Anda di halaman 1dari 5

Dampak Pengawet Nitrit Pada Daging Olahan Sosis

Terhadap Kesehatan Manusia


Penulis:Sabina Fandama Lizanda
Dosen Pembimbing: Yossy Idris, S.Pd.M.Pd
Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Padang
E-mail: sabinafandama476@gmail.com

Abstrak
Nitrit merupakan salah satu jenis bahan tambahan pangan (BTP) yang penting, terutama dalam
pengolahan produk daging olahan. Nitrit banyak digunakan sebagai pengawet pada berbagai jenis
daging olahan seperti sosis, kornet, nugget dan lain-lain. Berbagai dampak negatif nitrit terhadap
kesehatan manusia telah banyak dilaporkan.Kelebihan nitrit dalam darah mampu menyebabkan
terjadinya defisiensi oksigen akibat pembentukan methemoglobin sehingga menyebabkan sindrom
blue-baby pada bayi. Untuk menjamin kemanan bahan pangan, pemerintah telah mengatur ambang
batas maksimal kandungan nitrit sebagai pengawet dalam produk daging olahan melalui Permenkes
nomor 1168/Menkes/Per/X/1999 yaitu sebesar 125 mg/kg bahan. Analisis dan monitoring kontinyu
kandungan pengawet nitrit dalam bahan pangan sangat penting dilakukan. Sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sosis berbeda merk yang diperoleh dari berbagai wilayah. Pada penelitian
ini analis kuantitatif nitrit dalam sampel sosis dilakukan dengan metode Griess secara
spektrofotometri.

Kata kunci : Nitrit,methemoglobin,blue-baby,metode griess,spektrofotometri .

Abstrack
Nitrite is one of important food additive that used as a preservative and curing agent for the
meat product. Since the adverse effect of nitrites to the human health has been reported, the
government regulated maximum allowable nitrite content in meat product is 125 mg/kg. Hence,
continuous monitoring of the existence of nitrite, especially in the meat products are important to
conducted. Quantitative analysis of nitrite in the meat product, especially sausage has been described.
The spectrophotometric measurement of the nitrite contents was conducted by using Griess method.

Keywords : Nitrite,methemoglobin,blue-baby,griess method,spectrophotometry.

PENDAHULUAN
Perubahan gaya hidup masyarakat yang lezat. Fenomena peningkatan konsumsi
modern menjadi hal yang menyita perhatian makanan cepat saji menunjukkan tren
banyak pihak. Kesibukan masyarakat modern peningkatan pada hampir semua kelompok
yang semakin meningkat mengakibatkan usia. Hal ini tentu saja membawa dampak
waktu luang yang tersisa semakin sempit, terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama
sehingga masyarakat cenderung memilih hal aspek kesehatan. Beberapa hasil penelitian
yang mudah dan praktis, tidak terkecuali menunjukkan bahwa konsumsi makanan cepat
dalam hal memilih makanan. Makanan cepat saji tersebut dapat meningkatkan peluang
saji menjadi pilihan sebagian masyarakat dan terjadinya masalah gizi, obesitas bahkan
dinilai lebih menguntungkan karena lebih terjadinya penyakit degenerative (Mardatillah,
mudah dalam proses pengolahan serta 2008). Salah satu jenis makanan cepat saji
memiliki harga yang terjangkau dengan rasa yang banyak dikonsumsi oleh sebagian
masyarakat adalah produk daging olahan. reaksi dengan amina sekunder atau tersier
Salah satu jenis daging olahan yang banyak yang ada di dalam tubuh (Gómez et al., 2015;
dikonsumsi adalah sosis. Sosis merupakan Pourezza et al., 2012; Zatar et al., 1999).
salah satu produk daging olahan yang Selain itu, konsentrasi nitrit yang berlebih juga
mempunyai nilai gizi yang tinggi. Namun, diketahui sangat berbahaya, tertama bagi ibu
komposisi gizi dalam sosis berbeda-beda, hamil dan bayi. Tingginya konsentrasi nitrit
tergantung pada jenis daging yang digunakan dalam darah dapat menyebabkan nitrit
dan proses pengolahannya. Saat ini sosis bereaksi dengan hemoglobin membentuk
menjadi jajanan yang tidak hanya digemari methemoglobin, dengan cara mengoksidasi
oleh anak-anak namun juga digemari oleh Fe(II) pada hemoglobin menjadi Fe(III).
orang dewasa bahkan orang tua. Jenis daging Kondisi ini disebutmethemoglobinemia.
olahan yang satu ini dapat ditemukan dengan Kondisi ini sangat berbahaya, terutama pada
mudah di pasar, di warung hingga di sekolah- bayi. Tidak seperti hemoglobin,
sekolah. Daging merupakan salah satu sumber methemoglobin diketahui tidak memiliki
protein hewani yang banyak dibutuhkan oleh kemampuan untuk mengangkut oksigen. Hal
tubuh. Selain mengandung protein, daging ini menyebabkan terjadinya defisiensi oksigen
juga mengandung komponen lain seperti sehingga menyebabkan kulit bayi menjadi
mineral, lemak, dan karbohidrat. Daging biru. Kondisi methemoglobinemia pada bayi
merupakan bahan pangan yang mudah rusak ini sering disebut dengan sindrom blue-baby
karena aktivitas mikroorganisme seperti fungi (Gürkan and Altunay, 2015; Nagaraja et al.,
dan bakteri, sehingga dalam proses 2010). Metode yang paling banyak digunakan
pengolahannya sering kali ditambahkan bahan untuk menentukan kadar nitrit dalam suatu
tambahan pangan (BTP), khususnya pengawet sampel adalah spektrofotometri. Metode
(Saparinto and Diana, 2006). Secara umum, spektrofotometri menawarkan kelebihan
BTP ditambahkan ke dalam produk pangan dibandingkan dengan metode yang lain seperti
dengan tujuan untuk mempengaruhi sifat atau fluorometri, elektrokimia, polarografi,
bentuk pangan. Terdapat berbagai jenis BTP, amperometri, kromatografi dan potensiometri,
salah satunya adalah pengawet. Penggunaan karena lebih sederhana, murah, mudah serta
bahan pengawet dilakukan dengan tujuan memiliki akurasi, presisi dan limit deteksi
untuk mencegah atau menghambat proses yang sangat baik (Pourezza et al., 2012;
fermentasi, pengasaman, penguraian dan Gürkan and Altunay, 2015). Analisis kadar
perusakan lainnya terhadap bahan pangan nitrit secara spektrofotometri dilakukan
yang disebabkan oleh mikroorganisme dengan metode Griess. Pada metode Griess,
sehingga mampu memperpanjang umur analisis kadar nitrit dilakukan berdasarkan
simpan makanan (Menkes R.I., 2012). pada reaksi diazotasi dari suatu amina
Penambahan BTP ke dalam bahan pangan aromatik dengan nitrit dalam suasana asam,
harus diperhatikan agar kadarnya tidak yang diikuti dengan reaksi kopling sehingga
melebihi batas toleransi tubuh. menghasilkan senyawa azo yang berwarna
Pengawet yang sering ditambahkan ke dalam merah-ungu. Selanjutnya, senyawa azo yang
produk daging olahan adalah garam nitrit. terbentuk diukur absorbansinya pada rentang
Selain digunakan sebagai pengawet, nitrit juga panjang gelombang 500-600, sehingga kadar
ditambahkan ke dalam daging olahan dalam nitrit dapat ditentukan (Pourezza et al., 2012;
proses curing untuk memberikan warna merah Moorcroft et al., 2001; Gandjar and Rohman,
khas daging. Diketahui bahwa nitrit bersama 2007). Penentuan kadar nitrit dalam produk
dengan natrium klorida mampu menghambat daging olahan, salah satunya sosis, merupakan
produksi neurotoksin yang dihasilkan oleh hal yang sangat penting dilakukan untuk
bakteri Clostridium botulinum sehingga monitoring kemananan bahan pangan.
mampu mencegah keracunan dan Pemerintah Republik Indonesia melalui
pembusukan. Hal ini tentu saja dapat Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
meningkatkan umur simpan daging olahan. 168/Menkes/Per/X/1999 telah mengatur
Akan tetapi, penggunaan nitrit juga dapat bahwa International Journal of Natural
memberikan dampak negatif karena nitrit Sciences and Engineering, Vol. 2, No. 1, 2018,
diketahui dapat memicu pembentukan pp. 1-9
senyawa nitrosamin yang bersifat teratogenik, 3 Nur Habibah. / Analisis Kuantitatif Kadar
mutagenik bahkan karsinogenik, melalui Nitrit dalam Produk Daging Olahan di
Wilayah Denpasar Dengan Metode Griess sulfanilamida sebagai senyawa amina dan
Secara Spektrofotometri penambahan nitrit NEDA sebagai agen pengkopling. Pada
sebagai pengawet ke dalam produk daging penelitian ini, ion nitrit yang terkandung dalam
olahan tidak boleh melebihi 125 mg/kg. sampel direaksikan dengan asam sulfanilamida
Sejauh ini, informasi mengenai kadar atau dalam suasana asam. Selanjutnya ion
jumlah nitrit yang ditambahkan sebagai benzenadiazonium yang terbentuk akan
pengawet ke dalam produk daging olahan dikopling dengan N-1-naftiletilen-diamonium
belum dapat ditemukan dengan jelas pada dihidroklorida (NEDA) sehingga
kemasan bahan. Oleh karena itu, pada menghasilkan senyawa azo yangberwarna
penelitian ini dilakukan analisis kuantitatif ungu. Selanjutnya senyawa azo yang terbentuk
nitrit secara spektrofotometri dalam berbagai diukur absorbansinya pada panjang gelombang
merk sosis. Analisis nitrit dilakukan dengan maksimum yang diperoleh dalam penelitian
metode Griess secara spektrofotometri dengan ini, yaitu 520 nm. Struktur senyawa azo yang
menggunakan senyawa amina asam terbentuk dari hasil reaksi nitrit dengan asam
sulfanilamida dengan agen pengkopling N-1- sulfanilamida dan NEDA.
naftiletilen-diamonium dihidroklorida
(NEDA). Pada analisis nitrit dengan metode Griess,
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan,
antara lain adalah pH, temperatur dan waktu
pengkoplingan. Hal ini disebabkan karena
METODE pembentukan senyawa azo sangat tergantung
pada kondisi pH, temperatur reaksi diazotasi
Penelitian ini merupakan jenis serta waktu pengkoplingan. Beberapa literatur
penelitian deskriptif observasional. Penelitian menyebutkan bahwa waktu optimum yang
dilakukan dengan menganalisis kadar nitrit diperlukan untuk pembentukan senyawa azo
secara kuantitatif dalam berbagai merk sosis hingga terbentuk sempurna adalah sekitar 40
yang diperoleh dari berbagai toko. Penelitian menit (Aydin et al., 2005). Penelitian yang lain
ini dilakukan di Laboratorium Kimia dasar dan menyebutkan bahwa pembentukan senyawa
Kimia Terapan Jurusan Analis Kesehatan pada azo memerlukan waktu selama 30 menit,
bulan Mei 2017. Analisis nitrit dilakukan selanjutnya senyawa azo yang terbentuk akan
dengan Metode Griess, dengan pengukuran stabil setelah menit ke-30 (Gürkan and
secara spektrofotometri. Altunay, 2015; Sun et al., 2003). Berdasarkan
beberapa hasil penelitian tersebut, maka pada
penelitian ini pengukuran absorbansi larutan
standar dan sampel dilakukan 30 menit setelah
HASIL DAN PEMBAHASAN penambahan agen pengkopling pada larutan
campuran.
Analisis nitrit pada penelitian ini
dilakukan dengan metode Griess secara Natrium nitrit sering digunakan dalam proses
spektrofotometri. Ion nitrit yang terkandung curing daging untuk memperoleh warna merah
dalam sampel direaksikan dengan senyawa pink alami daging sehingga lebih menarik
amina primer pada suasana asam sehingga konsumen. Sampai saat ini, nitrit masih
menghasilkan ion benzenadiazonium. menjadi pilihan utama pada proses
Selanjutnya, ion benzenadiazodium pengawetan dan curing daging karena dapat
dikoplingkan dengan menghasilkan hasil yang cukup baik. Salah
turunan senyawa benzena, naftalena atau satu cara yang dapat ditempuh untuk
senyawa heterosiklik yang lain sehingga akan mengurangi resiko penyakit karena
menghasilkan senyawa azo yang berwarna penggunaan nitrit sebagai pengawet secara
merah ungu (Moorcroft et al., 2001; Sun, et berlebih adalah dengan cara mengurangi
al., 2003). jumlah nitrit yang ditambahkan kedalam
produk daging olahan. Hal ini dapat dilakukan
Meskipun agen pengkopling dan senyawa
dengan mengkombinasikan nitrit dengan
amina primer lain telah banyak dikembangkan,
bahan anti-mikroba lain seperti sorbat, vitamin
namun metode standar penentuan nitrit dengan
C atau E ke dalam produk daging daging
metode Griess masih menggunakan asam
olahan untuk menghambat reaksi nitrosasi
sekaligus memperpanjang masa simpan bahan dapat terbentuk dari reduksi lebih lanjut nitrat
(Muctadi, 1989). Konsumsi sosis atau jenis (Koper, 2009). Berbeda dengan nitrit yang
daging olahan lain yang memiliki kadar nitrit bersifat karsinogenik, nitrat dalam tubuh dapat
berlebih tentu berbahaya bagi kesehatan. berperan sebagai prokarsinogen. Nitrat dapat
Kelebihan konsentrasi nitrit dalam tubuh dapat bereaksi dengan senyawa kimia lain
menyebabkan toksisitas akut maupun kronik. membentuk senyawa yang bersifat
Berdasarkan informasi data yang diperoleh karsinogenik setelah mengalami reduksi
dalam MSDS, natrium nitrit memiliki efek terlebih dahulu menjadi nitrit. Paparan nitrit
toksisitas akut pada pada hewan uji, yaitu tikus tidak hanya dapat terjadi melalui konsumsi
dan mencit melalui rute oral dengan harga bahan pangan yang mengandung BTP nitrit,
LD50 berturut-turut adalah sebesar 180 dan karena nitrit juga banyak digunakan dalam
175 mg/kg. Selain itu nitrit juga berpotensi produk yang lain seperti pupuk, detergen,
menyebabkan toksisitas kronik karena bubur kayu, zat pewarna dan industri fiber
dilaporkan bersifat mutagenik baik pada sel sintetik. Pemakaian nitrit secara masif pada
somatik mamalia dan bakteri atau jamur, serta berbagai bidang industri dapat menyebabkan
bersifat teratogenik pada manusia.Toksisitas masalah polusi yang serius. Keberadaan nitrit
kronik ini kemungkinan terjadi karena dalam ekosistem dan lingkungan akuatik dapat
kelebihan konsentrasi nitrit dalam tubuh dapat mencemari badan air, yang akhinya juga dapat
menyebabkan nitrit bereaksi dengan amina mencemari sumber air minum. Konsumsi
sekunder atau tersier di dalam tubuh sehingga bahan pangan yang mengandung nitrat juga
dapat memicu pembentukan senyawa berbahaya bagi kesehatan, terutama pada bayi,
nitrosamin yang bersifat teratogenik hingga karena nitrat dapat tereduksi menjadi nitrit
karsinogenik (Pourezza, 2012; Nagaraja, 2010; dalam perut bayi yang memiliki keasaman
Aydin et al., 2005). Potensi toksisitas kronik yang masih rendah. Oleh karena itu
ini dapat meningkat karena nitrit juga monitoring keberadaan nitrat dan nitrit,
dilaporkan bersifat kumulatif dalam tubuh terutama di dalam bahan pangan hendaknya
manusia. Paparan nitrit dengan konsentrasi menjadi peratian instansi terkait dan dapat
yang sangat tinggi juga dapat menyebabkan dilakukan secara berkala demi menjamin
terjadinya toksisitas akut. Dalam konsentrasi keamanan bahan pangan yang beredar di
yang berlebih dalam darah, nitrit dapat masyarakat.
bereaksi dengan Fe(II) pada hemoglobin
membentuk methemoglobin yang tidak
memiliki kemampuan untuk mengangkut
oksigen. Akibatnya, terjadi defisiensi oksigen
di dalam tubuh. Penyakit ini dapat berakibat
KESIMPULAN
fatal, terutama jika terjadi pada bayi dan ibu
hamil. Defisiensi oksigen akibat Dari penyajian tersebut dapat
methemoglobinemia akan menyebabkan kulit diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut:
menjad pucat, sianosis (kulit berubah warna 1) Semua sampel yang dianalisis mengandung
menjadi kebiru-biruan), sesak nafas, muntah nitrit dengan kadar yang bervariasi yaitu antara
hingga shock. Bahkan, methemoglobinemia 27,392 - 231,362 mg/kg,
dapat menyebabkan kematian jika kadar 2) Terdapat 6 sampel sosis yang mengandung
methemoglobinemia dalam darah melebihi nitrit diatas baku mutu yang telah diatur
70% (Zatar et al., 1999; Nur and Suryani, melalui Permenkes R.I.
2012). Untuk menjamin keamanan bahan Berdasarkan hasil penelitian, dapat diberikan
pangan, pemerintah R.I. telah mengatur batas beberapa saran sebagai berikut:
maksimal BTP nitrit dalam produk daging 1) Instansi terkait diharapkan dapat melakukan
olahan yaitu sebesar 125 mg/kg. Sedangkan sosialisasi mengenai peraturan tentang
Acceptable Daily Intake nitrit telah dibatasi penggunaan BTP dan bahayanya bagi
hingga 0,06 mg/kg BB per hari (Gürkan and kesehatan serta edukasi bagi konsumen,
Altunay, 2015). Secara alami, nitrit bersama terutama tentang bahan pengawet nitrit dalam
dengan nitrat merupakan bagian dari siklus daging olahan.
nitrogen. Nitrit dan nitrat dihasilkan dari 2) Instansi terkait diharapkan dapat melakukan
proses fikssasi nitrogen di alam oleh bakteri monitoring secara berkala terhadap kandungan
Nitrosomonas dan nitrobakter. Nitrit juga
BTP dalam bahan pangan, terutama nitrit pada
produk daging olahan yang telah beredar
secara luas di masyarakat, dan
3) Perlu dilakukan analisis kadar nitrit dalam
produk daging olahan lain dan produk
pangan lain serta analisis kandungan nitrit
dalam air minum.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan Aydın, Özgen Ercan dan Sülin Taşcıoğlu,


2005.
A Novel Method for The Spectrophotometric
Determination of Nitrite in Water.
Talanta, 66,
1181–1186. Cory, M. S., 2009.
Analisis Kandungan Nitrit dan Pewarna Merah
pada Daging Burger yang Dijual di Grosir
Bahan Baku Burger Di Kota Medan
Tahun 2009. Analisis Kandungan
Nitrit dalam Sosis pada Distributor Sosis
di Kota Yogyakarta Tahun 2011. Kes
Mas, Vol. 6 No.1 Januari 2012, 1-12.
Husni, E., Samah, A. dan Ariati, R., 2007.
Ibnu Gholib Gandjar dan Abdul Rohman, 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.

https://books.google.co.id/books/about/Da
mpak_Pengawet_Nitrit_Pada_Daging_Ola
ha.html?
id=W6esDwAAQBAJ&redir_esc=y

Nidal A. Zatar, Maher A. Abu-Eid and Abdullah


F. Eid, 1999. Spectrophotometric
Determination of Nitrite and Nitrate
Using Posphomolybdenum Blue
Complex. Talanta, 50, 819-826.

Anda mungkin juga menyukai