5. Diagnosis
2) OBD-II
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa OBD dikembangkan di USA untuk mencegah
polusi udara, yang disebut dengan sistem pengukuran emisi gas buang. CVS( constant volume
sampler) digunakan untuk memeriksa secara aktual berapa besar emisi gas yang keluar pada
suatu kendaraan.
Namun kesulitannya adalah perlu waktu yang lama untuk memeriksanya, karena itulah
pemerintah Federal USA dan pemerintah California meminta untuk dapat dibuat alat yang dapat
mengukur kadar emisi gas dengan lebih cepat. Sistem OBD-II sudah diwajibkan penerapannya
untuk kendaraan produksi sejak tahun 1996, yang dipakai untuk memonitor emisi kendaraan
tersebut.
OBD ditemukan oleh SAE dengan melibatkan penyeragaman protokol kumunikasi komputer
untuk kendraan yang dibuat oleh pabrik pembuat mobil, penyeragaman nama komponen,
diagnostic testers, prosedur diagnostic, penyeragaman diagnostic connector, dan fungsi
standardisasi diagnostic tester.
OBD-II mewajiban setiap kendaraan sudah mengadopsi fungsi-fungsi sebagai berikut: :
Parameter pada saat itu (data list) di lengkapi dengan indikasi sistem kontrol emisi gas
Kendala protokol komunikasi tidak lebih dari tiga
Dilengkapi dengan freeze frame (menyimpan data di ECU jika ada kode DTC yang timbul)
Ready test feature (monitoring secara berluanjut atau berkala terhadap ssitem kontrol emisi)
Yang secara kontinyu dapat memonitor suplai bahan bakar, oxygen sensor, dan kontrol sistem
lainnya.
3) Prosedur Diagnosa
(1) Prosedur Diagnosa terhadap sensor
Kebanyakan sensor digunakan untuk sistem kontrol secara elektronik yang menghasilkan
output secara proporsional (temperatur, tekanan, berat, dsttc) untuk dipakai sebagai ukuran,
dan dibandingkan dengan kondisi kerja mesin normalnya. Maka itu jika input yang masuk dari
sensor berada diluar dari batas yang ditentukan, maka microcomputer akan menganggap itu
sebagai suatu kesalahan. Misalnya sensor untuk temperatur pendingin mesin di set untuk
normalnya adalah -30 ~ 120 derajat celcius.
Jika ECU menemukan angkanya diluar batas (misalnya, dibawah -30 C atau diatas 130 C) ECU
akan memutuskan short circuit ke battery, atau circuit-break, atau short circuit ke ground pada
sensors atau wiring harness, dan membuat kode kerusakan DTC sesuai kondisi tersebut.
Pada saat yang sama dengan pembuatan DTC, Micro-computer menggunakan nilai dari
program komputer sebagai pengganti untuk kontrol mesinnya, agar mobil tetap jalan meskipun
nilai outputnya tidak normal.
Seperti dikatakan diatas terhadap sensor yang nilainya salah, Microcomputer akan
mengabaikan output dari sensor tersebut dan menggunakan nilai dari program yang telah diset
oleh komputer. Sehingga mobil masih bisa dijalankan untuk dibawa ke bengkel agar dapat
dilakukan perbaikan seperlunya. Fungsi ini lah yang disebut dengan 'back-up' atau 'fail-safe
mode' atau 'limp-in mode'.
Namun ada sensor tertentu yang tidak dapat menggunakan nilai pengganti dikarenakan
mekanisme targetnya, dan oleh karena itulah mesin akan mati bila sensor tersebut mengalami
kesalahan. Misalnya adalah engine speed sensor.
1) Fungsi
Sistem kontrol secara elektronik yang diterapkan pada kendaraan adalah dirancang untuk
memberikan suatu kontrol untuk berbagai kepentingan yang lebih efektif dibandingkan dengan
sistem kontrol secara mekanis. Sistem kontrol secara elektronik umumnya terdiri dari actuator
yang merubah hasil deteksi dari sistem mekanis ke sinyal listrik dengan menggunakan
bermacam sensor, kemudian menentukan dan memproses sinyal tersebut untuk kemudian
kembali dirubah ke ukurang phisik.
Sensor merubah elemen input ke dalam sinyal elektrik kemudian ECU (engine control unit)
memutuskan dan memproses sinyal tersebut. Actuator yang malakukan proses dan
menjalankannya berdasarkan sinyal output dari ECU. Sebenarnya sensor dan actuator lah yang
berperan melakukan proses terhadap sinyal karena itulah merupakan elemen penting yang
sangat memempengaruhi performa ECU dalam merubah input yang di dalam dari sensors ke
sinyal elektrik untuk proses perhitungan, dan kemudian menggunakan hasil hitungannya untuk
menjalankan actuator.
Sensor memberikan masukan ke ECU untuk mengetahui kondisi kendaraan dengan sistem
kontrol secara elektronik, setelah mendeteksi, ECU membetulkan nilai hitungan seperti
temperatur, tekanan, dsb.. Actuator menerima sinyal elektrikal dari ECU kemudian menjalankan
sistem kontrol.
2) Konfigurasi
(1) Komponen power supply
A. Voltage regulator: Voltage regulator memberikan arus tegangan secara stabil sebesar 5V
yang diperlukan untuk menjalankan Microcomputer dari tegangan normal battery (12-14V)
B. Battery back-up: memberikan tenaga cadangan ke RAM (random access memory) untuk
menyimpan bermacam nilai pembelajaran dan kode kerusakan yang dihasilkan selama
mobil berjalan setelah kunci kontak dimatikan. RAM adalah sejenis memori volatile
diamana seluruh data yang tersimpan akan terhapus bila power-off.
C. Reset circuit and Watchdog timer part: Apabila Microcomputer mengalami kesalahan, alat
ini akan langsung me-reset ulang CPU ke kondisi kerja normal.
(2) Input circuit
A. Analogue input processing. Sinyal input analog tidak dapat diproses oleh Microcomputer
karena itu diperlukan analogue/digital converter untuk merubah ke sinyal digital.
Misalnya bila mobil mempunyai 10 bit 32 channel A/D converter, converter dapat
merubah 32 sinyal analog ke sinyal digital, dan mengekpresikan sinyal analog sebagai
sinyal digital 210=1024.
B. Digital input processing: Microcomputer mempunyai circuit untuk memperoses sinyal input
dari switch on/off untuk menghasilkan sinyal digital high/low.
(3) Micro-computer
Microcomputer menerima bermacam sinyal sensor kemudian memproses sinyal tersebut
dengan menggunakan program dan data yang telah disimpan, kemudian mengirimkan hasilnya
(misalnya periode waktu penginjeksian bahan bakar) ke output circuit. Seperti tampak pada
Fig.I-40 Micro-computer terdiri dari CPU (central processing unit) yang membaca perintah dan
data yang diproses, memory yang menyimpan program dan data, dan I/O (input/output).
Disekitar CPU, memory dan I/O dihubungkan melalui jalur transmisi sinyal yang disebut dengan
'bus'. "Bus" digolongkan dalam tiga jenis : data bus untuk mengirim dan menerima data;
address bus untuk memory dan alamat I/O; dan control bus untuk mengatur sistem kerja.
Sebagai tambahan, ada signal generator (clock) yang memberikan waktu kontrol menggunakan
crystal oscillator, dan Microcomputer mengandalkan sinyal tersebut untuk mengatur waktu
seluruh sistem.
B. Memory
Memory gunanya adalah untuk menyimpan program dan data, umumnya terdiri dari ROM (read
only memory) dan RAM (random access memory) . ROM hanya membaca data yang disimpan
di dalam memory, dan tidak dapat diisi dengan data baru . ROM umumnya dipakai untuk
menyimpan program yang diperlukan untuk kontrol mesin. ROM dipakai untuk mobil ECM
karena tidak memerlukan perubahan pada data yang disimpan. Karena itulah ROM digunakan
untuk produksi massal menggunakan M-ROM. Belakangan ini ada juga yang memakai EPROM
(erasable & programmable ROM) atau EEPROM (electrical EPROM).
EPROM adalah memory yang tidak hanya dapat membaca data, namun bisa juga dipakai untuk
menghapus dan mengisi data di dalam ROM menggunakan sinar ultraviolet dengan alat khusus
(ROM writer dan ROM writer dan ROM eraser). EPROM umumnya pakai untuk program kontrol
yang masih perlu pengembangan sehingga akan sangat bermamfaat karena programnya sering
diganti.
EEPROM sejenis dengan EPROM, namun data bisa dihapus secara elektrik dengan
menggunakan tegangan instan. Dibandingkan dengan yang menggunakan sinar ultraviolet cara
ini lebih cepat untuk menghapus data ROM. Namun demikian EPROM lebih mahal dan sedikit
rentang.
Flash memory mempunyai keuntungan untuk ROM (data yang disimpan tetap ada meskipun
power dimatikan) dan RAM (bebas membaca dan menulis data). Flash memory dapat
membaca dan menulis data tanpa kehilangan data ketika powernya diputus. Flash memory
adalah tipe EPROM khusus yang menggunakan pulsa elektrikal untuk menghapus seluruh data
dalam sekejab. Jumlah transistor yang dipakai pada memori jenis ini lebih sedikit dibanding
dengan memori tipe EEPROM karena itulah harganya lebih murah. Dan sekrang ini memori
yang digunakan sudah dalam kapasitas penyimpanan yang besar.
RAM adalah tipe memori yang bisa diakses secara acak (random) memungkinan untuk bisa
menghapus dan menulis data baru. Pada saat powernya diputus RAM akan kehilangan data
yang disimpannya. Pada industri otomotif, RAM digunakan untuk menyimpan data yang
diperlukan untuk mengontrol data dan menyimpan kode DTC.
Bab 6 Troubleshooting
1. Troubleshooting melalui elemen I/O
Kelengkapan diagnostik ECM adalah merupakan salah satu ukuran yang paling jitu yang dapat
memberikan data kondisi kerusakan kendaraan secara langsung ke pengemudi dan teknisi .
seluruh data kerusakan disimpan di dalam ECU-RAM.
Dua kejadian kesalahan dapat disimpan secara sekaligus (misalnya Engine Coolant Temp.
Sensor, putaran mesin). Untuk keperluan GST (General Scan Tool), tampilannya dinamakan
dengan freeze frame. Data kesalahan yang tersimpan dapat dihapus melalui perintah dari GST
atau dengan melepas buttery back-up (cadangan).
Apabila suatu kesalahan terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang lama , maka data itu
disimpan dalam bentuk "static". Jika kesalahannya hilang, maka datanya akan disimpan
sebagai "sporadic/not present".
Jika kesalahan tersebut dideteksi kembali, maka data tersebut disimpan dalam bentuk
"sporadic/present". Kesalahan yang diset sebagai "not present" akan dihapus dari memory
setelah set driving cycle (umumnya 42 kali). Untuk item kesalahan yang berdampak luas pada
kerja mesin dan emisi, ECU akan menghidupkan lamu peringatan check engine lamp atau MIL
untuk memperingatkannya kepada si pengemudi.
Berdasarkan keterangan diatas, kita akan secara singkat membicarakan masalah elemen I/O
yang ada di dalam ECM, emergency feature terhadap failure-limp home, pada mesin sistem
engine management system delta 2.5 sebagai contohnya.
2. Jika rata-rata udara berada dibawah batas, maka set angkanya dengan bukaan throttle
diatas certain level (mengandalkan putaran mesin).
Ground
Output
Temp.(•)
Output
Temp.
(5) Karakter sinyal sensor (Hubungan antara target wheel dan sinyal sensor output )
5) CMP sensor
(1) Fungsi
Sinyal TDC sensor dan sinyal crank position sensor dibandingkan untuk mengukur kompresi
titik mati tengah atas pada masing-masing cylinder. Pada saat kunci kontak ON, maka sensor
ini akan mendeteksi posisi cam. Terdiri dari satu elemen hall yang menghasilkan output sinyal
digital.
(2) Penentuan kesalahan
1. tidak ada sinyal output setelah 100 putaran camshaft.
2. Input pada CMP signal 2 dua kali atau lebih dalam satu siklus mesin.
(3) Prosedur yang dilakukan pada saat terjadi kesalahan
1. Sinyal crank position sensor digunakan untuk menghitung putaran mesin di saat TDC
(kemungkinan TDC akan terdeteksi 50% ) untuk mengatur jumlah bahan bakar dan waktu
pengapiannya (memungkinkan untuk menjalankan kendaraan)
2. Knocking control dihentikan /idle mileage learning dihentikan
(4) Electric circuit
CMP signal
Output(v)
Throttle opening( *)
7) Knock sensor
(1) Fungsi
Knock sensor menggunakan piezo-ceramic yang dipasang pada bagian tengah cylinder block
masing-masing bank #1/#2, untuk mendeteksi getaran mesin (Knocking setiap cylinder). Piezo-
ceramic output (v) = Q/C = 2dF/C (d = Piezo constant dari piezo ceramic, C=static capacity) .
MTB mesin (minimum pemajuan pengapian untuk momen terbaik) letaknya setelah dan
sebelum titik batas knocking. ECU mengatur waktu pengapian untuk memberikan kerja mesin
secara optimal sebelum batas knocking.
(2) Failure decision
1. Electrical finding on knock related circuit inside ECU
2. Integrated value at measurement start point is outside set range.
3. If inside circuit noise level is above set value.
4. Knock sensor output is less than set value.
(3) Prosedur yang diperlukan ketika ada kesalahan
1. Knocking sehubungan dengan kompensasi waktu pengapian = f (engine rpm, air rate
coolant temp.).
2. Kontrol waktu pengapian dihentikan
Knock sensor
Shield ground
Signal ground
9) Injector
(1) Fungsi
Menyemprotkan bahan bakar berdasarkan sinyal input injeksi yang diberikan oleh ECU
berdasarkan kondisi mesin. ECU menggerakkan injector melalui arus. Besarnya injeksi
ditentukan oleh nilai pemetaan berdasarkan besar udara, putaran mesin dan kompensasi bahan
bakar yang tergantung dari parameter kompensasi bahan bakar (sinyal idling mileage control,
fuel vapor control, fuel rate learning, warm-up control, catalysis heating control, deselerasi air
rate control, idling control, fuel increase under full load, fuel increase, pada saat akselerasi, dan
starting ulang). Untuk keamanannya, ada pencegahan injeksi bahan bakar pada kecepatan
kendaraan diatas 200 kilometer per jam atau kecepatan mesin 6800 rpm.
(2) Prosedur yang diperlukan pada saat ada kesalahan
1. Idle mileage learning control dan feedback control dihentikan.
2. Traction control dihentikan
(3) Electric circuit
Injector
Flow rate
•p(pressure gap)
OFF after 8
seconds
Ignition
coil
Spark plug #4
Spark plug #1
Spark plug #5
Spark plug #2
Spark plug #6
Spark plug #3
Measured at
Cooling fan
Condenser
Termi
Signal Dihubungkan ke Kondisi Test Tegangan
nal
Idle (DTC non-present) B+
Idle (DTC present) <1V
32 TPS voltage TGPS Key ON 5V
33(1) MAP voltage MAP sensor Key ON 5V
Crankshaft position sensor Crankshaft position Key ON/ENG OFF <0.5V
34 signal input sensor 2-3V(duty
Idle
40~50%)
35(2) HO2SDD down ground HO2S down Constant B+
Termi
Signal Dihubungkan ke Kondisi Test Tegangan
nal
HO2S input HO2S up Key ON/ENG OFF 0.4V
36
Idle 0~1V
MAP sensor input MAP sensor Key ON 0.5V
37(1)
Idle 0.5~1.5V
MAF sensor input MAF sensor Key ON 0.5V
37(2)
Idle 0.6~0.8V
Engine coolant temperature Engine coolant
39 Key ON/ENG OFF (at 80) 1~2V
signal input temperature
(1)
42 Air temperature signal input MAP sensor Key ON/ENG OFF (at 20) 1~4V
(2) Intake air temperature sensor MAF sensor
42 Key ON/ENG OFF (at 20) 1~4V
input
44 Power input Ignition switch Key ON B+
45 Power input Ignition switch Key ON B+
EVAP purge solenoid valve EVAP purge solenoid Key ON/ENG OFF B+
46
control valve Idle 10-12V (duty)
Fuel injection valve control Fuel injector No.4 Key ON/ENG OFF B+
47
Idle B+
HO2S down input HO2S down Key ON/ENG OFF 0.4V
55(2)
Idle 0~1V
DPS signal input DPS A/C non-operation B+
57
A/C operation <1V
59 Vehicle speed input EC-AT module - -
61 Ground Ground Constant <0.5V
Cooling fan relay control Cooling fan relay Key ON/cooling fan non-
B+
operation
68
Key ON/Cooling fan
<1V
operation
A/C relay control A/C cut relay A/C non-operation B+
69
A/C operation <1V
Fuel pump relay control Fuel pump Key ON/ENG OFF B+
70
Idle <1V
71 Diagnosis K-line Data link connector - -
72 Torque reduction control Transaxle control module - 9-10V
Park/Neutral signal input Transaxle control module Key ON (P/N range) B+
74
Key ON (other range B+
A/C switch signal input A/C switch A/C switch ON B+
75
A/C switch OFF <1V
Headlight switch signal input Headlight switch Key ON/switch HEAD B+
76
Key ON <1V
Power steering switch input Power steering switch Key ON/switch operation <1V
77 Key ON/switch non-
B+
operation
Camshaft position sensor Camshaft position sensor Key ON/ENG OFF 5V
79 signal input 2-3V(duty
Idle
40~50%)
80 Ground Ground Constant <0.5V
17 TPS ground
Sensornya tidak di-grounded di luar (di dalam ECU yang dihubungkan ke ground lainnya.
Tujuan dari penempatan ground secara terpisah adalah untuk menghindari titik aliran arus tinggi
(menyebabkan noise))
22 TCU MIL signal input, 26. ISA opening., 29. ISA closing
Tipe duty control dengan dua coil. Tempatnya adalah ditengah throttle body dan bypasses air
langsung ke surge tank, untuk mengatur kecepatan idle (800rpm). Pembukaannya sekitar 30%
dengan benar kosong dan setelah mesin dipanaskan. Untuk item pemeriksaan, total tahanan
antara terminal 1 & 3 harus sekitar 34Ω.
37 MAP sensor
MAP sensor secara tidak langsung mendeteksi jumlah intake air berdasarkan tekanan yang ada
di dalam surge tank, dan digunakan untuk menentukan jumlah dasar injeksi dan waktu
pengapian berdasarkan beban mesin (bila kerjanya tidak normal, mesin dapat mati. Pada
cranking berikutnya, ECU akan menerapkan nilai dasar TPS untuk menghidupkan mesin.
Selanjutnya mesin bisa menunjukkan gejala malfungsi dan akselerasi berkurang pada saat
melaju)
45 PCSV control
uap bahan bakar terjadi karena temperatur di dalam fuel tank yang naik, dan uap bahan bakar
ini tidak dibuang langsung ke udara bebas namun disimpan di dalam. Tergantung dari kondisi
mesin, ECU menjalankan solenoid valve untuk menggiring uap bahan bakar ke dalam intake
manifold dan membakarnya.
59 VSS
Jenisnya adalah lead switch dan letaknya ada di dalam speedometer. Pada sat magnet
speedometer berputar melalui kabel yang dihubungkan ke output transmisi, lead switch akan
menghidupkan dan mematikan switch. ECU akan menggunakan sinyal ini untuk menentukan
dan menghitung kondisi kendraan apakah dalam keadaan melaju, berhenti dan berapa besar
kecepatan kendaraan, kemudian mengunakan hasil hitungan tersebut untuk status dan kondisi
terkait.
71 K-line
Dihubungkan dengan diagnostic connector, dan digunakan diantara ECU dan scanner untuk
komunikasi data. (diagnostic code, sensor value, dst)
74 Park/Neutral signal
Dipakai pada mobil A/T juga disebut dengan inhibitor switch. Switch ini memungkinkan untuk
menghidupkan mesin dengan posisi shifting lever di range P atau N.