Dari mimbar khutbah ini, terlebih dahulu saya berwasiat kepada diri saya pribadi
dan hadirin sekalian, marilah kita meneguhkan hati untuk senantiasa meningkatkan
ketaqwaan kepada Alloh SWT yaitu melaksanakan perintah-perintahNya dan
menjauhi larangan-laranganNya.
Tidak ada satupun manusia yang selama hidupnya selalu menemui apa yang
diingini, selalu mendapatkan semua yang diharapkan dan segala cita-citanya
menjadi nyata. Dalam setiap hidup manusia pasti ada suka dan duka. Sedih dan
bahagia datang silih berganti. Maka sabar dan syukur adalah dua sikap yang harus
dimiliki setiap diri agar bisa menjalani hidup dengan baik demi meraih ridho Allah
SWT.
Kesehatan, keselamatan, harta, pangkat dan segala kenikmatan dunia adalah hal-
hal yang pasti kita inginkan. Namun, justru keadaan-keadaan inilah yang lebih
membutuhkan sikap sabar. Kita harus bisa menahan diri agar tidak terjerumus
dalam kenikmatan-kenikmatan fatamorgana dunia yang akan menghantarkan kita
pada kehancuran. Alloh berfirman dalam Al Quran surat al Munafiqun ayat 9 :
ٓ ٰ
ِ ٰيََٓأيُّ َها ٱلَّ ِذينَ آ َمنُو ْا اَل ت ُۡل ِه ُكمۡ َأمۡ ٰ َولُ ُكۡ'م َوٓاَل َأ ۡو ٰلَ ُد ُكمۡ عَن ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ۚ ِ َو َمن يَ ۡف َعلۡ َذلِ َك فَُأ ْو ٰلَِئ َك ُه ُم ۡٱل ٰ َخ
(9( َسرُون
Selanjutnya, sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan dan watak manusia yaitu
menjalani taat dan menjauhi maksiat. Setiap hamba harus terus bersabar dalam
ketaatan melaksanakan perintah Alloh dan menjauhi larangannya.
Jadi pada hakikatnya, nikmat dan musibah, semua itu adalah ujian. Karena itulah,
apapun dan bagaimanapun yang terjadi di hari-hari kehidupan dunia yang fana ini,
jangan sampai kita lupa kepada Tuhan kita, Tuhan semesta alam, Alloh SWT.
Dengan senantiasa mengingatNya, hati kita akan menjadi tenang dan tentram. Agar
kita selalu mendapatkan petunjuk dan bimbinganNya untuk meraih kehidupan
yang baik di dunia dan di akhirat yakni surgaNya, kehidupan yang dirahmati dan
abadi.