Anda di halaman 1dari 8

BAB I

KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA

No Kelompok : Kelompok 7 (Kelas 1A-EC)


Anggota : - 20. Muhamad Rafhi Rihadatus Syawal (NIM : 211311020)
- 21. Muhammad Ardan Hasan Wirayuda (NIM : 211311021)
- 22. Muhammad Chandra Nopriana (NIM : 211311022)

1.1. Fungsi Bahasa

Banyak dari kita yang beranggapan bahwa Bahasa hanya sebagai sarana berkomunikasi, namun
ternyata memiliki banyak fungsi, antara lain :

1. Sebagai sarana integrasi

Apa itu peran bahasa sebagai fungsi integrasi? Bahasa berfungsi sebagai alat pemersatu suku
budaya dan bahasanya. Dengan ini, bahasa dapat dinyatakan sebagai alat untuk hidup bersama.
Contohnya : integritas keluarga, integritas kerja sama dalam bidang bisnis, berbangsa & bernegara,
serta dalam berorganisasi. Maka dari itu, Bahasa sebagai pemersatu pemerkuat suatu ikatan
masyarakat (Pertiwi, 2019: 4-5).

2. Sebagai sarana kontrol sosial

Apa itu peran bahasa sebagai kontrol sosial? Yang di maksud sebagai kontrol sosial adalah
sebagai usaha untuk mempengaruhi tingkah laku dan tindakan orang lain. Bila fungsi ini berjalan,
maka semua kegiatan akan berjalan dengan baik. Karena, dapat disatukan dengan mempergunakan
bahasa (Oktavia, 2018: 2).

3. Sebagai sarana memahami diri dan orang lain

Dalam membangun karakter seseorang harus dapat memahami dan mengidentifikasi kondisi
dirinya terlebih dahulu. Ia harus dapat menyebutkan potensi dirinya, kelemahan dirinya, kekuatan
dirinya, bakat, kecerdasan, kemampuan intelektualnya, kemauannya, tempramennya (sifat sensitif
dalam perasaan), dan sebagainya.Sebagai sarana mengeskpresikan diri (Subagja, tanpa tahun: 5).

4. Sebagai sarana mengekspresikan diri

Lalu, seperti apa mengekspresikan diri dengan Bahasa? Bahasa dapat digunakan untuk menuangkan
suatu perasaan dalam bentuk tulisan maupun lisan. Contohnya pada sebuah nyanyian & puisi yang
akan di ceritakan dalam sebuah tulisan (Pertiwi, 2019: 4). Menurut penelitian dari Pertiwi (2019:
4), bahwa 79,1% akan mengekspresikan diri dari objek yang ia lihat atau hal yang sedang ia rasakan
dengan bernyanyi. Responden lebih senang menyampaikan isi pikiran dan perasaannya.

5. Sebagai sarana mengamati lingkungan

Selain itu, Bahasa berfungsi untuk mengamati lingkungan sekitar. Bahasa sebagai alat untuk
mengamati masalah tersebut harus diupayakan kepastian konsep, kepastian makna, dan kepastian
proses berfikir sehingga dapat menghasilkan pengamatan tersebut secara pasti (Subagja, tanpa
tahun; 6). MIsalnya. Untuk menentukan latar belakang pengamatan, cara pemecahan masalahnya,
mengidentifikasi objek yang diamati, serta tujuan dan metode pengamatan yang dilakukan.

6. Sarana berpikir logis

Dengan Bahasa, kita dapat melatih kemampuan berpikir logis yang memungkinkan orang untuk
berpikirlogis induktif, deduktif, sebab-akibat, atau kronologis sehingga dapat memilih tindakan

1
BAB I
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA

yang tepat untuk dilakukan. Maka dari itu, di perlukan Bahasa yang efektif, sistematis, dengan
ketepatan makna sehingga mampu melambangkan konsep yang abstrak menjadi konkret (Subagja,
tanpa tahun: 7).

7. Sarana membangun/mengembangkan kecerdasar

Dalam berbahasa, kecerdasan akan dilatih terkait dengan kemampuan menggunakan &
mengolah kata, kalimat, paragraph, wacana, argumentasi, narasi, persuasi, deskripsi, analisis, atau
pemaparan, serta kemampuan menggunakan ragam Bahasa secara tepat. Maka, akan menghasilkan
kreativitas yang baru dalam berbagai bentuk dan fungsi kebahasaan (Subagja, tanpa tahun: 6).

8. Sarana membangun karakter

Karakter setiap orang mudah sekali ditebak dari caranya berbahasa dengan mengidentifikasi
tepat atau tidaknya Bahasa tersebut di ucap/dituliskan. Dengan kecerdasan berbahasanya, seseorang
dapat mengidentifikasi juga potensi diri. Contohnya, seorang yang ahli dalam program digital
mampu membuat kamus atau mesin penerjemah elektronik (Subagja, tanpa tahun: 6).

9. Sarana mengembangkan profesi

Pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran yang di lanjutkan dengan pengembangan


diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama proses sekolah, tetapi bertumpu pada pengalaman
barunya. Puncak pendakian karir/profesi sulit untuk tercapai bila tanpa kemapuan komunikasi yang
tepat dengan mitra, pesaing, dan sumber pegangan sebuah perusahaan (Subagja, tanpa tahun: 6).

1.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Salah satu dari tiga butir Sumpah Pemuda yang dicetuskan tanggal 28 Oktober 1928 yang
berbunyi “Kami puetra dan poetri Indonesia mendjoengdjoeng bahasa persatoean, bahasa
Indonesia.” Butir ini menjadi dasar peletak kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.
Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia memiliki empat fungsi, yaitu

1. lambang kebanggaan nasional (bangsa Indonesia);


2. lambang identitas nasional (negara Indonesia);
3. alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya (satu bahasa resmi memudahkan
dari berbagai daerah berkomunikasi);
4. alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang budaya
dan bahasanya masing-masing (menyatukan negeri dari berbagai suku, ras, dan budaya
menjadi satu kesatuan NKRI – Bhinneka Tunggal Ika) (e-learning.polban.ac.id, 2021: 2).

Pada Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36 mencantumkan penyataan “Bahasa
negara adalah Bahasa Indonesia” merupakan dasar peletak kedudukan “Bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara”. Sebagai Bahasa Negara, Bahasa Indonesia memiliki empat fungsi, yaitu :

1. bahasa resmi kenegaraan, sebagai bahasa utama yang digunakan oleh warga negara Indonesia;
2. bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, bahasa yang digunakan sehari-hari pada saat
menyampaikan pelajaran di sekolah (Haerudin, 2010:354-364);
3. alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan
negara;
4. alat pengembang kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

2
BAB I
KEDUDUKAN DAN FUNGSI BAHASA

Sugono (2009) mengemukakan bahwa bahsa Indonesia menjadi media ekspresi berbagai
gagasan modern, pencerminan jati diri/karakter dalam membangun kebudayaan tradisi dan
kebudayaan modern. Bahasa Indonesia dalam masyarakat Indonesia berfungsi sebagai wahana
ekspresi budaya, penumbuh rasa nasionalisme dan solidaritas kemanusiaan, serta menyimpan
sejarah perkembangan masyarakat. Posisi strategis dalam Bahasa Indonesia pada kehidupan
kebangsaan, yaitu sebagai kekuatan solidaritas NKRI. Maka, Bahasa Indonesia juga menjadi salah
satu penentu identitas dan jati diri bangsa (e-learning.polban.ac.id, 2021: 2).

1.3. Undang-Undang No. 24 tahun 2009 fan Prepres No. 63 2019

Undang-Undang No.24 Tahun 2009

Undang-Undang Republik Indonesia No 24 Tahun 2009 yang diberlakukan sejak 09 Juli


2009 ini berisi peraturan tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya. Dalam Bab III, diatur secara khusus bagaimana penggunaan bahasa dalam
perundang-undangan, bahasa sebagai pengantar dalam pendidikan, pelayanan administrasi publik,
bahasa pada nama gedung, pemukiman, merek dagang, lembaga usaha, sampai dengan
penggunaan bahasa dalam informasi melalui media massa.

Pada tahun 2010, telah pula ditetapkan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi
Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara Lainnya melalui Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2010 sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 40 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009.
Perpres yang mulai diberlakukan 01 Maret 2010 ini memang belum mencakup pembahasan
penggunaan bahasa lebih detail dan rinci sehingga pemerintah memandang perlu menetapkan
Peraturan Presiden lagi tentang Penggunaan Bahasa Indonesia (e-learning.polban.ac.id, 2021: 2).

Perpres No.63 Tahun 2019

Atas pertimbangan bahwa Perpres yang ada belum mengakomodasi secara lebih
menyeluruh tentang pemakaian bahasa Indonesia, pada 30 September 2019, Presiden Joko Widodo
menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa
Indonesia. Dalam Perpres itu, dikemukakan bahwa penggunaan Bahasa Indonesia harus memenuhi
kriteria Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia. Kaidah
yang dimaksud meliputi kaidah tata bahasa, kaidah ejaan, dan kaidah pembentukan istilah,
sebagaimana diatur dengan Peraturan Menteri. Menurut Perpres ini, Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam peraturan perundang-undangan, mencakup:

a. pembentukan kata;
b. penyusunan kalimat;
c. teknik penulisan; dan
d. pengejaan.

Perpres ini juga menyebutkan Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam dokumen resmi
negara yang meliputi surat keputusan, surat berharga, ijazah, surat keterangan, surat identitas diri,
akta jual beli, surat perjanjian, dan putusan pengadilan (e-learning.polban.ac.id, 2021: 3).

3
BAB II
RAGAM BAHASA

Bahasa biasa digunakan untuk berkomunikasi, dengan tujuan menyampaikan dan menerima
informasi. Namun, tidak hanya itu, semua aspek ekspresi manusia, seperti mengejek, merayu,
menggugah, meyakinkan, menggugat, menyindir, mengkritik, menginsyafkan, dan
menghibur.penggunaan Bahasa harus jelas dan tepat sesuai dengan perannya; sebagai dosen,
mahasiswa, sastrawan, pengusaha, atau pemimpin agar kata/kalimat yang diucapkan dapat
dipahami oleh pendengar.
Dari seorang peneliti kecerdasan, Howard Gardner mengemukakan bahwa Kecerdasan
Linguistik pada urutan pertama di antara berbagai kecerdasan, yaitu
▪ Kecerdasan Logis Matematis (terkait dengan angka dan logika seperti bidang akuntansi,
pemrogram komputer, dan bidang teknik lainnya,
▪ Kecerdasan Spasial (terkait dengan tata ruang, arsitektur, fotografer, pelukis),
▪ Kecerdasan Musikal (terkait pengolahan nada dan irama menjadi karya musik yang dapat
berfungsi untuk kepentingan terapi, membangkit semangat, menghibur),
▪ Kecerdasan Kinestetik Jasmani (terkait kreativitas dan prestasi keolahragaan)
▪ Kecerdasan Antarpribadi (terkait kemampuan bernegosiasi, memimpin), dan
▪ Kecerdasan Intrapribadi (terkait kemampuan mengendalikan daya pikir dan emosi dalam
mengakses berbagai informasi dan potensi dalam pengembangan diri).
Menurut Seksi Bahasa ITB (2002) menyatakan bahwa “Ragam bahasa ialah variasi pemakaian
suatu bahasa yang secara umum tetap berpola pada bahasa induk”. Ragam Bahasa dapat di tinjau
dari segi Pendidikan yang bergantung pada tingkat jenis pemakai Bahasa. Menurut bidang
pemakainya dikenal dengan Bahasa guru/dosen, pedagang, ragam petani, militer, dan lain-lain.
Contohnya seperti pedagang, yang bisa mempersuasi pelanggannya dengan bahasanya, militer yang
memberi komando, dan dosen/guru yang memberikan ilmu abstrak menjadi konkret dan mudah di
mengerti.
2.Ada tiga kriteria penting yang perlu diperhatikan dalam ragam bahasa. Kriteria tersebut adalah
✓ media/sarana yang digunakan (ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulisan)
✓ latar belakang penutur (ragam daerah, ragam bahasa resmi, ragam bahasa tidak resmi)
✓ pokok persoalan yang dibicarakan ( sesuai dengan bidang ilmu dan teknologi serta seni,
misalnya ragam bahasa iptek, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa ekonomi, ragam bahasa
sastra).

1.1. Bahasa Ragam Lisan dan Tulisan


Ragam Bahasa dibedakan atas ragam lisan dan tulisan, perbedaanya sebagai berikut:
a) Ragam lisan mensyaratkan orang kedua sebagai responden yang di ajak bicara, sedangkan ragam
tulis tidak,
b) Unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, objek, keterangan dalam ragam lisan dapat di
hilangkan. Namun dalam ragam tulis, fungsi gramatikal harus nyata. Karena, orang kedua
(responden) tidak berada di tempat pembicara untuk bisa menjelasikan langsung.
c) Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Sedangkan ragam tulis tidak
terikat oleh hal-hal tersebut.
d) Ragam lisan dipengaruhi oleh intonasi, sedangkan ragam tulis dilengkapi oleh pungtuasi
(symbol/tanda secara konvensional/kebiasaan masyarakat yang disepakati bersama oleh
masyarakat pengguna bahasa. KBBI daring, 2021), huruf kapital, dan huruf Kursif (atau dalam
bahasa umum disebut tulisan latin, huruf sambung, tulisan sambung, tulisan miring. Wikipedia,
2021).

4
BAB II
RAGAM BAHASA

1.2. Bahasa Indonesia Baku

Ada ragam Bahasa Indonesia memiliki nilai paling tinggi yang berhubungan dengan
kepentingan nasional. Digunakan pada kondisi/lingkungan resmi dan pergaulan sopan, seperti:
a. wacana teknis (laporan resmi dan karya tulis ilmiah)
b. upacara resmi (upacara kenegaraan dan upacara hari-hari besar)
c. komunikasi tertulis resmi (surat resmi, perundang-undangan)
d. pembicaraan di depan umum (mengajar, pidato, khotbah, dan ceramah).

Fungsi-fungsi inilah, maka Bahasa baku terikat leh tulisan, tata bahasa, dan lafal baku.
Tulisan baku adalah tulisan latin. Itu berarti semua tulisan bersifat resmi boleh ditulis dalam
tulisan latin.
Ejaan baku yang saat ini berlaku, sesuai Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
(PUEBI), merupakan EYD yang direvisi dan di ubah sesuai kebutuhan saat ini. (PUEBI) ini
diberlakukan tahun 2016.
Tata bahasa baku adalah seperangkat norma kebahasaan yang dibakukan oleh Pusat
Bahasa dan diberlakukan sebagai standar bahasa formal untuk kepentingan nasional. Kosa kata
baku adalah kosa kata yang tidak menyalahi proses pembentukan kata/istilah. Bahasa baku
dipakai dalam situasi atau lingkungan resmi dan dalam pergaulan sopan, seperti:
a. wacana teknis (laporan resmi dan karya tulis ilmiah)
b. upacara resmi (upacara kenegaraan dan upacara hari-hari besar)
c. komunikasi tertulis resmi (surat resmi, perundang-undangan)
d. pembicaraan di depan umum (mengajar, pidato, khotbah, dan ceramah).
Bahasa ragam baku dan bahasa nonbaku digunakan berdampingan karena memiliki
fungsi dan tujuan yang berbeda. Bahasa yang digunakan dianggap baik jika maksud yang
diungkapkan pembicara dipahami dengan tepat oleh mitra bicara meskipun kalimat yang
dipakai tidak memenuhi kaidah ketatabahasaan. Bahasa yang baik adalah bahasa yang mudah
dipahami dalam menyampaikan suatu maksud. Bahasa yang benar adalah bahasa yang
memenuhi kaidah ketatabahasaan meskipun tidak akrab bagi pemakai bahasa.
Ciri-ciri Bahasa Baku

a. Menggunakan fungsi kata secara jelas dan tepat (subjek, predikat, objek, dan keterangan),
contoh:

1) Dosen menugaskan mahasiswa membuat makalah. (nonbaku)


2) Dosen menugasi mahasiswa membuat makalah. (baku)
3) Dosen menugaskan pembuatan makalah kepada mahasiswa. (baku)
4) Sahabatnya di luar negeri. (nonbaku)
5) Sahabatnya tinggal di luar negeri. (baku)

b. Menggunakan bentuk gabungan konstruksi sintaksis secara tepat, Contoh:

1) Dia punya ide yang kurang realistis. (nonbaku)


2) Idenyanya tidak realistis. (baku)
3) Pemuda yang mendapat beasiswa itu saudara dia. (nonbaku)
4) Pemuda yang mendapat beasiswa itu saudaranya. (baku)

c. Pada kalimat majemuk selalu digunakan kata sambung, contoh:

a. Sejak terjadi musibah, keluarganya terpaksa tinggal di luar Jawa.


5
BAB II
RAGAM BAHASA

b. Mereka menyadari bahwa ketidakdisiplinan menyebabkan kekalahan dalam kompetisi


tersebut.

d. Tidak menggunakan unsur-unsur leksikal dan gramatikal dari dialek daerah,


Contoh:

1) Kita orang tidak tahu mereka ke mana toh. (nonbaku)


2) Kami tidak tahu mereka ke mana (baku)
3) Saya mah perginya dua minggu lalu. (nonbaku)
4) Saya pergi dua minggu lalu (baku)

e. Pada predikat kalimat selalu digunakan kata kerja berawalan me-, ber- kecuali pada kata
kerja aus, contoh:

a. Mahasiswa berdiskusi dengan penuh semangat.


b. Pemerintah menetapkan kebijakan baru tentang tata kelola pendidikan.
c. Para pengamat sosial hadir dalam simposium tersebut.

f. Dalam bahasa lisan baku, digunakan lafal baku yang bebas dari ciri- ciri lafal idiolek atau
dialek bahasa daerah, Contoh:

Kenapa, siapah, sape, saptu, ijo (lafal nonbaku)


Mengapa, siapa, Sabtu, hijau (lafal baku)

g. Dalam bahasa tulis baku digunakan ejaan resmi/baku, contoh:


a. Verniza berharap karirnya akan meningkat dengan promosi itu.
b. Verniza berharap kariernya akan meningkat dengan promosi itu.

2.3 Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


Bahasa merupakan sarana untuk menyerap dan mengembangkan pengetahuan. Bahasa
merupakan sarana yang dapat mengantarkan suatu bangsa untuk membuka wawasannya
terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang. Bahasa merupakan salah satu
faktor pendukung kemajuan suatu bangsa. Untuk itu, diperlukan bahasa yang mempunyai nilai
komunikatif paling tinggi.

Bahasa yang digunakan dalam aktivitas ilmiah adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
para cendekiawan untuk mengomunikasikan ilmu pengetahuan. Bahasa yang baik dan benar
untuk bahasa ilmiah selayaknya selaras dengan tuntutan ilmu: logis, lugas, jelas, baku, dan
sistematis. Dengan demikian, secara garis besar, ragam bahasa ilmiah hendaknya mengikuti
ketentuan logis, lugas, jelas, baku, dan runtun.” Pada umumnya, bahasa Indonesia baku sering
diartikan sama dengan bahasa Indonesia ragam ilmiah. Padahal, ragam ilmiah merupakan
bagian dari bahasa Indonesia baku.

Ragam Ilmiah bercirikan sebagai berikut

1. Baku, kalimat yang menggunakan struktur baku, artinya sesuai dengan standar
ketatabahasaan;
2. Logis, gagasan yang disampaikan harus dapat diterima akal;
3. Kuantitatif, keterangan yang dikemukakan dapat diukur secara pasti;
4. Tepat, gagasan yang disampaikan harus bermakna tunggal;
5. Denotatif, kata yang digunakan harus memiliki arti sesungguhnya; tidak
melibatkan perasaan;

6
BAB II
RAGAM BAHASA

6. Ringkas, kalimat yang digunakan sesuai dengan gagasan yang akan diungkapkan.
Kata digunakan seperlunya tidak berlebihan, tetapi padat;
7. Runtun, gagasan diungkapkan secara teratur, secara kronologis.

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya (lihat


Oetorodewo,1999; Sugono,2019) . Laras ilmiah harus selalu menggunakan ragam standar.
Bahasa laras ilmiah memiliki ciri harus tepat dan bermakna tunggal, tidak remang nalar atau
mendua makna, harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang
digunakan agar tidak menimbulkan kerancuan /keraguan, serta harus singkat.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Wibowo (2001) mengemukakan ciri-ciri bahasa


Indonesia ragam ilmiah, yaitu:

1. Pemakaian kalimat efektif (kesepadanan antara struktur gramatik dan alur pikir penulis);
2. Pemakaian kata dan istilah yang bermakna lugas (bukan kiasan);
3. Menghindari kalimat yang bermakna ambigu (bermakna ganda);
4. Menghindari bentuk kalimat yang redundan (berlebih-lebihan);
5. Menghindari penonjolan persona (pribadi penulis) dengan maksud menjaga objektivitas
isi tulisan.

Memahami dan menguasai berbagai ragam bahasa akan menambah dan menguatkan
kecerdasan linguistik. Dalam berbahasa, indikator kecerdasan seseorang dapat diamati pada:

a) peningkatan kemampuan menyusun berbagai analisis, argumentasi, deskripsi, narasi,


dan persuasi.
b) peningkatan kemampuan menggunakan kata, frasa, dan klausa dalam menyusun
kalimat
c) peningkatan kemampuan dalam memanfaatkan unsur kalimat dalam membuat
kalimat efektif dalam menyusun paragraf
d) peningkatan kemampuan membaca kritis,analisis, dan sinergis
e) peningkatan kemampuan menyusun karangan ilmiah yang logis dan sistematis
berdasarkan kaidah tertentu (Campbell, 2012 dan Hernowo, 2006).

7
Daftar Rujukan

Tariatul, P. (2019). Peran Fungsi Bahasa Indonesia dan Fungsi Teks.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.


E-Learning Politeknik Negeri Bandung (2021). Kedudukan dan Fungsi Bahasa.

I Nyoman, S (tanpa tahun). Peranan dan Aplikasi Bahasa dalam Kehidupan.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai