Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENGARUH WISATA GUNUNG BROMO

TERHADAP PENDAPATAN MELALUI PELUANG


USAHA HOMESTAY MASYARAKAT LOKAL
(Studi Kasus Desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Sindy Adista Saraswati


145020101111005

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ANALISIS PENGARUH WISATA GUNUNG BROMO TERHADAP PENDAPATAN
MELALUI PELUANG USAHA HOMESTAY MASYARAKAT LOKAL
(Studi Kasus Desa Gubugklakah Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)
Sindy Adista Saraswati, Pudjihardjo
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
Email: adistasindy@gmail.com, pudjihardjo@ub.ac.id

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan wisata
Gunung Bromo terhadap pendapatan melalui peluang usaha homestay bagi masyarakat lokal di
Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Data yang digunakan adalah
data primer dari kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah pemilik homestay di Desa
Gubugklakah, dengan jumlah sampel sebanyak 30 pemilik homestay. Teknik analisis yang
digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisis deskriptif. Variabel yang digunakan
adalah jumlah wisatawan menginap, jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, rata-rata lama
menginap, dan pendapatan pemilik homestay. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah
wisatawan menginap, jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, dan rata-rata lama menginap
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pemilik homestay.

Kata kunci: jumlah wisatawan menginap, jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, rata-rata
lama menginap, pendapatan pemilik homestay

A. PENDAHULUAN

Dewasa ini sektor pariwisata di berbagai negara berkembang semakin pesat. Hal tersebut
mulai terjadi setelah Perang Dunia II. Dimana sektor pariwisata menjadi sumber devisa yang besar
bagi negara-negara yang mengelola sektor kepariwisataannya. Bahkan pariwisata kini berada pada
posisi kedua sebagai faktor penghasil devisa terbesar nasional setelah sektor minyak dan gas
(Migas). Dalam dasawarsa terakhir ini, banyak negara berkembang memberi perhatian khusus
terhadap sektor pariwisata. Hal tersebut terlihat dari banyaknya program pengembangan pariwisata
di negara-negara tersebut, tak terkecuali Indonesia. Indonesia merupakan negara yang kaya akan
sumber daya alam dan juga budaya. Letak Indonesia yang strategis merupakan faktor yang sangat
berpengaruh bagi pembangunan. Kondisi geografis dan juga iklim yang mendukung memberikan
peluang besar bagi upaya pembangunan pariwisata di Indonesia. Sektor pariwisata merupakan
salah satu sektor yang memiliki kontribusi dalam penerimaan pendapatan dan penyerapan tenaga
kerja. Hal tersebut terjadi karena adanya permintaan dari para wisatawan yang datang. Dengan
demikian, kedatangan wisatawan ke suatu daerah akan membuka peluang usaha bagi masyarakat
sekitar dalam pengelolaan obyek dan daya tarik wisata sehingga peluang tersebut akan
memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk bekerja sehingga masyarakat akan
memperoleh pendapatan dari pekerjaan tersebut. Begitu juga dengan Desa Gubugklakah yang
berada di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang merupakan salah satu desa yang
dilalui oleh para wisatawan Gunung Bromo. Karena dari beberapa jalur yang ditempuh untuk
menuju Bromo, salah satu pintu masuknya adalah melalui Kabupaten Malang. Dimana jalur yang
melewati Desa Gubugklakah ini merupakan jarak yang terdekat untuk menuju ke Bromo
dibanding dengan jalur lainnya, yaitu 53 km. Sedangkan jika lewat Pasuruan jaraknya adalah 71
km dan melalui Purwodadi berjarak 83 km (Nugroho, 2011:271). Oleh karena adanya wisatawan
tersebut, Desa Gubugklakah juga akan mendapat pengaruh yang dapat menguntungkan karena
akan muncul peluang usaha bagi masyarakat desa setempat yang disebabkan karena adanya
permintaan wisatawan. Sehingga hal tersebut bisa memberikan kesempatan bagi masyarakat Desa
Gubugklakah untuk mendapat penghasilan dari adanya wisata Gunung Bromo tersebut.
Salah satu peluang usaha yang memiliki peran penting yaitu usaha akomodasi. Usaha
akomodasi adalah usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang
disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan serta memperoleh pelayanan
dan fasilitas lainnya dengan pembayaran (Badan Pusat Statistik). Sebagai salah satu sarana dan
prasarana yang penting dalam kegiatan pariwisata, usaha akomodasi di Kabupaten Malang pun
kian meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut terjadi karena jumlah wisatawan yang juga kian
meningkat, sebagaimana seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1 berikut:
Gambar 1.1: Perkembangan Akomodasi, Kamar dan Tempat Tidur yang Tersedia di
Kabupaten Malang Tahun 2011-2016

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2017

Pada grafik 1.1, dapat dilihat bahwa perkembangan usaha akomodasi yang terdapat di
Kabupaten Malang mengalami peningkatan.Hal tersebut terjadi karena meningkatnya jumlah
wisatawan, maka juga mendorong meningkatnya fasilitas akomodasi. Dimana meningkatnya
fasilitas akomodasi tersebut berbanding lurus dengan tingkat hunian akomodasi yang ada di
Kabupaten Malang. Wisatawan asing yang menginap di tempat penginapan sebanyak 8.657 orang.
Sedangkan wisatawan domestik sebanyak 465.307 orang dengan rata-rata lama menginap
sebanyak 3-4 hari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang, 2017).
Sebagai salah satu Kecamatan yang menjadi jalur yang ditempuh wisatawan untuk ke Gunung
Bromo melalui Kabupaten Malang, ada beberapa desa di Kecamatan Poncokusumo yang
masyarakatnya memiliki usaha homestay. Salah satunya adalah desa Gubugklakah, yang juga
memiliki banyak homestay sebagai salah satu sarana penunjang wisata. Berikut merupakan data
jumlah homestay di Kecamatan Poncokusumo pada tahun 2015 sampai 2017 yang disajikan pada
tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1: Data Jumlah Homestay di Kecamatan Poncokusumo

Sumber: Peta Potensi dan Penunjang Wisata Kecamatan Poncokusumo (2018)

Dari data diatas, diperlihatkan bahwa jumlah homestay semakin bertambah setiap tahunnya.
Hal ini dikarenakan wisatawan yang berkunjung ke Bromo juga semakin meningkat, sehingga
masyarakat menyadari ada potensi dan memanfaatkan adanya peluang tersebut untuk menyediakan
homestay bagi wisatawan yang datang. Dapat dilihat bahwa Desa Gubugklakah merupakan desa
yang memiliki jumlah homestay terbanyak dibanding dengan desa lainnya yang ada di Kecamatan
Poncokusumo. Dengan kondisi tersebut, diharapkan masyarakat Desa Gubugklakah dapat
meningkat pendapatannya melalui usaha homestay yang dimiliki masyarakat sekitar sebagai salah
satu sarana penunjang wisata Gunung Bromo.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Peran Kegiatan Pariwisata


Pengertian pariwisata menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
(UU Pariwisata) adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Menurut Spillane (1987:20) kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan
kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga
atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain, bukanlah merupakan kegiatan yang baru
saja dilakukan oleh manusia masa kini. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan
dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok,
sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup
dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.
Menurut Spillane (1987:54) selain menjadi sektor penting bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia, pariwisata juga memiliki peran dalam pembangunan negara secara makro yang meliputi
tiga segi yaitu segi ekonomis (sumber devisa dan pajak-pajak), segi sosial (penciptaan lapangan
kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan
asing). Dimana ketiga segi tersebut tidak hanya berlaku bagi wisatawan mancanegara saja, tetapi
juga untuk wisatawan domestik yang kian meningkat peranannya.
Permintaan dan Penawaran Pariwisata
Menurut Spillane (1987:103), salah satu faktor yang sangat mempengaruhi permintaan akan
pariwisata adalah mobilitas. Mobilitas manusia timbul atas berbagai macam dorongan kebutuhan
atau kepentingan yang disebut dengan istilah motivasi. Sejak kepariwisataan menjadi industri yang
populer terutama karena ekonomisnya, praktis setiap negara berminat mengembangkan dirinya
sebagai salah satu tujuan wisata. Keadaan alam dan masyarakat negara-negara berkembang
menjadi andil utama untuk diminati dan menjadi daya tarik yang kuat di pasaran wisata dunia.
Namun demikian, secara absolut, sebagian wisatawan senantiasa bertukar kunjung ke negara
tetangga yang sudah maju, dikarenakan banyaknya hari-hari luang untuk berkunjung dan arena
secara relative biaya transport yang semakin mahal ke negara-negara tujuan yang semakin jauh.
Persaingan di antara sesama negara destinasi menjadi semakin tajam dan satu-satunya harapan
pertumbuhan suatu negara tujuan wisata terletak pada persiapan apa yang ditawarkan itu supaya
memadai dengan permintaan. Ini adalah proses berkesinambungan, yang tergantung pada hasil
studi mendalam mengenai permintaan dan analisis produk, tempat kedua unsur ini merupakan
unsur pokok perencanaan penawaran (Gromang, 2003).
Penawaran pariwisata diharapkan dapat menyumbang sejumlah uang antara lain dari
pengeluaran wisatawan asing, transportasi, pengembalian modal dari investasi pariwisata di luar
negeri, pengiriman uang oleh pekerja bidang pariwisata di luar negeri dan sebagainya. Hal ini
memberikan kontribusi positif terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Karena industri pariwisata
pada umumnya berorientasi pada penjualan jasa, dimana salah satu sifat dari produksi jasa adalah
dihasilkannya melalui padat karya, maka dengan berkembangnya pariwisata akan membuka
banyak kesempatan kerja. Akibat langsung terhadap kesempatan kerja ini terutama akan sangat
dirasakan oleh negara-negara berkembang yang umumnya aktivitas ekonominya masih terbatas.
Pariwisata dan Peluang Usaha
Terdapat empat macam keterkaitan yang penting secara ekonomis berkenaan dengan
pengembangan industri pariwisata di suatu daerah yaitu keterkaitan produksi, konsumsi, modal
dan tenaga kerja. Keterkaitan produksi berlangsung dalam bentuk kerjasama pertukaran atau
pemasokan faktor input produksi antara usaha industri skala besar dan formal dengan usaha-usaha
masyarakat skala kecil. Jalinan ini terdapat pula pada aspek permodalan, usaha ekonomi skala
kecil didorong melalui permodalan dengan skala usaha besar agar dapat tumbuh. Industri
pariwisata yang tumbuh nantinya akan memberikan efek penyebarluasan penciptaan kesempatan
kerja. Kunjungan wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata akan membelanjakan sebagian atau
seluruh uang mereka kepada produk atau jasa perdagangan yang ditawarkan masyarakat setempat.
Aliran uang ini sebagian akan diterima oleh tenaga kerja dan juga pengusaha yang memasok
barang dagangan di daerah tujuan wisata. Hal tersebut menunjukkan bahwa pariwisata mampu
menciptakan kesempatan kerja sekaligus menciptakan peluang pendapatan.
Pendapatan
Pendapatan dari sektor pariwisata merupakan sumber dana bagi suatu daerah, dengan semakin
meningkatnya kunjungan wisata, berarti semakin bertambah pengeluaran wisatawan yang
berdampak kepada naiknya permintaan barang atau jasa-jasa yang diperlukan wisatawan. Menurut
Sukirno (2000: 40) pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun berupa
barang yang berasal dari pihak lain maupun hasil industri yang dinilai atas dasar sejumlah uang
dari harta yang berlaku saat itu. Pendapatan merupakan sumber penghasilan seseorang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup dan
penghidupan seseorang secara langsung maupun tidak langsung. Pendapatan rumah tangga dapat
diketahui dengan menjumlahkan pendapatan keluarga dari semua sumber pendapatan.

C. METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan menginap, jumlah
kamar homestay, tarif sewa kamar, dan rata-rata lama menginap terhadap pendapatan pemilik
homestay. Penelitian ini merupakan penelitian survey menggunakan kuesioner pendampingan.
Sedangkan data yang digunakan adalah data primer yang berasal dari pemilik homestay dan data
sekunder yang berasal Resort PTN Coban Trisula, Lembaga Desa Wisata Gubugklakah, dan
Badan Pusat Statistik (BPS), selanjutnya dari buku, artikel dan jurnal yang berkaitan dengan
penelitian. Adapun lokasi penelitian yaitu pada Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang.
Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (1996:115) populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Apabila meneliti
semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan populasi studi
atau juga disebut populasi studi sensus. Dalam penelitian ini yang akan digunakan sebagai
populasi yaitu seluruh pemilik homestay di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo,
Kabupaten Malang.
Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2014:91). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilik
homestay di Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Total sampel yang
diambil dalam penelitian ini berjumlah 30 pemilik homestay, hal tersebut guna memenuhi sampel
minimal sebaran data distribusi. Teknik yang digunakan untuk memilih sampel yaitu random
sampling (covinance sampling) yaitu teknik yang mengarah pada penarikan sampel yang seadanya
saja (Sinambela, 2014:104).
Metode Analisis
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 24.0. Dalam
penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.
Analisis regresi berganda merupakan teknik analisis data yang bertujuan untuk melihat besarnya
pengaruh antar variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya, juga untuk
mengetahui besarnya nilai dari variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen yang
digunakan dalam periode.
Statistik Deskriptif
Menurut Sinambela (2014:66) penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan
karakteristik dari suatu populasi tentang suatu fenomena yang diamati. Menurut ahli lain
berpendapat bahwa “Penelitian deskripsi kuantitatif adalah suatu jenis penelitian yang bertujuan
mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu,
atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail” (Yusuf, 2015:62). Dimana metode ini
mencoba memberikan gambaran keadaan masa sekarang secara mendalam. Data yang telah
terkumpul selanjutnya akan dianalisis dengan metode analisis menggunakan regresi berganda.
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari tiga uji yaitu sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat menggunakan
Normal Probability Plot dan Kolmogorov-Smirnov. Untuk Normal Probability Plot, jika
data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Ghozali, 2009). Kemudian untuk Kolmogorov-Smirnov, jika tingkat
signifikansi >0,05 maka distribusi data tersebut normal.
2. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat korelasi
diantara variabel bebas. jika nilai Tolerance >0,10 dan nilai VIF <10 maka tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel bebas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokolerasi digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear ada
kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1. Adanya autokolerasi menyebabkan variabel bebas pada satu observasi
berhubungan dengan observasi lain dan penduga least square memiliki varian yang bias
atau standard error cenderung kecil. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari
autokolerasi. Untuk mendeteksi adanya autokolerasi. Untuk mendeteksi adanya
autokolerasi dilakukan melalui uji Durbin Waston.
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Dalam
Mulyono (2000:89), jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya
tetap, maka disebut homoskedastisitas. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka penafsiran
statistik t dan F yang dihasilkan metode ordinary least squares dapat menimbulkan
kesalahpahaman. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak
terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan
residualnya. Jika ada pola tertentu pada grafik scatter-plot, maka ini mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda merupakan teknik analisis data yang bertujuan untuk melihat
besarnya pengaruh antar variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya, juga untuk
mengetahui besarnya nilai dari variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen yang
digunakan dalam periode.
Adapun regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana:
Y = Pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay
a = Konstanta
β1 - β4 = Koefisien regresi untuk X
X1 = Jumlah wisatawan menginap
X2 = Jumlah kamar homestay
X3 = Tarif sewa kamar
X4 = Rata-rata lama menginap
e = Error

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Grafik Normal Probability Plot menunjukkan data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal atau histogramnya membentuk kurva bel dan sebagian
besar batang/bar berada di bawah kurva. Kemudian hasil uji dengan Kolmogrov Smirnov
menunjukkan nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.
2. Uji Multikoliniearitas
Hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai
Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Hasil uji autorelasi diperoleh nilai DW berada dalam rentang nilai dU dan nilai 4-dU
sehingga asumsi autokorelasi terpenuhi.
4. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas menggunakan Uji Glejser menunjukkan bahwa masing-
masing variabel memiliki nilai Sig. > 0,05, sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi
gejala heteroskedastisitas.
Pengujian Hipotesis
1. Koefisien Determinasi
Hasil koefisien determinasi didapatkan nilai R Square sebesar 0,803 artinya bahwa besar
pengaruh terhadap variabel pendapatan yang ditimbulkan oleh variabel jumlah wisatawan
menginap, jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, dan rata-rata lama menginap adalah
sebesar 80,3 persen, sedangkan besar pengaruh terhadap variabel pendapatan yang
ditimbulkan oleh faktor lain adalah sebesar 19,7 persen.
2. Uji F
Hasil uji F disajikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 2: Hasil Uji F

3. Uji t
Hasil uji t disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 3: Hasil Uji t

4. Hasil Regresi Linier Berganda


Hasil regresi linier berganda disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4: Hasil regresi linier berganda
Hasil persamaan regresi linier berganda antara variabel jumlah wisatawan menginap,
jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, dan rata-rata lama menginap terhadap
pendapatan disajikan sebagai berikut.
y = a + b1 x1 + b2 x2 + b3 x3 + b4 x4 + e
y = -1,297 + 0,023 x1 + 0,196 x2 + 0,490 x3 + 0,389 x4 + e
Dari persamaan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta (a) sebesar -1,297 menunjukkan tanpa adanya pengaruh dari jumlah
wisatawan menginap, jumlah kamar homestay, tarif sewa kamar, dan rata-rata lama
menginap maka nilai pendapatan adalah -1,297 juta rupiah.
b. Nilai koefisien jumlah wisatawan menginap sebesar 0,023 menunjukkan setiap
peningkatan nilai jumlah wisatawan menginap sebesar 1 satuan akan mempengaruhi
nilai pendapatan sebesar 0,023 juta rupiah.
c. Nilai koefisien jumlah kamar homestay sebesar 0,196 menunjukkan setiap
peningkatan nilai jumlah kamar homestay sebesar 1 satuan akan mempengaruhi nilai
pendapatan sebesar 0,196 juta rupiah.
d. Nilai koefisien tarif sewa kamar sebesar 0,490 menunjukkan setiap peningkatan nilai
tarif sewa kamar sebesar 1 satuan akan mempengaruhi nilai pendapatan sebesar 0,490
juta rupiah.
e. Nilai koefisien rata-rata lama menginap sebesar 0,389 menunjukkan setiap
peningkatan nilai rata-rata lama menginap sebesar 1 satuan akan mempengaruhi nilai
pendapatan sebesar 0,389 juta rupiah.
Pembahasan
Hubungan Jumlah Wisatawan Menginap terhadap Pendapatan Pemilik Homestay
Jumlah wisatawan yang menginap dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Bromo. Dimana meningkatnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung akan mendorong
peningkatan akomodasi sebagai fasilitas penunjang atas permintaan wisatawan yang juga semakin
meningkat. Yang mana peningkatan akomodasi tersebut berbanding lurus dengan tingkat hunian
akomodasi yang semakin tinggi.
Pada hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa jumlah wisatawan menginap
berpengaruh positif terhadap pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay di Desa Gubugklakah
dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari ɑ 5% atau 0,05), sehingga hipotesis
pertama diterima. Hasil uji regresi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh jumlah wisatawan
menginap dengan pendapatan masyarakat lokal pemilih homestay adalah semakin banyak jumlah
wisatawan yang menginap maka pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay bisa meningkat
juga. Dengan adanya jumlah wisatawan yang tinggi diharapkan dapat mendorong para pengusaha
homestay untuk melihat bahwa peluang usaha homestay tersebut menjanjikan. Selain itu, dengan
adanya peningkatan jumlah wisatawan dapat meningkatkan pendapatan bagi masyarakat lokal
pemilik homestay.
Hal ini sejalan dengan penelitian dari Qadarrochman (2010) yang menyatakan bahwa semakin
lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang
dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan
penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama
perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di
daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara
maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh
karena itu, semakin banyak kunjungan wisatawan, maka pemintaan kebutuhan seperti makan,
minum dan penginapan akan semakin meningkat, sehingga pendapatan sektor pariwisata seperti
para penyedia jasa juga akan semakin meningkat.
Hubungan Jumlah Kamar Homestay terhadap Pendapatan Pemilik Homestay
Hasil penelitian menemukan bahwa jumlah kamar homestay berpengaruh positif terhadap
pendapatan pemilik homestay. Dengan demikian hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima. Hal
ini disebabkan karena semakin banyaknya kamar yang tersedia untuk disewakan, maka bisa
menampung lebih banyak wisatawan menginap, sehingga pendapatan juga semakin meningkat.
Hal ini dipengaruhi pula oleh kapasitas kamar dalam satu kamar dan ketersediaan extra bed.
Dimana dari hasil penelitian ditemukan bahwa semakin banyak kapasitas orang dalam satu kamar,
maka semakin tinggi pula harga homestay yang ditawarkan. Juga permintaan extra bed dari
wisatawan akan menambah harga dari sewa homestay itu sendiri. Sehingga pendapatan juga akan
semakin meningkat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Tama (2017) yang menyatakan bahwa jumlah
kamar berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan. Dengan tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai di daerah pariwisata, maka akan memenuhi permintaan para wisatawan
akan kebutuhannya. Sehingga wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu daerah. Dimana
salah satu kebutuhan wisatawan adalah penginapan. Maka jika penyedia jasa penginapan semakin
banyak menyediakan kamar untuk disewakan, maka makin tinggi pula tingkat pemenuhan
kebutuhan wisatawan akan permintaan fasilitas akomodasi, sehingga pendapatan penyedia jasa
akomodasi juga akan semakin meningkat.
Hubungan Tarif Sewa Kamar terhadap Pendapatan Pemilik Homestay
Hasil penelitian variabel tarif sewa kamar berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan
pemilik homestay. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler (2008)
bahwa harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,
elemen lainnya menimbulkan biaya. Tarif sewa kamar berpengaruh secara simultan terhadap
pendapatan pemilik homestay di Desa Gubugklakah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Swastha (2001) bahwa tarif kamar memperlihatkan pengaruh dalam
mendukung tingkat pendapatan. Karena semakin tinggi tarif sewa kamar maka akan semakin
meningkat pula pendapatannya. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Made Adi
Armana, I Ketut Kirya dan I Wayan Suwendra (2015) yang menyatakan bahwa tarif kamar
berpengaruh secara parsial terhadap pendapatan pada Hotel Damai di Singaraja Tahun 2013.
Kondisi tersebut juga terjadi pada penelitian ini. Hal tersebut disebabkan karena semakin
mahal harga homestay yang ditawarkan maka fasilitas yang didapat juga lebih baik. Seperti kamar
yang lebih luas, adanya fasilitas wifi, kamar mandi dalam, air panas dll. Selain itu, Lembaga Desa
Wisata juga sudah menetapkan untuk harga terendah dan tertinggi, yaitu harga terendah
Rp 150.000 dan tertinggi Rp 300.000. Sehingga, walaupun beberapa homestay menyediakan
fasilitas yang terbaik, maka harga maksimal yang ditawarkan tetap Rp 300.000. yang mana hal
tersebut akan mempengaruhi pilihan bagi wisatawan yang akan menginap. Sehingga walaupun
mahal, konsumen cendenrung untuk memilih homestay dengan fasilitas yang lengkap guna
mendapat kenyamanan dan kepuasan. Oleh karena itu, dengan adanya kondisi tersebut, akan
mempengaruhi pendapatan yang diperoleh. Dimana semakin tinggi tarif yang di sewakan maka
juga akan semakin meningkat pendapataannya, karena fasilitas yang akan didapat atas harga yang
sudah dibayar oleh wisatawan.
Hubungan Rata-rata Lama Menginap terhadap Pendapatan Pemilik Homestay
Variabel rata-rata lama menginap berpengaruh positif terhadap pendapatan pemilik homestay.
Dilihat dari nilai koefisien variabel rata-rata lama menginap sebesar 0,389. Sehingga ketika rata-
rata lama menginap mengalami peningkatan sebesar 1 satuan, maka akan mempengaruhi nilai
Pendapatan sebesar 0,389 juta rupiah. Hal ini disebabkan karena semakin lama wisatawan
menginap, maka pendapatan pemilik homestay yang diterima juga semakin bertambah.
Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Ika (2016) yang menyatakan bahwa dengan
tersedianya kamar hotel yang memadai, para wisatawan tidak segan untuk berkunjung ke suatu
daerah, terlebih jika hotel tersebut nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih
aman, nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Industri pariwisata
terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, akan memperoleh pendapatan
yang semakin banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama menginap, sehingga akan
meningkatkan pendapatan.

E. PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pada permasalahan yang telah dirumuskan, hasil pengolahan data, dan hasil
analisa data, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel Jumlah wisatawan
menginap (X1) berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay
(Y), dikarenakan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang datang berkunjung akan
mendorong peningkatan akomodasi sebagai fasilitas penunjang atas permintaan
wisatawan yang juga semakin meningkat. Yang mana peningkatan akomodasi tersebut
berbanding lurus dengan tingkat hunian akomodasi yang semakin tinggi.
2. Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel Jumlah kamar homestay
(X2) berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay (Y),
dikarenakan semakin banyaknya kamar yang tersedia untuk disewakan, maka bisa
menampung lebih banyak wisatawan menginap, sehingga pendapatan juga semakin
meningkat.
3. Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel Tarif sewa kamar (X3)
berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay (Y), dikarenakan
semakin tinggi tarif sewa kamar maka akan semakin meningkat pula pendapatannya.
4. Berdasarkan hasil pembahasan menunjukkan bahwa variabel Rata-rata lama menginap
(X4) berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay (Y),
dikarenakan semakin lama wisatawan menginap, maka pendapatan pemilik homestay
yang diterima juga semakin bertambah. Harga yang disewakan juga tidak berubah
sehingga pendapatan juga semakin meningkat.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang tepat
untuk direkomendasikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki akses jalan menuju objek daya tarik wisata di Desa Gubugklakah agar
mempermudah wisatawan yang akan berkunjung. Dengan kemudahan akses yang didapat
diharapkan bisa meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Desa Gubugklakah.
Sehingga dengan meningkatnya minat wisatawan diharapkan mampu meningkatkan lama
tinggal wisatawan untuk menginap di homestay yang ada di Desa Gubugklakah.
2. Peningkatan kualitas homestay melalui fasilitas yang disediakan, agar homestay segera
bisa memasuki pasar internasional. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan pemilik
homestay, yang dalam hal ini juga perlu bantuan dari pemerintah.
3. Mengadakan kegiatan pelatihan bagi para pemilik homestay guna meningkatkan
pelayanan yang diberikan agar wisatawan mendapat kepuasan yang maksimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki model dalam penelitian ini
dengan menambahkan variabel lain yang dapat berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan masyarakat lokal pemilik homestay.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, serta berbagai pihak yang telah membantu
sehingga jurnal ini dapat terselesaikan.Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi
Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Brawijaya yang memungkinkan jurnal ini bisa diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
CiptaAhmadi, Ruslam. 2016. Pengantar Pendidikan: Asas & Filsafat Pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

Armana , Made Adi, I Ketut Kirya dan I Wayan Suwendra. 2015. Pengaruh Biaya Promosi dan Tarif
Kamar terhadap Pendapatan Hotel Damai di Singaraja Tahun 2013. e-Journal Bisma Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen. Volume 3, hal 1-10.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Malang 2017, Kabupaten Malang Dalam Angka Tahun 2017:
Malang

Gromang, Frans. 2003. Manajemen Kepariwisataan. Jakarta: Pradnya Paramita

Ika W, Teti. 2016. Pengaruh Pendapatan Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Kota
Makassar. Skripsi. Makassar: UIN Alauddin Makassar.

Kecamatan Poncokusumo. Peta Potensi dan Penunjang Wisata Kecamatan Poncokusumo: Malang

Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium diterjemahkan
Benyamin Molan, Jakarta: PT. Prenhallindo.
Mulyono. 2000. Peramalan Bisnis dan Ekonometrika. Yogyakarta: BPFE

Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Qadarrochman, Nasrul. 2010. Analisis Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata di Kota Semarang
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Sinambela, Lijan Poltak. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Spillane, James J. 1987. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Swastha, Basu DH dan Irawan. 2001. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: BPFE

Tama, Diaz Prasetya. 2017. Analisis Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata di Kabupaten Pacitan
dan Faktor - Faktor yang Mempengaruhinya. Jurnal Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Yusuf, A Muri. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenadamedia Group

Anda mungkin juga menyukai