0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
515 tayangan32 halaman
Tabloid 'Obor Rahmatan Lil 'Alamin' baru saja beredar di masyarakat. Tabloid yang hadir sebagai tandingan 'Obor Rakyat' ini hadir tanpa merugikan pihak manapun.
Bahkan di salah satu kolom, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan turut menyumbangkan tulisannya untuk tabloid 'Obor Rahmatan Lil'Alamin' ini. Selain diminta menulis, Dahlan juga menjadi salah satu inisiator dari berdirinya tabloid ini.
"Kalau di situ (Tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin) mungkin bisa dibilang, saya jadi inisiatornya," ujar Dahlan di Hotel JW Luwansa, Jakarta, Jumat (27/6).
Tabloid ini kata Dahlan tercetus dari ide para Relawan Demi Indonesia (ReDi) yang punya niat baik untuk memberikan pemberitaan dengan sumber yang jelas, yang bisa dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga menjamin bahwa tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin' ini bisa dipertanggungjawabkan pemberitaannya.
"Ini ide teman-teman relawan, mereka pengen buat pemberitaan yang baik dan bukan berita palsu. Saya menyambut baik niat itu. Kebenaran itu harus ditegakkan, tujuan tabloid ini adalah mulia, yaitu menjernihkan fitnah," tandas pria yang kini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini. (chi/jpnn)
Tabloid 'Obor Rahmatan Lil 'Alamin' baru saja beredar di masyarakat. Tabloid yang hadir sebagai tandingan 'Obor Rakyat' ini hadir tanpa merugikan pihak manapun.
Bahkan di salah satu kolom, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan turut menyumbangkan tulisannya untuk tabloid 'Obor Rahmatan Lil'Alamin' ini. Selain diminta menulis, Dahlan juga menjadi salah satu inisiator dari berdirinya tabloid ini.
"Kalau di situ (Tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin) mungkin bisa dibilang, saya jadi inisiatornya," ujar Dahlan di Hotel JW Luwansa, Jakarta, Jumat (27/6).
Tabloid ini kata Dahlan tercetus dari ide para Relawan Demi Indonesia (ReDi) yang punya niat baik untuk memberikan pemberitaan dengan sumber yang jelas, yang bisa dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga menjamin bahwa tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin' ini bisa dipertanggungjawabkan pemberitaannya.
"Ini ide teman-teman relawan, mereka pengen buat pemberitaan yang baik dan bukan berita palsu. Saya menyambut baik niat itu. Kebenaran itu harus ditegakkan, tujuan tabloid ini adalah mulia, yaitu menjernihkan fitnah," tandas pria yang kini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini. (chi/jpnn)
Tabloid 'Obor Rahmatan Lil 'Alamin' baru saja beredar di masyarakat. Tabloid yang hadir sebagai tandingan 'Obor Rakyat' ini hadir tanpa merugikan pihak manapun.
Bahkan di salah satu kolom, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan turut menyumbangkan tulisannya untuk tabloid 'Obor Rahmatan Lil'Alamin' ini. Selain diminta menulis, Dahlan juga menjadi salah satu inisiator dari berdirinya tabloid ini.
"Kalau di situ (Tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin) mungkin bisa dibilang, saya jadi inisiatornya," ujar Dahlan di Hotel JW Luwansa, Jakarta, Jumat (27/6).
Tabloid ini kata Dahlan tercetus dari ide para Relawan Demi Indonesia (ReDi) yang punya niat baik untuk memberikan pemberitaan dengan sumber yang jelas, yang bisa dapat dipertanggungjawabkan. Ia juga menjamin bahwa tabloid Obor Rahmatan Lil 'Alamin' ini bisa dipertanggungjawabkan pemberitaannya.
"Ini ide teman-teman relawan, mereka pengen buat pemberitaan yang baik dan bukan berita palsu. Saya menyambut baik niat itu. Kebenaran itu harus ditegakkan, tujuan tabloid ini adalah mulia, yaitu menjernihkan fitnah," tandas pria yang kini menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini. (chi/jpnn)
SALAM REDAKSI 02 A PA boleh buat, tabloid mini ini harus dise- but lengkap: OBOR RAHMATAN LILALAMIN. Karena banyak media cetak se belumnya yang menggunakan nama OBOR di depannya. Dulu, kita pernah mengenal koran: Obor Pantjasila. Dan terakhir --yang saat ini sedang ramai dibahas oleh ber- bagai media, terutama televisi-- adalah Tabloid Obor Rakyat. Nama depan boleh sama, tapi pembe- danya adalah pada lanjutan dari kesatuan nama tabloid ini. Maka, inilah satu-satunya tabloid berna- ma; OBOR RAHMATAN LILALAMIN. Pada tabloid ini, kata obor kami pakai untuk memaknakan penerang, sinar, pelita dan cahaya terdekat dengan masyarakat pem- bacanya. Dia diinginkan menjadi cahaya yang menyentuh de ngan lembut di tengah gelap atau infor- masi yang samar tentang se suatu. Kami tidak akan menggedor untuk meneroboskan informasi, betapapun benarnya informasi itu. Dengan tabloid ini, kami akan menyampaikan informasi secara santun, dengan kelembutan. seti- daknya secara benar dan jurnalis- tik yang benar, serta menjauhkan diri dari fitnah. Sikap itu Insya Allah akan senantiasa kami pegang sepanjang tabloid ini kami hadirkan (kecu- ali terpaksa demi kebenaran he... he...). Sebab itu, nama Rahmatan Lilalamin kami sertakan sebagai satu kesatuan nama. Supaya selalu ingat bahwa tabloid ini juga punya misi: Rahmat bagi sekalian alam. Memang, ada dua hal yang melatari sikap kami dalam meng- hadirkan tabloid ini. Pertama, karena yang bekerja di balik tabloid ini sebagian besar adalah orang-orang media, yang selama ini hidup dari media, maka tidak rela bila ada jurnalistik digunakan untuk memfitnah, membunuh karakter seseorang, dan merusak konstruksi jurnalistik yang seharus- nya cover both side. Kedua, ingin ikut mengampa- nyekan jurnalistik damai, jurnalis- tik sejuk, yang begitu menjunjung tinggi kebenaran. Boleh saja memihak terhadap hal yang diya- kini, apalagi yakin demi kemasla- hatan. Tapi tidak menjatuhkan yang lain, apalagi membunuh karakter. Itulah yang kami maksudkan dengan Rahmatan Lilalamin. Kami tulis dengan huruf arab. Karena kata itu memang bahasa arab, ajaran dan juga sifat Islam: Rahmat Bagi Sekalian Alam. Rahmat sekali- pun bagi yang tidak sejalan. Selain itu, tabloid ini juga men- yodorkan ukuran baru, kami sebut dengan tabloid mini. Ukurannya setengah tabloid normal. Pertimbangannya adalah: lebih praktis. Tabloid normal, tidak per- nah luput akan selalu dilipat untuk dibawa. Dan masih membutuhkan ruang lebar untuk membaca, teru- tama di tempat-tempat sempit. Dengan tabloid mini, mudah- mudahan pembaca bisa merasa lebih praktis, handy, tidak perlu melipat, dan untuk membacanya, di pesawat sekalipun, tidak harus mengganggu penumpang di sebe- lahnya. Walupun mini, tapi tetap tabloid; lebih ringan dari majalah, tidak seberat buku; baik isi mau- pun beratnya secara fisik. Dan oleh karena itu kami pun mem- beranikan diri menyebut sebagai pelapor tabloid mini. Selamat membaca. IM OBOR Yang RAHMATAN LILALAMIN KANTOR: Jl. Hangtuah Raya 59 Jakarta Jl. Ketintang Baru III/91 Surabaya Jl.Perjuangan No.9 Cirebon (0231) 483531-2 Cover: Nanang AB PENERBIT: PADEPOKAN DEMI INDONESIA PENANGGUNGJAWAB: Amal Alghozali PENGARAH: Rida K.Liamsi, Yanto Purwogiyono PIMPINAN REDAKSI: Imawan Mashuri, REDAKTUR PELAKSANA: Hasan Aspahani, M. Khozin DEWAN REDAKSI: Auri Jaya, Sukriansyah, Imawan Mashuri, M. Khozin, Hasan Aspahani, Yanto Purwogiyono, Amal Alghozali, Nur Cahya Hadi, Ami Haritsah KOORDINATOR LIPUTAN: M. Khozin REDAKTUR: Nur Cahya Hadi, M. Khozin, Ami Haritsah, Ayatullah Antoni, Abdul Malik, Dadan Alisundana, Toto Suwarto, Yunan Muzaki STAF REDAKSI: Abdusyukur, Yessy Artada, Muhammad Arman KS, Gora, Bagus, M Fatra Nazrul, Bejan Syahidan, Ahmad Shofa FOTOGRAFER: A. Nizar Fatih, Rossy Wulandari, Ashar PEMASARAN: Imam Buchori ARTISTIK: Rihad, Nanang AB, Dion COPY EDITOR: Isya, Irma KEUANGAN: Komar Muwalid MUKADIMAH 03 R ASULULLAH SAW banyak sekali meninggalkan had- ist tentang larangan membicarakan aib orang, apalagi antarsesama mus- lim. Salah satunya adalah hadist yang diriwayatkan Ad-Dailami. Kata Rasulullah, Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri, dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain. Hadist itu bersambung dengan hadist lain, tentang dialog antara Rasulullah dengan salah seorang sahabatnya. Sang sahabat meny- ela, tapi aib itu benar, ya, Rasul. Karena benar itulah, kata Rasul, Maka namanya ghibah (menggunjing). Kalau tidak benar, namanya fitnah, yang dosanya jauh lebih besar lagi, lanjut Rasulullah. Hikmah agung yang terkan- dung dalam hadist inilah yang diperoleh dari rangkaian wawa- ncara Obor Rahmatan Lilalamin dengan sejumlah kiai besar di Indonesia. Tokoh-tokoh agama yang diminta memberikan pan- dangannya tentang panasnya politik menjelang Pilpres 9 Juli mendatang itu, mengaku cemas atas hebohnya kampanye hitam, kampanye negatif atau apalah namanya dalam terminologi poli- tik modern yang kalau dikemba- likan ke ajaran agama padanannya adalah ghibah dan fitnah. Sementara itu, Ketua Umum MUI Din Syamsudin, mengajak umat untuk bersikap dewasa dan jeli dalam menilai, mana calon yang sebaiknya dipilih. Umat Islam sebaiknya menimbang siapa yang lebih jujur di antara keduan- ya, lebih agamis, adil dan bertang- gung jawab, katanya. Menyebar fitnah, mengumbar ghibah jelas bukan perbuatan yang jujur, tidak agamis, dan sama sekali tidak bertanggung jawab. Haram, tegasnya. Masa kampanye yang mestinya bisa menjadi ajang pendidikan politik, jika dilakoni dengan cara- cara yang menyimpang, justru merusak proses pendewasaan kita sebagai bangsa. Itulah yang diingatkan oleh Ketua PBNU KH Slamet Effendy Yusuf. Dia men- gajak untuk menjadikan masa kampanye ini sebagai masa yang penuh makna dari sudut pendidi- kan politik. Sangat percuma pada masa kampanye kalau tidak bermakna bagi proses pendewasaan bangsa. Kampanye itu harus diarahkan kesana yakni dengan memberikan kesadaran politik kepada masyara- kat, lalu kesadaran menjadikan mereka memberikan preferensi pilihan politik, ujarnya. Pemilu adalah kesempatan untuk memilih pemimpin terbaik. Bagaimana hendak mendapatkan yang terbaik kalau dalam proses pemilihan itu dinodai oleh tinda- kan yang dilaknat agama seperti menyebarkan ghibah bahkan fit- nah? Inilah juga yang ditekankan oleh KH. Hasan Mutawakkil Alallah, Pengasuh Ponpes Genggong Probolinggo, yang juga tokoh NU. NU mendorong pemilu ini ber- langsung dengan jujur, adil dan bermartabat, ujarnya. Para pewaris ajaran Rasulullah itu gelisah karena nilai-nilai luhur yang diajarkan seperti terlupak- an. Fitnah disebarkan secara mas- sif. Setidaknya ghibah. Korbannya adalah umat yang terhasut atau tersesat dalam memilih. K.H. Agoes Ali Masyhuri mengamati kebingungan masyarakat itu. Dia menulis: Saya sangat berharap Indonesia tetap aman walaupun di dalamnya banyak orang yang kebingungan akibat ulah elit politik yang membingungkan. Pengasuh Pesantren Progresif Kampanye Fitnah Kampanye Ghibah FITNAH: Alquran, surah Al Baqarah 191, Allah berfirman: Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan. Al-Baqarah 217: Fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh. MUKADIMAH 04 Bumi Shalawat Sidoarjo Jatim ini melihat kecemasan baru banyak muncul dan menghiasi sudut- sudut kota. Kecemasan yang dihembuskan oleh apa yang dia sebut sebagai badut-badut politik penjemput bencana. Mereka secara tidak sadar mengorbankan persatuan Indonesia, bahkan mengancam keselamatan bangsa dan negara demi memenuhi ambisi pribadi untuk mendapatkan imbalan pop- ularitas, kedudukan dan segudang uang. Semangat permusuhan dan sikap pandai mencari lawan senan- tiasa diperagakan dengan jurus mabuk bak harimau yang mau menerkam mangsanya, katanya. Sementara itu, Kiai Sholahudin Wahid menuding, itu perbua- tan bodoh. Fitnah itu juga dikirim ke sini, ujar Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang tersebut. Adik Gus Dur yang juga cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari ini menegaskan, berkampanye itu tidak harus menjelek- kan orang lain. Tapi tunjukkanlah kelebihan kita. Kampanye hitam, pasti menye- satkan masyarakat, kata KH Maimoen Zubair. Ulama NU yang juga Ketua Majelis Syariah DPP PPP itu sedih melihat kubu kandi- dat capres yang tega menyebar fitnah. Saya mengecam, siapa- pun kubu itu, tegasnya. Apalagi menggunakan isu agama dan sara, Berbahaya bagi NKRI, kata KH Hasyim Muzadi. Pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang yang mantan Ketua Umum PB NU itu khawatir, demokratisasi kian jauh dari hara- pan. Juga menyebar konflik di masyarakat, tambah KH Makruf Amin. Wakil Ketua Umum MUI ini mengkhawatirkan bahayanya penyebaran perbuatan haram itu terhadap stabilitas. Kiai Abdul Aziz Affandi dari Tasik Malaya tegas-tegas melihat adanya sebaran isu SARA. Itu adalah fitnah kepada Jokowi, katanya. Oleh sebab itu, sesepuh spiritual Relawan Demi Indonesia di Jabar ini bermunajat. Dan saya dapat petunjuk, saya pilih mendukung pasangan Jokowi- JK. Sepaham dan ikut langkah Pak Dahlan (Meneg BUMN Dahlan Iskan, tokoh sentral Relawan Demi Indoneia. Kita satukan tekad bela yang didzolimi, ;anjutnya lagi. Diamini KH Maman Imanulhaq, Pimpinan Ponpes Al- Mizan, Jatiwangi, Majalengka. Saya banyak tahu keislaman dan ketawadhuan Pak Jokowi. Dia disudutkan dengan isu SARA. Dia harus kita bela, tambahnya. Para kyai, alim ulama, dan tokoh-tokoh agama tersebut menyampaikan peringatannya, menegaskan fatwanya bahwa fitnah adalah perbuatan haram. Mereka, para pewaris nabi terse- but menjalankan peran seb- agaimana diingakan Allah dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 104: Dan hendaklah ada di antara kami segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mence- gah dari yang munkar; merekalah orang yang beruntung! Obor Rahmatan Lilalamin men- gurai pandangan-pandangan para kiai, para tokoh dalam laporan utama pada edisi perdana berikut ini dalam rubrik Fatwa (halaman 5-16). Ada juga yang menarik, kon- troversi sikap dari orang-orang yang sesungguhnya secara ide- ologi adalah anak ideologis Amien Rais yaitu Izzul Muslimin, Imam Ad-Daruquthni, dua mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini berseberangan sikap dalam memilih capres. Mengapa? (hala- man 21-22). Di halaman kontroversi & saksi (halaman 23-26) kita menemukan banyak kesaksian ten- tang kesalihan capres Jokowi secara diam- diam. Bahkan dalam wawancara khusus dengan Khofifah (halaman 19-20) dikatakan bahwa blusukan yang dilakukan Jokowi adalah meng ikuti tradisi para Rasul. Itulah Jokowi, biarlah Pak Jokowi tetap menjadi Pak Jokowi, kata Dahlan Iskan di halaman 24. Biarkan pula, sang istri, Iriana Joko Widodo tetap mengenakan tas pasar Klewer walaupun kelak jadi Ibu Negara (halaman 29). Jokowi tidak cuma sederhana, tapi juga jenaka (halaman 27-28). Intermeso menguak sisi-sisi segar Jokowi. Oleh karena itu, untuk apa difitnah, kata cawapres Jusuf Kalla dalam wawancara (halaman 17-18) Rakyat tahu, mana fitnah mana fakta. Dan oleh karena itu, di dalam rangkaian fatwa para kiai, Gus Mus memungkasi dengan ajakan teduh: Jangan Ngotot, Jangan bawa Agama, Jangan saling me- nyalahkan, karena Pemilu hanya urusan negara, urusan biasa. FATWA 05 Kampanye Pilpres kali ini banyak diwarnai fitnah. Terakhir kubu Jokowi yang diserang melalui beredarnya sebuah tabloid. Apa pendapat Gus Sholah? Menurut saya itu bodoh sekali ya. Seperti halnya (menyebut sebuah tabloid) yang memfitnah Jokowi. Saya juga tidak ngerti apa maksud mereka seperti itu dengan membuat fitnah. Ponpes Tebu Ireng juga dikirimi fitnah. Saling fitnah untuk men- jatuhkan lawan apakah efektif untuk mengangkat popularitas capres? Harusnya ya jangan seperti itulah. Kita berkampanye kan tidak menjelekkan orang lain, tapi menunjukkan kelebihan kita dan tidak mencari kekurangan lawan. Janganlah memakai bahasa yang memojokkan, bahasa yang kasar, bahasa yang tajam dan merendahkan lawan. Bawaslu kan juga kurang punya gigi, yang punya gigi itu KPU. Jadi KPU punya wewenang untuk membatalkan atau tidaknya. Pertanyaanya, apakah temuan-temuan itu nantinya berdam- pak pada pembatalan pasangan tersebut atau tidak? Menurut Gus Sholah apa kelebihan kedua sosok capres kita sekarang ini? Jokowi saya kira memiliki kemampuan untuk menggerakkan masyarakat, mendekati masyara- kat dan menyelesaikan masalah dengan dialog. Dan ini sudah terbukti. Demikian juga Prabowo. Prabowo untuk hal makro kuat, tapi untuk hal-hal operasional mungkin tidak sekuat Jokowi. Dan Jusuf Kalla adalah pilihan yang tepat untuk mendampingi Jokowi. Hatta juga memiliki pengalaman cukup lama untuk mendampingi Prabowo. Bagaimana kedekatan Gus Sholah dengan kedua pasangan ini? Saya paling dekat dengan Pak Yusuf Kalla. Ketika beliau jadi wapres, sering berkunjung ke Tebu Ireng. Kalau saya ingin ketemu dengan beliau juga san- gat enak, mudah. Beliau juga jauh sebelumnya sering ngajak saya untuk bertemu. Sementara dengan Hatta saya tidak dekat. Prabowo juga saya tidak dekat. Hanya sekali bertemu saat ada kegiatan. Jokowi saya baru ketemu sekali, waktu di Tebu Ireng. Kita berdiskusi dan Pak Jokowi meminta masukan. Ada plus minus itu sudah wajar. Tapi menurut saya, Jokowi juga putra terbaik dan terpilih. KH Salahuddin Wahid, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng Jombang Tebu Ireng Juga Menerima Kiriman Fitnah Pesantren Tebu Ireng ternyata tak luput dari kiriman fitnah. Ini sebuah tindakan bodoh, kata Gus Sholah, Pengasuh Ponpes Tebu Ireng, Jombang. Berikut wawancaranya dengan Bagus Prakoso dari Obor Rahmatan Lilalamin. KH Salahuddin Wahid 06 FATWA Mengapa ulama dan pondok pesantren NU sekarang ini men- jadi lahan rebutan para capres? Saya kira ormas apa saja ten- tunya didekati para capres ini karena dianggap mereka punya pengikut yang banyak. Seperti NU dan Muhammadiyah, ini saja juga terbelah. Sebenarnya ulama-ulama yang aktif di ormas sebaiknya jangan muncul secara telanjang menyatakan dukungannya. Saya saja memimpin Tebu Ireng ini tidak mengumbar pilihan saya. Saya memang punya pilihan pri ba- di, tapi saya tidak mau dianggap mendukung si A atau si B. Pilihan saya hanya untuk saya dan tidak perlu saya ceritakan ke orang lain. Apakah Gus Sholah juga menyerukan kepada para ulama untuk bersikap netral? Saya tidak berani menyerukan, atau menganjurkan pesantren lainnya. Mereka kan sudah tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Saya hanya berani menyampaikan bahwa pesantren A mendukung Jokowi, pesantren B mendukung Prabowo, dan janganlah ini sam- pai menimbulkan konflik di antara kita. Hormatilah pilihan kita ma sing-masing. Presiden seperti apa yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini? Sebenarnya, yang dibutuh- kan bangsa Indonesia saat ini adalah gabungan Jokowi dan Prabowo. Saya lebih menekankan kepada mereka terhadap masalah- masalah yang mendesak seperti penegakan hukum dan hak asasi manusia, kemudian reformasi birokrasi, pemerataan hasil pem- bangungan dan pendidikan. Inilah yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia. Apa imbauan Gus Sholah kepada umat? Saya cuma mengajak orang untuk berpikir. Kedua pasan- gan ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Maka masyarakat silah- kan memilih mana. Untuk saat ini, saya juga masih belum memasti- kan mendukung siapa. Mungkin beberapa hari jelang pilpres, baru saya akan pastikan memilih siapa. Efek apa yang ditimbulkan bagi Indonesia dari salah satu capres yang menang nanti? Tentu akan berdampak bagi Indonesia. Entah itu Jokowi yang menang atau Prabowo. Tapi sa ngat disayangkan jika ada pendapat pribadi yang bukan dari capres itu kemudian malah men- jatuhkan capresnya. Harapan Gus Sholah saat pil- pres ini? Pertama, saya harap tidak ada ribut. Kemudian saudara kita yang berbeda pilihan tidak perlu diri- butkan saling menghargai. Kedua, kalaupun sekarang masih hangat- hangatnya, saya harap setelah pilpres, kita saling bersalaman lagi. Ngapain lagi kita meributkan setelah pilpres. Jadi saling meng- hargai pilihan masing-masing saja. Saya sendiri juga diminta banyak orang untuk tidak memihak, dan saya menyetujuinya. Saya tentu punya pilihan, tapi pilihan itu tidak saya sampaikan secara terbuka. Saya hanya mengajak masyarakat untuk berpikir dan bisa memutuskan pilihannya sen- diri. nch/Bag KH Salahuddin Wahid 07 FATWA Beda Jangan Dianggap Lawan KH. Agoes Ali Masyhuri * J ika kita merindukan cinta dan simpati orang lain, ja ngan pernah meremehkan kebaikan yang bisa disum- bangkan buat orang lain. Memuji seseorang lebih daripada yang ia berhak menerimanya sama saja dengan menjilatnya. Sebaliknya, melalaikan pujian bagi yang ber- hak menerimanya, menunjukkan kebodohan atau kedengkian. Orang bilang tahun 2014 adalah tahun politik. Saya san- gat berharap Indonesia tetap aman walaupun di dalamnya banyak orang yang kebingun- gan akibat ulah elit politik yang membi ngung- kan. Kecemasan baru banyak muncul dan menghiasi sudut-sudut kota, yang dihembuskan oleh badut- badut politik penjemput bencana. Mereka secara tidak sadar mengor- bankan persatuan Indonesia, bahkan mengancam keselamatan bangsa dan negara demi meme- nuhi ambisi pribadi untuk men- dapatkan imbalan popularitas, kedudukan dan segudang uang. Semangat permusuhan dan sikap pandai mencari lawan senantiasa diperagakan dengan jurus mabuk bak harimau yang mau menerkam mangsanya. Tiadanya kesadaran dan kein- syafan bersama di antara kita, bahwa membangun itu lebih sulit daripada membongkar, merupa- kan kekerdilan dan kepicikan kita dalam menyikapi realita yang ada. Sebenarnya perbedaan pilihan dan pendapat di negara demokra- si seperti Indonesia ini merupakan sesuatu yang wajar dan sah-sah saja asal tetap diletakkan pada norma-norma yang telah kita sepakati. Ada satu hal yang perlu kita sadari bahwa di tahun 2014 ini banyak orang kurang sabar ingin melaku- kan perubahan yang cepat dalam segala dimensi kehidupan. Padahal peru- bahan besar itu memerlu- kan waktu, proses, dan transisi. Di sini peranan seorang pemimpin, konsistensi dan kesungguhan san- gat penting dimiliki dan diperlu- kan oleh siapa pun sebagai pemi- lik sah Republik ini guna mewu- judkan iklim yang kondusif dalam suatu wilayah kesatuan Republik Indonesia. Dalam usaha mewujudkan In donesia bermartabat, mandi- ri, dan berwibawa dibutuhkan ada nya semangat membangun, bukan semangat membongkar. Saling melengkapi, saling mem- beri dan menerima, dengan mengedepankan kelembutan dan kasih sayang. Upaya ini ha rus dilakukan melalui proses, terus-menerus tanpa henti dan berkesinambungan dalam praktik hidup dan kehidupan sehari-hari. Kesadaran dan kesanggupan ini tidak bisa dipisahkan dari iman, sebab dengan iman manusia tergerak untuk mendekati nilai- nilai terbaik untuk merangkul dan memesrai semua ciptaan Allah. Lemah lembut ibarat air yang tenang, sedang kasar dan terburu- buru laksana angin kencang yang menghancurkan. Sejalan dengan pesan suci Baginda Nabi Saw., dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, Wahai Aisyah, sesung- guhnya Allah Maha Lembut serta mencintai kelembutan. Dan Allah memberikan kepada sifat lem- but yang tidak diberikan pada sifat kasar dan sifat lainnya. (HR. Muslim) Tampilnya Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa, Jokowi dan Jusuf Kalla sebagai capres dan cawapres pada pemilihan presi- den yang akan berlangsung pada 9 Juli 2014 merupakan momen- tum bagi rakyat Indonesia untuk memilih seorang presiden dan wakil presiden yang mampu menjawab persoalan bangsa yang sa ngat kompleks. Saya yakin rak- Tegasnya, dibutuhkan seorang pemimpin yang cerdas, cakap, jujur, amanah, dan punya komit- men kebangsaan yang kuat. Bermurah hati dan siap berkorban demi kesejahteraan dan keba- hagiaan rakyatnya. KH. Agoes Ali Masyhuri 08 yat Indonesia adalah rakyat yang cerdas. Punya hati dalam memilih siapa yang layak untuk menjadi seorang presiden di negara yang teritorialnya lebih luas dari selu- ruh negara yang ada di Eropa. Di sini, perlu diketahui Indonesia adalah negara kepu- lauan di Asia Tenggara yang memiliki 13.487 pulau besar dan kecil, sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni. Berpenduduk 230 juta lebih, terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa atau tepatnya 1.340 suku bangsa. Maka tentunya dibu- tuhkan seorang pemimpin yang berjiwa besar dan mampu berpikir besar, karena sarana kepemimpi- nan adalah dada yang lapang. Tegasnya, dibu- tuhkan seorang pemimpin yang cerdas, cakap, jujur, amanah, dan punya komit- men kebangsaan yang kuat. Bermurah hati dan siap berkorban demi kese- jahteraan dan kebahagiaan rakyatnya. Perlu disadari bahwa murah hati dan lemah lembut adalah dua sifat yang sangat mulia. Dengan dua sifat ini, Allah akan membuka, melembutkan, dan meluluhkan hati manusia. Oleh karena itu, setiap muslim harus menghiasi dirinya dengan sifat tersebut agar bisa meluluhkan hati orang lain. Karena hati manu- sia selalu condong kepada orang yang murah hati dan lemah lem- but kepada makhluk yang ada di sekelilingnya. Sebaliknya, manusia akan menjauh dari orang yang berhati keras, tak kenal belas kasih kepada makhluk yang ada di seke- lilingnya, dan tidak lemah lembut kepada mereka. Lemah lembut dalam bahasa Arab diungkapkan dengan kata ar-rifqu yang berarti, kesepaka- tan dan pendekatan tanpa meng- gunakan kekerasan. Lemah lem- but adalah lawan kata dari kasar. Sedangkan secara terminologi (istilah) ar-rifqu bermakna, kele- mahlembutan dalam bertutur kata dan berbuat serta membalas kesalahan orang lain dengan bala- san yang paling ringan. Imam Ghazali mengemukakan bahwa lemah lembut adalah sifat terpuji, ia bertentangan de ngan kekejaman dan kekerasan. Kekejaman muncul sebagai akibat dari kemarahan dan ketidakso- panan, sedang lemah lembut adalah buah dari akhlak yang baik, yakni kedamaian dan ketentera- man. Kekejaman disebabkan oleh kemarahan yang tidak terken- dali, keinginan untuk berkuasa, dan ketamakan. Sifat-sifat buruk tersebut dapat mengacaukan cara berpikir seseorang dan menyebabkannya tidak bisa men- gambil tindakan yang tepat. Jika seseorang telah berhasil menyika- pi setiap perkara dengan lemah lembut, hal itu adalah buah dari perangai yang terpuji. Selain itu, seseorang dikatakan memiliki sifat terpuji dan mulia jika dia mampu menahan marah dan nafsu syah- wat serta menjaga keduanya agar tetap seimbang. Karena itulah, Rasulullah memuji orang yang memiliki sifat lemah lembut. Burung tidak selembut lebah Peribahasa mengatakan, Burung tidaklah selembut lebah. Sejalan dengan pesan suci Baginda Nabi Saw., Orang mukmin itu bagaikan lebah, ia hanya makan yang baik-baik dan memproduksi (meletakkan) yang baik-baik. Apabila singgah di ranting pohon, dia tidak mematahkannya. (HR. Baihaqi, ibnu Abi Ashim, dan Abu Nuaim) Satu hal yang harus dipahami dan disadari bagi siapa yang merasa dirinya sebagai pem- impin adalah bertindak gegabah, ceroboh, dan terburu-buru ketika menyelesaikan setiap urusan dan mengambil keputusan akan men- gakibatkan kerugian dan meng- hilangkan kemanfaatan. Kebaikan dibangun atas dasar sikap lemah lembut, sebagaimana sabda beliau Rasulullah Saw., Jika kelemahtembutan itu ada pada sesuatu, ia akan menghiasinya dan jika kele- mahlembutan itu dicabut dari sesuatu, ia akan meno- dainya. (HR. Muslim) Kelemahlembutan dalam berinteraksi akan membuat roh, hati dan jiwa orang tunduk dan luluh. Kelemahlembutan ibarat kunci kebaikan dan keberuntungan. Jiwa peme- berontak akan melunak dan hati pendengki akan menyadari kekeliruannya karena tersentuh oleh kelembutan. Allah Swt. telah berfirman pada Surah Ali Imran ayat 159, Maka disebabkan rah- mat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelil- ingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawa- rahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. Semoga bermanfaat. Pengasuh Pesantren Progresif Bumi Shalawat Sidoarjo, Jatim Kebersamaan kedua pasangan capres menjelang Debat Capres-Cawapres. FATWA 09 FATWA HARAM Kampanye Pilpres semakin memanas. Masing-masing tim pendukung capres sa ling menghujat, membantai, dan mem- fitnah. Bagaimana pan- dangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ten- tang kampanye hitam atau black campaign? M AJELIS Ulama Indonesia (MUI) menyatakan netral pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 yang menjadi ajang kompetisi bagi pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla menuju RI-1 dan RI-2. MUI secara kelembagaan ber- sikap netral atau tidak partisan. Tapi mendorong rakyat untuk memilih sesuai fatwa kalbunya masing-masing, kata Ketua Umum MUI Din Syamsuddin saat jumpa pers terkait Tausiyah Kebangsaan Menghadapi Pemilu Presiden 2014 di Kawasan Monumen Proklamasi, Jakarta, Kamis (5/6). PILIH YANG BERAKHLAK Din mengatakan, pihaknya mengharapkan umat Islam agar lebih teliti dalam memilih pasa- ngan yang ada. Umat Islam seba ik- nya menimbang siapa yang lebih jujur di antara keduanya, lebih agamis, adil dan bertanggung jawab. Kepribadian para pasangan itu juga tentu tidak sekadar bersi- fat simbolik saja tapi dia adalah orang yang benar-benar taat, terutama taat beribadah. Bagi MUI ini adalah hal yang paling utama. Terutama yang memiliki akhlakul karimah (akhlak yang baik). Silakan rakyat atau umat menilai kecenderungan itu, katanya. Din menekankan juga pen- tingnya umat Muslim untuk memilih seorang pemimpin yang memiliki kemam- puan memimpin negara. Kemampuan tidak kalah pen- ting dalam memimpin bangsa menuju cita- citanya yang adil, makmur baldatun thoyyibatun warob- bun ghofur (neg- ara baik dan berada dalam ampunan Tuhan), kata dia. Ditempat yang berbeda, Wakil Ketua Umum MUI, KH Maruf Amin berharap agar capres dan tim suk- ses tersebut untuk menghindari kampanye hitam. Menurut dia, hal tersebut tidak perlu dilaku- kan karena bisa merusak situasi de ngan menggunakan cara-cara kotor itu. Apalagi kampanye hitam juga bisa menyebabkan konflik di masyarakat. Karena itulah, capres-cawapres bersama timsuksesnya harus mencegah dan menghindari. Jangan sampai mengorbankan negara dan bang- sa untuk kepentingan pribadinya, tutur Kiai Maruf ketika ditemui Obor Rahmatan Lilalamin di ruan- gan kerjanya, Gedung MUI Pusat Lapangan Banteng, Jakarta, Senin (16/6) siang. SAMA-SAMA ISLAM Dikatakan, kepada masyara- kat tidak perlu terpengaruh kampanye- kampanye hitam, terlebih masyarakat sampai meng- Fatwa MUI: KAMPANYE HITAM HARAM Umat Islam sebaiknya me nimbang siapa yang lebih jujur di antara keduanya, lebih agamis, adil dan ber- tanggung jawab Ketua Umum MUI Din Syamsuddin. Din Syamsuddin FATWA 10 gunakan kekerasan dan marah kepada pendukung yang lain. Kiai Maruf meni- lai, jika hal ini sampai terjadi diantara pendukung capres ma sing-masing, maka akan sangat berbahaya. Saya kira masyarakat harus dewasa. Mana kampanye yang benar dan mana yang tidak benar. Mana yang positif dan yang negatif, tambah dia. Kiai Maruf Amin menjelaskan, masyarakat memang berhak menilai dari capres masing-ma sing manakah yang terbaik. Ketika tidak baik, maka yang dipilih yakni mana yang pal- ing sedikit kejelekannya. Kalaupun ada yang terbaik, maka itulah yang dipilih. Sehingga kampanye hitam itu tidak lagi dijadikan uku- ran. Saya kira masyarakat nanti- nya bisa membedakan, ujar dia. Kiai Maruf Amin juga me ngingatkan kepada para tokoh masyarakat, para kiai agar seha- rusnya berperan untuk mengen- dalikan masyarakat, dan tidak ikut terbawa adanya provokasi yang negatif. Para tokoh masyarakat dan ulama memang seharusnya bisa mencegah dan menetralisir hingga membuat suasana menjadi kondusif. Bukannya malah ikut jadi provokator, ajak Kiai Maruf. KEDEPANKAN KELEBIHAN Diterangkan bahwa capres dan tim sukses lebih baik mengede- pankan kelebihan calon yang disusung tanpa menjelekkan calon lain. Maka hal inilah yang berkem- bang di masyarakat terkait kam- panye negatif. Ketika ada pihak yang membuat isu tidak benar, akan terjadi black campaign. Kampanye yang membuat isu tanpa adanya data fakta, maka disebut fitnah. Nah, ketika mem- buat isu jelek tapi ada faktanya, maka disebut kampanye negatif. Itu haram dalam islam, bebernya. Kiai Maruf melihat, sosok kedua capres ini adalah putra Indonesia yang sangat baik. ia berharap, kepada siapapun capres yang terpilih nantinya, jangan sampai justru tidak ber- buat apa-apa, apalagi menciderai janjinya. Apalagi dia membuat masalah yang bisa menimbulkan konflik dengan mengambil kebi- jakan-kebijakan yang membuat satu pihak marah. Jadi karena itu, dia (capres-cawapres) harus memiliki komitmen kebang- saan, keagamaan. Komitmennya seperti apa untuk bangsa dan agama. Jangan sampai membuat orang jadi curiga. Kalau persepsi masyarakat yang kurang baik terhadap dia, yang rugi ya capres itu sendiri. Entah itu salah dianya sendiri atau salah timnya yang membuat janji-janji, urai Kiai Maruf. Menurut penilaian Kiai Maruf, kedua sosok capres-cawapres sama-sama orang yang beragama. Namun, keduanya juga bukan golongan santri. Maka itu tergan- tung dari komitmen masing-mas- ing terhadap agamanya. Hal itu bisa dilihat dari kampanyenya, mulai dari apa yang akan diper- buat, atau tim suksesnya juga. STOP FITNAH MUI juga menyerukan kepada umat Islam agar mengedepankan tenggang rasa dalam menyikapi perbedaan dalam memilih calon presiden. MUI menyerukan kepada umat Islam agar mengede- pankan tasamuh atau teng- gang rasa dalam menyikapi perbedaan pilihan dan tidak terjebal dalam per- tentangan dan permusuhan yang dapat mengoyahkan ukhuwah islamiyah. Dalam memberi dukungan kepa- da pasangan Capres dan Cawapres pilihan, bersika- plah secara wajar atau tidak berlebihan, kata Amirsyah Tambunan, Wakil Sekretaris Jenderal MUI Pusat ketika membacakan salah satu poin tausyiah kebangsaan MUI menghadapi Pilpres di kantor MUI, Jalan Proklamasi 51, Jakarta Pusat, Kamis (05/06/2014). Untuk mencegah terjadi pertikaian masyarakat, MUI juga meminta kepada kedua pasangan Capres-Cawpres dan tim sukses agar bersikap arif. Kepada pasangan Capres- Cawapres, tim sukses dan pen- dukung masing-masing agar mengedepankan persaingan sehat (fastabiqul khairat) dengan menjunjung tinggi persaudaraan kebangsaan (ukhuwah wathani- yah), menghentikan bentuk kam- panye hitam, penyebaran ghibah, fitnah, serta pertentangan yang bersifat suku, agama, ras antar golongan (SARA), jelas Amirsyah. Soal keberpihakan, Amirsyah menegaskan secara kelembagaan MUI bersikap netral atau tidak partisan. MUI mendorong rakyat pemilih, khususnya umat Islam, untuk menggunakan hak pilih. Untuk memilih pasangan Capres dan Cawapres yang agamis, jujur, adil, bertanggungjawab dan berkemampuan dalam memimpin bangsa menuju pencapaian cita- cita Indonesia yang aman sentosa, adil, makmur, dan berdaulat (bal- datun thayyibatu wa rabbun gha- fuur), tegas Amirsyah. Nch/Bag KH. Maruf Amin 11 FATWA Demokrasi di Indonesia harus ditingkatkan dari demokrasi prosedural ke demokrasi substan- sial. Sehingga system ini benar-benar mampu membawa kemasla- hatan bagi umat. Itulah yang harus diperhati- kan oleh capres yang akan datang.
M ENANGGAPI pilpres 9 Juli nanti, KH. Mutawakkil Alallah, ketua PWNU Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa Nahdhatul Ulama mendorong agar pemilihan presiden dan wakil presiden tersebut berlangsung dengan jujur, adil dan bermarta- bat. Sejak bergulirnya era reforma- si, pemilihan presiden dan wakil presiden ini sudah yang ke empat kalinya dan pemilihan tersebut dipilih langsung oleh rakyat. NU mendorong pemilu ini berlang- sung dengan jujur, adil dan ber- martabat, terang Mutawakkil saat ditemui Obor Rahmatan Lilalamin di Kantornya. Disamping itu, lanjutnya, NU juga berharap agar demokrasi di Indonesia ini naik derajatnya dari demokrasi prosedural ke demokrasi substansial. Substansi demokrasi adalah terbentuknya kepemimpinan yang merupakan bagian dari nasbul imamah, yakni adanya kepemimpi- nan yang yang wajib bagi sebuah komunitas, dalam hal ini adalah Indonesia. Karena itu, kami menghimbau agar masyarakat yang memiliki hak pilih hen daknya menggunak- an hak pilihnya, imbuh pria yang juga pengasuh pondok pesantren Genggong Probolinggo ini. Substansi dari sebuah kepe- mimpinan, lanjutnya, adalah menciptakan kemaslahatan orang banyak atau masyarakat secara umum. Karena itu, dalam pemili- han umum yang akan datang ini, NU menghimbau agar masyara- kat memberikan hak suaranya sesuai dengan hati nuraninya, me ngingat pemilihan umum tersebut sangat menentukan untuk perjalanan bangsa ke depan selama lima tahun. Yang sangat pen ting juga disini adalah dalam rangka indonesia meng- hadapi pasar bebas Asean, dimana ada beberapa hal yang membuat negara ini tidak bisa meno- laknya, yaitu perda- gangan bebas, modal, investasi dan tenaga kerja. Disinilah pemimpin harus mempu mempertahankan kedaulatan dan harga diri indone- sia dan mampu menghadapi liber- alisasi atau neoliberalisasi. Kalau tidak, maka Negara ini akan terombang ambing, dan yang akan menerima akibatnya adalah rakyat atau masyarakat, tandas- nya. Oleh karenanya, lanjut Mutawakkil, siapapun pemimpin yang akan datang nanti, harus ingat bahwa Negara KH. Hasan Mutawakkil Alallah, Pengasuh Ponpes Genggong Probolinggo Prosedur Jadikan Substansi KH. Hasan Mutawakkil Alallah FATWA 12 Republik Indonesia mempunyai konstitusi berupa UUD 1945, serta ideologi dan falsafah hidup yang berlandaskan pada pancasila. Sila pertama ketuhanan yan maha esa, ini menjadi pondasi untuk kehidu- pan berbangsa dan bernegara. Karena itu, sampai kapanpun dan dimanapun, maka ketuhanan yang maha esa menjadi satunya tem- pat bergantung dan satu-satunya pertimbangan ketika kita sedang menghadapi persoalan semakin rumit yang seakan-akan tidak ada solusinya. Dari nilai ketuhanan yang maha esa itulah maka kita akan menggerakkan Indonesia ini sesuai dengan nilai-nilai pancasila, yaitu persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial yang merupakan tujuan akhir dari berdirinya neg- ara ini. Itulah yang harus diingat oleh pemimpin kita yang akan datang, sekali lagi kami himbau agar warga nahdiyyin khususnya dan masyarakat secara umum memilih presiden dan wakil presiden ini sesuai hati nuraninya masing- masing, paparnya. Mutawakkil menambahkkan bahwa terkait dengan pemilu yang akan datang ini, yang pasti NU telah menegaskan tak satupun presiden dan calon presiden yang direkom langsung dari NU. Hal itu berdasarkan surat edaran dari PBNU yang menegaskan bahwa NU konsisten kembali ke khittah, dimana ormas keagamaan ini tidak terlibat dalam politik prak- tis. Jadi, kalau ada yang me ngaku direkom NU, itu hanya klaim semata, tambahnya. Yang pasti, menurut Mutawakkil, kalau berbicara kepe- mimpinan maka kon teksnya adalah politik kebangsaan dan politik ker- akyatan. Dalam hal ini, yang dido- rong oleh NU adalah agar warga NU khususnya dan masyarakat pada umumnya hendaknya memilih ses- uai hati nuraninya. Kalau mereka masih bi ngung, silahkan mengikuti ma sing-masing hasil ijtihad kiainya. Kalau masih bingung de ngan siapa presiden yang akan di pilih, silahkan mereka mengikuti hasil ijtihad politik masing-ma sing kiainya. Sebab hasil ijtihad tersebut, kalau benar akan dini- lai mendapatkan dua pahala, sementara kalau salah tetap akan mendapatkan satu pahala, ujarnya. Mutawakkil juga menegaskan bahwa kaitannya dengan kepe- mimpinan ini, posisi NU sebagai organisasi kemasyarakatan terbe- sar di Indonsia, menjadi mediator atau penengah. Banyak konflik yang terjadi negara-negara luar karena tidak ada yang bisa men- jadi penengah, sehingga ketika pemerintah memiliki suatu keingi- nan dan rakyat memiliki keinginan yang lain, maka kekuatan peme- rintah dan rakyat tejadi perang saudara, tapi hal itu tidak terjadi di indonsia. Oleh karena itu, terkait de ngan pemerintah yang baru nanti, NU akan selalu mendukung keputusan pemerintah selama hal itu untuk kemaslahatan masyara- kat atau rakyat. Sebaliknya kalau tidak demikian, maka NU akan mengkritik pemerintah demi kepentingan bangsa tercinta ini, pungkasnya. Nch/Kur Suasana kemeriahan kampanye damai Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan/PDIP di Jawa Timur. NU mendorong pemi- lu ini berlangsung dengan jujur, adil dan bermartabat,
KH. Hasan Mutawakkil Alallah FATWA 13 Kampanye adalah ajang untuk mensosia- lisasikan visi dan misi calon presiden. Bukan ajang untuk saling menghujat dan fitnah. Apalagi saat bulan suci Ramadan. KH Slamet Effendy Yusuf, Ketua PBNU, mengajak fasta- biqul khoirat dengan berkampanye yang positif. K ETUA PBNU, KH Slamet Effendy Yusuf melihat menjelang pilpres Juli nanti, semakin gencar pula kampanye negatif dan kam- panye hitam. Ia mengingatkan, dalam Islam mempercakapkan kej- elekan orang lain itu dilarang. Hal tersebut dalam larangan ghibah. Dan ini sangat dilarang keras dalam Islam. Dalam kampanye yang berkem- bang di Indonesia, menurut dia sudah menjurus pada fitnah. Jadi mari kita jadikan masa kampanye ini menjadi masa yang penuh makna dari sudut pendidikan poli- tik. Sangat percuma pada masa kampanye kalau tidak bermakna bagi proses pendewasaan bangsa. Kampanye itu harus diarahkan kesana yakni dengan memberikan kesadaran politik kepada masyara- kat, lalu kesadaran menjadikan mereka memberikan prefer- ensi pilihan politik, tuturnya di Jakarta, Selasa (17/6). KH Slamet Effendy Yusuf menilai bahwa kedua capres dan cawapres saat ini terbukti dari dukungan masyarakat, maka bisa digolongkan orang-orang yang baik. oleh karena itu, ketika orang-orang yang baik dijadikan pemimpin bangsa, maka jangan sampai dirusak citra capres dan cawapres masing-masing. Misalnya seperti Jokowi dirusak citranya dengan dibuat cerita-cerita yang aneh dengan menyebarkan jika Jokowi bukan beragama Islam. Jadi marilah kita membuat kampanye yang positif saja. Bahwa kalau Jokowi menang, akan membangun begini-begini untuk Indonesia. Jadi lebih baik menjual nilai-nilai positif dari masing-masing pihak saja, jangan malah membeberkan nilai negatif. Kita harus ada pendidikan politik dalam kampanye ini, tambah dia. KH Slamet Effendy Yusuf juga menyinggung bahwa pilpres men- datang bersamaan dengan bulan puasa. Ia mengimbau agar tidak ada lagi bentuk ghibah dari pihak manapun. Kedua capres-cawapres bisa mengedepankan, menonjol- kan sisi positif dari visi misinya. Demikian juga masyarakat agar fokus menjalankan ibadah puasa dengan tenang tanpa mudah ter- provokasi. Jangan malah sampai saling menyerang atau menebar fitnah, tegas KH Slamet Effendy Yusuf. Ditanya harapannya bagi kedua capres kedepan jika terpilih untuk umat Islam, KH Slamet Effendy Yusuf menerangkan, umat Islam itu berharap atau tidak berharap. Sementara penduduk di Indonesia ini mayoritas Islam. Maka perbua- tan apapun yang dilakukan pres- iden mendatang, akan membawa implikasi bagi umat Islam. Umat Islam sendiri sangat berharap agar terpilihnya salah satu capres saat ini, akan membawa implikasi yang sangat baik untuk umat Islam. Dua capres ini, lanjut KH Slamet Effendy Yusuf, tidak akan mung- kin menjadi presiden yang baik jika tidak memperhatikan umat Islam. Tahu sebabnya? Karena Islam ini penduduk terbesar yang menempati Tanah Air. Jadi saya kira harus diberi perhatian lebih, meskipun jangan sampai yang minoritas juga tidak diperhati- kan, ungkapnya. KH Slamet Effendy Yusuf mengajak masyarakat untuk mendekatkan diri kepada Allah agar diberi petunjuk. Dikatakan, saat minggu tenang, di pagi hari, malam hari sebelum pilpres dan saat masyarakat menjalankan sahur, masyarakat bisa menun- aikan salat hajat, salat istikarah untuk penenang hati. Dengan niat agar Allah bisa menentukan mana yang terbaik untuk kita pilih. Setelah itu, sambil berjalan, Insyal Allah akan diberikan ilham, saran dari KH Slamet Effendy Yusuf. Nch/Bag KH Slamet Effendy Yusuf, Ketua PBNU Jangan Merusak Citra Capres Jadi lebih baik menjual nilai-nilai positif dari masing- masing pihak saja, jangan malah membeberkan nilai negatif. Kita harus ada pendidikan politik dalam kampanye ini, KH Slamet Effendy Yusuf FATWA 14 Alasan Kiai mendukung Jokowi-JK? Yang saya maksud NU tidak sekedar orang, tapi mindset NU dalam urusan kenegaraan, dalam urusan kemasyarakatan, dan dalam urusan kebangsaan. Karena di dalam NU itu ada patokan- pa tokan. Dalam garis moderas- inya, misalnya moderasi di dalam pelaksanaan agama, lalu mode- rasi di dalam hubungan lintas masyarakat, misalnya sesama Islam bagaimana, dengan non-muslim bagaimana, dengan Bhinneka Tunggal Ika bagaimana. NU itu mempunyai pemikiran dalam hubungan agama dan negara. NU tidak pernah mem- pertentangkan agama dan negara, tapi mensupremasikan bagaimana tata nilai luhur dalam agama bisa masuk ke negara dalam konteks kerangka nasional, tidak sektarian Nah, kemudian bagaimana negara bisa melindungi agama, sehingga tidak pernah membuat kontrakdiksi antara agama dengan negara, hubungan substansial, tidak kontekstual. Mindset ini yang harus ada di dalam kepemimpinan negara. Dari segi figur, baik Jokowi ataupun JK itu seperti apa di mata Kiai? Jokowi dan JK ada keunikan- nya. Jokowi ini kan ada kecende- rungan meninggalkan gaya seorang pejabat sebagai pengu asa. Kelihatan dia meninggalkan itu. Dia lebih senang egaliter. Ini kalau digandengkan dengan kejujuran, maka akan menguragi ba nyak hal problematik di Indonesia, karena separuh masalah Indonesia itu kan ketidakjujuran. Kalau Indonesia dipimpin orang jujur saja, belum pandai pun itu sudah menyelesaikan sebagian masalah bangsa ini. Indonesia rusak karena keserakahan, kese- rakahan yang di atas, jeritan yang di bawah. Dalam diri Jokowi saya melihat kejujuran itu. Pernah punya pengalaman pribadi dengan figur Jokowi maupun JK? Saya dengan Jokowi kenalnya biasa-biasa saja, dua kali ketemu di Solo ketika dia masih wali kota karena saya mengatasi konflik agama yang ada di sana. Kesan saya dia orangnya lugu-lugu saja. Artinya tidak punya pikiran ruwet, berbelit-belit, ndak ada itu. Kalau dengan Pak JK saya kenal dari dulu, lebih 10 tahun lalu dan saya tahu ibadahnya, itegritasnya visioner, dan kompetensinya ter- hadap negara. Sempat ada isu yang mer- agukan keislaman Jokowi. Bagaimana reaksi Kiai menden- gar informasi itu? Begitu saya mendengar itu, maka saya melakukan tracking, kalau bahasa agama, tabbayun. Saya menelpon pengurus NU cabang Surakarta, saya mohon coba diadakan klarifikasi yang sebenarnya Jokowi itu bagaimana. Maka sudah diterbitkan oleh pengurus NU Surakarta bahwa setelah diadakan penelitian secukupnya, ternyata Jokowi orang Islam sejak lahir, dia sudah haji, berkali-kali umroh, shalatnya lumayan bagus, ibunya seorang salehah, saudara-saudaranya semua Islam, ayahnya juga Islam, dan dia bukan keturunan Tionghoa. Dia juga diopinikan sebagai Capres Boneka. Pendapat Kiai? Kalau dia dianggap misalnya sebagai capres boneka, enggak juga. Wong lebih pintar dia daripa- da kiri kanannya, sehingga isu itu tidak benar dan diputarbalikkan. Bagaimana Kiai melihat isu SARA untuk menyerang lawan politik di pilpres? Ini saya yang paling tidak setuju menggunakan konflik agama. Seandainya Jokowi betul- betul Kristen, tapi penggunaan hujatan itu tidak betul. Itu menun- jukkan cara itu akan dipakai dalam kepemimpinan jika dia berkuasa, sehingga berbahaya, karena sudah dimulai sejak melakukan kam- panye. Itu embrio yang berbahaya untuk NKRI, bukan soal tuduhan Kristen atau tidak, tapi dalam kon- teks bernegara itu rawan. nch/fat KH Hasyim Muzadi, Mantan Ketua Umum PBNU Jokowi Bukan Capres Boneka Opini bahwa Jokowi adalah Capres Boneka tidak membuat KH Hasyim Muzadi menyurutkan duku- ngan. Saya tidak percaya dia capres boneka. Buktinya dia lebih pintar dari orang yang di kanan kirinya,ungkap Kiai Hasyim. Berikut petikan wawan- cara M Fathra Nazrul dari Obor Rahmatal Lilalamin. KH Hasyim Muzadi 15 FATWA Sebagai relawan Demi Indonesia, Saya ikut Pak Dahlan Iskan. Mendukung untuk membantu memenang- kan Jokowi-Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden! Itulah sikap KH Abdul Aziz Affandi. K iai kharismatik yang memimpin Pondok Pesantren Miftahul Huda Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya ini, menyadari kepu- tusan yang dipilihnya bisa saja berseberangan dengan pihak lain di dunia pesantren. Itulah demokrasi. Saya sebagai seorang pemimpin harus meng- ambil keputusan. Dan keputusan yang diambil ini wajib! tegasnya. Ratusan pesantren jaringan Miftahul Huda, tekad Kiai Aziz, akan sama-sama bergerak untuk membantu memenangkan Jokowi-Jusuf Kalla. Saya akan turun ke pesantren- pesantren jaringan Huda, juga sa - ha bat-sahabat yang tidak sepagu- ron. Saya akan ajak dialog untuk menyakinkan ini, tekad Kiai Aziz. Terkait keputusan mendukung Jokowi, Kiai Aziz yakin dengan apa yang dikatakan Dahlan Iskan kepadanya. Bahwa Jokowi-Jusuf Kalla akan mendengarkan kehen- dak rakyat. Kiai ikut keputusan Dahlan Iskan mendukung Jokowi karena saling percaya. Kita sudah tahu, sudah meng- uji, sudah berharap. Dan harapan ini jangan diputus. Tempatkan Dahlan Iskan untuk tetap bisa mengurus bangsa ini walaupun tidak sebagai nomor satunya. Saya yakin Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla itu memiliki potret tersen- diri. Akan memberikan ruang yg sangat luas untuk Dahlan Iskan, tegas Kiai Aziz. Figur Jokowi-Jusuf Kalla , kata Kiai Aziz, yakin tidak akan melen- ceng dari cita-cita kebangsaan. Ada beberapa contoh peristiwa besar ketika presiden tidak seja- lan lagi dengan kehendak rakyat. Bung Karno, katanya, ketika diang- gap tidak pas dengan perjalanan bangsa ini, sejarah pun meng- ingatkan, sampai akhirnya beliau berhenti. Lalu Pak Harto ketika dianggap (tidak pas) masyarakat juga bisa (menurunkan). Begitu juga dengan Jokowi-JK, jika nanti tidak adil dalam meme- rintah, kita akan mengingatkan- nya. Saya kira rakyat akan melaku- kan sesuatu yang sama, jelasnya. Kiai Aziz menambahkan, kepu- tusan yang diambilnya lewat pemikiran yang matang, bukan sebentar dan asal-asalan. Ia yakin, keputusannya (mendukung Jokowi-JK), tidak bertentangan dengan pondok pesantren lain- nya. Sebab hal itu merupakan urusan bernegara, berbangsa, dan demi masyarakat Indonesia ke depan. Menentukan pilihan di pilpres, tidak cukup berasal dari informasi media massa saja. Kita juga punya Allah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Tahu segalanya. Kita mencoba untuk mendapatkan petunjuk. Dan (petunjuk) yang saya dapat ini harus membuat Saya mengam- bil sebuah sikap. Demi Indonesia ke depan. Demi pembangunan Indonesia ke depan, terangnya. Keputusannya mendukung Jokowi-Jusuf Kalla, sambung Kiai KH Abdul Aziz Affandi, Pimpinan Ponpes Miftahul Huda Tasikmalaya, Jawa Barat Jokowi-JK Lebih Maslahat Jangan Termakan Isu SARA KH Abdul Aziz Affandi 16 FATWA Aziz, semakin bulat setelah meli- hat dari debat calon presiden. Kiai melihat ada hal yang unggul dari pasangan Jokowi-Jusuf Kalla dibandingkan pasangan Prabowo- Hatta. Yaitu mengatasi problema bangsa saat ini, perlu tindakan konkret, bukan program yang diawang-awang. Termasuk bagaimana mengatasi hal-hal yang dominan dalam Kebhineka Tunggal Ika-an. Jangan terjebak bahwa Jokowi berarti kristenisasi saat mempertahankan Lurah Susan. Itu kebhinekaan, toh Prabowo pun sama, dia mempertahankan Ahok. Kemudian banyaknya isu SARA ter- kait Jokowi, sekarang saya sudah mengerti dan paham, itu semua kampanye hitam, tegasnya. Ditambahkan, keputusan Jokowi yang berpasangan den- gan Jusuf Kalla, sangat pas. Saya, katanya, sudah melihat di televisi ternyata sepatu yang dipakai Jusuf Kalla produk Cibaduyut, baju produk Indonesia. Jadi ketampan- an pasangan ini berkat dibungkus produk Indonesia. Kesederhanaan ini amat melekat dalam kehidu- pan pada Jokowi-JK, dan ini cukup untuk menjawab ke depan bahwa pemerintahan ini bersih dari korupsi. Hidup mereka sangat seder- hana, Insyaallah bersih korupsi, pujinya. Soal blusukan Jokowi, kiai Aziz awalnya sempat bertanya-tanya. Apakah blusukan hanya untuk mendapatkan masalah tanpa men- carikan solusi. Ternyata setelah blusukan, Jokowi memiliki cara menyelesaikan masalahnya. Ia juga mengomentari pili- han Jokowi-JK tentang kabinet. Dikatakan, kabinet ramping meru- pakan kabinet yang paling efektif dan efisien. Tidak ada beban berat, per- jalanan ini enteng sekali. Lain halnya dengan yang gemuk, bagaimana mengawal bangsa ini dengan gaya-gaya gemuk, imbuh putera dari ulama besar Tasikmalaya KH Khoer Affandi ini. Dengan demikian, Insya Allah Jokowi-JK lebih Maslahat, tandas Kiai Aziz. Sebagai sesepuh relawan Demi Indonesia, Kiai muda ini mengim- bau agar relawan mengikuti langkah Dahlan Iskan. Dikatakan, Dahlan Iskan itu bekerja demi Indonesia, bukan demi presiden, juga bukan demi keuntungan pribadi dan golongan. Dahlan, ungkapnya, selama ini sudah nyata bisa bekerjasama dengan dunia pondok pesantren. Moral anak bangsa ini sudah kita sentuh melalui program-program bantu- an dari Dahlan Iskan. Beliau figur yang bisa membawa bangsa ini maju. Sekarang Pak Dahlan iskan ada di Jokowi, mudah-mudahan masih bisa mengabdi untuk bang- sa, membangun Indonesia dengan Pak Jokowi. Jadi kalau kita yakin Pak Dahlan Iskan seseorang yang kita agungkan, kita harapkan kebi- jakan dan sikap-sikapnya, kenapa kita harus berbelok ke orang lain. Seorang pejuang tidak boleh mundur sejengkal pun. Demi Indonesia, apalagi Pak Dahlan sudah di tempat ini (Jokowi-Jusuf Kalla). Apalagi yang harus kita pikirkan. Jadi, ayo gabung, seru Kiai Aziz seraya menyebutkan keputusan Dahlan mendukung Jokowi sudah sangat tepat, sebab berarti satu ruang dengan kekuatannya. Capres Jokowi dan cawapres Jusuf Kalla KH Abdul Aziz Affandi B erikut petikan wawan- cara kru Tabloid Obor Rahmatan Lilalamin, Muhammad Arman KS dengan Jusuf Kalla. Wawancara dilakukan di dalam kabin pesawat BAE 146 Seri 200 dalam perjalanan dari Kupang NTT ke Lombok NTB, Kamis, 19 Juni. Maaf Pak JK, saya ingin waw- ancara sejenak. Karena agenda Anda terlalu sibuk, saya mohon ijin wawancara di pesawat. Boleh Pak? Boleh, silahkan. Dimana saja bisa kalau waktunya memungkin- kan. Silahkan, mau tanya apa. Baik, saya langsung saja pak. Ini terkait dengan fitnah yang beredar luas di masyarakat dan terlihat masif. Apakah ini cukup mengganggu Pak? Yah pastilah mengganggu. Ini kan upaya untuk menjelek-jelek- kan kami. Pak Jokowi misalnya disebut diragukan keIslamannya, padahal pak Jokowi imam yang baik. Ada sebuah tabloid yang beredar dimana-mana. Itu fitnah yang sengaja diarahkan. Soal penghapusan sertifikasi guru juga disebarkan akan dilaku- kan Jokowi-JK, jika terpilih. Ini semua kan sangat tidak masuk akal. Mana mungkin sertifikasi guru itu akan dihapuskan. Malah harusnya ditambah. Pengamatan Anda, apakah publik banyak terpengaruh? Pasti ada yang terpenga- ruh. Oleh karena itu harus bisa dijelaskan cepat. Disampaikan bahwa apa yang beredar terse- but benar. Masyarakat kan tidak tahu. Tapi kalau sudah dijelaskan, saya kira masyarakat akan paham. Masyarakat itu saya kira akan bisa membedakan mana fitnah mana fakta. Kalau kami selama ini difit- nah, kami tidak mau membalas- nya. Cukup dijelaskan saja. Intensitas perusakan citra Jokowi-JK ini apa masih tinggi atau cenderung menurun Pak? Kalau saya lihat mulai menurun juga usaha itu. Mungkin karena masyarakat juga mulai tahu bahwa itu tidak benar. Makanya, diabai- kan saja. Kami juga terus mem- berikan penjelasan pada mereka berupa klarifikasi jika muncul lagi fitnah atau informasi yang tidak benar. Itu dilakukan dalam semua pertemuan termasuk pada media. Biar masyarakat tahulah. Itu saja intinya. Apakah cukup dengan klarifi- kasi saja Pak? Cukuplah. Kecuali kalau masyarakat tidak percaya. Tetapi kami menyampaikan apa adanya dan memang semua yang jelek- jelek itu kan tidak ada buktinya. Malah sebaliknya, justru kebalikan- nya. Jadi dijawab saja. Baik Pak. Nah, sebagai tokoh agama, apalagi Anda adalah Mustasyar PBNU, bagaimana Anda menilai perilaku seperti ini? Jelas ini bukan perbuatan baik. Fitnah itu sangat merusak dan tidak dibenarkan. Saya kira agama apapun juga membenci perilaku seperti ini. Fitnah kan merusak orang lain, menyampaikan keje- lekan orang lain yang sebenarnya tidak ada. Jadi hanya mengada- ada saja. Seperti Jokowi-JK ini kan mung- kin tidak dapat celahnya. Tidak pernah korupsi, tidak pernah melanggar HAM, tidak pernah menyakiti orang lain. Nah, karena tidak ada ditemukan kejelekan, maka satu-satunya cara dengan memfitnah. Itu sangat tidak baik- lah. Apa dampak dari ini, apalagi membawa isu agama? Jelas mengancam disintergrasi bangsa. Karena ada usaha untuk menghadap-hadapkan masyarakat berdasarkan agama. Itu sangat berbahaya. Mengancam persatuan dan kesatuan. Masyarakat akhirnya memilih tidak lagi berdasarkan dengan kemampuan. Tetap karena berdasarkan persamaan kelom- Jusuf Kalla Melawan Fitnah: Rakyat Tahu, Mana Fitnah Mana Fakta FITNAH yang diarahkan pada pasangan capres-cawa- pres nomor urut dua, Jokowi-JK terstruktur dan masif. Tidak hanya menyerang person, tetapi juga menyemat- kan program yang dibenci masyarakat. Padahal, rakyat sudah tahu, mana fitnah, mana fakta. Jusuf Kalla 17 WAWANCARA 18 WAWANCARA poknya. Isu agama itu atau SARA itu tidak boleh sama sekali jadi alat untuk merusak orang lain. Saya sendiri sangat menya- yangkan hal ini. Indonesia ini ada bermacam-macam agama. Harus dilindungi semua. Tidak boleh ada yang dikebiri. Apalagi, kalau isu agama yang diangkat tersebut juga adalah fitnah. Harusnya mari kita sama-sama menjaga keutuhan persatuan bangsa. Terakhir Pak, bagaimana rasanya mendampingi orang yang selalu difitnah dengan begitu keji? Tentu saya merasakan juga dan merasa aneh orang yang selalu memfitnah itu. Karena saya kenal Pak Jokowi. Dia imam di keluar- ganya yang baik. Agamanya jelas. Tapi tidak tahu dari mana asalnya, fitnah pada Pak Jokowi begitu berkembang. Banyak cara digu- nakan untuk melakukan itu. Kadang-kadang saya ngeri juga. Mengapa ini ada saja orang yang senang memfitnah. Tapi saya lihat pak Jokowi juga tenang-tenang saja. Menjawab dengan santai. Karena memang apa yang berkem- bang itu tidak benar. Hanya dicari- cari saja. Mana buktinya. Kan tidak pernah ada yang terbukti fitnah itu. Hanya sekadar diangkat saja tanpa dasar. Makanya, ini fitnah. Terima kasih Pak atas kes- empatan yang diberikan. Iya, sama-sama. Aneh-aneh memang saya lihat sekarang. Yah cukup begitu begitu yah. JUSUF Kalla (JK) tidak hanya menjadi bagian dari keluarga Nahdlatul Ulama (NU). Namun Wakil Presiden era Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2004-2009 itu juga punya kedekatan dengan warga Muhammadiyah. H al inilah yang men- dorong sejumlah ka der dan tokoh Mu hammadiyah men- deklarasikan dukungan kepada pasangan Joko Widodo dan JK pada Pemilihan Presiden 2014 ini. Mereka yang tergabung da lam Tim Relawan Sang Surya me nyokong penuh capres-ca wa- pres yang diusung partai koalisi PDIP, NasDem, PKB, dan Hanura itu, karena ada sosok Jusuf Kalla. Kami warga Muhammadiyah yang punya hubungan emosional dengan keluarga JK tidak bisa memilih yang lain, kecuali JK tidak ikut, jelas pengurus Posko Pusat Tim Relawan Sang Surya, M. Ihsan, Kamis, 22 Mei. Ihsan menjelaskan, ibunda JK, Athirah, adalah pendiri dan tokoh Aisyiyah Muhammadiyah di Sulawesi Selatan. Bahkan, pengurus PP Pemuda Muhammadiyah periode 2006- 2010 pernah menerbitkan biografi tentang perjuangan Athirah dalam mengembangkan Aisyiyah dan Muhammadiyah di provinsi tersebut. Dan JK merupakan anak biologis Aisyiyah, ungkap mantan Ketua PP Pemuda Muhammadiyah ini. Biografi tersebut juga men- ceritakan bagaimana pertemuan antara sang pemuda JK dan pe rempuan Minang Kabau Su matera Barat, Mufida, anak tokoh Muhammadiyah yang di tugaskan dari Mualimin Padang Panjang untuk mengajar di Makassar. Dalam perjalanannya, Mufida tidak hanya sebatas anak biologis tokoh Muhammadiyah Sumatera Barat, tetapi dia meneruskan perjuangan sang mertua, Athirah, untuk menjadi pengurus Aisyiyah. Menurut mantan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI) ini, pengabdian dan perhatian Mufida selama mendampingi JK terhadap Muhammadiyah dan Aisyiyah, tiada terkira. Sampai suatu saat karena Bank Persyarikatan milik Muhammadiyah menga- lami masalah dimana komisaris- nya waktu itu antara lain Syafii Maarif, Din Syamsudin, dan Hajriyanto Tohari, terancam masuk penjara. JK yang pada waktu itu men- jabat sebagai Wakil Presiden, be rani pasang badan. Dia men jamin penyelesaian Bank Persyarikatan, sehingga tokoh-tokoh Muhammadiyah tersebut tersela- matkan dari aib di mata publik. Sebagai anak biologis Muhammadiyah dan Aisyiyah, JK dan Mufida memberikan perha- tian yang luar biasa pada warga Muhammadiyah, baik ketika menjabat atau tidak. Kantor PP Muhammadiyah di Menteng Raya penuh dengan bantuan paket lebaran yang dikirim ke seluruh warga Muhammadiyah seluruh Indonesia yang membutuhkan, imbuh Ihsan. Keikhlasan dan nilai-nilai perjuangan untuk membangun umat yang tertanam dalam keluarga JK, membuat warga Muhammadiyah dan Asyiyah se- Indonesia tidak dapat pergi ke lain hati. Karena mendukung keluarga sendiri merupakan kewajiban dalam Islam yang harus kami tunaikan, pungkas- nya. Kisah Jusuf Kalla & Bank Persyarikatan Pasang Badan demi Selamatkan Aib Umat Islam 19 WAWANCARA Sebagai seorang muslimah, apa pendapat anda tentang Jokowi-JK dalam hal keIslaman? Saya nggak mau memban- ding kan keislaman seseorang. Tapi soal Pak Jokowi, ini kesak- sian Pak Adnan dan Kiai Abdul Karim, pimpinan pesantren di Solo bahwa Pak Jokowi itu ter- masuk pendiri Jamuro, Jamiyah Muji Rosul, berarti itu yang ahli selawatan keliling. Dan keliling- nya sama Ketua NU Surakarta dan Ketua NU Jawa Tengah saat beliau jadi wali kota di Solo. Kemudian beliau juga tiap bulan menggelar baca Quran, biasa kalau bulan puasa mengun- dang selawatan dan Quran sampai 30 ribuan orang. Jadi bagi NU dan muslimat NU di Solo, beliau sangat dikenal, baik Pak Jokowi mau- pun ibunya. Iya memiliki tradisi keagaamaan yang kuat. Kalau Pak JK, ibu-ibu musli mah kemarin sempat gelar rakernas di Makassar dan salat di Masjid Raya Makassar. Sampai kemaren ada ibu-ibu yang bertemu saya di Mojokerto, mereka cerita sam- pai terkesan, bahwa di Masjid Raya Makassar milik Pak JK, setiap siang disiapkan makanan, jadi mau di ukur apa lagi tingkat keagamaannya? Saya enggak mau memban- dingkan dengan yang lain soal ke agamaan, karena yang tahu ke takwaan itu hanya Tuhan. Cuma saya sempat dapat video dan fotonya Pak Jokowi haji dan umroh bersama putra putrinya. Jadi orang mau mensaksikan dari sisi apanya lagi? Kalau ada orang yang bilang, masa orang yang sukanya cuma blusukan masa mau mimpin neg- ara?. Saya menemukan surat Al- Furqon ayat 7 dan ayat 20, bahwa ternyata tradisi para rasul menu- rut Alquran, mereka makan dan keliling di pasar-pasar. Jadi tradisi Pak Jokowi blusukan di pasar sela- ma ini sama dengan tradisi blusu- kan di ayat itu. Itu mengikuti jejak para rasul dan itu ada di Alquran, cuma terus banyak orang yang enggak sempat melakukan telaah. Pernahkah, Anda melihat sisi lain dari Jokowi maupun JK seb- agai seorang muslim yang tak diketahui banyak orang? Saya enggak bisa mengukur keislaman seseorang ataupun keagamaan seseorang, karena orang yang rajin puasa Senin- Kamis belum tentu itu menun- jukkan kesalehan seseorang. Orang yang pakai jilbab bahkan sampai pakai cadar belum tentu menunjukkan kesalehan. Saya rasa ke solehan orang enggak bisa dili- hat secara verbal seperti itu. Nah kita mungkin bisa meli- hat dari perilaku-perilaku yang ditunjukkan Pak Jokowi-JK, melakukan penyapaan secara so sial menjadi bagian penting dari indikasi sebuah kesalehan, saya sering menyebutnya kesalehan sosial. Misalnya begini, ayat-ayat di Alquran sangat banyak yang menyandingkan, aladzina amanu waamilussoliha. Iman, amal saleh, iman amal saleh terus digandeng- gandengkan. Jadi soal amal soleh ini menjadi penting. Bukankah ketika Pak Jokowi mengubah Waduk Pluit dari tadi- nya bersampah-sampah menjadi amal sosial? Lantas ketika beliau menata PKL itu juga amal sosial. Bukankah menata pasar yang tadinya kumuh lantas menjadi layak dan ber-AC itu juga kesale- han sosial? Jadi banyak hal yang mungkin bisa kita ukur dari kesale- han sosial seseorang. Bagaimana penilaian Anda soal Jokowi maupun JK? Untuk Pak JK, saya kenal jauh lebih lama dengan beliau, karena suami saya dari Makassar. Beliau (JK, red) waktu menkokesra (men- teri koordinator kesejahteraan rakyat) zamannya Gus Dur beliau bilang, ini (Khofifah) mantu saya. Jadi memang komunikasinya atas dasar kultur dengan suami saya. Kebetulan beliau juga pengurus NU, jadi nyambung secara ideolo- gis, fisiologis dan kultur. Kalau Pak Jokowi sejak di Solo Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PP Muslimat NU Blusukan itu Tradisi Para Rasul Sejak dipercaya menjadi Juru Bicara Joko Widodo, Khofifah Indar Parawansa menjadi tempat bertanya dan lebih sering berhubungan dengan banyak orang untuk dimintai pendapatnya tentang capres no 2 tersebut. Di mata Khofifah, Jokowi punya kesalehan sosial dan seorang negarawan yang doyan blusukan yang merupa- kan tradisi para rasul. Berikut petikan wawancaranya den- gan reporter Obor Rahmatan Lilalamin, Yessy Artada: Khofifah Indar Parawansa saya juga kenal dan beberapa kali ketemu di forum. Saat itu saya enggak lihat kanan kiri, tapi beliau yang menyapa saya duluan. Meskipun kita beda meja, beliau mendatangi saya. Mbak Khof lupa? Saya Jokowi. Saya menang- kap bahwa keapaadaannya Pak Jokowi ya begitu, jadi enggak ada kaitannya karena mau nyapres, itu enggak ada. Ya memang begitu bawaannya. Apakah pernah punya pen- galaman pribadi yang menarik, dari dua figur itu? Kalau pengalaman pribadi apa ya, saya orangnya jarang ikut-ikut berpergian dengan Pak JK atau- pun Pak Jokowi. Saya lebih suka menyapa konstituen. Saya bilang saya lebih baik turun menyapa konstituen. Saya sampaikkan itu ke Pak Jokowi, saya ini bukan tipe orang yang setor muka loh, jadi mohon maaf kalau misalnya nanti di sebuah forum saya nggak ikut jejer-jejer rebutan salaman. Karena itu bukan tipe saya. Nantipun saya belum tentu bisa mengikuti kunjungan Pak JK atau Jokowi, karena waktunya pendek lebih baik kita bagi tugas. Dan Kayaknya beliau paham banget soal itu. Jadi saya memang lebih merasa bahwa saya harus jadi diri saya sendiri, saya enggak boleh jadi diri orang lain. Khofifah ya Khofifah. Dan itu saya coba bangun sampai sekarang, saya enggak mikir misalnya nanti saya enggak diangap kalau saya enggak keliatan kerja di depan mereka, karena beberapa teman masih begitu sekarang berfikirnya. Ada yang bertanya, kalau Mbak Khofifah udah kerja keras dan kalau mereka-mereka pada nggak tahu gimana?. Saya bilang, ya sudah. Tuhan kan tahu. Bagaimana peran anda mem- bujuk nahdliyin di Jatim demi Jokowi-JK? Sebetulnya secara logika gam- pang sekali, karena Pak JK itu bapaknya (Haji Kalla, red) pendiri NU Sulawesi Selatan. Pak JK sendiri pengurus NU dari dulu, jadi bukan jadi pengurus NU ketika mau jadi wapres atau cawapres, tapi dari dulu memang pengurus NU. Kemudian amal sosial di NU juga luar biasa. Bapaknya Pak JK ketika itu wakaf Universitas Islam Makassar, dulu namanya Universitas Al-Ghazali. Ketika beliau mau wafat, beliau ke kan- tor rektorat dan berpesan, kalian boleh rehab apa-apa, tapi kalian harus pasang ini, yaitu itu logo NU. Itu seorang Pak Haji Kalla, Pak JK juga seorang filantropis bagi NU di pusat maupun bagi badan otonominya NU. Jadi banyak hal yang menjadikan masyarakat warga NU mudah membangun kedekatan, maka secara logika frame ketemunya di banyak ele- men untuk menjadi rasionalisasi dukungan pada Pak JK. Apa pandangan Anda soal kapasitas Jokowi maupun JK? Kalau Pak Jokowi itu kan suc- ces story-nya sebagai wali kota cu kup banyak, sebagai gubernur juga sa ngat mudah diukur. Pak JK saya rasa punya sejarah cukup penting bagi perjalanan rekonsi- liasi, apa kah di Poso, di Ambon, Aceh. Tidak mudah juga mencari sosok rekonsiliator seperti Pak JK. Jadi selain persoalan manaje- men birokrasi pemerintahan yang sudah mereka lakukan sudah teru- ji dan terbukti. Tapi ada kelebihan-kelebi- han lain, enggak mudah men- cari orang yang bisa dipercaya oleh pihak-pihak yang berbeda pendapat sangat tajam karena persoalannya kan bukan hanya orang dihilangkan atau dibom, tapi juga kaitannya konflik dengan agama. Kemampuan pada saat jadi wapres orang juga melihat, Pak JK kerap bilang lebih cepat lebih baik, itu kan nabrak paradigma birokrasi karena birokrasi biasanya kan ruwet, dan itu Pak JK harus menabrak-nabrak birokrasi. Kalau bisa lama kenapa dipercepat, kalau bisa dipersulit kenapa diper- mudah. Nah Pak JK membalik paradigma itu. Saya rasa kita seha- rusnya enggak lupa itu. Bukankah orang berharap ada reformasi birokrasi? Mempercepat apa yang bisa dipercepat dan mempermudah apa yang bisa dipermudah, dan Pak JK sudah membuktikan itu. Apakah jutaan pendukung Anda akan otomatis juga mem- berikan dukungannya pada Jokowi-JK? Saya enggak bisa bilang otoma- tis, tapi mainstream-nya begitu. Jadi ada seorang kiai sangat terso- hor di sebuah kabupaten di Jawa Timur cerita ke saya, kenapa kalau pilihan-pilihan politik pasti ikutnya ke ibu (Khofifah, red)? Nggak bisa dipindah-pindah. Insyaallah main- stream-nya begitu. Saya menemukan di surat Al-Furqon ayat 7 dan 20, bahwa para rasul berdakwah dengan kelil- ing di pasar-pasar. Jadi, tradisi Pak Jokowi blu- sukan selama ini, sama dengan jejak para rasul tersebut Khofifah Indar Parawansa WAWANCARA 20 KONTROVERSI & SAKSI 21 Di lingkungan Muhammadiyah, Imam Ad-Daruquthni sudah sangat dikenal. Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah ini menyatakan dukun- gan kepada Jokowi JK. Mengapa dia tidak mengikuti jejak Amien Rais mendukung Prabowo Hatta? I MAM Ad-Daruquthni, Mantan ketua Umum Pemuda Muhammadiyah secara tegas menyatakan dukungan- nya kepada Jokowi JK. Alasan utamanya adalah karena sosok Jokowi-JK adalah putra bangsa Indonesia yang terbaik. Di sisi lain, Jokowi juga seorang yang religius. Meskipun Jokowi bukanlah dari kalangan pesantren, namun ke seharian Jokowi mencerminkan sosok yang menjunjung tinggi agama Islam. Perilakunya taat beribadah. Dia sendiri mampu menjadi imam yang baik dalam shalat. Secara formalitas, Jokowi menegakkan syariat Islam dalam kesehariannya, tambah Imam. SOSOK TAWAKKAL Lebih dari itu, Imam menyebut jika pribadi Jokowi orientasinya pluralisme dengan menghargai umat yang beragama lain. Jokowi juga tidak pernah membeda-beda- kan satu sama lain. Saya sendiri waktu bersama beliau sudah melihat kepribadiannya. Saya kira beliau juga sosok yang tawakkal, ujar Imam kepada wartawan Obor Rahmatal Lilalamin, Senin (16/6). Imam menegaskan, masyara- kat benar-benar harus tahu bah- wasannya kampanye hitam itu tidak hanya menghina orangnya saja, melainkan juga menghina agama. Terlebih melihat banyak- nya kampanye hitam yang saat ini beredar dan termasuk sara. Ini sama saja dengan fitnah. Fitnah itu predikatnya lebih besar dan lebih kejam daripada pembunu han, tandanya. PRIHATIN SARA Imam juga merasa prihatin terhadap pemberitaan kampanye hitam yang terjadi di Indonesia. Menurut dia, mendekati pilpres 9 Juli mendatang, serangan se perti halnya black campaign atau nega- tive campaign sangat meresah- kan, terutama yang ditujukan kepada pasangan capres Joko Widodo dan cawapres Yusuf Kalla. Adapun yang saat ini digencar- kan pihak tak bertanggung jawab kepada kubu Jokowi-JK berupa kampanye hitam yang bermuatan persoalan sara. Misalnya, pihak tertentu menyebarkan fitnah bahwa Jokowi bukanlah Islam. Inilah yang dinamakan black campaign, dan sangat mempriha- tinkannya lagi, ini dilakukan oleh orang-orang yang terhormat, kata Imam. Imam menilai bahwa tindakan seperti ini maka digolongkan seba- gai penistaan demokrasi. Dalam Islam sendiri, lanjut mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah, ini black campaign atau negative campaign sudah jelas dilarang. Imam juga menyerukan kepada masyarakat Indonesia agar selalu waspada terhadap bermunculannya kampanye hitam. Menurut Imam, kampanye hitam dilakukan untuk menye- rang pasang an Jokowi-JK dengan tujuan agar pihak tersebut dapat menaikkan kredibilitasnya di mata masyarakat. Demokrasi itu tidak seperti sekarang yang terjadi di Indonesia. Bukannya saling meng- hormati dan menghargai atau menjunjung tinggi budaya, malah membuat fitnah dan menyebar- kannya, ujar anggota Komisi Fatwa MUI Pusat ini. nch/.bag Jokowi Imam Shalat yang Baik Imam Ad-Daruquthni, Mantan Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Imam Ad-Daruquthni KONTROVERSI & SAKSI 22 Kenapa Anda dan RMI memil- ih Jokowi-JK? Karena saya melihat tujuh kriteria yang ditentukan Muhammadiyah itu sangat tepat dan ada pada pasangan Jokowi-JK. Misalnya, Jokowi-JK itu orang yang merakyat, egaliter. Kalau di Muhammadiyah kan tidak ada kelas-kelas, kita cender- ung egaliter. Menurut kita, figur Jokowi-JK seperti itu. Ada satu istilah di Muhammadiyah yang cukup terkenal. Yaitu, sedikit bicara banyak kerja. Dan itu cocok dengan figur Jokowi-JK. Mereka adalah tipe man of action. Mereka tidak terlalu ber- wacana, tetapi pergerakannya jelas. Kebijakan dan langkahnya konkret. Itu bisa dilihat dari track record mereka. Misalnya bagaima- na Jokowi saat masih di Solo (wali kota) dan DKI (ebagai gubernur). Pak JK juga sebelum jadi wapres menjadi menkokesra eranya Bu Mega, kelihatan bagaimana peran- nya dalam perdamaian Aceh, Maluku, Poso. Itu rekam jejak yang tidak bisa duhapuskan. Saya kira riil, itu salah satunya. Kemudian, menurut saya yang paling penting Jokowi-JK ini bukan orang yang meminta-minta jabatan. Hal ini kalau di Muhammadiyah sangat prinsip. Kalau orang jadi pimpinan Muhammadiyah, bukan model- nya mengajukan diri. Tapi, atas usulan dari daerah atau wilayah untuk menghusulkan nama. Baru kemudian yang bersang- kutan dihubu ngi, bersedia atau tidak untuk menjadi pimpinan Muhammadiyah. Jadi tidak ada proses mengajukan diri. Kenapa Anda tidak memilih Hatta Ketua Umum PAN yang didukung Amien Rais? Memang PAN didirikan Pak Amien, yang juga pernah menjadi Ketua Umum Muhammadiyah. Tapi, secara organisatoris Muhammadiyah dan PAN ini tidak dalam satu hubungan yang mengikat. Jadi tetap bebas. Warga Muhammadiyah diberi kesempatan kalau ada yang mau terjun ke parpol, silahkan, tidak hanya PAN. Ada yang di PDIP, Golkar, bahkan saya sendiri di Hanura. Jadi artinya, fakta bahwa orang Muhammadiyah ada di tempat (parpol) lain. Tidak benar Muhammadiyah selalu identik dengan PAN. Tampaknya, ini mau dieksploitasi Muhammadiyah harus PAN, padahal tidak begitu. Karena realitasnya, saya lihat Buya Syafii Maarif yang juga mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah itu ternyata lebih dekat ke Jokowi- JK, meski beliau lebih bijak- sana tidak harus ke mana-mana (menunjukkan dukungannya). Tapi dari sikapnya, saya melihat ke sana (mendukung Jokowi-JK, red). Jadi, tidak bisa kita klaim Muhammadiyah itu harus ke Prabowo. Sangat penting adalah Jokowi-JK ini punya hubungan yang sangat mesra dengan Muhammadiyah. Ini banyak orang tidak tahu. Maksud Jokowi dan JK punya hubungan dengan Muhammadiyah? Saya baru tahu kalau ternyata ibunya Jokowi- JK itu ikut pengajian Aisyiyah. Ibunya Pak Jokowi di Solo, ibunya Pak JK di Makassar. Bahkan, mer- tua Pak JK, ayahnya Bu Mufidah, pernah menjadi Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah di Makassar. Beliau (mertua JK) aslinya Sumatera Barat yang ditugaskan Muhammadiyah untuk membesar- kan Muhammadiyah di Makassar. Kalau dari sisi itu bukan orang asing mereka berdua (Jokowi-JK) dengan Muhammadiyah. Saya sempat tanya teman-teman di Solo, ternyata Jokowi ini tidak ter- lalu jauh dengan Muhammadiyah. nch/boy Izzul Muslimin, Koordinator Nasional Relawan Matahari Indonesia (RMI) Alasan Izzul Berseberangan dengan Amien Rais Siapa tidak kenal dengan Izzul Muslimin. Mantan ketua Pemuda Muhammadiyah yang juga dikenal dekat dengan Amien Rais itu mendukung Capres Cawapres Jokowi JK. Mengapa dia berani berseberangan dengan Amien Rais sang ayah ideologisnya? Berikut petikan wawancaranya M Kusharmadi dari Obor Rahmatan Lilalamin dengan Izzul di Posko RMI di Jalan Pulo Raya IV, Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (18/6). Izzul Muslimin (kiri) bersama cawapres Jusuf Kalla KONTROVERSI & SAKSI 23 Semua tahu KH. Maimoen Zubair adalah sesepuh PPP, dan PPP adalah koalisi pasangan Prabowo Hatta. Tapi, secara pribadi dia cender- ung ke Jusuf Kalla (JK). Mengapa? T arik menarik dukungan kepada kedua pasangan capres cawapres san- gat ketat. Tidak sedikit para kiai yang punya kecenderu- ngan berbeda dengan kebijakan organisasinya, salah satunya KH. Maimoen Zubair, pengasuh Pondok Pesantren al-Anwar, Karangmangu Sarang, Rembang yang sekaligus Ketua Majelis Syariah DPP PPP. Meskipun par- tainya mengusung pasangan capres-cawapres Prabowo-Hatta, namun secara pribadi dia men- gaku ada kecendrungan dengan Jusuf Kalla (JK). Berikut peti- kan wawancara Tabloid Obor Rahmatan Lilalamin dengan kiai yang akrab disapa Mbah Mun ini, Kamis (19/6). Bagaimana Pandangan Mbah Maimun tentang Pilpres kali ini? Pelaksanaan Pilpres kali ini, calon ada dua. Keduanya menjalin hubungan yang baik dengan saya. Baik Prabowo maupun Jokowi, sama-sama sudah berkunjung ke sini. Kedua pasangan Capres dan Cawapres, masing-masing punya kekurangan dan kelebihan. Kita serahkan pada pilihan rakyat. Dengan begitu, siapapun yang jadi presiden, harus kita akui sebagai pemimpin. Apa Kelebihan masing-mas- ing Capres? Saya juga gembira atas kedatangan pak Jokowi kesini bergandengan dengan JK. Saya pribadi ada kecenderungan den- gan JK. Walau kader Golkar (rival politik), dia juga bagian dari NU (mustasyar). Kami juga telah lama seperjuangan dengan Bu Mega sejak zaman Orba. Sedangkan Prabowo, saya sudah tahu kiprahnya sejak dulu. Hal yang membuat saya terkesan dengan kontribusinya baik di dalam negeri maupun di luar neg- eri. Saat menetap di Yordania, dia banyak membantu pembangunan negeri itu, menjadi penasihat raja dan bahkan membantu memban- gun masjid nabi Syuaib di sana. Meskipun sempat ada kereng- gangan pada saat Prabowo dekat dengan Pak Harto dan keluarga Cendana, namun diharapkan kes- inambungan yang sempat putus itu dapat terjalin kembali di masa mendatang. Mengapa pada kampanye pilpres kali ini ada kecender- ungan saling fitnah dan men- jatuhkan satu sama lain? Apa yang menjadi perhatian saya adalah bahwa kedua kubu calon presiden punya hubungan baik dengan saya. Namun begitu saya mengecam adanya kecenderungan saling menjatuhkan maupun saling fit- nah di antara oknum dari kedua belah pihak. Kampanye macam itu dapat menyesatkan masyarakat. Untuk itu cara kampanye dengan menyampaikan rencana atau pro- gram lebih ditekankan. Jangan sampai ada hal sep- erti itu (kampanye hitam), kedua kubu saling menyebarkan apa yang dikatakan kampanye hitam. Kampanye biasa saja itu lebih baik. Artinya, saling menonjolkan rencana atau program apa yang akan dijalankan ketika nanti men- jadi pemimpin negara. Sehingga hal itu dapat menjadi tolak ukur penilaian para pemilih.
Mengapa NU sekarang ini menjadi lahan rebutan para capres? Itu sudah sejak dulu, sebab NU itu besar dan orang-orangnya tersebar di mana-mana dengan keberagamannya. Dalam hal poli- tik, ulama NU beragam pendapat dalam hal dukungan. Seorang kiai NU mendukung salah satu calon, kiai NU lainnya mendukung calon lain. Keragaman itulah yang mem- buat para capres-cawapres bere- but dukungan dari NU. Itu wajar saja, bahkan saat ini ada pada pilpres kali ini, sejumlah unsur dari beberapa partai sedang men- galami perpecahan. Apa harapan Mbah Maimoen untuk Pilpres Mendatang? Siapapun yang jadi presiden, saya harap ada kesinambungan dengan pemerintah sebelumnya. Apa yang baik dipertahankan, dan apa yang menjadi kekurangan dibenahi. Saya lihat kekurangan negara ini adalah kesinambungan tersebut. Dengan adanya kes- inambungan (program kerja) den- gan presiden-presiden sebelum- nya, diharapkan NKRI bisa menjadi lebih maju menjadi negara yang Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur. KH. Maimoen Zubair, Ketua Majelis Syariah DPP PPP: Saya Pribadi Cenderung ke JK KH. Maimoen Zubair 24 KONTROVERSI & SAKSI Apa kata Dahlan Iskan tentang Jokowi? Menteri BUMN yang energik, seder- hana, inspiratif, dan selalu memberi solusi terhadap berbagai kebuntuan negeri itu, menulis pada pengan- tar buku yang akan terbit: Satrio Piningit Karya Valentino Barus. Berikut tulisannya: M enjelang debat per- tama Capres di televisi yang lalu banyak yang khawatir pak Jokowi akan dilindas habis oleh Pak Prabowo. Berita-berita di media menjelang debat itu memang mengesankan pak Jokowi masih harus belajar. Sedang pak Prabowo ditulis tidak perlu lagi belajar atau latihan. Kekhawatiran bahwa pak Jokowi akan kalah telak juga di latarbelakangi kenyataan pak Jokowi yang jarang pidato sementara pak Prabowo selalu pidato dengan garang. Tapi begitu debat berlangsung kenyataannya sangat berbeda. Saya menilai debat itu dimenangkan oleh Jokowi-Jeka dengan skor 4-2. Kemenangan pak Jokowi itu penye- babnya sederhana: kata-ka tanya keluar dari hati nurani nya. Bukan dari rancangan yang di buat untuk kepentingan Pemilu ini saja. Inilah keaslian yang harus dijaga: tetaplah jadi Jokowi yang asli. Jangan terlalu banyak dipoles. Orang suka pada Jokowi karena keasliannya itu. Di mata orang Jawa, orang pinter itu belum tentu baik. Orang pinter bisa-bisa jatuh terde- gradasi menjadi keminter, min- teri dan golek pintere dewe. Demikian juga orang benar belum tentu disukai. Orang benar yang mestinya mutlak harus dianggap benar itu bisa saja menjadi tidak disukai. Yakni kalau orang benar itu terlalu menonjolkan diri dan mengagul-ngagulkan kebenaran dirinya itu. Orang benar yang demikian akan jatuh terpuruk dalam sta- tus orang yang selalu mencari benernya sendiri. Orang yang demikian selalu sekaligus diang- gap memojokkan orang lain itu tidak ada yang bener. Maka biarlah pak Jokowi tetap menjadi pak Jokowi. Jangan men- jadi Dudawi. Atau Metrowi. Biarlah apa adanya. Termasuk biarlah pak Jokowi tetap bicara apa adanya meski kesannya kurang gagah perkasa. Bicara dari hati adalah kelebihannya. Dari situlah muncul ketulusan dan kejujuran. Tidak usah khawatir dengan pak Jokowi. Dia itu seorang insinyur lulusan universitas Gadjah Mada. Setidaknya pasti punya piki- ran akademis. Punya metodologi dan sistematika. Punya logika. Dia seorang engineer yang terbiasa dengan logika-logika yang analitis. Ditambah lagi dia itu seorang pe - ngusaha. Yang bermula dari pen- gusaha kecil, kemudian menjadi pengusaha binaan BUMN PT PGN, dan kemudian menjadi eksportir. Berarti pak Jokowi pernah merasakan jadi pengusaha kecil. Dengan segala suka duka perjua- ngan hidupnya. Bahwa dia pernah jadi binaan BUMN dengan baik beraryi dia itu orang yang menem- patkan diri sebagai murid yang baik. Mau menjadi orang yang mau mendengar. Pemimpin yang punya kemampuan mendengar itu langka. Saat ini pemimpin itu maunya bicara terus. Orang lain yang harus mendengarkan. Pak Jokowi, justru dia yang lebih ba nyak mendengarkan. Bagaimana dari seorang peng- usaha kecil menjadi eksportir juga menandakan bahwa pak Jokowi pasti orang yang gigih, penuh perhitungan dan teliti. Baik juga dia terjun ke pemerintahan ketika usahanya belum sampai tahap rak- sasa. Dengan demikian pak Jokowi belum terkena pengaruh dan penyakit rakus. Maka kelebihan pak Jokowi itu jangan diganggu-ganggu oleh orang yang hanya mementing- kan kulitnya. Biarlah pak Jokowi akan menjadi contoh memimpin de ngan hati. Dahlan Iskan: Biarlah Pak Jokowi tetap menjadi Pak Jokowi 25 KONTROVERSI & SAKSI T OKOH sentral para relawan Demi Indonesia, Dahlan Iskan pun sudah naik panggung ikut bershala- wat bersama tim jawara marawis pemenang lomba nasional asal Jabar. Tamu-tamu VVIP, di anta- ranya mantan wapres yang juga cawapres Yusuf Kalla, mantan Kepala BIN Hendro Priyono, man- tan Pangab yang juga Ketua Partai Hanura Wiranto, Bos Metro TV yang juga tokoh Partai Nasdem Surya Paloh, mantan Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir, Ketua Umum HKTI Oesman Sapta dan sejumlah tokoh NU Jabar, sudah duduk di deratan kursi depan. Tapi Opung --sebutan akrab Letjen (purn) TB Silalahi-- masih nanar melihat ke arah ruang tran- sit VVIP. Di sana, Amal Alghozali, Ketua Umum Pelaksana Kongres Relawan Demi Indonesia sekaligus Deklarasi dukungan untuk pasa- ngan Capres-Cawapres Jokowi-JK, mondar mandir gelisah, tampak terus bicara melalui telepon geng- gamnya. Opung --tokoh yang paling bertanggungjawab untuk acara itu-- dan Amal --orang yang paling bertanggungjawab untuk pelaksanaannya-- menunggu kehadiran Joko Widodo. Capres sederhana yang po puler disebut Jokowi itu, terjebak macet. Tepat pukul 14.10, Amal bergegas lari ke pintu belakang. Jokowi datang mengendarai Kijang Innova putih. Bersama Tjahjo Kumolo Sekjen PDIP, Amal --pengusaha yang juga Sekretaris Departemen Pertanian DPP Partai Demokrat itu-- menjemput dan segera mempersilakan masuk ke aula untuk bergabung, mengikuti acara pokok yang sudah ditunggu semua hadirin. Tapi Jokowi minta ke ruang tran- sit dulu. Amal maklum, tentu Jokowi ingin ke toilet setelah ter- jebak macet. Agak lama Jokowi di kamar mandi. Begitu keluar, wajah, ta ngan dan kakinya basah. Celananya tergulung ke atas. Jokowi ternyata wudlu. Tolong tutup pintu dan jendelanya. Jangan ada yang tahu. Saya mau shalat dulu. Tadi buru-buru belum shalat dzuhur. Tak shalat dulu ya?! kata Jokowi. Ada sajadah? lanjutnya kepada Amal dan Tjahjo. Keduanya bingung. Tidak ada Pak! jawab Amal. Tengok kanan- kiri, Jokowi lantas menunjuk, Itu saja, telunjuknya menu ding taplak meja. Bergegas Amal me ngambil. Jokowi pun lantas menggelar taplak meja warna coklat itu. Maka shalat dzuhur pun dijalankan Jokowi. Pantas saja Pak Jokowi selalu tampak tenang, ternyata tidak pernah meninggalkan shalat, kata Amal, menggoda Jokowi sambil mengantarnya ke tempat duduk yang disediakan di gedung terbesar dengan tempat duduk sepuluh ribu pada 31 Mei 2014 itu. Amal, lelaki subur yang tumbuh sebagai santri ketika masih di Madiun itu, menceritakan kepada Jokowi bahwa hadirin yang hadir, sebagian besar dari pesantren. Tidak hanya itu. Ada lagi, lan- jut Amal menceritakan kesannya pada pertemuannya di hari Sabtu itu. Ketika tiba giliran harus berpi- dato, kata Amal, Jokowi membuka dengan salam dan shalawat yang membuat banyak orang terce- ngang. Dengan bahasa Arab yang cukup panjang, fasih dan lancar, setelah salam mengalir dari mulut Jokowi; Washolaatu wassalamu ala asyrofil ambiyai wal mursalin waala alihi washohbihi...... IM Tutup Semua Pintu dan Shalat Tidak kurang dari sepuluh ribu Relawan Demi Indonesia sudah duduk manis menyesaki Sentul Internasional Convention Center. Hari sudah menyen- tuh pukul dua siang. Tiga presenter kondang; Farhan, Nico Siahaan dan satu lagi Emil Faiza dari JTV Surabaya, tidak berhenti mengisi panggung dengan ber- bagai guyonan. 26 KONTROVERSI & SAKSI Joko Widodo INTERMESO 27
Ketika menjabat sebagai Walikota Solo, kemu- dian menjadi Gubernur DKI, dan kini men- jadi kandidat Presiden RI, Joko Widodo punya ba nyak kisah lucu dan unik. Beberapa anekdot tersebut terangkum oleh OBOR berikut: Dari Kena Razia hingga Jadi Dukun Naik Motor eh Kena Razia Meski mempunyai ajudan, Jokowi kadang enggan memakai pro- tokoler. Suatu waktu ia bersepeda motor kelil- ing kota. Di tengah jalan terlihat kerumunan orang. Saat melintas, Jokowi dihentikan polisi. Laiknya pengendara biasa, Jokowi menghentikan motornya dan mengeluarkan surat-surat kendaraan dan KTP. Polisi itu kemudian memeriksa. Ia baru tahu kalau pengendara motor tersebut adalah Jokowi setelah mengecek surat-surat kend- araan dan KTP. Karena saking banyaknya yang harus diperiksa atau memang tampang Jokowi memang tidak seperti walikota?. Walikota Panjat Pagar Acara Pemkot kadang sam- pai malam. Pernah saat Jokowi pulang terlalu larut, pintu ger- bang rumah dinas walikota, Loji Gandrung, tertutup rapat. Penjaga tak membukakan pintu meski dibel beberapa kali. Bukannya jengkel, Jokowi malah masuk ke rumah dinas dengan cara meloncat pagar. Aksi panjat pagar juga dilaku- kan saat Jokowi datang ke acara live Opera van Java di Stadion R Maladi Solo. Jokowi tidak bisa masuk karena masyarakat ber- jubel. Ajudan ingin menyingkap kerumunan massa, tapi Jokowi melarang. Sang walikota pecinta musik metal itu memanjat Pagar yang sepi penonton untuk bisa masuk stadion. Hormat Lebih dari Semenit Pada periode pertama (2005- 2010) mengemban amanah sebagai walikota Solo, Jokowi dilantik pada hari Jumat. Sabtu- Minggu libur. Senin pertama, Jokowi jadi inspektur upacara. Semua proses lancar kecuali urusan hormat-menghormat. Saat komandan memerintahkan hormat, Jokowi hormat. Jokowi terus menghormat, lupa bahwa perintah koman- dan upacara sangat tergantung seberapa lama inspektur upa- cara menghormat. Kok nggak turun-turun tangan, pikir Jokowi kala itu. Beberapa peserta mulai tersenyum. Staf memberi kode agar Jokowi menurunkan ta ngan. Jokowi lantas menu- runkan tangan dan komandan upacara pun meneriakkan, Tegak, Grak! Penghormatan itu terjadi lebih dari satu menit, di luar batas kepantasan dalam upacara apapun. Jokowi kembali memanjat tepian tangga ketika melihat kondisi pengungsi banjir di kawasan Tebet Jakarta sewaktu menjabat sebagai Gubernur DKI. Menyembuhkan Orang Kesurupan Ketika menghadiri acara di sebuah kampung, staf menele- pon ke Jokowi dan bilang bahwa di rumah dinas ada beberapa orang. Cepat, Pak. Mereka sekarang ada di garasi, kata staf itu. Katanya ada yang kesurupan, imbuh sang staf. Jokowi geleng-geleng kepala. Masak walikota disuruh ngurusi orang kesu- rupan, pikirnya. Jokowi mem- percepat acaranya, kemudian pulang. Di rumah dinas, beber- apa orang terlihat was-was. Jokowi was- was juga tapi berusa- ha tenang. Dia masuk ke rumah dinas dan mengambil es dari kulkas. Dia meminta ajudan me ngompres anak yang kesurupan dengan es. Karena hasilnya kurang man- tap, Jokowi meminta beberapa orang meng- angkat anak itu ke ruang tamu. Diusapnya wajah anak itu dengan es. Ajaibnya, anak itu langsung ba ngun dan me - ngucap terima kasih. Tapi tolong, cerita ini ja ngan kedenga- ran banyak orang. Bisa-bisa rumah dinas saya penuh orang kesurupan, kata Jokowi enteng. Ger-geran di Markas PKB CAPRES Joko Widodo diundang ke markas Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jl Raden Saleh, Jakarta Pusat, Selasa (13/5). Dalam pertemuan itu hadir 33 Dewan pengurus Wilayah PKB dari selu- ruh provinsi. Pertemuan politik itu tak cuma membahas soal serius. Celetukan Jokowi dan para petinggi PKB membuat segar acara konsolidasi tersebut. Lebih Ganteng di TV Jokowi memulai pidatonya dengan bercanda. Dia mengaku ada yang bisik-bisik soal kegan- tengannya. Saya ingin menyam- paikan, tadi waktu lewat ada yang berbisik kok ganteng di tv. Jokowi adanya, ya kaya gini nggak ganteng, nggak gagah, kata Jokowi di Kantor DPP PKB kala itu. Setelah bercanda, Jokowi kembali bicara politik. Menurut Jokowi saat ini pemilihan presi- den tinggal menghitung hari saja. Untuk itu, PDI Perjuangan terus melakukan pendekatan dengan partai-partai politik lain. Waktu kita tinggal 57 hari. Waktu yang sangat-sangat mepet lagi. Alangkah baiknya tidak ropat-repet (rapat) lagi kita harus menuju ke lapangan. Partai kami ( PDIP ) juga dari pintu ke pintu, kata Jokowi. Salawat Jokowi ala Nahdliyin Sebelum memulai pidato, Jokowi mengucap salam dan bersalawat. Allahumma salli ala Sayyidina Muhammad, kata Jokowi di Kantor DPP PKB. Mendengar gaya salawat Jokowi, Ketua Dewan Syuro PKB KH Aziz Mansyur langsung nyeletuk. Jokowi salawatnya pakai sayyidi- na, berarti Jokowi itu warga NU, kata Kiai Aziz. Celetukan Kiai Aziz disambut tepuk tangan meriah dan tawa para kader PKB. Jokowi presiden. Jokowi presiden, teriak mereka. Kemeja Murah Jokowi Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar mengaku terkesan de ngan kemeja putih yang digu- nakan Jokowi. Muhaimin menye- but pakaian itu sangat murah untuk pejabat sekelas gubernur dan seorang calon presiden. Saya lihat poster Pak Jokowi di jalan. Harga bajunya Pak Jokowi itu cuma Rp 100 ribu, kata Muhaimin Iskandar saat mengge- lar pertemuan antara Jokowi dan para petinggi PKB di Jakarta. Itu lebih mahal harga baju ketua DPW Jawa Tengah. Apa lagi harga baju sekjen PKB , kata Cak Imin disam- but tawa hadirin. Jokowi senyam- senyum saja mendengar pujian Cak Imin. Merasa Ganteng saat Sesi Foto Gubernur Kejadian lucu terjadi ketika Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo melakukan sesi foto ber- sama Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Setelah sesi foto dengan menggunakan seragam dinas kebangsaan- nya, Jokowi langsung menuju ruang kerjanya untuk berganti baju. Saat Jokowi keluar, warta- wan yang menunggunya pun meledeknya. Pak, ganteng nih Pak. Gagah nih, Pak, ujar warta- wan, di Balaikota DKI Jakarta. Mendengar itu, Jokowi spon- tan menjawabnya. Lho baru tahu? Saya sudah lama ganteng! kata Jokowi sambil tertawa. Saat sesi foto bersama Basuki pun ada satu hal unik. Agar dapat menyeimbangkan tinggi badannya dengan Basuki, Jokowi pun khusus disediakan timban- gan untuk dia naiki sehingga tingginya sejajar dengan Basuki. aim INTERMESO 28 D i tengah popularitas Joko Widodo di pentas politik nasional, muncul pertanyaan tentang sosok wanita yang mendampingi- nya. Adalah Iriana Joko Widodo ternyata punya banyak peran bagi keberhasilan suaminya. Melalui Tuty Adib yang juga sahabat dekat Iriana, Obor menguak sosok Iriana yang amat bersahaja. Iriana juga dikenal punya jiwa sosial tinggi jika itu berkaitan dengan urusan muslimah. Sejak sebelum menjadi ibu walikota, kemudian jadi ibu guber- nur dan sekarang menjadi calon ibu Negara, tak ada yang beru- bah dari bu Ana (panggilan akrab untuk Iriana), ucap Tuty Adib mengawali pembicaraan. Tuty mengenal Iriana sejak keduanya sama-sama masih men- jadi pengusaha yang merintis. Karena itu, keakraban Tuty dengan Iriana sudah seperti saudara. Tuty sendiri adalah seorang pengusaha garmen yang juga aktif sebagai pendiri pengajian Chairunnisa dan komunitas muslimah di Soloraya. SOSOK SEDERHANA Menurut Tuty Adib, sosok Iriana sebenarnya tak berbeda jauh dengan sosok Joko Widodo. Keduanya punya karakter yang sama yakni suka kesederhanaan dan suka blusukan. Berbeda deng- an istri pejabat yang lain, Iriana, di mata Tuty tetaplah perempuan yang sederhana dan tak pernah pamer dengan barang mewah walau sebenarnya ia punya banyak fasilitas. Sepertinya, kalau memilih baju tak harus mahal. Yang penting sopan dan rapi, tambah Tuty. Memang, di beberapa kesem- patan, ketika muncul ke tengah - tengah masyarakat ternyata Iriana masih saja tampil dengan gaya sederhana, tidak seperti tipikal istri pejabat biasanya yang berdandan gaya kosmopolitan, memakai kosmetik mahal, dan beragam asesoris. Pakaian yang dipergunakan Iriana bukan produk bermerek terkenal, dan tas milik- nya juga dibeli di pasar Klewer Solo. Kesederhanaan Iriana sering mengejutkan masyarakat. Mereka tak menyangka jika Iriana adalah istri gubernur atau calon presi- den. Iriana tak pernah berusaha untuk men- unjukkan bahwa dia adalah istri pejabat yang harus dihor- mati. Pernah suatu ketika bu Ana datang ke butik busana muslim saya. Kebetulan saat itu suasana sedang sangat ramai. Namun bu Ana mau antri menunggu giliran. Bahkan, beliau sengaja mendahulukan pembeli yang lain. Saat itu, tak banyak orang yang mengenal jika ia adalah istri Jokowi, namun ketika pengunjung tahu, Bu Ana tetap rendah hati dan tersenyum menyam but para pengunjung tersebut, tambah Tuty Adib yang juga aktif sebagai pengusaha butik. AKTIF DI PENGAJIAN Kesederhanaan dan sikap merakyat yang juga ditunjukkan Iriana adalah ketika berkumpul dengan para komunitas musli- mah. Menurut Tuty Adib, hingga kini, Iriana masih tercatat sebagai peserta pengajian Chairunnisa yang selalu aktif. Beliau selalu datang setiap pengajian. Tentu saja jika tidak ada tugas yang menghalanginya. Namun bu Ana selalu menyempatkan diri. Baginya, berkumpul dengan para muslimah menjadi bagian darinya untuk menimba ilmu dan berba- gi, katanya. Dan satu lagi yang menarik dari seorang Iriana, yakni tidak sibuk hanya mendampingi suami wira-wiri. Sebaliknya, baik Iriana maupun Jokowi seperti berusaha berbagi peran dan tugas masing- masing untuk rakyat. Jika Jokowi banyak blusukan dan urusan kene- garaan, maka Iriana banyak aktif di kegiatan sosial dan perempuan. Satu hal yang membuat saya kagum dari Bu Ana, meskipun dia istri pejabat, tapi tak pernah berusaha memakai fasilitas dari jabatan suaminya. Beliau tetap sederhana dan ri ngan tangan. Kapanpun kami meminta bantuan, asal- kan untuk kegiatan sosial ataupun penga- jian dan kegiatan muslimah, Bu Ana tak pernah bilang tidak. Intinya, beliau selalu mempermudah kami memberi fasili- tas asalkan untuk kemaslahatan muslimah, ucap Tuty. aim Mengenal Kesederhanaan Iriana Joko Widodo Tas Pasar Klewer Calon Ibu Negara Bu Ana, meskipun dia istri pejabat, tapi tak pernah berusaha memakai fasilitas dari jabatan suaminya. Dia tetap sederhana dan ringan tangan. Iriana Joko Widodo 29 PEREMPUAN PEREMPUAN 30 B ukan Jokowi jika tidak punya cerita yang men- arik. Pun demikian ketika digelarnya debat ca pres-cawapres bagian pertama pada 9 Juli lalu. Penonton penasaran dengan secarik kertas yang terlihat terselip di lipatan jas calon presiden nomor urut dua, Joko Widodo. Usai debat, pulu- han wartawan pun menanyakan soal kertas tersebut pada Jokowi. Jokowi hanya tersenyum. Ini bukan contekan, ini surat doa dari ibu saya, katanya singkat. Di depan puluhan wartawan, Jokowi lalu membuka lipatan ker- tas yang membuat penasaran itu. Ukurannya sekitar 5x10 sentime- ter, kertas itu lalu dipotret oleh para juru warta. Ternyata kertas itu isinya deretan huruf Latin dan huruf Arab. Namun, wartawan tak sempat mencermati apa kalimat yang tertera dalam tulisan tangan itu. Berdasarkan foto yang didapat dari sekejap kesempatan yang diberikan Jokowi, tulisan tangan di atas kertas itu merupakan doa memudahkan lisan untuk mende- bat pernyataan lawan. Bunyi tulisan itu adalah Rabbis rahlii shodrii, wa yassirlii amrii, wah- lul uqdatam mil lisaani yafqahu qaulii yang merupakan ayat Al Quran, yakni surat Thoha ayat 25- 28. Tulisan Latin pertama di bawah tulisan Arab tersebut merupakan pelafalannya. Adapun tulisan Latin berikutnya adalah terjemahan dari doa yang pertama kali dilantunkan Nabi Musa saat harus berdebat ber- hadapan dengan Firaun itu. Secara ringkas doa tersebut merupakan permintaan kepada Tuhan agar memberikan kelapangan dada dan kelancaran berbicara dalam perdebatan. Walaupun hafal doa tersebut, kata Jokowi, dirinya tetap mem- bawa kertas doa itu saat debat, sebab itu pemberian ibunda tercintanya. Apapun pemberian ibu saya, itu terasa membuat saya nyaman, ungkapnya. DOA SEBAGAI KEKUATAN Jokowi meyakini kekuatan doa dalam dua sisi penting. Satu seba- gai bentuk kepasrahan seorang hamba pada Tuhannya. Kedua, merupakan keselarasan doa yang dipanjatkan dengan kerja keras, ikhtiar, ketekunan, dan perju- angannya selama ini. Bagi Jokowi, kertas doa dari sang ibu itu seka- ligus menjadi pengingat atas nasehat Ibunya agar selalu memi- liki persiapan yang matang, logis, cerdas, serta teguh memegang prinsip-prinsip kehidupan, seperti kesetiaan terhadap kebenaran, keadilan, kejujuran, dan kasih sa yang. Doa bukan sekedar teks suci yang diucapkan sebagai obat penenang. Doa adalah penyo- kong kekuatan manusia dalam melakukan usaha-usaha positif dan konstruktif. Doa tanpa kerja keras yang optimal, tanpa tang- gung jawab sosial serta selalu menyikapi sesuatu dengan emo- sional hanya akan melahirkan kehancuran mental individu dan masyarakat. Filosof Prancis pemenang Nobel, Alexis Carrel mengatakan, Mana kala tanda-tanda doa dan tradisi beribadah mengalami keme rosotan dan diabaikan oleh suatu bangsa atau masyarakat, maka berarti mereka sedang mempersiapkan benih-benih dekadensi moral, disintegrasi, memudarnya identitas bangsa, serta merosotnya kekuatan fisik dan sosial kemasyarakatan. Kertas doa Jokowi memberi pesan kuat pada kita, Bangsa yang kehilangan harga diri, marta- bat bahkan identitasnya ini, sudah saatnya kembali memperbaiki etika dan tradisi berdoa, serta beribadahnya, agar menemu- kan kembali jati dirinya sebagai Bangsa berKetuhanan Yang Maha Esa. MISTERI KERTAS DI BALIK JAS ACARA debat Capres dan Cawapres, menyisakan mis- teri kertas yang nyembul di balik jas Jokowi. Kertas itu benar-benar bikin heboh. Namun, saat diklarifikasi, dengan ringan Jokowi menjawab, Ini Kertas doa dari ibu. Subhanallah Berikut catatan Kiai Maman Imanulhaq, pimpinan Ponpes Al-Mizan Majalengka tentang Jokowi dan kekuatan doa. Kertas berisi doa dari ibunda Jokowi yang menyembul dibalik jasnya. Kiai Maman Imanulhaq 31 PEREMPUAN S aya yakin, semakin tinggi elektabilitas Jokowi, maka semakin banyak tantangan (isu) yang harus dihadapinya. Kita dingat- kan saat Jokowi terlihat kaku dalam Kampanye damai di Hotel Bidakara. Selain karena kelelahan sehabis bersilaturahmi dengan para Purnawirawan di Balai kar- tini, dilanjutkan hadir dalam silat- nas alim ulama PKB di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Selasa (3/6/2014). Ternyata ada hal yang mengusik konsentrasi Jokowi. Fitnah terhadap ibunya, Sujiatmi Notomiharjo. Propaganda hitam dan kejam terhadap dirinya menyangkut ke-Islaman-nya, asal- usul keluarganya, par- tai pengusungnya serta ba nyak hal yang terkesan dicari-cari oleh pihak lain yang tidak bisa menemukan kesalahan masa lalu Jokowi. Karena tidak memiliki kesalahan dan beban masa lalu, maka Jokowi dicari kesalahannya, tegas Cawapres Jusuf Kalla. Soal ibu ini jadi sangat penting bagi Jokowi. Ibu bukan sekedar sudah berangkat haji tapi sosok mus- limah sejati yang sederhana dan menanamkan nilai kejujuran, kederhanaan dan kasih sayang. Ko, dikatain macam-macam. Astagfirullah, Intonasi berat kelu- ar dari bibir Jokowi. Jokowi sangat mencintai Ibu dan Istrinya. Karena dua sosok itu merupakan sumber inspirasi dan kerinduan bagi Jokowi. Kehidupan rumah tangga Jokowi dengan istrinya, Iriana yang sakinah penuh kasih sayang adalah berkat dukungan sang Ibu. Bekal kelu- arga sederhana yang harmonis ini yang membuat Jokowi melakukan pelayanan terhadap masyarakat dengan penuh ketulusan dan tanpa lelah. Jokowi terus bekerja, bekerja dan bekerja, sebagai bentuk cinta kasih pada Ibu dan istrinya. Dalam sebuah perbincangan di KA menuju tempat kampanye Cagub Jabar (16/2/2013) Jokowi menyatakan kekagumannya pada beberapa sosok perempuan. Ia memuji Megawati Soekarno Puteri sebagai sosok yang kuat, bijak dan mengayomi. Ia menilai Calon Gubernur Jawa Barat, Rieke Diah Pitaloka sebagai perempuan cer- das dan berani. Dan tidak lupa ia cerita Ibu dan Istrinya. PEREMPUAN & ALQURAN Prinsip Qurani yang dipegang Jokowi soal bagaimana menghor- mati perempuan patut dicontoh para pemimpin lainnya. Surat ke 5 (lima) dalam Al-Quran, yaitu An-Nisa, punya arti perempuan, Pada permulaan surat ini asal-usul manusia dibahas dengan sangat menarik. Ya, manusia berasal dari satu nafas, menyebar menjadi jiwa-jiwa yang bebas. Prinsip inilah yang seharusnya jadi spirit kita untuk menjadikan agama sebagai kekuatan untuk menggerakkan perubahan. Serta mengkritisi segala bentuk akhlak, perilaku sosial, dan kebudayaan yang mencederai harkat dan mar- tabat kemanusiaan, serta mampu memperjuangkan tatanan masyarakat yang egaliter, damai, dan dinamis. Jokowi berjanji akan memperjuang- kan keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya di bidang pendidikan dan ekonomi. Dua bidang itu menjadi fondasi dasar pem- berdayaan perempuan di masa mendatang. Jika mengenyam pendidikan yang cukup bahkan tinggi, perempuan diharapkan bisa lebih mandiri, berdaya guna, berkualitas, serta mampu menem- patkan dirinya dalam berbagai situasi dan senantiasa haus ilmu pengetahuan tanpa melupakan etika moral yang baik dan luhur. Jokowi mengatakan, Aneh, ko ada yang menghina perempuan. Hanya orang hina yang menghi- nakan perempuan. Ingatlah, Aku berpesan pada kalian agar berbuat baik pada perempuan, demikian Nabi Muhammad SAW berpesan. JOKOWI & PEREMPUAN Di mata Kiai Maman Imanulhaq, Jokowi adalah sosok yang sangat hormat dan menghargai perempuan. Karena itu, Jokowi sangat menyesalkan ketika ada fit- nah kejam tentang ibunya. Bagi Jokowi, hanya orang hina yang menghina perempuan. Berikut kesaksian Kiai Maman Imanulhaq tentang Jokowi dan perem- puan-perempuan yang ada di sekelilinganya. Jokowi dan Ibundanya Sujiatmi Notomiharjo WAWANCARA 32 Pilpres sudah dekat, bagaimana pandangan Gus Mus? Karena pemilu pre siden kali ini hanya dua kontes tan, maka jadi sangat keras persa ingan nya. Kalau kemarin-kemarin kan banyak. Jadi pemihakan masyarakat itu seka- rang ini mengerucut hanya dari kedua kelompok, sehingga per- saingan itu menjadi keras. Ada kecenderungan saling menjatuhkan atau fitnah anta- ra kedua belah pihak, mengapa Gus? Makin keras lagi, karena ma sing-masing kurang percaya diri dengan visi-misi, program- nya sendiri. Kalau orang bersaing dan ada yang dibanggakan atau dipamerkan, apakah itu visi-misi maupun program-program, saya kira tidak perlu untuk menjelek- jelekkan atau menjatuhkan lawan. Saya lihat kalau sampai saling menghujat, menyalahkan, mendis- kreditkan pihak lain, itu mungkin karena mereka tidak pede dengan program yang ditawarkan. Jadi sebabnya, pertama kare- na calonnya cuma dua. Kedua, kekuatiran kalah itu sangat besar. Kalau cuma dua opsinya kalah atau menang. Beda kalau calon ada tiga atau empat karena masih dimungkinkan ada putaran kedua dan sebagainya. Jadi sebetulnya saya lihat yang tidak pede itu pendukungnya. Mungkin karena kurang mengenal terhadap calon yang didukung. Jadi mestinya pendukung harus tahu betul siapa orang yang didukung dan seperti apa kemam- puannya. Apa harapan Gus Mus terha- dap pelaksanaan pilpres kali ini maupun di masa mendatang? Hal lain yang dilupakan orang- orang, adalah bahwa pemilu ini hanya untuk lima tahun, tidak tahu bahwa ini urusan kenegaraan biasa, yang lazim. Padahal urusan- nya tidak sampai kiamat, yaumul akhir. Pakai bawa-bawa nama Allah, seakan-akan ini segalanya, urusan di atas agama, urusan sampai kiamat. Padahal pemilu ini untuk lima tahun. Kalau tidak puas dengan lima tahun ini, lima tahun depan masih ada pemilu lagi, dengan calon yang lain. Tidak usah ngotot. Yang sangat dirasa itu adanya kam- panye hitam yang memburuk-buruk- kan lawan. Ke depan harus ada aturan- aturan yang lebih jelas dan rinci tentang pemilihan umum. Jangan sampai terjadi Pemilu seo- lah-olah seperti pe rang dunia. Itu hanya persa ingan antar sesama anak bangsa. Mengapa Kiai dan Pesantren NU jadi rebutan? Sama saja, ketika mereka lalu datang ke kiai-kiai. Itu juga akibat dari kurang pede itu. Kiai diasumsikan mempunyai pengikut banyak sekali. Minimal punya santri dan masyarakat pesantren. Orang tua santri dan masyarakat seputar pesantren, komunitas itu dipimpin oleh kiai. Ambil contoh misalnya hanya santri saja yang ikut kiai, sudah berapa? Kalau pesantren besar seperti Sarang, Lirboyo, Tebuireng, jadi rebutan. -Kalau pesantren saya, tidak ada yang datang, sebab santrinya cuma sedikit.- Pesantren besar, misalnya santrinya 5000 orang, orang tuanya, keluarganya sudah berkali lipat jumlahnya. Belum kalau para santri ini sudah jadi kiai yang punya santri, tentu banyak sekali. Karena itu selalu setiap ada Pilkada ataupun pemi- lu, kiai selalu dimintai bantuan suaranya.
Gus Mus: Jangan Ngotot! Jangan ngotot, jangan bawa agama, jangan saling menyalahkan karena pemilu hanya urusan negara biasa, bukan urusan akhirat. Demikian pesan KH Mustofa Bisri, Pengasuh Ponpes Rhaudhatut Tholibin, Rembang dalam wawancara khusus dengan Ahmad Shofa dari Obor Rahmatal Lilalamin, Sabtu (21/6). Berikut petikannya: KH Mustofa Bisri