a. Secara horizontal wilayah (ruang) udara dari suatu negara adalah merentang di
atas wilayah daratan (Land Areas) dan di atas wilayah perairan (Water Territory)
b. Batas wilayah (land areas) dari suatu negara biasanya ada tanda batas (border)
yang jelas, yang merupakan batas antara negara-negara yang bertetangge
c. wilayah perairann (water territory) dari suatu negara : apabila antar negara b
erdekatan, maka negara bersangkutan membat perjanjian untuk menetapkan lebar w
ilayah perairan
d. bila suatu negara wilayan perairan/lautnya merentang menyambung ke suatu lautan
bebas, maka lebar perairan ditentukan oleh negara yang bersangkutan tetapi tidak
boleh bertentangan ketentuan hukum internasional.
e. ketentuan tentang batas wilayah perairan mengalami perkembangan:
1) Awalnya tidak ada ketentuan internasional sehingga setiap warga negara merasa
berhak menentukan lebar wilayah perairan, sesuai dengan kemauan negara-negara
yang bersangkutan.
2) Tahun 1702 Cormelis Vaan Bjinkerhoek (dalam bukunya de Dominio maris)
mengajukan suatu teori, bahwa batas wilayah perairan adalah selebar (tiga) mil laut
(ditentukan berdasarkan jarak tembak terjauh dan suatu meriam)
3) Tahun 1930 dibuat ‘The Hague Codification’, untuk menginvertarisir negara-
negara di dunia dalam menetapkan lebar wilayah perairan
4) Tahun 1982 diselenggarakan lagi konverensi hukum laut Internasional III,
berhasil merumuskan konvesi yang disebut : United Nation Convention On Law Of
The Sea (UNCLOS III), signed Dec 10, 1982 at Montego Bay, Jamaica.
a) UNCLOS III 1982 menghasilkan suatu consensus dan menetapkan lebar
laut territorial sebagai berikut:
-Wilayah negara pantai, termasuk dalam (Internal water) dan laut territorial
(Art.2)
-Setiap negara berhak menetapkan wilayah laut teritorialnya, tidak
melebihi 12 mil laut dihitung dan garis dasar (Baselines Art.3)
b) UNCLOS III 1982 baru efektif berlaku mulai tanggal 16 oktober 1994,
setelah terpenuhinya persyaratan sebanyak 60 negara yang meratifisir
konverensi tersebut.
c) berdasarkan UNCLOS III 1982 terutama pasal 2 dan 3 dapat dijadikan
dasar untuk menetapkan lebar wilayah udara secara horizontal
2. Wilayah Udara Secara Vertikal
a. Luas wilayah ruang udara secara vertikal sampai saat ini belum ada konvensi
maupun ketentuan internasional yang dapat dipakai sebagai acuan atau pedoman.
b. Pendapat yang menghendaki ketinggian ruang udara tidak terbatas (unlimited)
bertentangan dengan pasal II space traty 1987bdimana suatu negara tidak boleh
mengklaim kepemilikan dan kedaulatan atas ruang angkasa (outer space).
c. Atas dasar hal-hal diatas tetap diperlukan suatu batas (delimitation) ruang udara
dimana suatu negara bisa melaksanakan kedaulatannya.
1) Teori Gravitasi
Teori yang mengajukan usulan bahwa wilayah udara suatu negara sampai
ketinggian tertentu dimana sudah tidak ada gaya tarik bumi.
2) Teori Konvensi Chicago 1944
Teori ini mendasarkan ketinggian maksimum yang dapat dicapai oleh pesawat
udara biasa. Teori konvensi Chicago 1944 yang hanya mendasarkan diri atas
ketinggian pesawat udara biasa (sipil), masih kurang atau tidak memberikan
perlindungan.
3) Von Karman Theory
Yaitu berdasarkan suatu titik dimana peralatan penerbangan sudah tidak
mendapatkan daya angkat aerodinamis.
4) Usulan Rusia
Pihak Rusia pernah mengusulkan batas ruang udara sampai ketinggian
100KM dari permukaan bumi. Teori ini berdasarkan bahwa orbit terendah dari
suatu satelit adalah sekitar 100KM dari permukaan bumi.
5) Teori kekuatan/kekuasaan (Cooper Theory)
Chooper mengatakan bahwa wilayah ruang udara suatu negara adalah
sebatas ketinggian dimana suatu negara masih mampu secara efektif
menguasai dan melaksanakan kedaulatan ruang udara diatas wilayah
teritorialnya.
d. Dan uraian diatas maka wilayah ruang udara, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1) Lebar wilayah ruang udara secara horizontal ditentukan oleh batas teritorialnya
suatu negara, yaitu batas daratan dengan tapal batas (border) tertentu. Untuk lebar
laut/perairan bagi negara lautan merentang ke laut lepas =, maka batasnya
sepanjang 12 mil laut.
2) Luas ketinggian ruang wilayah udara (air space) yang menjadi bagian dan
kedaulatan suatu negara adalah proyeksi vertikal (tegak lurus) keatas dari wilayah
teritorialnya, sampai ketinggian tertentu.