Anda di halaman 1dari 8

156 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No.

3, Maret 2014

Sistem Proteksi Power Supply


Modul Praktikum Teknik Digital
Anwar Mujadin

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Sain dan Teknologi


Universitas Al Azhar Indonesia, Jl. Sisingamangaraja, Jakarta 12110

Penulis untuk Korespondensi/E-mail: amujadin@uai.ac.id

Abstrak – Dalam melakukan praktikum teknik digital berbasis protoboard kadangkala pihak pengguna
melakukan kesalahan fatal yaitu terjadi hubung singkat power supply dalam interkoneksi. Untuk
menghindari kerusakan power supply akibat hubung singkat dalam modul praktikum digital, diperlukan
sebuah rangkaian elektronika yang mampu mendeteksi dan memutus arus sumber (power supply) dengan
segera pada saat terjadi hubung singkat. Modul praktikum teknik digital dalam penelitian ini telah
dilengkapi dengan sistem proteksi power supply dari hubung singkat dengan waktu tanggap kurang dari 5
ms, menggunakan teknis waktu jeda pengosongan kapasitor dan opamp pembanding tegangan.

Abstract – When conducting experiments practicum in digital protoboard base project, users often made a
fatal mistake that cause short circuit interconnection. To avoid damaging the power supply of experiment
module (hardware), it requires an electronic circuit that is able to detect and cut off the main power supply
immediately. In research the modular lab has been equipped with an electronics short circuit protection
system with a response time of less than 5 ms, using capacitor discharge and opamp voltage comparator
technique.

Keyword – RC Transient, Power Supply Protection Systems, Bypass Filter Capacitor.

PENDAHULUAN Dalam penelitian ini telah dirancang bangun sebuah


modul pelatihan teknik digital terintegrasi dengan

A da beberapa tonggak perkembangan


teknologi yang secara nyata memberi
sumbangsih terhadap perkembangan teknologi
peralatan ukur dan pendukung dalam satu paket
modul. Modul ini juga dapat dimanfaatkan oleh
para lembaga pelatihan anak putus sekolah
informasi dan komunikasi (TIK), yaitu (pendidikan non formal) seperti di balai latihan
temuan rangkaian terpadu elektronik berbasis kerja Indonesia (BLKI).
digital. Konvergensi telekomunikasi komputasi
multimedia adalah ciri abad ke-21. Dimana pada Modul pelatihan ini telah dilengkapi dengan fitur
abad ke-18 terjadi revolusi industri menjadikan pendukung latihan seperti: 2 digit seven segment
mesin-mesin sebagai pengganti 'otot' manusia, scanning, 1 digit seven segment, 1 segment
maka pada revolusi digital menciptakan mesin- dotmatrix 7X5 scanning, 10 Bar LED, LCD 2X16,
mesin sebagai pengganti 'otak' manusia [1]. 3x4 matrix keypad, 8 debouncing logic trigger, 8
step logic switch, 8 bouncing logic switch, 1-1MHz
Setelah dikeluarkannya mikrokontroler oleh para square wave generator, speaker dan buzzer.
pabrikan dengan harga yang sangat terjangkau
berikut dengan software development (gratis), Modul pelatihan teknik digital dalam penelitian ini
menjadi peluang para pelajar maupun para dirancang berukuran mainboard 20 cm x 15 cm
penggemar elektronika untuk mempelajari lebih dilengkapi dengan R Shunt 0.5 Ω dan 1 Ω (5W)
jauh mengenai ilmu teknik digital diera TIK ini. yang sangat efektif untuk penyaluran enegi listrik
Mempelajari teknik digital perlu didukung oleh dan kompensasi suhu akibat desipasi daya berlebih.
peralatan yang memadai sebagai bahan latihan, baik R Shunt berfungsi ganda juga sebagai pengosong
itu dilakukan di rumah maupun di laboratorium. kapasitor, bersinergi dengan opamp komparasi,
mampu mendeteksi dan mengamankan power
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014 157

supply utama dari kerusakan akibat short circuit mendekati nol (ground) pada saat RL (SC2)
dalam orde kurang dari 5 ms (0.1ms-1ms). Dalam terhubung singkat. Pada kenyataanya antara SC2
tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai dan SC1 memiliki perbedaan waktu beberapa
sistem proteksi power supply dari dari bahaya milidetik dimana waktu tunda SC2 lebih cepat
hubung singkat. dibandingkan SC1.

Pada saat terjadi hubung singkat beban (RL)


TINJAUAN PUSTAKA diilustrasikan dengan SC2 tertutup, maka tejadi
pengosongan kapasitor C2. Tegangan VC2 akan
Dalam tinjauan pustaka dibahas mengenai respon turun (transient) melaui R2 (RL= 0 Ω) dengan
rangkaian seri RC dari unit step tegangan, bypass perubahan arus sebesar I2(t), Perubahan tegangan
filter, transistor sebagai pengendali relay, dan VC2 tiap satuan waktu dapat diformulasikan
opamp sebagai pembanding tegangan : sebagai [2]:

Respon Rangkaian Seri RC dari Fungsi 1 1


Step C2  I2dt  R 2 .I2  0 atau
C2 
I2dt  R 2 .I2
Tegangan Arus Searah (Direct Current) (2.2)
Pengisian dan pengosongan kapasitor ditetapkan
pada tegangan perubahan tergangan kapasitor I2 dI dI dt (turunkan satu
akibat perubahan arus tiap satuan waktu yang dapat  R 2 . 2 atau 2  
di diformulasikan dengan [2]: C2 dt I2 R 2C2
kali)
1 dv
C  dt
VC  i dI2 dt
 I2
 
R 2C2
(integralkan satu
(2.1)
kali)
t
Pengosongan kapasitor sebagai akibat terjadinya ln  I2    k
hubung singkat dengan rangkaian diperlihatkan R 2 C2
t t
pada Gambar.1 berikut: (  k) ( )
I2  e R 2C2 atau I2  e R 2C2 (k)
.e
VC1 VC2 (2.3)
D1 R1 R2
VOLTAGE
REGULATOR
Pada saat t = 0 saat SC1 pertama kali tertutup maka:
VS C1 I1(t) I2(t)
C2 SC2
V1(t) SC1 V2(t) RL
VC2 VO2 ;
I2  
R2 R2

Gambar.1 Pengosongan kapasitor dimana tegangan awal VO2  VC2


akibat hubung singkat. Dari persamaan (2.3) pada saat t = 0 diperoleh:

Dari Gambar.1, R1 dan R2 adalah resistor R shunt (


0
)
yang nilainya antara 0.5-1 Ω dengan kemampuan VO2
I2  e R 2C2 (k)
.e  atau
menyalurkan daya lebih dari 5 Watt, tegangan jatuh R2
pada beban (RL) mendekati VC2 (tegangan pada VO2
e(k) 
kapasitor 2), dan tegangan yang masuk kedalam R2
voltage regulator mendekati VC1=VS-0.7 V
(Tegangan sumber dikurangi tegangan arus maju Sehingga fungsi arus I2 terhadap waktu dari
dioda silikon). D1 selain berfungsi sebagai proteksi persamaan (2.3) menjadi :
dari kesalahan polaritas juga sebagai time delay of
voltage drop. t
( )
V
I2 (t)  O2 .e R 2C2
SC2 adalah notasi saklar apabila beban (RL) terjadi R2
short circuit (SC) diposisi beban, sedangkan SC1 (2.4)
adalah notasi saklar apabila voltage regulator drop
158 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014

dan fungsi tegangan terhadap waktu dari persamaan (Indonesia). Panjang waktu (perioda) dari frekuensi
(2.4) menjadi: 50 Hz adalah sebesar:
t
( )
V
V2 (t)  R 2 .i 2 (t)  R 2 . O2 .e R 2C2 T
1

1
 20ms
R2 f 50Hz
(
t
) (2.9)
V2 (t)  VO2 .e R 2C2

(2.5) Agar mempunyai konstanta waktu yang panjang,


dengan penurunan rumus yang sama dimana RLC harus jauh lebih besar dari 20 ms. Paling
VC1  VO1  VS  0.7 didapat nilai perhitungan sedikit 10 kali, yaitu [3]:

I1 (t) dan V1 (t) menjadi: R LC  20ms


(2.10)
t
(
Vs  0.7 )
I1 (t)  .e R1C1
Dimana RL= tahanan dalam beban;
R1
C = filter kapasitor
(2.6)
t
( )
Kapasitansi minimum filter kapasitor agar bisa
V1 (t)  (VS  0.7).e R1C1
meredam ripple dapat dihitung dengan formula [3] :
(2.7)
0.24
Grafik pengosongan kapasitor melalui R ditijau dari Cmin 
rR L
perubahan tegangan V1,2(t) dan I1,2(t) diperlihatkan
pada Gambar.2 berikut [2]: (2.11)

V(t) i(t) Transistor Sebagai Pengendali Relay


VO VO/R
Transisitor dikenal juga dengan bipolar junction
transistor (BJT), merupakan suatu komponen
0.368 VO 0.368 VO/R semikonduktor penguat arus. BJT terdiri dari dua
tipe yaitu NPN dan PNP.
RC t RC
(a) (b)

Gambar.2 Grafik pengosongan kapasitor Pada penelitian ini digunakan transistor hanya jenis
melalui R ditinjau dari NPN saja. Arus akan mengalir hanya jika diberi
bias positif pada pin basis (B) dan arus penguatan
a)Tegangan V1,2(t) dan b) arus I1,2(t) [2] akan mengalir dari collector (C) ke emitor (E), pada
penguat switch (on-off) arus kolektor (IC)
Faktor ripple dan Bypass Filter kapasitor mendekati arus emiter (IE), dimana arus basis (IB)
Switching power supply memiliki tegangan ripple dapat dikuatkan dengan persamaan rumus[4]:
melebihi 500 mV diatas ambang noise yang
diperbolehkan untuk mikrokontroler, maka perlu IE  IC  IB.
dipasang kapasitor untuk mengurangi faktor ripple (2.12)
dari tegangan power supply. Faktor ripple adalah
figure of merit (bilangan yang digunakan untuk Dimana β adalah penguatan DC dari transistor
perbandingan) untuk catu daya yang dapat tersebut, nilai β biasanya antara 100-200.
diformulasikan sebagai berikut [3]:
Transistor akan aktif sebagai saklar apabila
v
r  r .100% diberikan arus pada basis transistor sebesar :
vdc
(2.8)
(2.13)
di mana vr adalah nilai dari ripple efektif, dan vdc
tegangan keluaran DC faktor ripple yang dihasilkan Saat kondisi saturasi, transistor seperti sebuah
switching sangat buruk, sehingga untuk saklar yang tertutup yaitu kondisi on, sehingga arus
menghilangkan ripple tersebut, perlu dipasang dapat mengalir dari kolektor menuju emitor dimana
kapasitor filter pada frekuensi jala-jala listrik 50 Hz tegangan antara kolektor dan emitor (VCE)
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014 159

mendekati nol. Sedangkan saat kondisi cutoff,


transistor seperti sebuah saklar yang terbuka yaitu
kondisi off, sehingga tidak ada arus yg mengalir VSS Daerah Saturasi
IC (maximum) IB (saturasi)
dari kolektor ke emitor dimana tegangan antara IC (saturasi) Q2
RBEBAN
kolektor emitor (VCE) sama dengan tegangan catu Saklar Tertutup
(VSS). IC
C
Saklar Terbuka
IB
RB
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar B
VCE

transistor dapat berfungsi sebagai saklar VBB


VBE E IE IC (cut off)
Daerah Cut off
Q1 IB (cut off)

diantaranya adalah menentukan IC. IC adalah arus VCE VCE VSS


beban yg akan mengalir dari kaki kolektor ke
(a) (b)
emitor. Besarnya arus beban ini tidak boleh lebih
besar dari IC maksimum yang dapat dilewatkan oleh
Gambar.3 (a) Rangkaian BJT, (b) Grafik titik kerja
transistor. Arus beban ini dapat dicari dengan saturasi dan cutt off [4].
persamaan berikut [4] :

IC(beban)  IC(maksimum) Opamp sebagai pembanding tegangan


(2.14) Opamp memiliki penguatan tegangan (A) yang
IC(beban) =
VSS sangat besar, walaupun sangat besar nilai
R beban penguatannya dibatasi oleh besar sumber tegangan.
(2.15) Opamp sebagai pembanding tegangan
diformulasikan sebagai [5]:
Setelah arus beban yg akan dilewatkan pada
transistor telah diketahui maka selanjutnya adalah VOUT  A(V+  V- )
menentukan transistor yg akan dipakai dengan (2.20)
syarat seperti berikut :
IC(beban) Dimana A= penguatan opamp tak hingga
  5X
IC(maksimum) (penguatan loop terbuka),V+ tegangan masukan
(2.16) pada pin non inverting, V- tegangan masukan pada
pin inverting. Rangkaian opamp sebagai
Selanjutnya adalah menentukan hambatan pada pembanding tegangan diperlihatkan pada Gambar.4
basis (RB). Besarnya RB ini dapat dicari dengan berikut [5].
persamaan berikut [4] :
VSS

IC(beban) V
1 MΩ
IB  VOUT

 V
(2.17) 1 MΩ

VBB  VBE
RB  dan VBE = 0.7V Gambar.4 Rangkaian opamp sebagai
IB
pembanding tegangan
(2.18)
VCE  VC  VE  VSS  IC .R C Tegangan keluaran ( VOUT ) dapat diformulasikan
(2.19) sebagai:
Rangkaian pengendali relay dengan BJT berikut bila V+ > V- maka VOUT = VSS
titik kerja transistor sebagai saklar diperlihatkan
pada Gambar.3 berikut [4]: (2.21)
bila V+ < V- maka VOUT = Ground (0 Volt)
(2.22)
160 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014

Opamp memiliki impendansi input yang sangat diperuntukan untuk primary voltage (PV) yang
besar bahkan tak terhingga, hampir dipastikan arus memenuhi kebutuhan arus dan tegangan komponen
yang masuk pada setiap pin masukan (pin inverting uji (protoboard), alat ukur dan display, yang
dan pin non inverting) adalah sama dengan nol semuannya menjadi beban (LOAD) dari +5V/1A
Ampere. Penempatan resistor disetiap pin masukan, voltage regulator 1 melalui jalur PV. +5V/300 mA
memberikan kontribusi sebagai proteksi arus lebih voltage regulator 2 diperuntukan untuk secondary
dan memperbaiki kinerja impedansi masukan voltage (SV) untuk memenuhi kebutuhan arus dan
opamp. Sebaliknya impedansi keluaran opamp tegangan relay 5V saja. Metode ini diharapkan
VOUT sangat kecil sekali dan mendekati hubung apabila terjadi over current pada beban (short
singkat [5]. circuit), maka tegangan di +5V/300 mA voltage
regulator 2 tidak drop sehingga relay akan bekerja
(on) untuk mematikan jalur PV. Metode proteksi
METODE PENELITIAN power supply konvensional ini tidak berhasil karena
pada saat short circuit tegangan PV lebih cepat
Dalam tulisan ini, metode penelitian akan dititik jatuh (transient) ke ground sehingga fuse lebih
beratkan pada sistem rangkaian proteksi power cepat putus dibandingkan dengan aktifasi relay,
supply, dengan langkah metode penelitian: akibatnya fuse sering diganti (tidak efisien).
a. Menganalisa hubungan antara rangkaian seri RC
dari fungsi step tegangan searah (DC) terutama Untuk memperbaiki kesalahan dari metode proteksi
dalam sistem pengosongan kapasitor, hasil power supply konvensional ini dibuatlah metode
pengamatan dan perhitungan dituangkan dalam single voltage regulator with time delay protection
tabel pengamatan. and alarm seperti diperlihatkan pada Gambar.6 .
b. Menganalisa hubungan rangkaian seri RC
dengan sistem kompensasi suhu, waktu tunda,
+5V/1A
dan faktor ripple tegangan, terutama dalam hal POWER
SUPPLY
Volatge PV 12V PV
LOAD
Regulator RELAY
pemilihan komponen elektronika yang tepat dan 1

efisien terhadap kecepatan waktu tanggap dan


kinerja. SV

c. Hasil pengamatan dan analisa akan dijadikan PV=Primary Voltage


SV=Secondary Voltage
fitur ideal prototipe dalam hal proteksi dan dapat Delay OVER
Voltage CURRENT
diterapkan modul praktikum lainnya. And Alarm DETECTOR

RANCANG BANGUN HASIL DAN Gambar.6 Sistem proteksi power supply


PEMBAHASAN dengan metode single voltage regulator with time delay
protection and alarm
Pada Gambar 5 diperlihatkan diagram blok sistem
proteksi power supply konvensional dengan 2 buah
power supply dan fuse pada keluaran power supply Metode ini mengunakan hanya satu voltage
utama. regulator utama +5V/1A yang telah dimodifikasi
dengan rangkaian tunda dan alarm. Apabila terjadi
hubung singkat dijalur PV maka jalur SV akan
+5V/1A
POWER
SUPPLY FUSE Voltage PV 5V PV
LOAD
dipertahankan beberapa milli second (ms) untuk
1 1A Regulator RELAY
1 menghidupkan relay, memutus jalur PV dan
menghidupkan alarm (peringatan hubung singkat),
SV
rangkaian ini tidak memerlukan blow up fuse
+5V/300mA
karena hubung singkat beberapa milli second tidak
OVER
POWER
SUPPLY
Voltage
Regulator
CURRENT
DETECTOR
akan merusak power supply utama.
2 2

Selama power supply di protoboard masih terjadi


Gambar.5 Sistem proteksi power supply konvensional hubung singkat, maka alarm akan tetap
dipertahankan berbunyi dan power supply dalam
Power supply dipecah kedalam dua voltage keadaan aman (terkunci), jalur PV akan disalurkan
regulator, +5V/1A voltage regulator 1 kembali apabila bagian yang terhubung singkat
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014 161

telah dinetralkan. Rangkaian sistem proteksi power


supply dengan metode single voltage regulator with -t/R2C2
time delay protection and alarm diperlihatkan pada waktu VO V2(t)
Gambar 7. R2=0.47W

VSS VC1 IC1 LM7805 +5V 12V


Relay
VC2
R2
(ms) C2=2200uF (Volt) (Volt)
12 V/2A S1 D1 R1 0.47Ω/5W
1 Vout 3
SWITCHING Vin
POWER SUPPLY 1N4007 1Ω/5W Ground
2 VSS C2 LOOP
RL SC
0.1 -0.10 5.7 5.17
C1 LOOP R6 D3 2

2200uF/16V
1 10 KΩ
D2
1N4007
T2 260Ω
0.2 -0.19 5.7 4.70
BC547
2200uF/16V
VC2 VSS VSS 0.3 -0.29 5.7 4.26
R3
BUZZER
LM741
10KΩ
VC1
R4
0.4 -0.39 5.7 3.87
T1
IC2
10KΩ R7 BC547

R5
10 KΩ
0.5 -0.48 5.7 3.51
20KΩ
2/3*VC1
0.6 -0.58 5.7 3.19

Gambar.7 Sistem proteksi power supply dengan metode 0.7 -0.68 5.7 2.90
single voltage regulator with time delay protection and 0.8 -0.77 5.7 2.63
alarm
0.9 -0.87 5.7 2.39
1 -0.97 5.7 2.17
D3 sebagai proteksi dari arus berlebih (Snubber)
sebagai akibat efek induksi magnetik akibat buka-
tutup coil relay. C2-R2 adalah rangkaian penunda Tabel.2 Nilai perubahan tegangan V1(t)
waktu (pengosongan kapasitor), pada saat RL terjadi
hubung singkat (RL=0Ω) dengan loop arus tegangan -t/R1C1
2 berturut-turut I2(t) dan V2(t) dicari dengan waktu VO V1(t)
R1=1W
persamaan (2.4) dan (2.5). Nilai transien perubahan
tegangan V2(t) diperlihatkan pada Tabel.1 . (ms) C1=2200uF (Volt) (Volt)

C1-R1 adalah rangkaian penunda waktu 0.1 -0.05 11.3 10.80


(pengosongan kapasitor), pada saat RL terjadi 0.2 -0.09 11.3 10.32
hubung singkat (RL=0Ω). Terjadi drop tegangan 0.3 -0.14 11.3 9.86
pula pada tegangan masukan di pin 1 voltage
0.4 -0.18 11.3 9.42
regulator IC1. Drop tegangan sesuai dengan
transient pengosongan kapasitor C2-R2. 0.5 -0.23 11.3 9.00
Pengosongan kapasitor C1 terjadi penunda waktu 0.6 -0.27 11.3 8.60
dengan loop arus tegangan 1 berturut-turut I1(t) dan 0.7 -0.32 11.3 8.22
V1(t) dicari dengan persamaan (2.6) dan (2.7). Nilai 0.8 -0.36 11.3 7.86
transien perubahan V2(t) diperlihatkan pada Tabel.2
0.9 -0.41 11.3 7.51
.
1.0 -0.45 11.3 7.17
Dari Tabel 1 diperlihatkan penurunan tegangan 3 1.1 -0.50 11.3 6.85
dB (0.5 Vo) dari V2(t), terjadi pada waktu 1.2 -0.55 11.3 6.55
pengosongan 0.8 ms, sedangkan dari Tabel.2 1.3 -0.59 11.3 6.26
penurunan tegangan 3dB (0.5Vo) dari V1(t), terjadi
1.4 -0.64 11.3 5.98
pada waktu pengosongan 1.4 ms. Ini membuktikan
bahwa waktu pengosongan R1-C1 jauh lebih lambat 1.5 -0.68 11.3 5.71
daripada waktu pengosongan R2-C2. Kecepatan
transient waktu pengosongan (tunda) tergantung IC2 akan membandingkan waktu tunda penurunan
pada nilai R1 dan R2. tegangan kapasitor dari VC1 dan VC2. Pada saat
standby (normal) keluaran IC2 akan selalu 0 volt
R1 dan R2 dipilih dengan nilai sangat kecil agar (ground), karena V- selalu lebih besar dari V+
tidak membebani power supply utama.
(VC1>2/3*VC2) sesuai persamaan (2.22). tetapi
Tabel 1 Nilai transient perubahan tegangan V2(t) sebaliknya pada saat terjadi hubung singkat di RL,
162 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014

VC1 akan selalu lebih kecil dibandingkan dengan


VC2 mengakibatkan keluaran selalu positip (VSS)
sesuai persamaan (2.21), mengakibatkan transistor
T1 dan T2 aktif, sehingga buzzer akan bunyi dan
relay akan ‘on’ dan memutuskan jalur PV ke beban
RL sesuai persamaan (2.19). Relay akan tetap on
(terkunci) sampai saklar S1 dilepas. Relay akan ‘off’
dan buzzer akan berhenti hanya apabila lokasi
hubung singkat telah dinetralkan, dan saklar S1
telah ditutup kembali.

Pada saat standby (tidak terjadi hubung singkat), C1


dan C2 berfungsi sebagai bypass filter. Dari hasil
pengukuran, tahanan dalam rangkaian main board Gambar 9. Foto mainboard prototipe hasil penelitian,
sebesar 260 Ω, sehingga CMIN dapat dihitung sistem proteksi power supply diperlihatkan dengan tanda
lingkaran
minimal sesuai persamaan (2.11):

0.24 0.24
Cmin    2200uF KESIMPULAN
rR L 4.16  260
Beberapa analisa mengenai sistem proteksi power
Agar ripple dapat dikurangi, maka C1 dan C2 supply modul praktikum teknik digital dari hasil
dipasang optimal minimal sebesar 2200 uF dengan eksperimen dan penempatan prototipe dapat
faktor ripple AC kurang dari 1%. disimpulkan sebagai berikut:

Foto hasil penelitian prototipe secara keseluruhan a. Penempatan R Shunt (R1 dan R2) dengan nilai
diperlihatkan pada Gambar.8 berikut: antara 0.5Ω-1Ω (5W) sangat efektif terhadap
penyaluran arus listrik, pengosongan kapasitor
dan kompensasi suhu akibat desipasi daya yang
diserap oleh beban. Suhu berlebih akan
disalurkan kepada R Shunt ini sehingga
mengurangi resiko kerusakan sumber daya aktif
lainnya.
b. Penempatan kapasitor (C1 dan C2) dengan nilai
22.000 uF/16V dapat mengurangi ripple factor
AC kurang dari 1% (bypass filter).
c. Sistem proteksi menggunakan teknis waktu
tunda (pengosongan kapasitor) dan sistem
pembanding tegangan opamp mampu
mendeteksi adanya hubung singkat rangkaian
beban pada orde kurang dari 5 ms (0.1ms-1.5
Gambar 8. Foto prototipe hasil penelitian
ms), sehingga teknis penyelamatan power
supply lebih baik.
Foto mainboard hasil penelitian diperlihatkan pada d. Ditunjukan pula proteksi menggunakan metode
Gambar.9, tanda lingkaran menunjukan bagian single voltage regulator with time delay
sistem proteksi power supply. protection and alarm, mampu memberi
efektivitas tinggi baik dari segi pengamanan,
kecepatan tanggap, peringatan, maupun cost
produksi yang lebih berarti. Metode ini dapat
diterapkan pada modul praktikum lainnya.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI, Vol . 2, No. 3, Maret 2014 163

DAFTAR PUSTAKA [3] A. Malvino, Basic Electronics principles, Singapore:


McGraw-Hill, 2010.
[1] “Revolusi industri dan revolusi digital”, 2013. [4] T. L. Floyd, Electronics Fundamental Circuits,
[online]. Available : Devices, and Application, Winkler:P.9, 2012.
http://www.beritateknologi.com/ [Accessed 20 [5] R. A. Gayakwad, Op-Amps and Linear Integrated
Maret 2013]. circuits, US Imports & PHIPES, 2011.
[2] M. Nahvi and J. A. Edminister, Electric Circuits,
Schaum Series, Singapore: McGraw-Hill, 2010.

Anda mungkin juga menyukai