2, 2017 176
di perkotaan. Kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan perlu dicari cara
yang praktis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti penyajian makanan dan minuman.
Kualitas bahan pangan dapat dijaga dengan berbagai cara antara lain dengan pendinginan,
Meningkatkan kualitas bahan pangan dengan cara penambahan bahan pengawet lebih banyak
digunakan dibandingkan dengan cara pengawetan yang lain, karena relatif murah dan mudah.
Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam kehidupan
banyak pedagang kecil ataupun produsen skala besar memasukkan zat-zat kimia berbahaya
dalam produk makanannya. Zat-zat kimia tersebut bisa berupa zat pewarna, pengawet, dan
Salah satu bahan tambahan yang digunakan adalah zat pengawet. Bahan pengawet berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan mikroba agar pangan bisa bertahan lama. Keuntungan dari
patogen yang dapat menyebabkan keracunanatau gangguan kesehatan bagi manusia dan
mikroorganisme non patogen yang dapat menyebabkan terjadi kerusakan pada bahan makanan
sehingga kualitas pangan tetap terjaga, sedangkan kerugiannya adalah apabila pemakaian jenis
pengawet tidak tepat dan dosisnya tidak sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan
sehingga kemungkinan akan menimbulkan efek toksis bahkan bersifat karsinogenik bagi yang
mengkonsumsinya (Afriyanti, 2010). Natrium benzoat merupakan salah satu pengawet yang
garam dari asam benzoat yang sering digunakan karena mudah larut dalam air. Benzoat dan
bentuk garamnya ini digunakan untuk menghambat pertumbuhan khamir dan bakteri pada pH
2,5-4. Batas maksimum penggunaan natrium benzoat pada makanan tercantum dalam
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan RI No. 36 Tahun 2013, yaitu untuk jahe
giling halus batas maksimum pemakaiannya adalah 600 mg/kg bahan dihitung sebagai asam
benzoat (Afriyanti, 2010; Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2013).
Meski kandungan bahan pengawet tersebut umumnya tidak terlalu besar, akan tetapi jika
dikonsumsi secara terus menerus tentu akan terakumulasi dan menimbulkan efek terhadap
kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet adalah menyebabkan penyakit kanker, selain itu
jika dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema (bengkak) yang
dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan didalam tubuh. Bisa juga mengakibatkan
Begitu juga halnya, bahan pengawet yang ada dalam makanan adalah
untuk membuat makanan lebih bermutu, tahan lama, menarik, serta rasa dan
teksturnya lebih sempurna. Penggunaan bahan pengawet dapat menjadikan
bahan makanan bebas dari kehidupan mikroba baik yang bersifat patogen
maupun nonpatogen yang dapat menyebabkan kerusakan bahan makanan
seperti pembusukan. Apabila pemakaian bahan pengawet tidak diatur dan
diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan suatu permasalahan bagi
konsumen. Bahan pengawet yang diizinkan hanya bahan yang bersifat
menghambat, bukan mematikan organisme pencemar. Oleh karena itu, sangat
penting diperhatikan penanganan dan pengolahan bahan pangan dilakukan
secara higienis.
Salah satu bahan pengawet yang sering digunakan dalam bahan
makanan adalah asam benzoat (C6H5COOH). Pengawet ini sangat cocok
digunakan untuk bahan makanan yang bersifat asam seperti saos tomat. Zat
pengawet bekerja sangat efektif pada pH 2,5-4,0 untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri. Benzoat yang umum digunakan adalah
benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut daripada
asamnya. Dalam bahan pangan benzoat terurai menjadi bentuk yang efektif
yaitu bentuk asam benzoat yang tidak terdisosiasi. Namun, memiliki efek
racun pada pemakaian berlebih terhadap konsumen.2
2I M. Siaka, Analisis Bahan Pengawet pada Saos Tomat di wilayah Kota Denpasar,
J. Vol 3 No. 2, Universitas Udayana, Bukit Jambara
Benzoat adalah zat pengawet yang sering dipergunakan dalam saos dan
sambal. Benzoat disebut juga senyawa antimikroba karena tujuan penggunaan
zat pengawet ini dalam kedua makanan tersebut untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri terutama untuk makanan yang telah dibuka
dari kemasannya. Jumlah maksimum asam benzoat yang boleh digunakan
adalah 1000 ppm atau 1 gram per kg bahan (Permenkes No.
722/Menkes/Per/IX/88) Pembatasan penggunaan asam benzoat ini bertujuan
agar tidak terjadi keracunan. Konsumsi yang berlebihan dari asam benzoat
dalam suatu bahan makanan tidak dianjurkan karena jumlah zat pengawet
yang masuk ke dalam tubuh akan bertambah dengan semakin banyak dan
seringnya mengkonsumsi. Lebih-lebih lagi jika dibarengi dengan konsumsi
makanan awetan lain yang mengandung asam benzoat. Asam benzoat
mempunyai Acceptable Daily Intake (ADI) 5 mg per kg berat badan. Asam
benzoat berdasarkan bukti-bukti penelitian menunjukkan mempunyai
toksinitas yang sangat rendah terhadap manusia dan hewan. Pada manusia,
dosis racun adalah 6 mg/kg berat badan melalui injeksi kulit tetapi
pemasukan melalui mulut sebanyak 5 sampai 10 mg/hari selama beberapa
hari tidak mempunyai efek negatif terhadap kesehatan.3
Apabila kita mengkonsumsi zat pengawet ini secara berlebih tentunya
akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Adapun beberapa akibat
yang ditimbulkan bila mengkonsumsi adalah penyakit kanker, memicu asma
parah, gangguan sistem ekskresi dan gangguan sisem syaraf.
3Achmad Lutfi, Asam Benzoat, (http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimialingkungan/
zat-aditif/asam-benzoat/), Diakses pada tanggal 29 April 2010
tambahan atau zat aditif pada makanan semakin meningkat, terutama setelah adanya
penemuanpenemuan
termasuk keberhasilan dalam
mensintesis bahan kimia baru yang lebih
praktis, lebih murah, dan lebih mudah
diperoleh. Penambahan bahan tambahan
ke dalam makanan merupakan hal yang
dipandang perlu untuk meningkatkan mutu
suatu produk sehingga mampu bersaing di
pasaran.
Salah satu bahan pengawet yang
sering digunakan dalam makanan adalah
asam benzoat ( COOH). Pengawet ini
sangat cocok digunakan untuk bahan
makanan.Bahan ini bekerja sangat efektif
pada pH 2,5-4,0 untuk mencegah
pertumbuhan bakteri. Karena kadar
garamnya lebih besar, maka biasa
digunakan dalam bentuk garam Nabenzoat.
Standar mengkonsumsi pengawet
benzoat menurut BPOM No.36 Tahun
2013 adalah 0-5 mg/kg berat badan, jika
melebihi dari ketentuan yang telah
ditetapkan maka akan menimbulkan efek
negatif bagi organ tubuh salah satunya
adalah pada ginjal, penggunaan pengawet
benzoat ini dalam jangka panjang dapat
merusak sel darah, maka apabila tekanan
darah menurun maka fitrasi / penyaringan
menurun sehingga proses pengeluaran urin
menjadi sedikit, jika dibiarkan maka racun
yang tidak dapat dikeluarkan melalui urin
dapat bertumpuk pada ginjal dan
menyebabkan gangguan pada ginjal.
Hasil penelitian menunjukkan sodium benzoat dapat menghambat pertumbuhan Bacillus substillis, B. mycoides
dan Eschericia coli, karena mampu merusak sel mikrobia (Stanojevic dkk., 2009). Selain itu sodium benzoat juga
mampu menurunkan pertumbuhan Aspergillus niger, A. flavus dan A. fumigatus pada Garri (Ogiehor dan
Ikenebomeh, 2004), sehingga potensi produksi racun aflaktoksin A. flavus terhambat. Namun penggunaan
dengan dosis melebihi batas dapat memberikan efek yang merugikan bagi kesehatan. Eberechukwu dkk.(2007)
menunjukkan bahwa pemberian sodium benzoat secara in vivo pada hewan coba tikus pada dosis 60 dan 120
Bahan tambahan
tersebut diantaranya: pewarna, penyedap
rasa dan aroma, antioksidan, pengawet,
pemanis, dan pengental (Winarno, 1992). Begitu juga halnya, bahan pengawet
yang ada dalam makanan adalah untuk
membuat makanan tampak lebih berkualitas,
tahan lama, menarik, serta rasa dan
teksturnya lebih sempurna. Penggunaan
bahan pengawet dapat menjadikan bahan
makanan bebas dari kehidupan mikroba baik
yang bersifat patogen maupun non patogen
yang dapat menyebabkan kerusakan bahan
makanan seperti pembusukan (Tranggono,
dkk, 1990). Apabila pemakaian bahan
pengawet tidak diatur dan diawasi,
kemungkinan besar akan menimbulkan suatu
permasalahan terutama bagi konsumen.
Bahan pengawet yang diijinkan hanya bahan
yang bersifat menghambat, bukan
mematikan organisme-organisme pencemar.
Oleh karena itu, sangat penting diperhatikan
bahwa penanganan dan pengolahan bahan
pangan dilakukan secara higinies (Buckle,
et. al., 1985).
Salah satu bahan pengawet yang sering
digunakan dalam makanan adalah asam benzoat
(C6H5COOH). Pengawet ini sangat cocok
digunakan untuk bahan makanan yang bersifat
asam seperti saos tomat. Bahan ini bekerja
sangat efektif pada pH 2,5 – 4,0 untuk mencegah
pertumbuhan khamir dan bakteri. Mekanisme
penghambatan mikroba oleh benzoat yaitu
mengganggu permeabilitas membran sel,
struktur sistem genetik mikroba, dan
mengganggu enzim intraseluler (Branen, et. al.,
1990). Benzoat yang umum digunakan adalah
benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih
mudah larut dibanding asamnya. Dalam bahan
pangan, garam benzoat terurai menjadi bentuk
efektif yaitu bentuk asam benzoat yang tidak
terdisosiasi. Bentuk ini mempunyai efek racun
pada pemakaian berlebih terhadap konsumen,
sehingga pemberian bahan pengawet ini tidak
melebihi 0,1% dalam bahan makanan (Winarno,
1992). Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Rohadi dan tim peneliti Fakultas Teknologi
Pertanian Semarang, yang melaporkan bahwa
mayoritas saos tomat mengandung pengawet
(benzoat) yang melebihi standar mutu yang
ditentukan (1000 mg/kg), yaitu berkisar 1100 –
1300 mg/kg. Oleh sebab itu maka pada diskusi
ilmiahnya dihimbau agar masyarakat berhati-hati
mengkonsumsi saos tomat. Apabila tubuh
mengkonsumsi bahan pengawet ini secara
berlebih, dapat mengganggu kesehatan, terutama
menyerang syaraf (Rohadi, 20002). Alimi telah
melakukan penelitian tentang pemberian natrium
benzoat kepada tikus mencit selama 60 hari
secara terus menerus dan dilaporkan bahwa pada
pemberian benzoat dengan kadar 0,2%
menyebabkan sekitar 6,67% mencit putih terkena
radang lambung, usus dan kulit. Sedangkan pada
pemberian kadar 4% menyebabkan sekitar 40%
tikus mencit menderita radang lambung dan usus
kronis serta 26,6% menderita radang lambung
dan usus kronis yang disertai kematian (Alimi,
1986
SNI
Saus cabai adalah saus yang diperoleh dari bahan utama cabe (capsium sp) yang baik, yang diolah dengan
penambahan bumbu2 dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan pangan yang
diizinkan
Banyaknya produk saos tomat dengan merk yang berbeda di pasaran, membuat produsen
bersaing meningkatkan daya tahan saos dengan menambahkan zat aditif (bahan tambahan).
Bahan pengawet yang boleh dicampurkan pada makanan adalah bahan tambahan yang telah
mendapat izin beredar dari departemen kesehatan. Diantara yang digunakan dalam zat aditif
adalah bahan pengawet jenis natrium benzoat. Produk-produk saos tomat menggunakan natrium
benzoat sebagai bahan pengawet organik untuk mencegah terjadinya kerusakan oleh aktivitas
mikroba. Batas maksimum penggunaan natrium benzoat di dalam saos tomat berdasarkan
peraturan
Penggunaan asam benzoat yang melebihi kadar maksimum dimungkinkan oleh ketidaktahuan
produsen terhadap efek yang ditimbulkan oleh asam benzoat yang berlebih terhadap orang yang
mengkonsumsinya. Serta adanya keinginan produsen agar produknya awet dalam kurun waktu cukup
lama sehingga penambahan asam benzoat tidak memperhatikan ketentuan yang berlaku. Tingkat
keawetan saus cabai sangat ditentukan oleh proses pengolahan yang diterapkan dan jumlah bahan
pengawet yang digunakan. Jika proses pengolahan (terutama pemasakan) dilakukan secara benar,
dengan sendirinya produk menjadi lebih awet sehingga penggunaan bahan pengawet dalam jumlah
Pengawet adalah bahan tambahan makanan yang dapat mencegah atau menghambat peruraian
terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme. Bahan tambahan makanan ini
ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak, atau makanan yang disukai sebagai
medium tumbuhnya bakteri atau jamur (Winarno dan Titi, 1994). Apabila pemakaian bahan
pegawet dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan
kerugian bagi pemakainya, baik yang bersifat langsung misalnya keracunan ataupun yang
bersifat tidak langsung misalnya apabila bahan pengawet yang digunakan bersifat karsinogenik
(Cahyadi, 2006).
Jenis pengawet yang sering digunakan pada makanan adalah asam benzoat. Benzoat yang
umum digunakan adalah benzoat dalam bentuk garamnya karena lebih mudah larut dibanding
maksimum penggunaan natrium benzoate adalah 1 g/kg. Ambang penggunaan bahan pengawet
yang diijinkan adalah batasan dimana konsumen tidak menjadi keracunan dengan tambahan
pengawet tersebut. Penambahan pengawet memiliki resiko bagi kesehatan tubuh, jika
terakumulasi secara terus menerus dan dalam waktu yang lama (Afrianti, 2008).