Anda di halaman 1dari 17

FEMALE GAZE DALAM MEREPRESENTASIKAN SEKSUALITAS

PEREMPUAN PADA FILM PORTRAIT DE LA JEUNE FILLE EN

FEU KARYA CÉLINE SCIAMMA

ARTIKEL ILMIAH

OLEH:

AISYA KAMILA VIDYA

185110300111015

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA PRANCIS

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2022
ARTIKEL ILMIAH

FEMALE GAZE DALAM MEREPRESENTASIKAN SEKSUALITAS PEREMPUAN


PADA FILM PORTRAIT DE LA JEUNE FILLE EN FEU KARYA CÉLINE
SCIAMMA

Nama : Aisya Kamila Vidya


NIM : 185110300111015
Universitas : Universitas Brawijaya

Alamat : Jl Perdagangan Komp. HKSN Permai blok 8A no. 363,


Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70125
No. Ponsel : +62 853 8930 5221
Email : aisya.kv@gmail.com

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Bahasa dan Sastra Prancis

Siti Khusnul Khotimah, S.S., M.A Siti Khusnul Khotimah, S.S., M.A
NIP. 19840410 201012 2 007 NIP. 19840410 201012 2 007
FEMALE GAZE DALAM MEREPRESENTASIKAN SEKSUALITAS

PEREMPUAN PADA FILM PORTRAIT DE LA JEUNE FILLE EN FEU

KARYA CÉLINE SCIAMMA

Aisya Kamila Vidya 185110300111015

Fakultas Ilmu Budaya – Universitas Brawijaya

ABSTRAK

.Female Gaze merupakan penggunaan perspektif seniman perempuan dalam

karyanya, sebagai bentuk respons terhadap teori male gaze yang dicetuskan oleh

Laura Mulvey pada tahun 1975. Istilah tersebut cukup populer terutama di dalam

industri perfilman untuk mendeskripsikan cara pandang sutradara perempuan

melalui lensa kameranya dan membawakan cerita di mana karakter perempuan

tidak menjadi objek yang pasif untuk memberi kepuasan semata, namun sebagai

subjek yang aktif. Salah satu film yang menerapkan female gaze dalam produksinya

adalah film Portrait de La Jeune Fille en Feu oleh Céline Sciamma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana female gaze

merepresentasikan seksualitas perempuan pada film Portrait de La Jeune Fille en

Feu. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif-kualitatif dan menggunakan pendekatan

semiotika Television Codes oleh John Fiske dalam bukunya yang berjudul
Television Culture. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

Le Regard Feminin: Une Revolution à l’Ecran oleh Iris Brey dengan ditunjang oleh

buku The Second Sex karya Simone de Beauvoir.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah female gaze pada film ini

menangkap pengalaman fisiologis perempuan dan menampilkannya di layar lebar

tanpa melakukan objektifikasi terhadap bagian tubuh intim perempuan,

menceritakan pengalaman seksual dari pengalaman perempuan, dan melawan

tatanan patriarki dalam hubungan seksual sesama perempuan.

Saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah untuk mengkaji

dinamika dalam hubungan queer Marianne dan Héloïse, atau dapat juga melakukan

analisis terhadap representasi feminisme yang terdapat di dalam film ini.

Kata Kunci : Film, Seksualitas, Perempuan, Female Gaze

Pendahuluan

Film berperan sebagai salah satu salah satu sarana hiburan yang paling sering

dikonsumsi oleh masyarakat luas. Di dalam film dapat terkandung fungsi

informatif maupun edukatif, bahkan persuasif (Ardiyanto, 2007, hal. 145). Hal

itu disebabkan oleh fakta bahwa film juga berfungsi sebagai sarana komunikasi

secara besar-besaran. Dalam produksinya, film cenderung melibatkan konsep

tanda, simbol yang berwujud visual untuk menyampaikan pesan (Prasetya, 2019,

hal. 42). Pesan-pesan tersebut dapat berupa agenda politik, kepercayaan, atau

representasi dari identitas kelompok tertentu. Namun sering sekali kelompok

yang ditampilkan dalam suatu film tidak merasa direpresentasikan karena tidak
adanya campur tangan signifikan oleh seseorang yang merupakan bagian dari

kelompok tersebut. Dalam industri perfilman yang masih didominasi oleh kaum

pria heteroseksual, perempuan adalah kelompok minoritas yang masih

termarjinalisasi dan berjuang untuk dapat terbebas dari dominasi budaya

patriarkis.

Laura Mulvey dalam bukunya yang berjudul Visual Pleasure and Narrative

Cinema (1975) memperkenalkan istilah male gaze sebagai sebuah cara laki-laki

heteroseksual mengobjektifikasi perempuan lewat lensa kamera. Keberadaan

male gaze banyak ditemukan dalam film-film yang disutradarai oleh laki-laki

dimana seksualitas perempuan menjadi sumber kepuasan seksual bagi

penontonnya. Hal tersebut kemudian mendorong para sineas feminis untuk

menerapkan female gaze dalam karyanya dan mengembangkan kepuasan visual

untuk para penonton perempuan (Smelik, 2016, hal. 2).

Iris Brey mempopulerkan istilah Le Regard Feminin (female gaze atau tatapan

perempuan) di tahun 2020 melalui bukunya yang berjudul Le Regard Feminin:

Une Révolution a l'Écran. Brey tidak menganggap female gaze sebagai

cerminan dari konsep male gaze yang diperkenalkan oleh Laura Mulvey.

Menurutnya, female gaze merepresentasikan sebuah cara baru dalam menangkap

gambaran mengenai citra perempuan.

Dalam analisis Brey, terdapat 3 persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh
sebuah film agar dapat dikatakan menggunakan female gaze (Brey, 2020, hal.

77). Persyaratan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tokoh utama mengidentifikasikan diri sebagai seorang perempuan.

Identifikasi yang dilakukan dapat melalui identifikasi secara psikologis

maupun fisiologis dengan menunjukkan pengalaman biologis

perempuan.

2. Diceritakan melalui sudut pandang perempuan.

Dengan tokoh utama perempuan sebagai titik sentral dari film, maka

keseluruhan narasi cerita dalam film diceritakan melalui sudut

pandangnya.

3. Melawan tatanan patriarki.

Patriarki merupakan dasar dari adanya male gaze, maka dari itu suatu

film yang menggunakan female gaze tentunya harus memiliki aspek

yang menunjukkan bahwa ceritanya melawan tatanan patriarki.


Metode

Jenis penelitian yang digunakan untuk mengkaji bagaimana female gaze

merepresentasikan seksualitas perempuan pada film Portrait de La Jeune Fille

en Feu adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Pada penelitianini, peneliti

akan menganalisis dan menginterpretasikan makna dari data-data yang telah

dikumpulkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulandata,

antara lain:

1. Mengobservasi film Portrait de La Jeune Fille en Feu untuk memahami

dan menandai bagian pada film yang sesuai dengan masalah penelitian.

2. Menentukan teori, metode penelitian, dan pendekatan yang akan

digunakan untuk mengkaji data.

3. Mencari teori pendukung yang relevan sebagai referensi.

4. Mengumpulkan, kemudian menyusun data-data yang sesuai dengan


permasalahan yang akan ditelitu.
Sedangkan analisis data yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini,

adalah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan adegan dan tindakan tokoh Marianne dan Héloïse

yang merepresentasikan seksualitas perempuan melalui female gaze.

2. Menginterpretasikan dan menyajikan data.

3. Menganalisis bagaimana representasi seksualitas perempuan

ditampilkan oleh Céline Sciamma melalui female gaze menggunakan

pendekatan semiotika John Fiske dan mensintesa dengan teori dan

referensi pendukung yang relevan.

4. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis.

Hasil Penelitian

Pada tahapan ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian berupa proses

signifikasi dari data yang telah diperoleh dan dianalisis menggunakan 3 tahapan

semiotika Television Codes oleh John Fiske dan disajikan secara urut sesuai

kategorisasi bagaimana suatu film, dapat disebut menggunakan pandangan

perempuan atau female gaze berdasarkan teori Le Regard Feminin: Une

Revolution a l’Ecran oleh Iris Brey.


1. Karakter Utama Mengidentifikasikan Diri Sebagai Perempuan.

Dalam adegan ini, terlihat Marianne yang sedang terbangun di tengah malam karena

merasa sakit di bagian perut yang mengindikasikan dia akan mengalami menstruasi.

Analisis pada level realitas menunjukkan penampilan Marianne hanya mengenakan

gaun tidur dan tidak mengenakan penutup di area vagina ketika tidur menunjukkan

bagaimana Marianne sebagai tokoh perempuan merasa nyaman dengan tubuhnya

sendiri di ruang pribadi. Perilaku Marianne yang merupakan reaksi normal

perempuan sebelum mengalami menstruasi merupakan sebuah bentuk representasi

perempuan melalui female gaze atau tatapan perempuan sendiri sebab menstruasi

adalah karakteristik biologis dari seorang perempuan. Kemudian pada level

representasi, realitas tersebut ditampilkan melalui teknik pengambilan gambar

medium shot yang menunjukkan mata kamera tidak berfokus pada area vagina

Marianne yang terekspos, melainkan bertujuan untuk menyajikan bagaimana

realitanya ketika seorang perempuan, terutama reaksi tubuhnya ketika sedang

mengalami menstruasi. Pada level ideologi, adegan ini menunjukkan ideologi

feminisme.
2. Cerita Diceritakan Melalui Sudut Pandang Perempuan.

Dalam adegan kedua yang dianalisis, Héloïse meminta Marianne menggambarkan

dirinya sendiri di halaman buku milik Héloïse. Berdasarkan pendekatan semiotika

Fiske, pada level realitas dalam adegan ini, seksualitas perempuan terdapat pada

segi penampilan dimana penonton dapat melihat bagian-bagian tubuh intim tokoh

perempuan ditutupi oleh objek-objek di sekitar yang ditempatkan untuk menutupi

bagian-bagian tubuh tersebut sehingga tidak menampilkan visual eksplisit yang

disinyalir dapat membangkitkan fantasi seksual penonton laki-laki.Kemudian, dari

analisis pada level representasi, terlihat cara pengambilan gambar menggunakan

teknik medium long shot dan sudut pengambilan gambar eye level di mana

pengambilan gambar dengan teknik ini digunakan untuk menunjukkan sudut

pandang Marianne terhadap Héloïse. Penonton seperti ditunjukkan bagaimana

gambaran Héloïse di mata Marianne sehingga dapat mengidentifikasikan diri

sebagai perempuan yang sedang melihat ke arah subjek ketertarikan seksualnya

yang dalam hal ini juga seorang perempuan. Setelah analisis pada level realita dan

representasi, maka dilakukanlah analisis pada level ideologi yang menunjukkan

adanya ideologi feminisme di dalam adegan ini. Secara umum, pandangan

perempuan menurut Brey tidak menghapus adanya kenikmatan visual yang melekat

pada media sinematografi bagi penontonnya, tetapi menolak kesenangan voyeuristik


untuk berbagi keintiman (Brey, 2019, hal. 161).

Dalam adegan ini, Sophie, pelayan di rumah Héloïse yang baru saja melakukan

aborsi terhadap kandungannya diminta berpose oleh Héloïse untuk melakukan reka

ulang peristiwa aborsi Sophie agar dapat dilukis oleh Marianne. Analisis pada level

realitas tergambar dari adegan Marianne, atas permintaan Héloïse, melukis

momentum ketika Sophie menggugurkan kandungannya. Perilaku tersebut

merupakan contoh dari solidaritas sesama perempuan dengan berpartisipasi di

pengalaman biologis perempuan. Kemudian, analisis tersebut diperkuat dengan

analisis pada level representasi yang menunjukkan teknik kamera long shot yang

menyorot Héloïse dan Sophie secara keseluruhan dengan latar serta pencahayaan,

mengindikasikan bahwa adegan tersebut diambil dari sudut pandang Marianne

dengan penggunaan sudut pandang eye-level sehingga penonton dapat menyaksikan

momen tersebut dari sudut pandang karakter perempuan.Terakhir, analisis pada

level ideologi menunjukkan adanya ideologi feminisme dalam adegan ini.

Feminisme terdapat dari perilaku Héloïse dan Marianne yang mendukung pilihan

Sophie untuk menggugurkan kehamilan yang tidak diinginkannya dengan

menemani Sophie dan melukiskan reka adegannya.


3. Cerita yang Dikisahkan Menentang Tatanan Patriarki.

Dalam adegan ini, Marianne yang baru saja menyelesaikan lukisan Héloïse

kemudian mencium Héloïse sebagai respon atas senyuman menggoda selama

Marianne melukisnya.

Melalui analisis pada level realitas, terdapat aspek penampilan, perilaku, dan gestur

yang menunjukkan bagaimana female gaze atau tatapan perempuan terdapat dalam

film ini dengan melawan tatanan patriarki. Tanda ini terlihat melalui penampilan

Marianne dan Héloïse yang menyerupai satu sama lain mulai dari gaya rambut dan

model pakaian. Pakaian yang dikenakan memiliki desain yang serupa namun

dengan warna yang kontras satu sama lain mengindikasikan bahwa perempuan

memiliki posisi yang setara dan mencerminkan satu sama lain. Kemudian berlanjut

ke analisis pada level representasi yang menunjukkan bahwa seluruh aspek realitas

tersebut ditampilkan melalui teknik medium shot yang menyorot kepala sampai

pinggang Marianne dan Héloïse, sudut pengambilan gambar eye level dan posisi

tubuh yang simetris antara kedua tokoh. Terakhir, analisis pada level ideologi

menunjukkan bahwa adegan ini merepresentasikan pandangan feminisme. Dalam

adegan ini, keduanya menunjukkan perilaku dan gestur yang secara aktif dan sadar

menyerahkan diri kepada satu sama lain, perilaku tersebut melawan tatanan

patriarki mengenai seksualitas perempuan yang menganggap perempuan


menyerahkan diri secara pasif kepada laki-laki.

Dalam adegan terakhir yang dianalisis, terlihat Marianne dan Héloïse sedang

melanjutkan berhubungan seksual dari adegan sebelumnya dengan Héloïse sambil

mengoleskan tanaman ganja ke ketiak Marianne agar meningkatkan gairah.

Analisis di level realitas meliputi perilaku dan gestur dimana Héloïse mengoleskan

tanaman ganja ke dalam ketiak Marianne dengan jari-jarinya. Pada level ini, female

gaze menunjukkan seksualitas perempuan dengan kegiatan yang menentang tatanan

patriarki sebab perilaku dan gestur tersebut menyerupai salah satu aktivitas seksual

pasangan lesbian dimana penetrasi terhadap vagina perempuan dilakukan dengan

jari-jari. Inisiasi seksual yang dilakukan pun menentang pemahaman patriarki yang

menempatkan posisi perempuan sebagai pihak penerima penetrasi.Kemudian, pada

level selanjutnya yaitu level representasi dimana analisis dilakukan terhadap teknik

kamera yang digunakan dalam adegan ini. Teknik kamera yang digunakan adalah

extreme close up shot dengan sudut pandang pengambilan eye-level. Teknik

extreme close up mengambil gambar secara terpusat pada hanya satu bagian tertentu

secara lebih detail dengan bidikan sudut kamera jarak dekat dan dapat dikatakan

sangat dekat. Analisis terakhir pada level ideologi, berdasarkan kedua analisis di

level realitas dan representasi, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa ideologi
yang terdapat adalah feminisme. Dengan adegan yang menggunakan visual yang

erotis, tetapi tanpa melakukan dehumanisasi dan objektifikasi terhadap tokoh

perempuan.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis, Female gaze dalam film ini digunakan untuk

merepresentasikan seksualitas perempuan kepada penonton melalui berbagai

penggambaran tokoh Marianne sebagai tokoh utama yang mengidentifikasikan diri

sebagai perempuan dalam adegan di mana Marianne mengalami menstruasi sebagai

pengalaman biologis perempuan tanpa adanya alienasi. Marianne sebagai tokoh

utama yang mengidentifikasikan diri sebagai seorang perempuan pun menceritakan

narasi film ini melalui sudut pandangnya yang terlihat dari pengaplikasian mata

kamera. Tubuh perempuan serta kebebasan seksual perempuan terlihat dari sudut

pandang Marianne. Di dalam cerita pun Marianne melawan tatanan patriarki yang

berlaku dengan menjalin hubungan seksual dengan perempuan tanpa adanya

ketimpangan relasi kuasa patriarkis yang sering ditemui dalam hubungan antara

laki-laki dan perempuan.

Maka, dapat disimpulkan bahwa female gaze dalam film Portrait de La Jeune Fille

en Feu merepresentasikan bagaimana seksualitas perempuan tanpa adanya

objektifikasi bagian tubuh, alienasi maupun eksploitasi seperti yang dilakukan oleh

sutradara laki-laki menggunakan tatapan laki-laki atau male gaze menurut Laura

Mulvey yang bersifat patriarkis dan sama sekali tidak merepresentasikan

pengalaman perempuan dengan benar.


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian mengenai penggunaan female gaze dalam suatu karya

maupun representasi seksualitas perempuan di media. Masih banyak juga topik

yang dapat dikaji pada film Portrait de La Jeune Fille en Feu, seperti misalnya

dinamika hubungan queer Marianne dan Héloïse. Peneliti selanjutnya juga dapat

melakukan kajian terhadap representasi feminisme yang terdapat di dalam film ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Elvinaro. (2007). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung:


Simbiosa Rekatama Media.

Bolton, Lucy. (2011). Film and Female Consciousness: Irigaray, Cinema and
Thinking Women. London: Palgrave Macmillan.

Brey, Iris. (2020). Le regard féminin - Une révolution à l'écran. Paris: Éditions de
l'Olivier.

Cipriani, Casey. (2016). “Transparent” Creator Jill Soloway Talks The Female
Gaze At TIFF. Women And Hollywood. Diakses dari
https://womenandhollywood.com/transparent-creator-jill-soloway-talks-the-female-
gaze-at-tiff-133b610e99b1/ pada 30 Agustus 2021.

De Beauvoir, Simone. (1949). The Second Sex. Middlesex: Penguin Books.

Deddy, Mulyana. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Demartoto, Argyo. (2010). Konsep Maskulinitas dari Jaman ke Jaman dan


Citranya dalam Media. Diakses dari
http://argyo.staff.uns.ac.id/2010/08/10/konsepmaskulinitas-dari-jaman-kejaman-
dan-citranya-dalam-media/.

Fiske, John. (2011). Television Culture. London: Routledge.

Forster, Stefani. (2018). Yes, There’s Such a Thing as a ‘Female Gaze.’ But it’s Not
What You Think. Diakses dari https://medium.com/truly-social/yes-theres-such-a-
thing-as-a-female-gaze-but-it-s-not-what-you-think-
d27be6fc2fed#:~:text=She%20argued%20that%20the%20female,what%20women
%20see%20and%20experience. pada 30 Agustus 2021.

Foucault, Michael. (1982). The Subject and Power. Chicago: The University of
Chicago Press.

Gamman, Lorraine dan Marshment, Margaret. (2017). Tatapan Perempuan:


Perempuan Sebagai Penonton Budaya Populer. Diterjemahkan oleh Bethari Anissa
Ismayasari. Yogyakarta: Penerbit Jalasutra. (Versi asli diterbitkan tahun 1988).

Gauntlett, David. (2002). Media, Gender and Identity: An Introduction. London:


Routledge.

Hall, Stuart. (1977). Representation: Cultural Representations And Signifying


Practices. London: SAGE.
Jaggar, Alison M. (1944). Living with Contradictions: Controversies in Feminist
Social Ethics. Oxford: Routledge.

Kellner, Douglas dan Hammer. (2009). Media/Cultural Studies: Critical


Approaches. New York: Peter Lang Publishing.

Langit, Alessandra. (2021). Mengenal Female Gaze, Cara Lensa Perempuan


Memandang Dunia Dalam Film. Diakses dari
https://www.parapuan.co/read/532851033/mengenal-female-gaze-cara-lensa-
perempuan-memandang-dunia-dalam-film pada 30 Agustus 2021.

Mikula, Maja. (2008). Key Concepts in Cultural Studies. New York: Palgrave
Macmillan.

Mubarok, Ilham, dan Hedi Pudjo Santoso. (2017). Male Gaze dalam Film the
Handmaiden. Diakses dari https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/interaksi-
online/article/view/19031

Mulvey, Laura. (1975). Visual Pleasure and Narrative Cinema. Oxford: Oxford
Journal.

Mulyana, Deddy, dan Solatun. (2008). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya Offset.

Nazir, Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lembaga Kajian


Islam dan Sosial (LKIS).

Prasetya, Arif Budi. (2019). Analisis Semiotika Film Dan Komunikasi. Malang:
Intrans Publishing.

Smelik, Anneke. (2016). The Wiley Blackwell Encyclopedia of Gender and


Sexuality Studies. Nijmegen: Radboud University Nijmegen.

Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Soloway, Jill. (2016). The Female Gaze. Diakses dari


https://www.toppleproductions.com/the-female-gaze pada 1 September 2021.

Wardatun, Atun. (2006). Pornografi dan Kekerasan Terhadap Perempuan (Kajian


Kritis Pandangan Feminisme Radikal). Diakses dari
https://ulumuna.or.id/index.php/ujis/article/download/123/111 pada 1 September
2021.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2006). Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis


Bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo.

Anda mungkin juga menyukai