PEDOMAN
MEDICATION SAFETY
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, tuhan yang maha kuasa
karena berkat rahmat dan segala karunia kami dapat menyelesaikan penyusunan
“pedoman medication safety” dengan lancar dan tanpa hambatan yang berarti.
Pedoman medication safety rumah sakit gigi dan mulut prima ini disusun dalam
rangka akreditasi rumah sakit gigi dan mulut prima. Melalui pedoman ini diharapkan
semua tenaga profesional pemberi asuhan serta tenaga terkait lainya dapat memahami
berbagai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di rumah sakit gigi dan mulut
prima.
Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga
keinginan untuk dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai,
seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan
yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan refrensi yang ada pada kami. Oleh karena
itu permohonan maaf perlu kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini masih
banyak kekurangan di sana-sini dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian
mudah-mudahan pedoman medication safety ini masih dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang terkait.
Tim penyusun :
i
-
DAFTAR ISI
ii
-
TENTANG
PEDOMAN MEDICATION SAFETY INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRIMA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di rumah sakit gigi dan mulut prima medan,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan farmasi di rumah sakit gigi dan
mulut prima dapat dilaksanakan dengan baik, perlu
adanya pedoman medication safety instalasi farmasi
rumah sakit gigi dan mulut prima sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit gigi
dan mulut prima.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksut
dalam a dan b, perlu ditetapkan pedoman
pengorganisasian instalasi farmasi rumah sakit gigi dan
mulut prima medan.
Mengingat : 1. Direktur Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Prima;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di
Rumah Sakit;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan
Alat Kesehatan
iii
-
Menetapkan
Menetapkan :
Kesatu : Memutuskan keputusan direktur tentang kebijakan pedoman
medication safety di rumah sakit gigi dan mulut prima medan.
Kedua : Kebijakan tentang pedoman medication safety di rumah sakit gigi
dan mulut prima medan sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini;
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan tentang pedoman medication safety
dilaksanakan oleh instalasi farmasi rumah sakit gigi dan mulut
prima
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliuran dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Medan
Pada tanggal :00-00-2022
DIREKTUR
RSGM PRIMA MEDAN
(Dr.Drg.Florenly, MHSM,MPH)
iv
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat yang
aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah salah satu faktor
penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian. Penelitian mengenai kejadian
medication error telah banyak dilakukan dan terbukti bahwa medication error dapat terjadi
di berbagai tahap dalam proses penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh
farmasi, pemberian kepada pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka
kejadian prescribing error bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing error yang
berbahaya bagi pasien berkisar antara 0,4% - 19,6%. Angka kejadian dispensing error juga
bervariasi yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
(administration error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan terjadinya
kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan yang paling
banyak terjadi adalah wrong time, ommission dan wrong dose, dan 7% dari kesalahan
tersebut potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari obat pada
pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk mengurangi risiko dan
kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan agar setiap profesi dapat
melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga mengurangi risiko terjadinya
medication error.
B. Pedoman Akreditasi
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat
dan KNC (near miss). Proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat dan KNC,
menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan mengedukasi staf tentang proses
dan pentingnya pelaporan. Definisi dan proses dikembangkan melalui proses kerjasama
yang mengikutsertakan semua yang terlibat di berbagai langkah dalam manajemen obat.
Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu dan program keselamatan pasien rumah
sakit. Laporan-laporan diarahkan kepada seorang petugas atau lebih yang akuntabel untuk
mengambil tindakan. Program ini memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui
pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi KNC.
1
-
Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk mencegah
kesalahan di kemudian hari.
Unit farmasi mengambil bagian dalam pelatihan staf yang demikian. Elemen penilaiannya
adalah :
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
3. Mereka yang bertanggung jawab mengambil tindakan untuk pelaporan di identifikasi
Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan KNC untuk
memperbaiki proses penggunaan obat.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap tahap manajemen
dan penggunaan obat.
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error.
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error.
2
-
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Definisi
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen.
3
-
4
-
Secara umum, error terdiri dari prescribing error, dispensing error dan
administration error. Tipe-tipe medication error dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tipe Medication Error secara umum (ASHP, NCCMERP)
Tipe Keterangan
Prescribing error Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi,
(kesalahan peresepan) kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat
yang sedang berlangsung dan faktor lainnya), dosis,
bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian atau instruksi untuk penggunaan
obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat
kepada pasien.
Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya.
Wrong time error Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu
yang telah ditentukan.
Unauthorized drug error Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter.
Wrong patient Memberikan obat kepada pasien yang salah.
Improper dose error Memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil dari
pada dosis yang diinstruksikan oleh dokter atau
memberikan dosis duplikasi.
Wrong dosage form error Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh
dokter.
Wrong drug pereparation Mempersiapkan obat dengan cara yang salah sebelum
error diberi kepada pasien.
Wrong administrasi Prosedur atau teknik yang tidak layak atau tidak
ontechnique error benar saat memberikan obat.
Deteriorated drug error Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau yang telah
mengalami penurunan integritas fisik atau kimia.
Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi
problem dari regimen yang diresepkan atau kegagalan
5
-
6
-
8. Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis
diprediksi untuk mencapai kadar serum secara signifikan di bawah rentang
terapeutik yang diinginkan.
9. Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum steady state yang
Secara seknifikan di ruang rentang terapeutik.
10. Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction secara klinis
signifikan.
11. Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1 obat yang
Diperlukan.
12. Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien.
14. Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam pelarut yang
inkopatibel dengan obat yang di resepkan.
15. Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer, dalam konsentrasi
lebih besar dari yang direkomendasikan untuk pemberian perifer.
II. kesalahan dalam penulisan peresepan
1. Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting.
2. Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan
3. Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca.
4. Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang tidak
terstandarisasikan.
5. Menulis instruksi obat yang ambigu.
6. Meresepkan suatu tabel dimana tersedia lebih dari satu kekuataan obat tersebut.
7. Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikkan dengan
lebih dari satu rute.
8 . Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten, tanpa
menspesifikasikan durasi penginfusan.
9. Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
10. Kesalahan transkripsi.
11. Saat datang kerumah sakit, secara tidak sengaja meresepkan obat yang digunakan
pasien ke rumah sakit.
12. Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika menulis obat
pasien saat ke rumah sakit.
13. Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar obat
7
-
pasien.
14. Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan.
15. Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa di sengaja berbeda dengan obat
yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap.
2. Dispensing Error
Dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode distribusi obat floor
stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin otomatis, metode distribusi injeksi
yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai konsekuensi masing-masing dari sisi jenis
kesalahan dispensing yang dapat terjadi. Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat
meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan
3. Administration Error
Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada pasien yang
dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap pemberian obat dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenis Administration Error
8
-
Tipe Deskripsi
Ommission error Gagal memberikan dosis obat kepada pasien sampai
jadwal berikutnya.
Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah.
Wrong time error Pemberian obat diluar dari interval waktu yang telah
di tentukan.
Anauthorized error Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi
dari dokter.
Improper dose error Memberikan obat kepada pasien dengan dosis lebih
besar atau kecil daripada yang di instruksikan dokter
penulis resep, bisa karna salah kekuatan/ konsentrasi
obat atau aturan pakai yang salah.
Wrong dosage form error Pemberian obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
tidak sesuai dengan instruksi penulis resep.
Wrong drug preparation error Penyiapan obat dengan cara yang salah sebelum obat
diberikan.
Wrong administration technique Prosedur yang tidak layak atau teknik yang tidak
errorg benar dalam memberikan obat ke pasien termasuk:
- salah kecepatan infus
- salah kecepatan injeksi
- salah metode pemberian obat NGT, dll
- salah rute
Deteriorated drug error Memberikkan obat yang kadaluarsa atau secara kimia
fisika integritasnya telah berkurang.
4. Compliance Error
Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan ketaatan pasien.
5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.
9
-
BAB III
TATA LAKSANA
1.2 Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety
1.2.1. Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error
1.2.2. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
1.2.3. Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang
sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
1.3 Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan yang
aman
1.3.1. Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety
dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada
10
-
11
-
kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara alfabetis,
tetapi tempatkan secara terpisah:
12
-
yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah
mendapat konfirmasi.
e. Dispensing
- Penyiapan yang aman, Menjamin proses peracikan yang aman, Menyediakan
lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman, Menyediakan informasi obat
mengenai cara penyiapan yang aman, Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan
yang aman, Peracikan obat dilakukan dengan tepat yang sesuai dengan SOP.
- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada saat
pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat
yang benar dengan menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan
pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.Pemeriksaan meliputi kelengkapan
permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap
obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas agar dapat
memberikan informasi obat kepada petugas bangsal
f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting
tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan
pada pasien adalah :
- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain
dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse DrugR eaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana
cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang sudah
rusak atau kadaluarsa.
- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan untuk
menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.
g. Penggunaan Obat
13
-
Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian
14
-
15
-
16
-
17
-
BAB IV
DOKUMENTASI
18
BAB V
PENUTUPAN
19