Anda di halaman 1dari 2

Menakar Nilai Cinta Fanatisme Habib Bahar Bin Smith

Suatu hari saya membaca portal berita online Kumparan yang berisikan informasi tentang
pertengkaran Habib Bahar Bin Smith dengan Ryan Jombang di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa
Barat. Saya pun teringat dengan rentetan kasus kekerasan yang dilakukan oleh Habib Bahar Bin
Smith hingga membawanya keluar masuk sel tahanan sejak tahun 2010. Dengan pikir panjang segala
bentuk resiko yang akan saya terima saya pun akhirnya meng-share pemberitaan tersebut dengan
membuat caption “Habib itu seharusnya menjadi teladan yang menaungi, bukan ancaman yang
menggerogoti”.

Satu jam setelahnya barulah saya mendapatkan serangan – serangan negatif dari para
pendukungnya yang notabene adalah sesama warga kampung sendiri. Diantara komentar yang saya
terima adalah bahwa “Habib itu adalah dzuriyat Nabi, kita wajib memuliakannya”, ada lagi yang
berkomentar “Kita wajib memulikannya meskipun dia salah”, ada pula yang mengganggap bahwa
pemberitaan di media itu tidak ada yang bisa dipercaya, semuanya bohong dan penuh fitnah.
Beberapa diantaranya ada yang mengecam status saya yang seolah – olah memusuhi para Habib.
Tidak sampai disitu ada pula yang berusaha memberikan peringatan melalui chat whatsapp, dan
ancaman bahwa saya akan dicari oleh laskat FPI. Saat saya tanya balik, bagaimana kalau postingan
saya berisi tentang kritikan terhadap bapak Jokowi, dia pun menjawab kalau seperti itu maka kami
akan dukung. Astagfirullah.

Saya pribadi termasuk yang memuliakan para Habib. Diantara para Habib yang saya idolakan adalah
Habib Lutfi Bin Yahya, Habib Rizieq Shihab, Habib Umar Al-Musawwa, Habib Syaikh Abdul Qadir
Assegaf, Habib Novel Alaydrus, dan Habib lainnya. Termasuk Habib Bahar Bin Smith, karena beliau
adalah keturunan Baginda Nabi Muhammad SAW. Diantara para Habib yang saya sebutkan tadi
dalam hal dakwah semuanya mengikuti langkah – langkah Rasulullah SAW dalam menebarkan benih
– benih hikmah dihati kaum muslimin. Dan belum pernah terdengar berita ada seorang Habib yang
menggunakan kekerasan dalam mengagungkan kalimat Alloh SWT di bumi Indonesia ini. Meski
demikian, seorang Habib tetaplah hanya manusia biasa. Tidak akan pernah bisa luput dari salah dan
khilaf. Sebab Habib tidak diberikan keistimewaan ma’shum oleh Alloh SWT sebagaimana diberikan
kepada Rasulullah SAW.

Kita bersyukur hidup di Indonesia dengan konsep Negara Hukum. Artinya di dalam menyelesaikan
suatu perkara ada payung hukum sebagai penyangga keadilannya. Semua warga memilik hak untuk
mendapatkan keadilan, dan semua warga tidak bisa bebas bersikap sewenang – wenang. Jika
seseorang terbukti secara sadar melanggar hukum, maka dia pun akan dijerat dengan hukuman yang
sesuai. Berbagai macam kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh Habib Bahar Bin Smith
menjadi suatu bukti bahwa Habib pun sebenarnya adalah manusia biasa, meski secara nasab
memiliki garis keturunan Nabi SAW. Apakah dengan kasus – kasus yang menimpanya akan membuat
kemuliaan nasab Rasul menjadi ternoda. Saya rasa tidak begitu. Bagaimana pun juga sebagai
manusia awam kita tetap harus menghormati dan memuliakannya sebagai keturunan dari Baginda
Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, tindakannya yang melanggar hukum tidak lantas membuatnya
terbebas begitu saja dari norma hukum yang berlaku. Sebab hukum tidak memandang latar belakang
seseorang, tetapi hukum memendang apa, bagaimana, dan kenapa dia sampai melanggarnya.
Persoalan komentar negatif yang saya dapatkan di postingan saya itu, menurut saya adalah bukti
bahwa kita belum siap berfikir secara dewasa. Masyarakat kita masih berpatokan kepada siapa, lalu
melupakan apa, bagaimana, dan kenapa. Ketika seorang yang dikagumi dinyatakan bersalah secara
hukum, maka sikap tidak terima itu pun muncul tanpa memperhatikan apa, bagaimana, dan kenapa
bisa sampai dijatuhi hukuman bersalah.

Saya heran mengapa masih ada orang yang membenarkan tindakan salah yang dilakukan oleh orang
yang dikagumi tersebut. Sebagai contoh, ada artis Indonesia yang tertangkap karena
penyalahgunaan narkoba. Para fans mati-matian membela artis tersebut dengan dalih – dalih dia
terjebakkah, ada upaya penurunan ratingkah, dan lain sebagainya.

Begitupun pada kasus – kasus yang menimpa Habib Bahar Bin Smith. Banyak sekali kaitannya.
Dihubungkan dengan politikkah, dendamlah, ada orang yang anti habibkah, dan lain sebagainya.
Padahal bila dicermati, meski beliau seorang Habib tetap saja tindakan yang melanggar hukum
termasuk ke dalam tindakan yang tidak dibenarkan oleh Agama dan Negara. Bahkan Habib sendiri
menerima dengan ikhlas hukuman yang diperoleh sebagai konsekuensi dari pelanggaran yang
dilakukan. Lalu apa alasan para fanatisme membenarkan sesuatu yang tak dapat dibenarkan oleh
Agama dan Negara ?

Saya sendiri mengagumi Habib Bahar Bin Smith sebagai pendakwah muda yang memiliki spirit dan
power yang tinggi dalam menggaungkan nilai – nilai islam. Terlebih beliau memiliki garis keturunan
Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan Habib. Akan tetapi, sebagai akademisi saya
juga tidak setuju bila kekerasan menjadi alternatif beliau dalam menyelesaikan masalah. Panutan
utama kita adalah akhlak Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dalam menyelesaikan masalah selalu
dengan kelembutan dan penuh hikmah. Sesekali mungkin beliau pernah marah atau pun jengkel.
Namun Beliau tak pernah sekalipun menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalahnya.
Karena itulah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, karena memiliki akhlak yang agung.

Menjadi tugas para ulama’lah meneruskan cita – cita agung sepeninggal Rasul SAW. Yaitu
menyampaikan dakwah islam dengan pengajaran yang baik dan penuh hikmah. Karena itulah
dikatakan bahwa para ulama adalah pewaris para Nabi. Para ulama harus memiliki akhlak seperti
Nabi Muhammad SAW. Sebab karena akhlak Nabi SAW pulalah islam dapat diterima oleh kalangan
manapun.

Sebuah ungkapan arab dikatakan bahwa lihatlah apa yang dikatakan, janganlah melihat siapa yang
mengatakan. Ungkapan ini menjadi rujukan para kaum muslimin untuk menerima dengan ridho
nasihat – nasihat manfaat dari siapa pun, dengan latar belakang apa pun. Maka sudah sepantasnya
pula setiap muslim bisa menerima dengan ridho kritikan – kritikan bermanfaat yang datang dari
siapa pun dengan latar belakang apapun.

Bagi saya membela keturunan Nabi memiliki makna menjaga marwah mereka agar terlindungi dari
segala bentuk kezhaliman yang bertujuan mematikan dakwah islam. Memuliakan keturunan Nabi
berarti mengikuti jejak akhlak Nabi yang diwariskan kepada mereka. Dan mencintai Nabi berarti
mengasihi mereka sebagai mana kita akan mengasihi baginda Rasul SAW jika seandaianya kita bisa
bertemu dengannya.

Anda mungkin juga menyukai