Anda di halaman 1dari 32

(KH.

Abdul Aziz Affandi)


SALAM REDAKSI 02
A
PA boleh buat, tabloid
mini ini harus dise-
but lengkap: OBOR
RAHMATAN LILALAMIN.
Karena banyak media cetak
se belumnya yang menggunakan
nama OBOR di depannya. Dulu,
kita pernah mengenal koran: Obor
Pantjasila. Dan terakhir --yang saat
ini sedang ramai dibahas oleh ber-
bagai media, terutama televisi--
adalah Tabloid Obor Rakyat. Nama
depan boleh sama, tapi pembe-
danya adalah pada lanjutan dari
kesatuan nama tabloid ini. Maka,
inilah satu-satunya tabloid berna-
ma; OBOR RAHMATAN LILALAMIN.
Pada tabloid ini, kata obor
kami pakai untuk memaknakan
penerang, sinar, pelita dan cahaya
terdekat dengan masyarakat pem-
bacanya. Dia diinginkan menjadi
cahaya yang menyentuh de ngan
lembut di tengah gelap atau infor-
masi yang samar tentang se suatu.
Kami tidak akan menggedor
untuk meneroboskan informasi,
betapapun benarnya informasi
itu. Dengan tabloid ini, kami akan
menyampaikan informasi secara
santun, dengan kelembutan. seti-
daknya secara benar dan jurnalis-
tik yang benar, serta menjauhkan
diri dari fitnah.
Sikap itu Insya Allah akan
senantiasa kami pegang sepanjang
tabloid ini kami hadirkan (kecu-
ali terpaksa demi kebenaran he...
he...). Sebab itu, nama Rahmatan
Lilalamin kami sertakan sebagai
satu kesatuan nama. Supaya
selalu ingat bahwa tabloid ini juga
punya misi: Rahmat bagi sekalian
alam. Memang, ada dua hal yang
melatari sikap kami dalam meng-
hadirkan tabloid ini. Pertama,
karena yang bekerja di balik
tabloid ini sebagian besar adalah
orang-orang media, yang selama
ini hidup dari media, maka tidak
rela bila ada jurnalistik digunakan
untuk memfitnah, membunuh
karakter seseorang, dan merusak
konstruksi jurnalistik yang seharus-
nya cover both side.
Kedua, ingin ikut mengampa-
nyekan jurnalistik damai, jurnalis-
tik sejuk, yang begitu menjunjung
tinggi kebenaran. Boleh saja
memihak terhadap hal yang diya-
kini, apalagi yakin demi kemasla-
hatan. Tapi tidak menjatuhkan
yang lain, apalagi membunuh
karakter.
Itulah yang kami maksudkan
dengan Rahmatan Lilalamin. Kami
tulis dengan huruf arab. Karena
kata itu memang bahasa arab,
ajaran dan juga sifat Islam: Rahmat
Bagi Sekalian Alam. Rahmat sekali-
pun bagi yang tidak sejalan.
Selain itu, tabloid ini juga men-
yodorkan ukuran baru, kami sebut
dengan tabloid mini. Ukurannya
setengah tabloid normal.
Pertimbangannya adalah: lebih
praktis. Tabloid normal, tidak per-
nah luput akan selalu dilipat untuk
dibawa. Dan masih membutuhkan
ruang lebar untuk membaca, teru-
tama di tempat-tempat sempit.
Dengan tabloid mini, mudah-
mudahan pembaca bisa merasa
lebih praktis, handy, tidak perlu
melipat, dan untuk membacanya,
di pesawat sekalipun, tidak harus
mengganggu penumpang di sebe-
lahnya. Walupun mini, tapi tetap
tabloid; lebih ringan dari majalah,
tidak seberat buku; baik isi mau-
pun beratnya secara fisik. Dan
oleh karena itu kami pun mem-
beranikan diri menyebut sebagai
pelapor tabloid mini. Selamat
membaca. IM
OBOR Yang
RAHMATAN
LILALAMIN
KANTOR:
Jl. Hangtuah Raya 59
Jakarta
Jl. Ketintang Baru III/91
Surabaya
Jl.Perjuangan No.9 Cirebon
(0231) 483531-2
Cover:
Nanang AB
PENERBIT:
PADEPOKAN DEMI INDONESIA
PENANGGUNGJAWAB:
Amal Alghozali
PENGARAH:
Rida K.Liamsi, Yanto Purwogiyono
PIMPINAN REDAKSI:
Imawan Mashuri,
REDAKTUR PELAKSANA:
Hasan Aspahani, M. Khozin
DEWAN REDAKSI:
Auri Jaya, Sukriansyah, Imawan
Mashuri, M. Khozin, Hasan Aspahani,
Yanto Purwogiyono, Amal Alghozali,
Nur Cahya Hadi, Ami Haritsah
KOORDINATOR LIPUTAN:
M. Khozin
REDAKTUR:
Nur Cahya Hadi, M. Khozin,
Ami Haritsah, Ayatullah Antoni, Abdul
Malik, Dadan Alisundana,
Toto Suwarto, Yunan Muzaki
STAF REDAKSI:
Abdusyukur, Yessy Artada,
Muhammad Arman KS,
Gora, Bagus, M Fatra Nazrul,
Bejan Syahidan, Ahmad Shofa
FOTOGRAFER:
A. Nizar Fatih,
Rossy Wulandari, Ashar
PEMASARAN:
Imam Buchori
ARTISTIK:
Rihad, Nanang AB, Dion
COPY EDITOR:
Isya, Irma
KEUANGAN:
Komar Muwalid
MUKADIMAH 03
R
ASULULLAH SAW banyak
sekali meninggalkan had-
ist tentang larangan
membicarakan aib
orang, apalagi antarsesama mus-
lim. Salah satunya adalah hadist
yang diriwayatkan Ad-Dailami.
Kata Rasulullah, Alangkah baiknya
orang-orang yang sibuk meneliti
aib diri mereka sendiri, dengan
tidak mengurusi (membicarakan)
aib-aib orang lain.
Hadist itu bersambung dengan
hadist lain, tentang dialog antara
Rasulullah dengan salah seorang
sahabatnya. Sang sahabat meny-
ela, tapi aib itu benar, ya, Rasul.
Karena benar itulah, kata
Rasul, Maka namanya ghibah
(menggunjing). Kalau tidak benar,
namanya fitnah, yang dosanya
jauh lebih besar lagi, lanjut
Rasulullah.
Hikmah agung yang terkan-
dung dalam hadist inilah yang
diperoleh dari rangkaian wawa-
ncara Obor Rahmatan Lilalamin
dengan sejumlah kiai besar di
Indonesia. Tokoh-tokoh agama
yang diminta memberikan pan-
dangannya tentang panasnya
politik menjelang Pilpres 9 Juli
mendatang itu, mengaku cemas
atas hebohnya kampanye hitam,
kampanye negatif atau apalah
namanya dalam terminologi poli-
tik modern yang kalau dikemba-
likan ke ajaran agama padanannya
adalah ghibah dan fitnah.
Sementara itu, Ketua Umum
MUI Din Syamsudin, mengajak
umat untuk bersikap dewasa dan
jeli dalam menilai, mana calon
yang sebaiknya dipilih. Umat
Islam sebaiknya menimbang siapa
yang lebih jujur di antara keduan-
ya, lebih agamis, adil dan bertang-
gung jawab, katanya. Menyebar
fitnah, mengumbar ghibah jelas
bukan perbuatan yang jujur, tidak
agamis, dan sama sekali tidak
bertanggung jawab. Haram,
tegasnya.
Masa kampanye yang mestinya
bisa menjadi ajang pendidikan
politik, jika dilakoni dengan cara-
cara yang menyimpang, justru
merusak proses pendewasaan
kita sebagai bangsa. Itulah yang
diingatkan oleh Ketua PBNU KH
Slamet Effendy Yusuf. Dia men-
gajak untuk menjadikan masa
kampanye ini sebagai masa yang
penuh makna dari sudut pendidi-
kan politik.
Sangat percuma pada masa
kampanye kalau tidak bermakna
bagi proses pendewasaan bangsa.
Kampanye itu harus diarahkan
kesana yakni dengan memberikan
kesadaran politik kepada masyara-
kat, lalu kesadaran menjadikan
mereka memberikan preferensi
pilihan politik, ujarnya.
Pemilu adalah kesempatan
untuk memilih pemimpin terbaik.
Bagaimana hendak mendapatkan
yang terbaik kalau dalam proses
pemilihan itu dinodai oleh tinda-
kan yang dilaknat agama seperti
menyebarkan ghibah bahkan fit-
nah? Inilah juga yang ditekankan
oleh KH. Hasan Mutawakkil Alallah,
Pengasuh Ponpes Genggong
Probolinggo, yang juga tokoh NU.
NU mendorong pemilu ini ber-
langsung dengan jujur, adil dan
bermartabat, ujarnya.
Para pewaris ajaran Rasulullah
itu gelisah karena nilai-nilai luhur
yang diajarkan seperti terlupak-
an. Fitnah disebarkan secara mas-
sif. Setidaknya ghibah. Korbannya
adalah umat yang terhasut atau
tersesat dalam memilih. K.H.
Agoes Ali Masyhuri mengamati
kebingungan masyarakat itu. Dia
menulis: Saya sangat berharap
Indonesia tetap aman walaupun
di dalamnya banyak orang yang
kebingungan akibat ulah elit
politik yang membingungkan.
Pengasuh Pesantren Progresif
Kampanye Fitnah
Kampanye Ghibah
FITNAH: Alquran, surah Al Baqarah 191,
Allah berfirman: Fitnah itu lebih kejam dari
pembunuhan. Al-Baqarah 217: Fitnah lebih
besar dosanya daripada membunuh.
MUKADIMAH 04
Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim ini
melihat kecemasan baru banyak
muncul dan menghiasi sudut-
sudut kota. Kecemasan yang
dihembuskan oleh apa yang dia
sebut sebagai badut-badut politik
penjemput bencana.
Mereka secara tidak sadar
mengorbankan persatuan
Indonesia, bahkan mengancam
keselamatan bangsa dan negara
demi memenuhi ambisi pribadi
untuk mendapatkan imbalan pop-
ularitas, kedudukan dan segudang
uang. Semangat permusuhan dan
sikap pandai mencari lawan senan-
tiasa diperagakan dengan jurus
mabuk bak harimau yang mau
menerkam mangsanya, katanya.
Sementara itu, Kiai
Sholahudin
Wahid
menuding,
itu perbua-
tan bodoh.
Fitnah itu juga
dikirim ke sini,
ujar Pengasuh
Ponpes Tebu
Ireng Jombang
tersebut. Adik
Gus Dur yang juga
cucu pendiri NU
KH Hasyim Asyari
ini menegaskan,
berkampanye itu
tidak harus menjelek-
kan orang lain. Tapi tunjukkanlah
kelebihan kita.
Kampanye hitam, pasti menye-
satkan masyarakat, kata KH
Maimoen Zubair. Ulama NU yang
juga Ketua Majelis Syariah DPP
PPP itu sedih melihat kubu kandi-
dat capres yang tega menyebar
fitnah. Saya mengecam, siapa-
pun kubu itu, tegasnya. Apalagi
menggunakan isu agama dan sara,
Berbahaya bagi NKRI, kata KH
Hasyim Muzadi. Pengasuh Ponpes
Al-Hikam Malang yang mantan
Ketua Umum PB NU itu khawatir,
demokratisasi kian jauh dari hara-
pan. Juga menyebar konflik di
masyarakat, tambah KH Makruf
Amin. Wakil Ketua Umum MUI
ini mengkhawatirkan bahayanya
penyebaran perbuatan haram itu
terhadap stabilitas.
Kiai Abdul Aziz Affandi dari
Tasik Malaya tegas-tegas melihat
adanya sebaran isu SARA. Itu
adalah fitnah kepada Jokowi,
katanya. Oleh sebab itu, sesepuh
spiritual Relawan Demi Indonesia
di Jabar ini bermunajat. Dan
saya dapat petunjuk, saya pilih
mendukung pasangan Jokowi-
JK. Sepaham dan ikut langkah
Pak Dahlan (Meneg BUMN Dahlan
Iskan, tokoh sentral Relawan Demi
Indoneia. Kita satukan tekad bela
yang didzolimi, ;anjutnya lagi.
Diamini KH Maman Imanulhaq,
Pimpinan Ponpes Al-
Mizan,
Jatiwangi, Majalengka.
Saya banyak tahu keislaman dan
ketawadhuan Pak Jokowi. Dia
disudutkan dengan isu SARA. Dia
harus kita bela, tambahnya.
Para kyai, alim ulama, dan
tokoh-tokoh agama tersebut
menyampaikan peringatannya,
menegaskan fatwanya bahwa
fitnah adalah perbuatan haram.
Mereka, para pewaris nabi terse-
but menjalankan peran seb-
agaimana diingakan Allah dalam
Alquran Surah Ali Imran ayat 104:
Dan hendaklah ada di antara kami
segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang makruf dan mence-
gah dari yang munkar; merekalah
orang yang beruntung!
Obor Rahmatan Lilalamin men-
gurai pandangan-pandangan para
kiai, para tokoh dalam laporan
utama pada edisi perdana berikut
ini dalam rubrik Fatwa (halaman
5-16).
Ada juga yang menarik, kon-
troversi sikap dari orang-orang
yang sesungguhnya secara ide-
ologi adalah anak ideologis Amien
Rais yaitu Izzul Muslimin, Imam
Ad-Daruquthni, dua mantan Ketua
Umum Pemuda Muhammadiyah
ini berseberangan sikap dalam
memilih capres. Mengapa? (hala-
man 21-22).
Di halaman kontroversi & saksi
(halaman 23-26) kita menemukan
banyak kesaksian ten-
tang kesalihan capres
Jokowi secara diam-
diam.
Bahkan dalam
wawancara khusus
dengan Khofifah
(halaman 19-20)
dikatakan bahwa
blusukan yang
dilakukan Jokowi
adalah meng ikuti
tradisi para
Rasul.
Itulah
Jokowi, biarlah
Pak Jokowi
tetap menjadi Pak Jokowi,
kata Dahlan Iskan di halaman 24.
Biarkan pula, sang istri, Iriana
Joko Widodo tetap mengenakan
tas pasar Klewer walaupun kelak
jadi Ibu Negara (halaman 29).
Jokowi tidak cuma sederhana,
tapi juga jenaka (halaman 27-28).
Intermeso menguak sisi-sisi segar
Jokowi.
Oleh karena itu, untuk apa
difitnah, kata cawapres Jusuf Kalla
dalam wawancara (halaman 17-18)
Rakyat tahu, mana fitnah mana
fakta.
Dan oleh karena itu, di dalam
rangkaian fatwa para kiai, Gus
Mus memungkasi dengan ajakan
teduh: Jangan Ngotot, Jangan
bawa Agama, Jangan saling me-
nyalahkan, karena Pemilu hanya
urusan negara, urusan biasa.
FATWA 05
Kampanye Pilpres kali
ini banyak diwarnai fitnah.
Terakhir kubu Jokowi yang
diserang melalui beredarnya
sebuah tabloid. Apa pendapat
Gus Sholah?
Menurut saya itu bodoh sekali
ya. Seperti halnya (menyebut
sebuah tabloid) yang memfitnah
Jokowi. Saya juga tidak ngerti
apa maksud mereka seperti itu
dengan membuat fitnah. Ponpes
Tebu Ireng juga dikirimi
fitnah.
Saling fitnah untuk men-
jatuhkan lawan apakah efektif
untuk mengangkat popularitas
capres?
Harusnya ya jangan seperti
itulah. Kita berkampanye kan
tidak menjelekkan orang lain,
tapi menunjukkan kelebihan kita
dan tidak mencari kekurangan
lawan. Janganlah memakai bahasa
yang memojokkan, bahasa yang
kasar, bahasa yang tajam dan
merendahkan lawan. Bawaslu
kan juga kurang punya gigi,
yang punya gigi itu KPU. Jadi
KPU punya wewenang
untuk membatalkan atau
tidaknya. Pertanyaanya,
apakah temuan-temuan
itu nantinya berdam-
pak pada pembatalan
pasangan tersebut atau
tidak?
Menurut Gus Sholah apa
kelebihan kedua sosok capres
kita sekarang ini?
Jokowi saya kira memiliki
kemampuan untuk menggerakkan
masyarakat, mendekati masyara-
kat dan menyelesaikan masalah
dengan dialog. Dan ini sudah
terbukti. Demikian juga Prabowo.
Prabowo untuk hal makro kuat,
tapi untuk hal-hal operasional
mungkin tidak sekuat Jokowi.
Dan Jusuf Kalla adalah pilihan
yang tepat untuk mendampingi
Jokowi. Hatta juga memiliki
pengalaman cukup lama untuk
mendampingi Prabowo.
Bagaimana kedekatan Gus
Sholah dengan kedua pasangan
ini?
Saya paling dekat dengan
Pak Yusuf Kalla. Ketika beliau
jadi wapres, sering berkunjung
ke Tebu Ireng. Kalau saya ingin
ketemu dengan beliau juga san-
gat enak, mudah. Beliau juga
jauh sebelumnya sering ngajak
saya untuk bertemu. Sementara
dengan Hatta saya tidak dekat.
Prabowo juga saya tidak dekat.
Hanya sekali bertemu saat ada
kegiatan. Jokowi saya baru
ketemu sekali, waktu di Tebu
Ireng. Kita berdiskusi dan Pak
Jokowi meminta masukan. Ada
plus minus itu sudah wajar. Tapi
menurut saya, Jokowi juga putra
terbaik dan terpilih.
KH Salahuddin Wahid, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang
Tebu Ireng Juga Menerima
Kiriman Fitnah
Pesantren Tebu Ireng ternyata tak luput dari
kiriman fitnah. Ini sebuah tindakan bodoh,
kata Gus Sholah, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng,
Jombang. Berikut wawancaranya dengan Bagus
Prakoso dari Obor Rahmatan Lilalamin.
KH Salahuddin Wahid
06 FATWA
Mengapa ulama dan pondok
pesantren NU sekarang ini men-
jadi lahan rebutan para capres?
Saya kira ormas apa saja ten-
tunya didekati para capres ini
karena dianggap mereka punya
pengikut yang banyak. Seperti NU
dan Muhammadiyah, ini saja juga
terbelah. Sebenarnya ulama-ulama
yang aktif di ormas sebaiknya
jangan muncul secara telanjang
menyatakan dukungannya. Saya
saja memimpin Tebu Ireng ini
tidak mengumbar pilihan saya.
Saya memang punya pilihan pri ba-
di, tapi saya tidak mau dianggap
mendukung si A atau si B. Pilihan
saya hanya untuk saya dan tidak
perlu saya ceritakan ke orang lain.
Apakah Gus Sholah juga
menyerukan kepada para
ulama untuk bersikap netral?
Saya tidak berani menyerukan,
atau menganjurkan pesantren
lainnya. Mereka kan sudah tahu
apa yang sebaiknya dilakukan.
Saya hanya berani menyampaikan
bahwa pesantren A mendukung
Jokowi, pesantren B mendukung
Prabowo, dan janganlah ini sam-
pai menimbulkan konflik di antara
kita. Hormatilah pilihan kita
ma sing-masing.
Presiden seperti apa yang
dibutuhkan bangsa Indonesia
saat ini?
Sebenarnya, yang dibutuh-
kan bangsa Indonesia saat ini
adalah gabungan Jokowi dan
Prabowo. Saya lebih menekankan
kepada mereka terhadap masalah-
masalah yang mendesak seperti
penegakan hukum dan hak asasi
manusia, kemudian reformasi
birokrasi, pemerataan hasil pem-
bangungan dan pendidikan. Inilah
yang sangat dibutuhkan bangsa
Indonesia.
Apa imbauan Gus Sholah
kepada umat?
Saya cuma mengajak orang
untuk berpikir. Kedua pasan-
gan ini memiliki kelebihan dan
kelemahan. Maka masyarakat silah-
kan memilih mana. Untuk saat ini,
saya juga masih belum memasti-
kan mendukung siapa. Mungkin
beberapa hari jelang pilpres, baru
saya akan pastikan memilih siapa.
Efek apa yang ditimbulkan
bagi Indonesia dari salah satu
capres yang menang nanti?
Tentu akan berdampak bagi
Indonesia. Entah itu Jokowi
yang menang atau Prabowo.
Tapi sa ngat disayangkan jika ada
pendapat pribadi yang bukan dari
capres itu kemudian malah men-
jatuhkan capresnya.
Harapan Gus Sholah saat pil-
pres ini?
Pertama, saya harap tidak ada
ribut. Kemudian saudara kita yang
berbeda pilihan tidak perlu diri-
butkan saling menghargai. Kedua,
kalaupun sekarang masih hangat-
hangatnya, saya harap setelah
pilpres, kita saling bersalaman
lagi. Ngapain lagi kita meributkan
setelah pilpres. Jadi saling meng-
hargai pilihan masing-masing saja.
Saya sendiri juga diminta banyak
orang untuk tidak memihak,
dan saya menyetujuinya. Saya
tentu punya pilihan, tapi pilihan
itu tidak saya sampaikan secara
terbuka. Saya hanya mengajak
masyarakat untuk berpikir dan
bisa memutuskan pilihannya sen-
diri. nch/Bag
KH Salahuddin Wahid
07 FATWA
Beda Jangan Dianggap Lawan
KH. Agoes Ali Masyhuri *
J
ika kita merindukan cinta
dan simpati orang lain,
ja ngan pernah meremehkan
kebaikan yang bisa disum-
bangkan buat orang lain. Memuji
seseorang lebih daripada yang ia
berhak menerimanya sama saja
dengan menjilatnya. Sebaliknya,
melalaikan pujian bagi yang ber-
hak menerimanya, menunjukkan
kebodohan atau kedengkian.
Orang bilang tahun 2014
adalah tahun politik. Saya san-
gat berharap Indonesia tetap
aman walaupun di dalamnya
banyak orang yang kebingun-
gan akibat ulah elit politik yang
membi ngung- kan.
Kecemasan
baru
banyak
muncul
dan
menghiasi
sudut-sudut
kota,
yang dihembuskan oleh badut-
badut politik penjemput bencana.
Mereka secara tidak sadar mengor-
bankan persatuan Indonesia,
bahkan mengancam keselamatan
bangsa dan negara demi meme-
nuhi ambisi pribadi untuk men-
dapatkan imbalan popularitas,
kedudukan dan segudang uang.
Semangat permusuhan dan sikap
pandai mencari lawan senantiasa
diperagakan dengan jurus mabuk
bak harimau yang mau menerkam
mangsanya.
Tiadanya kesadaran dan kein-
syafan bersama di antara kita,
bahwa membangun itu lebih sulit
daripada membongkar, merupa-
kan kekerdilan dan kepicikan kita
dalam menyikapi realita yang ada.
Sebenarnya perbedaan pilihan
dan pendapat di negara demokra-
si seperti Indonesia ini merupakan
sesuatu yang wajar dan sah-sah
saja asal tetap diletakkan pada
norma-norma yang telah
kita sepakati. Ada satu hal
yang perlu kita sadari
bahwa di tahun 2014 ini
banyak orang kurang
sabar ingin melaku-
kan perubahan
yang cepat dalam
segala dimensi
kehidupan.
Padahal peru-
bahan besar
itu memerlu-
kan waktu,
proses, dan
transisi. Di
sini peranan seorang pemimpin,
konsistensi dan kesungguhan san-
gat penting dimiliki dan diperlu-
kan oleh siapa pun sebagai pemi-
lik sah Republik ini guna mewu-
judkan iklim yang kondusif dalam
suatu wilayah kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam usaha mewujudkan
In donesia bermartabat, mandi-
ri, dan berwibawa dibutuhkan
ada nya semangat membangun,
bukan semangat membongkar.
Saling melengkapi, saling mem-
beri dan menerima, dengan
mengedepankan kelembutan
dan kasih sayang. Upaya ini
ha rus dilakukan melalui proses,
terus-menerus tanpa henti dan
berkesinambungan dalam praktik
hidup dan kehidupan sehari-hari.
Kesadaran dan kesanggupan ini
tidak bisa dipisahkan dari iman,
sebab dengan iman manusia
tergerak untuk mendekati nilai-
nilai terbaik untuk merangkul dan
memesrai semua ciptaan Allah.
Lemah lembut ibarat air yang
tenang, sedang kasar dan terburu-
buru laksana angin kencang yang
menghancurkan. Sejalan dengan
pesan suci Baginda Nabi Saw., dari
Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw.
bersabda, Wahai Aisyah, sesung-
guhnya Allah Maha Lembut serta
mencintai kelembutan. Dan Allah
memberikan kepada sifat lem-
but yang tidak diberikan pada
sifat kasar dan sifat lainnya. (HR.
Muslim)
Tampilnya Prabowo Subianto
dan Hatta Rajasa, Jokowi dan
Jusuf Kalla sebagai capres dan
cawapres pada pemilihan presi-
den yang akan berlangsung pada
9 Juli 2014 merupakan momen-
tum bagi rakyat Indonesia untuk
memilih seorang presiden dan
wakil presiden yang mampu
menjawab persoalan bangsa yang
sa ngat kompleks. Saya yakin rak-
Tegasnya, dibutuhkan seorang pemimpin yang
cerdas, cakap, jujur, amanah, dan punya komit-
men kebangsaan yang kuat. Bermurah hati dan
siap berkorban demi kesejahteraan dan keba-
hagiaan rakyatnya.
KH. Agoes Ali Masyhuri
08
yat Indonesia adalah rakyat yang
cerdas. Punya hati dalam memilih
siapa yang layak untuk menjadi
seorang presiden di negara yang
teritorialnya lebih luas dari selu-
ruh negara yang ada di Eropa.
Di sini, perlu diketahui
Indonesia adalah negara kepu-
lauan di Asia Tenggara yang
memiliki 13.487 pulau besar dan
kecil, sekitar 6.000 di antaranya
tidak berpenghuni. Berpenduduk
230 juta lebih, terdapat lebih dari
300 kelompok etnik atau suku
bangsa atau tepatnya 1.340 suku
bangsa. Maka tentunya dibu-
tuhkan seorang pemimpin
yang berjiwa besar dan
mampu berpikir besar,
karena sarana kepemimpi-
nan adalah dada yang
lapang. Tegasnya, dibu-
tuhkan seorang pemimpin
yang cerdas, cakap, jujur,
amanah, dan punya komit-
men kebangsaan yang
kuat. Bermurah hati dan
siap berkorban demi kese-
jahteraan dan kebahagiaan
rakyatnya. Perlu disadari
bahwa murah hati dan
lemah lembut adalah dua
sifat yang sangat mulia.
Dengan dua sifat ini, Allah akan
membuka, melembutkan, dan
meluluhkan hati manusia. Oleh
karena itu, setiap muslim harus
menghiasi dirinya dengan sifat
tersebut agar bisa meluluhkan
hati orang lain. Karena hati manu-
sia selalu condong kepada orang
yang murah hati dan lemah lem-
but kepada makhluk yang ada di
sekelilingnya. Sebaliknya, manusia
akan menjauh dari orang yang
berhati keras, tak kenal belas kasih
kepada makhluk yang ada di seke-
lilingnya, dan tidak lemah lembut
kepada mereka.
Lemah lembut dalam bahasa
Arab diungkapkan dengan kata
ar-rifqu yang berarti, kesepaka-
tan dan pendekatan tanpa meng-
gunakan kekerasan. Lemah lem-
but adalah lawan kata dari kasar.
Sedangkan secara terminologi
(istilah) ar-rifqu bermakna, kele-
mahlembutan dalam bertutur
kata dan berbuat serta membalas
kesalahan orang lain dengan bala-
san yang paling ringan.
Imam Ghazali mengemukakan
bahwa lemah lembut adalah
sifat terpuji, ia bertentangan
de ngan kekejaman dan kekerasan.
Kekejaman muncul sebagai akibat
dari kemarahan dan ketidakso-
panan, sedang lemah lembut
adalah buah dari akhlak yang baik,
yakni kedamaian dan ketentera-
man.
Kekejaman disebabkan oleh
kemarahan yang tidak terken-
dali, keinginan untuk berkuasa,
dan ketamakan. Sifat-sifat buruk
tersebut dapat mengacaukan
cara berpikir seseorang dan
menyebabkannya tidak bisa men-
gambil tindakan yang tepat. Jika
seseorang telah berhasil menyika-
pi setiap perkara dengan lemah
lembut, hal itu adalah buah dari
perangai yang terpuji. Selain itu,
seseorang dikatakan memiliki sifat
terpuji dan mulia jika dia mampu
menahan marah dan nafsu syah-
wat serta menjaga keduanya agar
tetap seimbang. Karena itulah,
Rasulullah memuji orang yang
memiliki sifat lemah lembut.
Burung tidak
selembut lebah
Peribahasa mengatakan,
Burung tidaklah selembut lebah.
Sejalan dengan pesan suci Baginda
Nabi Saw., Orang mukmin itu
bagaikan lebah, ia hanya makan
yang baik-baik dan memproduksi
(meletakkan) yang baik-baik.
Apabila singgah di ranting pohon,
dia tidak mematahkannya. (HR.
Baihaqi, ibnu Abi Ashim, dan Abu
Nuaim)
Satu hal yang harus dipahami
dan disadari bagi siapa yang
merasa dirinya sebagai pem-
impin adalah bertindak gegabah,
ceroboh, dan terburu-buru ketika
menyelesaikan setiap urusan dan
mengambil keputusan akan men-
gakibatkan kerugian dan meng-
hilangkan kemanfaatan. Kebaikan
dibangun atas dasar sikap
lemah lembut, sebagaimana
sabda beliau Rasulullah Saw.,
Jika kelemahtembutan itu
ada pada sesuatu, ia akan
menghiasinya dan jika kele-
mahlembutan itu dicabut
dari sesuatu, ia akan meno-
dainya. (HR. Muslim)
Kelemahlembutan
dalam berinteraksi akan
membuat roh, hati dan
jiwa orang tunduk dan
luluh. Kelemahlembutan
ibarat kunci kebaikan dan
keberuntungan. Jiwa peme-
berontak akan melunak dan
hati pendengki akan menyadari
kekeliruannya karena tersentuh
oleh kelembutan. Allah Swt. telah
berfirman pada Surah Ali Imran
ayat 159, Maka disebabkan rah-
mat dari Allah-lah kamu berlaku
lemah-lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelil-
ingmu. Karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun
bagi mereka, dan bermusyawa-
rahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila
kamu telah membulatkan tekad,
maka bertawakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya. Semoga bermanfaat.
Pengasuh Pesantren Progresif
Bumi Shalawat Sidoarjo, Jatim
Kebersamaan kedua pasangan capres menjelang
Debat Capres-Cawapres.
FATWA
09 FATWA
HARAM
Kampanye Pilpres
semakin memanas.
Masing-masing tim
pendukung capres
sa ling menghujat,
membantai, dan mem-
fitnah. Bagaimana pan-
dangan Majelis Ulama
Indonesia (MUI) ten-
tang kampanye hitam
atau black campaign?
M
AJELIS Ulama Indonesia
(MUI) menyatakan
netral pada Pemilu
Presiden (Pilpres) 2014
yang menjadi ajang kompetisi
bagi pasangan capres-cawapres
Prabowo Subianto-Hatta Rajasa
dan Joko Widodo-Jusuf Kalla
menuju RI-1 dan RI-2.
MUI secara kelembagaan ber-
sikap netral atau tidak partisan.
Tapi mendorong rakyat untuk
memilih sesuai fatwa kalbunya
masing-masing, kata Ketua Umum
MUI Din Syamsuddin saat jumpa
pers terkait Tausiyah Kebangsaan
Menghadapi Pemilu Presiden
2014 di Kawasan Monumen
Proklamasi, Jakarta, Kamis (5/6).
PILIH YANG
BERAKHLAK
Din mengatakan, pihaknya
mengharapkan umat Islam agar
lebih teliti dalam memilih pasa-
ngan yang ada. Umat Islam seba ik-
nya menimbang siapa yang lebih
jujur di antara keduanya, lebih
agamis, adil dan bertanggung
jawab.
Kepribadian para pasangan
itu juga tentu tidak sekadar bersi-
fat simbolik saja tapi dia adalah
orang yang benar-benar taat,
terutama taat beribadah. Bagi MUI
ini adalah hal yang paling utama.
Terutama yang memiliki akhlakul
karimah (akhlak yang baik).
Silakan rakyat atau umat menilai
kecenderungan itu, katanya.
Din menekankan juga pen-
tingnya umat Muslim untuk
memilih seorang pemimpin
yang memiliki kemam-
puan memimpin negara.
Kemampuan tidak kalah pen-
ting dalam memimpin bangsa
menuju cita- citanya yang adil,
makmur baldatun
thoyyibatun warob-
bun ghofur (neg-
ara baik dan
berada
dalam
ampunan
Tuhan),
kata dia.
Ditempat yang berbeda, Wakil
Ketua Umum MUI, KH Maruf Amin
berharap agar capres dan tim suk-
ses tersebut untuk menghindari
kampanye hitam. Menurut dia,
hal tersebut tidak perlu dilaku-
kan karena bisa merusak situasi
de ngan menggunakan cara-cara
kotor itu. Apalagi kampanye
hitam juga bisa menyebabkan
konflik di masyarakat. Karena
itulah, capres-cawapres bersama
timsuksesnya harus mencegah
dan menghindari. Jangan sampai
mengorbankan negara dan bang-
sa untuk kepentingan pribadinya,
tutur Kiai Maruf ketika ditemui
Obor Rahmatan Lilalamin di ruan-
gan kerjanya, Gedung MUI Pusat
Lapangan Banteng, Jakarta, Senin
(16/6) siang.
SAMA-SAMA
ISLAM
Dikatakan,
kepada masyara-
kat tidak perlu
terpengaruh
kampanye-
kampanye
hitam, terlebih
masyarakat
sampai meng-
Fatwa MUI:
KAMPANYE HITAM
HARAM
Umat
Islam sebaiknya
me nimbang siapa
yang lebih jujur di
antara keduanya, lebih
agamis, adil dan ber-
tanggung jawab
Ketua Umum MUI
Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin
FATWA 10
gunakan kekerasan dan
marah kepada pendukung
yang lain. Kiai Maruf meni-
lai, jika hal ini sampai terjadi
diantara pendukung capres
ma sing-masing, maka akan
sangat berbahaya. Saya kira
masyarakat harus dewasa.
Mana kampanye yang benar
dan mana yang tidak benar.
Mana yang positif dan yang
negatif, tambah dia.
Kiai Maruf Amin
menjelaskan, masyarakat
memang berhak menilai
dari capres masing-ma sing
manakah yang terbaik.
Ketika tidak baik, maka yang
dipilih yakni mana yang pal-
ing sedikit kejelekannya. Kalaupun
ada yang terbaik, maka itulah
yang dipilih. Sehingga kampanye
hitam itu tidak lagi dijadikan uku-
ran. Saya kira masyarakat nanti-
nya bisa membedakan, ujar dia.
Kiai Maruf Amin juga
me ngingatkan kepada para tokoh
masyarakat, para kiai agar seha-
rusnya berperan untuk mengen-
dalikan masyarakat, dan tidak ikut
terbawa adanya provokasi yang
negatif. Para tokoh masyarakat
dan ulama memang seharusnya
bisa mencegah dan menetralisir
hingga membuat suasana menjadi
kondusif. Bukannya malah ikut
jadi provokator, ajak Kiai Maruf.
KEDEPANKAN
KELEBIHAN
Diterangkan bahwa capres dan
tim sukses lebih baik mengede-
pankan kelebihan calon yang
disusung tanpa menjelekkan calon
lain. Maka hal inilah yang berkem-
bang di masyarakat terkait kam-
panye negatif. Ketika ada pihak
yang membuat isu tidak benar,
akan terjadi black campaign.
Kampanye yang membuat isu
tanpa adanya data fakta, maka
disebut fitnah. Nah, ketika mem-
buat isu jelek tapi ada faktanya,
maka disebut kampanye negatif.
Itu haram dalam islam, bebernya.
Kiai Maruf melihat, sosok
kedua capres ini adalah putra
Indonesia yang sangat baik.
ia berharap, kepada siapapun
capres yang terpilih nantinya,
jangan sampai justru tidak ber-
buat apa-apa, apalagi menciderai
janjinya. Apalagi dia membuat
masalah yang bisa menimbulkan
konflik dengan mengambil kebi-
jakan-kebijakan yang membuat
satu pihak marah. Jadi karena
itu, dia (capres-cawapres) harus
memiliki komitmen kebang-
saan, keagamaan. Komitmennya
seperti apa untuk bangsa dan
agama. Jangan sampai membuat
orang jadi curiga. Kalau persepsi
masyarakat yang kurang baik
terhadap dia, yang rugi ya capres
itu sendiri. Entah itu salah dianya
sendiri atau salah timnya yang
membuat janji-janji, urai Kiai
Maruf.
Menurut penilaian Kiai Maruf,
kedua sosok capres-cawapres
sama-sama orang yang beragama.
Namun, keduanya juga bukan
golongan santri. Maka itu tergan-
tung dari komitmen masing-mas-
ing terhadap agamanya. Hal itu
bisa dilihat dari kampanyenya,
mulai dari apa yang akan diper-
buat, atau tim suksesnya juga.
STOP FITNAH
MUI juga menyerukan kepada
umat Islam agar mengedepankan
tenggang rasa dalam menyikapi
perbedaan dalam memilih calon
presiden.
MUI menyerukan kepada
umat Islam agar mengede-
pankan tasamuh atau teng-
gang rasa dalam menyikapi
perbedaan pilihan dan
tidak terjebal dalam per-
tentangan dan permusuhan
yang dapat mengoyahkan
ukhuwah islamiyah. Dalam
memberi dukungan kepa-
da pasangan Capres dan
Cawapres pilihan, bersika-
plah secara wajar atau tidak
berlebihan, kata Amirsyah
Tambunan, Wakil Sekretaris
Jenderal MUI Pusat ketika
membacakan salah satu
poin tausyiah kebangsaan
MUI menghadapi Pilpres di kantor
MUI, Jalan Proklamasi 51, Jakarta
Pusat, Kamis (05/06/2014).
Untuk mencegah terjadi
pertikaian masyarakat, MUI juga
meminta kepada kedua pasangan
Capres-Cawpres dan tim sukses
agar bersikap arif.
Kepada pasangan Capres-
Cawapres, tim sukses dan pen-
dukung masing-masing agar
mengedepankan persaingan
sehat (fastabiqul khairat) dengan
menjunjung tinggi persaudaraan
kebangsaan (ukhuwah wathani-
yah), menghentikan bentuk kam-
panye hitam, penyebaran ghibah,
fitnah, serta pertentangan yang
bersifat suku, agama, ras antar
golongan (SARA), jelas Amirsyah.
Soal keberpihakan, Amirsyah
menegaskan secara kelembagaan
MUI bersikap netral atau tidak
partisan. MUI mendorong rakyat
pemilih, khususnya umat Islam,
untuk menggunakan hak pilih.
Untuk memilih pasangan Capres
dan Cawapres yang agamis, jujur,
adil, bertanggungjawab dan
berkemampuan dalam memimpin
bangsa menuju pencapaian cita-
cita Indonesia yang aman sentosa,
adil, makmur, dan berdaulat (bal-
datun thayyibatu wa rabbun gha-
fuur), tegas Amirsyah.
Nch/Bag
KH. Maruf Amin
11
FATWA
Demokrasi di Indonesia
harus ditingkatkan dari
demokrasi prosedural
ke demokrasi substan-
sial. Sehingga system
ini benar-benar mampu
membawa kemasla-
hatan bagi umat. Itulah
yang harus diperhati-
kan oleh capres yang
akan datang.

M
ENANGGAPI pilpres
9 Juli nanti, KH.
Mutawakkil Alallah,
ketua PWNU Provinsi
Jawa Timur mengatakan bahwa
Nahdhatul Ulama mendorong
agar pemilihan presiden dan wakil
presiden tersebut berlangsung
dengan jujur, adil dan bermarta-
bat.
Sejak bergulirnya era reforma-
si, pemilihan presiden dan wakil
presiden ini sudah yang ke empat
kalinya dan pemilihan tersebut
dipilih langsung oleh rakyat. NU
mendorong pemilu ini berlang-
sung dengan jujur, adil dan ber-
martabat, terang Mutawakkil saat
ditemui Obor Rahmatan Lilalamin
di Kantornya.
Disamping itu, lanjutnya, NU
juga berharap agar demokrasi
di Indonesia ini naik derajatnya
dari demokrasi prosedural ke
demokrasi substansial. Substansi
demokrasi adalah terbentuknya
kepemimpinan yang merupakan
bagian dari nasbul imamah,
yakni adanya kepemimpi-
nan yang yang wajib
bagi sebuah komunitas,
dalam hal ini adalah
Indonesia.
Karena itu, kami menghimbau
agar masyarakat yang memiliki
hak pilih hen daknya menggunak-
an hak pilihnya, imbuh pria yang
juga pengasuh pondok pesantren
Genggong Probolinggo ini.
Substansi dari sebuah kepe-
mimpinan, lanjutnya, adalah
menciptakan kemaslahatan orang
banyak atau masyarakat secara
umum. Karena itu, dalam pemili-
han umum yang akan datang ini,
NU menghimbau agar masyara-
kat memberikan hak suaranya
sesuai dengan hati nuraninya,
me ngingat pemilihan umum
tersebut sangat menentukan
untuk perjalanan bangsa
ke depan selama lima
tahun.
Yang sangat
pen ting juga disini
adalah dalam rangka
indonesia meng-
hadapi pasar bebas
Asean, dimana ada
beberapa hal yang
membuat negara
ini tidak bisa meno-
laknya, yaitu perda-
gangan bebas, modal,
investasi dan
tenaga kerja. Disinilah pemimpin
harus mempu mempertahankan
kedaulatan dan harga diri indone-
sia dan mampu menghadapi liber-
alisasi atau neoliberalisasi.
Kalau tidak, maka Negara
ini akan terombang
ambing, dan yang akan
menerima akibatnya
adalah rakyat atau
masyarakat, tandas-
nya.
Oleh karenanya,
lanjut Mutawakkil,
siapapun pemimpin
yang akan datang
nanti, harus ingat
bahwa Negara
KH. Hasan Mutawakkil Alallah, Pengasuh Ponpes Genggong Probolinggo
Prosedur Jadikan Substansi
KH. Hasan Mutawakkil Alallah
FATWA 12
Republik Indonesia mempunyai
konstitusi berupa UUD 1945, serta
ideologi dan falsafah hidup yang
berlandaskan pada pancasila. Sila
pertama ketuhanan yan maha esa,
ini menjadi pondasi untuk kehidu-
pan berbangsa dan bernegara.
Karena itu, sampai kapanpun dan
dimanapun, maka ketuhanan yang
maha esa menjadi satunya tem-
pat bergantung dan satu-satunya
pertimbangan ketika kita sedang
menghadapi persoalan semakin
rumit yang seakan-akan tidak ada
solusinya. Dari nilai ketuhanan
yang maha esa itulah maka kita
akan menggerakkan Indonesia ini
sesuai dengan nilai-nilai pancasila,
yaitu persatuan, kerakyatan, dan
keadilan sosial yang merupakan
tujuan akhir dari berdirinya neg-
ara ini.
Itulah yang harus diingat oleh
pemimpin kita yang akan datang,
sekali lagi kami himbau agar
warga nahdiyyin khususnya dan
masyarakat secara umum memilih
presiden dan wakil presiden ini
sesuai hati nuraninya masing-
masing, paparnya.
Mutawakkil menambahkkan
bahwa terkait dengan pemilu
yang akan datang ini, yang pasti
NU telah menegaskan tak satupun
presiden dan calon presiden yang
direkom langsung dari NU. Hal
itu berdasarkan surat edaran dari
PBNU yang menegaskan bahwa
NU konsisten kembali ke khittah,
dimana ormas keagamaan ini
tidak terlibat dalam politik prak-
tis.
Jadi, kalau ada yang me ngaku
direkom NU, itu hanya klaim
semata, tambahnya.
Yang pasti, menurut
Mutawakkil, kalau berbicara kepe-
mimpinan maka kon teksnya adalah
politik kebangsaan dan politik ker-
akyatan. Dalam hal ini, yang dido-
rong oleh NU adalah agar warga NU
khususnya dan masyarakat pada
umumnya hendaknya memilih ses-
uai hati nuraninya. Kalau mereka
masih bi ngung, silahkan mengikuti
ma sing-masing hasil ijtihad kiainya.
Kalau masih bingung de ngan
siapa presiden yang akan di pilih,
silahkan mereka mengikuti hasil
ijtihad politik masing-ma sing
kiainya. Sebab hasil ijtihad
tersebut, kalau benar akan dini-
lai mendapatkan dua pahala,
sementara kalau salah tetap
akan mendapatkan satu pahala,
ujarnya.
Mutawakkil juga menegaskan
bahwa kaitannya dengan kepe-
mimpinan ini, posisi NU sebagai
organisasi kemasyarakatan terbe-
sar di Indonsia, menjadi mediator
atau penengah. Banyak konflik
yang terjadi negara-negara luar
karena tidak ada yang bisa men-
jadi penengah, sehingga ketika
pemerintah memiliki suatu keingi-
nan dan rakyat memiliki keinginan
yang lain, maka kekuatan peme-
rintah dan rakyat tejadi perang
saudara, tapi hal itu tidak terjadi
di indonsia.
Oleh karena itu, terkait
de ngan pemerintah yang baru
nanti, NU akan selalu mendukung
keputusan pemerintah selama hal
itu untuk kemaslahatan masyara-
kat atau rakyat. Sebaliknya kalau
tidak demikian, maka NU akan
mengkritik pemerintah demi
kepentingan bangsa tercinta ini,
pungkasnya.
Nch/Kur
Suasana kemeriahan kampanye damai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan/PDIP di Jawa Timur.
NU mendorong pemi-
lu ini berlangsung
dengan jujur, adil dan
bermartabat,

KH. Hasan Mutawakkil
Alallah
FATWA 13
Kampanye adalah
ajang untuk mensosia-
lisasikan visi dan misi
calon presiden. Bukan
ajang untuk saling
menghujat dan fitnah.
Apalagi saat bulan suci
Ramadan. KH Slamet
Effendy Yusuf, Ketua
PBNU, mengajak fasta-
biqul khoirat dengan
berkampanye yang
positif.
K
ETUA PBNU, KH Slamet
Effendy Yusuf melihat
menjelang pilpres Juli
nanti, semakin gencar
pula kampanye negatif dan kam-
panye hitam. Ia mengingatkan,
dalam Islam mempercakapkan kej-
elekan orang lain itu dilarang. Hal
tersebut dalam larangan ghibah.
Dan ini sangat dilarang keras
dalam Islam.
Dalam kampanye yang berkem-
bang di Indonesia, menurut dia
sudah menjurus pada fitnah. Jadi
mari kita jadikan masa kampanye
ini menjadi masa yang penuh
makna dari sudut pendidikan poli-
tik. Sangat percuma pada masa
kampanye kalau tidak bermakna
bagi proses pendewasaan bangsa.
Kampanye itu harus diarahkan
kesana yakni dengan memberikan
kesadaran politik kepada masyara-
kat, lalu kesadaran menjadikan
mereka memberikan prefer-
ensi pilihan politik, tuturnya di
Jakarta, Selasa (17/6).
KH Slamet Effendy Yusuf
menilai bahwa kedua capres dan
cawapres saat ini terbukti dari
dukungan masyarakat, maka
bisa digolongkan orang-orang
yang baik. oleh karena itu, ketika
orang-orang yang baik dijadikan
pemimpin bangsa, maka jangan
sampai dirusak citra capres dan
cawapres masing-masing.
Misalnya seperti Jokowi
dirusak citranya dengan dibuat
cerita-cerita yang aneh dengan
menyebarkan jika Jokowi bukan
beragama Islam. Jadi marilah kita
membuat kampanye yang positif
saja. Bahwa kalau Jokowi menang,
akan membangun begini-begini
untuk Indonesia. Jadi lebih baik
menjual nilai-nilai positif dari
masing-masing pihak saja, jangan
malah membeberkan nilai negatif.
Kita harus ada pendidikan politik
dalam kampanye ini, tambah dia.
KH Slamet Effendy Yusuf juga
menyinggung bahwa pilpres men-
datang bersamaan dengan bulan
puasa. Ia mengimbau agar tidak
ada lagi bentuk ghibah dari pihak
manapun. Kedua capres-cawapres
bisa mengedepankan, menonjol-
kan sisi positif dari visi misinya.
Demikian juga masyarakat agar
fokus menjalankan ibadah puasa
dengan tenang tanpa mudah ter-
provokasi. Jangan malah sampai
saling menyerang atau menebar
fitnah, tegas KH Slamet Effendy
Yusuf.
Ditanya harapannya bagi kedua
capres kedepan jika terpilih untuk
umat Islam, KH Slamet Effendy
Yusuf menerangkan, umat Islam
itu berharap atau tidak berharap.
Sementara penduduk di Indonesia
ini mayoritas Islam. Maka perbua-
tan apapun yang dilakukan pres-
iden mendatang, akan membawa
implikasi bagi umat Islam. Umat
Islam sendiri sangat berharap agar
terpilihnya salah satu capres saat
ini, akan membawa implikasi yang
sangat baik untuk umat Islam.
Dua capres ini, lanjut KH Slamet
Effendy Yusuf, tidak akan mung-
kin menjadi presiden yang baik
jika tidak memperhatikan umat
Islam. Tahu sebabnya? Karena
Islam ini penduduk terbesar yang
menempati Tanah Air. Jadi saya
kira harus diberi perhatian lebih,
meskipun jangan sampai yang
minoritas juga tidak diperhati-
kan, ungkapnya.
KH Slamet Effendy Yusuf
mengajak masyarakat untuk
mendekatkan diri kepada Allah
agar diberi petunjuk. Dikatakan,
saat minggu tenang, di pagi hari,
malam hari sebelum pilpres dan
saat masyarakat menjalankan
sahur, masyarakat bisa menun-
aikan salat hajat, salat istikarah
untuk penenang hati. Dengan
niat agar Allah bisa menentukan
mana yang terbaik untuk kita
pilih. Setelah itu, sambil berjalan,
Insyal Allah akan diberikan ilham,
saran dari KH Slamet Effendy
Yusuf. Nch/Bag
KH Slamet Effendy Yusuf, Ketua PBNU
Jangan Merusak Citra Capres
Jadi lebih baik menjual
nilai-nilai positif dari masing-
masing pihak saja, jangan
malah membeberkan nilai
negatif. Kita harus ada
pendidikan politik dalam
kampanye ini,
KH Slamet Effendy Yusuf
FATWA 14
Alasan Kiai mendukung
Jokowi-JK?
Yang saya maksud NU tidak
sekedar orang, tapi mindset NU
dalam urusan kenegaraan, dalam
urusan kemasyarakatan, dan
dalam urusan kebangsaan. Karena
di dalam NU itu ada patokan-
pa tokan. Dalam garis moderas-
inya, misalnya moderasi di dalam
pelaksanaan agama, lalu mode-
rasi di dalam hubungan lintas
masyarakat, misalnya sesama Islam
bagaimana, dengan non-muslim
bagaimana, dengan Bhinneka
Tunggal Ika bagaimana.
NU itu mempunyai pemikiran
dalam hubungan agama dan
negara. NU tidak pernah mem-
pertentangkan agama dan negara,
tapi mensupremasikan bagaimana
tata nilai luhur dalam agama bisa
masuk ke negara dalam konteks
kerangka nasional, tidak sektarian
Nah, kemudian bagaimana
negara bisa melindungi agama,
sehingga tidak pernah membuat
kontrakdiksi antara agama dengan
negara, hubungan substansial,
tidak kontekstual. Mindset ini yang
harus ada di dalam kepemimpinan
negara.
Dari segi figur, baik Jokowi
ataupun JK itu seperti apa di
mata Kiai?
Jokowi dan JK ada keunikan-
nya. Jokowi ini kan ada kecende-
rungan meninggalkan gaya
seorang pejabat sebagai pengu asa.
Kelihatan dia meninggalkan itu.
Dia lebih senang egaliter. Ini kalau
digandengkan dengan kejujuran,
maka akan menguragi ba nyak hal
problematik di Indonesia, karena
separuh masalah Indonesia itu kan
ketidakjujuran.
Kalau Indonesia dipimpin orang
jujur saja, belum pandai pun itu
sudah menyelesaikan sebagian
masalah bangsa ini. Indonesia
rusak karena keserakahan, kese-
rakahan yang di atas, jeritan yang
di bawah. Dalam diri Jokowi saya
melihat kejujuran itu.
Pernah punya pengalaman
pribadi dengan figur Jokowi
maupun JK?
Saya dengan Jokowi kenalnya
biasa-biasa saja, dua kali ketemu
di Solo ketika dia masih wali kota
karena saya mengatasi konflik
agama yang ada di sana. Kesan
saya dia orangnya lugu-lugu saja.
Artinya tidak punya pikiran ruwet,
berbelit-belit, ndak ada itu.
Kalau dengan Pak JK saya kenal
dari dulu, lebih 10 tahun lalu dan
saya tahu ibadahnya, itegritasnya
visioner, dan kompetensinya ter-
hadap negara.
Sempat ada isu yang mer-
agukan keislaman Jokowi.
Bagaimana reaksi Kiai menden-
gar informasi itu?
Begitu saya mendengar itu,
maka saya melakukan tracking,
kalau bahasa agama, tabbayun.
Saya menelpon pengurus NU
cabang Surakarta, saya mohon
coba diadakan klarifikasi yang
sebenarnya Jokowi itu bagaimana.
Maka sudah diterbitkan oleh
pengurus NU Surakarta bahwa
setelah diadakan penelitian
secukupnya, ternyata Jokowi
orang Islam sejak lahir, dia sudah
haji, berkali-kali umroh, shalatnya
lumayan bagus, ibunya seorang
salehah, saudara-saudaranya
semua Islam, ayahnya juga
Islam, dan dia bukan keturunan
Tionghoa.
Dia juga diopinikan sebagai
Capres Boneka. Pendapat Kiai?
Kalau dia dianggap misalnya
sebagai capres boneka, enggak
juga. Wong lebih pintar dia daripa-
da kiri kanannya, sehingga isu itu
tidak benar dan diputarbalikkan.
Bagaimana Kiai melihat isu
SARA untuk menyerang lawan
politik di pilpres?
Ini saya yang paling tidak
setuju menggunakan konflik
agama. Seandainya Jokowi betul-
betul Kristen, tapi penggunaan
hujatan itu tidak betul. Itu menun-
jukkan cara itu akan dipakai dalam
kepemimpinan jika dia berkuasa,
sehingga berbahaya, karena sudah
dimulai sejak melakukan kam-
panye. Itu embrio yang berbahaya
untuk NKRI, bukan soal tuduhan
Kristen atau tidak, tapi dalam kon-
teks bernegara itu rawan.
nch/fat
KH Hasyim Muzadi, Mantan Ketua Umum PBNU
Jokowi Bukan Capres Boneka
Opini bahwa Jokowi adalah Capres Boneka tidak
membuat KH Hasyim Muzadi menyurutkan duku-
ngan. Saya tidak percaya dia capres boneka.
Buktinya dia lebih pintar dari orang yang di kanan
kirinya,ungkap Kiai Hasyim. Berikut petikan wawan-
cara M Fathra Nazrul dari Obor Rahmatal Lilalamin.
KH Hasyim Muzadi
15 FATWA
Sebagai relawan Demi
Indonesia, Saya ikut
Pak Dahlan Iskan.
Mendukung untuk
membantu memenang-
kan Jokowi-Jusuf Kalla
sebagai presiden dan
wakil presiden! Itulah
sikap KH Abdul Aziz
Affandi.
K
iai kharismatik yang
memimpin Pondok
Pesantren Miftahul Huda
Manonjaya Kabupaten
Tasikmalaya ini, menyadari kepu-
tusan yang dipilihnya bisa saja
berseberangan dengan pihak lain
di dunia pesantren.
Itulah demokrasi. Saya sebagai
seorang pemimpin harus meng-
ambil keputusan. Dan keputusan
yang diambil ini wajib! tegasnya.
Ratusan pesantren jaringan
Miftahul Huda, tekad Kiai Aziz,
akan sama-sama bergerak untuk
membantu memenangkan
Jokowi-Jusuf Kalla.
Saya akan turun ke pesantren-
pesantren jaringan Huda, juga sa -
ha bat-sahabat yang tidak sepagu-
ron. Saya akan ajak dialog untuk
menyakinkan ini, tekad Kiai Aziz.
Terkait keputusan mendukung
Jokowi, Kiai Aziz yakin dengan
apa yang dikatakan Dahlan Iskan
kepadanya. Bahwa Jokowi-Jusuf
Kalla akan mendengarkan kehen-
dak rakyat. Kiai ikut keputusan
Dahlan Iskan mendukung Jokowi
karena saling percaya.
Kita sudah tahu, sudah meng-
uji, sudah berharap. Dan harapan
ini jangan diputus. Tempatkan
Dahlan Iskan untuk tetap bisa
mengurus bangsa ini walaupun
tidak sebagai nomor satunya. Saya
yakin Pak Jokowi dan Pak Jusuf
Kalla itu memiliki potret tersen-
diri. Akan memberikan ruang yg
sangat luas untuk Dahlan Iskan,
tegas Kiai Aziz.
Figur Jokowi-Jusuf Kalla , kata
Kiai Aziz, yakin tidak akan melen-
ceng dari cita-cita kebangsaan.
Ada beberapa contoh peristiwa
besar ketika presiden tidak seja-
lan lagi dengan kehendak rakyat.
Bung Karno, katanya, ketika diang-
gap tidak pas dengan perjalanan
bangsa ini, sejarah pun meng-
ingatkan, sampai akhirnya beliau
berhenti. Lalu Pak Harto ketika
dianggap (tidak pas) masyarakat
juga bisa (menurunkan).
Begitu juga dengan Jokowi-JK,
jika nanti tidak adil dalam meme-
rintah, kita akan mengingatkan-
nya. Saya kira rakyat akan melaku-
kan sesuatu yang sama, jelasnya.
Kiai Aziz menambahkan, kepu-
tusan yang diambilnya lewat
pemikiran yang matang, bukan
sebentar dan asal-asalan. Ia yakin,
keputusannya (mendukung
Jokowi-JK), tidak bertentangan
dengan pondok pesantren lain-
nya. Sebab hal itu merupakan
urusan bernegara, berbangsa, dan
demi masyarakat Indonesia ke
depan.
Menentukan pilihan di pilpres,
tidak cukup berasal dari informasi
media massa saja. Kita juga punya
Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha
Tahu segalanya. Kita mencoba
untuk mendapatkan petunjuk.
Dan (petunjuk) yang saya dapat
ini harus membuat Saya mengam-
bil sebuah sikap. Demi Indonesia
ke depan. Demi pembangunan
Indonesia ke depan, terangnya.
Keputusannya mendukung
Jokowi-Jusuf Kalla, sambung Kiai
KH Abdul Aziz Affandi, Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Tasikmalaya, Jawa Barat
Jokowi-JK
Lebih Maslahat
Jangan Termakan Isu SARA
KH Abdul Aziz Affandi
16 FATWA
Aziz, semakin bulat setelah meli-
hat dari debat calon presiden.
Kiai melihat ada hal yang unggul
dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla
dibandingkan pasangan Prabowo-
Hatta. Yaitu mengatasi problema
bangsa saat ini, perlu tindakan
konkret, bukan program yang
diawang-awang. Termasuk
bagaimana mengatasi hal-hal
yang dominan dalam Kebhineka
Tunggal Ika-an.
Jangan terjebak bahwa
Jokowi berarti kristenisasi saat
mempertahankan Lurah Susan. Itu
kebhinekaan, toh Prabowo pun
sama, dia mempertahankan Ahok.
Kemudian banyaknya isu SARA ter-
kait Jokowi, sekarang saya sudah
mengerti dan paham, itu semua
kampanye hitam, tegasnya.
Ditambahkan, keputusan
Jokowi yang berpasangan den-
gan Jusuf Kalla, sangat pas. Saya,
katanya, sudah melihat di televisi
ternyata sepatu yang dipakai
Jusuf Kalla produk Cibaduyut, baju
produk Indonesia. Jadi ketampan-
an pasangan ini berkat dibungkus
produk Indonesia. Kesederhanaan
ini amat melekat dalam kehidu-
pan pada Jokowi-JK, dan ini cukup
untuk menjawab ke depan bahwa
pemerintahan ini bersih dari
korupsi.
Hidup mereka sangat seder-
hana, Insyaallah bersih korupsi,
pujinya.
Soal blusukan Jokowi, kiai Aziz
awalnya sempat bertanya-tanya.
Apakah blusukan hanya untuk
mendapatkan masalah tanpa men-
carikan solusi. Ternyata setelah
blusukan, Jokowi memiliki cara
menyelesaikan masalahnya.
Ia juga mengomentari pili-
han Jokowi-JK tentang kabinet.
Dikatakan, kabinet ramping meru-
pakan kabinet yang paling efektif
dan efisien.
Tidak ada beban berat, per-
jalanan ini enteng sekali. Lain
halnya dengan yang gemuk,
bagaimana mengawal bangsa
ini dengan gaya-gaya gemuk,
imbuh putera dari ulama besar
Tasikmalaya KH Khoer Affandi ini.
Dengan demikian, Insya Allah
Jokowi-JK lebih Maslahat, tandas
Kiai Aziz.
Sebagai sesepuh relawan Demi
Indonesia, Kiai muda ini mengim-
bau agar relawan mengikuti
langkah Dahlan Iskan. Dikatakan,
Dahlan Iskan itu bekerja demi
Indonesia, bukan demi presiden,
juga bukan demi keuntungan
pribadi dan golongan. Dahlan,
ungkapnya, selama ini sudah
nyata bisa bekerjasama dengan
dunia pondok pesantren. Moral
anak bangsa ini sudah kita sentuh
melalui program-program bantu-
an dari Dahlan Iskan. Beliau figur
yang bisa membawa bangsa ini
maju. Sekarang Pak Dahlan iskan
ada di Jokowi, mudah-mudahan
masih bisa mengabdi untuk bang-
sa, membangun Indonesia dengan
Pak Jokowi. Jadi kalau kita yakin
Pak Dahlan Iskan seseorang yang
kita agungkan, kita harapkan kebi-
jakan dan sikap-sikapnya, kenapa
kita harus berbelok ke orang lain.
Seorang pejuang tidak boleh
mundur sejengkal pun. Demi
Indonesia, apalagi Pak Dahlan
sudah di tempat ini (Jokowi-Jusuf
Kalla). Apalagi yang harus kita
pikirkan. Jadi, ayo gabung, seru
Kiai Aziz seraya menyebutkan
keputusan Dahlan mendukung
Jokowi sudah sangat tepat, sebab
berarti satu ruang dengan
kekuatannya.
Capres Jokowi dan cawapres Jusuf Kalla
KH Abdul Aziz Affandi
B
erikut petikan wawan-
cara kru Tabloid Obor
Rahmatan Lilalamin,
Muhammad Arman KS
dengan Jusuf Kalla. Wawancara
dilakukan di dalam kabin pesawat
BAE 146 Seri 200 dalam perjalanan
dari Kupang NTT ke Lombok NTB,
Kamis, 19 Juni.
Maaf Pak JK, saya ingin waw-
ancara sejenak. Karena agenda
Anda terlalu sibuk, saya mohon
ijin wawancara di pesawat.
Boleh Pak?
Boleh, silahkan. Dimana saja
bisa kalau waktunya memungkin-
kan. Silahkan, mau tanya apa.
Baik, saya langsung saja pak.
Ini terkait dengan fitnah yang
beredar luas di masyarakat dan
terlihat masif. Apakah ini cukup
mengganggu Pak?
Yah pastilah mengganggu. Ini
kan upaya untuk menjelek-jelek-
kan kami. Pak Jokowi misalnya
disebut diragukan keIslamannya,
padahal pak Jokowi imam yang
baik. Ada sebuah tabloid yang
beredar dimana-mana. Itu fitnah
yang sengaja diarahkan.
Soal penghapusan sertifikasi
guru juga disebarkan akan dilaku-
kan Jokowi-JK, jika terpilih. Ini
semua kan sangat tidak masuk
akal. Mana mungkin sertifikasi
guru itu akan dihapuskan. Malah
harusnya ditambah.
Pengamatan Anda, apakah
publik banyak terpengaruh?
Pasti ada yang terpenga-
ruh. Oleh karena itu harus bisa
dijelaskan cepat. Disampaikan
bahwa apa yang beredar terse-
but benar. Masyarakat kan tidak
tahu. Tapi kalau sudah dijelaskan,
saya kira masyarakat akan paham.
Masyarakat itu saya kira akan bisa
membedakan mana fitnah mana
fakta. Kalau kami selama ini difit-
nah, kami tidak mau membalas-
nya. Cukup dijelaskan saja.
Intensitas perusakan citra
Jokowi-JK ini apa masih tinggi
atau cenderung menurun Pak?
Kalau saya lihat mulai menurun
juga usaha itu. Mungkin karena
masyarakat juga mulai tahu bahwa
itu tidak benar. Makanya, diabai-
kan saja. Kami juga terus mem-
berikan penjelasan pada mereka
berupa klarifikasi jika muncul lagi
fitnah atau informasi yang tidak
benar. Itu dilakukan dalam semua
pertemuan termasuk pada media.
Biar masyarakat tahulah. Itu saja
intinya.
Apakah cukup dengan klarifi-
kasi saja Pak?
Cukuplah. Kecuali kalau
masyarakat tidak percaya. Tetapi
kami menyampaikan apa adanya
dan memang semua yang jelek-
jelek itu kan tidak ada buktinya.
Malah sebaliknya, justru kebalikan-
nya. Jadi dijawab saja.
Baik Pak. Nah, sebagai tokoh
agama, apalagi Anda adalah
Mustasyar PBNU, bagaimana
Anda menilai perilaku seperti
ini?
Jelas ini bukan perbuatan baik.
Fitnah itu sangat merusak dan
tidak dibenarkan. Saya kira agama
apapun juga membenci perilaku
seperti ini. Fitnah kan merusak
orang lain, menyampaikan keje-
lekan orang lain yang sebenarnya
tidak ada. Jadi hanya mengada-
ada saja.
Seperti Jokowi-JK ini kan mung-
kin tidak dapat celahnya. Tidak
pernah korupsi, tidak pernah
melanggar HAM, tidak pernah
menyakiti orang lain. Nah, karena
tidak ada ditemukan kejelekan,
maka satu-satunya cara dengan
memfitnah. Itu sangat tidak baik-
lah.
Apa dampak dari ini, apalagi
membawa isu agama?
Jelas mengancam disintergrasi
bangsa. Karena ada usaha untuk
menghadap-hadapkan masyarakat
berdasarkan agama. Itu sangat
berbahaya. Mengancam persatuan
dan kesatuan. Masyarakat akhirnya
memilih tidak lagi berdasarkan
dengan kemampuan. Tetap karena
berdasarkan persamaan kelom-
Jusuf Kalla Melawan Fitnah:
Rakyat Tahu, Mana Fitnah
Mana Fakta
FITNAH yang diarahkan pada pasangan capres-cawa-
pres nomor urut dua, Jokowi-JK terstruktur dan masif.
Tidak hanya menyerang person, tetapi juga menyemat-
kan program yang dibenci masyarakat. Padahal, rakyat
sudah tahu, mana fitnah, mana fakta.
Jusuf Kalla
17 WAWANCARA
18 WAWANCARA
poknya. Isu agama itu atau SARA
itu tidak boleh sama sekali jadi alat
untuk merusak orang lain.
Saya sendiri sangat menya-
yangkan hal ini. Indonesia ini ada
bermacam-macam agama. Harus
dilindungi semua. Tidak boleh ada
yang dikebiri. Apalagi, kalau isu
agama yang diangkat tersebut
juga adalah fitnah. Harusnya mari
kita sama-sama menjaga keutuhan
persatuan bangsa.
Terakhir Pak, bagaimana
rasanya mendampingi orang
yang selalu difitnah dengan
begitu keji?
Tentu saya merasakan juga dan
merasa aneh orang yang selalu
memfitnah itu. Karena saya kenal
Pak Jokowi. Dia imam di keluar-
ganya yang baik. Agamanya jelas.
Tapi tidak tahu dari mana asalnya,
fitnah pada Pak Jokowi begitu
berkembang. Banyak cara digu-
nakan untuk melakukan itu.
Kadang-kadang saya ngeri juga.
Mengapa ini ada saja orang yang
senang memfitnah. Tapi saya lihat
pak Jokowi juga tenang-tenang
saja. Menjawab dengan santai.
Karena memang apa yang berkem-
bang itu tidak benar. Hanya dicari-
cari saja. Mana buktinya. Kan tidak
pernah ada yang terbukti fitnah
itu. Hanya sekadar diangkat saja
tanpa dasar. Makanya, ini fitnah.
Terima kasih Pak atas kes-
empatan yang diberikan.
Iya, sama-sama. Aneh-aneh
memang saya lihat sekarang. Yah
cukup begitu begitu yah.
JUSUF Kalla (JK) tidak
hanya menjadi bagian
dari keluarga Nahdlatul
Ulama (NU). Namun
Wakil Presiden era Susilo
Bambang Yudhoyono
tahun 2004-2009 itu juga
punya kedekatan dengan
warga Muhammadiyah.
H
al inilah yang men-
dorong sejumlah
ka der dan tokoh
Mu hammadiyah men-
deklarasikan dukungan kepada
pasangan Joko Widodo dan JK
pada Pemilihan Presiden 2014
ini. Mereka yang tergabung
da lam Tim Relawan Sang Surya
me nyokong penuh capres-ca wa-
pres yang diusung partai koalisi
PDIP, NasDem, PKB, dan Hanura
itu, karena ada sosok Jusuf Kalla.
Kami warga Muhammadiyah
yang punya hubungan emosional
dengan keluarga JK tidak bisa
memilih yang lain, kecuali JK
tidak ikut, jelas pengurus Posko
Pusat Tim Relawan Sang Surya, M.
Ihsan, Kamis, 22 Mei.
Ihsan menjelaskan, ibunda
JK, Athirah, adalah pendiri dan
tokoh Aisyiyah Muhammadiyah
di Sulawesi Selatan. Bahkan,
pengurus PP Pemuda
Muhammadiyah periode 2006-
2010 pernah menerbitkan
biografi tentang perjuangan
Athirah dalam mengembangkan
Aisyiyah dan Muhammadiyah
di provinsi tersebut. Dan
JK merupakan anak biologis
Aisyiyah, ungkap mantan Ketua
PP Pemuda Muhammadiyah ini.
Biografi tersebut juga men-
ceritakan bagaimana pertemuan
antara sang pemuda JK dan
pe rempuan Minang Kabau
Su matera Barat, Mufida, anak
tokoh Muhammadiyah yang
di tugaskan dari Mualimin Padang
Panjang untuk mengajar di
Makassar.
Dalam perjalanannya, Mufida
tidak hanya sebatas anak biologis
tokoh Muhammadiyah Sumatera
Barat, tetapi dia meneruskan
perjuangan sang mertua,
Athirah, untuk menjadi pengurus
Aisyiyah.
Menurut mantan Sekretaris
Komisi Perlindungan Anak
Indoensia (KPAI) ini, pengabdian
dan perhatian Mufida selama
mendampingi JK terhadap
Muhammadiyah dan Aisyiyah,
tiada terkira. Sampai suatu
saat karena Bank Persyarikatan
milik Muhammadiyah menga-
lami masalah dimana komisaris-
nya waktu itu antara lain Syafii
Maarif, Din Syamsudin, dan
Hajriyanto Tohari, terancam
masuk penjara.
JK yang pada waktu itu men-
jabat sebagai Wakil Presiden, be rani
pasang badan. Dia men jamin
penyelesaian Bank Persyarikatan,
sehingga tokoh-tokoh
Muhammadiyah tersebut tersela-
matkan dari aib di mata publik.
Sebagai anak biologis
Muhammadiyah dan Aisyiyah, JK
dan Mufida memberikan perha-
tian yang luar biasa pada warga
Muhammadiyah, baik ketika
menjabat atau tidak. Kantor PP
Muhammadiyah di Menteng Raya
penuh dengan bantuan paket
lebaran yang dikirim ke seluruh
warga Muhammadiyah seluruh
Indonesia yang membutuhkan,
imbuh Ihsan.
Keikhlasan dan nilai-nilai
perjuangan untuk membangun
umat yang tertanam dalam
keluarga JK, membuat warga
Muhammadiyah dan Asyiyah se-
Indonesia tidak dapat pergi ke
lain hati. Karena mendukung
keluarga sendiri merupakan
kewajiban dalam Islam yang
harus kami tunaikan, pungkas-
nya.
Kisah Jusuf Kalla & Bank Persyarikatan
Pasang Badan demi
Selamatkan Aib Umat Islam
19 WAWANCARA
Sebagai seorang muslimah,
apa pendapat anda tentang
Jokowi-JK dalam hal keIslaman?
Saya nggak mau memban-
ding kan keislaman seseorang.
Tapi soal Pak Jokowi, ini kesak-
sian Pak Adnan dan Kiai Abdul
Karim, pimpinan pesantren di
Solo bahwa Pak Jokowi itu ter-
masuk pendiri Jamuro, Jamiyah
Muji Rosul, berarti itu yang ahli
selawatan keliling. Dan keliling-
nya sama Ketua NU Surakarta dan
Ketua NU Jawa Tengah saat beliau
jadi wali kota di Solo.
Kemudian beliau juga tiap
bulan menggelar baca Quran,
biasa kalau bulan puasa mengun-
dang selawatan dan Quran sampai
30 ribuan orang. Jadi bagi NU dan
muslimat NU di Solo, beliau sangat
dikenal, baik Pak Jokowi mau-
pun ibunya. Iya memiliki tradisi
keagaamaan yang kuat.
Kalau Pak JK, ibu-ibu musli mah
kemarin sempat gelar rakernas
di Makassar dan salat di Masjid
Raya Makassar. Sampai kemaren
ada ibu-ibu yang bertemu saya
di Mojokerto, mereka cerita sam-
pai terkesan, bahwa di Masjid
Raya Makassar milik Pak JK, setiap
siang disiapkan makanan, jadi
mau di ukur apa lagi tingkat
keagamaannya?
Saya enggak mau memban-
dingkan dengan yang lain soal
ke agamaan, karena yang tahu
ke takwaan itu hanya Tuhan.
Cuma saya sempat dapat video
dan fotonya Pak Jokowi haji dan
umroh bersama putra putrinya.
Jadi orang mau mensaksikan dari
sisi apanya lagi?
Kalau ada orang yang bilang,
masa orang yang sukanya cuma
blusukan masa mau mimpin neg-
ara?. Saya menemukan surat Al-
Furqon ayat 7 dan ayat 20, bahwa
ternyata tradisi para rasul menu-
rut Alquran, mereka makan dan
keliling di pasar-pasar. Jadi tradisi
Pak Jokowi blusukan di pasar sela-
ma ini sama dengan tradisi blusu-
kan di ayat itu. Itu mengikuti jejak
para rasul dan itu ada di Alquran,
cuma terus banyak orang yang
enggak sempat melakukan telaah.
Pernahkah, Anda melihat sisi
lain dari Jokowi maupun JK seb-
agai seorang muslim yang tak
diketahui banyak orang?
Saya enggak bisa mengukur
keislaman seseorang ataupun
keagamaan seseorang, karena
orang yang rajin puasa Senin-
Kamis belum tentu itu menun-
jukkan kesalehan seseorang.
Orang yang pakai jilbab bahkan
sampai pakai cadar belum tentu
menunjukkan kesalehan. Saya rasa
ke solehan orang enggak bisa dili-
hat secara verbal seperti itu.
Nah kita mungkin bisa meli-
hat dari perilaku-perilaku yang
ditunjukkan Pak Jokowi-JK,
melakukan penyapaan secara
so sial menjadi bagian penting dari
indikasi sebuah kesalehan, saya
sering menyebutnya kesalehan
sosial. Misalnya begini, ayat-ayat
di Alquran sangat banyak yang
menyandingkan, aladzina amanu
waamilussoliha. Iman, amal saleh,
iman amal saleh terus digandeng-
gandengkan. Jadi soal amal soleh
ini menjadi penting.
Bukankah ketika Pak Jokowi
mengubah Waduk Pluit dari tadi-
nya bersampah-sampah menjadi
amal sosial? Lantas ketika beliau
menata PKL itu juga amal sosial.
Bukankah menata pasar yang
tadinya kumuh lantas menjadi
layak dan ber-AC itu juga kesale-
han sosial? Jadi banyak hal yang
mungkin bisa kita ukur dari kesale-
han sosial seseorang.
Bagaimana penilaian Anda
soal Jokowi maupun JK?
Untuk Pak JK, saya kenal jauh
lebih lama dengan beliau, karena
suami saya dari Makassar. Beliau
(JK, red) waktu menkokesra (men-
teri koordinator kesejahteraan
rakyat) zamannya Gus Dur beliau
bilang, ini (Khofifah) mantu saya.
Jadi memang komunikasinya atas
dasar kultur dengan suami saya.
Kebetulan beliau juga pengurus
NU, jadi nyambung secara ideolo-
gis, fisiologis dan kultur.
Kalau Pak Jokowi sejak di Solo
Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum
PP Muslimat NU
Blusukan itu
Tradisi Para Rasul
Sejak dipercaya menjadi Juru Bicara Joko Widodo,
Khofifah Indar Parawansa menjadi tempat bertanya dan
lebih sering berhubungan dengan banyak orang untuk
dimintai pendapatnya tentang capres no 2 tersebut.
Di mata Khofifah, Jokowi punya kesalehan sosial dan
seorang negarawan yang doyan blusukan yang merupa-
kan tradisi para rasul. Berikut petikan wawancaranya den-
gan reporter Obor Rahmatan Lilalamin, Yessy Artada:
Khofifah Indar Parawansa
saya juga kenal dan beberapa
kali ketemu di forum. Saat itu
saya enggak lihat kanan kiri, tapi
beliau yang menyapa saya duluan.
Meskipun kita beda meja, beliau
mendatangi saya. Mbak Khof
lupa? Saya Jokowi. Saya menang-
kap bahwa keapaadaannya Pak
Jokowi ya begitu, jadi enggak ada
kaitannya karena mau nyapres, itu
enggak ada. Ya memang begitu
bawaannya.
Apakah pernah punya pen-
galaman pribadi yang menarik,
dari dua figur itu?
Kalau pengalaman pribadi apa
ya, saya orangnya jarang ikut-ikut
berpergian dengan Pak JK atau-
pun Pak Jokowi. Saya lebih suka
menyapa konstituen. Saya bilang
saya lebih baik turun menyapa
konstituen. Saya sampaikkan itu
ke Pak Jokowi, saya ini bukan
tipe orang yang setor muka loh,
jadi mohon maaf kalau misalnya
nanti di sebuah forum saya nggak
ikut jejer-jejer rebutan salaman.
Karena itu bukan tipe saya.
Nantipun saya belum tentu
bisa mengikuti kunjungan Pak JK
atau Jokowi, karena waktunya
pendek lebih baik kita bagi tugas.
Dan Kayaknya beliau paham
banget soal itu. Jadi saya memang
lebih merasa bahwa saya harus
jadi diri saya sendiri, saya enggak
boleh jadi diri orang lain. Khofifah
ya Khofifah. Dan itu saya coba
bangun sampai sekarang, saya
enggak mikir misalnya nanti saya
enggak diangap kalau saya enggak
keliatan kerja di depan mereka,
karena beberapa teman masih
begitu sekarang berfikirnya.
Ada yang bertanya, kalau Mbak
Khofifah udah kerja keras dan
kalau mereka-mereka pada nggak
tahu gimana?. Saya bilang, ya
sudah. Tuhan kan tahu.
Bagaimana peran anda mem-
bujuk nahdliyin di Jatim demi
Jokowi-JK?
Sebetulnya secara logika gam-
pang sekali, karena Pak JK itu
bapaknya (Haji Kalla, red) pendiri
NU Sulawesi Selatan. Pak JK sendiri
pengurus NU dari dulu, jadi bukan
jadi pengurus NU ketika mau jadi
wapres atau cawapres, tapi dari
dulu memang pengurus NU.
Kemudian amal sosial di NU
juga luar biasa. Bapaknya Pak
JK ketika itu wakaf Universitas
Islam Makassar, dulu namanya
Universitas Al-Ghazali. Ketika
beliau mau wafat, beliau ke kan-
tor rektorat dan berpesan, kalian
boleh rehab apa-apa, tapi kalian
harus pasang ini, yaitu itu logo
NU.
Itu seorang Pak Haji Kalla, Pak
JK juga seorang filantropis bagi
NU di pusat maupun bagi badan
otonominya NU. Jadi banyak hal
yang menjadikan masyarakat
warga NU mudah membangun
kedekatan, maka secara logika
frame ketemunya di banyak ele-
men untuk menjadi rasionalisasi
dukungan pada Pak JK.
Apa pandangan Anda soal
kapasitas Jokowi maupun JK?
Kalau Pak Jokowi itu kan suc-
ces story-nya sebagai wali kota
cu kup banyak, sebagai gubernur
juga sa ngat mudah diukur. Pak
JK saya rasa punya sejarah cukup
penting bagi perjalanan rekonsi-
liasi, apa kah di Poso, di Ambon,
Aceh. Tidak mudah juga mencari
sosok rekonsiliator seperti Pak
JK. Jadi selain persoalan manaje-
men birokrasi pemerintahan yang
sudah mereka lakukan sudah teru-
ji dan terbukti.
Tapi ada kelebihan-kelebi-
han lain, enggak mudah men-
cari orang yang bisa dipercaya
oleh pihak-pihak yang berbeda
pendapat sangat tajam karena
persoalannya kan bukan hanya
orang dihilangkan atau dibom,
tapi juga kaitannya konflik dengan
agama.
Kemampuan pada saat jadi
wapres orang juga melihat, Pak
JK kerap bilang lebih cepat lebih
baik, itu kan nabrak paradigma
birokrasi karena birokrasi biasanya
kan ruwet, dan itu Pak JK harus
menabrak-nabrak birokrasi. Kalau
bisa lama kenapa dipercepat,
kalau bisa dipersulit kenapa diper-
mudah. Nah Pak JK membalik
paradigma itu. Saya rasa kita seha-
rusnya enggak lupa itu.
Bukankah orang berharap ada
reformasi birokrasi? Mempercepat
apa yang bisa dipercepat dan
mempermudah apa yang bisa
dipermudah, dan Pak JK sudah
membuktikan itu.
Apakah jutaan pendukung
Anda akan otomatis juga mem-
berikan dukungannya pada
Jokowi-JK?
Saya enggak bisa bilang otoma-
tis, tapi mainstream-nya begitu.
Jadi ada seorang kiai sangat terso-
hor di sebuah kabupaten di Jawa
Timur cerita ke saya, kenapa kalau
pilihan-pilihan politik pasti ikutnya
ke ibu (Khofifah, red)? Nggak bisa
dipindah-pindah. Insyaallah main-
stream-nya begitu.
Saya menemukan di
surat Al-Furqon ayat 7
dan 20, bahwa para rasul
berdakwah dengan kelil-
ing di pasar-pasar. Jadi,
tradisi Pak Jokowi blu-
sukan selama ini, sama
dengan jejak para rasul
tersebut
Khofifah Indar Parawansa
WAWANCARA 20
KONTROVERSI & SAKSI 21
Di lingkungan
Muhammadiyah, Imam
Ad-Daruquthni sudah
sangat dikenal. Mantan
Ketua Umum Pemuda
Muhammadiyah ini
menyatakan dukun-
gan kepada Jokowi
JK. Mengapa dia tidak
mengikuti jejak Amien
Rais mendukung
Prabowo Hatta?
I
MAM Ad-Daruquthni, Mantan
ketua Umum Pemuda
Muhammadiyah secara tegas
menyatakan dukungan-
nya kepada Jokowi JK. Alasan
utamanya adalah karena sosok
Jokowi-JK adalah putra bangsa
Indonesia yang terbaik. Di sisi lain,
Jokowi juga seorang yang religius.
Meskipun Jokowi bukanlah dari
kalangan pesantren, namun
ke seharian Jokowi mencerminkan
sosok yang menjunjung tinggi
agama Islam. Perilakunya taat
beribadah. Dia sendiri mampu
menjadi imam yang baik dalam
shalat. Secara formalitas, Jokowi
menegakkan syariat Islam dalam
kesehariannya, tambah Imam.
SOSOK TAWAKKAL
Lebih dari itu, Imam menyebut
jika pribadi Jokowi orientasinya
pluralisme dengan menghargai
umat yang beragama lain. Jokowi
juga tidak pernah membeda-beda-
kan satu sama lain. Saya sendiri
waktu bersama beliau sudah
melihat kepribadiannya. Saya kira
beliau juga sosok yang tawakkal,
ujar Imam kepada wartawan Obor
Rahmatal Lilalamin, Senin (16/6).
Imam menegaskan, masyara-
kat benar-benar harus tahu bah-
wasannya kampanye hitam itu
tidak hanya menghina orangnya
saja, melainkan juga menghina
agama. Terlebih melihat banyak-
nya kampanye hitam yang saat ini
beredar dan termasuk sara.
Ini sama saja dengan fitnah.
Fitnah itu predikatnya lebih
besar dan lebih kejam daripada
pembunu han, tandanya.
PRIHATIN SARA
Imam juga merasa prihatin
terhadap pemberitaan kampanye
hitam yang terjadi di Indonesia.
Menurut dia, mendekati pilpres 9
Juli mendatang, serangan se perti
halnya black campaign atau nega-
tive campaign sangat meresah-
kan, terutama yang ditujukan
kepada pasangan capres Joko
Widodo dan cawapres Yusuf Kalla.
Adapun yang saat ini digencar-
kan pihak tak bertanggung jawab
kepada kubu Jokowi-JK berupa
kampanye hitam yang bermuatan
persoalan sara. Misalnya, pihak
tertentu menyebarkan fitnah
bahwa Jokowi bukanlah Islam.
Inilah yang dinamakan black
campaign, dan sangat mempriha-
tinkannya lagi, ini dilakukan oleh
orang-orang yang terhormat,
kata Imam.
Imam menilai bahwa tindakan
seperti ini maka digolongkan seba-
gai penistaan demokrasi. Dalam
Islam sendiri, lanjut mantan Ketua
Umum Pemuda Muhammadiyah,
ini black campaign atau negative
campaign sudah jelas dilarang.
Imam juga menyerukan
kepada masyarakat Indonesia
agar selalu waspada terhadap
bermunculannya kampanye
hitam. Menurut Imam, kampanye
hitam dilakukan untuk menye-
rang pasang an Jokowi-JK dengan
tujuan agar pihak tersebut dapat
menaikkan kredibilitasnya di mata
masyarakat. Demokrasi itu tidak
seperti sekarang yang terjadi di
Indonesia. Bukannya saling meng-
hormati dan menghargai atau
menjunjung tinggi budaya, malah
membuat fitnah dan menyebar-
kannya, ujar anggota Komisi
Fatwa MUI Pusat ini. nch/.bag
Jokowi
Imam Shalat
yang Baik
Imam Ad-Daruquthni,
Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah
Imam Ad-Daruquthni
KONTROVERSI & SAKSI 22
Kenapa Anda dan RMI memil-
ih Jokowi-JK?
Karena saya melihat tujuh
kriteria yang ditentukan
Muhammadiyah itu sangat tepat
dan ada pada pasangan Jokowi-JK.
Misalnya, Jokowi-JK itu orang yang
merakyat, egaliter. Kalau di
Muhammadiyah kan tidak
ada kelas-kelas, kita cender-
ung egaliter.
Menurut kita, figur
Jokowi-JK seperti itu.
Ada satu istilah di
Muhammadiyah yang
cukup terkenal. Yaitu,
sedikit bicara banyak kerja.
Dan itu cocok dengan
figur Jokowi-JK. Mereka
adalah tipe man of action.
Mereka tidak terlalu ber-
wacana, tetapi pergerakannya
jelas. Kebijakan dan langkahnya
konkret. Itu bisa dilihat dari track
record mereka. Misalnya bagaima-
na Jokowi saat masih di Solo (wali
kota) dan DKI (ebagai gubernur).
Pak JK juga sebelum jadi wapres
menjadi menkokesra eranya Bu
Mega, kelihatan bagaimana peran-
nya dalam perdamaian Aceh,
Maluku, Poso. Itu rekam jejak yang
tidak bisa duhapuskan. Saya kira
riil, itu salah satunya. Kemudian,
menurut saya yang paling penting
Jokowi-JK ini bukan orang yang
meminta-minta jabatan. Hal ini
kalau di Muhammadiyah sangat
prinsip. Kalau orang jadi pimpinan
Muhammadiyah, bukan model-
nya mengajukan diri. Tapi, atas
usulan dari daerah atau wilayah
untuk menghusulkan nama.
Baru kemudian yang bersang-
kutan dihubu ngi, bersedia atau
tidak untuk menjadi pimpinan
Muhammadiyah. Jadi tidak ada
proses mengajukan diri.
Kenapa Anda tidak memilih
Hatta Ketua Umum PAN yang
didukung Amien Rais?
Memang PAN didirikan Pak
Amien, yang juga pernah menjadi
Ketua Umum Muhammadiyah.
Tapi, secara organisatoris
Muhammadiyah dan PAN ini
tidak dalam satu hubungan yang
mengikat. Jadi tetap bebas.
Warga Muhammadiyah diberi
kesempatan kalau ada yang mau
terjun ke parpol, silahkan, tidak
hanya PAN. Ada yang di PDIP,
Golkar, bahkan saya sendiri di
Hanura. Jadi artinya, fakta bahwa
orang Muhammadiyah ada di
tempat (parpol) lain. Tidak benar
Muhammadiyah selalu identik
dengan PAN. Tampaknya, ini mau
dieksploitasi Muhammadiyah
harus PAN, padahal tidak begitu.
Karena realitasnya, saya lihat Buya
Syafii Maarif yang juga mantan
Ketua Umum PP Muhamadiyah itu
ternyata lebih dekat ke Jokowi-
JK, meski beliau lebih bijak-
sana tidak harus ke mana-mana
(menunjukkan dukungannya).
Tapi dari sikapnya, saya melihat
ke sana (mendukung Jokowi-JK,
red). Jadi, tidak bisa kita
klaim Muhammadiyah itu
harus ke Prabowo. Sangat
penting adalah Jokowi-JK
ini punya hubungan yang
sangat mesra dengan
Muhammadiyah. Ini banyak
orang tidak tahu.
Maksud Jokowi dan JK
punya hubungan dengan
Muhammadiyah?
Saya baru tahu kalau
ternyata ibunya Jokowi-
JK itu ikut pengajian Aisyiyah.
Ibunya Pak Jokowi di Solo, ibunya
Pak JK di Makassar. Bahkan, mer-
tua Pak JK, ayahnya Bu Mufidah,
pernah menjadi Kepala Sekolah
SMP Muhammadiyah di Makassar.
Beliau (mertua JK) aslinya
Sumatera Barat yang ditugaskan
Muhammadiyah untuk membesar-
kan Muhammadiyah di Makassar.
Kalau dari sisi itu bukan orang
asing mereka berdua (Jokowi-JK)
dengan Muhammadiyah. Saya
sempat tanya teman-teman di
Solo, ternyata Jokowi ini tidak ter-
lalu jauh dengan Muhammadiyah.
nch/boy
Izzul Muslimin, Koordinator Nasional Relawan Matahari Indonesia (RMI)
Alasan Izzul Berseberangan
dengan Amien Rais
Siapa tidak kenal dengan Izzul Muslimin. Mantan
ketua Pemuda Muhammadiyah yang juga dikenal dekat
dengan Amien Rais itu mendukung Capres Cawapres
Jokowi JK. Mengapa dia berani berseberangan dengan
Amien Rais sang ayah ideologisnya? Berikut petikan
wawancaranya M Kusharmadi dari Obor Rahmatan
Lilalamin dengan Izzul di Posko RMI di Jalan Pulo
Raya IV, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan,
Rabu (18/6).
Izzul Muslimin (kiri) bersama cawapres Jusuf Kalla
KONTROVERSI & SAKSI 23
Semua tahu KH.
Maimoen Zubair adalah
sesepuh PPP, dan PPP
adalah koalisi pasangan
Prabowo Hatta. Tapi,
secara pribadi dia cender-
ung ke Jusuf Kalla (JK).
Mengapa?
T
arik menarik dukungan
kepada kedua pasangan
capres cawapres san-
gat ketat. Tidak sedikit
para kiai yang punya kecenderu-
ngan berbeda dengan kebijakan
organisasinya, salah satunya
KH. Maimoen Zubair, pengasuh
Pondok Pesantren al-Anwar,
Karangmangu Sarang, Rembang
yang sekaligus Ketua Majelis
Syariah DPP PPP. Meskipun par-
tainya mengusung pasangan
capres-cawapres Prabowo-Hatta,
namun secara pribadi dia men-
gaku ada kecendrungan dengan
Jusuf Kalla (JK). Berikut peti-
kan wawancara Tabloid Obor
Rahmatan Lilalamin dengan kiai
yang akrab disapa Mbah Mun ini,
Kamis (19/6).
Bagaimana Pandangan Mbah
Maimun tentang Pilpres kali
ini?
Pelaksanaan Pilpres kali ini,
calon ada dua. Keduanya menjalin
hubungan yang baik dengan saya.
Baik Prabowo maupun Jokowi,
sama-sama sudah berkunjung ke
sini. Kedua pasangan Capres dan
Cawapres, masing-masing punya
kekurangan dan kelebihan. Kita
serahkan pada pilihan rakyat.
Dengan begitu, siapapun yang jadi
presiden, harus kita akui sebagai
pemimpin.
Apa Kelebihan masing-mas-
ing Capres?
Saya juga gembira atas
kedatangan pak Jokowi kesini
bergandengan dengan JK. Saya
pribadi ada kecenderungan den-
gan JK. Walau kader Golkar (rival
politik), dia juga bagian dari NU
(mustasyar). Kami juga telah lama
seperjuangan dengan Bu Mega
sejak zaman Orba.
Sedangkan Prabowo, saya
sudah tahu kiprahnya sejak dulu.
Hal yang membuat saya terkesan
dengan kontribusinya baik di
dalam negeri maupun di luar neg-
eri. Saat menetap di Yordania, dia
banyak membantu pembangunan
negeri itu, menjadi penasihat raja
dan bahkan membantu memban-
gun masjid nabi Syuaib di sana.
Meskipun sempat ada kereng-
gangan pada saat Prabowo dekat
dengan Pak Harto dan keluarga
Cendana, namun diharapkan kes-
inambungan yang sempat putus
itu dapat terjalin kembali di masa
mendatang.
Mengapa pada kampanye
pilpres kali ini ada kecender-
ungan saling fitnah dan men-
jatuhkan satu sama lain?
Apa yang menjadi perhatian
saya adalah bahwa kedua kubu
calon presiden punya hubungan
baik dengan saya.
Namun begitu saya mengecam
adanya kecenderungan saling
menjatuhkan maupun saling fit-
nah di antara oknum dari kedua
belah pihak. Kampanye macam itu
dapat menyesatkan masyarakat.
Untuk itu cara kampanye dengan
menyampaikan rencana atau pro-
gram lebih ditekankan.
Jangan sampai ada hal sep-
erti itu (kampanye hitam), kedua
kubu saling menyebarkan apa
yang dikatakan kampanye hitam.
Kampanye biasa saja itu lebih
baik. Artinya, saling menonjolkan
rencana atau program apa yang
akan dijalankan ketika nanti men-
jadi pemimpin negara. Sehingga
hal itu dapat menjadi tolak ukur
penilaian para pemilih.

Mengapa NU sekarang ini
menjadi lahan rebutan para
capres?
Itu sudah sejak dulu, sebab
NU itu besar dan orang-orangnya
tersebar di mana-mana dengan
keberagamannya. Dalam hal poli-
tik, ulama NU beragam pendapat
dalam hal dukungan. Seorang kiai
NU mendukung salah satu calon,
kiai NU lainnya mendukung calon
lain. Keragaman itulah yang mem-
buat para capres-cawapres bere-
but dukungan dari NU. Itu wajar
saja, bahkan saat ini ada pada
pilpres kali ini, sejumlah unsur
dari beberapa partai sedang men-
galami perpecahan.
Apa harapan Mbah Maimoen
untuk Pilpres Mendatang?
Siapapun yang jadi presiden,
saya harap ada kesinambungan
dengan pemerintah sebelumnya.
Apa yang baik dipertahankan, dan
apa yang menjadi kekurangan
dibenahi. Saya lihat kekurangan
negara ini adalah kesinambungan
tersebut. Dengan adanya kes-
inambungan (program kerja) den-
gan presiden-presiden sebelum-
nya, diharapkan NKRI bisa menjadi
lebih maju menjadi negara yang
Baldatun Thayyibatun wa Rabbun
Ghafur.
KH. Maimoen Zubair, Ketua Majelis Syariah DPP PPP:
Saya Pribadi Cenderung ke JK
KH. Maimoen Zubair
24 KONTROVERSI & SAKSI
Apa kata Dahlan
Iskan tentang Jokowi?
Menteri BUMN
yang energik, seder-
hana, inspiratif, dan
selalu memberi solusi
terhadap berbagai
kebuntuan negeri itu,
menulis pada pengan-
tar buku yang akan
terbit: Satrio Piningit
Karya Valentino Barus.
Berikut tulisannya:
M
enjelang debat per-
tama Capres di televisi
yang lalu banyak yang
khawatir pak Jokowi
akan dilindas habis oleh Pak
Prabowo.
Berita-berita di media
menjelang debat itu memang
mengesankan pak Jokowi
masih harus belajar. Sedang pak
Prabowo ditulis tidak perlu lagi
belajar atau latihan. Kekhawatiran
bahwa pak Jokowi akan kalah
telak juga di latarbelakangi
kenyataan pak Jokowi yang jarang
pidato sementara pak Prabowo
selalu pidato dengan garang.
Tapi begitu debat berlangsung
kenyataannya sangat berbeda. Saya
menilai debat itu dimenangkan
oleh Jokowi-Jeka dengan skor 4-2.
Kemenangan pak Jokowi itu penye-
babnya sederhana: kata-ka tanya
keluar dari hati nurani nya. Bukan
dari rancangan yang di buat untuk
kepentingan Pemilu ini saja.
Inilah keaslian yang harus
dijaga: tetaplah jadi Jokowi yang
asli. Jangan terlalu banyak dipoles.
Orang suka pada Jokowi karena
keasliannya itu.
Di mata orang Jawa, orang
pinter itu belum tentu baik.
Orang pinter bisa-bisa jatuh terde-
gradasi menjadi keminter, min-
teri dan golek pintere dewe.
Demikian juga orang benar belum
tentu disukai. Orang benar yang
mestinya mutlak harus dianggap
benar itu bisa saja menjadi tidak
disukai. Yakni kalau orang benar
itu terlalu menonjolkan diri dan
mengagul-ngagulkan kebenaran
dirinya itu.
Orang benar yang demikian
akan jatuh terpuruk dalam sta-
tus orang yang selalu mencari
benernya sendiri. Orang yang
demikian selalu sekaligus diang-
gap memojokkan orang lain itu
tidak ada yang bener.
Maka biarlah pak Jokowi tetap
menjadi pak Jokowi. Jangan men-
jadi Dudawi. Atau Metrowi. Biarlah
apa adanya. Termasuk biarlah pak
Jokowi tetap bicara apa adanya
meski kesannya kurang gagah
perkasa. Bicara dari hati adalah
kelebihannya. Dari situlah muncul
ketulusan dan kejujuran.
Tidak usah khawatir dengan
pak Jokowi. Dia itu seorang
insinyur lulusan universitas Gadjah
Mada. Setidaknya pasti punya piki-
ran akademis. Punya metodologi
dan sistematika. Punya logika. Dia
seorang engineer yang terbiasa
dengan logika-logika yang analitis.
Ditambah lagi dia itu seorang pe -
ngusaha. Yang bermula dari pen-
gusaha kecil, kemudian menjadi
pengusaha binaan BUMN PT PGN,
dan kemudian menjadi eksportir.
Berarti pak Jokowi pernah
merasakan jadi pengusaha kecil.
Dengan segala suka duka perjua-
ngan hidupnya. Bahwa dia pernah
jadi binaan BUMN dengan baik
beraryi dia itu orang yang menem-
patkan diri sebagai murid yang
baik. Mau menjadi orang yang
mau mendengar. Pemimpin yang
punya kemampuan mendengar
itu langka. Saat ini pemimpin
itu maunya bicara terus. Orang
lain yang harus mendengarkan.
Pak Jokowi, justru dia yang lebih
ba nyak mendengarkan.
Bagaimana dari seorang peng-
usaha kecil menjadi eksportir juga
menandakan bahwa pak Jokowi
pasti orang yang gigih, penuh
perhitungan dan teliti. Baik juga
dia terjun ke pemerintahan ketika
usahanya belum sampai tahap rak-
sasa. Dengan demikian pak Jokowi
belum terkena pengaruh dan
penyakit rakus.
Maka kelebihan pak Jokowi
itu jangan diganggu-ganggu oleh
orang yang hanya mementing-
kan kulitnya. Biarlah pak Jokowi
akan menjadi contoh memimpin
de ngan hati.
Dahlan Iskan:
Biarlah Pak Jokowi
tetap menjadi Pak Jokowi
25 KONTROVERSI & SAKSI
T
OKOH sentral para relawan
Demi Indonesia, Dahlan
Iskan pun sudah naik
panggung ikut bershala-
wat bersama tim jawara marawis
pemenang lomba nasional asal
Jabar. Tamu-tamu VVIP, di anta-
ranya mantan wapres yang juga
cawapres Yusuf Kalla, mantan
Kepala BIN Hendro Priyono, man-
tan Pangab yang juga Ketua Partai
Hanura Wiranto, Bos Metro TV
yang juga tokoh Partai Nasdem
Surya Paloh, mantan Ketua Umum
PAN Soetrisno Bachir, Ketua
Umum HKTI Oesman Sapta dan
sejumlah tokoh NU Jabar, sudah
duduk di deratan kursi depan.
Tapi Opung --sebutan akrab
Letjen (purn) TB Silalahi-- masih
nanar melihat ke arah ruang tran-
sit VVIP. Di sana, Amal Alghozali,
Ketua Umum Pelaksana Kongres
Relawan Demi Indonesia sekaligus
Deklarasi dukungan untuk pasa-
ngan Capres-Cawapres Jokowi-JK,
mondar mandir gelisah, tampak
terus bicara melalui telepon geng-
gamnya. Opung --tokoh yang
paling bertanggungjawab untuk
acara itu-- dan Amal --orang yang
paling bertanggungjawab untuk
pelaksanaannya-- menunggu
kehadiran Joko Widodo.
Capres sederhana yang
po puler disebut Jokowi
itu, terjebak macet.
Tepat pukul 14.10,
Amal bergegas lari
ke pintu belakang.
Jokowi datang
mengendarai
Kijang Innova putih.
Bersama Tjahjo
Kumolo Sekjen PDIP,
Amal --pengusaha yang
juga Sekretaris Departemen
Pertanian DPP Partai
Demokrat itu-- menjemput
dan segera mempersilakan
masuk ke aula untuk bergabung,
mengikuti acara pokok yang
sudah ditunggu semua hadirin.
Tapi Jokowi minta ke ruang tran-
sit dulu. Amal maklum, tentu
Jokowi ingin ke toilet setelah ter-
jebak macet.
Agak lama Jokowi di kamar
mandi. Begitu keluar, wajah,
ta ngan dan kakinya basah.
Celananya tergulung ke atas.
Jokowi ternyata wudlu. Tolong
tutup pintu dan jendelanya.
Jangan ada yang tahu. Saya mau
shalat dulu. Tadi buru-buru belum
shalat dzuhur. Tak shalat dulu
ya?! kata Jokowi. Ada sajadah?
lanjutnya kepada Amal dan Tjahjo.
Keduanya bingung. Tidak ada
Pak! jawab Amal. Tengok kanan-
kiri, Jokowi lantas menunjuk,
Itu saja, telunjuknya menu ding
taplak meja. Bergegas Amal
me ngambil. Jokowi pun lantas
menggelar taplak meja warna
coklat itu. Maka shalat dzuhur pun
dijalankan Jokowi.
Pantas saja Pak Jokowi selalu
tampak tenang, ternyata tidak
pernah meninggalkan shalat,
kata Amal, menggoda Jokowi
sambil mengantarnya ke tempat
duduk yang disediakan di gedung
terbesar dengan tempat duduk
sepuluh ribu pada 31 Mei 2014 itu.
Amal, lelaki subur yang tumbuh
sebagai santri ketika masih di
Madiun itu, menceritakan kepada
Jokowi bahwa hadirin yang hadir,
sebagian besar dari pesantren.
Tidak hanya itu. Ada lagi, lan-
jut Amal menceritakan kesannya
pada pertemuannya di hari Sabtu
itu. Ketika tiba giliran harus berpi-
dato, kata Amal, Jokowi membuka
dengan salam dan shalawat yang
membuat banyak orang terce-
ngang. Dengan bahasa Arab yang
cukup panjang, fasih dan lancar,
setelah salam mengalir dari mulut
Jokowi; Washolaatu wassalamu
ala asyrofil ambiyai wal mursalin
waala alihi washohbihi...... IM
Tutup Semua Pintu dan Shalat
Tidak kurang dari sepuluh ribu Relawan Demi
Indonesia sudah duduk manis menyesaki Sentul
Internasional Convention Center. Hari sudah menyen-
tuh pukul dua siang. Tiga presenter kondang; Farhan,
Nico Siahaan dan satu lagi Emil Faiza dari JTV
Surabaya, tidak berhenti mengisi panggung dengan ber-
bagai guyonan.
26 KONTROVERSI & SAKSI
Joko Widodo
INTERMESO 27

Ketika menjabat sebagai Walikota Solo, kemu-
dian menjadi Gubernur DKI, dan kini men-
jadi kandidat Presiden RI, Joko Widodo punya
ba nyak kisah lucu dan unik. Beberapa anekdot
tersebut terangkum oleh OBOR berikut:
Dari Kena Razia
hingga Jadi Dukun
Naik Motor
eh Kena Razia
Meski mempunyai ajudan,
Jokowi kadang enggan memakai pro-
tokoler. Suatu waktu ia bersepeda motor kelil-
ing kota. Di tengah jalan terlihat kerumunan orang.
Saat melintas, Jokowi dihentikan polisi. Laiknya pengendara
biasa, Jokowi menghentikan motornya dan mengeluarkan surat-surat
kendaraan dan KTP.
Polisi itu kemudian memeriksa. Ia baru tahu kalau pengendara
motor tersebut adalah Jokowi setelah mengecek surat-surat kend-
araan dan KTP. Karena saking banyaknya yang harus diperiksa atau
memang tampang Jokowi memang tidak seperti walikota?.
Walikota
Panjat Pagar
Acara Pemkot kadang sam-
pai malam. Pernah saat Jokowi
pulang terlalu larut, pintu ger-
bang rumah dinas walikota,
Loji Gandrung, tertutup rapat.
Penjaga tak membukakan pintu
meski dibel beberapa kali.
Bukannya jengkel, Jokowi malah
masuk ke rumah dinas dengan
cara meloncat pagar.
Aksi panjat pagar juga dilaku-
kan saat Jokowi datang ke acara
live Opera van Java di Stadion
R Maladi Solo. Jokowi tidak bisa
masuk karena masyarakat ber-
jubel. Ajudan ingin menyingkap
kerumunan massa, tapi Jokowi
melarang. Sang walikota pecinta
musik metal itu memanjat
Pagar yang sepi penonton
untuk bisa masuk stadion.
Hormat Lebih
dari Semenit
Pada periode pertama (2005-
2010) mengemban amanah
sebagai walikota Solo, Jokowi
dilantik pada hari Jumat. Sabtu-
Minggu libur. Senin pertama,
Jokowi jadi inspektur upacara.
Semua proses lancar kecuali
urusan hormat-menghormat.
Saat komandan memerintahkan
hormat, Jokowi hormat.
Jokowi terus menghormat,
lupa bahwa perintah koman-
dan upacara sangat tergantung
seberapa lama inspektur upa-
cara menghormat. Kok nggak
turun-turun tangan, pikir
Jokowi kala itu.
Beberapa peserta mulai
tersenyum. Staf memberi
kode agar Jokowi menurunkan
ta ngan. Jokowi lantas menu-
runkan tangan dan komandan
upacara pun meneriakkan,
Tegak, Grak! Penghormatan
itu terjadi lebih dari satu menit,
di luar batas kepantasan dalam
upacara apapun.
Jokowi kembali memanjat tepian tangga ketika melihat kondisi pengungsi
banjir di kawasan Tebet Jakarta sewaktu menjabat sebagai Gubernur DKI.
Menyembuhkan
Orang Kesurupan
Ketika menghadiri acara di
sebuah kampung, staf menele-
pon ke Jokowi dan bilang bahwa
di rumah dinas ada beberapa
orang. Cepat, Pak. Mereka
sekarang ada di garasi, kata
staf itu. Katanya ada
yang kesurupan,
imbuh sang staf. Jokowi
geleng-geleng kepala.
Masak walikota disuruh
ngurusi orang kesu-
rupan, pikirnya.
Jokowi mem-
percepat acaranya,
kemudian pulang. Di
rumah dinas, beber-
apa orang terlihat
was-was. Jokowi was-
was juga tapi berusa-
ha tenang. Dia masuk ke rumah
dinas dan mengambil es dari
kulkas. Dia meminta
ajudan me ngompres
anak yang kesurupan
dengan es. Karena
hasilnya kurang man-
tap, Jokowi meminta
beberapa orang meng-
angkat anak itu ke
ruang tamu.
Diusapnya wajah
anak itu dengan
es. Ajaibnya,
anak itu langsung
ba ngun dan me -
ngucap terima kasih.
Tapi tolong, cerita
ini ja ngan kedenga-
ran banyak orang.
Bisa-bisa rumah
dinas saya penuh
orang kesurupan, kata
Jokowi enteng.
Ger-geran di
Markas PKB
CAPRES Joko Widodo diundang
ke markas Partai Kebangkitan
Bangsa (PKB) di Jl Raden Saleh,
Jakarta Pusat, Selasa (13/5). Dalam
pertemuan itu hadir 33 Dewan
pengurus Wilayah PKB dari selu-
ruh provinsi. Pertemuan politik
itu tak cuma membahas soal
serius. Celetukan Jokowi dan para
petinggi PKB membuat segar
acara konsolidasi tersebut.
Lebih Ganteng di TV
Jokowi memulai pidatonya
dengan bercanda. Dia mengaku
ada yang bisik-bisik soal kegan-
tengannya. Saya ingin menyam-
paikan, tadi waktu lewat ada
yang berbisik kok ganteng di tv.
Jokowi adanya, ya kaya gini nggak
ganteng, nggak gagah, kata
Jokowi di Kantor DPP PKB kala itu.
Setelah bercanda, Jokowi
kembali bicara politik. Menurut
Jokowi saat ini pemilihan presi-
den tinggal menghitung hari saja.
Untuk itu, PDI Perjuangan terus
melakukan pendekatan dengan
partai-partai politik lain.
Waktu kita tinggal 57 hari.
Waktu yang sangat-sangat mepet
lagi. Alangkah baiknya tidak
ropat-repet (rapat) lagi kita harus
menuju ke lapangan. Partai kami
( PDIP ) juga dari pintu ke pintu,
kata Jokowi.
Salawat Jokowi ala Nahdliyin
Sebelum memulai pidato,
Jokowi mengucap salam dan
bersalawat. Allahumma salli
ala Sayyidina Muhammad,
kata Jokowi di Kantor DPP PKB.
Mendengar gaya salawat Jokowi,
Ketua Dewan Syuro PKB KH Aziz
Mansyur langsung nyeletuk.
Jokowi salawatnya pakai sayyidi-
na, berarti Jokowi itu warga NU,
kata Kiai Aziz. Celetukan Kiai Aziz
disambut tepuk tangan meriah
dan tawa para kader PKB. Jokowi
presiden. Jokowi presiden, teriak
mereka.
Kemeja Murah Jokowi
Ketua Umum PKB Muhaimin
Iskandar mengaku terkesan
de ngan kemeja putih yang digu-
nakan Jokowi. Muhaimin menye-
but pakaian itu sangat murah
untuk pejabat sekelas gubernur
dan seorang calon presiden.
Saya lihat poster Pak Jokowi
di jalan. Harga bajunya Pak Jokowi
itu cuma Rp 100 ribu, kata
Muhaimin Iskandar saat mengge-
lar pertemuan antara Jokowi dan
para petinggi PKB di Jakarta. Itu
lebih mahal harga baju ketua DPW
Jawa Tengah. Apa lagi harga baju
sekjen PKB , kata Cak Imin disam-
but tawa hadirin. Jokowi senyam-
senyum saja mendengar pujian
Cak Imin.
Merasa Ganteng
saat Sesi Foto
Gubernur
Kejadian lucu terjadi ketika
Gubernur DKI Jakarta Joko
Widodo melakukan sesi foto ber-
sama Wakil Gubernur DKI Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama. Setelah
sesi foto dengan menggunakan
seragam dinas kebangsaan-
nya, Jokowi langsung menuju
ruang kerjanya untuk berganti
baju. Saat Jokowi keluar, warta-
wan yang menunggunya pun
meledeknya. Pak, ganteng nih
Pak. Gagah nih, Pak, ujar warta-
wan, di Balaikota DKI Jakarta.
Mendengar itu, Jokowi spon-
tan menjawabnya. Lho baru
tahu? Saya sudah lama ganteng!
kata Jokowi sambil tertawa.
Saat sesi foto bersama Basuki
pun ada satu hal unik. Agar
dapat menyeimbangkan tinggi
badannya dengan Basuki, Jokowi
pun khusus disediakan timban-
gan untuk dia naiki sehingga
tingginya sejajar dengan Basuki.
aim
INTERMESO 28
D
i tengah popularitas
Joko Widodo di pentas
politik nasional, muncul
pertanyaan tentang
sosok wanita yang mendampingi-
nya. Adalah Iriana Joko Widodo
ternyata punya banyak peran bagi
keberhasilan suaminya. Melalui
Tuty Adib yang juga sahabat dekat
Iriana, Obor menguak sosok Iriana
yang amat bersahaja. Iriana juga
dikenal punya jiwa sosial tinggi
jika itu berkaitan dengan urusan
muslimah.
Sejak sebelum menjadi ibu
walikota, kemudian jadi ibu guber-
nur dan sekarang menjadi calon
ibu Negara, tak ada yang beru-
bah dari bu Ana (panggilan akrab
untuk Iriana), ucap Tuty Adib
mengawali pembicaraan.
Tuty mengenal Iriana sejak
keduanya sama-sama masih men-
jadi pengusaha yang merintis.
Karena itu, keakraban Tuty dengan
Iriana sudah seperti saudara. Tuty
sendiri adalah seorang pengusaha
garmen yang juga aktif sebagai
pendiri pengajian Chairunnisa dan
komunitas muslimah di Soloraya.
SOSOK
SEDERHANA
Menurut Tuty Adib, sosok
Iriana sebenarnya tak berbeda
jauh dengan sosok Joko Widodo.
Keduanya punya karakter yang
sama yakni suka kesederhanaan
dan suka blusukan. Berbeda deng-
an istri pejabat yang lain, Iriana,
di mata Tuty tetaplah perempuan
yang sederhana dan tak pernah
pamer dengan barang mewah
walau sebenarnya ia punya banyak
fasilitas.
Sepertinya, kalau memilih baju
tak harus mahal. Yang penting
sopan dan rapi, tambah Tuty.
Memang, di beberapa kesem-
patan, ketika muncul ke tengah -
tengah masyarakat ternyata
Iriana masih saja tampil dengan
gaya sederhana, tidak seperti
tipikal istri pejabat biasanya yang
berdandan gaya kosmopolitan,
memakai kosmetik mahal, dan
beragam asesoris. Pakaian yang
dipergunakan Iriana bukan produk
bermerek terkenal, dan tas milik-
nya juga dibeli di pasar Klewer
Solo.
Kesederhanaan Iriana sering
mengejutkan masyarakat. Mereka
tak menyangka jika Iriana adalah
istri gubernur atau calon presi-
den. Iriana tak pernah
berusaha untuk men-
unjukkan bahwa dia
adalah istri pejabat
yang harus dihor-
mati.
Pernah suatu
ketika bu Ana
datang ke butik
busana muslim
saya. Kebetulan
saat itu suasana
sedang sangat
ramai. Namun
bu Ana mau
antri menunggu
giliran. Bahkan,
beliau sengaja
mendahulukan
pembeli yang
lain. Saat itu, tak banyak orang
yang mengenal jika ia adalah istri
Jokowi, namun ketika pengunjung
tahu, Bu Ana tetap rendah hati
dan tersenyum menyam but para
pengunjung tersebut, tambah
Tuty Adib yang juga aktif sebagai
pengusaha butik.
AKTIF DI
PENGAJIAN
Kesederhanaan dan sikap
merakyat yang juga ditunjukkan
Iriana adalah ketika berkumpul
dengan para komunitas musli-
mah. Menurut Tuty Adib, hingga
kini, Iriana masih tercatat sebagai
peserta pengajian Chairunnisa
yang selalu aktif. Beliau selalu
datang setiap pengajian. Tentu
saja jika tidak ada tugas yang
menghalanginya. Namun bu
Ana selalu menyempatkan diri.
Baginya, berkumpul dengan para
muslimah menjadi bagian darinya
untuk menimba ilmu dan berba-
gi, katanya.
Dan satu lagi yang menarik
dari seorang Iriana, yakni tidak
sibuk hanya mendampingi suami
wira-wiri. Sebaliknya, baik Iriana
maupun Jokowi seperti berusaha
berbagi peran dan tugas masing-
masing untuk rakyat. Jika Jokowi
banyak blusukan dan urusan kene-
garaan, maka Iriana banyak aktif di
kegiatan sosial dan perempuan.
Satu hal yang membuat saya
kagum dari Bu Ana, meskipun
dia istri pejabat, tapi tak pernah
berusaha memakai fasilitas dari
jabatan suaminya. Beliau tetap
sederhana dan ri ngan
tangan. Kapanpun kami
meminta bantuan, asal-
kan untuk kegiatan
sosial ataupun penga-
jian dan kegiatan
muslimah, Bu Ana
tak pernah bilang
tidak. Intinya, beliau
selalu mempermudah
kami memberi fasili-
tas asalkan untuk
kemaslahatan
muslimah, ucap
Tuty. aim
Mengenal Kesederhanaan Iriana Joko Widodo
Tas Pasar Klewer
Calon Ibu Negara
Bu Ana, meskipun
dia istri pejabat, tapi
tak pernah berusaha
memakai fasilitas dari
jabatan suaminya. Dia
tetap sederhana dan
ringan tangan.
Iriana Joko Widodo
29 PEREMPUAN
PEREMPUAN 30
B
ukan Jokowi
jika tidak
punya cerita
yang men-
arik. Pun demikian
ketika digelarnya debat
ca pres-cawapres bagian
pertama pada 9 Juli lalu.
Penonton penasaran
dengan secarik kertas
yang terlihat terselip di lipatan jas
calon presiden nomor urut dua,
Joko Widodo. Usai debat, pulu-
han wartawan pun menanyakan
soal kertas tersebut pada Jokowi.
Jokowi hanya tersenyum. Ini
bukan contekan, ini surat doa dari
ibu saya, katanya singkat.
Di depan puluhan wartawan,
Jokowi lalu membuka lipatan ker-
tas yang membuat penasaran itu.
Ukurannya sekitar 5x10 sentime-
ter, kertas itu lalu dipotret oleh
para juru warta. Ternyata kertas
itu isinya deretan huruf Latin dan
huruf Arab. Namun, wartawan tak
sempat mencermati apa kalimat
yang tertera dalam tulisan tangan
itu.
Berdasarkan foto yang didapat
dari sekejap kesempatan yang
diberikan Jokowi, tulisan tangan
di atas kertas itu merupakan doa
memudahkan lisan untuk mende-
bat pernyataan lawan. Bunyi
tulisan itu adalah Rabbis rahlii
shodrii, wa yassirlii amrii, wah-
lul uqdatam mil lisaani yafqahu
qaulii yang merupakan ayat Al
Quran, yakni surat Thoha ayat 25-
28.
Tulisan Latin pertama di
bawah tulisan Arab
tersebut merupakan
pelafalannya. Adapun
tulisan Latin berikutnya
adalah terjemahan dari
doa yang pertama kali
dilantunkan Nabi Musa
saat harus berdebat ber-
hadapan dengan Firaun
itu. Secara ringkas doa
tersebut merupakan permintaan
kepada Tuhan agar memberikan
kelapangan dada dan kelancaran
berbicara dalam perdebatan.
Walaupun hafal doa tersebut,
kata Jokowi, dirinya tetap mem-
bawa kertas doa itu saat debat,
sebab itu pemberian ibunda
tercintanya. Apapun pemberian
ibu saya, itu terasa membuat saya
nyaman, ungkapnya.
DOA SEBAGAI
KEKUATAN
Jokowi meyakini kekuatan doa
dalam dua sisi penting. Satu seba-
gai bentuk kepasrahan seorang
hamba pada Tuhannya. Kedua,
merupakan keselarasan doa yang
dipanjatkan dengan kerja keras,
ikhtiar, ketekunan, dan perju-
angannya selama ini. Bagi Jokowi,
kertas doa dari sang ibu itu seka-
ligus menjadi pengingat atas
nasehat Ibunya agar selalu memi-
liki persiapan yang matang, logis,
cerdas, serta teguh memegang
prinsip-prinsip kehidupan, seperti
kesetiaan terhadap kebenaran,
keadilan, kejujuran, dan kasih
sa yang.
Doa bukan sekedar teks suci
yang diucapkan sebagai obat
penenang. Doa adalah penyo-
kong kekuatan manusia dalam
melakukan usaha-usaha positif
dan konstruktif. Doa tanpa kerja
keras yang optimal, tanpa tang-
gung jawab sosial serta selalu
menyikapi sesuatu dengan emo-
sional hanya akan melahirkan
kehancuran mental individu dan
masyarakat.
Filosof Prancis pemenang
Nobel, Alexis Carrel mengatakan,
Mana kala tanda-tanda doa dan
tradisi beribadah mengalami
keme rosotan dan diabaikan oleh
suatu bangsa atau masyarakat,
maka berarti mereka sedang
mempersiapkan benih-benih
dekadensi moral, disintegrasi,
memudarnya identitas bangsa,
serta merosotnya kekuatan fisik
dan sosial kemasyarakatan.
Kertas doa Jokowi memberi
pesan kuat pada kita, Bangsa
yang kehilangan harga diri, marta-
bat bahkan identitasnya ini, sudah
saatnya kembali memperbaiki
etika dan tradisi berdoa, serta
beribadahnya, agar menemu-
kan kembali jati dirinya sebagai
Bangsa berKetuhanan Yang Maha
Esa.
MISTERI KERTAS
DI BALIK JAS
ACARA debat Capres dan Cawapres, menyisakan mis-
teri kertas yang nyembul di balik jas Jokowi. Kertas
itu benar-benar bikin heboh. Namun, saat diklarifikasi,
dengan ringan Jokowi menjawab, Ini Kertas doa dari
ibu. Subhanallah Berikut catatan Kiai Maman
Imanulhaq, pimpinan Ponpes Al-Mizan Majalengka
tentang Jokowi dan kekuatan doa.
Kertas berisi doa dari ibunda Jokowi
yang menyembul dibalik jasnya.
Kiai Maman
Imanulhaq
31
PEREMPUAN
S
aya yakin, semakin tinggi
elektabilitas Jokowi,
maka semakin banyak
tantangan (isu) yang
harus dihadapinya. Kita dingat-
kan saat Jokowi terlihat kaku
dalam Kampanye damai di Hotel
Bidakara. Selain karena kelelahan
sehabis bersilaturahmi dengan
para Purnawirawan di Balai kar-
tini, dilanjutkan hadir dalam silat-
nas alim ulama PKB di
Hotel Kartika Chandra,
Jakarta, Selasa
(3/6/2014). Ternyata
ada hal yang mengusik
konsentrasi Jokowi.
Fitnah terhadap
ibunya, Sujiatmi
Notomiharjo.
Propaganda hitam
dan kejam terhadap
dirinya menyangkut
ke-Islaman-nya, asal-
usul keluarganya, par-
tai pengusungnya serta ba nyak
hal yang terkesan dicari-cari
oleh pihak lain yang tidak bisa
menemukan kesalahan masa lalu
Jokowi. Karena tidak memiliki
kesalahan dan beban masa lalu,
maka Jokowi dicari kesalahannya,
tegas Cawapres Jusuf Kalla. Soal
ibu ini jadi sangat penting bagi
Jokowi.
Ibu bukan sekedar sudah
berangkat haji tapi sosok mus-
limah sejati yang sederhana dan
menanamkan nilai kejujuran,
kederhanaan dan kasih sayang.
Ko, dikatain macam-macam.
Astagfirullah, Intonasi berat kelu-
ar dari bibir Jokowi.
Jokowi sangat mencintai Ibu
dan Istrinya. Karena dua sosok itu
merupakan sumber inspirasi dan
kerinduan bagi Jokowi. Kehidupan
rumah tangga Jokowi dengan
istrinya, Iriana yang sakinah
penuh kasih sayang adalah berkat
dukungan sang Ibu. Bekal kelu-
arga sederhana yang harmonis ini
yang membuat Jokowi melakukan
pelayanan terhadap masyarakat
dengan penuh ketulusan dan
tanpa lelah. Jokowi terus bekerja,
bekerja dan bekerja, sebagai
bentuk cinta kasih pada Ibu dan
istrinya.
Dalam sebuah perbincangan
di KA menuju tempat kampanye
Cagub Jabar (16/2/2013) Jokowi
menyatakan kekagumannya pada
beberapa sosok perempuan. Ia
memuji Megawati Soekarno Puteri
sebagai sosok yang kuat, bijak
dan mengayomi. Ia menilai Calon
Gubernur Jawa Barat, Rieke Diah
Pitaloka sebagai perempuan cer-
das dan berani. Dan tidak lupa ia
cerita Ibu dan Istrinya.
PEREMPUAN &
ALQURAN
Prinsip Qurani yang dipegang
Jokowi soal bagaimana menghor-
mati perempuan patut dicontoh
para pemimpin lainnya. Surat
ke 5 (lima) dalam Al-Quran, yaitu
An-Nisa, punya arti perempuan,
Pada permulaan surat ini asal-usul
manusia dibahas dengan sangat
menarik. Ya, manusia berasal dari
satu nafas, menyebar menjadi
jiwa-jiwa yang bebas.
Prinsip inilah yang seharusnya
jadi spirit kita untuk menjadikan
agama sebagai kekuatan untuk
menggerakkan perubahan. Serta
mengkritisi segala bentuk akhlak,
perilaku sosial, dan kebudayaan
yang mencederai harkat dan mar-
tabat kemanusiaan, serta mampu
memperjuangkan
tatanan masyarakat
yang egaliter, damai,
dan dinamis.
Jokowi berjanji
akan memperjuang-
kan keadilan dan
kesetaraan gender
dalam berbagai bidang
kehidupan, khususnya
di bidang pendidikan
dan ekonomi. Dua
bidang itu menjadi
fondasi dasar pem-
berdayaan perempuan di masa
mendatang. Jika mengenyam
pendidikan yang cukup bahkan
tinggi, perempuan diharapkan
bisa lebih mandiri, berdaya guna,
berkualitas, serta mampu menem-
patkan dirinya dalam berbagai
situasi dan senantiasa haus ilmu
pengetahuan tanpa melupakan
etika moral yang baik dan luhur.
Jokowi mengatakan, Aneh, ko
ada yang menghina perempuan.
Hanya orang hina yang menghi-
nakan perempuan.
Ingatlah, Aku berpesan pada
kalian agar berbuat baik pada
perempuan, demikian Nabi
Muhammad SAW berpesan.
JOKOWI & PEREMPUAN
Di mata Kiai Maman Imanulhaq, Jokowi adalah sosok
yang sangat hormat dan menghargai perempuan.
Karena itu, Jokowi sangat menyesalkan ketika ada fit-
nah kejam tentang ibunya. Bagi Jokowi, hanya orang
hina yang menghina perempuan. Berikut kesaksian
Kiai Maman Imanulhaq tentang Jokowi dan perem-
puan-perempuan yang ada di sekelilinganya.
Jokowi dan Ibundanya Sujiatmi Notomiharjo
WAWANCARA 32
Pilpres sudah dekat,
bagaimana pandangan Gus
Mus?
Karena pemilu pre siden kali ini
hanya dua kontes tan, maka jadi
sangat keras persa ingan nya. Kalau
kemarin-kemarin kan banyak. Jadi
pemihakan masyarakat itu seka-
rang ini mengerucut hanya dari
kedua kelompok, sehingga per-
saingan itu menjadi keras.
Ada kecenderungan saling
menjatuhkan atau fitnah anta-
ra kedua belah pihak, mengapa
Gus?
Makin keras lagi, karena
ma sing-masing kurang percaya
diri dengan visi-misi, program-
nya sendiri. Kalau orang bersaing
dan ada yang dibanggakan atau
dipamerkan, apakah itu visi-misi
maupun program-program, saya
kira tidak perlu untuk menjelek-
jelekkan atau menjatuhkan lawan.
Saya lihat kalau sampai saling
menghujat, menyalahkan, mendis-
kreditkan pihak lain, itu mungkin
karena mereka tidak pede dengan
program yang ditawarkan.
Jadi sebabnya, pertama kare-
na calonnya cuma dua. Kedua,
kekuatiran kalah itu sangat besar.
Kalau cuma dua opsinya kalah
atau menang. Beda kalau calon
ada tiga atau empat karena masih
dimungkinkan ada putaran kedua
dan sebagainya.
Jadi sebetulnya saya lihat yang
tidak pede itu pendukungnya.
Mungkin karena kurang mengenal
terhadap calon yang didukung.
Jadi mestinya pendukung harus
tahu betul siapa orang yang
didukung dan seperti apa kemam-
puannya.
Apa harapan Gus Mus terha-
dap pelaksanaan pilpres kali ini
maupun di masa mendatang?
Hal lain yang dilupakan orang-
orang, adalah bahwa pemilu ini
hanya untuk lima tahun, tidak
tahu bahwa ini urusan kenegaraan
biasa, yang lazim. Padahal urusan-
nya tidak sampai kiamat, yaumul
akhir. Pakai bawa-bawa nama
Allah, seakan-akan ini segalanya,
urusan di atas agama, urusan
sampai kiamat. Padahal
pemilu ini untuk lima
tahun. Kalau tidak puas
dengan lima tahun
ini, lima tahun depan
masih ada pemilu
lagi, dengan calon
yang lain. Tidak usah
ngotot.
Yang sangat dirasa
itu adanya kam-
panye hitam yang
memburuk-buruk-
kan lawan. Ke depan
harus ada aturan-
aturan yang lebih
jelas dan rinci tentang
pemilihan umum. Jangan
sampai terjadi Pemilu seo-
lah-olah seperti pe rang
dunia. Itu hanya persa ingan
antar sesama anak bangsa.
Mengapa Kiai dan Pesantren
NU jadi rebutan?
Sama saja, ketika mereka
lalu datang ke kiai-kiai. Itu
juga akibat dari kurang pede
itu. Kiai diasumsikan mempunyai
pengikut banyak sekali. Minimal
punya santri dan masyarakat
pesantren. Orang tua santri dan
masyarakat seputar pesantren,
komunitas itu dipimpin oleh kiai.
Ambil contoh misalnya hanya
santri saja yang ikut kiai, sudah
berapa?
Kalau pesantren besar seperti
Sarang, Lirboyo, Tebuireng, jadi
rebutan. -Kalau pesantren saya,
tidak ada yang datang, sebab
santrinya cuma sedikit.- Pesantren
besar, misalnya santrinya 5000
orang, orang tuanya, keluarganya
sudah berkali lipat jumlahnya.
Belum kalau para santri ini sudah
jadi kiai yang punya santri, tentu
banyak sekali. Karena itu selalu
setiap ada Pilkada ataupun pemi-
lu, kiai selalu dimintai bantuan
suaranya.

Gus Mus: Jangan Ngotot!
Jangan ngotot, jangan bawa agama, jangan saling
menyalahkan karena pemilu hanya urusan negara
biasa, bukan urusan akhirat. Demikian pesan KH
Mustofa Bisri, Pengasuh Ponpes Rhaudhatut Tholibin,
Rembang dalam wawancara khusus dengan Ahmad
Shofa dari Obor Rahmatal Lilalamin, Sabtu (21/6).
Berikut petikannya:
KH Mustofa Bisri

Anda mungkin juga menyukai