H.Haryadi Suyuti
i
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL vi
IKHTISAR KINERJA vii
BAB I PENDAHULUAN 2
1.1 GAMBARAN UMUM KOTA YOGYAKARTA 3
1.2 PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA YOGYAKARTA 4
1.3 PEREKONOMIAN KOTA YOGYAKARTA 5
1.4SUMBER DAYA APARATUR PEMERINTAH KOTA
YOGYAKARTA 7
1.5ISU STRATEGIS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA 12
2.1 RPJMD KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017-2022 13
2.2 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020 19
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 26
3.1CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020 27
3.2EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA INDIKATOR
UTAMA TAHUN 2020 31
3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 31
3.2.2 Sasaran Strategis 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 40
3.2.3 Sasaran Strategis 3 Ketahanan Pangan Masyarakat Meningkat 49
3.2.4 Sasaran Strategis 4 Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk
Menurun 56
3.2.5 Sasaran Strategis 5 Pertumbuhan Ekonomi Meningkat 61
3.2.6 Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban
Masyarakat Menurun 65
3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat 75
3.2.8 Sasaran Strategis 8 Harapan Hidup Masyarakat Meningkat 84
ii
3.2.9 Sasaran Strategis 9 Peran serta Masyarakat dalam
Pengembangan dan Pelestarian Budaya Meningkat 91
3.2.10 Sasaran Strategis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang
ISI
Meningkat 98
3.2.11 Sasaran Strategis 11 Kualitas Lingkungan Hidup
Meningkat
104
3.2.12 Sasaran Strategis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat
DAF
TAR
119
3.2.13.Sasaran Strategis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan
Meningkat
3.3 AKUNTABILITAS ANGGARAN TAHUN 2020 140
3.4 INOVASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 153
BAB IV PENUTUP 157
179
iii
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta 3
Gambar 1.2 Grafik Piramida Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2019 4
Gambar 1.3 Indeks Pembangunan Manusia Kota Yogyakarta Tahun 2015-2019 5
Gambar 1.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kota Yogyakarta (%) 6
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016 7
Gambar 1.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pendidikan dan
Rentang Usia 8
Gambar 2.1 Visi Misi Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022 15
Gambar 2.2 Proses Bisnis RPJMD Kota Yogyakarta 16
Gambar 3.1 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Sasaran RPJMD 30
Gambar 3.2 Grafik Target dan Realisasi Kemiskinan Kota Yogyakarta (2017-
2020) 31
Gambar 3.3 Proses Bisnis Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 33
Gambar 3.4 Logical Frame Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 33
Gambar 3.5 Foto Contoh Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni 36
Gambar 3.6 Target dan Realisasi Indeks Keberdayaan Masyarakat 2017-2020 42
Gambar 3.7 Proses Bisnis Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 43
Gambar 3.8 Logical Frame Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 43
Gambar 3.9 Layanan di UPT P2TP2A (Penanganan dan pendampingan korban
kekerasan (Kiri), dan Trauma Healing (Kanan)) 46
Gambar 3.10 Target dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2017-2022 50
Gambar 3.11 Proses Bisnis Sasaran 3 Ketahanan Pangan Meningkat 51
Gambar 3.12 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Ketahanan Pangan 52
Gambar 3.13 Pelaksanaan sosialisasi Menu B2SA di Wilayah Kota Yogyakarta 55
Gambar 3.14 Target dan Realisasi Gini Ratio Kota Yogyakarta 2013-2021 57
Gambar 3.15 Proses Bisnis Sasaran 4 Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk
Menurun 58
Gambar 3.16 Logframe Pemerintah dalam Ketimpangan antar Pendapatan
Menurun 59
Gambar 3.17 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022 61
Gambar 3.18 Proses Bisnis Sasaran 5 Pertumbuhan Ekonomi 62
Gambar 3.19 Logframe Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi 63
Gambar 3.20 Target dan Realisasi Penurunan Kriminalitas 2017-2020 66
Gambar 3.21 Target dan Realisasi Jumlah Pelanggaran Perda Tahun 2017-2022 66
Gambar 3.22 Jumlah Pelanggaran Perda Berdasarkan Jenis Pelanggaran 2019-
2020 68
Gambar 3.23 Proses Bisnis Sasaran 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban
Masyarakat Menurun 69
Gambar 3.24 Logframe Pemerintah dalam Gangguan Ketrentraman dan Ketertiban
Masyarakat 70
Gambar 3.25 Target dan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka
Harapan Lama Sekolah 2017-2022 75
iv
Gambar 3.26 Perbandingan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan
Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2020 76
Gambar 3.27 Proses Bisnis Sasaran 7 Peningkatan Kualitas Pendidikan
Gambar 3.28 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan 77
Gambar 3.29 Target dan Realisasi Angka Harapan Hidup Kota 77
Yogyakarta 2017-2022
Gambar 3.30 Proses Bisnis Sasaran 8 Peningkatan Angka Harapan Hidup 84
Masyarakat
Gambar 3.31 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Angka Harapan Hidup 85
Masyarakat
Gambar 3.32 Grafik Target dan Realisasi Presentase Rintisan Kelurahan 86
Budaya yang aktif 2017-2022
Gambar 3.33 Proses Bisnis 9 Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan 91
dan Pelestarian Budaya Meningkat
Gambar 3.34 Logframe Sasaran 9 Peran Serta dalam Pengembangan dan 95
Pelestarian Budaya Meningkat
DA
AR
FT
96
Gambar 3.35 Target dan Realisasi Persentase Kesesuaian Pemanfaatan
Ruang Tahun 2017-2022
Gambar 3.36 Proses Bisnis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Meningkat 98
Gambar 3.37 Logframe Sasaran 10 Peran Serta dalam Kesesuaian 101
Pemanfaatan Ruang
Gambar 3.38 Grafik Target dan Realisasi Indek Kualitas Lingkungan Hidup 102
Gambar 3.39 Penyandingan IKLH Kota Yogyakarta, DIY dan Nasional 104
Gambar 3.40 Perkembangan Nilai Indeks Kualitas Udara 105
Gambar 3.41 Proses Bisnis 11 Kualitas Lingkungan Hidup Meningkat 109
Gambar 3.42 Logframe Sasaran 11 dalam Kualitas Lingkungan Hidup 114
Gambar 3.43 Target dan Realisasi Indeks Infrastruktur Wilayah 115
Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
Gambar 3.44 Penataan permukiman kumuh kawasan Sungai Winongo 119
(Pringgokusuman-Pakuncen)
Gambar 3.45 Pertumbuhan Jumlah Bank Sampah Hingga Tahun 2020 125
Gambar 3.46 Pengurangan Sampah di Lingkungan Kota Yogyakarta Tahun 126
2020
Gambar 3.47 Kegiatan Pengangkutan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup 127
Yogyakarta
Gambar 3.48 Proses Bisnis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat 129
Gambar 3.49 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 137
2015-2020
Gambar 3.50 Proses Bisnis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan Meningkat 141
142
v
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Daerah 17
Tabel 2.2 Perubahan Perjanjian Kinerja Tahun 2020 19
Tabel 2.3 Program dan Anggaran Perjanjian kinerja Pemerintah
Kota Yogyakarta Tahun 2020 20
Tabel 3.1 Skala Nilai Peringkat Kerja 27
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Indikator Utama Tahun 2020 28
Tabel 3.3 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1 32
Tabel 3.4 Indikator Komposit Penghitung Indeks Keberdayaan
Masyarakat 40
Tabel 3.5 Tingkat Capaian Sasaran Keberdayaan Masyarakat 41
Tabel 3.6 Hasil Skor PPH Kota Yogyakarta tahun 2017-2020 50
Tabel 3.7 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 3 51
Tabel 3.8 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 4 56
Tabel 3.9 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 5 61
Tabel 3.10 Capaian Sasaran Penurunan Gangguan Ketentraman
dan Ketertiban 2020 67
Tabel 3.11 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 7 75
Tabel 3.12 Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis 8 85
Tabel 3.13 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 9 92
Tabel 3.14 Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya Kota Yogyakarta
Tahun 2020 93
Tabel 3.15 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 10 99
Tabel 3.16 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta Tahun
2020 99
Tabel 3.17 Penambahan Angka Kesesuaian Pemanfaatan Pola
Ruang Kota Yogyakarta 100
Tabel 3.18 Data Indeks Kualitas Air Sungai di Kota Yogyakarta 106
Tabel 3.19 Hasil Pengujian Parameter Kualitas Udara Tahun 2020 107
Tabel 3.20 Data Luasan RTH Kota Yogyakarta Tahun 2020 110
Tabel 3.21 Rincian Penambahan dan Pengurangan Luasan RTH
Privat dan RTH Publik Tahun 2020 111
Tabel 3.22 Perhitungan Indeks Tutupan Vegetasi Kota Yogyakarta
2020 113
Tabel 3.23 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12 120
Tabel 3.24 Uraian Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12 120
Tabel 3.25 Indeks Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan
DAFTAR TABEL
vi
IKHTISAR
KINERJA
Tahun 2020 merupakan tahun Terbukti, dengan semangat t e r s
yang cukup berat bagi masyarakat di s e l ebut,perlahantapipasti,per
uruhdunia,termasukKota ekonomianmasyarakatKota
Yogyakarta. Cobaan berat berupa Yo g y a k a r t a m u l a i b a n g k i t d a
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi n menggeliat. Dan dari segi birokrasi,
kehidupan social ekonomi masyarakat di kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta yang
seluruh dunia. Kota Yogyakarta, dimana diukur melalui pencapaian 16 (Enam
roda perekonomian bertumpu pada belas) Indikator Kinerja Utama, pada
sector pariwisata, harus ikut merasakan d a tahun 2020 dapat tercapai sesuai target
mpaknyasebagaiakibatdari yang telah ditentukan. Hal ini tentu
penurunan jumlah wisatawan yang merupakan kerja keras semua elemen
berkunjung ke Kota Yogyakarta. aparat Pemerintah bersama masyarakat
Namun, cobaan tersebut tidak dalam melaksanakan pembangunan yang
menjadikanPemerintahKota berkualitas demi mewujudkan Kota
Yo g y a k a r t a b e r p u t u s a s a d a l a Yogyakarta yang sejahtera, nyaman huni
m menjalankan roda pemerintahannya. dan berdaya saing kuat dengan tetap
Melalui slogan “Tan Mingkuh Tumapak menjunjung nilai-nilai keistimewaan.
ing Jaman Anyar” yang kurang lebih b e r
a r t i p a n t a n g m u n d u r, p e n u h
semangat memasuki era adaptasi
kebiasaan baru, Pemerintah Kota
Yogyakarta mengajak seluruh elemen
masyarakat agar pantang mundur
menghadapi tantangan yang ada,
khususnya pandemi Covid-19.
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 GAMBARAN UMUM
KOTA YOGYAKARTA
Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah kurang lebih 3.250 Ha atau 1,02% dari luas
wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jarak terjauh dari utara ke
selatan kurang lebih 7,5 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,6 km. Kota
Yogyakarta berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.
Wilayah administratif Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 616
Rukun Warga (RW) dan 2.535 Rukun Tetangga (RT).
Secara geografis, Kota
Yogyakarta terletak di antara
110024'19”-110028'53” Bujur
Timur dan antara 07 15'24”-
0
Perempuan Laki-Laki
90,00
86,65
85,32 85,49 86,11
84,56
70,00
65,00
60,00
2015 2016 2017 2018 2019
1.3 PEREKONOMIAN
KOTA YOGYAKARTA
komunikasi; industri pengolahan; serta
Sejalan dengan kebijakan sektor penyediaan akomodasi dan
pembangunan nasional, maka arah makan minum merupakan tiga sektor d
kebijakan pembangunan ekonomi Kota engannilaiPDRBterbesar
Yogyakarta pada tahun 2020 ditujukan
dalam rangka mewujudkan masyarakat
Kota Yogyakarta yang sejahtera,
berbudaya, bermartabat berlandaskan
pada penguatan ekonomi wilayah.
lapangan kerja dan mengurangi angka
kemiskinan.
Berdasarkan PDRB Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK) tahun dasar
2010, sektor sektor informasi dan
berkontribusi sebesar 12,94% atau 3,58
dibandingkan sektor lainnya dalam triliun rupiah di tahun 2019. Selanjutnya,
perekonomian Kota Yogyakarta selama sektor penyediaan akomodasi dan
tahun 2015-2019. Pada tahun 2019, nilai makan minum menghasilkan PDRB
PDRB sektor informasi dan komunikasi sebesar 3,39 triliun rupiah atau 12,26%
adalah yang terbesar, yaitu mencapai dari total PDRB.
3,95 triliun rupiah atau sebesar 14,3%
dari total PDRB Kota Yogyakarta. Di
posisi kedua, sektor industri pengolahan
Pertambangan dan
Jasa Kesehatan dan 3%
Penggalian; 0,003;
Kegiatan Sosial; 3,79; Pengadaan Listrik
0%
4% dan Gas; 0,22; 0%
Jasa Pendidikan;
Pengadaan Air,
9,23; 9% Industri Pengolahan;
Pengolahan Sampah,
13,18; 13%
Limbah dan Daur
Administrasi Ulang; 0,14; 0%
Pemerintahan,
Konstruksi; 7,85; 8%
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib; 10,12; 10%
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Jasa Perusahaan; Mobil dan Sepeda
1,08; 1% Motor; 7,49; 7%
Transportasi dan
Real Estate; 9,15; 9% Pergudangan; 4,07;
4%
Penyediaan
Akomodasi dan
Jasa Keuangan dan
Makan Minum;
Asuransi; 6,8; 7%
13,74; 14%
Informasi dan
Komunikasi; 10,26;
10%
Gambar 1.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kota Yogyakarta (%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta Tahun 2020
Tahun 2020 6
1.4 SUMBER DAYA APARATUR PEMERINTAH
KOTA YOGYAKARTA
Pemerintah Kota Yogyakarta dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota
Yogyakarta sesuai hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Adapun periode
menjabat Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta selama 5 tahun yakni dari
tahun 2017 – 2022. Dalam melaksanakan tugasnya, Walikota dan Wakil Walikota
dibantu oleh Sekretaris Daerah beserta jajaran di bawahnya.
Perempuan Pendidikan
2886 SLTA; 984; D IV; 82; 2%
59%
20%
DI S1 SD; 74; 2%
Laki-laki Perempuan D II S2 S2; 450; 9%
D III SD
S1; 2418; 49%
D IV SLTA
SLTP
1400 1207
1200
939
1000
800 631
567 519
600 445 Laki-laki
344
400
149 Perempuan
200 6 59
0
s.d 25 26-35 36-45 46-55 56 tahun
tahun tahun tahun tahun atau
lebih
Gambar 1.6 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016
Sumber :Bagian Organisasi Setda Kota Yogyakarta
Sedangkan jika dilihat dari usia, ASN didominasi oleh usia 46-55 tahun
(2.146 orang), diikuti usia 36-45 tahun (1.198 orang), di atas 56 tahun (863 orang)
dan sisanya usia di bawah 25 tahun dan rentang 26-35 tahun.
Tahun 2020 8
1.5 ISU STRATEGIS PEMERINTAH
KOTA YOGYAKARTA
Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus d i p e r
h a ti k a n a ta u d i k e d e p a n k a n d a l a m p e r e n c a n a a n
pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi
Daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak,
berjangka menengah/panjang, dan menentukan pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan Daerah di masa yang akan datang.
Berikut ini adalah isu strategis pembangunan jangka menengah
daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11
tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah tahun 2017-2022 :
1. Penurunan Kemiskinan ;
2. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat ;
3. Peningkatan Ketahanan Pangan ;
4. Penurunan Ketimpangan Pendapatan ;
5. Penguatan Pertumbuhan Ekonomi ;
6. Penurunan Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat ;
7. Peningkatan Kualitas Pendidikan ;
8. Peningkatan Harapan Hidup Masyarakat ;
9. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan dan
Pelestarian Budaya ;
10. Peningkatan Kualitas Pemanfaatan Ruang ;
11. Peningkatan Kualitas Lingkungan hidup ;
12. Peningkatan Infrastruktur Wilayah ; dan
13. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan.
12
2.1 RPJMD KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017-2022
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Yogyakarta Tahun 2017-2022 ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2017. Tahun 2020 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD periode 2017-
2022. Adapun Visi yang tercantum dalam RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
“
adalah sebagai berikut :
Meneguhkan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Nyaman
Tahun 2020 14
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta
3. Memperkuat moral, etika, dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial, dan budaya
5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan
6. Membangun sarana dan prasarana publik dan permukiman
7. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, disusun proses bisnis yang
menguraikan aktivitas yang harus dilakukan, mulai dari aspek utama, pendukung
dan manajemen. Namun, sebelum menyusun proses bisnis, terlebih dahulu
diidentifikasi terlebih dahulu keterkaitan visi dan misi yang digambarkan dalam
bagan berikut ini.
Mendasarkan bagan tersebut, maka kata kunci Visi Kota Yogyakarta Tahun
2017-2022 diterjemahkan ke dalam 2 (dua) hal yakni Nyaman Huni dan Pusat
Pelayanan Jasa. Nyaman Huni diartikan bahwa masyarakat sejahtera (Misi 1),
kondisinya aman (Misi 3), Sumber Daya Manusianya berkualitas (Misi 4) serta Tata
Kota dan Lingkungannya nyaman dan asri (Misi 5). Sedangkan Pusat Pelayanan Jasa
diartikan bahwa Kota Yogyakarta memiliki daya saing ekonomi yang kuat sehingga
mampu bersaing dengan daerah lain (Misi 2). Dua kata kunci tersebut,
Tahun 2020 16
17
Indikator Kinerja
Laporan
Visi
Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Daerah
Utama (IKU)
Meneguhkan 1. Meningkatkan Meningkatkan Indeks Kemiskinan Masyarakat Angka kemiskinan
Kota Kesejahteraan kesejahteraan Kesejahteraan Menurun
dan masyarakat Kota Rakyat
Kinerja
Jasa Yang 2. Memperkuat Memperkuat Indeks Ketimpangan Ketimpangan Pendapatan Indeks Ketimpangan
Berdaya ekonomi pertumbuhan ekonomi Pendapatan Antar Penduduk Menurun Pendapatan
Saing Kuat kerakyatan dan yang bertumpu ekonomi PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Angka pertumbuhan
Untuk daya saing Kota kerakyatan untuk Meningkat ekonomi
Keberdayaan Yogyakarta meningkatkan daya Inflasi
Masyarakat
saing kota Yogyakarta
Dengan
Berpijak Pada 3. Memperkuat Meningkatkan moral, Angka Kriminalitas Gangguan ketentraman Angka Kriminalitas
Nilai moral, etika, etika, dan budaya untuk dan ketertiban masyakarat
Keistimewaan dan budaya mewujudkan Jumlah pelanggaran menurun Jumlah pelanggaran
masyarakat ketentraman masyarakat Perda Perda
Kota Kota Yogyakarta
Yogyakarta
4. Meningkatkan Meningkatkan kualitas Indeks Kualitas pendidikan Angka Rata-rata lama
kualitas pendidikan dan Pembangunan meningkat sekolah
pendidikan, kesehatan Manusia Angka harapan lama
kesehatan, sekolah
sosial, dan
Harapan hidup masyarakat Angka harapan hidup
budaya
meningkat
Meningkatkan peran Persentase rintisan Peran serta masyarakat Persentase rintisan
s u
e d
r a
t y
a a
p
mk el
ae e
sl st
ypu a
aer ri m
r na a e
akgh n n
keea b i
al m n u n
tubbb d g
drudau a k
aadandy y a
lhalgaa a t
aayayn
mnamnag
d
a
n
p
pe
el
ne
gs
eyt
m aa
bnr
agi
naaa
gdknk
aatiti
nnf bf
Indikator Kinerja
Visi Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Daerah
Utama (IKU)
5. Memperkuat Mewujudkan tata ruang Persentase Kesesuaian pemanfaatan Persentase kesesuaian
tata kota dan yang nyaman, tertib, dan kesesuaian ruang meningkat pemanfaatan ruang
kelestarian berkelanjutan pemanfaatan ruang
lingkungan Meningkatkan kualitas Indeks Kualitas Kualitas lingkungan hidup Indeks Kualitas
lingkungan hidup Lingkungan Hidup meningkat Lingkungan Hidup
6. Membangun Meningkatkan sarana Indeks Infrastruktur Infrastruktur wilayah Indeks Infrastruktur
sarana dan dan prasarana publik dan Wilayah meningkat Wilayah
prasarana permukiman
publik dan
permukiman
7. Meningkatkan Meningkatkan tata kelola Indeks Reformasi Kapasitas tata kelola Nilai akuntabilitas kinerja
tata kelola pemerintah yang baik Birokrasi pemerintahan meningkat pemerintah
pemerintah dan bersih
Tahun 2020
Tahun 2020 22
Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)
Tahun 2020 24
25
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA
26
3.1. CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA
TAHUN 2020
Pengukuran capaian kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta dilakukan secara
berkala secara triwulanan dan tahunan dengan sistem desk timbal balik yang
dilaksanakan oleh unsur perencanaan, keuangan, pengawasan serta pengendalian
pembangunan. Pengukuran kinerja dilaksanakan melalui pembandingan antara
realisasi capaian indikator kinerja dengan target indikator kinerja sasaran yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020 serta
menggali informasi terkait upaya apa yang sudah dilakukan perangkat daerah dalam
mendukung pencapaian target, termasuk kendala yang dihadapi dan strategi yang
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan melalui inovasi.
Guna mempermudah interpretasi atas pencapaian indikator kinerja sasaran
Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut digunakan skala nilai peringkat kinerja yang
mengacu pada Formulir Tabel T-E.1 dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai berikut:
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017
2 Keberdayaan masyarakat meningkat Indeks keberdayaan masyarakat 63,86 64,33 100,74% 63,88 100,70%
3 Ketahanan pangan masyarakat meningkat Pola pangan harapan 87,5 94,3 107,77% 87,7 107,53%
4 Ketimpangan pendapatan antar penduduk Indeks Ketimpangan Pendapatan (Gini 0,592 0,399 132,60% 0,39 97,69%
menurun ratio)
5 Pertumbuhan ekonomi meningkat Angka pertumbuhan ekonomi -2,22% -0,81% 163,51% 5,23% -645,68%
6 Gangguan keamanan dan ketertiban Angka kriminalitas 1.000 601 139,90% 950 136,74%
masyarakat menurun Jumlah pelanggaran Perda 4.299 1.227 171,46% 4.200 170,79%
7 Kualitas pendidikan meningkat Angka rata-rata lama sekolah 11,45 th 11,46 th 100,09% 11,46th 99,91%
Angka harapan lama sekolah 17,28 th 17,43 th 100,87% 17,33th 99,71%
Tahun 2020
8 Harapan hidup masyarakat meningkat Angka harapan hidup 74,56 th 74,65th 100,12% 74,6th 99,95%
9 Peran serta masyarakat dalam Persentase rintisan kelurahan budaya 61% 61,90% 101,48% 72% 85,97%
pengembangan dan pelestarian budaya yang aktif
meningkat
10 Kesesuaian pemanfaatan ruang meningkat Persentase kesesuaian pemanfaatan 76,70% 78,46% 102,29% 82,5% 95,10%
ruang
28
11 Kualitas lingkungan hidup meningkat Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 51,24 55,64 108,59% 51,64 107,75%
29
12 Infrastruktur wilayah meningkat Indeks Infrastruktur Wilayah 42,34 43,8 102,69% 44,41 98,63%
13 Kapasitas tata kelola pemerintahan Nilai akuntabilitas kinerja pemerintah A A 100,00% A 100,00%
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
meningkat Opini BPK terhadap Laporan Keuangan WTP WTP 100,00% WTP 100,00%
Pemerintah Daerah
Tahun 2020 30
3.2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN
KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020
3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun
Ketercapaian Sasaran
Sasaran Kemiskinan Masyarakat Menurun diukur dengan Angka kemiskinan BPS,
yaitu persentase jumlah penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran dibawah
garis kemiskinan terhadap keseluruhan penduduk kota Yogyakarta. Garis
kemiskinan sendiri merupakan batas nilai rupiah pengeluaran konsumsi (makanan
dan non makanan) perkapita perbulan. Untuk Tahun 2020, BPS menetapkan garis
kemiskinan kota Yogyakarta Rp 533.423,- perkapita perbulan. Nilai tersebut
kemudian dijadikan baseline untuk menentukan persentase penduduk miskin,
dimana semua individu yang memiliki tingkat konsumsi dibawah nilai tersebut
digolongkan sebagai penduduk miskin.
Berdasarkan tolok ukur tersebut, jumlah penduduk miskin di kota
Yogyakarta tahun 2020 diestimasi sebanyak 31.620 Jiwa. Jika dibandingkan
dengan estimasi jumlah penduduk pada periode yang sama, yang oleh BPS
diestimasi sekitar 434.938 Jiwa, maka diketahui bahwa tingkat kemiskinannya
adalah 7,27. Sehubungan dengan adanya Pandemi Covid-19, Pemerintah Kota
Yogyakarta telah menetapkan perubahan target angka kemiskinan yang semula
6,15 menjadi 13,97. Perubahan target ini mendasarkan analisis berbasis data
estimasi pertumbuhan ekonomi, dimana terdapat lonjakan jumlah orang miskin
terdampak Pandemi. Dengan tolok ukur tersebut, realisasi di Tahun 2020 telah
melampaui target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Namun apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka kemiskinan mengalami
peningkatan sebesar 0,43 pada tahun 2020.
Target Realisasi
Tahun 2020 34
secara total menyasar lebih dari 17.000 keluarga selama 9 Bulan. Setiap keluarga
sasaran mendapat alokasi Rp 600.000/ Bulan. Bantuan Sembako juga mengalami
perluasan dengan sasaran keluarga non-PKH, sebesar Rp. 500.000/ keluarga,
tersalurkan kepada 10.340 keluarga. Sedangkan skema bantuan sosial dari
Pemerintah Kota, yang ditujukan Lansia Miskin dan penyandang disabilitas
dihentikan karena datanya overlap dengan bantuan sosial Pandemi tersebut.
Bantuan sosial lain yang masih terealisasi meliputi alat bantu penyandang
disabilitas 21 unit, bantuan modal untuk 15 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
masing-masing Rp. 15 Juta, Jaminan Hidup 6 Orang penderita HIV/AIDS dan 6
Orang terlantar masing-masing Rp 300.000 perbulan selama setahun, dan
bantuan untuk Tim Reaksi Cepat (TRC) PMKS.
Intervensijaminan
pendidikan dan kesehatan sebagai
bagian dari strategi meringankan
beban pengeluaran keluarga miskin
jugamasihberjalantanpat
erdampakPandemi.KotaY
ogyakartaberkomitmen
mendorong tercapainya Universal
Health Coverage (UHC) yang
dituangkan dalam bentuk MoU
antara pemerintah Kota Yogyakarta
dengan BPJS, sehingga apabila masyarakat Kota Yogyakarta mau diberikan
fasilitas BPJS kelas III, Pemerintah Kota Yogyakarta akan menanggung iuran
BPJS nya. Tingkat kepesertaan JKN penduduk kota Yogyakarta telah mencapai
95,62%, atau sebanyak 396.746 peserta. Dengan demikian, status UHC dengan
threshold 95% sudah terlampaui.
Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) hadir sebagai upaya mengurangi beban
pengeluaran masyarakat atas biaya pendidikan terutama siswa miskin. Alokasi tiap
siswa (periode 1 Tahun) bervariasi, yaitu Rp. 800.000 untuk TK dan SD Negeri; Rp. 1
Juta untuk SMP Negeri; Rp. 1,7 Juta untuk TK Swasta; Rp. 2 Juta untuk Kejar Paket/
PKBM; Rp. 2,5 Juta untuk SMA dan SMK Negeri; Rp. 2,8 Juta untuk SD Swasta; Rp.
3 Juta untuk Retrievel/ Putus Sekolah; Rp. 4 Juta untuk SMP Swasta; Rp. 4,5 Juta
untuk SMA Swasta dan Panti Asuhan; dan Rp. 4,75 Juta untuk SMK Swasta. Jumlah
sasaran yang direncanakan sebanyak 15.492 siswa.
Dari sisi infrastruktur permukiman juga terus diupayakan perbaikan, melalui
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Meskipun di awal tahun sempat ada
Tahun 2020 36
Beberapa pelatihan dan keikutsertaan dalam pameran didrop karena Pandemi. jumlah
peserta juga dibatasi sehingga tidak sesuai dengan target awal yang direncanakan.
Koordinasi dan diseminasi yang pelaksanaanya mengumpulkan banyak orang juga
dikurangi untuk menegakkan protokol kesehatan. Basis sasarannya adalah pelaku
usaha atau individu yang baru merintis usaha dengan skala mikro dan kecil.
Relevansinya dengan penanggulangan kemiskinan adalah bahwa pelaku usaha
tersebvut belum tentu dari warga miskin. Namun, sifat segmen sasaranya yang
mayoritas pelaku usaha tingkat mikro cukup untuk menjadi justifikasi
merepresentasikan kelompok sasaran tingkat kesejahteraan rendah. Selain kelompok
miskin, upaya penanggulangan kemiskinan idealnya juga perlu menyasar kelompok
rentan miskin atau yang memiliki tingkat ekonomi tepat diatas garis kemiskinan.
Harapannya adalah agar kelompok tersebut tidak jatuh miskin terutama disaat krisis.
Pelaku usaha mikro merepresentasikan baik kelompok miskin maupun rentan miskin
sehingga layak menjadi sasaran intervensi kebijakan.
Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk pemberdayaan ekonomi juga
dilakukan melalui skema sinergisitas dengan kelompok usaha kuliner. Anggaran
jamuan makan minum seluruh OPD diarahkan untuk dibelanjakan kepada kelompok
tersebut. Sebagai bagian dari penanggulangan kemiskinan, kelompok yang tergabung
dalam skema dipersyaratkan untuk merekruit atau memiliki anggota dari kelompok
miskin. Kelompok tersebut mendaftarkan usahanya dan bergabung dalam SIM
Nglarisi. SIM ini berfungsi sebagai market place, dimana mereka mendisplay produk
dan OPD melakukan pemesanan secara online. Sistem tersebut telah berjalan sejak
Tahun 2019, dengan proyeksi bisa menyerap total anggaran jamuan makan hampir
40 Milyar. Tahun 2020 ini jumlah kelompok yang bergabung dalam skema SIM
Nglarisi terus bertambah dari 186 diawal tahun menjadi 228 kelompok di Bulan
November. Jumlah anggota tiap kelompok bervariasi, dengan jumlah total anggota
2.139 Orang, 621 diantaranya warga miskin. Pandemi jelas berdampak pada omzet
yang diperoleh oleh kelompok tersebut, terutama karena refocusing anggaran
termasuk untuk jamuan. Meski demikian, jumlah omzet transaksi melalui SIM Nglarisi
masih cukup signifikan, yaitu 4,1 Milyar dalam 11 Bulan.
Sebagai bagian dari proses pendukung
untuk mencapai sasaran, Penguatan data d a
ninformasitetapdilakukanoleh
pemerintah kota Yogyakarta. Penguatan data
dilakukan melalui 2 sisi. Sisi pertama secara
berkala melakukan updating data melalui
proses verifikasi dan validasi baik itu data
KSJPS, data Penerima Bantuan Iur/ PBI
Tahun 2020 38
Bahkan, kegiatan-kegiatan lain yang mensyaratkan pengumpulan banyak Orang
juga mengalami pembatasan, misalkan sosialisasi atau diseminasi program.
Kelompok usaha kecil kuliner yang menjadi binaan Pemerintah Kota untuk
menyerap anggaran jamuan juga terdampak dengan adanya refocusing. Selain
itu, yang menjadi persoalan adalah keterbatasan lahan di Kota. Hal ini
menyebabkan intervensi penataan kawasan kumuh dan jamban sehat mengalami
hambatan. Akibatnya, opsi pembangunanya menjadi sangat terbatas. Bahkan
untuk pembangunan Jamban, sebagian tidak bisa dilaksanakan sama sekali.
Sebagai bahan masukan, 3 (tiga) poin yang bisa ditindak-lanjuti;
1. Pandemi di satu sisi menyebabkan pembatasan-pembatasan sosial
sehingga kanal-kanal komunikasi menjadi terbatas, terutama yang melibatkan
banyak orang. Namun disisi lain, kanal-kanal alternative secara online mulai
banyak dikembangkan. Implementasinya di Pemerintah Kota sudah nampak,
namun masih banyak juga segmen-segmen intervensi yang belum secara optimal
memanfaatkan teknologi tersebut karena membutuhkan waktu pengembangan
dan adaptasi penggunaan. Kedepan, sarana ini bisa lebih diintensifkan
pemanfaatannya.
2. Keterbatasan lahan menjadi alasan klasik di daerah perkotaan. Penataan
kawasan kumuh dan pembangunan jamban sehat biasanya menyasar pada
permukiman yang berpenduduk padat dengan rumah kecil yang berhimpitan, dan
biasanya dibandaran sungai. Memperbanyak pembangunan rumah susun masih
menjadi alternative solusi yang paling feasible, dimana penduduk yang hidup di
kawasan tersebut direlokasi dan ditempatkan di fasilitas yang memenuhi kriteria
kesehatan pada rumah susun tersebut. Meski demikian, usulan ini masih perlu
dikaji secara detail opsi-opsi kebijakan operasionalnya.
3. Salah satu upaya peningkatan pendapatan adalah melalui SIM Nglarisi,
dimana kelompok usaha kuliner bisa mendisplay produk daganganya untuk dibeli oleh
staf Pemerintah Kota untuk jamuan makan. Dengan adanya Pandemi, anggaran
jamuan di refocusing sehingga sangat mempengaruhi tingkat omzet kelompok usaha
tersebut. Salah satu upaya pengembangan yang bisa dilakukan adalah membikin SIM
Nglarisi go-public, dapat diakses dan dipromosikan kepada masyarakat umum,
meskipun tetap pada segmen jamuan rapat. Hal ini tentu saja perlu diimbangi dengan
upaya pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga bisa bersaing di
pasar.
Pendemi memang belum menampakan tanda-tanda akan berakhir. Namun,
upaya-upaya pemerintah untuk secepatnya menyediakan vaksin sudah semakin
Ketercapaian Sasaran
Capaian peningkatan pemberdayaan masyarakat diukur dengan indeks
keberdayaan masyarakat. Indeks ini merupakan komposit 3 indikator; (1)
pemberdayaan masyarakat berbasis kampung, (2) persentase perempuan tidak
mengalami kekerasan dan (3) persentase anak tidak mengalami kekerasan.
Pemberdayaan masyarakat berbasis kampung dihitung dari proporsi kampung
yang aktif, ditandai dengan deklarasi beberapa jenis tematik pembangunan, dari
keseluruhan kampung. Jumlah seluruh kampung yang ditetapkan dalam Perwal
adalah 169 unit, berkurang 1 dari yang ditetapkan diawal. Sementara itu,
persentase perempuan/ anak tidak mengalami kekerasan diperoleh dari jumlah
kasus perempuan/ anak yang mengalami kekerasan. Jumlah yang mengalami
kekerasan tersebut masing-masing dibagi dengan jumlah keseluruhan populasi
(perempuan/ anak). Perhitungan persentase perempuan/ anak tidak mengalami
kekerasan diperoleh dari 100% yang dikurangi dengan persentase yang
mengalami kekerasan. Setiap indicator tersebut diestimasi nilainya setiap tahun,
yang hasilnya sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Indikator Komposit Penghitung Indeks Keberdayaan
Masyarakat
Indikator Capaian Keterangan Penghitungan
2020
Pemberdayaan 40,59 Persentase kampung yang aktif dari
masyarakat berbasis keseluruhan kampung
kampung
Persentase perempuan 99,92 Persentase seluruh perempuan (100 %)
tidak mengalami dikurangi persentase perempuan yang
kekerasan mengalami kekerasan
Persentase anak tidak 99,96 Persentase seluruh anak (100 %) dikurangi
mengalami kekerasan persentase anak yang mengalami
kekerasan
Sumber: DPMPPA, diolah
Tahun 2020 40
masih memiliki kaitan tidak langsung. Secara teoretis, perempuan dan anak yang
tidak mengalami kekerasan sama artinya bahwa mereka telah berdaya. Berbeda
dengan pemberdayaan masyarakat, perempuan dan anak yang berdaya ini lebih
bersifat individual bukan kolektif atau komunal, serta ke-berdaya-an tersebut
terjadi tidak selalu berkorelasi dengan peran pihak luar diri dan keluarganya,
terlebih lagi pemerintah. Oleh karena itu, meskipun menjadi faktor, keberdayaan
perempuan dan anak memiliki bobot lebih kecil dibanding pemberdayaan
masyarakat yang didalamnya juga masih terdapat elemen perempuan dan anak.
Bobot masing-masing ditentukan 60% untuk pemberdayaan masyarakat dan 40%
untuk gabungan perempuan dan anak.
Secara lebih rinci, perhitungan masing-masing komposit, kontribusinya
terhadap indeks pemberdayaan masyarakat sekaligus ketercapaian indeks adalah
sebagaimana tabel berikut. Indeks pemberdayaan masyarakat berbasis kampung
memiliki bobot 60%, sehingga perhitunganya menghasilkan angka dalam persen
24,35. Sedangkan gabungan persentase perempuan dan anak yang tidak
mengalami kekerasan, memiliki bobot 40%. Penghitungannya adalah dengan
mencari rata-rata capaian dari dua indicator tersebut, baru dikalikan dengan bobot
40%. Hasilnya dalam persen adalah 39,98. Indeks keberdayaan masyarakat
sendiri merupakan gabungan atau penambahan dari dua bobot indeks tersebut,
yaitu 24,35 dan 39,98. Hasil akhirnya adalah 64,33. Jika dibandingkan dengan
target Pemerintah Kota, yaitu 63,86; maka realisasi tersebut masih melampaui
target, dengan tingkat capaian 100,74%.
Indeks
Indeks (%) 24,35
Pemberdayaan 40,59 Realisasi Komposit x
1 60%
Masyarakat Bobot
Berbasis Kampung
Persentase (Realisasi 39,98
perempuan yang Komposit
2 99,92
tidak mengalami Perempuan +
kekerasan Anak) x
40%
Framework Kebijakan
Peningkatan keberdayaan masyarakat dicapai melalui skema atau proses bisnis
yang divisualisasikan gambar berikut ini. Proses manajemen yang berlaku umum
mengcover aspek perencanaan; penganggaran; pengelolaaan organisasi,
tatalaksana dan SDM; serta pengelolaan system pengendalian dan pengawasan.
Spesifik keberdayaan masyarakat, pencapaiannya dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat berbasis kampung, pemberdayaan dan perlindungan
perempuan, serta perlindungan anak sebagai proses utama. Skema ini didukung
oleh aspek penguatan organisasi kemasyarakatan sebagai proses pendukung.
Tahun 2020 42
Gambar 3.7 Proses Bisnis Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat
Sumber: Bappeda Tahun 2019
Tahun 2020 44
pertemuan secara offline masih terselenggara meskipun terbatas. Upaya
menyiasati Pandemi juga dilakukan dengan melatih dan mendampingi UPPKS
untuk membuat frozen-food atau makanan beku. Upaya ini dilakukan dengan
pelatihan yang diselenggarakan berkolaborasi dengan BPD melalui skema CSR.
Selanjutnya Dinas juga melakukan assesmen kelompok UPPKS untuk
mengetahui dampak pandemic terhadap eksistensi usaha, sebagai baseline untuk
menentukan intervensi lanjutan. Masih terkait Gandeng Gendong, dimana salah
satunya adalah dengan menyediakan anggaran jamuan rapat Pemerintah Kota
untuk kelompok usaha kuliner. Beberapa diantara kelompok tersebut merupakan
UPPKS binaan Dinas Dalduk KB, dengan lokasi usaha khususnya di kampung
KB. Pendampingan terus dilakukan sehingga jumlah UPPKS yang tergabung
meningkat dari 7 kelompok, menjadi 13 kelompok di tahun 2020.
Pemberdayaanmasyarak
a t berbasis kampung lain direalisasi oleh
Dinas Pariwisata dengan mempersiapkan
17 Kampung Wisata menghadapi New
Normal. Pembuatan profile focus pada
konten video Paket Wisata sebagai bahan
promosi dengan penekanan pada
penerapan protokoler kesehatan. Dalam
upaya ini, potensi lokal, PKK dan masyarakat secara umum, digerakan untuk
bersama-sama mengelola. Dua tematik kampung yang menemukan optimalisasi
peran di era Pandemi ini adalah KTB BPBD dan KPT Satpol PP. Sebagaimana
diketahui, BPBD merupakan ujung tombak Penanganan Pandemi Covid-19. Dalam
hal pencegahan, BPBD membutuhkan peran aktif masyarakat untuk melakukan
penyemprotan secara berkala dan mendistribusikan kelengkapan protokol kesehatan.
Intervensi yang berbeda-beda diperlakukan berdasarkan kasus yang terjadi di
masing-masing wilayah. Dalam hal ini, pengurus dan relawan KTB megambil peran
aktif didalamnya. Satpol PP juga memiliki tanggung-jawab dalam pencegahan dan
penegakan protocol kesehatan. Upaya intervensi dilakukan dalam berbagai tingkatan.
Sementara ditingkat kota diantaranya dilakukan melalui operasi penindakan, ditingkat
wilayah, penegakan dilakukukan oleh relawan yang tergabung dalam KPT. Tentu
saja, peran serta baik KTB maupun KPT hampir selalu lebur dalam Satgas Covid
tingkat wilayah. Bedanya dengan wilayah lain yang belum ada KTB dan KPT adalah
kampung lebih siap karena sebelumnya telah dipersiapkan termasuk relawan yang
dilatih dalam kesiap-siagaan bencana dan ketertiban, maupun kesiapan sarpras
pendukungnya.
Tahun 2020 46
Tolok ukuran keberhasilan pemberdayaan masyarakat berbasis kampung
dipengaruhi oleh keaktifan masing-masing kampung, sementara itu untuk
perempuan dan anak dihitung berdasarkan sedikitnya jumlah kekerasan. Kunci
dari upayanya adalah penanganan kekerasan sekaligus pencegahan kekerasan
melalui pemberdayaan social ekonomi, yang tidak hanya menyasar bagi potensi
korban, melainkan seluruh anggota keluarga. Meskipun secara umum target
sasaran peningkatan keberdayaan masyarakat ini tercapai, ada beberapa
permasalahan dilapangan yang menjadi penghambat untuk memaksimalkan hasil,
baik terkait kelembagaan, ragam intervensi maupun situasi yang serba terbatas
terkait adanya Pandemi.
Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan dimasing-masing wilayah merupakan
kunci utama keberdayaan masyarakat. Berdasarkan estimasi DPMPPA, jumlah
keseluruhan lebih dari 11.000 unit diberbagai tingkat wilayah. Namun, seringkali
didapati bahwa satu orang berafiliasi dengan banyak wadah kelembagaan. Hal ini
disatu sisi merupakan bentuk semangat aktivisme tinggi yang sangat bagus untuk
pemberdayaan masyarakat. Namun disisi lain, seringkali aktor-aktor
pemberdayaan tersebut terbebani terlalu banyak tugas sehingga kurang focus dan
kurang detail baik dalam penyusunan program dan kegiatan serta dalam proses
pelaksanaannya. Hal ini juga kemungkinan yang menjadi faktor kesulitan dalam
membuat perencanaan berbasis potensi wilayah.
Banyaknya lembaga lain yang berpartisipasi, baik negeri maupun swasta,
menangani permasalahan anak khususnya kekerasan menimbulkan potensi duplikasi
atau ketidak-tuntasan penanganan suatu kasus. Persoalan terkait ketidak-tuntasan
penanganan kasus ini kemungkinan salah satunya juga dipengaruhi keadaan dimana
belum semua lembaga memiliki sarana prasarana dan SDM yang kompeten. Adanya
potensi duplikasi dan ketidak-tuntasan dalam penanganan kasus tersebut juga
menjadi salah satu indikasi koordinasi dan sinergi antar lembaga yang belum optimal.
Secara lebih luas, komunikasi antar pemangku kepentingan belum bersifat
substantive, termasuk didalamnya antar Perangkat daerah dimana skema yang
membutuhkan intervensi secara komprehensif belum terekskusi, salah satu contoh
adalah intervensi Sekolah Ramah Anak (SRA). Khusus untuk implementasi SRA ini
perlu sentuhan lintas sektoral yang lebih kuat, dimana beberapa aspek yang
dipersyaratkan diluar jangkauan otoritas DPMPPA.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini menjadi satu masalah tersendiri dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan. Aktivitas peningkatan keberdayaan masyarakat
hampir selalu terkait dengan banyak orang, mulai dari diseminasi/ sosialisasi,
pelatihan maupun kegiatan tatap muka lainnya (contoh proses pembentukan sekolah
ramah anak dan konseling tatap muka). Dengan pembatasan di masa
Gambar 3.10 Target dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2017-
2022
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Kota Yogyakarta, 2020
Tahun 2020 50
Tabel 3.7 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 3
Tahun 2020
Indikator Cara
Kinerja Penghitungan Target Realisasi Capaian Predikat
%
Pola Pangan skor pola Sangat
87,5 94,3 107,77
Harapan pangan harapan Tinggi
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Tahun 2020
Apabila diperbandingkan dengan DIY nilai skor PPH pada tahun 2020 untuk
kota Yogyakarta sedikit lebih rendah, dimana skor PPH DIY (Data terakhir tahun
2019) 94,7. Sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat nasional, skor PPH Kota
Yogyakarta sudah melebihi, dimana skor PPH nasional 92,5 (Data terakhir tahun
2019).
Framework Kebijakan
Dalam mencapai Peningkatan Ketahanan Pangan, Pemerintah Kota Yogyakarta
fokus pada 4 aspek utama yaitu produksi dan ketersediaan pangan, distribusi,
konsumsi dan aspek pembinaan keamanan pangan Meskipun aspek produksi bukan
hal yang ditekankan dalam strategi peningkatan ketahanan pangan namun
Pemerintah Kota Yogykarta tetap menjaga kestabilan supply pangan di wilayah Kota
Yogyakarta. Aspek pendukung berupa pemberdayaan masyarakat dan aspek
manajemen juga berkontribusi terhadap peningkatan ketahanan pangan.
Tahun 2020 52
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Dinas Pertanian dan pangan berkontribusi utama dalam peningkatan
ketahanan pangan. Kegiatan peningkatan ketahanan pangan yang dilakukan pada
tahun 2020 adalah pengembangan kampung sayur di 3 lokasi yaitu : 1).
Kelurahan Karangwaru (kelompok Tanam Tuwuh, kampung karangwaru kidul) 2).
Kelurahan Kricak (Kelompok Ngremboko, Kampung Kricak) dan 3). Kelurahan
Bausasran (Kelompok Gemah Ripah, Kampung Bausasran). Ketiga kelompok
tersebut telah mendapatkan pembinaan berupa bimtek pengembangan kampung
sayur pada bulan Februari tahun 2020. Adapun selama bimtek, warga masyarakat
diberikan pelatihan mengenai pengembangan budidaya sayur, pengemasan
produk pasca panen dan pengelolaan manajemen kelompok.
Tahun 2020 54
Gambar 3.13 Pelaksanaan sosialisasi Menu B2SA di Wilayah Kota
Ketercapaian Sasaran
Sasaran 4 berkontribusi pada Misi 2 Pembangunan Kota Yogyakarta yaitu
Memperkuat Ekonomi Kerakyatan dan Daya Saing Kota Yogyakarta. Ketimpangan
Pendapatan Antar Penduduk menurun menggunakan indikator Indeks Ketimpangan
Pendapatan. Indeks Ketimpangan Pendapatan atau Indeks Gini menunjukan tingkat
ketimpangan pendapatan suatu wilayah secara menyeluruh. Sehubungan dengan
adanya Pandemi Covid-19, Pemerintah Kota Yogyakarta merevisi target Indeks Gini
pada Tahun 2020 yang semula 0,397 menjadi 0,592.
Dari table di atas, predikat capaian untuk indicator Gini Ratio berada pada level
Sangat Tinggi. Target 0,592 merupakan target moderat yang dipilih berdasarkan
Tahun 2020 56
analisis pertimbangan kondisi Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia,
termasuk Indonesia
Gambar 3.14 Target dan Realisasi Gini Ratio Kota Yogyakarta 2013-2021
Sumber: Analisis Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020
Tahun 2020 58
Gambar 3.16 Logframe Pemerintah dalam Ketimpangan antar Pendapatan
Menurun
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019
Tahun 2020 60
3.2.5 Sasaran Strategis 5 Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan indikator angka
pertumbuhan ekonomi. Sejak Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2019
pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta terus meningkat dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 5,45. Dengan adanya Pandemi Covid-
19, angka pertumbuhan ekonomi Tahun 2020 yang semula 5,2% diprediksi
terkontraksi menjadi -2,20%, menggunakan skenario pesimis dengan
pertimbangan bahwa wabah pandemi baru berakhir setelah Tahun 2020.
Tahun 2020 62
didukung oleh perangkat daerah lain seperti Dinas PUPKP (Peningkatan
Infrastruktur), DPMP (Perizinan dan Penanaman Modal) dan Satpol PP (Stabilitas
Keamanan) serta kecamatan yang meliputi semua aspek pendukung.
Tahun 2020 64
ditingkatkan.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan tersebut, terdapat
beberapa rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan untuk periode selanjutnya;
1. Upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 jangka panjang (strategi
Redesain Ekonomi) memerlukan upaya kolaboratif dari semua pihak dalam rangka
menciptakan demand pariwisata yang dapat membuka peluang pasar bagi pelaku
usaha dengan berpedoman pada protokol kesehatan. Untuk meningkatkan efektivitas
Pembelajaran Jarak Jauh perlu dilakukan.
2. Mendorong event-event wisata virtual bekerjasama dengan pelaku
ekonomi kreatif sebagai sebuah inovasi untuk mempromosikan pariwisata Kota
Yogyakarta.
3. Optimalisasi marketplace dan media sosial untuk mempromosikan produk-
produk UKM Kota Yogyakarta.
Target Realisasi
6000
5800
5600
1227
Menurunnya jumlah kasus pelanggaran Perda di tahun 2020 dibanding 2019 ini
tidak lepas dari peran Satpol PP dalam pencegahan dan penanganan Pandemi Covid-
19. Sebagai bagian dari skema, Satpol PP memiliki tugas untuk melakukan upaya
penegakan protocol kesehatan. Upaya tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Juni
hingga Desember ini. Berbagai operasi lapangan telah dilakukan, termasuk yang
berkolaborasi dengan tik kesehatan dan aparat keamanan. Jika pada bulan januari -
Mei Satpol PP masih focus pada penegakan Perda, pada Bulan Juni – Desember tim
tersebut mulai mengalihkan fokusnya pada upaya penegakan protocol kesehatan.
Bahkan upaya yang terakhir ini lebih diutamakan karena sifatnya yang urgent. Dari
laporan terakhir sampai Bulan November, operasi penegakan protocol kesehatan
secara kumulatif menghasilkan temuan pelangggaran sebanyak 2.859 kasus; mulai
dari teguran lisan (2.193 kasus), teguran tertulis (188 kasus), sanksi sosial (475
kasus) dan sanksi denda (3 kasus).
Tahun 2020 68
Framework Kebijakan
Tahun 2020 70
Perda secara Yustisi, sidang tindak pidana ringan, penyidikan kasus, dan
penegakan hukum terhadap saksi/ tersangka yang tidak memenuhi panggilan
PPNS. Selain itu, operasi ketertiban umum juga dilakukan, yang meliputi
penindakan hukum secara terpadu, operasi penertiban gabungan, pengendalian
kawasan tertib, serta pengendalian keamanan dan ketertiban kawasan khusus.
Pemantapan kewaspadaan dini masyarakat dilakukukan dengan patrol bina
kemling dan pelajar, operasional petugas intel Pol PP, serta monitoring dan
penyelidikan. Polisi Pamong Praja sebagai tulang punggung penindakan juga
ditingkatkan kapasitasnya melalui kesemaptaan, bimbingan mental, bimbingan
teknis, dan workshop. Upaya penindakan ini juga didukung dengan memastikan
instrument hukum efektif melalui pengkajian berbagai produk hukum, konsultasi
pakar, serta penegakannya di lapangan.
Sebagai instrument pendukung, kerjasama dengan aparat penegak hukum
dilakukan melalui 2 tingkat wilayah, Kota dan Kecamatan. Sebagai representasi
kota, Kantor Kesbang memiliki kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan.
Sementara untuk tingkat wilayah, setiap kecamatan menyelenggarakan kegiatan
ketentraman dan ketertiban. Upaya Kecamatan tersebut diwujudkan dalam bentuk
dukungan bagi koordinasi antar pemerintah dan masyarakat, diantaranya melalui
forum pembauran kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat serta di
beberapa wilayah terdapat pelatihan bela negara bagi generasi muda serta dan
workshop FKUB.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Sebagaimana disinggung sebelumnya, upaya penurunan gangguan
ketentraman dan ketertiban masyarakat dominan dilaksanakan oleh Satpol PP.
OPD lainnya memberikan dukungan secara tidak langsung. Disamping itu,
pelaksanaan kebijakan diwarnai dengan adanya Pandemi yang menginterupsi
kelancaran kegiatan. Satpol PP sendiri sebagai
leading sector pencapaian sasaran
penurunan gangguan keamanan dan
ketertiban fokus pada penanganan
pelanggaran prokes Pandemi,
terutama pada paruh kedua tahun
2020. Namun demikian, adanya
kebijakan dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah terkait
dengan mewabahnya pandemi Covid-
19 untuk membatasi segala bentuk
aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi
di daerah, serta himbauan menunda
perjalanan ke luar daerah, mungkin justru mengurangi potensi terjadinya pelanggaran
perda di Kota Yogyakarta. Dampaknya sebagaimana dijelaskan diatas,
Tahun 2020 72
Permasalahan yang timbul terkait implementasi strategi penegakan perda
yang secara rutin dilaksanakan oleh Satpol PP, belum cukup mampu untuk
menimbulkan efek jera dan cenderung membuka ruang melakukan pelanggaran
kembali. Bahkan upaya yang sampai pada level putusan pengadilan terhadap
pelaku pelanggaran perda pun belum cukup efektif. Apalagi di masa pandemi
Covid19, keterbatasan aktivitas sosial berpotensi mendorong masyarakat untuk
melakukan berbagai upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi mereka,
termasuk dengan cara melanggar peraturan. Pandemi juga berpengaruh terhadap
ruang gerak petugas operasional Pol PP dalam penegakan perda. Sebagai contoh
terdapat kebijakan penundaan pengajuan berkas berita acara penyidikan
pelanggaran ke persidangan oleh pengadilan negeri dalam kurun waktu tertentu
karena berpotensi memudahkan penularan virus, menjadi faktor penghambat tidak
optimalnya penegakan perda.
Upaya lain, terutama sebagai bagian dari skema preventif adalah pembinaan
Ormas dan koordinasi dengan apparat penegak hukum yang dilakukan oleh Kantor
Kesbang. Pembinaan 137 Ormas dilakukan sekaligus sebagai upaya pemantauan
dan pemberdayaan ormas tersebut sebagai salah satu potensi ketentraman dan
ketertiban. Namun demikian, adanya aturan pengajuan SKT dari masing-masing
Ormas yang bisa secara langsung ke Pemerintah Pusat secara online menjadi salah-
satu isu yang menjadikan upaya control lebih rumit. Koordinasi rutin dengan aparat
hukum mitra juga selalu dilakukan oleh Kantor Kesbang melalui Forkompimda
maupun Tim Kewaspadaan Dini Daerah. Intensifikasi komunikasi merupakan kunci
dari keberhasilan upaya ini mengingat sering adanya pergantian pimpinan pada
instansi tersebut menyebabkan transfer knowledge penyamaan persepsi juga perlu
sering dilakukan. Sementara itu, kesibukan penanganan Pandemi baik oleh instansi
mitra maupun Pemkot menjadikan frekwensi komunikasi berkurang.
Terkait dengan pembinaan Ormas, khususnya segmen Pemuda, Dinas Pemuda
dan Olahraga juga melakukan beberapa upaya. Pandemi menyebabkan beberapa
aktivitas pengumpulan organisasi tersebut dibatasi. Kegiatan pemuda anti NAPZA
tetap dilakukan meski secara daring. Pementukan pemuda wilayah (dengan
anggotanya yang tinggal dan berKTP Kota) sehingga permasalahan kepemudaan
wilayah dapat dicegah sedini mungkin, dan informasi lebih cepat tersebar. Pemberian
penghargaan bagi atlit untuk motivasi Pelajar Kota Yogakarta untuk berprestasi dalam
berolahraga, karena mendidik menjadi disiplin, sportif, dan jujur. Serta adanya
Pandemi justru menyediakan kanali bagi mereka untuk ikut membantu korban yang
terdampak. Kegiatan yang dimaksud adalah bakti Sosial yang disasarkan mahasiswa
yang tergabung dalam IKMDI (Ikatan Mahasiswa Daerah Indonesia) yang tidak bisa
pulang ke daerah asal karena Pandemi.
Upaya penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban meskipun telah
melampaui target, sebagaimana dijelaskan diatas, terdapat beberapa permasalahan
dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini, Pandemi beserta pembatasan-
Tahun 2020 74
3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator;
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah
(AHLS). ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas,
sedangkan AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa
depan yang bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur
yang bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula
penghitungan dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator
(ARLS 0 – 15 Tahun; AHLS 0 – 18 Tahun).
18
17,28 17,43
3.2.7 Sasaran Strategis17,05 7 Kualitas Pendidikan Meningkat
17 16,82
Ketercapaian16,89 Sasaran16,95 17,01 17,28 17,3 17,33
16
Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator;
15
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS).
14
ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas, sedangkan
13
AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa depan yang
12 11,43 11,44 11,45 11,46
bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur yang
11 11,42 11,43 11,43 11,45 11,45 11,46
bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula penghitungan
10
dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator (ARLS 0 – 15
Tahun
Indikator
No Formula Perhitungan Capaian Predikat
Kinerja Target Realisasi
(%)
1 ARLS 11,45 11,46 th 100,09 Sangat
th Tinggi
2 AHLS 17,28 17,43 th 100,87
th
Rata-rata Capaian Kinerja 100,48
Sumber : BPS Kota Yogyakarta Tahun 2020, diolah
Tahun 2020 78
almari dan sarpras lainya, dan fasilitasi lomba gugus depan unggul SD. Upaya
pemenuhan sarpras tersebut didukung Dinas PUPKP dengan rehab berat 2 unit
sekolah dan penyusunan DED 2 SD.
Intervensi terkait penguatan data dan informasi meliputi pelaksanaaan KBS
online, rangkuman data pendidikan, pengelolaan Dapodik dan informasi pendidikan,
fasilitasi penyelenggaraan PPDB online, serta pengembangan dan pengelolaan
aplikasi. Sementara itu, Dinsos mendukung aspek ini melalui verifikasi lapangan data
siswa yang membutuhan jaminan pendidikan daerah namun belum teridentifikasi
sebagai sasaran. Pengembangan budaya literasi diperankan oleh Dinas
Perpustakaan dan Arsip melalui berbagai skema pengelolaan perpustakaan
(perpustakaan dan internet keliling, pembinaan perpustakaan sekolah dan instansi,
serta pengelolaan perpustakaan pemerintah), pemasayarakatan budaya gemar
membaca (lomba bercerita SD, pembacaan cerita rakyat di radio, pelatihan menulis
dan pengelolaan perpustakaan, lomba minat baca dan perpustakaan, diskusi buku,
seminar perpustakaan, program ramadhan dan liburan di perpustakaan, gerakan
sumbang buku), pelestarian koleksi pustaka (pemeliharaan koleksi bahan pustaka dan
naskah kuno, serta pengembangan bahan pustaka, terbitan berkala danalat peraga
edukatif), serta pengelolaan data, system informasi perpustakaan (pengelolaan
system perpustakaan dan digital library dan majalah bookie). Untuk pendidikan
masyarakat dan pembinaan LPK, Disdik melakukan pembinaan terhadap lembaga
pendidikan ketrampilan dengan pendaftaran akreditasi lembaga PNF, bintek akreditasi
lembaga kursus dan uji kompetensi instruktur kursus, pendidikan vokasional, serta
lomba lembaga kursus berprestasi dan apresiasi GTK PAUD dan Dikmasi. Upaya ini
didukung oleh Dinas Kebudayaan melalui beberapa jenis lomba dan kompetisi
(museum, sejarah, lukis, serta bahasa dan sastra). Sementara itu, Dinas Pariwisata
mendukungnya melalui layanan di Taman Pintar, dan kecamatan melalui fasilitasi
lembaga kemastarakatan di tiap kelurahan.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai terasa akhir Maret,
Banyak kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipending atau dialihkan.
Terkait pencapaian sasaran 7, dimana pendidikan menjadi inti intervensi,
setidaknya Pandemi menyebabkan 3 hal berikut;
1. Metode pembelajaran secara drastis diubah menjadi pembelajaran jarak
jauh (PJJ)
2. Intervensi yang terkait dengan pemusatan banyak orang, misalkan lomba/
kompetisi dan sosialisasi, dipending atau dialihkan dengan metode alternative
yang meminimalisir resiko penularan, meski sebagian yang
Tahun 2020 80
dilakukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan juga diubah metodenya secara
online pada tahap penyisihan. Metode offline dilakukan saat final, dimana antar
finalis menunjukan kemahiran bercerita pada waktu yang berbeda-beda. Kelas
menulis SD dan SMP menghasilkan buku antologi 78 cerita. Lomba cerdas cermat
Museum (SMP) dan sejarah (SMA), kompetisi bahasa dan sastra untuk semua
jenjang, serta lomba lukis DIY-Kyoto tetap diselenggarakan oleh Dinas
Kebudayaan dengan inovasi metode menyesuaikan pandemic.
Intervensi lain terkait sekolah dan pendidikan masyarakat, pembentukan
sekolah ramah anak dilakukan dengan cara pembekalan dan deklarasi komitmen
pengelola sekolah. Dalam pelaksanaan, DPMPPA melakukan monev ke sekolah
tersebut. Karena sifatnya kegiatannya yang off-line dan cenderung mengumpulkan
banyak orang, ada penurunan target dari 25 menjadi 15, serta pendampingan
dihentikan selama Pandemi. Pembinaan perpustakaan tetap dilaksanakan dengan
melibatkan 15 pustakawan, masing-masing mendampingi 8 perpustakaan. Dalam
rangka menumbuhkan tingkat literasi masyarakat, aktivitas kampong baca di 7 lokasi
kampong tetap diselenggarakan, dengan kolaborasi Dinas Pendidikan (anggaran
pengelolaan), Dinas Arsip dan Perpustakaan (Buku dan Peralatan) dan Dinas
Kominfo (jaringan internet). Selain Kampung Baca, intervensi berbasis komunitas juga
dilakukan melalui skema Jam Belajar Masyarakat (JBM). Skema ini dijalankan di
seluruh 617 RW di Kota Yogyakarta, dimana aktivitas komunitas yang berorientasi
untuk mendukung pendidikan dibantu pendanaanya oleh Pemerintah Kota.
Disamping semua intervensi yang telah dilaksanakan, upaya untuk menangani
anak putus sekolah terus dilakukan. Identifikasi anak putus sekolah disisir melalui
data siswa Dinas Pendidikan (Dapodik) dan Kementerian Agama (Emis). Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan data anak putus sekolah yang bersekolah dimasing-
masing institusi pendidikan dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Namun persoalannya
adalah tidak semua penduduk Kota Yogyakarta bersekolah di dalam kota.
Dimungkinkan terdapat sejumlah anak yang bersekolah di luar kota sehingga jika
putus sekolah tidak terdeteksi di database. Identifikasi dilakukan dengan
memanfaatkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang merupakan
database penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah dari Kementerian
Sosial. Disamping itu, Dinas Pendidikan juga memanfaatkan jaringan pengelola JBM
di setiap RW agar melaporkan warganya yang putus sekolah, dan saat ini baru dalam
proses rekap. Intervensi yang dipersiapkan untuk penangannya adalah dengan
memfasilitasi pendanaan supaya anak tersebut kembali ke sekolah.
Dari pelaksanaan intervensi sepanjang tahun 2020 sebagaimana dijelaskan
diatas, setidaknya terdapat beberapa persoalan yang dihadapi dilapangan. Salah
satunya terkait upaya identifikasi anak putus sekolah. Data tersedia yang dimiliki
Tahun 2020 82
teridentifikasi tidak sekolah. Skema yang dipersiapkan adalah dengan
memberikan bantuan pendanaan bagi mereka agar bisa kembali ke sekolah
dengan bantuan jaminan pendidikan daerah.
Upaya tersebut tentu masih belum komprehensif mengingat masih ada gap
antara 6.427 Jiwa yang teridentifikasi tidak sekolah dan 7 Jiwa yang dilaporkan
masyarakat mengalami putus sekolah. Setidaknya masih terdapat 6.420 Jiwa
yang perlu diidentifikasi lebih lanjut apakah sekolah diluar Kota sehingga berada
diluar jangkauan DAPODIK dan EMIS, atau putus/ tidak sekolah. Untuk itu,
langkah verifikasi dilapangan tetap diperlukan disertai identifikasi permasalahan
yang dihadapi sehingga sekaligus sebagai masukan untuk memilih skema
intervensi yang tepat. Disamping itu, upaya penanganan juga perlu dirumuskan
secara komprehensif. Hal ini terutama untuk mengantisipasi jika alasan putus
sekolah bukan beban finansial. Beberapa kemungkinan alasan yang lain termasuk
keterbatasan fisik, psikomotorik dan mental (difabel), psikologis (misalkan korban
bullying atau broken home) serta hukum. Untuk alasan-alasan tersebut, alokasi
anggaran dalam bentuk jaminan pendidikan daerah tentu tidak akan secara efektif
menyelesaikan masalah. Alternatifnya, perlu adanya tim kolaboratif lintas sektor
untuk bisa mengidentifikasi sasaran dan permasalahan, serta menangani secara
komprehensif dan berkesinambungan.
Permasalahan kedua terkait dengan system pembelajaran daring akibat
pandemi. Pembelajaran Jarak Jauh yang diselenggarakan saat ini bukanlah suatu
konsep yang direncanakan secara matang sehingga mengalami perkembangan
dan penyempurnaan terus menerus. Faktor-faktor yang sampai saat ini masih
perlu dibenahi dan ditingkatkan diantaranya Sarana dan Prasarana, Kompetensi
Guru, Model kolaborasi dengan Orang Tua, dan Materi belajar masih perlu terus
dikembangkan dan diperkaya. Beberapa alternative kebijakan untuk
meningkatkan efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh diantaranya adalah;
a. Memperkaya modul belajar bagi yang mengalami keterbatasan, utamanya
tanpa HP atau internet
b. Pelatihan guru untuk meningkatkan kapasitas merencanakan pengajaran
dan bagaimana mengajar dengan metode PJJ
c. Edukasi ke orang tua untuk meningkatkan awareness dan skill partner
belajar siswa di rumah
Keterbatasan proses belajar dan mengajar selama pandemic semestinya
diimbangi dengan penyederhanaan kurikulum dan modifikasi metode sehingga
target dan beban tugas guru dan siswa juga lebih ringan.
Gambar 3.29 Target dan Realisasi Angka Harapan Hidup Kota Yogyakarta
2017-2022
Sumber: Bappeda dan BPS, diolah
Sebagai pembanding, AHH rata-rata nasional rilis data BPS terakhir, 2020,
adalah sebesar 71,47, jauh dibawah AHH Kota. Namun, rata-rata AHH provinsi DIY
sedikit diatas Kota, yaitu 74,99. Khususnya indikator AHH, Provinsi DIY memang
menempati posisi perolehan tertinggi di tingkat Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas kesehatan yang ditunjukkan dari angka harapan hidup sudah cukup bagus,
namun demikian masih perlu ditingkatkan pada tahun berikutnya.
Berdasarkan data diatas, tingkat capaian peningkatan harapan hidup
dihitung sebagaimana tabel berikut ini. Capaian diukur dari angka realisasi dibagi
dengan angka yang menjadi target. Kemudian untuk mendapatkan skor dalam
satuan persen, hasilnya dikalikan 100%. Dalam hal ini, angka realisasi yaitu
74,65. Realisasi yang di atas target menunjukan bahwa sasaran pembangunan
untuk meningkatkan harapan hidup ini sudah tercapai. Skor pencapaiannya
adalah 100,12% atau terklasifikasi sangat tinggi.
Tahun 2020 84
Tabel 3.12 Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis 8
Indikator Formula Tahun
No Predikat
Kinerja Perhitungan Target Realisasi Capaian
1 Angka Realisasi Sangat
x100% 74,56 74,65 100,12%
harapan Target Tinggi
hidup
Sumber: BPS Kota Yogyakarta Tahun 2019
Framework kebijakan
Peningkatan AHH sebagai sasaran daerah tersebut tertuang dalam dokumenn
RPJMD Kota Yogyakarta 2017-2022. Sebagaimana ditunjukan pada probis
pencapaian sasaran pembangunan daerah yang lain, probis sasaran 8 ini bertujuan
untuk meningkatkan SDM. Proses bisnis (probis) untuk mencapai sasaran tersebut
teridiri dari aspek manajemen, utama dan pendukung. Aspek manajemen terdiri dari
perencanaan; penganggaran; pengelolaan organisasi, tata laksana dan SDM; serta
pengelolaan system pengendalian dan pengawasan. Skema kebijakan utama yang
secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan harapan hidup terdiri dari
peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan layanan kesehatan serta
pencegahan dan pengendalian penyakit. Sementara itu, skema intervensi yang
mendukung terdiri dari regulasi bidang kesehatan, pengembangan data dan system
informasi, pengembangan tenaga kesehatan, serta pemenuhan sarpras kesehatan.
Proses bisnis dan logical framework yang dibangun tersebut juga sangat
relevan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. SPM tersebut
mencover 12 isu layanan kesehatan. 7 diantaranya layanan kesehatan sepanjang
hidup, secara umum berdasarkan pengelompokan umur, yaitu layanan (1) ibu hamil
dan (2) bersalin, (3) bayi baru lahir, (4) balita, (5) usia pendidikan dasar, (6) usia
produktif, dan (7) usia lanjut. Sementara itu, 5 layanan lainnya berdasarkan kelompok
jenis penyakit, yaitu (1) layanan kesehatan penderita hipertensi, (2) diabetes mellitus,
(3) orang dengan gangguan jiwa berat, (4) orang terduga
Tahun 2020 86
tuberculosis, dan (5) orang dengan resiko terinfeksi HIV. Sebagian besar
intervensi peningkatan layanan kesehatan dan peningkatan kesehatan
masyarakat menyentuh aspek kesehatan ibu dan anak. Sedangkan instrument
pencegahan dan pengendalian penyakit yang disupport semua aspek lainnya
menyasar pada 5 SPM terkait penyakit. Sementara itu, layanan untuk usia
pendidikan dasar, produktif dan lansia ditangani mulai dari aspek screening
kesehatan sampai penanganan lanjutan baik pencegahan maupun pengobatan
tersebar disemua aspek utama dengan support semua aspek pendukung.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Pada awal 2020, masing-masing OPD memiliki rencana kegiatan yang
relevan. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan Dinas Kesehatan
melalui pembinaan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat. promosi kesehatan,
penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, serta pengujian laboratorium
kesehatan lingkungan. Instrument operasional berupa KIA Gizi, dimana intervensi
yang dilakukan mulai dari aspek update pengetahuan layanan bagi petugas,
peningkatan kapasitas kader, perencanaan, aktivitas surveilans, penyempurnaan
kebijakan, pembinaan faskes, screening hypertiroid kongenital dan pemilihan ibu
hamil serta baduta sehat. Promosi berbagai isu kesehatan dilakukan melalui
institusi kesehatan, tempat ibadah, sarana kegiatan masal, dan penumbuhan
keterlibatan masyarakat melalui Kelurahan Siaga (Kesi). Promosi yang menyentuh
isu spesifik diwujudkan dengan perluasan kawasan anti rokok.
Dinas Dalduk dan KB mendukungnya melalui kegiatan pengendalian
penduduk dan pelayanan KB, khusunya layanan KB, pembinaan 28 kampung KB,
serta diseminasi pendewasaan usia perkawinan dan kesehatan reproduksi pada
Remaja yang menyasar 50 kelompok PIK-R dan 700 remaja. Sementara itu,
DPMPPA memiliki skema pembinaan kelembagaan kemasyarakatan, khusunya
PKK sebagai organisasi yang bersinggungan dengan kerelawanan dalam layanan
kesehatan masyarakat; serta pembinaan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, khususnya adanya pendampingan 14 Pokjanal Posyandu. Masing-
masing 14 Kecamatan juga memiliki kontribusi melalui pembinaan social dan
budaya masyarakat, berupa pembinaan kesehatan masyarakat baik di tingkat
kecamatan dan kelurahan.
Peningkatan layanan kesehatan merupakan core-business Dinas Kesehatan.
Upaya peningkatan tersebut dilakukan melalui 3 program, yaitu pelayanan kesehatan
dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan upaya pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan dasar dilakukan dengan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat di
18 Puskesmas. Layanan yang dicover termasuk untuk Ibu dan Anak,
Tahun 2020 88
pengembangan kapasitas SDM kesehatan, yaitu penyegaran, pelatihan dan
updating data SDMK, penilaian kompetensi jabatan fungsional, pembinaan dna
pengawasan mutu, pemilihan tenaga kesehatan teladan Puskesmas, serta
pemetaan kebutuhan dan distribusi PKL dan penelitian. Terakhir, pemenuhan
sarpras kesehatan dilakukan oleh Dinkes (diantaranya penyediaan dan monitoring
penggunaan obat, vaksin dan alkes; bintek dan pelatihan tenaga farmasi), Dinas
PUPKP (pemberian rekomendasi keandalan gedung, pendampingan teknis
bangunan gedung dan pembangunan gedung kesehatan) dan Kecamatan
(pembinaan kesehatan masyarakat).
Sebagaimana pada pencapaian sasaran yang lain, secara umum Pandemi
hampir sepanjang tahun menyebabkan beberapa aktivitas terganggu. Skema
yang mensyaratkan berkumpulnya banyak orang dalam pelaksanaanya
cenderung dipending. Layanan kesehatan tetap berjalan, namun dengan focus
utama penanganan pendemi. Rumah Sakit Yogyakarta menjadi salah satu rujukan
layanan Covid-19. Namun demikian, layanan regular lainnya masih tetap dibuka
dengan pengelolaan masih cukup terkendali. Kebijakan penganggaran juga
demikian, refocusing dipusatkan untuk pencegahan dan penanganan dampak
covid. Dalam hal ini, proporsinya signifikan untuk layanan kesehatan.
Kesehatankeluargadangi
z i diupayakan menyasar penurunan angka
kematian pada ibu, bayi dan balita, serta
penanganan balita gizi buruk dan stunting.
Framework yang dikembangkan adalah
pendekatan siklus hidup, dimana persoalan
ibu dan anak ini diantisipasi sejak masa
remaja. Intervensi terkait adalah pemberian
tablet tambah darah bagi remaja putri dan
screening kesehatan calon pengantin.
Layanan kesehatan ibu hamil dilakukan terintegrasi dengan bersalin dan nifas.
Kepada bayi baru lahir, intervensi yang dilakukan adalah skrining hipotiroid
kongenital dan palayanan esensial. Layanan lainnya yang juga mencakup balita
adalah pemberian Vitamin A, pemantauan tumbuh-kembang, PMBA,
Pendampingan balita bermasalah gizi dan imunisasi. Bagi Balita dengan gizi
bermasalah, kurang atau buruk diberikan makanan tambahan dan multivitamin
serta pemantauan yang dilakukan kader pendamping.
Upaya-upaya peningkatan harapan hidup yang lain, baik yang secara
langsung maupun mendukung, tetap dijalankan oleh Dinas Kesehatan beserta
Rumah Sakit dan Puskesmas. Layanan difasilitas kesehatan yang disebutkan
Tahun 2020 90
4. Kurangnya minat sasaran WUS usia 30 – 50 tahun untuk mengikuti
deteksi dini Kanker leher rahim dan deteksi dini kanker payudara
5. Kurangnya kesadaran IRTP untuk memiliki izin edar produk (mengajukan
izin edar hanya ketika membutuhkan untuk pemasaran)
3.2.9 Sasaran Strategis 9 Peran serta Masyarakat dalam Pengembangan dan
Pelestarian Budaya Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Sasaran strategis 9 memiliki 1 (satu) indikator yakni Persentase Rintisan
Kelurahan Budaya yang aktif. Adapun realisasi peran serta masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian budaya pada tahun 2020 sebesar 61,90. Angka
ini meningkat 1,90 poin dibandingkan tahun 2019 dimana realisasinya 60,00.
Namun apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD, realisasi tahun 2020
masih belum melampaui sehingga masih diperlukan upaya untuk mengaktifkan
rintisan kelurahan budaya yang sudah dibentuk.
100,00
Akf
50,00
56,00 61,00
50,00
44,00
Kelurahan
25,00
(%)
0,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Rinvsan
Tahun
Target Realisasi
Tabel 3.14 Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2020
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Aktivitas
Rekomendasi
No Kelurahan Bentuk Jumlah
Dialog Keaktifan Aktualisasi Bahasa
Pentas Sejarah Arsitektur
Budaya Forum Seni Budaya Sastra
1 Keparakan 5 5 5 5 5 5 2 32
2 Gedongkiwo 5 5 5 5 5 3 4 32
3 Purbayan 5 5 5 5 5 5 2 32
4 Pandeyan 5 5 5 5 5 3 3 31
5 Cokrodiningratan 4 4 5 5 5 5 3 31
6 Ngampilan 4 4 4 5 5 5 3 30
7 Prenggan 4 4 4 5 5 5 3 30
8 Gunungketur 4 5 5 5 5 3 2 29
9 Wirobrajan 4 5 4 5 5 4 2 29
10 Tegalpanggung 5 5 5 5 5 2 2 29
11 Warungboto 5 5 5 5 5 2 2 29
12 Semaki 5 5 5 5 5 2 2 29
13 Bausasran 5 5 5 5 5 2 2 29
14 Kotabaru 4 4 4 3 5 4 2 26
15 Sorosutan 4 4 4 5 5 2 2 26
16 Pringgokusuman 4 4 4 5 5 2 2 26
Aktivitas
Rekomendasi
No Kelurahan Bentuk Jumlah
Dialog Keaktifan Aktualisasi Bahasa
Pentas Sejarah Arsitektur
Budaya Forum Seni Budaya Sastra
17 Baciro 4 4 4 4 5 4 1 26
18 Purwokinanti 4 4 4 4 5 3 2 26
19 Patehan 4 4 4 4 5 3 2 26
20 Prawirodirjan 4 4 4 4 5 3 2 26
21 Rejowinangun 3 3 3 4 4 4 5 26
Tahun 2020
94
Framework Kebijakan
Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran
pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan
dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Proses manajemen
merupakan prasyarat agar suatu skema kebijakan bisa dijalankan, terdiri dari
perencanaan; pengangggaran; pengelolaan organisasi, tatalaksana dan SDM;
serta pengendalian dan pengawasan. Sementara itu, skema kebijakan utama
terdiri dari Pelestarian Budaya Benda (Tangible) dan Pelestarian Budaya Tak
Benda (In Tangible).
Terdapat 5 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Kebudayaan, Dinas Perhubungan, Dinas, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi, UKM
dan Tenaga Kerja, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan
Pemukiman, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang, dan Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan, Dinas Pendidikan, dan 14 Kecamatan.
Tahun 2020 96
mendorong
target yang
antaranya
KepalaDaerahuntukm
eningkatkanKualitas
Budaya 2) Adanya perangkat r e
g u l a s i y a n g c u k u p
memadai 3) Ketersediaan
Pendanaan melalui Dana
Keistimewaan 4) Peran serta
aktif masyarakat dalam
pelestarian dan pengembangan seni budaya, contohnya antusiasme dan
partisipasi masyarakat (masyarakat umum dan dari sekolah) yang tinggi dalam
pelaksanaan program pelestarian dan pengembangan kebudayaan 5) Adanya
dukungan dari stakeholder kebudayaan yang lain dalam pelaksanaan program
kegiatan, seperti Berhasilnya sinergi antara Dinas Kebudayaan dengan lembaga
terkait seperti instansi vertikal Kebudayaan (BPNB), lembaga non
pemerintahan/LSM dan komunitas/penggiat kebudayaan dan seni serta
masyarakat umum dalam upaya penyadaran pelestarian, hingga pengembangan
kebudayaan dan seni serta 6) Peran aktif guru dan siswa SD
Selain factor pendorong, ditemukan pula factor penghambat dalam
pencapaian sasaran ini. Penghambat utama adalah adanya Pandemi Covid-19
sehingga kegiatan yang bersifat pengumpulan massa dibatalkan dan perubahan
konsep kegiatan. Rangkaian kegiatan dibuat dengan konsep yang berbeda
dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 sesuai himbuan dari
Pemerintah. Hal ini juga berpengaruh besar dengan realokasi dan redesain
anggaran yang banyak dialihkan untuk pos anggaran penanganan Covid 19.
85,00
78,45 78,46
80,00 76,14 77,13
82,50
75,00 79,60
76,70
70,00
73,40
65,00
68,70
60,00
63,55
55,00
50,00
45,00
40,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Tahun
Realisasi Target
Tahun 2020 98
Tabel 3.15 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 10
Tahun 2020
Cara
Indikator Capaian Predikat
Penghitungan Target Realisasi
%
Persentase Luas wilayah 76,70% 78,46% 107 Sangat
Kesesuaian sesuai peruntukan Tinggi
Pemanfaatan dalam
Ruang RTRW/Luas
Meningkat Wilayah Kota
Yogyakarta
Sumber : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2020
Selisih
Eksisting Selisih
No Fungsi Rencana absolut
(Ha) (nilai+)
(Ha) (Ha)
1 Hunian 1837,76 1615,5 222,26 222,26
2 Perdagangan dan Jasa 688,31 641,71 46,6 46,6
3 Perkantoran 73,22 92,99 -19,76 19,76
4 Industri 0,51 9,35 -8,84 8,84
5 Sarana Pendidikan 89,02 183,76 -94,73 94,73
Sarana Kesehatan &
6
Keagamaan 18,57 59,47 -40,9 40,9
Sarana OR dan
7
Rekreasi 10,28 13,9 -3,63 3,63
8 Sarana Transportasi 42,47 39,3 3,17 3,17
9 Cagar Budaya 59,78 25,56 34,22 34,22
10 Pariwisata 87,08 39,54 47,54 47,54
11 RTH 38,85 47,64 -8,79 8,79
12 RTH Khusus 22,82 24,05 -1,23 1,23
13 Sempadan Sungai 23,42 33,65 -10,23 10,23
14 Sungai 25,74 38,39 12,65 12,65
15 Jalan 259,17 247,2 11,97 11,97
Terdapat 4 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Pertanahan dan Tata Ruang, Dinas Penanaman Modal dan Perizinan, Dinas
PUPKP, serta Dinas Lingkungan Hidup. Sedangkan pada proses pendukung,
terdapat 1 OPD yakni Dinas Pertanahan dan Tata Ruang sebaga leader
penguatan Sistem Informasi Geospasial.
60
58
57,65
56 55,92 55,64
54
53,67
52
51,64
50
50,84 51,04 51,24 51,44
50,64
48
46
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Target Realisasi
Gambar 3.38 Grafik Target dan Realisasi Indek Kualitas Lingkungan Hidup
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020
Selama dua tahun berturut-turut, nilai IKLH cenderung menurun. Hal ini wajar
karena faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup seperti pencemaran
badan air dan pencemaran udara yang terus meningkat dan terus berkurangnya
tutupan vegetasi karena pembangunan atau alih fungsi lahan. Akan tetapi, untuk
tahun 2020 ini nilai IKLH justru meningkat. Faktor yang dianggap mempengaruhi
Tahun 2020 104
hasil tersebut adalah Pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak Maret 2020.
Pandemi ini menyebabkan berkurangnya aktivitas masyarakat sehingga volume
lalu lintas juga mengalami penurunan cukup besar sehingga kualitas udara
meningkat. Beberapa usaha juga mengalami penurunan atau malah menutup
usahanya selama pandemi ini. Hal ini tentu saja sangat mengurangi terhadap
beban pencemaran air dan udara. Adanya sinkronisasi dan inventarisasi ulang
keberadaan Ruang Terbuka Hijau yang tertuang dalam SK Walikota no 401 tahun
2020 juga membantu menambah luas RTH secara keseluruhan.
Capaian kinerja tahun 2020 adalah sebesar 108,59% dengan kategori Sangat
Tinggi. Hasil pengukuran kinerja sasaran “Kualitas lingkungan hidup meningkat” dan
persentase Capaian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup terlihat sebagai berikut:
20
dikator Formula % Capaian Target Realisasi
Indeks Kualitas
Lingkungan 30%IKA+30%IKU+40%ITV 51,24 55,64 108,58%
Hidup (IKLH)
Data Indeks Kualitas Air (IKA) diperoleh dari hasil pengujian terhadap 7
parameter kualitas air, yaitu: BOD, COD, DO, fecal coli, total coliform, phosphat,
TSS. Pengambilan sampel dilakukan terhadap : 4 sungai (Code, Winongo,
Gajahwong, Manunggal), dimana dari setiap sungai terdapat 5 titik pengambilan
sampel kecuali Sungai Manunggal hanya 4 titik. Pengambilan sampel dilakukan
setiap bulan dalam 1 tahun selama 10 kali. Perhitungan IKA untuk 1 tahun
dihitung dari seluruh sampel parameter kualitas air.
Rumus IKA = (%memenuhi x 70) + (%ringan x 50) + (%sedang x 30) + (%berat x
10)
Tabel 3.21 Rincian Penambahan dan Pengurangan Luasan RTH Privat dan
RTH Publik Tahun 2020
Keterangan :
ITV = Indeks Tutupan Vegetasi
LTV = Luas Tutupan Vegetasi
LWP = Luas Wilayah Propinsi
Framework Kebijakan
Terdapat 6 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas PUPKP, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Satpol
PP dan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang. Sedangkan pada proses pendukung,
terdapat 2 OPD yakni Kesehatan dan 14 Kecamatan pada aspek pemberdayaan
masyarakat.
Dari upaya-upaya yang telah dilakukan di atas, terdapat pula factor yang
mendorong tercapainya kualitas lingkungan hidup yakni 1) Adanya Laboratorium
pengujian kualitas air yang telah terakreditasi oleh KAN sehingga meningkatkan
validitas pemantauan kualitas air di Kota Yogyakarta. Untuk tahun 2020 dari 45
parameter kualitas air standart akreditasi, jumlah parameter yang sudah
terakreditasi sebanyak 14 parameter. Pemantauan kualitas air dilakukan dari 4
sungai yang ada di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu sungai Code, Winongo, Gajah
Wong dan Manunggal. 2) Adanya
alat pemantau kualitas udara
secara real time (AQMS), sehingga
memudahkanpemantau
a n kualitas udara secara real time.
3) B e r k u r a n g n y a a k t i v i t a
s masyarakat perkotaan selama
pandemi covid-19 yang diharapkan
dapat mempengaruhi peningkatan
kualitas udara perkotaan. 4) Saat
kondisi musim penghujan mampu mempengaruhi kualitas air tanah permukaan ke
nilai yang lebih baik 5) Sinkronisasi regulasi data Ruang Terbuka Hijau sekota
Yogyakara yang tertuang dalam Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 401
tahun 2020 tentang Penetapan Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta
6)Penambahan luasan Ruang Terbuka Hijau yaitu: a) RTH Publik yang meliputi :
halaman sekolah 162.367 m2, jalur hijau pada perindang kecil 200 m2, peralihan
status hutan kota seluas 173.907 m2, taman RW221.760 m2, lahan pertanian kota
seperti kebun holtikultura, kebun pertanian, BBI, RPH, PIH 78.000 m2, RTHP
Permukiman 2 lokasi 453 m2, RTHP yang masuk program Kotaku di Muja Muju 580
m2, Embung giwangan 34.900 m2, dan makam 57.320 m2; b) RTH Privat meliputi:
roof garden dan taman dalam hotel 60.000 m2, pekarangan rumah 1.519.440 m2,
lahan lainnya 940.100 m2. Namun demikian untuk RTH Privat ada pengurangan dari
sawah, tegalan dan pergeseran status hutan kota 7) Sinergitas (sosialisasi dan
45,00
44,00 43,8 44,41
42,88 43,36
Wilayah
43,00
42,34
42,00
40,65 41,29
41,00
infrastruktur
38,00
Indeks
37,00
36,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Target Realisasi
Tahun
Tahun 2020
Indikator Cara Perhitungan Capaian Predikat
Target Realisasi
(%)
Indeks [40% x [70%{Indeks 42,34 43,8 103,45 Sangat
Infrastruktur Infrastruktur Pekerjaan Tinggi
Wilayah Umum} + {30Indeks
Infrastruktur Perumahan
dan Permukiman}] +
[20%{50% pengurangan
sampah + 50%
pengangkutan sampah}]
+ 30% Level of Service
+ [10%(Indeks Kapasitas
Daerah dalam
Penanggulangan
Bencana + Indeks
Ketahanan dan
Keselamatan
Kebakaran)/2]
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2020
Realisasi Hasil
Pengampu Uraian Bobot
2020 Pembobotan
Dinas Indeks Infrastruktur 70% x
83,10 23,27
PUPKP Pekerjaan Umum 40%
Indeks Infrastruktur 30% x
Perumahan dan 40% 92,38 11,09
Permukiman
Persentase 50% x
18,88% 0,02
DLH Pengurangan Sampah 20%
Persentase
50% x
Pengangkutan 100,47% 0,10
20%
Sampah
Tahun 2020 120
Realisasi Hasil
Pengampu Uraian Bobot
2020 Pembobotan
Dinas
30% 43% 0,13
Perhubungan Level of Service
Indeks Kapasitas
Daerah dalam 50% x
84,02 4,20
Penanggulangan 10%
BPBD Bencana
Indeks Ketahanan dan
50% x
Dinas Keselamatan 100 5,00
10%
Kebakaran Kebakaran
Indeks Infrastruktur Wilayah 43,80
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Perhubungan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kebakaran dan olahan
BAPPEDA Tahun 2020
= 50% Indeks Infrastruktur Bina Marga + 40% Indeks Infrastruktur SDA + 10%
Indeks Infrastruktur Cipta Karya
Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Indeks Persentase Panjang Jalan 200,85 km 60% x 18,08
Infrastruktur kualitas sarpas Kondisi : 233,21 70% x
Bina Marga jalan, jembatan Mantap : km = 86,12 50%
dan bangunan Panjang Jalan %
pelengkap Kota
jalan
Panjang 172,84 km: 30% x 9,84
Pelengkap 184,41 km 70% x
jalan:Total = 93,73% 50%
panjang
pelengkap
jalan
Jumlah 30 unit: 36 10% x 2,92
jembatan unit= 70% x
kondisi 83,33% 50%
baik:Jumlah
Jembatan
Persentase Jumlah PJU 13.906 titik 100% 7,50
kualitas PJU Ramah : 27.825 x 30%
lingkungan Lingkungan : titik = x 50%
Jumlah Titik 49,98 %
PJU
Indeks Persentase Panjang Talud 59.707,39 40% x 18,27
Infrastruktur kualitas dan Saluran m 50%
Sumber saluran Kondisi Baik : 65.367,59
Daya Air pengairan/talud Total Panjang m=
Talud dan 91,34 %
Saluran Air
Persentase Panjang 300.770,27 40% x 17,52
drainase saluran m: 50%`
kondisi baik drainasedalam 343.431 m
kondisi baik: = 87,58 %
total panjang
saluran
drainase yang
seharusnya
terbangun
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2020
500 443
200
Jumlah
100
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun
Diasumsikan timbulan sampah sesuai SNI Kota Besar adalah sebesar 2,65
liter/jiwa/hari.
Jumlah sampah yang diangkut diperoleh dari rumus:
1 2020 28 6 - 4 2 5 27 72
pusat budaya dan transportasi kota. Ruas jalan_jalan yang dimaksud yaitu:
VOLUME Kapasitas
NO RUAS JALAN VC RATIO
(smp/jam) (smp/jam)
133
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Jumlah 8:8= 20% 20,00
Persentase
kerusakan 100%
bantuan
akibat
rehabilitasi
bencana yang
dan
diberikan
rekonstruksi
bantuan
yang
rehabilitasi
diberikan
dan
pada
rekonstruksi :
kerusakan
jumlah
akibat
kejadian
bencana
kerusakan
sesuai hasil
akibat
verifikasi
bencana alam
Indeks Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Benana 84,02
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah
5. Dinas Kebakaran
Dukungan Dinas Kebakaran terhadap perhitungan komponen Indeks
Insfrastruktur Wilayah diberikan bobot 5%. Adapun nilai tersebut diambil dari
Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran dengan formula yang ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.26 Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran Tahun 2020
Formula Perhitu
Uraian Indikator Realisasi Bobot
Perhitungan ngan
Indeks Persentase Jumlah 295:295=100 30% 30
Ketahanan rekomenda rekomendasi %
dan si proteksi proteksi
Keselamata kebakaran kebakaran
n yang yang
Kebakaran diproses diproses
tepat waktu tepat waktu :
jumlah
rekomendasi
proteksi
kebakaran
134
Tahun 2020
Formula Perhitu
Uraian Indikator Realisasi Bobot
Perhitungan ngan
Persentase 50% (Jumlah (50%x(11/11) 30% 30
edukasi penyuluhan )+(50%x(28/2
proteksi proteksi 8))=100%
kebakaran kebakaran di
titik rawan
bencana
kebakaran
dibagi jumlah
titik rawan
bencana
kebakaran )
+ 50%
(Jumlah
edukasi
proteksi
kebakaran
bagi anak
didik yang
dilayani
dibagi jumlah
permohonan
edukasi
proteksi
kebakaran
bagi anak
didik) x 100%
Persentase Jumlah 77:77=100% 40% 40
tercapaian kejadian
respon time yang
pemadam ditangani
kebakaran dalam waktu
tanggap :
jumlah
kejadian
keseluruhan
Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran 100
Sumber : Dinas Kebakaran Kota Yogyakarta
Kegiatan pemadaman
Framework Kebijakan
Untuk meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah, diperlukan pemetaan akar
permasalahan yang melatarbelakangi, sehingga disusunlah proses bisnis yang
meliputi aktivitas utama, pendukung dan manajemen. Hasil pemetaan akar
permasalahan disajikan dalam proses bisnis beserta logframe yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai berikut :
Beberapaupayayangsu
d a h dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas infrastruktur wilayah dapat dibagi
sesuai dengan proses bisnis utama yaitu :
1) Peningkatan Infrastruktur Pekerjaan U
mummelaluipeningkatanda
n pemeliharaan jalan dan jembatan,
pengelolaan penerangan jalan umum,
serta pembangunan dan pemeliharaan
saluran pengairan dan drainase 2)
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
melalui penanganan rumah tidak layak huni, pemeliharaan sarana dan prasarana
permukiman, pemeliharaan fasilitas umum, pembangunan dan pemeliharaan
saluran pembawa serta pengolahan limbah dan penanganan dan pengurangan
sampah 3) Peningkatan Infrastruktur Perhubungan melalui manajemen dan
rekayasa lalu lintas, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana, Prasarana dan
Fasilitas Perhubungan, pelayanan pengujian kendaraan bermotor, Optimalisasi
Pelaksanaan Perda dan Pengendalian Operasional di Bidang Perhubungan,
Bimbingan Keselamatan Lalu Lintas, serta pengawasan juru parkir dan penertiban
parkir 4) Peningkatan Infrastruktur kebencanaan melalui pencegahan bencana
kebakaran melalui pembangunan hydrant kampung, Edukasi, Penyuluhan
Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran, pelatihan bagi personil pemadam
kebakaran, serta penguatan kampung Tangguh bencana dalam rangka siaga
bencana di Kota Yogyakarta.
Adapun factor pendorong yang dijumpai dalam pencapaian sasaran ini adalah
: 1) Perencanaan kegiatan fisik yang sudah sesuai dan tepat waktu 2) Partisipasi
masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman kumuh. 3) Adanya berbagai
sumber dana dalam rangka peningkatan kualitas permukiman kumuh (APBN dan
World Bank) 4) Adanya kelompok masyarakat pengelola sampah yang tersebar di 45
kelurahan cukup berperan dalam rangka pengurangan sampah. 5) Penguji kendaraan
sampah yang tidak pada tempatnya terutama pengunjung dari luar kota 9)
Ketergantungan atas kondisi TPA Piyungan karena tidak ada alternatif lain
sebagai lokasi pembuangan sampah 10) Masih terdapat pembuang sampah
di sungai terutama dilakukan oleh para penghuni sementara di kota
Yogyakarta 11) Terdapat penolakan warga atas keberadaan TPS yang dekat
dengan lingkungan tempat tinggalnya 12) Masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pengujian kendaraan bermotor dan adanya
asumsi bahwa pengujian itu sulit untuk lulus 13) Pemasangan papan
informasi terkadang terkendala lahan yang akan dipasang karena kondisi di
lapangan 14) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
bersama sarana umum (papan tarif dan papan infomasi) 15) Masih kurangnya
pemahaman masyarakat untuk parkir ditempat yang sudah disediakan 16)
Ada beberapa tempat tidak memungkinkan untuk pemasangan RPPJ (Rambu
Pendahulu Petunjuk Jurusan) besar dan pekerjaan boring cable sudah tidak
memungkinkan lagi karena disepanjang trotoar dibawahnya terdapat saluran
AN DAERAH SI
Misi 7: Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
TARGET BB BB BBAAA
Nilai akuntabilitas
Kapasitas tata kinerja pemerintah A*
REALISASI BB BB A
kelola
pemerintahan
meningkat Opini BPK terhadap TARGET WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Laporan Keuangan
WTP*
Pemerintah Daerah REALISASI WTP WTP WTP
Sumber: Bagian Organisasi dan Bappeda (2020)
Tahun 2020 140
1. Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah
Nilai Tahun
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019 2020
80,03
Nilai Hasil Evaluasi 70,11 70,26 71,95 75,01 80,03
Tingkat Akuntabilitas BB BB BB BB A A
Kinerja (>70-80) (>70-80) (>70-80) (>70-80) (>80-90) (>80-90)
SangatSangatSangatSangatSangat Sangat
Interpretasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik
*Nilai Tahun 2019
Sumber: Bagian Organisasi Tahun 2020
Tahun
Framework Kebijakan
Untuk meningkatkan kapasitas tatakelola pemerintahan, disusunlah proses bisnis
sebagai upaya untuk mencapai sasaran. Dengan mengacu pada proses ini,
berujung pada penyusunan program kegiatan yang dilaksanakan perangkat
daerah sesuai ketugasan masing-masing.
Dengan penyusunan logframe dan pembagian tugas dengan jelas pada masing-
masing perangkat daerah dan pada tingkat eselon yang jelas, pelaksanaan
dukungan semua aktor bisa dilakukan secara optimal.
Dalam Bagan di bawah ini bisa dibaca secara rinci dukungan perangkat daerah
terhadap aspek yang harus dilaksanakan dalam masing masing Perangkat
Daerah, baik Perangkat daerah utama maupun perangkat daerah pendukung.
143 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Logframe Kapasitas tata kelola pemerintahan meningkat
(Indikator : Nilai akuntabilitas kinerja pemerintah dan Opini BPK terhadap laporan keuangan Pemerintah Daerah )
PENINGKATAN SasaranAKUNTABILITAS13 KINERJA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN
MANAJEME PENGUATAN PENGUATAN PENATAAN PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN
DAN ASET
ORGANISASI & PENGAWASAN
Program Program Program peningkatan sistem Program Program Program Program Pemantapan
Program perencanaan
pengangga informasi
perencanaan dan Pengelolaan
bidang pemerintahan dan
karir aparatur sipil kapasitas aparatur; Keuangan dan peraturan ran dan administrasi aan,
pengendalian bidang
negara; Program kelembagaan dan Aset; pembangunan Fisik; perundang pengawas kependudukan dan Kegiatan Promosi Pelayanan
fisik; Program Informasi
pelayanan ketatalaksanaan Pembangunan Sosial -undangan an; pemanfaatan data; Publikasi dan Publik, dan
perencanaan dan
kebijakan
1
4
B
A K
G E
. BAG.
BAG. C
S
a
s
a
r
a
n Kegi
: Program atan
pelayanan
peny
elen
ggar
K kedinasan
u Kepala
a
l
i
t
a Daerah,
s Wakil aan
k pela
Kepala yan
e Daerah, an
b
i
j
a
k
a
n
infor
Sekretaris masi
peng
Daerah, adua
Asisten, n
Program
peningkatan
perekonomian
pengembanga
n pendapatan
Sasaran: Sasaran:
Program penelian dan pengembangan Program opmalisasi pemanfaatan teknologi informasi dan telemaka; Program pengelolaan pengembangan kearsipan; Program
Program peningkatan pelayanan persandian perlindungan, penyelamatan, data dan informasi arsip
III - 164
144
145 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Terdapat 7 Aspek dalam pencapaian sasaran 13 ini, masing- masing Perangkat
Daerah memiliki sasaran yang akan dicapai sebagai pendukung peningkatan
kapasitas tata kelola pemerintahan.
Aspek Pertama, Peningkatan Akuntabilitas Kinerja, didukung oleh Program yang
ada di Bappeda dengan sasaran Kinerja Perencanaan pembangunan Meningkat,
Bagian tata pemerintahan dengan Sasaran Kualitas kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan yang meningkat dan Bagian Dalbang dengan sasaran Kualitas
kebijakan pembangunan meningkat. Selain program di Perangkat Daerah
tersebut, aspek ini didukung pula dengan kegiatan-kegiatan Pengelolaan
Indormasi dan Dara statistik di Dinas Kominfosan, Pelayanan pengadaan
barang/jasa di BLP serta program internal di sekretariat semua OPD.
Pada Aspek kedua, Peningkatan Akuntabilitas Keuangan dan Aset, 3 Perangkat
Daerah yang berperan penting adalah BPKAD dengan sasaran Akuntabilitas
keuangan dan aset daerag meningkat serta perndapatan pajak daerah meningkat,
Dinas Pertaru dengan sasaran tertib administrasi pertanahan yang meningkat
serta Bagian P3ADK dengan sasarn kualitas kebijakan perekonomian meningkat.
Dukungan lainnya adalah dari Dinas PUPKP dengan kegiatan Perencanaan
Teknis Gedung Pemerintah dan Pembangunan Gedung Pemerintah.
Sedangkan di Aspek ketiga, Manajemen Aparatur Sipul Negara, BKPP menjadi
satu-satunya Perangkat daerah yang ada memiliki ketugasan yang paling
dominan, serta memiliki sasaran Kualitas Aparatur Sipil Negara meningkat.
Pada Aspek keempat, Penguatan organisasi dan Tatalaksana, dilaksanakan oleh
Bagian Organisasi dengan Program peningkatan kapasitas kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintahan daerah
Aspek kelima, Penguatan Pengawasan, menjadi tugas Inspektorat dengan
sasarannya adalah Maturitas sistem pengendalian intern pemerintah yang
meningkat.
Di Aspek keenam, Penataan Peraturan Perundangan, Sekretariat DPRD menjadi
Perankat Daerah utama yang memiliki sasaran kepuasan layanan terhadap
agenda DPRD meningkat serta dukungan dari Bagian Hukum dengan program
penataan peraturan perundang-undangan dan pelayanan hukum.
Aspek ketujuh, yaitu Peningkatan Kualitas Layanan Publik, melibatkan Perangkat
Daerah yang Berkaitan erat bahkan berkaitan langsung dalam pelayanan
masyarakat, 3 Perangkat daerah beserta sasatannya yaitu Dinas Dukcapil dengan
sasaran tertib administrasi kependudukan masyarakat meingkat, Dinas Kominfo
dengan layanan informasi Publik mneingkat serta, Bagian Organisasi dengan
E 15,97%
fi
si
e 1,07%
n
si
An
gg
ar 11,56%
an
4
,
4
5
%
1
,
3
5
%
3
,
4
6
%
Tahun 2020 7
3
155
Indikator
No Sasaran Strategis Realisasi 0
Sasaran Target Realisasi % Target Anggaran .
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Anggaran 3 6
2 4
8. Harapan hidup Angka 74,56 th 74,56 th 100,00% 297.462.034.713,00 253.382.929.583,73
2 2.
masyarakat Harapan
. 9
meningkat Hidup
5 8
9. Peran serta Persentase 61% 61,90% 101,48% 6.436.238.350,00 6.147.293.368,00
1 6.
masyarakat dalam Rintisan
0 4
pengembangan Kelurahan . 9
dan pelestarian Budaya Yang 0 7.
budaya meningkat Aktif 0 1
10. Kesesuaian persentase 76,70% 78,46% 102,29% 504.916.042,00 501.562.987,00 1 7
pemanfaatan ruang kesesuaian , 0,
meningkat pemanfaatan 0 5
ruang 0 3
11. Kualitas lingkungan indeks kualitas 51,24 55,64 108,59% 8.905.306.280,00 8.739.675.621,00
hidup meningkat lingkungan Sumber :
Bappeda
hidup
dan BPKAD
12. Infrastruktur Indeks 42,34 43,48 102,69% 119.054.544.028,00 111.709.567.362,36 Kota
wilayah meningkat Infrastruktur Yogyakarta
wilayah Tahun 2020
13. Kapasitas tata nilai A A 100,00% 76.550.880.892,00 62.844.644.182,64
kelola akuntabilitas
pemerintahan kinerja
meningkat pemerintah
Opini BPK WTP WTP 100,00%
terhadap
laporan
keuangan
Pemerintah
Daerah
E
f
0,66%
i
s
i
e 1,86%
n
s
6,17%
i
A 17,9%
n
g
g
a
r
a
n
1 88,04%
4
,
8
2
%
4
,
4
9
%
Analisis efisiensi anggaran dapat dilihat dari penyandingan ketercapaian
target indikator sasaran dengan realisasi anggaran pendukungnya. Dari table di atas,
diketahui bahwa kinerja fisik sasaran daerah secara keseluruhan sudah tercapai
melebihi 100%, dan untuk realisasi anggaran mencapai 88,04%, artinya anggaran
yang ada sudah digunakan secara optimal untuk mencapai target sasaran. Efisiensi
anggaran disebabkan adanya Pandemi Covid-19 dimana kegiatan yang melibatkan
masyarakat secara langsung tidak dapat dilaksanakan karena harus memperhatikan
prorokol kesehatan. Selain itu, efisiensi juga disebabkan oleh sisa anggaran lelang,
sisa pengadaan tanah serta penyesuaian kebutuhan anggaran aparatur yang
bersifat rutin maupun anggaran antisipasi seperti klaim asuransi, perjalanan dinas,
bahan bakar kendaraan serta alat tulis kantor.
Inovasi Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2017 terbagi kedalam 3 macam yaitu
Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Daerah, Inovasi Pelayanan Publik, dan Inovasi
Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
Hingga Tahun 2020, Kota Yogyakarta telah menginisiasi lebih dari 156 inovasi dan
melaporkan 120 inovasi dalam sistem IGA. Inovasi-inovasi tersebut berasal dari
inisiasi OPD, ASN, masyarakat, dan kepala daerah. Berdasarkan inovasi yang
dilaporkan dalam sistem IGA, yakni inovasi yang diimplementasikan pada tahun 2017
sampai dengan 2019, terdapat 120 inovasi, terdiri dari 60% inovasi pelayanan publik
(72 inovasi), 31% inovasi lainnya sesuai kewenangan daerah (37 inovasi), dan 9%
inovasi tata kelola pemerintah (11 inovasi). Dilihat berdasarkan jenis layanannya,
inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta didominasi dengan jenis layanan digital yaitu
sebesar 56% (67 inovasi) dari keseluruhan inovasi. Sedangkan, ditinjau berdasarkan
tujuan pembentukannya, 60% inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta berupa inovasi
pelayanan publik (72 inovasi), 31% inovasi lainnya sesuai kewenangan daerah (37
inovasi), dan 9% inovasi tata kelola pemerintah (11 inovasi).
Indeks inovasi daerah terdiri dari 2 Aspek, 7 Variabel, dan 35 Indikator. Aspek Satuan
Pemerintah Daerah terdiri dari 2 variabel yaitu variabel institusi dan sumber daya
manusia & penelitian. Sedangkan Aspek Satuan Inovasi terdiri atas 5 Variabel yaitu
Infrastruktur, Kecanggihan Produk, Kecepatan Proses Bisnis, Output Pengetahuan
dan Teknologi, serta Hasil Kreatif, dimana pada masing-masing variabel, memiliki
indikator indeks inovasi daerah yang harus dilengkapi oleh data dukung untuk setiap
inovasi. Berdasarkan hasil nilai variabel menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta masih
rendah di Variabel Output Pengetahuan dan Teknologi karena rendahnya nilai indeks
pada indikator online sistem, replikasi, jejaring inovasi, dan sosialisasi.
Untuk meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri dalam berinovasi, Kepala
Daerah membuat suatu definisi inovasi yang mudah dipahami sehingga mudah
bagi Perangkat Daerah untuk membuat inovasi. Definisi atau batasan yang dibuat
oleh Kepala Daerah yaitu, Inovasi adalah terobosan yang memudahkan aparatur
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, dan memudahkan masyarakat dalam
mengakses pelayanan publik pemerintah daerahnya. Definisi ini kemudian
Pada tahun 2020 telah dihasilkan59 inovasi, 34 inovasi terkait COVID 19,
dan 25 inovasi regular/tak terkait COVID 19.
b. Kelurahan Kricak : Inovasi Gada Bima Inovasi GADA BIMA atau Galang
Damai Bina Masyarakat merupakan inovasi yang langsung bisa menyentuh dan
melibatkan seluruh elemen masyarakat
dalam penanganan wabah COVID-19. G
erakaninidilakukandengan
membentuk Tim yang berkeliling setiap
hari bertugas mengedukasi masyarakat, menyediakan pelayanan
pencegahan dan penanganan, pemantauan, dan lain sebagainya. Melalui
inovasi ini diharapkan budaya yang diusung oleh Kelurahan Kricak dapat
diinternalisasi menjadi semangat gerak dalam setiap kehidupan.
Keunggulan inovasi ini dalam aspek gerakan sosial diharapkan mampu
membentuk masyarakat yang bergerak mandiri (swadaya) dan terorganisir
dalam memecahkan masalah. Kemandirian masyarakat yang terbentuk juga
akan menumbuhkan masyarakat cerdas yang lebih kreatif untuk
menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.
b. D i n a s P e r t a n a h a n d a n Ta t a R u a n g : I n o v a s i P e r t a n a h a n
Istimewa(Penanganan Permasalahan Pertanahan pada Tanah Kasultanan
dan Kadipaten di Kota Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan)
Inovasi Pertanahan Istimewa digunakan untuk mendukung kegiatan
penanganan permasalahan pertanahan melalui dukungan anggaran
keistimewaan DIY sehingga kegiatan penanganan permasalahan dapat lebih
optimal. Kegiatan ini meliputi inventarisasi, pengumpulan data dan informasi,
koordinasi internal, melakukan mediasi, dan survei lapangan. Tanah
kasultanan dan tanah kadipaten pada saat ini dimanfaatkan tidak
sebagaimana mestinya. Harapannya, dengan Pertanahan Istimewa maka
proses penanganan permasalahan akan dapat lebih cepat tertangani dan
terselesaikan, serta dapat terciptanya situasi yang kondusif, aman, dan
nyaman di lingkungan masyarakat. Pertanahan Istimewa dilakukan oleh suatu
tim yang terdiri dari unsur OPD terkait, termasuk pihak kasultanan dan
kadipaten serta kantor pertanahan Kota Yogyakarta. Dengan adanya inovasi
ini diharapkan dapat
mengamankan status hukum
alas hak kasultanan dan
kadipaten serta memberikan
kepastian pengelolaan dan
pemanfaatan terhadap tanah
kasultanan dan kadipaten.
sebagai sumber pengetahuan dalam bentuk modul dan animasi yang dapat
diakses melalui hps://sites.google.com/view/kerjasama-jogjakota/home . Sistem ini
merupakan sistem fasilitasi bagi perangkat daerah Kota Yogyakarta, fasilitasi
untuk calon mitra kerja Pemerintah Kota Yogyakarta, dan informasi umum
mengenai kerjasama. Inovasi ini bertujuan mempermudah pelayanan,
meningkatkan pengetahuan para pihak dan melakukan tertib administrasi dan
substansi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring kerja
sama daerah. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan pengetahuan kerja sama
daerah dapat disebarluaskan dengan lebih efisien dan efektif, fasilitasi kerja
sama daerah lebih mudah dan administrasi kerja sama daerah lebih tertib.
FAKTOR PENDORONG
1. Adanya dorongan dari Pemerintah Pusat agar daerah memunculkan one
agency one innovation atau tiap OPD memunculkan 1 inovasi.
2. Adanya kebijakan Kepala Daerah yang mewajibkan tiap OPD
mencantumkan target inovasi pada perjanjian kinerjanya.
3. Adanya penghargaan dari pemerintah pusat kepada daerah dengan
kinerja inovasi yang berkualitas, baik penghargaan terhadap pemerintah daerah
maupun terhadap inovasinya.
4. Adanya pembinaan dari Pemerintah Pusat untuk peningkatan kapasitas
SDM inovasi.
5. Adanya penghargaan dari Kepala Daerah terhadap inovasi dan inovator
baik kepada OPD maupun kepada masyarakat umum.
6. Adanya kewajiban membuat tugas proyek perubahan bagi peserta diklatpim.
FAKTOR PENGHAMBAT
1. Mutasi personil mengakibatkan inovasi kurang dimanfaatkan secara
maksimal. Strategi: pengelolaan inovasi dilakukan oleh tim yang ditetapkan
dengan keputusan Kepala OPD.
2. Inovasi yang bersifat digital/aplikasi cepat menjadi kadaluwarsa. Strategi:
maintenance secara berkala dengan melakukan pengembangan aplikasi sesuai
dengan perkembangan kebutuhan yang diperlukan.
3. Inovasi hanya sekedar menyelesaikan tugas, sehingga pemanfaatan
kurang optimal. Strategi: monitoring dan evaluasi, jajak pendapat kepuasan
pelanggan, serta diklat design thinking agar inovasi didisain berbasis kebutuhan
pelanggan/pengguna
No Misi Inovasi
1 Meningkatkan a. Inovasi Lumbung Mataram Binangun
Kesejahteraan dan Kelurahan Panembahan
Keberdayaan Masyarakat b. Gelar Gulung ’55
c. Dapur Umum “Mbagei”
d. TAPRA GO - Bisma (Bersama
IniSiasi Melawan coronA)
e. Relawan Hijau
f. MAS DARMUJAN (MASker DARi
Masyarakat Untuk suryatmaJAN)
2 Memperkuat Ekonomi a. Inovasi UPPKS Bangkit
Kerakyatan Dan Daya b. Inovasi Smart Tradional Market
Saing c. Inovasi QR Code Kunjungan
d. Inovasi Wisata Sepeda
e. Inovasi Si Sarkem POPI
3 Memperkuat Moral, Etika, a. Inovasi Sistem Informasi
Dan Budaya Kebudayaan
b. Inovasi Gada Bima
4 Meningkatkan Kualitas a. Inovasi Early Warning System for
Pendidikan, Kesehatan, DBD
Sosial Budaya b. Inovasi Mobile Exam (ME)
c. Inovasi Radio Sapen
5 Memperkuat Tata Kelola a. Inovasi Bintang Srawung Kota
Dan Kualitas Lingkungan (Pembinaan Tata Ruang sebagai
Sarana Mewujudkan Ruang yang
Berkualitas di Kota Yogyakarta).
No OPD Inovasi
1 Kelurahan Panembahan Inovasi Lumbung Mataram Binangun
Kelurahan Panembahan
2 Kelurahan Karangwaru Gelar Gulung ’55
3 Kelurahan Tahunan Dapur Umum “Mbagei”
4 Kelurahan Kricak Inovasi Gada Bima
5 Kecamatan DanurejanMAS DARMUJAN (MASker DARi
Masyarakat Untuk suryatmaJAN)
179
Sebagai penutup dari Laporan Pandemi Covid-19 dimana kegiatan y a
Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta ngmelibatkanmassaharus
Tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa memperhatikan protocol kesehatan.
secaraumumPemerintahK Secara umum dapat disimpulkan
o t a Yogyakarta telah memperlihatkan bahwa pencapaian target terhadap
pencapaian kinerja yang signifikan atas beberapa indikator yang dicantumkan
sasaran-sasaran strategisnya. Hasil dalam RPJMD 2017-2022 khususnya
analisis pencapaian indikator sasaran untuk Tahun Anggaran 2020, dapat
terhadap Capaian kinerja (performance dipenuhi sesuai dengan harapan.
results) Pemerintah Kota Yogyakarta Implementasi proses bisnis dalam
Tahun 2020 menggambarkan bahwa penyusunan perencanaan anggaran
capaian kinerja Pemerintah Kota Yo g y menjadi kunci utama dalam pencapaian t
akartaselamatahun2020 argetkinerjasertamenduku
menunjukkan keberhasilan untuk n g efektifitas dan efisiensi anggaran.
mewujudkan misi dan tujuan dalam
DemikianLaporanKiner
RPJMD 2017-2022 dan telah memenuhi
j a Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun
13 (tiga belas) sasaran strategis
2020 ini. Secara garis besar disusun
sebagaimana yang telah ditargetkan.
dalam rangka untuk memperbaiki dan
Target yang digunakan sebagai dasar p
meningkatkan kinerja Pemerintah Kota
engukurantelahmengalam
Yogyakarta di masa-masa mendatang.
i penyesuaian dengan adanya Pandemi
Covid-19. Dari hasil analisis terhadap
13 sasaran yang mencakup 16
indikator kinerja sasaran, dapat
diketahui bahwa keseluruhan dari 16
indikator kinerja sasaran atau 100 %
mendapat predikat sangat tinggi.
Pencapaian target indikator
kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
juga didukung dengan adanya alokasi
anggaran belanja langsung dalam
Perubahan APBD Pemerintah Kota
Yogyakarta Tahun Anggaran 2020
sebesar Rp. 870.191.431.475,-
dengan r e a l i s a s i s e b e s a r R p
777. 600.404.250,81 atau 89,36%.
Tidak terserapnya anggaran ini sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh adanya
Penghargaan Diterimakan Pemerintah Kota Yogya berhasil meraih penghargaan Arsip Nasional
3 Penghargaan 26 Februari Repubik Indonesia (ANRI) Award dengan peringkat pertama kategori
Laporan Kinerja Pemerintah
4 Penghagaan 30 April 2020 Program Gandeng Gendong berhasil menghantarkan Kota Yogyakarta
Pembangunan sebagai Kota Terbaik ke dua Tingkat Nasional dalam Penghargaan
Daerah Tahun
Pembangunan Daerah (PPD) 2020 oleh Kementerian Perencanaan
2020
Pembangunan Nasional/Bappenas. Gandeng-gendong juga disebut
sebagai program yang memiliki kesesuaian dengan program Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Selain itu Gandeng Gendong dinilai
berhasil oleh Bappenas sebagai penguatan modal sosial, pemberdayaan
masyarakat serta pengentasan kemiskinan khususnya di tepi sungai Code,
Winongo, dan Gajahwong yang dimanfaatkan sebagai potensi wisata.
Penghargaan dari Bappenas tersebut dinilai sebagai bukti keseriusan
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menata perencanaan yang benar
sehingga lebih efisien dan efektif dan dilakukan melalui kolaborasi OPD.
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
5 Penghargaan 29 Juni 2020 Atas dedikasinya dalam memberikan pelayanan Keluarga Berancana
dari BKKBN pada kegiatan pelayanan KB serentak sejuta akseptor, Pemerintah Kota
Yogyakarta mendapatkan penghargaan dari Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Penerimaan penghargaan
diwakili oleh Ir.Aman Yuriadijaya selaku Sekretaris Daerah Kota
Yogyakarta. Penghargaan ini merupakan kerja sama seluruh elemen
masyarakat di Kota Yogyakarta dari tingkat RT/RW serta kader-kader PKK
yang berperan serta mendukung kelancaran sosialisasi dan
edukasi.Program ini tidak hanya sekedar terkait dengan penanganan KB
namun juga mengedukasi masyarakat bagaimana membangun keluarga
yang sehat dan sejahtera. Selain itu dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan KB bagi masyarakat terutama setelah adanya pandemi Covid-
19 ini, Pemerintah Kota Yogyakarta berencana membuka layanan
konsultasi secara online untuk masyarakat.
6 Penghargaan 14 Juli 2020 Kota Yogyakarta berhasil meraih penghargaan Reka Cipta Bhakti Nugraha
Reka Cipta dari Pemerintah Daerah DIY. Penghargaan tersebut diberikan karena
Bhakti Nugraha Pemerintah Kota Yogyakarta dinilai sebagai kota terbaik di tingkat DIY dari
sisi perencanaan pembangunan daerah dilihat dari Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2020. Atas keberhasilan tersebut,
Kota Yogyakarta berhak maju ke tingkat nasional mewakili DIY pada ajang
penilaian perencanaan pembangunan terbaik atau Pangripta Nusantara.
Tahun 2020
184
185
2020 Respond Rate yang melebihi target dalam pelaksanaan Sensus Penduduk
Online tahun 2020. Penghargaan tersebut diserahkan langsung kepada
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti usai audensi BPS bersama Walikota.
Sensus penduduk ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan bank
data sebagai dasar dalam menentukan kebijakan dalam menciptakan
kesejahteraan rakyat, terlebih di masa pandemi Covid-19. Secara umum
melalui sensus ini dapat mengetahui tanggapan masyarakat dan perilaku
masyarakat selama Covid-19, serta bisa diketahui keinginan dan
kebiasaan masyarakat di massa kehidupan era baru (new normal) sebagai
langkah awal merancang kebijakan selanjutnya.
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
9 Penghargaan 7 Oktober Bertepatan dengan hari jadi Kota Yogyakarta ke 264 tahun, Kementerian
WTP 2020 Keuangan memberikan penghargaan terkait raihan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan yang diaudit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sepuluh kali berturut-turut.
Penghargaan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut diserahkan
kepada Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti melalui Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta Istu Wahyudi, di
Graha Pandawa Balai Kota
Istu Wahyudi menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kota
Yogyakarta yang 10 kali berturut-turut mendapat opini WTP. Menurutnya,
capaian itu adalah bentuk konsistensi pada tata kelola keuangan yang
akuntabel dan menjadi catatan sejarah luar biasa.
Capaian dari Pemerintah Kota Yogyakarta yang ke 10 kali berturut-turut
raih WTP bisa jadi contoh bagi daerah lainnya, sekaligus menjadi kado di
hari jadi Kota Yogyakarta yang ke 264 tahun
10 Penghargaan 3 Desember Pemerintah Kota Yogyakarta meraih predikat baik dalam penilaian
Penerapan 2020 penerapan sistem merit yang dilakukan Komisi Aparatur Sipil Negara
Sistem Merit (KASN). Prestasi tersebut disampaikan langsung oleh Ketua KASN, Agus
Tahun 2020 Pramusinto di bangsal Kepatihan. Agus Pramusinto mengungkapkan
apresiasinya atas pencapaian Pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam
penilaian tersebut Kota Yogyakarta mendapatkan nilai 287 dan indeks
sistem meritnya adalah 0,70. Mewakili Walikota Yogyakarta, Asisten
Umum Kota Yogyakarta, Edy Heri Suasana mengatakan jika penilaian
Tahun 2020
Penghargaan Diterimakan
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta kembali berhasil meraih
11 Penghargaan 14 Desember
penghargaan Kota Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) 2020 dari
Laporan Kinerja Pemerintah Kota
Award ajang Bhumandala award tahun 2020, yaitu meraih Bhumandala Rajata
(medali perak) untuk kategori Kota, dan Bhumandala Kencana (geoportal
terbaik) untuk kategori Kota. Pengembangan geoportal Kota Yogyakarta
dimulai pada bulan Agustus 2019 dengan alamat geoportal.jogjakota.go.id,
pembangunan geoportal ini juga sebagai upaya mendukung kebijakan satu
data dan satu peta Indonesia Penganugerahan penghargaan simpul
jaringan merupakan bentuk apresiasi BIG kepada simpul-simpul jaringan
dengan tujuan untuk memotivasi, menginspirasi, memperkuat, dan
meningkatkan semangat K/L/P dalam membangun elemen-elemen simpul
jaringannya agar terus terbina secara berkelanjutan menuju Simpul
Jaringan yang aktif dan operasional
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
13 Penghargaan 18 Desember Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogya memberikan penghargaan
Pemutakhiran 2020 kepada Pemerintah Kota Yogyakarta atas partisipasi, kontribusi dan
Data Pemilih dukungannya dalam pemutakhiran data pemilih. Penerimaan penghargaan
tersebut diwakili oleh Asisten Kesra Bp.Sisruwardi. Menurutnya
pengolahan data dan informasi merupakan hal yang penting dalam
keberlangsungan sebuah lembaga. Hal ini tidak hanya berlaku bagi
perusahaan swasta, tetapi juga bagi lembaga pemerintah. Ketersediaan
data yang memadai, serta manajemen dan pengelolaan data yang baik
sangat mempengaruhi proses dalam menyusun strategi dan kebijakan
yang ada di Kota Yogyakarta. Pemutahiran data merupakan upaya
melindungi hak politik warga negara serta mewujudkan pemilihan umum
yang berkualitas dan beintegritas
Paraf Hirarki
1 Sekretaris Daerah
2 Asisten Umum
3Kepala Bappeda
Target
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan
Perubahan2020
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kemiskinan Masyarakat %
13,97
Menurun Angka Kemiskinan