/tahun,
diasumsikan murni.

- Aliran Limbah
Aliran 8 : Limbah fraksi ringan berasal dari impuritis ringan yaitu asam butanoat.

2.2. Peralatan
- Pompa (P-201)
Pompa ini berfungsi menambah tekanan feed menjadi 450 kPa
- Heater (E-201)
Alat ini merupakan alat pemanas umpan dengan menggunakan Thermal Oil Heater
(TOH) sebagai zat pemanas. Suhu umpan dinaikan hingga 200oC. Pressure drop
sebesar 50 kPa terjadi pada heater ini.

- Kolom Distilasi (T-201)


Kolom distilasi ini berfungsi untuk memisahkan asam kaproat dan asam kaprilat
untuk memperoleh asam kaproat dengan konsentrasi 99%. Umpan memasuki kolom
akan terekspansi dalam kondisi vakum 5 kPa dengan tekanan dasar kolom 7 kPa,
terjadi perbedaan tekanan karena pressure drop oleh isian dalam kolom.

- Pompa (P-202)
Pompa ini berfungsi meningkatkan tekanan aliran produkmenjadi 151,3 kPa.

- Pompa (P-203)
Pompa ini berfungsi meningkatkan tekanan aliran distilat menjadi 151,3 kPa.

- Pompa (P-204)
Pompa ini berfungsi meningkatkan tekanan aliran residu menjadi 151,3 kPa.

- Cooler (E-202)
Alat ini merupakan alat pendingin aliran distilat menjadi 40oC sebelum kemudian
dilakukan waste treatment. Proses pendinginan menggunakan air pendingin bersuhu
25oC. Alat ini menghasilkan pressure drop sebesar 50 kPa.

- Cooler (E-203)
Alat ini merupakan alat pendingin aliran produk menjadi 40oC sebelum kemudian
disimpan dalam tangki penyimpanan. Proses pendinginan menggunakan air
pendingin bersuhu 25oC. Alat ini menghasilkan pressure drop sebesar 50 kPa.

- Cooler (E-204)
Alat ini merupakan alat pendingin aliran residu menjadi 40oC sebelum kemudian
disimpan dalam tangki penyimpanan. Proses pendinginan menggunakan air
pendingin bersuhu 25oC. Alat ini menghasilkan pressure drop sebesar 50 kPa.

3. Simulasi Proses Menggunakan Hysys


Pengerjaan simulasi diawali dengan memasukkan semua komponen yang terlibat yaitu:
Asam Butanoat (C4H8O2), Asam Kaproat (C6H12O2), Asam Kaprilat (C8H16O2), dan
Asam Kaprat (C10H20O2). Kemudian dipilih persamaan NRTL sebagai Fluid Package,
kemudian pada kolom distilasi kemurnian produk ditetapkan sebesar 99% dan nilai rasio
refluks digunakan = 56. Flow diagram simulasi Hysys Pemurnian Asam Kaproat
diperlihatkan pada Gambar 2. Sedangkan neraca massa, komposisi dan aliran energi masing-
masing diperlihatkan pada Tabel 2,3, dan 4.
Gambar 2. Flow Diagram Simulasi Hysys

Tabel 2. Neraca Massa

Tabel 3. Komposisi
Tabel 4. Aliran Energi

4. Modifikasi Proses
Pada pemurnian asam kaproat dengan proses distilasi, proses yang berlangsung seperti
pada Gambar 1 belum optimal disebabkan karena kurangnya pemanfaatan energi. Pada
Gambar 1 terlihat bahwa terdapat aliran yang membutuhkan energi panas sedangkan juga
terdapat aliran yang melepaskan energi panas. Hubungan ini dapat saling melengkapi dengan
memindahkan panas yang dilepas ke aliran yang membutuhkan panas. Aliran 2 merupakan
aliran yang membutuhkan panas, aliran 7,9 dan 11 merupakan aliran yang melepas panas.
Panas yang dilepas dapat digunakan untuk memanaskan aliran 2 dengan menambahkan atau
mengalirkan melalui heat exchanger.

Aliran 3 memerlukan panas untuk menaikan temperatur dari 50oC menjadi 200oC,
aliran 7 melepaskan panas untuk menurunkan temperatur dari 87,28oC menjadi 40oC, aliran 9
melepaskan panas untuk menurunkan temperatur dari 125,9oC menjadi 40oC, dan aliran 11
melepaskan panas untuk menurunkan temperatur dari 159,8oC menjadi 40oC. Berdasarkan
analisa temperatur, panas pada aliran 9 dan aliran 11 merupakan aliran yang paling
dimungkinkan untuk memanaskan aliran 2.

Namun, selain analisa temperatur, jumlah panas yang dilepas juga bergantung pada laju
alir yang digunakan. Aliran 9 memiliki laju alir 343,2 kg/jam sedangkan aliran 11 hanya
memiliki laju alir sebesar 44,67 kg/jam. Hal ini memberikan kesimpulan bahwa panas yang
memungkinkan untuk digunakan dalam memanaskan aliran 2 adalah aliran 9. Skema
pemanasan dan pendinginan pada proses pemurnian asam kaproat diperlihatkan pada Gambar
3.

TOH in Water in

Aliran 2 E-201 Aliran 3 Aliran 9 E-203 Aliran 10


T=50oC (Heater) T=200oC T=125,9oC (Cooler) T=200oC

TOH out Water out

Gambar 3. Skema Pemanasan dan Pendinginan pada Proses Pemurnian Asam Kaproat

Modifikasi pada Gambar 1 dilakukan dengan memanfaatkan aliran 9 dalam


memanaskan aliran 2 melalui penggunaan heat exchanger. Dengan demikian, penggunaan
utilitas dapat diminimalisir dan memberikan penghematan biaya operasi.
Aliran 9
T=125,9oC

Aliran 2 Heat Aliran 3


T=50oC Exchanger T=200oC

Aliran 10
T=40oC

Gambar 4. Skema Rancangan Sistem Heat Exchanger


Bila aliran 3 dipanaskan menggunakan aliran 9 melalui heat exchanger, maka pada
rancangan dapat ditunjukkan seperti pada Gambar 4. Namun, dalam pertukaran panas, aliran
fluida dingin tidak dapat dipanaskan melebihi temperatur fluida panas dan sebaliknya aliran
fluida dingin tidak dapat didinginkan dibawah temperatur fluida dingin. Oleh karena itu,
skema rancangan memerlukan heater dan cooler seperti pada Gambar 5.

Aliran 9
TOH in
T=125,9oC

Aliran 2 Heat E-201 Aliran 3


Aliran 2'
T=50oC Exchanger (Heater) T=200oC

TOH out

Aliran 9'

E-203
Water in Water out
(Cooler)

Aliran 10
T=200oC

Gambar 5. Rancangan Sistem Pemanfaatan Energi Panas Melalui Heat Exchanger


Gambar 6. Simulasi Penggunaan Heat Exchanger

Simulasi Hysys
Simulasi Hysys dilakukan menggunakan pallete heat exchanger. Penambahan aliran 2’
dan aliran 9’ sebagai aliran intermediet antara heat exchanger (E-205) dengan heater (E-201)
dan cooler (E-203). Skema penambahan heat exchanger ditunjukkan pada Gambar 6 dan data
transfer panas ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Aliran Material pada Sistem Heat Exchanger

Dapat dilihat bahwa melalui heat exchanger (E-205), aliran 2 menjadi 113,9oC dan
aliran 9 menjadi 50,25oC. Namun dalam perhitungan ekonominya, heat exchanger yang
digunakan untuk mendapatkan recovery yang maksimal akan meningkatkan luas area heat
exchanger yang menyebabkan kenaikan harga alat. Menurut literatur, pinch point biasanya
sebesar 10-20oC untuk mendapatkan nilai penghematan yang maksimum. Tabel 6
menunjukkan tabel aliran material pada sistem heat exchanger dengan perbedaan temperatur
outlet aliran panas dan inlet aliran dingin sebesar 10oC. Setelah pemanfaatan energi selesai,
aliran diteruskan ke sistem utama seperti pada Gambar 7, sedangkan neraca massa, komposisi
dan aliran energi ditunjukkan pada Tabel 7, 8, dan 9.
Tabel 6. Aliran Material pada Sistem Heat Exchanger

Gambar 7. Flow Diagram Simulasi Hysys Setelah Modifikasi

Tabel 7. Neraca Massa


Tabel 8. Komposisi

Tabel 9. Aliran Energi

Perbandingan Dampak Modifikasi

Beberapa keuntungan yang akan diperoleh akibat modifikasi proses ini yakni :
1. Jumlah kebutuhan Thermal Oil Heater dapat dikurangi, dimana proses sebelum
modifikasi membutuhkan sebesar 1767 kg TOH/jam sedangkan pada sistem yang
sudah dimodifikasi membutuhkan sebesar 1149 kg TOH/jam (Tabel 11), sehingga
terjadi pengurangan TOH sebesar 618 kg TOH/jam. Bila diasumsikan biaya
pengadaan TOH sebesar Rp4,5675/kg TOH, maka diperoleh penghematan sebesar
Rp 24.388.257,-/tahun

Tabel 10. Jumlah Kebutuhan Thermal Oil Heater Sebelum Modifikasi

Tabel 11. Jumlah Kebutuhan Thermal Oil Heater Setelah Modifikasi

2. Jumlah kebutuhan Cooling Water dapat dikurangi, dimana proses sebelum


modifikasi membutuhkan sebesar 154,9 kg water/jam pada E-202, 3.434 kg
water/jam pada E-203, dan 569,2 kg water/jam pada E-204 (Tabel 12 ) sedangkan
pada sistem yang sudah dimodifikasi membutuhkan sebesar 154,9 kg water/jam
pada E-202, 774,7 kg water/jam pada E-203, dan 569,2 kg water/jam pada E-204
(Tabel 13),sehingga terjadi pengurangan Cooling Water sebesar 2.659,3 kg
water/jam. Bila diasumsikan biaya pengadaan Cooling Water sebesar Rp0,0645/kg
water, maka diperoleh penghematan sebesar Rp 1.481.974,-/tahun

Tabel 12. Jumlah Kebutuhan Cooling Water Sebelum Modifikasi

Tabel 13. Jumlah Kebutuhan Cooling Water Setelah Modifikasi

Tabel 14. Rekapitulasi Perbandingan Sebelum dan Sesudah Modifikasi Proses


Item Sebelum Modifikasi Setelah Modifikasi
1. Unit Cooler Ada Ada
2. Unit Heater Ada Ada
3. Unit Heat Exchanger - Ada
4. Kebutuhan air pendingin 4.158,1 kg/jam 1.498,8 kg/jam
5. Biaya air pendingin Rp 2.317.226,-/tahun Rp 835.251,-/tahun
6. Kebutuhan TOH 1.767 kg/jam 1.149 kg/jam
7. Biaya TOH Rp 69.731.474,-/tahun Rp 45.343.216,-/tahun

5. Kesimpulan
1. Aplikasi Software Aspen Hysys merupakan salah satu tools atau alat yang
sangat diandalkan oleh para insinyur/mahasiswa Teknik Kimia untuk
melakukan simulasi proses misalnya proses industri kimia.
2. Berdasarkan hasil simulasi awal pada proses pemurnian asam kaproat yang
merupakan produk samping proses fraksinasi asam lemak dapat dilihat bahwa
penggunaan energi belum optimal sehingga diperlukan suatu modifikasi.
3. Berdasarkan hasil modifikasi dapat dilihat bahwa ada beberapa manfaat yang
bisa diambil jika diaplikasikan, misalnya : biaya untuk pemakaian air pendingin
(cooling water) dan Thermal Oil Heater (TOH) dari unit utilitas bisa dikurangi
yaitu dengan cara menambah satu unit heat exchanger diantara unit cooler dan
unit heater tentunya hal ini akan menghemat biaya operasional atau biaya
investasi pabrik.
DAFTAR PUSTAKA
Akoh C.C. and Min D.B. “Food lipids: chemistry, nutrition, and biotechnology” 3th ed. 2008.
Chow Ching K. “Fatty acids in foods and their health implication” 3th ed. 2008.
National Center for Biotechnology Information (2021). PubChem Compound Summary for
ID 8892, Hexanoic acid. Retrieved December 22, 2021 from
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Hexanoic-acid.

Anda mungkin juga menyukai