Anda di halaman 1dari 24

-

PEDOMAN
MEDICATION SAFETY

TAHUN 2022

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRIMA


Jl. Pabrik Tenun No.103, Sei Putih Tengah, 20118
Telp : (061) ....... , E-mail : .........
-

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, tuhan yang maha kuasa
karena berkat rahmat dan segala karunia kami dapat menyelesaikan penyusunan
“pedoman medication safety” dengan lancar dan tanpa hambatan yang berarti.
Pedoman medication safety rumah sakit gigi dan mulut prima ini disusun dalam
rangka akreditasi rumah sakit gigi dan mulut prima. Melalui pedoman ini diharapkan
semua tenaga profesional pemberi asuhan serta tenaga terkait lainya dapat memahami
berbagai hal yang berkaitan dengan pelayanan farmasi di rumah sakit gigi dan mulut
prima.
Ucapan terimakasih dan penghargaan selayaknya disampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penerbitan pedoman ini. Semoga
keinginan untuk dapat lebih meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dapat tercapai,
seiring dengan pemberdayaan para pelaksananya.
Pedoman ini tentu saja masih belum dapat memuat semua prosedur pelayanan
yang dibutuhkan karena keterbatasan ilmu dan refrensi yang ada pada kami. Oleh karena
itu permohonan maaf perlu kami haturkan apabila dalam penyusunan pedoman ini masih
banyak kekurangan di sana-sini dan masih jauh dari kesempurnaan. Meskipun demikian
mudah-mudahan pedoman medication safety ini masih dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang terkait.

Tim penyusun :

i
-

DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................................


Kata Pengantar .................................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
SK Direktur Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Prima Medan Tentang Medication safety iii
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Prima Medan .....................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Pedoman Akreditasi ….............................................................................................. 1
C. Tujuan 2
BAB II Ruang Lingkup ……............................................................................................ 3
A. Defenisi ……………………………………………………………………............ 3
Pakai Medication Eror ...........................................................................................
B. Kategori 3
C. Jenis-jenis medication eror 4
BAB III TATA LAKSANA …………………................................................................ 10
A. IKP medication eroe …………………....................................................................... 10
B. Prinsip Medication safety …………………….......................................................... 10
BAB IV Dokumentasi ………………………. ............................................................... 18
A. kebijakan rumah sakit tentang medication safety...................................................... 18
B. SPO pelaporan medication eror.................................................................................. 18
BAB V PENUTUPAN ………… ................................................................................... 19

ii
-

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRIMA


NOMOR : / /2022

TENTANG
PEDOMAN MEDICATION SAFETY INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRIMA
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
kefarmasian di rumah sakit gigi dan mulut prima medan,
maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian
yang bermutu tinggi;
b. Bahwa agar pelayanan farmasi di rumah sakit gigi dan
mulut prima dapat dilaksanakan dengan baik, perlu
adanya pedoman medication safety instalasi farmasi
rumah sakit gigi dan mulut prima sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit gigi
dan mulut prima.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksut
dalam a dan b, perlu ditetapkan pedoman
pengorganisasian instalasi farmasi rumah sakit gigi dan
mulut prima medan.
Mengingat : 1. Direktur Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Prima;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51
Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Farmasi Di
Rumah Sakit;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 1998 Tentang Pengamanan Sediaan Farmasi Dan
Alat Kesehatan

iii
-

Menetapkan
Menetapkan :
Kesatu : Memutuskan keputusan direktur tentang kebijakan pedoman
medication safety di rumah sakit gigi dan mulut prima medan.
Kedua : Kebijakan tentang pedoman medication safety di rumah sakit gigi
dan mulut prima medan sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini;
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan tentang pedoman medication safety
dilaksanakan oleh instalasi farmasi rumah sakit gigi dan mulut
prima
Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliuran dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Medan
Pada tanggal :00-00-2022

DIREKTUR
RSGM PRIMA MEDAN

(Dr.Drg.Florenly, MHSM,MPH)

iv
-

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep manajemen pelayanan farmasi saat ini bergerak ke arah manajemen obat yang
aman (medication safety). Hal ini diakibatkan penggunaan obat adalah salah satu faktor
penting dalam terapi tetapi malah menimbulkan kematian. Penelitian mengenai kejadian
medication error telah banyak dilakukan dan terbukti bahwa medication error dapat terjadi
di berbagai tahap dalam proses penggunaan obat mulai dari peresepan, dispensing oleh
farmasi, pemberian kepada pasien dan penggunaan obat oleh pasien itu sendiri. Angka
kejadian prescribing error bervariasi dari 1,5% sampai 15%. Potensi prescribing error yang
berbahaya bagi pasien berkisar antara 0,4% - 19,6%. Angka kejadian dispensing error juga
bervariasi yaitu 2,1% - 15,2%. Kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien oleh perawat
(administration error) yang diteliti di 36 fasilitas kesehatan di AS menemukan terjadinya
kesalahan sebesar 19% dalam penyiapan dan pemberian obat. Kesalahan yang paling
banyak terjadi adalah wrong time, ommission dan wrong dose, dan 7% dari kesalahan
tersebut potensial bermakna secara klinis.
Proses pelayanan obat mulai dari tahap seleksi sampai pemantauan efek dari obat pada
pasien yang menggunakannya harus dilakukan sesuai standar untuk mengurangi risiko dan
kejadian medication error. Untuk itu, perlu dibuat panduan agar setiap profesi dapat
melaksanakan tugasnya sesuai kompetensinya sehingga mengurangi risiko terjadinya
medication error.

B. Pedoman Akreditasi
Rumah sakit mempunyai proses untuk mengidentifikasi dan melaporkan kesalahan obat
dan KNC (near miss). Proses termasuk mendefinisikan suatu kesalahan obat dan KNC,
menggunakan format pelaporan yang distandarisasi dan mengedukasi staf tentang proses
dan pentingnya pelaporan. Definisi dan proses dikembangkan melalui proses kerjasama
yang mengikutsertakan semua yang terlibat di berbagai langkah dalam manajemen obat.
Proses pelaporan adalah bagian dari program mutu dan program keselamatan pasien rumah
sakit. Laporan-laporan diarahkan kepada seorang petugas atau lebih yang akuntabel untuk
mengambil tindakan. Program ini memusatkan pada pencegahan kesalahan obat melalui
pemahaman jenis kesalahan yang terjadi di rumah sakit dan mengapa terjadi KNC.

1
-

Perbaikan dalam proses pengobatan dan pelatihan staf digunakan untuk mencegah
kesalahan di kemudian hari.
Unit farmasi mengambil bagian dalam pelatihan staf yang demikian. Elemen penilaiannya
adalah :
1. Kesalahan obat dan KNC ditetapkan melalui proses kerjasama
2. Kesalahan obat dan KNC dilaporkan tepat waktu menggunakan prosedur baku
3. Mereka yang bertanggung jawab mengambil tindakan untuk pelaporan di identifikasi
Rumah sakit menggunakan informasi pelaporan kesalahan obat dan KNC untuk
memperbaiki proses penggunaan obat.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan medication safety dalam setiap tahap pelayanan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Adanya panduan untuk menjamin keselamatan pasien dalam setiap tahap manajemen
dan penggunaan obat.
b. Adanya panduan untuk melaporkan medication error.
c. Adanya panduan untuk mengurangi risiko terjadinya medication error.

2
-

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Definisi
Medication error didefinisikan sebagai setiap kejadian yang dapat menyebabkan
penggunaan obat tidak layak atau membahayakan pasien ketika obat berada dalam kontrol
petugas kesehatan, pasien atau konsumen.

B. Kategori Medication Error


Akibat dari medication error dapat dikelompokkan menjadi sembilan kategori
berdasarkan dampak klinisnya. Kategori tersebut dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Kategori Dampak Medication Error
Kategori Keterangan
Kategori A Kondisi lingkungan atau kejadian yang berkapasitas menyebabkan
Kesalahan.
Kategori B Terjadi suatu kesalahan tetapi tidak mencapai pasien.
Kategori C Terjadi suatu kesalahan yang mencapai pasien tetapi tidak
menyebabkan bahaya pada pasien.
Kategori D Terjadi kesalahan yang mencapai pasien dan membutuhkan
pengawasan untuk mengkonfirmasi apakah kesalahan tersebut berakibat
tidak berbahaya pada pasien dan apakah memerlukan intervensi untuk
menghilangkan bahaya.
Kategori E Terjadi kesalahan yang dapat berkontribusi atau mengakibatkan
bahaya sementara pada pasien dan membutuhkan intervensi.

Kategori F Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau Mengakibatkan


bahaya pada pasien dan menyebabkan paasien dirawat inap atau
memperpanjang rawat inap.
Kategori G Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan bahaya permanen pada pasien.
Kategori H Terjadi suatu kesalahan yang membutuhkan intervensi untuk
mempertahankan hidup pasien.
Kategori I Terjadi suatu kesalahan yang dapat berkontribusi atau
mengakibatkan kematian pasien.

3
-

4
-

C. Jenis-jenis Medication Error

Secara umum, error terdiri dari prescribing error, dispensing error dan
administration error. Tipe-tipe medication error dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Tipe Medication Error secara umum (ASHP, NCCMERP)
Tipe Keterangan
Prescribing error Kesalahan pemilihan obat (berdasarkan indikasi,
(kesalahan peresepan) kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat
yang sedang berlangsung dan faktor lainnya), dosis,
bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi,
kecepatan pemberian atau instruksi untuk penggunaan
obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pemberian obat
kepada pasien.
Omission error Kegagalan memberikan dosis obat kepada pasien sampai
pada jadwal berikutnya.
Wrong time error Memberikan obat di luar waktu dari interval waktu
yang telah ditentukan.
Unauthorized drug error Memberikan obat yang tidak diinstruksikan oleh dokter.
Wrong patient Memberikan obat kepada pasien yang salah.
Improper dose error Memberikan dosis obat lebih besar atau lebih kecil dari
pada dosis yang diinstruksikan oleh dokter atau
memberikan dosis duplikasi.
Wrong dosage form error Memberikan obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
obat yang berbeda dengan yang diinstruksikan oleh
dokter.
Wrong drug pereparation Mempersiapkan obat dengan cara yang salah sebelum
error diberi kepada pasien.
Wrong administrasi Prosedur atau teknik yang tidak layak atau tidak
ontechnique error benar saat memberikan obat.
Deteriorated drug error Memberikan obat yang telah kadaluarsa atau yang telah
mengalami penurunan integritas fisik atau kimia.
Monitoring error Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi
problem dari regimen yang diresepkan atau kegagalan

5
-

untuk menggunakan data klinis atau laboratorium untuk


asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang
diresepkan.
Compliance error Sikap pasien yang tidak layak berkaitan dengan ketaatan
penggunaan obat yang diresepkan.

1. PRESCRIBING ERROR (KESALAHAN RESEP)


Berdasarkan consensus di United Kingdom, suatu prescribing error (kesalahan
peresepan) yang bermakna secara klinis terjadi bila akibat dari keputusan peresepan atau
pada proses penulisan resep terjadi suatu hal yang signifikan dan tidak dimaksudkan
berupa :
a. Pengurangan kemungkinan pengobatan berjalan sesuai waktu dan efektif
b. Meningkatkan resiko bahaya bila dibandingkan dengan praktik umum yang
diterima.
Jenis-jenis prescribing error adalah pemilihan obat yang tidak benar (berdasarkan
indikasi, kontraindikasi, alergi yang telah diketahui, terapi obat yang telah berjalan dan
factor lainnya), dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan
pemberian atau kesalahan instruksi dari dokter, peresepan yang sulit dibaca yang
membawa kepada kesalahan yang mencapai tahap obat diterima pasien. Beberapa situasi
yang termasuk dalam prescribing error dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Situasi-situasi yang Diperhitungkan Sebagai Prescribing Error
I. Kesalahan dalam membuat keputusan :
1. Ketidaklayakan peresepan berkaitan dengan kondisi pasien
2. Peresepan obat untuk pasien dengan kondisi klinik yang menyertai di mana obat
tersebut kontraindikasi
3. Peresepan obat untuk pasien dengan alergi yang signifikan secara klinis dan telah
terdokumentasi
4. Tidak memperhitungkan interaksi obat yang berpotensial signifikan
5. Peresepan obat dengan dosis yang menurut BNF atau rekomendasi data
sheet, tidak layak untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal
6. Peresepan obat dengan dosis lebih rendah daripada yang direkomendasi
untuk kondisi klinis pasien
7. Peresepan obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis diprediksi dapat
mencapai kadar serum secara signifikan di atas rentang terapeutik yang diinginkan.

6
-

8. Menulis resep untuk obat dengan indeks terapeutik sempit, dengan dosis
diprediksi untuk mencapai kadar serum secara signifikan di bawah rentang
terapeutik yang diinginkan.
9. Tidak mengubah dosis mengikuti hasil pemeriksaan kadar serum steady state yang
Secara seknifikan di ruang rentang terapeutik.
10. Meneruskan obat dalam keadaan terjadi adverse drug reaction secara klinis
signifikan.
11. Peresepan 2 obat untuk indikasi yang sama ketika hanya 1 obat yang
Diperlukan.
12. Meresepkan obat yang tidak ada indikasinya pada pasien.

13. Masalah farmasetika

14. Meresepkan obat untuk diberikan secara infus intravena dalam pelarut yang
inkopatibel dengan obat yang di resepkan.
15. Meresepkan obat untuk diinfuskan melalui intravena perifer, dalam konsentrasi
lebih besar dari yang direkomendasikan untuk pemberian perifer.
II. kesalahan dalam penulisan peresepan
1. Gagal untuk mengkomunikasikan informasi yang penting.
2. Meresepkan obat, dosis atau rute bukan yang sebenarnya dimaksudkan
3. Menulis dengan tidak jelas / tidak terbaca.
4. Menulis nama obat menggunakan singkatan atau nomenklatur yang tidak
terstandarisasikan.
5. Menulis instruksi obat yang ambigu.
6. Meresepkan suatu tabel dimana tersedia lebih dari satu kekuataan obat tersebut.
7. Tidak menuliskan rute pemberian untuk obat yang dapat diberikkan dengan
lebih dari satu rute.
8 . Meresepkan obat untuk diberikan melalui infus intravena intermitten, tanpa
menspesifikasikan durasi penginfusan.
9. Tidak mencantumkan tanda tangan penulis resep.
10. Kesalahan transkripsi.
11. Saat datang kerumah sakit, secara tidak sengaja meresepkan obat yang digunakan
pasien ke rumah sakit.
12. Meneruskan kesalahan peresepan dari dokter praktek umum ketika menulis obat
pasien saat ke rumah sakit.
13. Menyalin instruksi obat dengan tidak benar ketika menulis ulang di daftar obat

7
-

pasien.
14. Menulis mg ketika mcg yang dimaksudkan.
15. Menulis resep untuk dibawa pulang yang tanpa di sengaja berbeda dengan obat
yang diresepkan di daftar obat pasien rawat inap.

2. Dispensing Error
Dispensing yang digunakan rumah sakit tersebut. Masing-masing metode distribusi obat floor
stock, semi floor stock, unit dose, menggunakan mesin otomatis, metode distribusi injeksi
yang telah disiapkan oleh farmasi, dsb mempunyai konsekuensi masing-masing dari sisi jenis
kesalahan dispensing yang dapat terjadi. Secara umum, kesalahan dalam dispensing obat
meliputi:
a. Kesalahan seleksi obat :
- Salah obat
- Salah dosis : salah kekuatan/konsentrasi obat, salah aturan pakai
- Salah bentuk sediaan
- Salah jumlah
- Salah kekuatan/konsentrasi
b. Salah teknik persiapan :
- Meracik
- Mempersiapkan iv admixture
- Rekonstitusi
- Terkontaminasi partikel, bakteri, dll saat persiapan obat injeksi
c. Salah memberikan obat yang rusak dan kadaluarsa.
d. Lain- lain :
- Keterlambatan dispensing
- Salah etiket/label : salah nama pasien, kamar, register, aturan pakai, dll
- Kesalahan saat proses transportasi
- Kesalahan penyerahan

3. Administration Error
Administration error adalah kesalahan saat memberikan obat kepada pasien yang
dilakukan oleh petugas kesehatan. Jenis-jenis kesalahan pada tahap pemberian obat dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 4. Jenis-jenis Administration Error

8
-

Tipe Deskripsi
Ommission error Gagal memberikan dosis obat kepada pasien sampai
jadwal berikutnya.
Wrong pasien Memberikan obat pada pasien yang salah.
Wrong time error Pemberian obat diluar dari interval waktu yang telah
di tentukan.
Anauthorized error Pemberian obat kepada pasien tanpa instruksi resmi
dari dokter.
Improper dose error Memberikan obat kepada pasien dengan dosis lebih
besar atau kecil daripada yang di instruksikan dokter
penulis resep, bisa karna salah kekuatan/ konsentrasi
obat atau aturan pakai yang salah.
Wrong dosage form error Pemberian obat kepada pasien dengan bentuk sediaan
tidak sesuai dengan instruksi penulis resep.
Wrong drug preparation error Penyiapan obat dengan cara yang salah sebelum obat
diberikan.
Wrong administration technique Prosedur yang tidak layak atau teknik yang tidak
errorg benar dalam memberikan obat ke pasien termasuk:
- salah kecepatan infus
- salah kecepatan injeksi
- salah metode pemberian obat NGT, dll
- salah rute
Deteriorated drug error Memberikkan obat yang kadaluarsa atau secara kimia
fisika integritasnya telah berkurang.

4. Compliance Error
Compliance error adalah kesalahan penggunaan obat berkaitan dengan ketaatan pasien.

5. Monitoring Error
Kegagalan untuk memantau kelayakan dan deteksi problem dari regimen yang
diresepkan atau kegagalan untuk menggunakan data klinis, data interaksi atau
laboratorium untuk asesmen respon pasien terhadap terapi obat yang diresepkan.

9
-

BAB III
TATA LAKSANA

A. IKP Medication Error


Bila terjadi IKP medication error maka pelaporannya mengikuti alur pelaporan
IKP yang telah ditetapkan oleh rumah sakit dan kemudian melakukan investigasi untuk
menentukan proses yang mengalami kegagalan dengan menggunakan form yang terlampir.

B. Prinsip Medication Safety


1. Peran Apoteker Dalam Mewujudkan Keselamatan Pasien
Penggunaan obat rasional merupakan hal utama dari pelayanan kefarmasian. Dalam
mewujudkan pengobatan rasional, keselamatan pasien menjadi masalah yang perlu
diperhatikan. Dari data-data yang termuat dalam bab terdahulu disebutkan, sejumlah pasien
mengalami cedera atau mengalami insiden pada saat memperoleh layanan kesehatan
khususnya terkait penggunaan obat yang dikenal dengan medication error. Di rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lainnya, kejadian medication error dapat dicegah jika
melibatkan pelayanan farmasi klinik dari apoteker yang sudah terlatih. Saat ini di negara-
negara maju, sudah ada apoteker dengan spesialisasi khusus menangani medication safety.
Peran Apoteker Keselamatan Pengobatan (Medication Safety Pharmacist) meliputi :
1.1 Mengelola laporan medication error
1.1.1. Membuat kajian terhadap laporan insiden yang masuk
1.1.2. Mencari akar permasalahan dari error yang terjadi

1.2 Mengidentifikasi pelaksanaan praktek profesi terbaik untuk menjamin medication safety
1.2.1. Menganalisis pelaksanaan praktek yang menyebabkan medication error
1.2.2. Mengambil langkah proaktif untuk pencegahan
1.2.3. Memfasilitasi perubahan proses dan sistem untuk menurunkan insiden yang
sering terjadi atau berulangnya insiden sejenis
1.3 Mendidik staf dan klinisi terkait lainnya untuk menggalakkan praktek pengobatan yang
aman
1.3.1. Mengembangkan program pendidikan untuk meningkatkan medication safety
dan kepatuhan terhadap aturan/SOP yang ada

10
-

1.4 Berpartisipasi dalam Komite/tim yang berhubungan dengan medication safety


1.4.1. Komite Keselamatan Pasien RS
1.4.2. Komite terkait lainnya
1.5 Terlibat di dalam pengembangan dan pengkajian kebijakan penggunaan obat
1.6 Memonitor kepatuhan terhadap standar pelaksanaan Keselamatan Pasien yang ada.
Peran apoteker dalam mewujudkan keselamatan pasien meliputi dua aspek yaitu aspek
manajemen dan aspek klinik. Aspek manajemen meliputi pemilihan perbekalan farmasi,
pengadaan, penerimaan, penyimpanan dan distribusi, alur pelayanan, sistem pengendalian
(misalnya memanfaatkan IT). Sedangkan, aspek klinik meliputi skrining permintaan obat
(resep atau bebas), penyiapan obat dan obat khusus, penyerahan dan pemberian informasi
obat, konseling, monitoring dan evaluasi. Kegiatan farmasi klinik sangat diperlukan terutama
pada pasien yang menerima pengobatan dengan risiko tinggi. Keterlibatan apoteker dalam
tim pelayanan kesehatan perlu didukung mengingat keberadaannya melalui kegiatan
farmasi klinik terbukti memiliki konstribusi besar dalam menurunkan insiden/kesalahan.
Apoteker harus berperan di semua tahapan proses yang meliputi :
a. Pemilihan
Pada tahap pemilihan perbekalan farmasi, risiko insiden/error dapat diturunkan dengan
pengendalian jumlah item obat dan penggunaan obat-obat sesuai formularium.
b. Pengadaan
Pengadaan harus menjamin ketersediaan obat yang aman efektif dan sesuai peraturan
yang berlaku (legalitas) dan diperoleh dari distributor resmi. Melakukan evaluasi terhadap
distributor mengenai transportasi yang aman, ketepatan waktu, dan ketersediaan obat.
c. Penyimpanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan untuk menurunkan kesalahan
pengambilan obat dan menjamin mutu obat:
- Simpan obat dengan nama, tampilan dan ucapan mirip (look-alike,sound-alike
medication names) secara terpisah.
- Obat-obat dengan peringatan khusus (high alert drugs) yang dapat menimbulkan
cedera jika terjadi kesalahan pengambilan, simpan di tempat khusus. Misalnya:
menyimpan cairan elektrolit pekat seperti KCl inI, heparin, warfarin, insulin, narkotik
opiat, neuromuscular blocking agents, thrombolitik, dan agonisadrenergik.

11
-

kelompok obat antidiabet jangan disimpan tercampur dengan obat lain secara alfabetis,
tetapi tempatkan secara terpisah:

- Simpan obat sesuai dengan persyaratan penyimpanan. Menyimpan obat menurut


abjad dan bentuk sediaan. Disesuaikan dengan suhu, kelembaban, dan pengaruh
cahaya
- Obat narkotika, psikotropika, prekursor disimpan dalam lemari khusus terkunci
- Melakukan pemeriksaan berkala untuk penyimpana nobat yang benar dan
kadaluarsa
d. Skrining Resep
Apoteker dapat berperan nyata dalam pencegahan terjadinya medication error melalui
kolaborasi dengan dokter dan pasien.
- Identifikasi pasien minimal dengan dua identitas, misalnya nama dan nomor
rekam medik/ nomor resep,
- Apoteker tidak boleh membuat asumsi pada saat melakukan interpretasi resep
dokter. Untuk mengklarifikasi ketidaktepatan atau ketidakjelasan resep, singkatan,
hubungi dokter penulis resep.
- Dapatkan informasi mengenai pasien sebagai petunjuk penting dalam pengambilan
keputusan pemberian obat, seperti:
Data demografi (umur, berat badan, jenis kelamin) dan data klinis (alergi, diagnosis
dan hamil/menyusui). Contohnya, Apoteker perlu mengetahui tinggi dan berat badan pasien
yang menerima obat-obat dengan indeks terapi sempit untuk keperluan perhitungan dosis.
Hasil pemeriksaan pasien (fungsi organ, hasil laboratorium, tanda-tanda vital dan
parameter lainnya). Contohnya, Apoteker harus mengetahui data laboratorium yang penting,
terutama untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis dosis (seperti pada
penurunan fungsi ginjal).
- Apoteker harus membuat riwayat/catatan pengobatan pasien.
- Strategi lain untuk mencegah kesalahan obat dapat dilakukan dengan penggunaan
otomatisasi (automatic stop order), sistem komputerisasi (e- prescribing) dan
pencatatan pengobatan pasien seperti sudah disebutkan diatas.
- Permintaan obat secara lisan hanya dapat dilayani dalam keadaan emergensi dan
itupun harus dilakukan konfirmasi ulang untuk memastikan obat yang diminta benar,
dengan mengaja nama obat serta memastikan dosisnya. Informasi obat yang
penting harus diberikan kepada petugas meminta/menerima obat tersebut. Petugas

12
-

yang menerima permintaan harus menulis dengan jelas instruksi lisan setelah
mendapat konfirmasi.
e. Dispensing
- Penyiapan yang aman, Menjamin proses peracikan yang aman, Menyediakan
lingkungan yang mendukung penyiapan yang aman, Menyediakan informasi obat
mengenai cara penyiapan yang aman, Edukasi kepada petugas mengenai penyiapan
yang aman, Peracikan obat dilakukan dengan tepat yang sesuai dengan SOP.
- Pemberian etiket yang tepat. Etiket harus dibaca minimum tiga kali yaitu pada saat
pengambilan obat dari rak, pada saat mengambil obat dari wadah, pada saat
mengembalikan obat ke rak.
- Dispensing yang aman Menjamin obat yang didistribusi dari farmasi adalah obat
yang benar dengan menyediakan serangkaian proses pemeriksaan dan dilakukan
pemeriksaan ulang oleh orang berbeda.Pemeriksaan meliputi kelengkapan
permintaan, ketepatan etiket, aturan pakai, pemeriksaan kesesuaian resep terhadap
obat, kesesuaian resep terhadap isi etiket. Mengedukasi petugas agar dapat
memberikan informasi obat kepada petugas bangsal
f. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
Edukasi dan konseling kepada pasien harus diberikan mengenai hal-hal yang penting
tentang obat dan pengobatannya. Hal-hal yang harus diinformasikan dan didiskusikan
pada pasien adalah :
- Pemahaman yang jelas mengenai indikasi penggunaan dan bagaimana
menggunakan obat dengan benar, harapan setelah menggunakan obat, lama
pengobatan, kapan harus kembali ke dokter
- Peringatan yang berkaitan dengan proses pengobatan
- Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang potensial, interaksi obat dengan obat lain
dan makanan harus dijelaskan kepada pasien
- Reaksi obat yang tidak diinginkan (Adverse DrugR eaction – ADR) yang
mengakibatkan cedera pasien, pasien harus mendapat edukasi mengenai bagaimana
cara mengatasi kemungkinan terjadinya ADR tersebut
- Penyimpanan dan penanganan obat di rumah termasuk mengenali obat yang sudah
rusak atau kadaluarsa.
- Ketika melakukan konseling kepada pasien, apoteker mempunyai kesempatan untuk
menemukan potensi kesalahan yang mungkin terlewatkan pada proses sebelumnya.
g. Penggunaan Obat

13
-

Apoteker harus berperan dalam proses penggunaan obat oleh pasien rawat inap di
rumah sakit dan sarana pelayanaan kesehatan lainnya, bekerja sama dengan petugas
kesehatan lain. Hal yang perlu diperhatikan adalah:
- Tepat pasien
- Tepat indikasi
- Tepat waktu pemberian
- Tepat obat
- Tepat dosis
- Tepat label obat (aturan pakai)
- Tepat rute pemberian

h. Monitoring dan Evaluasi


Apoteker harus melakukan monitoring dan evaluasi untuk mengetahui efek terapi,
mewaspadai efek samping obat, memastikan kepatuhan pasien. Hasil monitoring dan
evaluasi didokumentasikan dan ditindaklanjuti dengan melakukan perbaikan dan mencegah
pengulangan kesalahan. Seluruh personal yang ada di tempat pelayanan kefarmasian harus
terlibat didalam program keselamatan pasien khususnya medication safet dan harus secara
terus menerus mengidentifikasi masalah dan mengimplementasikan strategi untuk
meningkatkan keselamatan pasien.
Apoteker juga dapat berpartisipasi dalam proses-proses:

- Peresepan yang aman :


a. Membuat aturan penulisan resep yang lengkap dan jelas
b. Melakukan penilaian kualitas peresepan berdasarkan indikator peresepan
c. Menyebarkan informasi mengenai masalah keamanan dan efektivitas suatu obat
d. pembahasan kasus medication error berkaitan dengan prescription error

- Pemberian obat yang aman


a. Mengedukasi kepada petugas mengenai pemberian obat dengan prinsip 6 B, proses
verifikasi dan double cek
b. Mengedukasi untuk pemberian obat dengan cara yang benar
c. Menjamin pemberian obat high alert medicine dengan aman misalnya dengan
membuat standar konsentrasi dan pelarutan, protokol pemberian, SPO double check
d. Menjamin pelaksanaan medication reconciliation untuk obat pulang dengan aman

14
-

1. Faktor Kontribusi Medication Error


Faktor-faktor lain yang berkonstribusi pada medication error antara lain
a. Komunikasi (mis-komunikasi, kegagalan dalam berkomunikasi)
Kegagalan dalam berkomunikasi merupakan sumber utama terjadinya kesalahan.
Institusi pelayanan kesehatan harus menghilangkan hambatan komunikasi antar petugas
kesehatan dan membuat SOP bagaimana resep/permintaan obat dan informasi obat lainnya
dikomunikasikan. Komunikasi baik antar apoteker maupun dengan petugas kesehatan
lainnya perlu dilakukan dengan jelas untuk menghindari penafsiran ganda atau
ketidaklengkapan informasi. Perlu dibuat daftar singkatan dan penulisan dosis yang berisiko
menimbulkan kesalahan untuk di waspadai.
b. Kondisi lingkungan
Untuk ain dengan tepat dan sesuai dengan alur kerja, untuk menurunkan kelelahan
dengan pencahayaan yang cukup dan temperatur yang nyamenghindari kesalahan yang
berkaitan dengan kondisi lingkungan, area dispensing harus didesman. Selain itu, area kerja
harus bersih dan teratur untuk mencegah terjadinya kesalahan. Obat untuk setiap pasien
perlu disiapkan dalam nampan terpisah.
c. Gangguan/interupsi pada saat bekerja
Gangguan/interupsi harus seminimum mungkin dengan mengurangi interupsi baik
langsung maupun melalui telepon.
d. Beban kerja
Rasio antara beban kerja dan SDM yang cukup penting untuk mengurangi stres dan
beban kerja berlebihan sehingga dapat menurunkan kesalahan.
e. Meskipun edukasi staf merupakan cara yang tidak cukup kuat dalam menurunkan
insiden/kesalahan, tetapi mereka dapat memainkan peran penting ketika dilibatkan dalam
sistem menurunkan insiden/kesalahan.

15
-

2. 7 Langkah Keselamatan Pasien dalam Medication Safety


Apoteker di rumah sakit atau sarana pelayanan kesehatan lainnya dapat menerapkan
Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Pada Pelayanan Kefarmasian yang mengacu
pada buku Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety) (diterbitkan
oleh Depkes tahun 2006) :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
- Ciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil
- Adanya kebijakan Instalasi Farmasi RS/Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya tentang
Keselamatan Pasien yang meliputi kejadian yang tidak diharapkan (KTD),
kejadian nyaris cedera (KNC), Kejadian Sentinel dan langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh apoteker dan tenaga farmasi, pasien dan keluarga jika terjadi insiden.
- Buat, sosialisasikan penerapan SPO sebagai tindak lanjut setiap kebijakan
- Buat buku catatan tentang KTD, KNC dan Kejadian Sentinel kemudian
laporkan ke atasan langsung
2. Pimpin dan Dukung Staf Anda
- Bangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di
tempat pelayanan (instalasi farmasi/apotek)
- Adanya suatu tim di Instalasi Farmasi/Apotek yang bertanggung jawab
terhadap keselamatan pasien (sesuai dengan kondisi)
- Tunjuk staf Instalasi Farmasi/Apotek yang bisa menjadi penggerak dan mampu
mensosialisasikan program (leader)
- Adakan pelatihan untuk staf dan pastikan pelatihan ini diikuti oleh seluruh staf dan
tempatkan staf sesuai kompetensi
- Staf farmasi harus mendapat edukasi tentang kebijakan dan SPO yang berkaitan
dengan proses dispensing yang akurat, mengenai nama dan bentuk obat-obat yang
membingungkan, obat-obat formularium/non formularium, obat-obat yang
ditanggung asuransi/non-asuransi, obat-obat baru dan obat-obat yang memerlukan
perhatian khusus. Disamping itu, petugas farmasi harus mewaspadai dan mencegah
medication error yang dapat terjadi.
- Tumbuhkan budaya tidak menyalahkan (no blaming culture) agar staf berani
melaporkan setiap insiden yang terjadi.

16
-

3. Integrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko


- Kembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko serta lakukan identifikasi dan
asesmen hal yang potensial bermasalah
- Buat kajian setiap adanya laporan KTD, KNC dan Kejadian Sentinel
- Buat solusi dari insiden tersebut supaya tidak berulang dengan mengevaluasi SOP
yang sudah ada atau mengembangkan SOP bila diperlukan.
4. Kembangkan Sistem Pelaporan
- Pastikan semua staf Instalasi Farmasi/Apotek dengan mudah dapat melaporkan
insiden kepada atasan langsung tanpa rasa takut
- Beri penghargaan pada staf yang melaporkan
5. Libatkan dan Komunikasi Dengan Pasien
- Kembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien
- Pastikan setiap penyerahan obat diikuti dengan pemberian Informasi yang jelas dan
tepat
- Dorong pasien untuk berani bertanya dan mendiskusikan dengan apoteker tentang
obat yang diterima
- Lakukan komunikasi kepada pasien dan keluarga bila ada insiden serta berikan
solusi tentang insiden yang dilaporkan
6. Belajar dan Berbagi Pengalaman Tentang Keselamatan Pasien
- Dorong staf untuk melakukan analisis penyebab masalah
- Lakukan kajian insiden dan sampaikan kepada staf lainnya untuk menghindari
berulangnya insiden
7. Cegah KTD, KNC dan Kejadian Sentinel dengan cara :
- Gunakan informasi dengan benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden dan audit serta analisis untuk menentukan
solusi
- Buat solusi yang mencakup penjabaran ulang sistem (re-design system), penyesuaian
SOP yang menjamin keselamatan pasien
- Sosialisasikan solusi kepada seluruh staf Instalasi Farmasi

17
-

BAB IV
DOKUMENTASI

A. Kebijakan Rumah Sakit Tentang Medication Safety

1. Medication Error/kesalahan obat adalah setiap kejadian yang sebenarnya dapat


dicegah yang dapat menyebabkan atau membawa kepada penggunaan obat yang tidak layak
atau membahayakan pasien, ketika obat berada dalam kontrol petugas kesehatan, pasien atau
konsumen.
2. Setiap kesalahan obat yang ditemukan wajib dilaporkan oleh petugas yang menemukan
atau terlibat langsung dengan kejadian tersebut atau kepala unit/kepala ruang.
3. Laporan dibuat secara tertulis dengan menggunakan alur dan format Laporan Insiden
Keselamatan Pasien yang sudah ditetapkan oleh Panitia Keselamatan Pasien.
4. Kerangka waktu pelaporan, risk grading, tindak lanjut dan pencegahan medication error
mengikuti aturan pelaporan insiden keselamatan pasien yang ditetapkan oleh Panitia
Keselamatan Pasien.
5.Tipe kesalahan obat (medication error) yang harus dilaporkan adalah Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) /
Adverse Event dan Sentinel Event.
6. Indeks medication error untuk kategorisasi error (berdasarkan dampak) no error, error
no harm, error harm.
7. Tipe kesalahan obat (medication error) berdasarkan alur proses pengobatan adalah
unauthorized drug, improper dose/quantity, wrong dose preparation method, wrong
dosage form, wrong patient, omission error, extra dose, prescribing error, extra dose,
prescribing error, wrong administration technique, wrong time.

B. SPO Pelaporan Medication Error


SPO pelaporan medication error mengikuti pelaporan IKP yang berlaku di Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Prima.

18
BAB V
PENUTUPAN

Demikianlah panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan


pasien yang aman, khususnya dalam rangka mencegah medication error. Panduan ini masih
jauh dari sempurna sehingga panduan akan ditinjau kembali setiap 2 sampai 3.

19

Anda mungkin juga menyukai