Anda di halaman 1dari 7

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

HEALTH SCIENCES JOURNAL


http://studentjournal.umpo.ac.id/index.php/HSJ

KARYA TULIS ILMIAH : PENCEGAHAN JATUH PADA BAYI KEJANG


DEMAM DENGAN MASALAH KEPERAWATAN RISIKO JATUH
DI RSU MUHAMMADIYAH PONOROGO

Ameliya Evi Cahyani*, Metti Verawati, Lina Ema Purwanti

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Ponorogo


E-mail : evicahyani2407@gmail.com

Sejarah artikel

Diterima : Agustus 2021 Disetujui : September 2021 Dipublikasikan: Oktober 2021

Abstract
“Febrile seizures are disorders that occur due to an increase in body temperature that causes children to have
seizures.”Babies experiencing febrile seizures are very at risk of falling because of their vulnerable age, therefore“it is
necessary for parents to be aware of how to use the existing facilities in the room properly so that the baby does not fall.“The
risk of falling in infants can result in serious injury and even death.”
The results of the study found that the general condition of the baby”looked weak and was accompanied by his family,
the handrill and wheel lock on the bad child had not been installed, besides that the baby had a history of falling out of bed
when at home. Nursing actions taken include identifying environmental factors that can cause falls, calculating the fall risk
scale using the Humpty Dumpty Scale, ensuring wheels and handrills are installed and education on fall risk prevention. This
nursing care“is expected to be used as a reference to“be able”to provide care and prevent febrile seizures in infants.”

Keywords: Infants, Fever Seizures, Fall Risk

Abstrak
“Kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh yang mengakibatkan anak mengalami
kejang.”Bayi mengalami kejang demam sangat berisiko jatuh karena usia yang rawan, maka dari itu perlu kesadaran orangtua
untuk memanfaatkan fasilitas yang ada diruangan dengan baik agar bayi tidak mengalami jatuh. Risiko jatuh pada bayi dapat
berakibat cidera serius bahkan kematian.
Hasil pengkajian didapatkan bahwa keadaan umum bayi tampak lemah serta didampingi oleh keluarganya, handrill
dan pengunci roda pada bad anak belum terpasang, selain itu sebelumnya bayi memiliki riwayat jatuh dari tempat tidur ketika
dirumah. Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain adalah mengidentifikasi faktor lingkungan yang bisa menyebabkan
jatuh, menghitung skala risiko jatuh menggunakan Humpty Dumpty Scale, memastikan roda dan handrill terpasang serta
edukasi pencegahan risiko jatuh. Asuhan“keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk dapat memberikan
perawatan dan mencegah terjadinya kejang demam pada bayi.”

Kata kunci : Bayi, Kejang Demam, Risiko Jatuh

How to Cite: ameliya evi cahyani (2021). Studi Kasus : asuhan keperawatan pada bayi kejang demam dengan masalah
keperawatan risiko jatuh. Penerbitan artikel ilmiah mahasiswa universitas muhammadiyah ponorogo. Vol. 6 (No. 2)

© 2021 Universitas Muhammadiyah Ponorogo. All rights reserved


ISSN 2598-1188 (Print)
ISSN 2598-1196 (Online)
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 28

PENDAHULUAN

“Kejang demam merupakan kejang yang kejadian kejang demam sekitar 264 jiwa pada

sering terjadi pada anak dan tahun 2015-2017. Berdasarkan data dari

bayi,”diakibatkan karena adanya perubahan Dinas Kesehatan Ponorogo, kasus terjadinya

pada fungsi otak secara mendadak. Kejang kejang demam yaitu 3.442 balita pada tahun

biasa terjadi secara singkat dan sementara, 2016. Di RSU Muhammadiyah Ponorogo

disebabkan karena adanya“pelepasan listrik pada tahun 2019 jumlah penderita kejang

serebral yang berlebih.”Kejang demam demam dilaporkan sejumlah 99 anak.

terjadi pada suhu tubuh >38oC hal ini Salah satu faktor terjadinya kejang
diakibatkan karena adanya proses demam yaitu ketika dalam keluarga ada yang
ekstrakranial. Kejang demam merupakan mempunyai riwayat kejang demam
kejang yang sering dialami okeh anak bahkan sebelumnya. Tidak hanya itu, adanya virus
bayi dan kemungkinan berulang. Rentan usia atau bakteri, faktor usia <12 bulan, suhu
yang paling sering mengalami kejang demam rendah saat terjadinya kejang demam dan
yaitu antara usia 6 bulan sampai 5 tahun seberapa cepat kejang terjadi setelah adanya
(Novi Indrayati, 2019). Kecepatan kejang demam.“Selain itu jenis kelamin, riwayat
sendiri yang terjadi pada bayi biasanya tidak terjadi epilepsi didalam keluarga serta kejang
terkontol dan bisa mengakibatkan risiko demam kompleks pertama ketika terjadinya
jatuh, maka dari itu diperlukan pencegahan kejang demam”(Erdina Yunita et al., 2016).
jatuh pada bayi yang mengalami kejang Usia anak yang <12 bulan sangat dibutuhkan
demam. Selain itu, pencegahan jatuh juga pengawasan lebih pada saat terjadi kejang
diperlukan ketika bayi setelah selesai demam. Jika tidak dilakukan pengawasan
melewati masa kejangnya, karena lebih di usia bayi yang masih rawan ini bisa
kemungkinan masih adanya kejadian kejang saja berdampak mengalami risiko jatuh dan
berulang. bahkan bisa mengalami cidera fisik dan yang

Komar et al (2020),“UNICEF (United paling fatal yaitu kematian pada bayi.

Nations International Children’s Emergency Pada anak dan bayi yang mengalami
Fund) memperkirakan”sekitar 12 juta anak kejang demam sangat berisiko untuk
setiap tahunnya“meninggal dunia karena mengalami jatuh, maka dari itu perlu
kejang demam.”Di Indonesia“sendiri angka diberikan pengawasan yang baik dan harus
kejadian kejang demam yaitu 3 sampai 4% selalu waspada. Di Indonesia kejadian pasien
pada tahun 2012-2013 dari bayi usia 6 bulan jatuh termasuk tinggi karena banyak yang
sampai anak 5 tahun.”Di Jawa Timur angka tidak melaporkan kejadian jatuh dan
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 29

menganggap bahwa itu merupakan dari proses keperawatan serta dalam penulisan
perkembangan anak dan bayi. Insiden pasien menggunakan metode penulisan deskriptif.
jatuh dapat di minimalisir dengan melakukan Studi kasus merupakan laporan informasi
assesment awal saat pasien masuk untuk deskriptif“yang didalamnya mencakup
melakukan perawatan, jika terjadi perubahan pengkajian yang dilakukan secara intensif,
kondisi maka harus dilakukan assesment untuk mengetahui variabel yang
lanjut. Biasanya pada pasien dewasa berhubungan dengan masalah
dilakukan penghitungan untuk menentukan penelitian.”Pengumpulan data bisa diperoleh
skala risiko jatuh menggunakan“Morse Fall dari wawancara, observasi dan dokumentasi
Scale, dan pada anak dan bayi menggunakan (Sujarweni, 2014).
Humpty Dumpty Scale.”Perawatan untuk Tujuan dilakukan studi kasus ini yaitu
pasien risiko jatuh bisa dilakukan dengan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
pemasangan gelang khusus pada pasien pasien bayi yang menderita kejang demam
(Nugraheni et al., 2017). dengan masalah keperawatan risiko jatuh.

Peran perawat salah satunya yaitu


penerapan dalam hal keselamatan pasien HASIL DAN PEMBAHASAN
Asuhan Keperawatan ini dilakukan di
(patient safety). Keselamatan pasien sangat
Ruang KH. Ar-Fahrudin RSU
penting diterapkan, salah satunya untuk
Muhammadiyah Ponorogo pada tanggal 19 –
mencegah terjadinya insiden jatuh dan cidera
22 Februari 2021. Pada saat dilakukan
akibat perawatan medis. Peran perawat
pengkajian, ibu klien mengatakan bahwa
dalam hal pencegahan risiko jatuh salah
bayinya demam terjadi sudah 2 hari yang lalu
satunya dengan intervensi keperawatan
disertai batuk dan pilek, selain itu diikuti
pencegahan jatuh. Intervensi ini diharapkan
dengan kejang berulang sebanyak 2 kali.
mampu menurunkan risiko jatuh pada bayi
Klien dengan riwayat kejang demam dan
yang terjadi akibat perubahan kondisi fisik
mempunyai riwayat jatuh dari tempat tidur,
ataupun psikologis. Dalam penerapan
pada saat dirawat di rumah sakit bayi masih
pencegahan jatuh diharapkan kejadian jatuh
dalam keadaan lemah dan didampingi
dari tempat tidur bisa menurun.
keluarga, serta handrill dan pengunci roda
pada tempat tidur klien masih belum
METODE PENELITIAN
digunakan. Hasil pengkajian humpty dumpty
Didalam penelitian yang dilakukan
: 14 menunjukkan hasil klien berada pada
peneliti menggunakan metode pemecahan
risiko jatuh tinggi. Segala aktivitas dan
masalah (Problem solving) pendekatan
kegiatan klien dibantu oleh keluarga. Pasien
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 30

An. F tampak aktif bermain di tempat Pada pemeriksaan mulut dan faring
tidurnya. Fakta diatas sesuai dengan teori klien ditemukan bahwa mukosa bibir kering
yang dikemukakan Novi Indrayati dan tidak ada sianosis. Pada pemeriksaan
(2019),“kejadian yang sering ditemukan integumen didapatkan hasil warna kulit sawo
pada anak ataupun bayi dengan kenaikan matang, kulit bersih, pemeriksaan palpasi
suhu tubuh >38oC dapat menyebabkan didapatkan hasil akral teraba hangat dan
kejang demam.”Menurut Nursalam (2016), turgor kulit <2 detik. Pada pemeriksaan
hasil pengkajian humpty dumpty scale jika aktivitas anak dibantu oleh keluarga, pada
menunjukkan risiko rendah jatuh yaitu skor saat sakit bayi cenderung rewel.
7-11, untuk risiko tinggi jatuh yaitu ≥ 12 Berdasarkan teori yang dijelaskan
berarti risiko tinggi jatuh, untuk skor 7 berarti oleh Mohamad Judha (2011) pada
minimal jatuh dan skor maksimal risiko jatuh pemeriksaan fisik ditemukan hasil yaitu
yaitu 23. Selain itu, usia yang kurang dari 3 keadaan anak lebih cenderung rewel hingga
tahun sangat berisiko mengalami kejadian mengalami penurunan kesadaran dengan
jatuh ketika berada di unit perawatan seperti suhu tubuh yaitu >38 oC. Pada saat
rumah sakit. Berdasarkan teori dan fakta pemeriksaan mata ditemukan bahwa pada
diatas tidak ada kesenjangan karena pasien saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil dan
mengalami kenaikan suhu tubuh yang biasanya pada konjungtiva anemis. Pada
menyebabkan terjadinya kejang demam. pemeriksaan integumen CRT <2 detik dan
Selain itu pada saat pengkajian diperoleh akral teraba dingin.
hasil 14 berarti klien berisiko tinggi jatuh, Dari fakta dan teori diatas penulis
klien berusia 11 bulan yang termasuk menemukan ada beberapa kesenjangan yaitu
kedalam kategori anak rentan mengalami pada keadaan umum klien tampak lemah
risiko jatuh ketika berada di unit perawatan dengan tingkat kesadaran composmentis.
rumah sakit. Pada teori dikemukakan keadaan umum klien
Dari pemeriksaan fisik pada An. F terlihat lebih rewel, pada pengkajian suhu
didapatkan hasil yaitu, klien dengan riwayat didapatkan suhu normal sedangkan pada teori
kejang demam, keadaan umum klien tampak dijelaskan jika suhu pada anak dengan kejang
lemah, tingkat kesadaran composmentis demam mengalami kenaikan suhu. Menurut
dengan nilai GCS E4;V5;M6 dengan tanda- peneliti kesenjangan tersebut bisa terjadi
tanda vital saat pengkajian nadi 120x/menit, karena waktu pengkajian yang berbeda, pada
respirasi 24x/menit, suhu 36,6° C, berat teori dijelaskan keadaan umum pada saat
badan 8,5 kg, tinggi badan 75 cm dan ukuran anak setelah kejang sementara, pada saat
lengan atas (LILA) 16 cm.
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 31

penelitian keadaan umum saat bayi setelah mengalami kejang demam lagi atau bayi
kejang. dengan riwayat kejang demam.
Pada pemeriksaan mata yang “Dari hasil pengkajian yang dilakukan,
dilakukan ditemukan mata simetris, sklera diagnosa keperawatan yang muncul yaitu
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis dan risiko jatuh berhubungan dengan riwayat
tidak ada dilatasi pada pupil. Sedangkan pada jatuh sebelumnya.”Mengingat dari data yang
teori dituliskan bahwa konjungtiva lebih didapatkan bahwa anak sudah pernah
sering ditemukan anemis dan terjadi dilatasi mengalami jatuh dari tempat tidurnya ketika
pupil pada anak yang menderita kejang berada dirumah, maka dari itu diperlukan
demam. juga tindakan untuk mengurangi risiko jatuh
Menurut penulis terjadinya anak ketika berada di unit perawatan Rumah
kesenjangan ini karena pada teori dari Sakit agar tidak terulangnya kejadian jatuh
Mohamad Judha (2011) pemeriksaan fisik dari tempat tidur pada anak.
tersebut dilakukan pada anak usia >1 tahun Berdasarkan diagnosa tersebut maka
yang sedang mengalami kejang demam intervensi yang digunakan sesuai dengan
sedangkan yang ditemukan penulis adalah Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
hasil pemeriksaan mata dan paru pada bayi (SIKI, 2018) yaitu pencegahan jatuh dengan
usia 11 bulan yang sudah tidak mengalami mengkaji usia dan tingkat perkembangan
kejang. bayi. Faktor risiko yang bisa menyebabkan
Pada pemeriksaan integumen bayi mengalami risiko jatuh yaitu usia kurang
didapatkan hasil warna kulit sawo matang, dari 2 tahun, ada riwayat jatuh sebelumnya,
kulit bersih, pemeriksaan palpasi didapatkan penurunan tingkat kesadaran dan lingkungan
hasil akral teraba hangat dan turgor kulit <2 yang tidak aman. Pencegahan jatuh yang
detik. Sedangkan pada teori yang dijelaskan dilakukan yaitu dengan menciptakan
oleh Mohamad Judha (2011) pada lingkungan aman bagi bayi dengan cara lantai
pemeriksaan integumen ditemukan akral tidak licin, hindari benda yang
dingin dan CRT <2 detik. Menurut penulis membahayakan, pengaman tempat tidur
kesenjangan ini terjadi karena pada teori yang terpasang, bel berfungsi dengan baik, kondisi
dipakai peneliti ialah pemeriksaan fisik pada ruangan tenang, aman dan bersih serta bayi
anak yang mengalami kejang demam, didampingi orangtua atau keluarga serta
sedangkan klien yang diteliti penulis ialah edukasi kepada keluarga dan orangtua
bayi dengan diagnosa kejang demam tapi tentang pencegahan jatuh.
pada saat pengkajian bayi sudah tidak Implementasi yang diberikan kepada
klien sudah sesuai dengan kondisi yang
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 32

dialami klien dan sesuai dengan Standart menurun dalam waktu 3x24 jam (3 hari). Ada
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, beberapa tindakan yang seharusnya
2018) yaitu pencegahan jatuh dengan dilakukan pada saat bayi mengalami kejang
mengkaji usia bayi. Pencegahan jatuh yang dan mengalami risiko jatuh yaitu memastikan
dilakukan yaitu dengan menciptakan bel pemanggil dapat berfungsi dan dalam
lingkungan yang aman bagi bayi dengan cara jangakuan pasien ataupun keluarga serta
lantai tidak licin serta bersih dan tenang, manajemen kejang juga tidak dilakukan
hindari benda yang membahayakan, karena selama dilakukan perawatan bayi
pengaman tempat tidur terpasang, bel tidak mengalami kejang lagi.
berfungsi dengan baik serta bayi didampingi
orangtua atau keluarga. Selain itu orangtua KESIMPULAN
diberikan edukasi tentang pencegahan jatuh, Berdasarkan hasil penelitian
setelah diberikan edukasi keluarga sudah didapatkan hasil keadaan umum bayi lemah,
mulai memahami dan meningkatkan bayi didampingi orangtua dan pengaman
keamanan bayi dengan cara mulai melakukan tempat tidur serta pengunci roda tempat tidur
pemasangan pengaman tempat tidur dan tidak terpasang.
pengunci roda pada bad bayi, terlebih lagi Diagnosa keperawatan yang muncul
sebelumnya bayi mempunyai riwayat jatuh yaitu Risiko Jatuh, diagnosa ini diambil
dari tempat tidur ketika dirumah. Dalam sesuai dengan hasil analisis data yang
proses implementasi tidak ditemukan adanya diperoleh.
hambatan karena keluarga sangat kooperatif Rencana asuhan keperawatan sesuai
dan mampu berkomunikasi dengan baik. dengan intervensi yang direncanakan sesuai
“Evaluasi keperawatan merupakan dengan Standart Intervensi Keperawatan
kegiatan akhir dari proses keperawatan, Indonesia (SIKI, 2018) yaitu pencegahan
kegiatan ini dilakukan perawat untuk menilai jatuh dengan mengkaji usia. Faktor risiko
sejauh mana hasil yang diharapkan”terhadap yang bisa menyebabkan bayi mengalami
masalah pasien serta perawat bisa menilai risiko jatuh yaitu usia kurang dari 2 tahun,
apakah masalah teratasi sesuai dengan hasil ada riwayat jatuh sebelumnya, penurunan
yang diharapkan. Berdasarkan (SLKI, 2019) tingkat kesadaran dan lingkungan yang tidak
kriteria hasil yang diharapkan yaitu tingkat aman. Pencegahan jatuh yang dilakukan
jatuh dari tempat tidur menurun. Hasil yaitu dengan menciptakan lingkungan yang
tindakan pada klien dengan masalah risiko aman bagi bayi dengan cara lantai tidak licin,
jatuh dapat teratasi didapatkan kriteria hasil hindari benda yang membahayakan,
yaitu kejadian jatuh dari tempat tidur pencahayaan cukup, pengaman tempat tidur
Health Sciences Journal Vol. 5 (No. 2 ) (2021): 27-33 | 33

terpasang, bel berfungsi dengan baik, kondisi Mohamad Judha, N. H. (2011). SISTEM
PERSARAFAN (Dalam Asuhan
ruangan tenang, aman dan bersih serta bayi
Keperawatan). Yogyakarta: Gosyen
didampingi orangtua atau keluarga. Publishing.
Asuhan keperawatan ini diberikan Novi Indrayati, D. H. (2019). Gambaran
kepada pasien bayi kelolaan dan“tindakan Kemampuan Orangtua Dalam
Penanganan Pertama Kejang Demam
keperawatan dilakukan selama 3 hari, Pada Anak Usia. Jurnal Ilmiah
dimulai pada tanggal”20 Februari sampai STIKES Kendal Volume 9 No 2, 149-
154.
tanggal 22 Februari 2021. Dalam https://garuda.ristekbrin.go.id/docum
melaksanakan “asuhan keperawatan ini telah ents/detail/1282796. diakses pada :
11 Juli 2020
didasarkan pada kriteria hasil”yang akan
dicapai dan sesuai rencana yang telah Nugraheni, M., Widjasena, B., Kurniawan,
B., & Ekawati, E. (2017). Faktor-Faktor
disesuaikan dengan masalah keperawatan Yang Berhubungan Dengan Pencegahan
pasien. Jatuh Pada Pasien Risiko Jatuh Oleh
Perawat Di Ruang Nusa Indah Rsud
Evaluasi akhir dilakukan pada Tugurejo Semarang. Jurnal Kesehatan
tanggal 22 Februari 2021, hasil yang didapat Masyarakat Universitas Diponegoro,
5(2), 121–129.
yaitu masalah risiko jatuh pada anak dapat https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/
teratasi dan sesuai dengan kriteria hasil yang jkm/article/view/16442. diakses pada
tanggal : 24 juli 2020
diharapkan yaitu tingkat jatuh dari tempat
tidur menurun. Sehingga dapat disimpulkan PPNI, T. P. (2016). Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia Definisi dan
bahwa risiko jatuh tidak menjadi aktual. Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

DAFTAR PUSTAKA PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Definisi dan
Erdina Yunita, V., Afdal, A., & Syarif, I.
Tindakan Keperawatan. Jakarta:
(2016). Gambaran Faktor yang
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Berhubungan dengan Timbulnya
Kejang Demam Berulang pada Pasien PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran
yang Berobat di Poliklinik Anak RS. Keperawatan Indonesia Definisi dan
DR. M. Djamil Padang Periode Januari Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta:
2010 – Desember 2012. Jurnal Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Kesehatan Andalas, 5(3), 705–709.
https://doi.org/10.25077/jka.v5i3.605. Sujarweni, V. W. (2014). Metodologi
diakses pada tanggal : 11 Juli 2020
Penelitian : Lengkap, Praktis, dan
Komar, M., Munawaroh, S., & Isro’in, L. Mudah Dipahami. Yogyakarta:
(2020). Universitas muhammadiyah Pustaka Baru Press.
ponorogo health sciences journal.
Health Sciences Journal, 4(1), 112–123.
http://studentjournal.umpo.ac.id/index.
php/HSJ%0AHUBUNGAN. diakses
pada tanggal : 12 Juli 2020

Anda mungkin juga menyukai