BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat
Akan tetapi, tidak jarang produsen menggunakannya pada pangan yang relatif
tekstur.
pangan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat
pengasaman, atau bentuk kerusakan lainnya, atau bahan yang dapat memberikan
4
5
Zat pengawet anorganik yang masih sering dipakai adalah sulfit, hidrogen
peroksida, nitrat, dan nitrit. Sulfit digunakan dalam bentuk gas SO2, garam Na
adalah asam sulfit yang tidak terdisosiasi dan terutama terbentuk pH di bawah 3.
Melekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba bereaksi dengan
Garam nitrat dan nitrit umumnya digunakan pada proses curing daging
untuk memperoleh warna yang baik dan mencegah pertumbuhan mikroba seperti
mematikan. Akhirnya, nitrit dan nitrat banyak digunakan sebagai bahan pengawet
tidak saja pada produk-produk daging, tetapi pada ikan dan keju (Cahyadi, 2008).
karena bahan ini lebih mudah dibuat. Bahan organik digunakan baik dalam bentuk
asam maupun dalam bentuk garamnya. Zat kimia yang sering dipakai sebagai
bahan pengawet ialah asam sorbat, asam propionat, asam benzoat, asam asetat,
pengawetan dengan menggunaka garam, asam, dan gula telah dikenal sejak dulu
pangan dari gangguan mikroba sehingga pangan tetap awet seperti semula.
dan toksik. Bahan pengawet akan mememngaruhi dan menyeleksi jenis mikroba
kerusakan bahan pangan oleh mikroba bervariasi dengan jenis bahan pengawet
berikut :
3. Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang
diawetkan.
diperhatikan, baik senyawa kimia yang ditambahkan dari luar bahan pangan
maupun senyawa kimia yang terdapat secara alami dalam bahan pangan itu
sendiri.
selain persyaratan yang dituntut untuk semua bahan tambahan pangan, antara lain
sebagai berikut :
4. Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan pangan yang
diawetkan.
5. Mudah dilarutkan.
diawetkan.
10. Tidak mengalami dekomposisi atau tidak bereaksi untuk membentuk suatu
11. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.
diawetkan.
umur simpan bahan pangan tanpa menurunkan kualitas dan tanpa mengganggu
kesehatan.
tidak akan menambah atau sangat sedikit menambah biaya produksi, dan tidak
mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari lamanya umur simpan sehingga
bahan pangan yang diawetkan tersebut dapat terjual cukup banyak dibandingkan
masih mempunyai pendapatan dan tingkta pendidikan yang relatif rendah. Oleh
karena itu, kesadaran dan kemampuan mereka sebagai konsumen jugah masih
9
peredaran dan jual beli pangan dan minuman khususnya untuk pangan dari
5 dan 6, yaitu produksi, impor, dan peredarannya bahwa bahan tambahan pangan
tentang bahan tambahan pangan atau persyaratan lain yang ditetapkan menteri
biasanya ditambahkan ke dalam makanan yang mudah rusak, atau makanan yang
disukai sebagai media tumbuhnya bakteri atau jamur, misalnya pada produk
daging, buah-buahan, dan lain-lain. Definisi lain bahan pengawet adalah senyawa
10
2008).
yang satu dengan negara yang lainnya. Masing-masing negara mempunyai suatu
(Cahyadi, 2008).
dilakukan dengan tiga macam percobaan pada hewan. Pertama, penentuan LD50,
yaitu dosis suatu bahan saat 50% hewan percobaan mati, dan hal ini memberikan
indikasi toksisitas relatif senyawa yang diuji. Kedua, penentuan dosis maksimum
yang dapat ditolerir, yaitu dosis harian maksimum saat hewan percobaan dapat
bertahan hidup untuk periode 21 hari, dimana tujuan pengujian ini adalah untuk
percobaan maka dapat diketahui gejala tidak normal pada hewan percobaan
sehubungan dengan pakan yang diberikan. Hasil ketiga pengujian tersebut dapat
menunjukkan atau menetapkan dosis tidak ada efek dan dari data percobaan
pada hewan dapat dihitung atau ditentukan ADI (Acceptable Daily Intake) untuk
manusia.
jumlah bahan yang dapat masuk ke tubuh setiap hari, bahkan selama hidupnya
tanpa resiko yang berarti bagi konsumen atau pemakainya (Tranggono Dan
Sudarmadji, 1988).
14
atau senyawa, tetapi harus didukung pula dengan pengujian jangka pendek.
pencemar. Oleh karena itu, sangat penting bahwa populasi mikroorganisme dari
bahan pangan yang akan diawetkan harus dipertahankan minimum dengan cara
dengan muatan mikroorganisme yang noemal untuk satu jangka waktu tertentu,
bahan pengawet bahan pangan dapat dibebaskan dari kehidupan mikroba, baik
menyebabkan kerusakan bahan pangan. Namun dari sisi lain, bahan pengawet
pada dasarnya adalah senyawa kimia yang merupakan bahan asing yang masuk
bersama bahan pangan yang dikonsumsi. Apabila penggunaan jenis pengawet dan
karsinogenik.
15
Metabolisme ini meliputi dua tahap reaksi, pertama dikatalisis oleh enzim
syntetase dan pada reaksi kedua dikatalisi oleh enzim acytransferase. Asam
hipurat yang disinpengujiana dalam hati ini, kemudian diekskresikan melalui urin.
Jadi, di dalam tubuh tidak terjadi penumpukan asam benzoat, sisa asam benzoat
berkonjugasi dengan asam glukoronat dan diekskresi melalui urin. Pada penderita
asma dan orang yang menderita urticaria sangat sensitif terhadap asam benzoat,
Asam sorbat dalam tubuh dimetabolisme seperti asam lemak biasa, dan
kenyataan bahwa asam sorbat dan sorbat dimetabolisme seperti asam lemak
lainnya.pada kondisi yang ekstrem (suhu dan konsentrasi sorbat tinggi) asam
sorbat dapat bereaksi dengan nitrit membentuk produk mutagen yang tidak
memeberikan efek iritasi kulit apabila langsung dipakai pada kulit, sedangkan
sederhana seperti pada asam lemak menjadi CO2 dan H2O. natrium propionat
apabila diberikan dalam dosis per oral sehari 6 gram untuk laki-laki tidak
16
antihistamin lokal. Natrium dan kalium propionat dilaporkan ada hubungan antara
benzoat) memeberikan gangguan berupa reaksi yang spesifik. Ester asam benzoat
e. Nisin
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hara dkk, di jepang tahun 1992,
didapat harga LD50 pada tikus kira-kira 7g/kg berat badan, kemudian dikonfirmasi
bahwa nisin tidak menimbulkan efek. Pada tahun 1969, para ahli dari FAO/WHO
dapat menerima nisin sebagai bahan tambahan pangan. Namun, perlu jugah
batas aman dari segi kesehatan maka diperlukan 2 tahap pengujian toksisitas
relevan yang diperoleh dari percobaan laboratorium dengan hewan percobaan, dan
apabila mungkin dari hasil pengamatan pada manusia. Kedua, interpretasi dan
bahan yang diuji sebagai bahan tambahan pangan, dengan prosedur pengujian
17
yang telah ditetapkan dan dapat dirumuskan pula konsep jumlah yang
penyakit bagi pengidap asma adalah memilih bahan pangan yang bebas dari
belerang dioksida khususnya, dan bahan tambahan pangan lain pada umumnya
(Cahyadi, 2008).
sayuran dan buah-buahan dan sayuran. Termasuk kedalam zat pengawet organik.
bebagai bahan makanan adalah benzoat, yang biasanya terdapat dalam bentuk
natrium benzoat dan kalium benzoat karena lebih mudah larut. Benzoat sering
digunakan untuk mengawetkan berbagai pangan dan minuman seperti sari buah,
minuman ringan, saus tomat, saus sambal, selai, jeli, manisan, kecap, dan lain-lain
(Cahyadi, 2008).
Garam atau ester dari asam benzoat secara komersil dibuat dengan sintesis
kimia. Bentuk aslinya asam benzoat terjadi secara alami dalam bahan gum
benzoin. Natrium benzoat berwarna putih, granula tanpa bau, bubuk kristal atau
serpihan dan lebih larut dalam air dibandingkan asam benzoat dan jugah dapat
Dalam bahan pangan garam benzoat terurai menjadi lebih efektif dalam
bentuk asam benzoatyang tidak terdisosiasi. Memiliki fungsi sebagai anti mikroba
khamir.
Asam benzoat sangat sedikit larut dalam air dingin tetapi larut dalam air
panas, dimana ia akan mengkristal setelah didinginkan; asam benzoat larut dalam
alkohol dan eter dan jika direaksikan dengan larutan besi klorida akan
memebentuk endapan besi benzoat basa berwarna jingga kekuningan dan larutan-
larutan netral. Selain berfungsi sebagai bahan pengawet, asam benzoat jugah
struktur inti yang sama, yaitu mengandung cincin benzena tidak jenuh disertai
dengan gugus hidroksik atau gugus amina. Antioksidan dapat menghambat setiap
sehingga tidak terjadi penumpukan asam benzoat. Asam benzoat akan bereaksi
dengan glisin menjadi asam hipurat yang akan dibuang oleh tubuh. Asam benzoat
secara alami terdapat dalam rempah-rempah seperti cengkeh dan kayu manis
(Winarno, 1980).
Minuman ringan di Indonesia dikenal dengan nama soft drink sejak seabad
yang lalu telah menjadi minuman ringan paling popular di Amerika Serikat
mengungguli minuman lainnya seperti kopi, teh, dan jus. Demikian juga di
19
meningkat. Di setiap restoran, depot, warung, bahkan pedagang kaki lima selalu
gelas. Banyak merek telah kita kenal salah satunya karena promosinya yang
gencar di media massa seperti Coca-Cola, Fanta, Sprite, Pepsi, 7-up, dan
minuman ringan, dengan asumsi bahwa benar minuman ini memang ringan status
gizinya. Minuman ini selain kadar gulanya tinggi, tidak memiliki zat gizi lain
1. Gula/pemanis
Untuk soft drink regular ; sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa (HPCS). Dan
untuk soft drink diet ; pemanis sintesis aspartame, sakarin atau siklamat.
2. CO2
Sama dengan gas buang pernapasan kita. Berguna untuk memperbaiki flavor
3. Kafein
bagi mereka yang hipertensi, berpotensi serangan jantung koroner atau strok.
20
4. Zat pengawet
benzoat, suatu bahan pengawet sintesis. Aman untuk bahan pangan namun ada
5. Zat pewarna
Ditemukan pada beberapa jenis soft drink, tidak terdapat pada jenis soft
drink jernih.
6. Flavor buatan
Seperti rasa jeruk, rasa nanas, dan sebagainya. Merupakan flavor sintetik,
bukan hasil ekstrak buah-buahan, jadi jangan harapkan mengandung vitamin dan
2.4 HPLC
akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an. Saat ini, HPLC merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis bahan obat, baik dalam bulk
kimia dan fisikokimia. KCKT termasuk metode analisis terbaru yaitu suatu teknik
kromatografi dengan fasa gerak cairan dan fasa diam cairan atau padat. Banyak
kelebihan metode ini jika dibandingkan dengan metode lainnya yaitu mampu
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas: wadah fase gerak, pompa,
penampung buangan fase gerak, dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Gambar
Keterangan :
Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong
ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini
Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat
22
bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya
elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase
diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih
polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar daripada
Settle, 1997).
menghindari partikel-partikel kecil ini. Selain itu, adanya gas dalam fase gerak
juga harus dihilangkan, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain
Elusi dapat dilakukan dengan cara isokratik (komposisi fase gerak tetap
selama elusi) atau dengan cara bergradien (komposisi fase gerak berubah-ubah
selama elusi) yang analog dengan pemrograman suhu pada kromatografi gas.
kompleks terutama jika sampel mempunyai kisaran polaritas yang luas (Kenkel,
2002).
Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase
terbalik adalah campuran larutan bufer dengan metanol atau campuran air dengan
asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering
fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik (Meyer, 2004).
23
2. Pompa
mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni: pompa harus inert
terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja
tahan karat, Teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu
memberikan tekanan sampai 5000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan
kecepatan alir 3 mL/menit. Untuk tujuan preparatif, pompa yang digunakan harus
Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk
konstan, dan bebas dari gangguan. Ada 2 jenis pompa dalam HPLC yaitu: pompa
dengan tekanan konstan, dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe
pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum
penyuntik yang terbuat dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi
Gambar
(a.)Posisi pada saat memuat sampel (b).Posisi pada saat menyuntik sampel
Ada 2 jenis kolom pada HPLC yaitu kolom konvensional dan kolom
mikrobor. Kolom merupakan bagian HPLC yang mana terdapat fase diam untuk
konvensional, yakni:
1. Konsumsi fase gerak kolom mikrobor hanya 80% atau lebih kecil
2. Adanya aliran fase gerak yang lebih lambat membuat kolom mikrobor
karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas misal
sampel klinis.
kolom konvesional dan kurang bermanfaa tuntuk analisis rutin. Kebanyakan fase
25
diam dalam HPLC berupa silika yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang
silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol (Si-OH).
seperti klorosilan. Reagen-reagen ini akan bereaksi dengan gugus silanol dan
Oktadesil silana (ODS atau C18) merupakan fase diam yang paling banyak
rendah, sedang, maupun tinggi. Oktil atau rantai alkil yang lebih pendek lagi lebih
sesuai untuk solut yang polar. Silika-silika aminopropil dan sianopropil (nitril)
lebih cocok sebagai pengganti silika yang tidak dimodifikasi. Silika yang tidak
5. Detektor HPLC
universal (yang mampu mendeteksi zat secara umum, tidak bersifat spesifik, dan
tidak bersifat selektif) seperti detektor indeks bias dan detektor spektrometri
massa; dan golongan detektor yang spesifik yang hanya akan mendeteksi analit
secara spesifik dan selektif, seperti detektor UV-Vis, detektor fluoresensi, dan
elektrokimia.
pita.
6. Tidak peka terhadap perubahan suhu dan kecepatan alir fase gerak (Meyer,
2004)