Anda di halaman 1dari 258

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kita panjatkan Puji Syukur ke hadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kinerja Pemerintah Kota
Yogyakarta yang dilaporkan melalui Laporan
Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020
dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan Kinerja ini disusun berdasarkan
pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan berpedoman pada Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Reviu atas Laporan Kinerja,
sebagai salah satu instrument untuk meningkatkan
akuntabilitas kinerja dalam rangka mewujudkan
Pemerintahan yang berorientasi pada hasil (result oriented government). Selain itu,
laporan ini juga sebagai media pertanggungjawaban serta sarana informasi
Pemerintah Kota Yogyakarta dalam memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020 merupakan
laporan tahun ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Yogyakarta Tahun 2017–2022 yang berisi capaian kinerja Indikator
Kinerja Utama (IKU) Kota Yogyakarta beserta upaya yang sudah dilakukan untuk
mencapai target serta menyelesaikan permasalahan yang ditemukan dalam upaya
pencapaian sasaran strategis. Laporan ini juga memuat efisiensi yang dihasilkan
dari implementasi SAKIP, inovasi pencapaian kinerja serta penghargaan yang
telah diraih oleh Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2020.
Pelaporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta juga disampaikan
melalui website: jogjakota.go.id pada menu e-SAKIP sebagai upaya transparansi
kinerja kepada masyarakat serta dilaporkan kepada Kementerian Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi melalui aplikasi e-SAKIP Reviu.
Kami menyadari bahwa Laporan Kinerja ini masih belum sempurna, untuk
itu kritik dan saran konstruktif guna perbaikan laporan di tahun mendatang sangat
dibutuhkan, sehingga nantinya dapat menjadi masukan dalam memperbaiki kinerja
ke depan, baik dari aspek-aspek perencanaan, pengorganisasian, maupun
koordinasi pelaksanaannya. Besar harapan kami bahwa Laporan Kinerja
Pemerintah Kota Yogyakarta ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai informasi maupun evaluasi atas kinerja Pemerintah Kota
Yogyakarta.
Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta,14 Januari 2021
Walikota Yogyakarta

H.Haryadi Suyuti

i
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL vi
IKHTISAR KINERJA vii
BAB I PENDAHULUAN 2
1.1 GAMBARAN UMUM KOTA YOGYAKARTA 3
1.2 PEMBANGUNAN MANUSIA KOTA YOGYAKARTA 4
1.3 PEREKONOMIAN KOTA YOGYAKARTA 5
1.4SUMBER DAYA APARATUR PEMERINTAH KOTA
YOGYAKARTA 7
1.5ISU STRATEGIS PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 9
BAB II PERENCANAAN KINERJA 12
2.1 RPJMD KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2017-2022 13
2.2 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020 19
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 26
3.1CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020 27
3.2EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN KINERJA INDIKATOR
UTAMA TAHUN 2020 31
3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 31
3.2.2 Sasaran Strategis 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 40
3.2.3 Sasaran Strategis 3 Ketahanan Pangan Masyarakat Meningkat 49
3.2.4 Sasaran Strategis 4 Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk
Menurun 56
3.2.5 Sasaran Strategis 5 Pertumbuhan Ekonomi Meningkat 61
3.2.6 Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban
Masyarakat Menurun 65
3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat 75
3.2.8 Sasaran Strategis 8 Harapan Hidup Masyarakat Meningkat 84

ii
3.2.9 Sasaran Strategis 9 Peran serta Masyarakat dalam
Pengembangan dan Pelestarian Budaya Meningkat 91
3.2.10 Sasaran Strategis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang

ISI
Meningkat 98
3.2.11 Sasaran Strategis 11 Kualitas Lingkungan Hidup
Meningkat
104
3.2.12 Sasaran Strategis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat

DAF
TAR
119
3.2.13.Sasaran Strategis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan
Meningkat
3.3 AKUNTABILITAS ANGGARAN TAHUN 2020 140
3.4 INOVASI PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA 153
BAB IV PENUTUP 157
179

iii
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kota Yogyakarta 3
Gambar 1.2 Grafik Piramida Penduduk Kota Yogyakarta Tahun 2019 4
Gambar 1.3 Indeks Pembangunan Manusia Kota Yogyakarta Tahun 2015-2019 5
Gambar 1.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kota Yogyakarta (%) 6
Gambar 1.5 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016 7
Gambar 1.6 Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pendidikan dan
Rentang Usia 8
Gambar 2.1 Visi Misi Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022 15
Gambar 2.2 Proses Bisnis RPJMD Kota Yogyakarta 16
Gambar 3.1 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Sasaran RPJMD 30
Gambar 3.2 Grafik Target dan Realisasi Kemiskinan Kota Yogyakarta (2017-
2020) 31
Gambar 3.3 Proses Bisnis Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 33
Gambar 3.4 Logical Frame Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun 33
Gambar 3.5 Foto Contoh Pelaksanaan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni 36
Gambar 3.6 Target dan Realisasi Indeks Keberdayaan Masyarakat 2017-2020 42
Gambar 3.7 Proses Bisnis Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 43
Gambar 3.8 Logical Frame Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat 43
Gambar 3.9 Layanan di UPT P2TP2A (Penanganan dan pendampingan korban
kekerasan (Kiri), dan Trauma Healing (Kanan)) 46
Gambar 3.10 Target dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2017-2022 50
Gambar 3.11 Proses Bisnis Sasaran 3 Ketahanan Pangan Meningkat 51
Gambar 3.12 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Ketahanan Pangan 52
Gambar 3.13 Pelaksanaan sosialisasi Menu B2SA di Wilayah Kota Yogyakarta 55
Gambar 3.14 Target dan Realisasi Gini Ratio Kota Yogyakarta 2013-2021 57
Gambar 3.15 Proses Bisnis Sasaran 4 Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk
Menurun 58
Gambar 3.16 Logframe Pemerintah dalam Ketimpangan antar Pendapatan
Menurun 59
Gambar 3.17 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022 61
Gambar 3.18 Proses Bisnis Sasaran 5 Pertumbuhan Ekonomi 62
Gambar 3.19 Logframe Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi 63
Gambar 3.20 Target dan Realisasi Penurunan Kriminalitas 2017-2020 66
Gambar 3.21 Target dan Realisasi Jumlah Pelanggaran Perda Tahun 2017-2022 66
Gambar 3.22 Jumlah Pelanggaran Perda Berdasarkan Jenis Pelanggaran 2019-
2020 68
Gambar 3.23 Proses Bisnis Sasaran 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban
Masyarakat Menurun 69
Gambar 3.24 Logframe Pemerintah dalam Gangguan Ketrentraman dan Ketertiban
Masyarakat 70
Gambar 3.25 Target dan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan Angka
Harapan Lama Sekolah 2017-2022 75

iv
Gambar 3.26 Perbandingan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan
Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2020 76
Gambar 3.27 Proses Bisnis Sasaran 7 Peningkatan Kualitas Pendidikan
Gambar 3.28 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan 77
Gambar 3.29 Target dan Realisasi Angka Harapan Hidup Kota 77
Yogyakarta 2017-2022
Gambar 3.30 Proses Bisnis Sasaran 8 Peningkatan Angka Harapan Hidup 84
Masyarakat
Gambar 3.31 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Angka Harapan Hidup 85
Masyarakat
Gambar 3.32 Grafik Target dan Realisasi Presentase Rintisan Kelurahan 86
Budaya yang aktif 2017-2022
Gambar 3.33 Proses Bisnis 9 Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan 91
dan Pelestarian Budaya Meningkat
Gambar 3.34 Logframe Sasaran 9 Peran Serta dalam Pengembangan dan 95
Pelestarian Budaya Meningkat

DA

AR
FT
96
Gambar 3.35 Target dan Realisasi Persentase Kesesuaian Pemanfaatan
Ruang Tahun 2017-2022
Gambar 3.36 Proses Bisnis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Meningkat 98
Gambar 3.37 Logframe Sasaran 10 Peran Serta dalam Kesesuaian 101
Pemanfaatan Ruang
Gambar 3.38 Grafik Target dan Realisasi Indek Kualitas Lingkungan Hidup 102
Gambar 3.39 Penyandingan IKLH Kota Yogyakarta, DIY dan Nasional 104
Gambar 3.40 Perkembangan Nilai Indeks Kualitas Udara 105
Gambar 3.41 Proses Bisnis 11 Kualitas Lingkungan Hidup Meningkat 109
Gambar 3.42 Logframe Sasaran 11 dalam Kualitas Lingkungan Hidup 114
Gambar 3.43 Target dan Realisasi Indeks Infrastruktur Wilayah 115
Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022
Gambar 3.44 Penataan permukiman kumuh kawasan Sungai Winongo 119
(Pringgokusuman-Pakuncen)
Gambar 3.45 Pertumbuhan Jumlah Bank Sampah Hingga Tahun 2020 125
Gambar 3.46 Pengurangan Sampah di Lingkungan Kota Yogyakarta Tahun 126
2020
Gambar 3.47 Kegiatan Pengangkutan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup 127
Yogyakarta
Gambar 3.48 Proses Bisnis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat 129
Gambar 3.49 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 137
2015-2020
Gambar 3.50 Proses Bisnis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan Meningkat 141
142

v
Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Daerah 17
Tabel 2.2 Perubahan Perjanjian Kinerja Tahun 2020 19
Tabel 2.3 Program dan Anggaran Perjanjian kinerja Pemerintah
Kota Yogyakarta Tahun 2020 20
Tabel 3.1 Skala Nilai Peringkat Kerja 27
Tabel 3.2 Capaian Kinerja Indikator Utama Tahun 2020 28
Tabel 3.3 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1 32
Tabel 3.4 Indikator Komposit Penghitung Indeks Keberdayaan
Masyarakat 40
Tabel 3.5 Tingkat Capaian Sasaran Keberdayaan Masyarakat 41
Tabel 3.6 Hasil Skor PPH Kota Yogyakarta tahun 2017-2020 50
Tabel 3.7 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 3 51
Tabel 3.8 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 4 56
Tabel 3.9 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 5 61
Tabel 3.10 Capaian Sasaran Penurunan Gangguan Ketentraman
dan Ketertiban 2020 67
Tabel 3.11 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 7 75
Tabel 3.12 Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis 8 85
Tabel 3.13 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 9 92
Tabel 3.14 Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya Kota Yogyakarta
Tahun 2020 93
Tabel 3.15 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 10 99
Tabel 3.16 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta Tahun
2020 99
Tabel 3.17 Penambahan Angka Kesesuaian Pemanfaatan Pola
Ruang Kota Yogyakarta 100
Tabel 3.18 Data Indeks Kualitas Air Sungai di Kota Yogyakarta 106
Tabel 3.19 Hasil Pengujian Parameter Kualitas Udara Tahun 2020 107
Tabel 3.20 Data Luasan RTH Kota Yogyakarta Tahun 2020 110
Tabel 3.21 Rincian Penambahan dan Pengurangan Luasan RTH
Privat dan RTH Publik Tahun 2020 111
Tabel 3.22 Perhitungan Indeks Tutupan Vegetasi Kota Yogyakarta
2020 113
Tabel 3.23 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12 120
Tabel 3.24 Uraian Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12 120
Tabel 3.25 Indeks Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan
DAFTAR TABEL

Bencana Tahun 2020 133


Tabel 3.26 Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran Tahun
2020 134
Tabel 3.27 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 13 140
Tabel 3.28 Target dan Realisasi Capaian Sasaran Strategis 13
Dalam RPJMD 2017-2022 140
Tabel 3.29 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah 141
Tabel 3.30 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah 150
Tabel 3.31 Faktor Penghambat dan Strategi Pemecahan Masalah
Sasaran 13 151
Tabel 3.32 Realisasi Anggaran Tahun 2020 154

vi
IKHTISAR
KINERJA
Tahun 2020 merupakan tahun Terbukti, dengan semangat t e r s
yang cukup berat bagi masyarakat di s e l ebut,perlahantapipasti,per
uruhdunia,termasukKota ekonomianmasyarakatKota
Yogyakarta. Cobaan berat berupa Yo g y a k a r t a m u l a i b a n g k i t d a
Pandemi Covid-19 telah mempengaruhi n menggeliat. Dan dari segi birokrasi,
kehidupan social ekonomi masyarakat di kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta yang
seluruh dunia. Kota Yogyakarta, dimana diukur melalui pencapaian 16 (Enam
roda perekonomian bertumpu pada belas) Indikator Kinerja Utama, pada
sector pariwisata, harus ikut merasakan d a tahun 2020 dapat tercapai sesuai target
mpaknyasebagaiakibatdari yang telah ditentukan. Hal ini tentu
penurunan jumlah wisatawan yang merupakan kerja keras semua elemen
berkunjung ke Kota Yogyakarta. aparat Pemerintah bersama masyarakat
Namun, cobaan tersebut tidak dalam melaksanakan pembangunan yang
menjadikanPemerintahKota berkualitas demi mewujudkan Kota
Yo g y a k a r t a b e r p u t u s a s a d a l a Yogyakarta yang sejahtera, nyaman huni
m menjalankan roda pemerintahannya. dan berdaya saing kuat dengan tetap
Melalui slogan “Tan Mingkuh Tumapak menjunjung nilai-nilai keistimewaan.
ing Jaman Anyar” yang kurang lebih b e r
a r t i p a n t a n g m u n d u r, p e n u h
semangat memasuki era adaptasi
kebiasaan baru, Pemerintah Kota
Yogyakarta mengajak seluruh elemen
masyarakat agar pantang mundur
menghadapi tantangan yang ada,
khususnya pandemi Covid-19.

vii
1
BAB I
PENDAHULUAN

2
1.1 GAMBARAN UMUM
KOTA YOGYAKARTA
Kota Yogyakarta merupakan ibukota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah kurang lebih 3.250 Ha atau 1,02% dari luas
wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan jarak terjauh dari utara ke
selatan kurang lebih 7,5 km dan dari barat ke timur kurang lebih 5,6 km. Kota
Yogyakarta berbatasan langsung dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.
Wilayah administratif Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, 616
Rukun Warga (RW) dan 2.535 Rukun Tetangga (RT).
Secara geografis, Kota
Yogyakarta terletak di antara
110024'19”-110028'53” Bujur
Timur dan antara 07 15'24”-
0

07049'26” Lintang Selatan.


Secara geografis Kota
Yogyakarta berbatasan dengan:
Ÿ Sebelah Utara Kabupaten
Sleman
Ÿ Sebelah Timur Kabupaten
Bantul dan Sleman
Ÿ Sebelah Selatan Kabupaten
Bantul
Ÿ Sebelah Barat Kabupaten
Bantul dan Sleman
Gambar 1.1 Peta Administrasi
Kota Yogyakarta
Sumber: Kota Yogyakarta Dalam
Angka Tahun 2020
atau produktif. Pada grafik tersebut juga
dapat dilihat bahwa terdapat dominasi
JumlahpendudukKota jumlah penduduk oleh kelompok umur
Yo g y a k a r t a m e n u r u t B P S ( K o 35-39 tahun dengan jumlah total sebesar
t a Yogyakarta Dalam Angka Tahun 33.052 jiwa. Penduduk pada kelompok
2020) sebanyak 414 . 055 jiwa, dengan umur 35-39 tersebut memiliki komposisi
kepadatan penduduk 12.740/km2 . jenis kelamin laki-laki sebesar 16.339
Adapun penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan sebanyak
201.538 jiwa (48,67%) dan jumlah 16.713 jiwa. Sedangkan kelompok
penduduk perempuan berjumlah 212.517 umur dengan jumlah paling sedikit
jiwa (51,33%). Kota Yogyakarta adalah kelompok umur 70-74 tahun
yaitu sebesar 7.897 jiwa.
memiliki struktur piramida yang
berbentuk ekspansif, dimana terdapat
dominasi jumlah penduduk usia muda
3 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
75+ 7.237
70-74 4208 4.517
65-69 3380 7.702

60-64 9894 6734 11.347


55-59 11965 13.579
50-54 13725 15.557
45-49 14531 15.578
40-44 15183 16.207
35-39 16339 16.713
30-34 14096 14.973
25-29 14777 15.325
20-24 15453 15.246
15-19 16929 16.250
10-14 16128 15.415
5-9 15145 14.646
0-4 13050 12.225
(20.000) (15.000) (10.000) (5.000) 0 5.000 10.000 15.000 20.000

Perempuan Laki-Laki

Gambar 1.2 Grafik Piramida Penduduk Kota Yogyakarta Tahun


2019 Sumber: Kota Yogyakarta Dalam Angka, 2020
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Yogyakarta, 2020

Rasioketergantunga orang yang berusia kerja (dianggap


n (dependency ratio) atau angka beban produktif) mempunyai tanggungan
ketergantungan adalah suatu angka sebanyak 41 orang yang belum produktif
yang menunjukkan besar beban dan/atau dianggap tidak produktif lagi.
tanggungan kelompok usia produktif Dari tahun 2015 hingga 2018, rasio
atas penduduk usia non produktif. ketergantungan ini terus mengalami
Apabila dilihat dari komposisi usia fluktuasi dengan kecenderungan
produktif yaitu 15-65 tahun dan usia menurun, akan tetapi pada tahun 2019
tidak produktif (0-14 tahun dan 65 mengalami peningkatan menjadi 40,99
tahun keatas) maka dapat diketahui dengan penurunan rata-rata -0,01% per
bahwa angka ketergantungan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa beban
(dependency ratio) Kota Yogyakarta tanggungan kelompok usia produktif atas
pada tahun 2019 adalah 40,99%. penduduk usia non produktif di Kota
Besaranangkarasio Yogyakarta semakin berkurang setiap
ketergantungan di Kota Yogyakarta tahunnya.
memiliki pengertian bahwa setiap 100

1.2 PEMBANGUNAN MANUSIA


KOTA YOGYAKARTA
Kualitas pembangunan sebuah penduduk dapat mengakses hasil wilayah
dapat diukur menggunakan pembangunan dalam memperoleh Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). pendapatan, kesehatan, pendidikan, IPM
menggambarkan bagaimana dan sebagainya. IPM merupakan
Tahun 2020 4
indikator penting untuk mengukur Semakin tinggi nilai IPM suatu daerah, m
keberhasilan dalam upaya membangun e n u n j u k k a n p e n c a p a i a n
kualitas hidup masyarakat. Angka IPM pembangunan manusianya semakin baik
memberikan gambaran komprehensif m e . Nilai IPM Kota Yogyakarta merupakan
ngenaitingkatpencapaianpe tertinggi se-Indonesia sejak tahun 2010.
mbangunanmanusiasebagai Berikut adalah grafik Indeks P e m b a n
dampak dari kegiatan pembangunan yang g u n a n M a n u s i a d i K o t a
dilakuan oleh suatu daerah. Yogyakarta tahun 2015-2019.

Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia

90,00
86,65
85,32 85,49 86,11
84,56

Gambar 1.3 Indeks


85,00
Pembangunan Manusia Kota
79,99
Yogyakarta Tahun 2015-2019
78,38 78,89 79,53
Sumber : Badan Pusat Statistik
80,00 77,59
Kota Yogyakarta Tahun 2020
Nilai

75,00 71,39 71,92


69,55 70,18 70,81

70,00

65,00

60,00
2015 2016 2017 2018 2019

Kota Yogyakarta D I YOGYAKARTA INDONESIA

1.3 PEREKONOMIAN
KOTA YOGYAKARTA
komunikasi; industri pengolahan; serta
Sejalan dengan kebijakan sektor penyediaan akomodasi dan
pembangunan nasional, maka arah makan minum merupakan tiga sektor d
kebijakan pembangunan ekonomi Kota engannilaiPDRBterbesar
Yogyakarta pada tahun 2020 ditujukan
dalam rangka mewujudkan masyarakat
Kota Yogyakarta yang sejahtera,
berbudaya, bermartabat berlandaskan
pada penguatan ekonomi wilayah.
lapangan kerja dan mengurangi angka
kemiskinan.
Berdasarkan PDRB Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK) tahun dasar
2010, sektor sektor informasi dan
berkontribusi sebesar 12,94% atau 3,58
dibandingkan sektor lainnya dalam triliun rupiah di tahun 2019. Selanjutnya,
perekonomian Kota Yogyakarta selama sektor penyediaan akomodasi dan
tahun 2015-2019. Pada tahun 2019, nilai makan minum menghasilkan PDRB
PDRB sektor informasi dan komunikasi sebesar 3,39 triliun rupiah atau 12,26%
adalah yang terbesar, yaitu mencapai dari total PDRB.
3,95 triliun rupiah atau sebesar 14,3%
dari total PDRB Kota Yogyakarta. Di
posisi kedua, sektor industri pengolahan

5 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pertanian,
Kehutanan, dan
Perikanan; 0,14; 0%
Jasa Lainnya; 2,72;

Pertambangan dan
Jasa Kesehatan dan 3%

Penggalian; 0,003;
Kegiatan Sosial; 3,79; Pengadaan Listrik
0%
4% dan Gas; 0,22; 0%
Jasa Pendidikan;
Pengadaan Air,
9,23; 9% Industri Pengolahan;
Pengolahan Sampah,
13,18; 13%
Limbah dan Daur
Administrasi Ulang; 0,14; 0%
Pemerintahan,
Konstruksi; 7,85; 8%
Pertahanan, dan
Jaminan Sosial
Wajib; 10,12; 10%
Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi
Jasa Perusahaan; Mobil dan Sepeda
1,08; 1% Motor; 7,49; 7%

Transportasi dan
Real Estate; 9,15; 9% Pergudangan; 4,07;
4%

Penyediaan
Akomodasi dan
Jasa Keuangan dan
Makan Minum;
Asuransi; 6,8; 7%
13,74; 14%
Informasi dan
Komunikasi; 10,26;
10%
Gambar 1.4 Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Lapangan Usaha di Kota Yogyakarta (%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta Tahun 2020

akan berdampak langsung pada


Sebagai Kota Pariwisata dimana pendapatan masyarakat maupun
ekonomi berjalan seiring pertambahan j u keuangan daerah Kota Yogyakarta
mlahkunjunganwisata,Kota terutama pada Industri Hotel Restoran.
Yogyakarta mengalami dampak yang Penurunan sektor ini mengakibatkan
signifikan dari adanya pandemik Covid-
19. Social Distancing sebagai upaya
untuk penanggulangan Covid - 19
memaksamasyarakatuntuk
mengurangi atau bahkan menghindari
aktivitas di luar rumah termasuk k u n j u
n g a n w i s a t a . P e n u r u n a n
kunjungan wisata ke Kota Yogyakarta
n j u a l souvenir dan oleh - oleh,
penurunan pendapatan bagi pekerja penjaja makanan, tukang becak,
atau bahkan pengurangan jumlah andong, dan pekerja sektor informal
pekerja. Selain itu, masyarakat yang pariwisata lainnya.
bekerja pada sektor pendukung
pariwisata juga akan mengalami
penurunan pendapatan, misalnya U s
ahaKecilMikro(UKM)yang
memproduksidan/ataume

Tahun 2020 6
1.4 SUMBER DAYA APARATUR PEMERINTAH
KOTA YOGYAKARTA
Pemerintah Kota Yogyakarta dipimpin oleh Walikota dan Wakil Walikota
Yogyakarta sesuai hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah. Adapun periode
menjabat Walikota dan Wakil Walikota Yogyakarta selama 5 tahun yakni dari
tahun 2017 – 2022. Dalam melaksanakan tugasnya, Walikota dan Wakil Walikota
dibantu oleh Sekretaris Daerah beserta jajaran di bawahnya.

Gambar 1.5 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan


Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016
Sumber :Bagian Organisasi Setda Kota Yogyakarta

Berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 5 Tahun 2016 tentang


Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Yogyakarta, struktur organisasi
Pemerintah Kota Yogyakarta terdiri dari 51 OPD/Unit Kerja yakni :
1. Sekretariat Daerah (8 bagian)
2. Sekretariat DPRD
3. Inspektorat Daerah
4. Dinas (21 Dinas)
5. Badan Daerah (3 Badan)
6. Kecamatan (14 Kecamatan)

7 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pemerintah Kota Yogyakarta memiliki sumber daya manusia yang
berkecukupan dalam melaksanakan pembangunan. Jumlah aparatur sipil negara
per 1 Desember 2020 mencapai 4.876 orang, yang terdiri dari 2.015 laki-laki
(41,32%) dan 2.861 perempuan (58,68%). Apabila dilihat berdasarkan jenjang
pendidikan, sumber daya manusia di Pemkot Yogyakarta didominasi oleh jenjang
Pendidikan S1 (2.304 orang), diikuti SMA (872 orang), D3 (659 orang), S2 (649
orang), dan sisanya sebanyak 387 orang mengenyam Pendidikan SD, SMP, D1,
D2 dan D4

Berdasarkan Jenis Kelamin D I; 16; 0%


Berdasarkan D II; 94; 2%

Laki-laki SLTP; 152; 3%

2041 Jenis D III; 657;


41%
13%

Perempuan Pendidikan
2886 SLTA; 984; D IV; 82; 2%
59%
20%

DI S1 SD; 74; 2%
Laki-laki Perempuan D II S2 S2; 450; 9%

D III SD
S1; 2418; 49%
D IV SLTA
SLTP

Berdasarkan Rentang Usia

1400 1207
1200
939
1000
800 631
567 519
600 445 Laki-laki
344
400
149 Perempuan
200 6 59
0
s.d 25 26-35 36-45 46-55 56 tahun
tahun tahun tahun tahun atau
lebih
Gambar 1.6 Struktur Organisasi Pemerintah Kota Yogyakarta berdasarkan
Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 5 Tahun 2016
Sumber :Bagian Organisasi Setda Kota Yogyakarta

Sedangkan jika dilihat dari usia, ASN didominasi oleh usia 46-55 tahun
(2.146 orang), diikuti usia 36-45 tahun (1.198 orang), di atas 56 tahun (863 orang)
dan sisanya usia di bawah 25 tahun dan rentang 26-35 tahun.
Tahun 2020 8
1.5 ISU STRATEGIS PEMERINTAH
KOTA YOGYAKARTA
Isu strategis merupakan kondisi atau hal yang harus d i p e r
h a ti k a n a ta u d i k e d e p a n k a n d a l a m p e r e n c a n a a n
pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi
Daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak,
berjangka menengah/panjang, dan menentukan pencapaian tujuan
penyelenggaraan pemerintahan Daerah di masa yang akan datang.
Berikut ini adalah isu strategis pembangunan jangka menengah
daerah sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 11
tahun 2017 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah tahun 2017-2022 :

1. Penurunan Kemiskinan ;
2. Peningkatan Keberdayaan Masyarakat ;
3. Peningkatan Ketahanan Pangan ;
4. Penurunan Ketimpangan Pendapatan ;
5. Penguatan Pertumbuhan Ekonomi ;
6. Penurunan Gangguan Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat ;
7. Peningkatan Kualitas Pendidikan ;
8. Peningkatan Harapan Hidup Masyarakat ;
9. Peningkatan Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan dan
Pelestarian Budaya ;
10. Peningkatan Kualitas Pemanfaatan Ruang ;
11. Peningkatan Kualitas Lingkungan hidup ;
12. Peningkatan Infrastruktur Wilayah ; dan
13. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan.

9 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tahun 2020 10
11
BAB II
PERENCANAAN
KINERJA

12
2.1 RPJMD KOTA YOGYAKARTA
TAHUN 2017-2022
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Yogyakarta Tahun 2017-2022 ditetapkan melalui Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun
2017. Tahun 2020 merupakan tahun keempat pelaksanaan RPJMD periode 2017-
2022. Adapun Visi yang tercantum dalam RPJMD Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022

adalah sebagai berikut :
Meneguhkan Kota Yogyakarta Sebagai Kota Nyaman

“ Huni Dan Pusat Pelayanan Jasa Yang Berdaya Saing


Untuk Keberdayaan Masyarakat Dengan Berpijak
Kuat

Pada Nilai Keistimewaan


Penjabaran lebih lanjut mengenai visi ini merupakan salah satu upaya untuk
mempertegas kembali perwujudan kota yang telah memiliki aspek mendasar
sebagai kota nyaman huni dan kota pusat pelayanan jasa. Tidak lepas dari
memperkuatnya nilai daya saing daerah dengan pijakan nilai keistimewaan sebagai
penekanan harapan menjadi suatu ideal kota di masa depan.
Kota Yogyakarta sebagai kota nyaman huni adalah:
1. Kualitas hidup masyarakat Kota Yogyakarta yang tinggi di atas rata-rata
nasional, yang tercermin dalam nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang
tinggi.
2. Memiliki sarana dan prasarana pelayanan perkotaan yang layak dan
memadai bagi aktifitas warga.
3. Pelayanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat yang
terus meningkat melampaui standar pelayanan minimal.
4. Berkembangnya perekonomian yang mampu menggerakkan
pembangunan kota dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
5. Memberikan ruang yang kondusif bagi pengembangan nilai-nilai dan
aktifitas sosial dan budaya sehingga mampu meningkatkan keberdayaan dan
kemandirian masyarakat.
Kota Yogyakarta sebagai kota pusat pelayanan jasa yang berdaya saing kuat
adalah:
1. Maju dan berkembangnya Kota Yogyakarta sebagai pusat pelayanan jasa
yang meliputi jasa penunjang pendidikan, pariwisata, perdagangan, pemerintahan,
keuangan, kesehatan, transportasi dan komunikasi, serta usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM) yang unggul baik secara komparatif maupun kompetitif.
2. Terbangunnya sistem pelayanan dan kelembagaan yang mudah, cepat,
dan kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya investasi yang memberikan

13 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


manfaat bagi pembangunan kota dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
3. Meningkatnya aktifitas sektor swasta pariwisata dan pendidikan sebagai
penopang utama pelayanan jasa kota secara kompetitif dan sebagai gerbong
utama pertumbuhan perekonomian kota dan mampu menarik picu pergerakan
sektor andalan lain.
4. Meningkatkan perbaikan efisiensi dan efektifitas sistem produksi dan
distribusi sebagai pelayanan skala lingkungan kota dan regional.
5. Menguatnya kualitas identitas kota yang mampu menjadikan diri sebagai basis
kota dalam kerjasama dan pengembangan usaha serta menjadi bagian
sistem pergerakan antar kota.
Kota Yogyakarta yang berorientasi pada keberdayaan masyarakat adalah:
1. Meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang cerdas, terampil dan
berakhlak mulia.
2. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan gaya hidup
sehat dan bersih.
3. Meningkatnya etos kerja berkemajuan yaitu cerdas berteknologi, penuh
prestasi, manusiawi, menciptakan rasa aman dan mencerahkan.
4. Meningkatnya peluang kerja yang bisa menampung tenaga kerja produktif.
5. Berkembangnya kemitraan sosial dalam semangat gotong royong yang akan
memperkuat ketahanan masyarakat enghadapi berbagai kerawanan sosial.
Kota Yogyakarta yang berpijak pada nilai keistimewaan adalah:
1. Berkembangnya pemerintah, pelayanan, dan aktifitas kemasyarakatan Kota
Yogyakarta yang sesuai dan menjunjung tinggi nilai keistimewaan sesuai amanat
Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Meningkatnya peran partisipasi dan kesejahteraan masyarakat atas
pembangunan daerah berbasis keistimewaan.
3. Menguatnya identitas sebagai kota warisan budaya luhur, pendidikan, dan
pariwisata yang menjadi bagian nilai keistimewaan.
4. Berkembangnya semangat ”Jogja Berkemajuan” dalam penyelenggaraan
pembangunan kota berupa kemauan kuat yang bersumber pada kekayaan
budaya ngayogyakarta hadiningrat yang religius, memakmurkan dan berwawasan
lingkungan serta pada daya kreatif masyarakat Jogja.

Visi tersebut selanjutnya dijabarkan ke dalam upaya pencapaian melalui 7


(tujuh) misi yakni :
1. Meningkatkan Kesejahteraan dan Keberdayaan Masyarakat

Tahun 2020 14
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta
3. Memperkuat moral, etika, dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial, dan budaya
5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan
6. Membangun sarana dan prasarana publik dan permukiman
7. Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih
Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, disusun proses bisnis yang
menguraikan aktivitas yang harus dilakukan, mulai dari aspek utama, pendukung
dan manajemen. Namun, sebelum menyusun proses bisnis, terlebih dahulu
diidentifikasi terlebih dahulu keterkaitan visi dan misi yang digambarkan dalam
bagan berikut ini.

Gambar 2.1 Visi Misi Kota Yogyakarta Tahun 2017-2022

Mendasarkan bagan tersebut, maka kata kunci Visi Kota Yogyakarta Tahun
2017-2022 diterjemahkan ke dalam 2 (dua) hal yakni Nyaman Huni dan Pusat
Pelayanan Jasa. Nyaman Huni diartikan bahwa masyarakat sejahtera (Misi 1),
kondisinya aman (Misi 3), Sumber Daya Manusianya berkualitas (Misi 4) serta Tata
Kota dan Lingkungannya nyaman dan asri (Misi 5). Sedangkan Pusat Pelayanan Jasa
diartikan bahwa Kota Yogyakarta memiliki daya saing ekonomi yang kuat sehingga
mampu bersaing dengan daerah lain (Misi 2). Dua kata kunci tersebut,

15 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


sejalan dengan misi-misi yang ada di RPJMD. Adapun Misi 6 dan 7 menjadi
pendukung tercapainya 2 (dua) kata kunci pencapaian visi tersebut. Bagan
rekonstruksi pencapaian visi tersebut menjadi bahan penyusunan proses bisnis
RPJMD yang disajikan pada bagan berikut ini.

Gambar 2.2 Proses Bisnis RPJMD Kota Yogyakarta

Proses utama dalam mencapai Visi RPJMD adalah Peningkatan Kualitas


SDM, Penguatan Ekonomi dan Daya Saing serta Peningkatan Kesejahteraan.
Sedangkan proses pendukungnya meliputi penciptaan rasa aman, perwujudan
tatakota dan lingkungan yang nyaman dan asri serta peningkatan insfrastruktur.
Adapun proses manajemen adalah bagaimana mewujudkan tata kelola pemerintahan
yang baik dan bersih. Proses bisnis tersebut selanjutnya di-breakdown ke dalam kata
kunci yang merupakan perwujudan sasaran daerah Kota Yogyakarta. Sasaran Daerah
ini selanjutnya menjadi dasar penyusunan perjanjian kinerja kepala daerah dimana
setiap tahun akan dievaluasi pencapaiannya.

Tahun 2020 16
17

Tabel 2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Daerah

Indikator Kinerja
Laporan

Visi
Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Daerah
Utama (IKU)
Meneguhkan 1. Meningkatkan Meningkatkan Indeks Kemiskinan Masyarakat Angka kemiskinan
Kota Kesejahteraan kesejahteraan Kesejahteraan Menurun
dan masyarakat Kota Rakyat
Kinerja

Yogyakarta Keberdayaan Masyarakat Indeks keberdayaan


Sebagai Kota Keberdayaan Yogyakarta
Meningkat masyarakat
Nyaman Huni Masyarakat
Ketahanan Pangan Pola pangan harapan
Dan Pusat
Masyarakat Meningkat
Pelayanan
Pemerintah Kota Yogyakarta

Jasa Yang 2. Memperkuat Memperkuat Indeks Ketimpangan Ketimpangan Pendapatan Indeks Ketimpangan
Berdaya ekonomi pertumbuhan ekonomi Pendapatan Antar Penduduk Menurun Pendapatan
Saing Kuat kerakyatan dan yang bertumpu ekonomi PDRB Perkapita Pertumbuhan Ekonomi Angka pertumbuhan
Untuk daya saing Kota kerakyatan untuk Meningkat ekonomi
Keberdayaan Yogyakarta meningkatkan daya Inflasi
Masyarakat
saing kota Yogyakarta
Dengan
Berpijak Pada 3. Memperkuat Meningkatkan moral, Angka Kriminalitas Gangguan ketentraman Angka Kriminalitas
Nilai moral, etika, etika, dan budaya untuk dan ketertiban masyakarat
Keistimewaan dan budaya mewujudkan Jumlah pelanggaran menurun Jumlah pelanggaran
masyarakat ketentraman masyarakat Perda Perda
Kota Kota Yogyakarta
Yogyakarta
4. Meningkatkan Meningkatkan kualitas Indeks Kualitas pendidikan Angka Rata-rata lama
kualitas pendidikan dan Pembangunan meningkat sekolah
pendidikan, kesehatan Manusia Angka harapan lama
kesehatan, sekolah
sosial, dan
Harapan hidup masyarakat Angka harapan hidup
budaya
meningkat
Meningkatkan peran Persentase rintisan Peran serta masyarakat Persentase rintisan
s u
e d
r a
t y
a a
p
mk el
ae e
sl st
ypu a
aer ri m
r na a e
akgh n n
keea b i
al m n u n
tubbb d g
drudau a k
aadandy y a
lhalgaa a t
aayayn
mnamnag
d
a
n

p
pe
el
ne
gs
eyt
m aa
bnr
agi
naaa
gdknk
aatiti
nnf bf
Indikator Kinerja
Visi Misi Tujuan Indikator Tujuan Sasaran Daerah
Utama (IKU)
5. Memperkuat Mewujudkan tata ruang Persentase Kesesuaian pemanfaatan Persentase kesesuaian
tata kota dan yang nyaman, tertib, dan kesesuaian ruang meningkat pemanfaatan ruang
kelestarian berkelanjutan pemanfaatan ruang
lingkungan Meningkatkan kualitas Indeks Kualitas Kualitas lingkungan hidup Indeks Kualitas
lingkungan hidup Lingkungan Hidup meningkat Lingkungan Hidup
6. Membangun Meningkatkan sarana Indeks Infrastruktur Infrastruktur wilayah Indeks Infrastruktur
sarana dan dan prasarana publik dan Wilayah meningkat Wilayah
prasarana permukiman
publik dan
permukiman
7. Meningkatkan Meningkatkan tata kelola Indeks Reformasi Kapasitas tata kelola Nilai akuntabilitas kinerja
tata kelola pemerintah yang baik Birokrasi pemerintahan meningkat pemerintah
pemerintah dan bersih
Tahun 2020

yang baik dan


bersih Opini BPK terhadap
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
18
2.2 PERJANJIAN KINERJA
TAHUN 2020
Perjanjian Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020 telah ditetapkan
pada tanggal 27 Januari 2020 dan telah dilakukan perubahan pada tanggal 12
November 2020, sehubungan adanya perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) Kota Yogyakarta. Target yang dituangkan dalam perubahan
Perjanjian Kinerja Tahun 2020 mendasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor
52 Tahun 2020 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Walikota Yogyakarta
Nomor 105 Tahun 2017 tentang Rencana Strategis Perangkat Daerah Tahun 2017-
2022 dimana telah dilakukan penyesuaian sehubungan adanya Pandemi Covid-19.

Tabel 2.2 Perubahan Perjanjian Kinerja Tahun 2020


Target
No Sasaran Indikator Kinerja
Perubahan 2020
1 2 3 5
1 Kemiskinan Masyarakat Angka Kemiskinan 13,97%
Menurun
2 Keberdayaan masyarakat Indeks keberdayaan 63,86
meningkat masyarakat
3 Ketahanan pangan masyarakat pola pangan harapan 87,5
meningkat
4 Ketimpangan pendapatan antar Indeks Ketimpangan 0,592
penduduk menurun Pendapatan ( Gini Ratio)
5 Pertumbuhan ekonomi Angka pertumbuhan ekonomi -2,22%
meningkat
6 Gangguan ketentraman dan Angka Kriminalitas 1.000
ketertiban masyakarat menurun
Jumlah pelanggaran Perda 4.299
7 Kualitas pendidikan meningkat Angka Rata-rata lama sekolah 11,45 th

Angka harapan lama sekolah 17,28 th


8 Harapan hidup masyarakat Angka harapan hidup 74,56 th
meningkat
9 Peran serta masyarakat dalam Persentase rintisan kelurahan 61%
pengembangan dan pelestarian budaya yang aktif
budaya meningkat
10 Kesesuaian pemanfaatan ruang Persentase kesesuaian 76,70%
meningkat pemanfaatan ruang
11 Kualitas lingkungan hidup Indeks Kualitas Lingkungan 51,24
meningkat Hidup
12 Infrastruktur wilayah meningkat Indeks Infrastruktur wilayah 42,34
13 Kapasitas tata kelola Nilai akuntabilitas kinerja A
pemerintahan meningkat pemerintah
Opini BPK terhadap Laporan WTP
Keuangan Pemerintah Daerah
19 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Program dan anggaran perjanjian kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta untuk
mendukung capaian sasaran pada tahun 2020 sebagai berikut:

Tabel 2.3 Program dan Anggaran Perjanjian kinerja


Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020
Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

1 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Rp. 3.703.611.879,00


2 Program Advokasi dan Rehabilitasi Sosial Rp. 752.564.500,00
3 Program Data, Informasi dan Pemberdayaan Sosial Rp. 1.055.396.440,00
4 Program Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Rp. 827.746.108,00
5 Program Perlindungan Anak Rp. 1.132.591.976,00
6 Program Pemberdayaan Masyarakat Rp. 782.142.011,00
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
7 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.543.504.436,00
Tegalrejo
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
8 Rp. 2.275.099.024,00
Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Jetis
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
9 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 3.469.386.229,00
Gondokusuman
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
10 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.878.496.380,00
Danurejan
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
11 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.592.476.708,00
Gedongtengen
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
12 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.324.326.800,00
Pakualaman
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
13 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.458.375.252,00
Ngampilan
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
14 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.395.918.613,00
Wirobrajanko
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
15 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.741.529.338,00
Mantrijeron
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
16 Rp. 1.966.278.737,00
Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Kraton
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
17 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.562.489.000,00
Gondomanan
Tahun 2020 20
Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


18 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.505.755.310,00
Mergangsan
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
19 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 4.594.766.640,00
Umbulharjo
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
20 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.320.182.000,00
Kotagede
21 Program Pembinaan Ketahanan Pangan Rp. 1.222.187.056,00
22 Program Pembinaan Pertanian Rp. 811.863.396,00
23 Program Pembinaan Kehewanan dan Perikanan Rp. 931.201.616,00
Program Pengembangan dan Penempatan Tenaga
24 Rp. 1.410.129.000,00
Kerja dan Transmigrasi
Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga
25 Rp. 370.327.000,00
Tenaga Kerja
26 Program Peningkatan Kualitas Koperasi Rp. 381.164.950,00
Program Pengembangan Kewirausahaan dan
27 Rp. 1.254.628.800,00
Keunggulan Kompetitif Usaha Mikro
Program Penataan, Pengembangan dan Pendapatan
28 Rp. 4.785.431.824,00
Pasar
29 Program Pengembangan Pusat Bisnis Rp. 8.140.496.840,00
30 Program Pembinaan Perindustrian Rp. 678.767.712,00
31 Program Pengembangan Industri Logam Rp. 1.641.725.084,00
Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana
32 Rp. 9.295.951.616,00
Kebersihan, Keamanan Dan Ketertiban Pasar
33 Program Pembinaan dan Pengendalian Perdagangan Rp. 984.860.140,00
34 Program Pengembangan dan Pemasaran Wisata Rp. 9.847.689.511,00
Program Peningkatan Kualitas Atraksi Pariwisata dan
35 Rp. 850.563.500,00
Ekonomi Kreatif
36 Program Pengembangan Taman Pintar Rp. 18.091.421.919,00
37 Program Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan Rp. 422.308.400,00
Program Pengawasan dan Penanganan Pengaduan
38 Rp. 2.816.000,00
Penanaman Modal dan Perizinan
39 Program Pengembangan Penanaman Modal Rp. 157.854.000,00
Program Penguatan Regulasi dan Pengembangan
40 Rp. 71.968.600,00
Kinerja Layanan Penanaman Modal dan Perizinan
41 Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Rp. 1.222.984.128,00
42 Program Pengembangan Kepemudaan Rp. 228.267.432,00
43 Program Pengembangan Olahraga Rp. 1.822.583.552,00
44 Program Penegakan Peraturan Perundang-undangan Rp. 5.247.696.568,00

21 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Peningkatan Ketertiban Umum dan


45 Rp. 3.911.180.100,00
Ketentraman Masyarakat
Program Pengembangan Kapasitas dan Pengkajian
46 Rp. 179.554.568,00
Peraturan Perundangan
47 Program Perlindungan Masyarakat Rp. 2.006.266.312,00
Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas
48 Rp. 22.752.756.006,00
Pendidikan Sekolah Dasar
Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas
49 Rp. 31.914.427.872,00
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas
50 Rp. 6.294.841.898,00
Pendidikan Non Formal dan Informal
51 Program Pengembangan Pendidikan Rp. 48.023.401.221,00
Program Pengelolaan dan Pengembangan
52 Rp. 1.540.683.601,00
Perpustakaan
Program Pelestarian Koleksi Pustaka dan Data
53 Rp. 630.220.000,00
Informasi Perpustakaan
Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Rumah Sakit
54 Rp. 139.357.704.243,00
Jogja
55 Program Pelayanan Kesehatan Dasar Rp. 45.543.822.789,00
56 Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Rp. 29.920.466.270,00
57 Program Upaya Pelayanan Kesehatan Rp. 55.881.098.319,00
58 Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Rp. 1.778.738.820,00
Program Regulasi dan Pengembangan Sumber Daya
59 Rp. 14.683.203.831,00
Kesehatan
60 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rp. 2.306.802.200,00
61 Program Pengendalian Penduduk Rp. 1.080.490.900,00
Program Keluarga Berencana dan Pembangunan
62 Rp. 1.631.666.400,00
Keluarga
Program Pelestarian dan Pengembangan Sejarah dan
63 Rp. 1.775.183.080,00
Bahasa
Program Pelestarian dan Pengembangan Seni dan
64 Rp. 3.842.377.440,00
Tradisi
65 Program Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya Rp. 818.677.830,00
66 Program Pengaturan dan Pembinaan Tata Ruang Rp. 428.095.562,00
67 Program Pengendalian Tata Ruang Rp. 76.820.480,00
68 Program Pengelolaan Pertanahan Rp. 23.083.120.100,00
Program Penataan dan Pengendalian Dampak
69 Rp. 1.274.019.960,00
Lingkungan
70 Program Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Rp. 929.616.850,00
71 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Publik Rp. 6.701.669.470,00
72 Program Pengelolaan Persampahan Rp. 16.175.611.539,00

Tahun 2020 22
Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

73 Program Pembangunan Gedung Pemerintah Rp. 23.857.510.648,00


Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan dan
74 Rp. 71.604.268.884,00
Jembatan
Program Peningkatan dan Pemeliharaan Saluran
75 Rp. 10.775.303.760,00
Pengairan dan Drainase
Program Penataan Perumahan, Permukiman dan Tata
76 Rp. 18.494.909.554,00
Bangunan
Program Kesiapsiagaan dan Penanggulangan
Bencana
77 Rp. 2.335.157.900,00
Alam
78 Program Pencegahan Kebakaran Rp. 68.020.000,00
79 Program Penanggulangan Kebakaran Rp. 1.424.307.400,00
80 Program Pengelolaan Perparkiran Rp. 5.187.737.496,00
81 Program Pengelolaan Lalu Lintas Rp. 1.705.923.344,00
Program Angkutan Jalan, Pengendalian Operasional
82 Rp. 1.677.553.003,00
dan Keselamatan lalu Lintas
Program Peningkatan Penyelenggaraan Tata
83 Rp. 695.351.400,00
Pemerintahan
Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
84 Rp. 1.114.004.780,00
dan Pelayanan hukum
Program Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah, Wakil
85 Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Asisten, Staf Ahli Rp. 999.970.240,00
dan Keprotokolan Pemerintah Daerah
Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Umum,
86 Rp. 2.773.688.652,00
Keuangan Sekretariat Daerah, dan Kerumahtanggaan
Program Peningkatan Perekonomian, Pengembangan
87 Rp. 532.494.740,00
Pendapatan Asli Daerah dan Kerjasama
88 Program Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Rp. 251.932.104,00
Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan
89 Rp. 602.443.460,00
Ketatalaksanaan Pemerintahan Daerah
90 Program Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Rp. 235.359.400,00
91 Program Fasilitasi Penyusunan Perundang - Undangan Rp. 9.050.484.959,00
92 Program Fasilitasi Penganggaran dan Pengawasan Rp. 15.564.735.000,00
Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang
93 Rp. 490.749.740,00
Ekonomi
94 Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang Fisik Rp. 565.709.720,00
Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang
95 Rp. 412.418.700,00
Sosial
Program Perencanaan dan Pengendalian
96 Rp. 535.785.036,00
Pembangunan Daerah
97 Program Penelitian dan Pengembangan Rp. 832.013.620,00
98 Program Pengembangan Karier Aparatur Sipil Negara Rp. 877.993.500,00
99 Program Pelayanan Administrasi Kepegawaian Rp. 292.974.000,00

23 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Peningkatan Kompetensi Aparatur Sipil


100 Rp. 1.621.746.800,00
Negara
101 Program Pelayanan Pencatatan Sipil Rp. 307.081.000,00
Program Pengelolaan Informasi Administrasi
102 Rp. 221.497.000,00
Kependudukan dan Pemanfaatan Data
103 Program Pelayanan Pendaftaran Penduduk Rp. 1.120.957.000,00
Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
104 Rp. 8.233.642.900,00
dan Telematika
105 Program Pengelolaan Informasi dan Statistik Rp. 1.164.992.080,00
106 Program Peningkatan Komunikasi Publik Rp. 1.079.225.640,00
107 Program Peningkatan Pelayanan Persandian Rp. 1.142.706.000,00
108 Program Pengelolaan dan Pengembangan Kearsipan Rp. 122.000.648,00
Program Perlindungan, Penyelamatan, Data dan
109 Rp. 144.261.000,00
Informasi Arsip
110 Program Perencanaan dan Pengendalian Anggaran Rp. 59.796.180,00
Program Pengendalian Belanja Daerah dan
111 Rp. 78.908.758,00
Pengelolaan Dana Tranfer
Program Pengelolaan Pembiayaan dan
112 Rp. 350.400.600,00
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD
Program Pelayanan, Pendaftaran dan Penetapan
Pajak
113 Rp. 817.326.791,00
Daerah
114 Program Pembukuan dan Penagihan Pajak Daerah Rp. 1.629.539.780,00
Program Perencanaan, Pemanfaatan dan Inventarisasi
115 Rp. 938.211.540,00
Aset
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
dan
116 Pengendalian Kebijakan Bidang Pemerintahan dan Rp. 166.366.100,00
Aparatur
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
dan
117 Pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Rp. 23.641.000,00
pengelolaan Keuangan dan Aset
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
dan
118 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Bidang Rp. 15.053.200,00
Pembangunan Fisik
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal
dan
119 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Bidang Rp. 27.168.900,00
Pembangunan Sosial Ekonomi Budaya
120 Program Peningkatan dan Evaluasi Pengawasan Rp. 42.825.784,00

Tahun 2020 24
25
BAB III
AKUNTABILITAS
KINERJA

26
3.1. CAPAIAN KINERJA INDIKATOR UTAMA
TAHUN 2020
Pengukuran capaian kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta dilakukan secara
berkala secara triwulanan dan tahunan dengan sistem desk timbal balik yang
dilaksanakan oleh unsur perencanaan, keuangan, pengawasan serta pengendalian
pembangunan. Pengukuran kinerja dilaksanakan melalui pembandingan antara
realisasi capaian indikator kinerja dengan target indikator kinerja sasaran yang telah
ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2020 serta
menggali informasi terkait upaya apa yang sudah dilakukan perangkat daerah dalam
mendukung pencapaian target, termasuk kendala yang dihadapi dan strategi yang
dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan melalui inovasi.
Guna mempermudah interpretasi atas pencapaian indikator kinerja sasaran
Pemerintah Kota Yogyakarta tersebut digunakan skala nilai peringkat kinerja yang
mengacu pada Formulir Tabel T-E.1 dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan
Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Nilai Peringkat Kerja

Interval Nilai Realisasi


Nomor Kriteria Penilaian Realisasi Kinerja
Kinerja
1. 90,01% ≤ 100% Sangat Tinggi
2. 75,01% ≤ 90% Tinggi
3. 65,01% ≤ 75% Sedang
4. 50,01% ≤ 65% Rendah
5. ≤ 50% Sangat Rendah

Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2017

Adapun tingkat capaian kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta pada Tahun


2020 yang diperbandingkan dengan target Perubahan Perjanjian Kinerja Tahun
2020 serta target akhir tahun RPJMD 2022 tercantum dalam tabel berikut ini :

27 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tabel 3.2 Capaian Kinerja Indikator Utama Tahun 2020
2020 TARGET CAPAIAN
AKHIR 2020 SD
INDIKATOR SASARAN DAERAH/ RPJMD TAHUN
NO SASARAN
INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI CAPAIAN 2022 AKHIR
RPJMD
2022
1 Kemiskinan masyarakat menurun Angka kemiskinan 13,97 7,27 147,96% 7,1 97,61%

2 Keberdayaan masyarakat meningkat Indeks keberdayaan masyarakat 63,86 64,33 100,74% 63,88 100,70%

3 Ketahanan pangan masyarakat meningkat Pola pangan harapan 87,5 94,3 107,77% 87,7 107,53%

4 Ketimpangan pendapatan antar penduduk Indeks Ketimpangan Pendapatan (Gini 0,592 0,399 132,60% 0,39 97,69%
menurun ratio)
5 Pertumbuhan ekonomi meningkat Angka pertumbuhan ekonomi -2,22% -0,81% 163,51% 5,23% -645,68%

6 Gangguan keamanan dan ketertiban Angka kriminalitas 1.000 601 139,90% 950 136,74%
masyarakat menurun Jumlah pelanggaran Perda 4.299 1.227 171,46% 4.200 170,79%
7 Kualitas pendidikan meningkat Angka rata-rata lama sekolah 11,45 th 11,46 th 100,09% 11,46th 99,91%
Angka harapan lama sekolah 17,28 th 17,43 th 100,87% 17,33th 99,71%
Tahun 2020

8 Harapan hidup masyarakat meningkat Angka harapan hidup 74,56 th 74,65th 100,12% 74,6th 99,95%

9 Peran serta masyarakat dalam Persentase rintisan kelurahan budaya 61% 61,90% 101,48% 72% 85,97%
pengembangan dan pelestarian budaya yang aktif
meningkat
10 Kesesuaian pemanfaatan ruang meningkat Persentase kesesuaian pemanfaatan 76,70% 78,46% 102,29% 82,5% 95,10%
ruang
28

11 Kualitas lingkungan hidup meningkat Indeks Kualitas Lingkungan Hidup 51,24 55,64 108,59% 51,64 107,75%
29

12 Infrastruktur wilayah meningkat Indeks Infrastruktur Wilayah 42,34 43,8 102,69% 44,41 98,63%

13 Kapasitas tata kelola pemerintahan Nilai akuntabilitas kinerja pemerintah A A 100,00% A 100,00%
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta

meningkat Opini BPK terhadap Laporan Keuangan WTP WTP 100,00% WTP 100,00%
Pemerintah Daerah

Sumber : Olahan Bappeda, 2020


Gambar 3.1 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Sasaran RPJMD
Sumber : Olahan Bappeda, 2020

Dari hasil analisis terhadap 13 sasaran yang mencakup 16 indikator sasaran,


dapat diketahui bahwa keseluruhan 16 indikator kinerja Pemerintah Kota
Yogyakarta pada tahun 2020 memperoleh capaian di atas 90,01% sehingga
termasuk kategori Sangat Tinggi. Namun apabila dibandingkan dengan target
akhir RPJMD tahun 2022 masih banyak indicator yang belum mencapai target
yang ditentukan, yakni Angka Kemiskinan, Indeks Ketimpangan Pendapatan,
Angka Pertumbuhan Ekonomi, Angka Rata-Rata Lama Sekolah, Angka Harapan
Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup, Persentase rintisan kelurahan budaya
yang aktif, Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang serta Indeks Infrastruktur
Wilayah. Hal tersebut tentunya menjadi bahan evaluasi untuk pelaksanaan
program dan kegiatan pada tahun 2021 dan perencanaan kegiatan tahun 2022
agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan dalam RPJMD.

Tahun 2020 30
3.2. EVALUASI DAN ANALISIS CAPAIAN
KINERJA INDIKATOR UTAMA TAHUN 2020
3.2.1 Sasaran Strategis 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun

Ketercapaian Sasaran
Sasaran Kemiskinan Masyarakat Menurun diukur dengan Angka kemiskinan BPS,
yaitu persentase jumlah penduduk yang memiliki tingkat pengeluaran dibawah
garis kemiskinan terhadap keseluruhan penduduk kota Yogyakarta. Garis
kemiskinan sendiri merupakan batas nilai rupiah pengeluaran konsumsi (makanan
dan non makanan) perkapita perbulan. Untuk Tahun 2020, BPS menetapkan garis
kemiskinan kota Yogyakarta Rp 533.423,- perkapita perbulan. Nilai tersebut
kemudian dijadikan baseline untuk menentukan persentase penduduk miskin,
dimana semua individu yang memiliki tingkat konsumsi dibawah nilai tersebut
digolongkan sebagai penduduk miskin.
Berdasarkan tolok ukur tersebut, jumlah penduduk miskin di kota
Yogyakarta tahun 2020 diestimasi sebanyak 31.620 Jiwa. Jika dibandingkan
dengan estimasi jumlah penduduk pada periode yang sama, yang oleh BPS
diestimasi sekitar 434.938 Jiwa, maka diketahui bahwa tingkat kemiskinannya
adalah 7,27. Sehubungan dengan adanya Pandemi Covid-19, Pemerintah Kota
Yogyakarta telah menetapkan perubahan target angka kemiskinan yang semula
6,15 menjadi 13,97. Perubahan target ini mendasarkan analisis berbasis data
estimasi pertumbuhan ekonomi, dimana terdapat lonjakan jumlah orang miskin
terdampak Pandemi. Dengan tolok ukur tersebut, realisasi di Tahun 2020 telah
melampaui target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Namun apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, angka kemiskinan mengalami
peningkatan sebesar 0,43 pada tahun 2020.

13.97 9.82 9.41 9.78

10.17 12.13 11.7 12.28


7.70
6.84
6.98 6.84 7.27
7.58 7.27 7.1
6.24 2018 2019 2020
7.64 6.98 Kota Yogyakarta Prov DI Yogyakarta Nasional

2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Realisasi

Gambar 3.2 Grafik Target dan Realisasi Kemiskinan Kota Yogyakarta


(2017-2020)
Sumber : BPS, 2020
31 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Tabel 3.3 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 1
Tahun 2020
Indikator
Kinerja Cara Perhitungan Predikat
Capaian
Target Realisasi
(%)
Angka Target – (Realisasi – target) x 100% Sangat
13,97 7,27 147,96
Kemiskinan Tinggi
Target
Sumber : BPS 2020 dan Bappeda, diolah

Namun apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD Tahun 2022,


realisasi 2020 sebesar 7,27 masih belum melampaui target. Hal ini menjadi
perhatian Pemerintah Kota Yogyakarta untuk terus melakukan berbagai upaya
guna menurunkan angka kemiskinan. Sedangkan jika dibandingkan dengan
Daerah Istimewa Yogyakarta, angka kemiskinan Kota Yogyakarta relative lebih
rendah dari tahun ke tahun. Termasuk jika dibandingkan dengan tingkat Nasional,
angka kemiskinan Kota Yogyakarta juga relative selalu lebih rendah. Meskipun
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tren angka kemiskinan mengalami
kenaikan.
Tren melonjaknya tingkat kemiskinan tersebut bukan hanya spesifik dialami
kota Yogyakarta. Fenomena ini merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Kemungkinan hal tersebut memiliki korelasi dengan adanya Pandemi Covid-19, yang
dampaknya terasa sejak Bulan Maret 2020. Oleh karena sifatnya yang mudah
menular melalui kontak antar manusia, pembatasan-pembatasan sosial secara
intensif dilakukan. Kondisi ini menyebabkan menurunnya aktivitas ekonomi di
masyarakat. Permintaan menurun dikarenakan masyarakat tidak dapat bergerak
bebas, pendapatan pun semakin terbatas terutama bagi mereka yang
menggantungkan konsumsi dari pendapatan yang dihasilkan pada hari yang sama.
Dampaknya adalah menurunnya aktivitas ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dan kemudian tingkat konsumsi
masyarakat yang digunakan sebagai basis estimasi tingkat kemiskinan.
Tahun 2020 32
Framework Kebijakan

Gambar 3.3 Proses Bisnis Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019
Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran pembangunan
tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan dibagi kedalam 3
proses; manajemen, utama dan pendukung. Baik proses utama maupun pendukung
memiliki instrument kebijakan yang dijalankan oleh beberapa Perangkat Daerah yang
memiliki Tugas dan Fungsi terkait. 5 OPD yang memiliki peran pada proses utama
adalah Dinas Sosial (Perlindungan Sosial), Dinas Pendidikan (Jaminan Pendidikan),
Dinas Kesehatan (Jaminan Kesehatan dan Infrastruktur Permukiman), Dinas PUPKP
(Infrastruktur Permukiman), dan Dinas Koperasi UKM Nakertrans (Peningkatan
Pendapatan). Sementara itu untuk proses pendukung terdapat Dinas Sosial, Bappeda
dan Dinas Kominfo untuk aspek Penguatan Data dan Informasi, serta Bappeda dan
Kecamatan untuk Penguatan TKPK.

Gambar 3.4 Logical Frame Sasaran 1 Kemiskinan Masyarakat Menurun


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

33 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Pada tahap pelaksanaan, upaya penanggulangan kemiskinan didukung dengan
payung skema Gandeng Gendong. Filosofi yang dibangun adalah menggandeng
yang mampu untuk menggendong yang kurang mampu. Upaya penanggulangan
kemiskinan tidak bisa dilakukan oleh Pemerintah sendirian, melainkan perlu
kerjasama dengan berbagai pihak, melalui sinergi dan kolaborasi. 5 kelompok
pemangku kepentingan diidentifikasi dalam skema tersebut, yaitu Pemerintah
Kota, Korporat atau Perusahaan, Kampus atau Perguruan Tinggi, Kampung dan
Komunitas.
Pemerintah Kota sebagai
elemen pertama dalam skema 5K, m e
realisasikanprogramdan
kegiatan sesuai yang direncanakan.
Skema perlindungan sosial tetap
dijalankan oleh Dinas Sosial namun d
enganpenyesuaiankaren
aPandemi.Salahsatuske
m a penanganan Pandemi adalah
dengan memberikan bantuan sosial
kepada masyarakat terdampak. Oleh Pemerintah Pusat dan kemudian diteruskan
di Pemerintah Daerah, basis data untuk menentukan sasaran adalah data
kelompok masyarakat dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah. Secara resmi,
jenis sasaran tersebut terakomodir dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial
(DTKS) dari Kementerian Sosial. Sedangkan implementasinya di kota Yogyakarta
diperluas mencakup data Keluarga Sasaran Jaminan Perlindungan Sosial
(KSJPS), yang juga menggambarkan keluarga dengan tingkat kesejahteraan
rendah. Meski demikian, banyak persamaan sasaran jika kedua database tersebut
di-overlay. Pengolahannya, sebagaimana dijelaskan diatas, adalah melalui SIM
Pemberdayaan, dengan verifikasi data dilapangan untuk memastikan kevalidan
sebelum bantuan dicairkan.
Skema bantuan sosial pada saat normal sebelum Pandemi sebagian masih
jalan, yaitu PKH dan BPNT. Skema bantuan PKH sampai dengan TW3 terealisasi
sebanyak 10.991 keluarga. Sedangkan BPNT yang skemanya berubah menjadi
Program Sembako, tiap bulan terealisasi dengan jumlah sasaran bervariasi, antara
12.063 sampai 21.799 keluarga. Dengan adanya Pandemi ini, skema bantuan sosial
diperluas. Perluasan tersebut, yang anggarannya bersumber dari APBN dan APBD,

Tahun 2020 34
secara total menyasar lebih dari 17.000 keluarga selama 9 Bulan. Setiap keluarga
sasaran mendapat alokasi Rp 600.000/ Bulan. Bantuan Sembako juga mengalami
perluasan dengan sasaran keluarga non-PKH, sebesar Rp. 500.000/ keluarga,
tersalurkan kepada 10.340 keluarga. Sedangkan skema bantuan sosial dari
Pemerintah Kota, yang ditujukan Lansia Miskin dan penyandang disabilitas
dihentikan karena datanya overlap dengan bantuan sosial Pandemi tersebut.
Bantuan sosial lain yang masih terealisasi meliputi alat bantu penyandang
disabilitas 21 unit, bantuan modal untuk 15 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
masing-masing Rp. 15 Juta, Jaminan Hidup 6 Orang penderita HIV/AIDS dan 6
Orang terlantar masing-masing Rp 300.000 perbulan selama setahun, dan
bantuan untuk Tim Reaksi Cepat (TRC) PMKS.
Intervensijaminan
pendidikan dan kesehatan sebagai
bagian dari strategi meringankan
beban pengeluaran keluarga miskin
jugamasihberjalantanpat
erdampakPandemi.KotaY
ogyakartaberkomitmen
mendorong tercapainya Universal
Health Coverage (UHC) yang
dituangkan dalam bentuk MoU
antara pemerintah Kota Yogyakarta
dengan BPJS, sehingga apabila masyarakat Kota Yogyakarta mau diberikan
fasilitas BPJS kelas III, Pemerintah Kota Yogyakarta akan menanggung iuran
BPJS nya. Tingkat kepesertaan JKN penduduk kota Yogyakarta telah mencapai
95,62%, atau sebanyak 396.746 peserta. Dengan demikian, status UHC dengan
threshold 95% sudah terlampaui.
Jaminan Pendidikan Daerah (JPD) hadir sebagai upaya mengurangi beban
pengeluaran masyarakat atas biaya pendidikan terutama siswa miskin. Alokasi tiap
siswa (periode 1 Tahun) bervariasi, yaitu Rp. 800.000 untuk TK dan SD Negeri; Rp. 1
Juta untuk SMP Negeri; Rp. 1,7 Juta untuk TK Swasta; Rp. 2 Juta untuk Kejar Paket/
PKBM; Rp. 2,5 Juta untuk SMA dan SMK Negeri; Rp. 2,8 Juta untuk SD Swasta; Rp.
3 Juta untuk Retrievel/ Putus Sekolah; Rp. 4 Juta untuk SMP Swasta; Rp. 4,5 Juta
untuk SMA Swasta dan Panti Asuhan; dan Rp. 4,75 Juta untuk SMK Swasta. Jumlah
sasaran yang direncanakan sebanyak 15.492 siswa.
Dari sisi infrastruktur permukiman juga terus diupayakan perbaikan, melalui
perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Meskipun di awal tahun sempat ada

35 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


kendala pelaksanaannya karena terdampak pandemic covid-19 tetapi pada akhirnya
perbaikan RTLH yang didominasi oleh warga miskin dapat dilakukan dengan tetap
menegakkan protocol kesehatan. Sepanjang tahun 2020, pemerintah kota Yogyakarta
mampu menyelesaikan perbaikan RTLH sebanyak 304 rumah baik itu bersumber dari
APBN (DAK dan BSPS) APBD Kota Yogyakarta, maupun CSR. Disamping RTLH,
Dinas PUPKP juga melakukan penanganan permukiman kumuh yang bersumber dari
APBN dan World Bank. Sementara itu, bantuan pembangunan jamban Sehat dari 20
Unit yang direncanakan, 15 Unit yang terealisasi. Pembangunan jamban sehat ini
merupakan bagian dari skema 100-0-100 yang mulai dilaksanakan dalam beberapa
tahun terakhir namun masih sering mengalami kendala, diantaranya lahan dan rumah
bukan milik sendiri, tidak cukup space untuk dibuat jamban, pemiliki meninggal, rumah
sudah dijual atau rumah tidak ditemukan.
Keadaan 0% Keadaan 30% Keadaan 100%

Atap: genteng kripik Atap: galvalum


Lantai : tanah Lantai : keramik dengan swadaya
Dinding : batako tanpa struktur Dinding : struktur plester aci

Gambar 3.5 Foto Contoh Pelaksanaan Peningkatan Kualitas


Rumah Tidak Layak Huni
Sumber: Dinas PUPKP, 2020

Bagi masyarakat yang tergolong miskin namun masih mampu untuk


diberdayakan, Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan berbagai upaya
pemberdayaan ekonomi. Pola
skema yang dijalankan oleh Dinas
KopUKMNakertrans diantaranya
adalah pelatihan dan
pendampingan usaha, promosi
melalui pameran dan berbagai
s a l u r a n m e d i a , s e r t a
pendampingan akses modal
usaha. Beberapa output yang d i
re n ca n a ka n d i a w a l ta h u n
terlaksana namun tidak maksimal.

Tahun 2020 36
Beberapa pelatihan dan keikutsertaan dalam pameran didrop karena Pandemi. jumlah
peserta juga dibatasi sehingga tidak sesuai dengan target awal yang direncanakan.
Koordinasi dan diseminasi yang pelaksanaanya mengumpulkan banyak orang juga
dikurangi untuk menegakkan protokol kesehatan. Basis sasarannya adalah pelaku
usaha atau individu yang baru merintis usaha dengan skala mikro dan kecil.
Relevansinya dengan penanggulangan kemiskinan adalah bahwa pelaku usaha
tersebvut belum tentu dari warga miskin. Namun, sifat segmen sasaranya yang
mayoritas pelaku usaha tingkat mikro cukup untuk menjadi justifikasi
merepresentasikan kelompok sasaran tingkat kesejahteraan rendah. Selain kelompok
miskin, upaya penanggulangan kemiskinan idealnya juga perlu menyasar kelompok
rentan miskin atau yang memiliki tingkat ekonomi tepat diatas garis kemiskinan.
Harapannya adalah agar kelompok tersebut tidak jatuh miskin terutama disaat krisis.
Pelaku usaha mikro merepresentasikan baik kelompok miskin maupun rentan miskin
sehingga layak menjadi sasaran intervensi kebijakan.
Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta untuk pemberdayaan ekonomi juga
dilakukan melalui skema sinergisitas dengan kelompok usaha kuliner. Anggaran
jamuan makan minum seluruh OPD diarahkan untuk dibelanjakan kepada kelompok
tersebut. Sebagai bagian dari penanggulangan kemiskinan, kelompok yang tergabung
dalam skema dipersyaratkan untuk merekruit atau memiliki anggota dari kelompok
miskin. Kelompok tersebut mendaftarkan usahanya dan bergabung dalam SIM
Nglarisi. SIM ini berfungsi sebagai market place, dimana mereka mendisplay produk
dan OPD melakukan pemesanan secara online. Sistem tersebut telah berjalan sejak
Tahun 2019, dengan proyeksi bisa menyerap total anggaran jamuan makan hampir
40 Milyar. Tahun 2020 ini jumlah kelompok yang bergabung dalam skema SIM
Nglarisi terus bertambah dari 186 diawal tahun menjadi 228 kelompok di Bulan
November. Jumlah anggota tiap kelompok bervariasi, dengan jumlah total anggota
2.139 Orang, 621 diantaranya warga miskin. Pandemi jelas berdampak pada omzet
yang diperoleh oleh kelompok tersebut, terutama karena refocusing anggaran
termasuk untuk jamuan. Meski demikian, jumlah omzet transaksi melalui SIM Nglarisi
masih cukup signifikan, yaitu 4,1 Milyar dalam 11 Bulan.
Sebagai bagian dari proses pendukung
untuk mencapai sasaran, Penguatan data d a
ninformasitetapdilakukanoleh
pemerintah kota Yogyakarta. Penguatan data
dilakukan melalui 2 sisi. Sisi pertama secara
berkala melakukan updating data melalui
proses verifikasi dan validasi baik itu data
KSJPS, data Penerima Bantuan Iur/ PBI

37 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


APBN, data Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, data disabilitas. Updating data
KSJPS di masa pandemi dilakukan dengan beberapa penyesuaian, diantaranya
dengan mekanisme online dengan bantuan aplikasi yang dibangun oleh
Diskominfo dan penegakan protocol covid-19 dalam pelaksanaan pendataannya.
Updating ini penting sebagai upaya melakukan pembaharuan data yang
diperlukan dalam perencanaan pembangunan di tahun mendatang. Sisi kedua
dilakukan pula pengelolaan Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang mewadahi
pengolahan data kemiskinan beserta intervensi yang sudah dilaksanakan oleh
perangkat daerah. SIM yang dinamakan SIM Pemberdayaan tersebut
menggabungkan dan mengolah data kemiskinan by name by address by NIK dari
DTKS dari Kementerian Sosial yang sudah di-overly dengan data kemiskinan lokal
KSJPS, serta diupdate dengan informasi intervensi yang sudah dilakukan per-
sasaran. Dengan adanya SIM tersebut diharapkan tidak ada duplikasi intervensi
yang dilaksanakan oleh perangkat daerah.
Penguatan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) yang
dilakukan di awal tahun 2020 sedianya mengusung konsep monitoring dan evaluasi
melalui instrumen buku Rapor Keluarga. Instrumen tersebut berisi perkembangan
indikator-indikator kesejahteraan dan rencana pengembangan masing-masing
keluarga, disertai need assessment yang bisa dijadikan pijakan analisis kebutuhan
intervensi. Melalui mekanisme rapor keluarga ini pula masyarakat didorong untuk
melakukan self assessment apakah dirinya masih layak disebut masyarakat miskin
atau tidak, dengan mengisi parameter dan indikator yang tersedia. TKPK eksis secara
multilevel, yaitu di tingkat Kota, Kecamatan dan Kelurahan. Pelaksanaan assessment
Rapor Keluarga ditargetkan menyasar diseluruh kelurahan di kota Yogyakarta dengan
dukungan TKPK di tingkat kelurahan. Dengan adanya Pandemi, kegiatan tersebut
dipending. Sebagai gantinya, TKPK berperan untuk pendampingian penerima bantuan
covid-19, terutama untuk mengantisipasi agar warga masyarakat yang benar-benar
membutuhkan tapi belum tersentuh bantuan, bisa dicarikan alternative pendanaan
lain.
Secara umum, permasalahan yang ditemui dilapangan terkait dengan
Pandemi yang berlangsung secara berkepanjangan. Salah satu dampaknya adalah
terganggunya kehidupan sosial ekonomi masyarakat, terutama masyarakat miskin
dan rentan sehingga jumlah kemiskinan mengalami lonjakan. Intervensi yang
berorientasi meringankan beban pengeluaran keluarga miskin tetap dilaksanakan.
Namun, untuk mendapatkan impact dalam jangka panjang belum cukup. Opsi
intervensi yang berorientasi peningkatan pendapatan menjadi sangat terbatas.
Pelatihan dan pendampingan usaha kecil berkurang frekwensi dan jumlah pesertanya.
Pameran untuk promosi produk juga berkurang penyelenggaraannya.

Tahun 2020 38
Bahkan, kegiatan-kegiatan lain yang mensyaratkan pengumpulan banyak Orang
juga mengalami pembatasan, misalkan sosialisasi atau diseminasi program.
Kelompok usaha kecil kuliner yang menjadi binaan Pemerintah Kota untuk
menyerap anggaran jamuan juga terdampak dengan adanya refocusing. Selain
itu, yang menjadi persoalan adalah keterbatasan lahan di Kota. Hal ini
menyebabkan intervensi penataan kawasan kumuh dan jamban sehat mengalami
hambatan. Akibatnya, opsi pembangunanya menjadi sangat terbatas. Bahkan
untuk pembangunan Jamban, sebagian tidak bisa dilaksanakan sama sekali.
Sebagai bahan masukan, 3 (tiga) poin yang bisa ditindak-lanjuti;
1. Pandemi di satu sisi menyebabkan pembatasan-pembatasan sosial
sehingga kanal-kanal komunikasi menjadi terbatas, terutama yang melibatkan
banyak orang. Namun disisi lain, kanal-kanal alternative secara online mulai
banyak dikembangkan. Implementasinya di Pemerintah Kota sudah nampak,
namun masih banyak juga segmen-segmen intervensi yang belum secara optimal
memanfaatkan teknologi tersebut karena membutuhkan waktu pengembangan
dan adaptasi penggunaan. Kedepan, sarana ini bisa lebih diintensifkan
pemanfaatannya.
2. Keterbatasan lahan menjadi alasan klasik di daerah perkotaan. Penataan
kawasan kumuh dan pembangunan jamban sehat biasanya menyasar pada
permukiman yang berpenduduk padat dengan rumah kecil yang berhimpitan, dan
biasanya dibandaran sungai. Memperbanyak pembangunan rumah susun masih
menjadi alternative solusi yang paling feasible, dimana penduduk yang hidup di
kawasan tersebut direlokasi dan ditempatkan di fasilitas yang memenuhi kriteria
kesehatan pada rumah susun tersebut. Meski demikian, usulan ini masih perlu
dikaji secara detail opsi-opsi kebijakan operasionalnya.
3. Salah satu upaya peningkatan pendapatan adalah melalui SIM Nglarisi,
dimana kelompok usaha kuliner bisa mendisplay produk daganganya untuk dibeli oleh
staf Pemerintah Kota untuk jamuan makan. Dengan adanya Pandemi, anggaran
jamuan di refocusing sehingga sangat mempengaruhi tingkat omzet kelompok usaha
tersebut. Salah satu upaya pengembangan yang bisa dilakukan adalah membikin SIM
Nglarisi go-public, dapat diakses dan dipromosikan kepada masyarakat umum,
meskipun tetap pada segmen jamuan rapat. Hal ini tentu saja perlu diimbangi dengan
upaya pendampingan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga bisa bersaing di
pasar.
Pendemi memang belum menampakan tanda-tanda akan berakhir. Namun,
upaya-upaya pemerintah untuk secepatnya menyediakan vaksin sudah semakin

39 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


menemukan titik terang. Prospeknya, imunisasi efektif mulai dilakukan Januari 2021
mendatang. Tinggal menunggu waktu saja vaksin tersebut menjadi aksesibel. Oleh
karena itu, 2021 akan menjadi tahun normalisasi dan recovery dimana semua elemen
akan berbenah. Pemerintah Kota memiliki kesempatan untuk mengembalikan skema-
skema intervensi seperti pada masa sebelum Pandemi.

3.2.2 Sasaran Strategis 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat

Ketercapaian Sasaran
Capaian peningkatan pemberdayaan masyarakat diukur dengan indeks
keberdayaan masyarakat. Indeks ini merupakan komposit 3 indikator; (1)
pemberdayaan masyarakat berbasis kampung, (2) persentase perempuan tidak
mengalami kekerasan dan (3) persentase anak tidak mengalami kekerasan.
Pemberdayaan masyarakat berbasis kampung dihitung dari proporsi kampung
yang aktif, ditandai dengan deklarasi beberapa jenis tematik pembangunan, dari
keseluruhan kampung. Jumlah seluruh kampung yang ditetapkan dalam Perwal
adalah 169 unit, berkurang 1 dari yang ditetapkan diawal. Sementara itu,
persentase perempuan/ anak tidak mengalami kekerasan diperoleh dari jumlah
kasus perempuan/ anak yang mengalami kekerasan. Jumlah yang mengalami
kekerasan tersebut masing-masing dibagi dengan jumlah keseluruhan populasi
(perempuan/ anak). Perhitungan persentase perempuan/ anak tidak mengalami
kekerasan diperoleh dari 100% yang dikurangi dengan persentase yang
mengalami kekerasan. Setiap indicator tersebut diestimasi nilainya setiap tahun,
yang hasilnya sebagaimana tabel berikut ini.
Tabel 3.4 Indikator Komposit Penghitung Indeks Keberdayaan
Masyarakat
Indikator Capaian Keterangan Penghitungan
2020
Pemberdayaan 40,59 Persentase kampung yang aktif dari
masyarakat berbasis keseluruhan kampung
kampung
Persentase perempuan 99,92 Persentase seluruh perempuan (100 %)
tidak mengalami dikurangi persentase perempuan yang
kekerasan mengalami kekerasan
Persentase anak tidak 99,96 Persentase seluruh anak (100 %) dikurangi
mengalami kekerasan persentase anak yang mengalami
kekerasan
Sumber: DPMPPA, diolah

Pemberdayaan masyarakat berbasis kampung memiliki korelasi langsung


dengan pemberdayaan masyarakat. Hal ini berbeda dengan indikator perempuan dan
anak yang tidak mengalami kekerasan. Namun, dua yang disebutkan terakhir ini

Tahun 2020 40
masih memiliki kaitan tidak langsung. Secara teoretis, perempuan dan anak yang
tidak mengalami kekerasan sama artinya bahwa mereka telah berdaya. Berbeda
dengan pemberdayaan masyarakat, perempuan dan anak yang berdaya ini lebih
bersifat individual bukan kolektif atau komunal, serta ke-berdaya-an tersebut
terjadi tidak selalu berkorelasi dengan peran pihak luar diri dan keluarganya,
terlebih lagi pemerintah. Oleh karena itu, meskipun menjadi faktor, keberdayaan
perempuan dan anak memiliki bobot lebih kecil dibanding pemberdayaan
masyarakat yang didalamnya juga masih terdapat elemen perempuan dan anak.
Bobot masing-masing ditentukan 60% untuk pemberdayaan masyarakat dan 40%
untuk gabungan perempuan dan anak.
Secara lebih rinci, perhitungan masing-masing komposit, kontribusinya
terhadap indeks pemberdayaan masyarakat sekaligus ketercapaian indeks adalah
sebagaimana tabel berikut. Indeks pemberdayaan masyarakat berbasis kampung
memiliki bobot 60%, sehingga perhitunganya menghasilkan angka dalam persen
24,35. Sedangkan gabungan persentase perempuan dan anak yang tidak
mengalami kekerasan, memiliki bobot 40%. Penghitungannya adalah dengan
mencari rata-rata capaian dari dua indicator tersebut, baru dikalikan dengan bobot
40%. Hasilnya dalam persen adalah 39,98. Indeks keberdayaan masyarakat
sendiri merupakan gabungan atau penambahan dari dua bobot indeks tersebut,
yaitu 24,35 dan 39,98. Hasil akhirnya adalah 64,33. Jika dibandingkan dengan
target Pemerintah Kota, yaitu 63,86; maka realisasi tersebut masih melampaui
target, dengan tingkat capaian 100,74%.

Tabel 3.5 Tingkat Capaian Sasaran Keberdayaan Masyarakat


Realisasi Index
Komposit Formula Penghitungan
No Bobot

Indeks
Indeks (%) 24,35
Pemberdayaan 40,59 Realisasi Komposit x
1 60%

Masyarakat Bobot
Berbasis Kampung
Persentase (Realisasi 39,98
perempuan yang Komposit
2 99,92
tidak mengalami Perempuan +
kekerasan Anak) x
40%

Persentase anak 2 Bobot


yang tidak
3 99,96
mengalami
kekerasan
Jumlah Realisasi 64,33
Target 63,86
Capaian (%) 100,74%
Sumber: DPMPPA, diolah

41 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD Tahun 2022 sebesar
63,88, posisi realisasi tahun 2020 sudah melebihi target sebesar 0,45 poin. Hal ini
bahan evaluasi untuk terus meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat
berbasis kampung.

63.36 63.86 64.33


63.86
57.24 63.87 63.88

2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Kota * Realisasi

Gambar 3.6 Target dan Realisasi Indeks Keberdayaan Masyarakat 2017-2020


Sumber: Bappeda dan DPMPPA; diolah

Framework Kebijakan
Peningkatan keberdayaan masyarakat dicapai melalui skema atau proses bisnis
yang divisualisasikan gambar berikut ini. Proses manajemen yang berlaku umum
mengcover aspek perencanaan; penganggaran; pengelolaaan organisasi,
tatalaksana dan SDM; serta pengelolaan system pengendalian dan pengawasan.
Spesifik keberdayaan masyarakat, pencapaiannya dilakukan melalui
pemberdayaan masyarakat berbasis kampung, pemberdayaan dan perlindungan
perempuan, serta perlindungan anak sebagai proses utama. Skema ini didukung
oleh aspek penguatan organisasi kemasyarakatan sebagai proses pendukung.

Tahun 2020 42
Gambar 3.7 Proses Bisnis Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat
Sumber: Bappeda Tahun 2019

Gambar 3.8 Logical Frame Sasaran 2 Keberdayaan Masyarakat Meningkat


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

43 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Setiap aspek tersebut selanjutnya menjadi tanggung-jawab satu atau
beberapa perangkat daerah yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Pengampu proses utama diperankan oleh beberapa OPD, dengan DPMPPA
sebagai leading sector. Sebagaimana dijelaskan dalam logical framework berikut,
DPMPPA berperan disemua aspek. OPD lain yang juga berperan di beberapa
aspek meski lebih sedikit adalah Dinas Sosial. Sementara itu, 10 OPD lain dan
Kecamatan masing-masing memperkuat pada salah satu aspek. Penguatan
organisasi kemasyarakatan meskipun sebagai proses pendukung, namun peran
yang dimainkan tidak kalah penting, yaitu untuk mendorong partisipasi organisasi
kemasyarakatan dalam pemberdayaan masyarakat. Penempatannya sebagai
proses pendukung karena sifatnya yang instrumental, yaitu bukan langsung
menyasar masyarakat, namun organisasi kemasyarakatan sebagai perantara
pemberdayaan masyarakat.

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Secara umum, upaya pelaksanaan skema peningkatan keberdayaan


masyarakat diwarnai dan dipengaruhi dengan adanya Pandemi. Aktivitas-aktivitas
yang terdapat unsur pengumpulan banyak orang diminimalisir. Namun demikian,
pemberdayaan masyarakat berbasis kampung yang diselenggarakan DPMPPA
terlaksana melalui identifikasi potensi kampung dari satu kampung ke kampung
lainnya. Acara ini dibungkus dengan sepeda santai yang melibatkan banyak
stakeholder yang tergabung dalam gerakan Gandeng Gendong. Gerakan ini
mengalami kemajuan di tahun 2020 ditandai dengan pembentukan forum Gandeng
Gendong. Anggota forum tersebut merupakan perwakilan dari masing-masing 5
kelompok (Pemerintah, Perusahaan, Perguruan Tinggi, Kampung dan Komunitas).
Pembatasan di masa pandemic justru menumbuhkan banyak inisatif local swadaya
masyarakat, misalkan Dapur Umum, dan berbagai tema kerelawanan (Hijau,
Pendidikan, Kesehatan, dll). Pendampingan lembaga masyarakat, khususnya LPMK
dan PKK juga masih berjalan. Namun dengan berbagai inovasi skema, misalkan
melalui Whatsapp grup. Intervensi lain yang juga terlaksana adalah pelatihan
ketrampilan bagi P2WKSS dan pendampingan kader Posyandu.
UPPKS dari Dinas Dalduk KB sebagai bagian dari pemberdayaan juga
terlaksana. Implementasinya berupa UPPKS Bangkit, yaitu inovasi untuk
meningkatkan omzet kelompok usaha dimasa Pandemi. Intervensi yang dilakukan
diantaranya dengan membentuk grup whatsapp antar kelompok kecamatan, kuliah
whatsapp yang berisi materi tentang cara penetrasi pasar, promosi sederhana melalui
WA, serta pembuatan disain brosur yang menarik. Disamping itu, pertemuan

Tahun 2020 44
pertemuan secara offline masih terselenggara meskipun terbatas. Upaya
menyiasati Pandemi juga dilakukan dengan melatih dan mendampingi UPPKS
untuk membuat frozen-food atau makanan beku. Upaya ini dilakukan dengan
pelatihan yang diselenggarakan berkolaborasi dengan BPD melalui skema CSR.
Selanjutnya Dinas juga melakukan assesmen kelompok UPPKS untuk
mengetahui dampak pandemic terhadap eksistensi usaha, sebagai baseline untuk
menentukan intervensi lanjutan. Masih terkait Gandeng Gendong, dimana salah
satunya adalah dengan menyediakan anggaran jamuan rapat Pemerintah Kota
untuk kelompok usaha kuliner. Beberapa diantara kelompok tersebut merupakan
UPPKS binaan Dinas Dalduk KB, dengan lokasi usaha khususnya di kampung
KB. Pendampingan terus dilakukan sehingga jumlah UPPKS yang tergabung
meningkat dari 7 kelompok, menjadi 13 kelompok di tahun 2020.
Pemberdayaanmasyarak
a t berbasis kampung lain direalisasi oleh
Dinas Pariwisata dengan mempersiapkan
17 Kampung Wisata menghadapi New
Normal. Pembuatan profile focus pada
konten video Paket Wisata sebagai bahan
promosi dengan penekanan pada
penerapan protokoler kesehatan. Dalam
upaya ini, potensi lokal, PKK dan masyarakat secara umum, digerakan untuk
bersama-sama mengelola. Dua tematik kampung yang menemukan optimalisasi
peran di era Pandemi ini adalah KTB BPBD dan KPT Satpol PP. Sebagaimana
diketahui, BPBD merupakan ujung tombak Penanganan Pandemi Covid-19. Dalam
hal pencegahan, BPBD membutuhkan peran aktif masyarakat untuk melakukan
penyemprotan secara berkala dan mendistribusikan kelengkapan protokol kesehatan.
Intervensi yang berbeda-beda diperlakukan berdasarkan kasus yang terjadi di
masing-masing wilayah. Dalam hal ini, pengurus dan relawan KTB megambil peran
aktif didalamnya. Satpol PP juga memiliki tanggung-jawab dalam pencegahan dan
penegakan protocol kesehatan. Upaya intervensi dilakukan dalam berbagai tingkatan.
Sementara ditingkat kota diantaranya dilakukan melalui operasi penindakan, ditingkat
wilayah, penegakan dilakukukan oleh relawan yang tergabung dalam KPT. Tentu
saja, peran serta baik KTB maupun KPT hampir selalu lebur dalam Satgas Covid
tingkat wilayah. Bedanya dengan wilayah lain yang belum ada KTB dan KPT adalah
kampung lebih siap karena sebelumnya telah dipersiapkan termasuk relawan yang
dilatih dalam kesiap-siagaan bencana dan ketertiban, maupun kesiapan sarpras
pendukungnya.

45 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Selanjutnya, beberapa s k e
mapemberdayaandanpe
rlindunganperempuan
terlaksana. Upaya pemberdayaan
dilakukan melalui pelatihan p e n d i
d i k a n p o l i t i k d a n
pendampingan kelompok rintisan u
s a h a . S e d a n g k a n
perlindungannya yang diantaranya
berupa koordinasi lembaga-lembaga social kemasyarakatan terkait, dilaksanakan
secara online, khususnya melalui webinar. Pelatihan sempat dilakukan dengan
focus penanganan kasus kekerasan, dan koordinasi secara offline terlaksana
dengan Forum Perlindungan Korban Kekerasan. Sementara itu, untuk
perlindungan anak terlaksana melalui peningkatan koordinasi dengan lembaga
layanan anak baik dalam penanganan maupun pelaporan, pembentukan tim lintas
sector perlindungan anak, dan melengkapi sarpras UPT P2TP2A. UPT tersebut
tetap melakukan layanan penanganan dan pendampingan korban kekerasan,
trauma healing, psikoedukasi dan reintegrasi, rehabilitasi dan mediasi, serta
sosialisasi UU anti kekerasan di tempat terjadinya kasus kekerasan. Koordinasi
dengan lembaga terkait diantaranya dilaksanakan dengan Puskesmas untuk
meningkatkan layanan ramah anak sesuai pedoman dari Kementerian PPA, serta
mengintegrasikan layanan pusat pembelajaran keluarga dengan layanan psikolog
di Puskesmas. Kerjasama dengan Dinas Pendidikan dilakukan untuk membentuk
dan mengembangkan Sekolah Ramah Anak, dimana sosialisasinya dilakukan
diawal tahun sebelum Pandemi dan dilanjutkan dengan FGD dengan peserta TK,
SD dan SMP. Koordinasi dengan Kelurahan dilakukan dalam rangka
pembentukan Dekelana yang disusul dengan FGD juga.

Gambar 3.9 Layanan di UPT P2TP2A (Penanganan dan pendampingan


korban kekerasan (Kiri), dan Trauma Healing (Kanan))
Sumber: UPT P2TP2A, 2020

Tahun 2020 46
Tolok ukuran keberhasilan pemberdayaan masyarakat berbasis kampung
dipengaruhi oleh keaktifan masing-masing kampung, sementara itu untuk
perempuan dan anak dihitung berdasarkan sedikitnya jumlah kekerasan. Kunci
dari upayanya adalah penanganan kekerasan sekaligus pencegahan kekerasan
melalui pemberdayaan social ekonomi, yang tidak hanya menyasar bagi potensi
korban, melainkan seluruh anggota keluarga. Meskipun secara umum target
sasaran peningkatan keberdayaan masyarakat ini tercapai, ada beberapa
permasalahan dilapangan yang menjadi penghambat untuk memaksimalkan hasil,
baik terkait kelembagaan, ragam intervensi maupun situasi yang serba terbatas
terkait adanya Pandemi.
Lembaga/Organisasi Kemasyarakatan dimasing-masing wilayah merupakan
kunci utama keberdayaan masyarakat. Berdasarkan estimasi DPMPPA, jumlah
keseluruhan lebih dari 11.000 unit diberbagai tingkat wilayah. Namun, seringkali
didapati bahwa satu orang berafiliasi dengan banyak wadah kelembagaan. Hal ini
disatu sisi merupakan bentuk semangat aktivisme tinggi yang sangat bagus untuk
pemberdayaan masyarakat. Namun disisi lain, seringkali aktor-aktor
pemberdayaan tersebut terbebani terlalu banyak tugas sehingga kurang focus dan
kurang detail baik dalam penyusunan program dan kegiatan serta dalam proses
pelaksanaannya. Hal ini juga kemungkinan yang menjadi faktor kesulitan dalam
membuat perencanaan berbasis potensi wilayah.
Banyaknya lembaga lain yang berpartisipasi, baik negeri maupun swasta,
menangani permasalahan anak khususnya kekerasan menimbulkan potensi duplikasi
atau ketidak-tuntasan penanganan suatu kasus. Persoalan terkait ketidak-tuntasan
penanganan kasus ini kemungkinan salah satunya juga dipengaruhi keadaan dimana
belum semua lembaga memiliki sarana prasarana dan SDM yang kompeten. Adanya
potensi duplikasi dan ketidak-tuntasan dalam penanganan kasus tersebut juga
menjadi salah satu indikasi koordinasi dan sinergi antar lembaga yang belum optimal.
Secara lebih luas, komunikasi antar pemangku kepentingan belum bersifat
substantive, termasuk didalamnya antar Perangkat daerah dimana skema yang
membutuhkan intervensi secara komprehensif belum terekskusi, salah satu contoh
adalah intervensi Sekolah Ramah Anak (SRA). Khusus untuk implementasi SRA ini
perlu sentuhan lintas sektoral yang lebih kuat, dimana beberapa aspek yang
dipersyaratkan diluar jangkauan otoritas DPMPPA.
Tidak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini menjadi satu masalah tersendiri dalam
pelaksanaan kegiatan dilapangan. Aktivitas peningkatan keberdayaan masyarakat
hampir selalu terkait dengan banyak orang, mulai dari diseminasi/ sosialisasi,
pelatihan maupun kegiatan tatap muka lainnya (contoh proses pembentukan sekolah
ramah anak dan konseling tatap muka). Dengan pembatasan di masa

47 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pandemi, secara otomatis aktivitas tersebut yang mengumpulkan banyak orang
tersebut cenderung terhambat. Salah satu kasus yang dijumpai adalah kurangnya
media komunikasi informasi edukasi (KIE) untuk mensosialisasikan perlindungan
perempuan, serta keterbatasan perempuan untuk menyampaikan hasil pelatihan dan
sosialisasi kepada masyarakat dan perempuannya. Seiring waktu, adaptasi secara
gradual dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi online, namun
efektivitasnya beragam tergantung segmen kelompok masyarakat yang disasar.
Berdasarkan uraian masalah diatas, beberapa poin bisa menjadi alternative
untuk meminimalkan permasalahan yang menyebabkan potensi ketidak-efektifan
intervensi kebijakan di lapangan. Terkait banyaknya organisasi kemasyarakatan
namun dengan relawan/ aktivis berafiliasi dalam berbagai baju organisasi
sekaligus, permasalahan yang muncul adalah para relawan tersebut berpartisipasi
dalam banyak intervensi sehingga tidak maksimal hasilnya, sehingga perlu
adanya upaya identifikasi secara evident-based. Dalam hal ini, perlu adanya
database anggota organisasi kemasyarakatan, beserta jenis dan dalam skema
apa anggota tersebut berperan. Database selama ini masih sebatas daftar
lembaga, belum individu yang berafiliasi dengan lembaga tersebut. Database ini
nantinya bisa jadi bahan pemetaan potensi pemberdayaan lebih lanjut sehingga
secara objektif dapat diidentifikasi siapa yang sudah terlibat dalam intervensi apa,
siapa yang belum dan apa potensi yang dimilikinya. Pemerataan partisipasi suatu
intervensi akan lebih mudah direncanakan setelah terpetakan potensi yang dimiliki
masing-masing relawan.
Lebih lanjut, upaya pendataan dan pemetaan potensi (mencakup SDM dan
Sarpras) ini juga bisa diterapkan dalam lembaga-lembaga yang berkolaborasi
dengan Pemerintah Kota selain yang berbasis wilayah. Persoalan masih
dijumpainya duplikasi atau ketidak-tuntasan suatu intervensi menandakan masih
kurangnya sharing informasi diantara lembaga maupun stakeholder terkait.
Database upaya intervensi pada suatu isu pembangunan tertentu disertai rincian
siapa melakukan apa sangat dibutuhkan para pelaku intervensi. Setiap lembaga
memiliki tugas dan fungsi serta sibuk dengan intervensi yang dilakukan masing-
masing. Hal tersebut yang kadang teridentifikasi sebagai kurangnya koordinasi
antar lembaga. Tersedianya database serta updating data intervensi bisa menjadi
potensi mengefisienkan proses tersebut, mengetahui perkembangan masing-
masing intervensi tanpa perlu senantiasa berkoordinasi.
Pendemi menyebabkan semua orang harus beradaptasi dengan kehidupan
normal baru. Salah satunya adalah dengan optimalisasi pemanfaatan teknologi
informasi internet. Pemanfaatannya mulai dari mengoptimalkan platform komunikasi
yang ada, sampai mendesain aplikasi-aplikasi baru yang lebih customized,
menyesuaikan kebutuhan di lapangan. Beberapa skema kebijakan Pemerintah Kota
Tahun 2020 48
telah memanfaatkan teknologi tersebut, sehingga kedepan upaya tersebut bisa
lebih diintensif-masifkan dan implementasinya perlu diorientasikan untuk jangka
panjang, tidak hanya dalam kondisi normal baru era pandemi, melainkan
seterusnya. Tujuannya adalah layanan yang diberikan lebih efektif dan efisien
tanpa mengorbankan kualitas, termasuk sekaligus bisa mengantisipasi
keterbatasan sarana layanan off-line. Hal ini juga nantinya berpotensi untuk
menyelesaikan permasalahan keterbatasan sarana fisik, misalkan Puskesmas
agar bisa mencover seluruh aspek layanan ramah anak.
Bagian dari skema kebijakan Kota Layak Anak adalah Sekolah Ramah Anak,
Puskesmas Ramah Anak dan Kampung Ramah Anak. Skema terakhir yang
menggunakan wilayah kampung sebagai basisnya juga merupakan salah satu strategi
pemberdayaan masyarakat Pemerintah Kota, yaitu pendekatan tematik berbasis
kampung. Beberapa Perangkat Daerah terkait mengawal pelaksanaan tematik
tertentu, diantaranya adalah tema Tanggap Bencana (BPBD), Panca Tertib (Satpol
PP), KB (Dinas Dalduk KB), Wisata (Dinpar), dan Sains (Disdik). Bercermin dari
permasalahan yang dihadapi DPMPPA, khususnya dalam mengelola Puskesmas
Ramah Anak, perlu adanya upaya yang lebih sistematis dalam proses monitoring dan
evaluasi. Proses ini perlu dalam rangka mendapatkan feed-back dari masyarakat
terkait pelaksanaan tema-tema pembangunan. Sampai sejauh mana pendekatan
tersebut compatible dan effective di lapangan. Jika ada permasalahan, perlu adanya
identifikasi secara detail dan operasional dimana letak permasalahanya sehingga bisa
dianalisis alternative solusinya untuk menjadi rekomendasi kebijakan pada periode
selanjutnya.

3.2.3 Sasaran Strategis 3 Ketahanan Pangan Masyarakat Meningkat


Ketercapaian Sasaran
Peningkatan ketahanan pangan masyarakat menggunakan indikator pola
pangan harapan. Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern
(DDP) adalah susunan keragaman pangan yang didasarkan pada sumbangan
energi dari kelompok pangan utama pada tingkat ketersediaan maupun konsumsi
pangan. Pola Pangan Harapan merupakan instrumen untuk menilai situasi
konsumsi pangan wilayah yang dapat digunakan untuk menyusun perencanaan
kebutuhan konsumsi pangan ke depan, dengan mempertimbangkan aspek sosial,
ekonomi, budaya dan prefensi konsumsi pangan masyarakat.
Selama ini penghitungan skor PPH dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik
melalui Survei Ekonomi Nasional (SUSENAS) dan survei mandiri yang dilakukan oleh
Dinas Pertanian dan Pangan. Hasil skor PPH tahun 2017- 2020 yang dilakukan

49 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


oleh survei SUSENAS dapat disajikan dalam table berikut:
Tabel 3.6 Hasil Skor PPH Kota Yogyakarta tahun 2017-2020

Tahun Tahun Tahun Tahun


No Keterangan
2017 2018 2019 2020
1 Hasil penghitungan Skor PPH 79,4 78,3 92,1 94,3
berdasarkan SUSENAS
2 Hasil penghitungan Skor PPH 85,1 85,3 87,5 -
berdasarkan survei database
Ketahanan Pangan Dinas
Pertanian dan Pangan Kota
Yogyakarta
Sumber : Survei database Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta
dan SUSENAS
Apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2019, pola pangan harapan
pada tahun 2020 menurut survey SUSENAS mengalami peningkatan sebesar 2,2
poin. Nilai tersebut sudah melampaui target akhir RPJMD di tahun 2022.

Gambar 3.10 Target dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2017-
2022
Sumber : Dinas Pertanian Pangan Kota Yogyakarta, 2020

Pencapaian indikator Angka Pola Pangan Harapan pada tahun 2020


sebesar 107,77% atau kategori predikat sangat tinggi. Hasil pengukuran sasaran
terwujudnya ketahanan pangan masyarakat meningkat adalah sebagai berikut:

Tahun 2020 50
Tabel 3.7 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 3

Tahun 2020
Indikator Cara
Kinerja Penghitungan Target Realisasi Capaian Predikat
%
Pola Pangan skor pola Sangat
87,5 94,3 107,77
Harapan pangan harapan Tinggi
Sumber: Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Tahun 2020

Apabila diperbandingkan dengan DIY nilai skor PPH pada tahun 2020 untuk
kota Yogyakarta sedikit lebih rendah, dimana skor PPH DIY (Data terakhir tahun
2019) 94,7. Sedangkan jika dibandingkan dengan tingkat nasional, skor PPH Kota
Yogyakarta sudah melebihi, dimana skor PPH nasional 92,5 (Data terakhir tahun
2019).

Framework Kebijakan
Dalam mencapai Peningkatan Ketahanan Pangan, Pemerintah Kota Yogyakarta
fokus pada 4 aspek utama yaitu produksi dan ketersediaan pangan, distribusi,
konsumsi dan aspek pembinaan keamanan pangan Meskipun aspek produksi bukan
hal yang ditekankan dalam strategi peningkatan ketahanan pangan namun
Pemerintah Kota Yogykarta tetap menjaga kestabilan supply pangan di wilayah Kota
Yogyakarta. Aspek pendukung berupa pemberdayaan masyarakat dan aspek
manajemen juga berkontribusi terhadap peningkatan ketahanan pangan.

Gambar 3.11 Proses Bisnis Sasaran 3 Ketahanan Pangan Meningkat


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

51 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas mensyaratkan
keterlibatan beberapa OPD dengan ketugasan terkait. Dalam hal ini, Dinas Pertanian
dan Pangan Kota Yogyakarta menjadi leading sector dengan 80% ketugasan meliputi
aspek utama, manajemen dan pendukung. Sementara Perangkat Daerah
mengemban 20% dari ketugasan peningkatan ketahanan pangan. Beberapa OPD lain
yang ikut berkontribusi dalam aspek utama adalah Dinas Sosial (Kegiatan
Peningkatan Ketersediaan Pangan melalui melalui Kegiatan Penyaluran Bantuan
Sosial), Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Penguatan Distribusi Pangan melalui
kegiatan Pembinaan Usaha Perdagangan, Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian
Perdagangan) dan Dinas Kesehatan (Pembinaan Keamanan Pangan melalui
Pembinaan Regulasi Sarana Prasarana dan Sertifikasi Bidang Kesehatan,
Pengelolaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan Minuman, Operasional
Laboratorium Kesehatan Lingkungan). Aspek pendukung penguatan data dan
informasi dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Pangan serta Dinsos, sedangkan aspek
pemberdayaan masyarakat bidang ketahanan pangan dilaksanakan oleh Dinas
Pemberdayaan Masyarakat dan Perllindungan Perempuan Dan Anak, 14 (empat
belas) kecamatan dan Dinas UMMK Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Gambar 3.12 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Ketahanan Pangan


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Tahun 2020 52
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Dinas Pertanian dan pangan berkontribusi utama dalam peningkatan
ketahanan pangan. Kegiatan peningkatan ketahanan pangan yang dilakukan pada
tahun 2020 adalah pengembangan kampung sayur di 3 lokasi yaitu : 1).
Kelurahan Karangwaru (kelompok Tanam Tuwuh, kampung karangwaru kidul) 2).
Kelurahan Kricak (Kelompok Ngremboko, Kampung Kricak) dan 3). Kelurahan
Bausasran (Kelompok Gemah Ripah, Kampung Bausasran). Ketiga kelompok
tersebut telah mendapatkan pembinaan berupa bimtek pengembangan kampung
sayur pada bulan Februari tahun 2020. Adapun selama bimtek, warga masyarakat
diberikan pelatihan mengenai pengembangan budidaya sayur, pengemasan
produk pasca panen dan pengelolaan manajemen kelompok.

Di samping Kampung Sayur,


melalui anggaran Dana Keistimewaan,
Dinas Pertanian dan Pangan telah
membentuk Lumbung Mataraman di 3
lokasi yakni di Kelurahan Karangwaru,
Suryodiningratan dan Purbayan.
Lumbung mataraman ini bertujuan untuk
meningkatkan ketahanan pangan
masyarakat melalui penanaman sayur
serta budidaya lele cendol.
Dalam konteks konsumsi dan kewaspadaan pangan, Dinas Pertanian
menyusun data Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi. Ketahanan Pangan (food
security) diartikan sebagai ketersediaan pangan dan kemampuan masyarakat di
dalam wilayah itu untuk memperolehnya. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG) merupakan instrumen/alat deteksi dini terhadap situasi pangan dan gizi
suatu wilayah dan memberi informasi alternatif tindakan pencegahan dan
penanggulangan yang diperlukan. Komponen yang digunakan untuk melakukan
analisa SKPG adalah ketersediaan, akses serta pemanfaatan pangan.
Kegiatan yang dilakukan dalam rangka melakukan KIE Ketahanan pangan
selama tahun 2020 adalah sosialisasi Konsumsi Pangan Beragam Bergizi Seimbang
dan Aman (B2SA). Adapun sasaran untuk sosialisasi adalah remaja usia SMP. Hal ini
dilakukan berdasarkan hasil kordinasi dengan Dinas Kesehatan, Dinas

53 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Kependudukan dan Keluarga Berencana, dan Dinas Sosial yang menyatakan
bahwa usia tersebut adalah usia remaja pra remaja yang sangat rentan terjadi
anemia akibat pola pangan yang tidak sesuai. Pelaksanaan sosialisasi
dilaksanakan ke 14 lokasi yaitu:
1). MTS Mualimat Yogyakarta
2). SMPIT BIAS Giwangan
3). SMPIT Abu Bakar Umbulharjo
4). SMPIT Masjid Syuhada, Kotabaru
5). SMP Muhammadiyah 1 Yogyakarta
6). SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
7). SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta
8). SMPN 4 Yogyakarta
9). SMPN 7 Yogyakarta
10). SMPN 8 Yogyakarta
11). SMPN 9 Yogyakarta
12). SMPN 11 Yogyakarta
13). SMPN 12 Yogyakarta
14). SMPN 13 Yogyakarta

Tahun 2020 54
Gambar 3.13 Pelaksanaan sosialisasi Menu B2SA di Wilayah Kota

Pola sosialisasi yang dilakukan adalah pembelajaran dengan contoh. Siswa


diberikan materi berupa contoh makanan yang sesuai dengan menu B2SA,
pentingnya mengkonsumsi serta akibat yang timbul bila pola makannya yang tidak
sesuai. Narasumber yang diundang dalam sosialisasi ini adalah seorang chef (juru
masak) dan ahli kesehatan sehingga antusiasme siswa peserta sangat tinggi.
Dalam pelaksanaan sosialisasi, siswa juga diberikan bahan contoh berupa piring
menuku yang memberikan contoh pangan yang sesuai dengan menu B2SA.
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai terasa akhir
Maret, terkait pencapaian sasaran 3, dimana peningkatan ketahanan pangan
menjadi inti intervensi, Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain : 1)
Masyarakat Kota Yogyakarta bukanlah petani murni sehingga masih memerlukan
banyak sekali bimbingan teknis budidaya dan penanganan penyakit 2) Pertanian
perkotaan adalah pertanian di lahan sempit dan terbatas sehingga membutuhkan
banyak sekali komponen seperti tempat menanam khusus (plant pouch, polibag,
planter bag dll), media tanam, pupuk 3) Adanya kebijakan physical distancing
yang menyebabkan keterbatasan masyarakat dalam melakukan kegiatan outdoor.
Kegiatan koordinasi, bimbingan teknis, sosialisasi dan edukasi pertanian yang
bersifat tatap muka dan mendorong kerumunan massa dibatasi untuk
meminimalisir resiko penularan. Meskipun demikian kegiatan edukasi masyarakat
menggunakan youtube sudah mulai dirintis.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan tersebut, terdapat
beberapa rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan kedepan, untuk ditindak-lanjuti
pada periode selanjutnya : 1) Identifikasi kampung sayur eksisting dan lokasi

55 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


lahan yang potensial untuk digarap menjadi kampong sayur yang dilakukan secara
kolaboratif sehingga intervensi lebih lanjut dapat dilakukan. Salah satu alternatif
adalah dengan memaksimalkan kelompok Petani perkotaan di level kelurahan
2) Meningkatkan edukasi masyarakat terhadap teknik budidaya tanaman pangan
tidak hanya melalui sekolah lapang tetapi juga melalui media sosial (tidak hanya
melalui youtube tetapi media sosial lain) untuk mengurangi kerumunan massa
3) Mengoptimalkan lahan pertanian terbatas dan melakukan kordinasi dengan
wilayah, melibatkan semakin banyak stakeholder seperti akademisi dan praktisi
pertanian, meningkatkan peran penyuluh sebagai pendamping pertanian di wilayah

3.2.4 Sasaran Strategis 4 Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk


Menurun

Ketercapaian Sasaran
Sasaran 4 berkontribusi pada Misi 2 Pembangunan Kota Yogyakarta yaitu
Memperkuat Ekonomi Kerakyatan dan Daya Saing Kota Yogyakarta. Ketimpangan
Pendapatan Antar Penduduk menurun menggunakan indikator Indeks Ketimpangan
Pendapatan. Indeks Ketimpangan Pendapatan atau Indeks Gini menunjukan tingkat
ketimpangan pendapatan suatu wilayah secara menyeluruh. Sehubungan dengan
adanya Pandemi Covid-19, Pemerintah Kota Yogyakarta merevisi target Indeks Gini
pada Tahun 2020 yang semula 0,397 menjadi 0,592.

Tabel 3.8 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 4


No Formula Perhitungan Tahun 2020 Predikat
Indikator Capaian
Target Realisasi
Kinerja (%)
1 Gini GR=1-∑fi [Yi + Yi-1] 0,592 0,399 132,6 Sangat
Ratio Ket : fi = jumlah % Tinggi
penerima pendapatan
kelas ke i; Yi = jumlah
kumulatif (%)
pendapatan pada kelas
ke i; 0<GR<1
Rata-rata Capaian Kinerja 132,6
Sumber : Analisis Bappeda Kota Yogyakarta, 2020

Dari table di atas, predikat capaian untuk indicator Gini Ratio berada pada level
Sangat Tinggi. Target 0,592 merupakan target moderat yang dipilih berdasarkan

Tahun 2020 56
analisis pertimbangan kondisi Pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia,
termasuk Indonesia

Gambar 3.14 Target dan Realisasi Gini Ratio Kota Yogyakarta 2013-2021
Sumber: Analisis Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

Mendasarkan hasil proyeksi Bappeda dengan mempertimbangkan trend


angka gini rasio pada tahun sebelumnya, serta penurunan pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan angka kemiskinan sebagai dampak Pandemi Covid-19, realisasi
Gini rasio pada tahun 2020 sebesar 0,399. Nilai ini lebih rendah 0,193poin
dibandingkan target dan naik 0,028poin dibandingkan tahun 2019. Apabila
dibandingkan dengan target akhir RPJMD sebesar 0,39, masih terdapat selisih
0,009poin untuk bisa mencapai target. JIka melihat gini rasio DIY dan Nasional,
gini rasio Kota Yogyakarta lebih rendah disbanding DIY namun lebih tinggi
dibandingkan nasional. Hal ini tentu menjadi catatan dalam menyusun program
dan kegiatan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat berpenghasilan
menengah ke bawah sehingga kesenjangan dengan masyarakat berpenghasilan
tinggi tidak semakin lebar.
Framework Kebijakan
Sasaran Ketimpangan Pendapatan Antar Penduduk Menurun dilakukan
melalui penyediaan kesempatan kerja, penguatan usaha dan industri berbasis
rakyat serta penurunan kemiskinan sebagaimana ditunjukan dalam proses bisnis
dibawah ini. Selain aspek manajemen, terdapat 2 (dua) aspek utama yang
memiliki kontribusi terhadap penurunan ketimpangan pendapatan antar penduduk
yaitu peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan
anggota koperasi dan pelaku UKM. Sementara 2 (dua) aspek pendukung antara
lain Penempatan Transmigrasi dan Pemberdayaan Masyarakat.

57 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Gambar 3.15 Proses Bisnis Sasaran 4 Ketimpangan Pendapatan Antar
Penduduk Menurun
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas


mensyaratkan keterlibatan beberapa Perangkat Daerah yang memiliki ketugasan
terkait. Dalam hal ini, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan Transmigrasi
mengambil peran paling pokok, pada semua aspek, baik utama, manajemen
maupun pendukung. Pada aspek utama, Dinas Koperasi UKM Tenaga Kerja dan
Transmigrasi melaksanakan sasaran penurunan angka pengangguran,
peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan anggota
koperasi dan pelaku UKM. Pada aspek pendukung Dinas Koperasi UKM Tenaga
Kerja dan transmigrasi melaksanakan sasaran penempatan transmigrasi.
Beberapa Perangkat Daerah lain yang ikut berkontribusi dalam aspek utama
adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Pembinaan Teknis Perindustrian
dan Pembinaan Sarana Produksi) dan Dinas Kesehatan (Pembinaan Regulasi
Sarana Prasarana dan Sertifikasi Bidang Kesehatan). Aspek pendukung untuk
pemberdayaan masyarakat dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat dan Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Pengendalian
Kependudukan dan KB, Dinas Pertanian Pangan dan 14 Kecamatan.

Tahun 2020 58
Gambar 3.16 Logframe Pemerintah dalam Ketimpangan antar Pendapatan
Menurun
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan


Kegiatan intervensi yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah antara lain : pemberian
pelatihan bagi angkatan kerja, pameran bursa kerja (job fair), penempatan tenaga
kerja, padat karya infrastruktur, serta pembinaan Lembaga Pelatihan Kerja. Dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, Pemerintah Kota Yogyakarta
telah berupaya untuk menetapkan Upah Minimum Kota mendasarkan survey
kebutuhan hidup masyarakat, perlindungan tenaga kerja melalui kerjasama
tripartite daerah, serta pembinaan hubungan industrial perusahaan.
Selain berfokus pada tenaga kerja Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan
pembinaan terhadap koperasi yang ada melalui peningkatan pemasyarakatan
koperasi (melalui penyuluhan perkoperasian, lomba kelompok pra koperasi
berprestasi dan lomba Tangkas Terampil Perkoperasian, klinik Koperasi Sehat dan
pembinaan Kelompok Pra Koperasi/Koperasi), Peningkatan kualitas SDM Koperasi
melalui peningkatan kualitas SDM Koperasi serta Uji Sertifikasi dan Kompetensi SDM
Koperasi, dan penguatan, peningkatan kesehatan usaha koperasi melalui penilaian
kesehatan koperasi penilaian koperasi berprestasi dan pemeringkatan koperasi,
peningkatan akses pembiayaan melalui link akses pembiayaan baik perbankan,
peningkatan akses pemasaran melalui promosi produk/gelar potensi koperasi,
Pengawasan dan pemeriksaan koperasi melalui pengawasan dan pemeriksaan
koperasi serta penelusuran/audit permasalahan koperasi (fasilitasi

59 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


audit Kantor Akuntan Publik), pengawasan secara head to head dan pengawasan
langsung ke lapangan, serta Penyelenggaraan konsultasi dan pendampingan
koperasi bersama-sama dengan Petugas Penyuluh Koperasi Lapangan (PPKL).
Diharapkan dengan banyaknya koperasi yang aktif, dapat turut serta
mensejahterakan anggota yang sebagian besar merupakan masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah.
Usaha Mikro Kecil di Kota Yogyakarta juga turut mendapat perhatian.
Pelaku UMK di Kota Yogyakarta mendapatkan pelatihan produk maupun promosi,
fasilitasi pembuatan Ijin Usaha Mikro (IUM), pameran produk dan kerjasama
promosi dengan media cetak maupun elektronik, pembuatan video profil UKM
serta kerjasama dengan marketplace untuk memasarkan produk secara online.
Selain itu, difasilitasi pula pembiayaan bagi UKM melalui Bank Jogja. Adanya
bantuan bagi UMKM juga berpengaruh signifikan bagi keberlangsungan usaha
mikro kecil di Kota Yogyakarta. Diharapkan dengan berbagai upaya di atas,
pelaku UMK dapat segera bangkit akibat Pandemi Covid-19.
Beberapa factor pendorong yang dijumpai dalam mengurangi kesenjangan
pendapatan antara lain : 1) Kualitas produk yang dipamerkan meningkat 2)
Kolaborasi metode daring dan offline sudah mulai dirintis 3) Penerapan protocol
kesehatan dalam penyelenggaraan pameran 4) Adanya himbauan yang
mendorong ASN dan masyarakat lokal untuk membeli produk UKM local 5)
Penggunaan SIM Pemberdayaan untuk menentukan calon peserta pelatihan
dinilai mampu mengurangi duplikasi personil yang sudah mendapat pelatihan 6)
Pembagian kluster UKM yang memudahkan pemberian jenis intervensi sesuai
kebutuhan kluster tersebut 7) Semakin banyak koperasi yang dikelola secara
profesional dan mendapatkan dukungan untuk pengembangan usaha dari institusi
induknya 8) Koperasi masih diminati oleh sebagian besar anggota masyarakat 9)
Peningkatan kapasitas sumber daya koperasi melalui pendidikan dan pelatihan
berbentuk pelatihan vocasional agar langsung bisa diterapkan oleh peserta
pelatihan serta pelatihan peningkatan kompetensi bagi sumber daya manusia
koperasi 10) Tersedianya sarana bagi koperasi untuk berkonsultasi baik secara
langsung datang ke Dinas maupun secara tidak langsung melalui klinik koperasi
sehat (koperasi.jogjakota.go.id) dan pendampingan PPKL (Petugas Penyuluh
Koperasi Lapangan) serta 11) Adanya sinergitas yang baik antara pemangku
kepentingan koperasi (Dinas, Dewan Koperasi Indonesia Daerah, Asosiasi BMT
Se-Indonesia, Forum Komunikasi Koperasi, Jaringan Koperasi Syariah
Muhammadiyah, Pusat Koperasi Syariah)

Tahun 2020 60
3.2.5 Sasaran Strategis 5 Pertumbuhan Ekonomi Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan indikator angka
pertumbuhan ekonomi. Sejak Tahun 2016 sampai dengan Tahun 2019
pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta terus meningkat dengan tingkat
pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 5,45. Dengan adanya Pandemi Covid-
19, angka pertumbuhan ekonomi Tahun 2020 yang semula 5,2% diprediksi
terkontraksi menjadi -2,20%, menggunakan skenario pesimis dengan
pertimbangan bahwa wabah pandemi baru berakhir setelah Tahun 2020.

Gambar 3.17 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Yogyakarta


Tahun 2017-2022
Sumber: Analisis Bappeda Kota Yogyakarta 2020

Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa realisasi pertumbuhan ekonomi


pada tahun 2020 turun secara drastis atau mengalami kontraksi sebesar -0,81%
dibanding tahun 2019 sebesar 5,96%. Dan jika dibandingkan dengan target akhir
RPJMD sebesar 5,23%, tentu diperlukan upaya yang massif agar dapat
menaikkan pertumbuhan ekonomi secara signifikan di tahun mendatang.
Sedangkan jika dibandingkan dengan DIY dan Nasional, pertumbuhan ekonomi
Kota Yogyakarta relative lebih baik meskipun sama-sama mengalami kontraksi.

Tabel 3.9 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 5


Tahun 2020
Indikator Formula
No Capaian Predikat
Kinerja Perhitungan Target Realisasi
(%)
1Pertumbuhan Y = (PDRBn- -2,2 -0,81 163,51 Sangat
Ekonomi/Y(%) PDRBn-1)/PDRBn-1 Tinggi
Sumber : BPS Kota Yogyakarta Tahun 2020, diolah
61 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Pengukuran indikator capaian sasaran tersebut didasari pada perhitungan
prediksi PDRB per sektor tahun 2020 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dengan
membandingkan PDRB DIY pada triwulan I sampai dengan triwulan III. Tahun
2020 pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta diprediksikan terkontraksi menurun
di angka -0,81% dengan adanya pandemi Covid yang membuat kunjungan
wisatawan menurun drastis, memukul sektor pariwisata yang menjadi lokomotif
perekonomian Kota Yogyakarta serta berimbas negatif pada sektor-sektor
pendukung pariwisata seperti sektor akomodasi dan makan minum, sektor industri
pengolahan dan sektor transportasi.
Framework Kebijakan
Sasaran pertumbuhan ekonomi menunjukkan kekuatan perekonomian Kota
Yogyakarta yang selama ini menjadikan sektor pariwisata sebagai lokomotif
penggerak perekonomian. Terdapat 9 aspek yang memiliki kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi. 3 diantaranya yang paling utama adalah peningkatan ekonomi
sektor jasa pariwisata, peningkatan ekonomi sektor perdagangan dan peningkatan
ekonomi sektor industri. Tiga aspek pendukung adalah (1) peningkatan infrastruktur,
(2) perizinan dan penanaman modal, dan (3) stabilitas keamanan.

Gambar 3.18 Proses Bisnis Sasaran 5 Pertumbuhan Ekonomi


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas mensyaratkan


keterlibatan beberapa OPD yang memiliki ketugasan terkait. Dalam hal ini, Dinas
Pariwisata, Dinas Perdagangan dan Perindustrian mengambil peran utama,

Tahun 2020 62
didukung oleh perangkat daerah lain seperti Dinas PUPKP (Peningkatan
Infrastruktur), DPMP (Perizinan dan Penanaman Modal) dan Satpol PP (Stabilitas
Keamanan) serta kecamatan yang meliputi semua aspek pendukung.

Gambar 3.19 Logframe Pemerintah dalam Pertumbuhan Ekonomi


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan


Sebagai kota yang bertumpu pada sector jasa pariwisata, Pemerintah Kota
Yogyakarta terus berupaya melakukan perbaikan guna menarik wisatawan agar
dating ke Jogja. Pandemi Covid-19 sedikit banyak turut mempengaruhi jumlah
wisatawan yang datang ke Kota Jogja. Oleh karena itu, kegiatan yang ada di Dinas
Pariwisata didorong untuk bagaimana menarik wisatawan dengan tetap
memperhatikan protocol kesehatan Covid-19. Salah satunya adalah dengan
melakukan sertifikasi protocol kesehatan terhadap usaha jasa pariwisata. Selain itu,
destinasi wisata juga menjadi target utama dalam penegakan protocol kesehatan
melalui pembuatan sarana cuci tangan, pembuatan barcode untuk memantau
pengunjung, serta pengecekan suhu badan. Dari segi atraksi pariwisata, Pemerintah
Kota Yogyakarta membuat pentas virtual serta film dokumenter untuk mengobati rasa
kangen wisatawan akan destinasi wisata di Kota Yogyakarta, dengan harapan setelah
Pandemi berakhir, mereka dapat segera berkunjung ke Kota Yogyakarta.
Selain pariwisata, sector yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Kota
Yogyakarta adalah sector perdagangan dan industri manufaktur. Pada urusan
perdagangan, upaya yang telah dilakukan berkaitan dengan penataan,
pengembangan dan pendapatan pasar antara lain 1) Pengelolaan data pedagang
pasar di 30 pasar, 2) Promosi pasar tradisional di pelbagai media (melalui program

63 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


cashback aplikasi Gojek, aplikasi e-booking pasar tradisional, publikasi pasar di
media cetak dan elektronik dan profil pasar tradisional), 3) Dua Kajian Pasar
Tradisional yaitu survey pengunjung pasar dan survey omset pedagang.
Sementara itu, terkait sarana prasarana pasar, kebersihan, keamanan dan
ketertiban pasar, upaya yang telah dilakukan adalah pengelolaan pasar tradisional
yang sesuai dengan standar pasar sehat, pengelolaan kebersihan pasar serta
pengamanan dan penertiban pasar.
Tahun 2020 UPT Pusat Bisnis melaksanakan pembangunan ruang ekonomi
kreatif di lantai 4 Pasar Prawirotaman sebagai bentuk komitmen pemerintah Kota
Yogyakarta dalam menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang unggul di Kota
Yogyakarta dalam rangka menguatkan perekonomian lokal. Sementara itu, terkait
bimbingan teknis industri dan sarana prasarana perindustrian, dalam rangka
mendukung IKM diberikan fasilitasi akses permodalan, pelatihan ecoprint,
pelatihan ecommerce, desain produk, finishing produk die casting, pelatihan batik
4.0 dan video profil untuk 8 IKM serta pendataan IKM Kota Yogyakarta.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 mendorong kebijakan
Phisycal Distancing yang menghimbau masyarakat untuk tinggal atau
menjalankan aktivitas dari rumah dan mengurangi frekuensi bepergian. Hal ini
yang kemudian berdampak pada jumlah wisatawan yang datang ke Kota
Yogyakarta dan menyebabkan sektor pariwisata terpukul. Setidaknya Pandemi
menyebabkan hal-hal sebagai berikut;
1. Menurunnya jumlah wisatawan yang datang ke Yogyakarta dan berakibat
menurunnya Tingkat Hunian akomodasi dan hotel dan usaha makan minum dan
minum. Efek domino yang lain adalah pekerja yang mendukung sektor pariwisata
kehilangan pendapatan mereka.
2. Adanya kebijakan refocusing anggaran yang ditujukan untuk penanganan
Covid-19 sehingga anggaran protokol kesehatan lebih diprioritaskan. Kegiatan
promosi maupun yang mendorong kerumunan massa dihindari dan lebih
diutamakan kegiatan promosi yang bersifat virtual.
3. Kurang optimalnya pelaksanaan program kegiatan yang melibatkan
masyarakat, pedagang dan stakeholder lain akibat pandemi Covid- 19 yang
menyebabkan banyak kegiatan harus dirasionalisasi atau dialihkan untuk
penanganan protokol kesehatan.
4. Tingkat literasi digital pedagang dalam rangka mengakses pemasaran
daring masih perlu ditingkatkan.
5. Kesadaran pedagang dan pengunjung untuk menjaga kondisi pasar yang
bersih dan tertib dalam menempatkan barang dagangannya masih harus

Tahun 2020 64
ditingkatkan.
Dari beberapa permasalahan yang dihadapi di lapangan tersebut, terdapat
beberapa rekomendasi untuk perbaikan pelaksanaan untuk periode selanjutnya;
1. Upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 jangka panjang (strategi
Redesain Ekonomi) memerlukan upaya kolaboratif dari semua pihak dalam rangka
menciptakan demand pariwisata yang dapat membuka peluang pasar bagi pelaku
usaha dengan berpedoman pada protokol kesehatan. Untuk meningkatkan efektivitas
Pembelajaran Jarak Jauh perlu dilakukan.
2. Mendorong event-event wisata virtual bekerjasama dengan pelaku
ekonomi kreatif sebagai sebuah inovasi untuk mempromosikan pariwisata Kota
Yogyakarta.
3. Optimalisasi marketplace dan media sosial untuk mempromosikan produk-
produk UKM Kota Yogyakarta.

3.2.6 Sasaran Strategis 6 Gangguan Ketentraman dan Ketertiban


Masyarakat Menurun
Ketercapaian Sasaran
Sasaran 6 merupakan bagian dari upaya mencapai misi ke-3 RPJMD, yaitu
”Memperkuat moral, etika, dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta”.
Penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat diukur dari
turunnya angka kriminalitas dan berkurangnya jumlah pelanggaran Perda.
Kriminalitas merupakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan untuk
mewujudkan ketertiban masyarakat, sekaligus sebagai salah satu indikasi tingkat
kesejahteraan itu sendiri. Disini diasumsikan bahwa banyak perbuatan kriminal
dilatar-belakangi alasan kekurangan ekonomi yang diderita, sehingga tingginya
kriminalitas menandakan banyak yang belum mencapai kesejahteraan ekonomi.
Cakupan kriminalitas meliputi kejahatan konvensional, transnasional, pelanggaran
HAM, dan gangguan Kamtibmas. Sementara itu, Perda merupakan system
regulasi yang mengatur kehidupan social berjalan secara tertib. Adanya
pelanggaran Perda mengindikasikan timbulnya potensi-potensi yang dapat
mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat untuk hidup dan
beraktivitas. Dengan demikian, jumlah pelanggaran Perda yang menjadi tolok ukur
disini adalah yang dilaporkan oleh masyarakat dan/ atau dipantau petugas.

65 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


1.800
1.660 1628
1.600 1596
1.400
1.200 1.115
1000 975
1.000 1.037
950
800
620
600 601
400
2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Realisasi

Gambar 3.20 Target dan Realisasi Penurunan Kriminalitas 2017-2020


Sumber: BPS dan Bappeda, diolah

Angka kriminalitas sepanjang tahun 2017-2020 senantiasa mengalami


penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa situasi keamanan di Kota Yogyakarta
sudah cukup kondusif. Terlebih dengan adanya Pandemi Covid-19, realisasi
angka kriminalitas diproyeksikan mencapai angka 601. Realisasi tersebut sedikit
banyak dipengaruhi oleh berkurangnya aktivitas masyarakat di luar rumah,
sehingga turut memberikan andil terhadap tindak kriminalitas yang muncul.

6000
5800
5600

4300 4466 4299 4250 4200


4299

1227

2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Kota * Realisasi

Gambar 3.21 Target dan Realisasi Jumlah Pelanggaran Perda


Tahun 2017-2022
Sumber: Satpol PP dan Bappeda, diolah
Tahun 2020 66
Sementara itu, indikator pelanggaran Perda juga mengalami penurunan
yang cukup signifikan. Ada dua asumsi yang dapat digunakan. Pertama, bahwa
adanya Pandemi Covid-19 menyebabkan masyarakat membatasi aktivitas
sehingga otomatis pelanggaran Perda menjadi semakin menurun. Yang kedua
adalah bahwa, Satpol PP berfokus pada penegakan pelanggaran Peraturan
Kepala Daerah dalam penegakan protocol kesehatan pencegahan Covid-19.
Tabel 3.10 Capaian Sasaran Penurunan Gangguan Ketentraman dan
Ketertiban 2020
Indikator Tahun 2020
No Formula Perhitungan Predikat
Kinerja Target Realisasi Capaian
1 Angka Target – (Realisasi 1.000 601 139,9% Sangat
Kriminalitas – Target) x100% Tinggi
Target
2 Jumlah Target – (Realisasi 4.299 1.227 171,46%
Pelanggaran – Target) x100%
Perda Target
Rata-Rata Capaian Kinerja 155,68%
Sumber : BPS dan Satpol PP, diolah

Capaian sasaran 6 ini terhitung sangat signifikan, terutama pada pelanggaran


Perda. Jika diperbandingkan dengan Tahun sebelumnya, jumlah pelanggaran yang
dipantau dan dilaporkan masyarakat ini turun drastis dari 4.299 menjadi 1.227. Secara
lebih spesifik, data pelanggaran Perda tersebut dipilah berdasarkan isu berikut;
Menara Telkom, Penjualan Miras, Ijin Usaha, Pengelolaan Kebersihan, PKL,
Kepariwisataan, Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging, Perparkiran, Ijin
Pondokan, Gedung, Reklame dan Ijin gangguan, Pelacuran serta Gelandangan dan
Pengemis. Diantara isu tersebut, jumlah kasus yang paling banyak adalah Reklame,
PKL dan Gedung. Sementara itu, jenis pelanggaran yang tidak ditemukan adalah Ijin
Usaha, Pengelolaan Kebersihan, serta Gelandangan dan Pengemis. Perbandingan
sepintas temuan pelanggaran Perda antara Tahun 2020 ini dengan Tahun 2019,
prerbedaannya cukup signifikan. Selisih yang paling mencolok terlihat pada data
Reklame dan PKL.

67 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Penyelenggaraan Kepariwisataan 3
27
Pemotongan Hewan dan Penanganan Daging 0
11
Penyelenggaraan Perparkiran 15
92
Ijin Penjualan Minuman Beralkohol 27 2020
5
Ijin Penyelenggaraan Pondokan 9 2019
67
Bangunan Gedung 98 2939
207
Penanganan Penyakit Masyarakat 13
28
Ijin Penyelenggaraan Reklame 775
Menara Telekomunikasi dan Fiber Optik (FO) 10
9
Penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) 277
914

Gambar 3.22 Jumlah Pelanggaran Perda Berdasarkan Jenis


Pelanggaran 2019-2020
Sumber: Satpol PP Kota Yogyakarta, diolah

Menurunnya jumlah kasus pelanggaran Perda di tahun 2020 dibanding 2019 ini
tidak lepas dari peran Satpol PP dalam pencegahan dan penanganan Pandemi Covid-
19. Sebagai bagian dari skema, Satpol PP memiliki tugas untuk melakukan upaya
penegakan protocol kesehatan. Upaya tersebut mulai efektif berjalan sejak Bulan Juni
hingga Desember ini. Berbagai operasi lapangan telah dilakukan, termasuk yang
berkolaborasi dengan tik kesehatan dan aparat keamanan. Jika pada bulan januari -
Mei Satpol PP masih focus pada penegakan Perda, pada Bulan Juni – Desember tim
tersebut mulai mengalihkan fokusnya pada upaya penegakan protocol kesehatan.
Bahkan upaya yang terakhir ini lebih diutamakan karena sifatnya yang urgent. Dari
laporan terakhir sampai Bulan November, operasi penegakan protocol kesehatan
secara kumulatif menghasilkan temuan pelangggaran sebanyak 2.859 kasus; mulai
dari teguran lisan (2.193 kasus), teguran tertulis (188 kasus), sanksi sosial (475
kasus) dan sanksi denda (3 kasus).
Tahun 2020 68
Framework Kebijakan

Gambar 3.23 Proses Bisnis Sasaran 6 Gangguan


Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Menurun
Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Penurunan gangguan ketertiban dan ketentraman didekati dengan 3 proses


bisnis: Manajemen, Utama dan Pendukung. Disamping aspek manajemen,
terdapat 2 skema intervensi utama yang digunakan, yaitu Preventif dan Represif.
Preventif atau upaya pencegahan merupakan skema untuk mengantisipasi agar
pelanggaran tidak dilakukan. Sedangkan Represif atau upaya penindakan
merupakan skema untuk memberikan punishment bagi para pelanggar dengan
tujuan memberikan efek jera dan tidak terjadi pelanggaran serupa dikemudian
hari. Sebagian besar dari upaya represif ini –yaitu terkait penindakan kriminalitas-
tidak bisa dilakukan sendiri oleh Pemerintah Kota. Oleh karena itu, perlu
keterlibatan stakeholder lain yang memiliki kewenangan lebih dominan, dalam hal
ini adalah aparat penegak hukum. Dalam Proses Bisnis diatas, keterlibatan aparat
penegak hukum diakomodir dalam skema kerjasama. Karena tupoksi aparat
penegak hukum diluar kendali kewenangan Pemerintah Kota, meski krusial,
skema tersebut menjadi aspek pendukung untuk mencapai sasaran 6 ini.
Setiap skema intervensi, baik utama maupun pendukung, selanjutnya
diturunkan kedalam logical-framework berbagai skema operasional turunan, yang
pelaksanaanya dilakukan beberapa OPD sesuai Tupoksi masing-masing. OPD yang
memiliki peran dominan adalah Satpol PP, yang memiliki ketugasan dalam upaya

69 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


pencegahan sekaligus penindakan. Kantor Kesbang dan 14 Kecamatan juga
memiliki peran signifikan dalam upaya pencegahan dan kerjasama dengan aparat
penegak hukum. OPD lainnya ikut berperan dalam upaya pencegahan, meliputi
Dispora, Dindik, Dinsos, Dinas Dalduk KB, serta Bagian Tapem dan Kesra.

Gambar 3.24 Logframe Pemerintah dalam Gangguan Ketrentraman dan


Ketertiban Masyarakat
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019
Satpol PP melakukan upaya preventif melalui pembinaan dan mobilisasi
Linmas. Aktivitas yang dilakukan diantaranya pembekalan, pelatihan dan
sarasehan anggota Linmas, serta pengamanan wilayah dan piket rescue oleh
Linmas. Upaya preventif ini juga didekati melalui pembinaan gerakan kampong
panca tertib yang bertujuan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ketertiban.
Upaya tersebut didukung oleh Kantor Kesbang melalui kegiatan pemantapan
wawasan kebangsaan. Dispora juga memiliki skema pendukung dengan sasaran
pemuda dan support kegiatan keolah-ragaan. Dinas Pendidikan mendekati upaya
preventif ini melalui pengembangan pembelajaran dan pengelolaan kesiswaan
baik tingkat SD maupun SMP. Dinas Sosial bersinergi dengan memberdayakan
beberapa elemen masyarakat sebagai potensi sumber kesejahteraan sosial,
termasuk Karang Taruna. Dinas Dalduk KB mendekati dengan upaya pembinaan
pembangunan berbasis keluarga. Sementara itu, Bagian Tapra melalui
penyelenggaraan kesejahteraan rakyat. Peran Kecamatan dalam upaya preventif
ini meliputi operasi ketertiban masyarakat, peningkatan kapasitas Linmas, dan
dibeberapa wilayah terdapat pengamanan masyarakat, sosialisasi pencegahan
pelanggaran Perda, dan penyuluhan serta pembinaan PKL.
Upaya penindakan yang dilakukan Satpol PP diantaranya melalui penegakan
peraturan perundang-undangan. Operasionalisasinya dilakukan melalui penegakan

Tahun 2020 70
Perda secara Yustisi, sidang tindak pidana ringan, penyidikan kasus, dan
penegakan hukum terhadap saksi/ tersangka yang tidak memenuhi panggilan
PPNS. Selain itu, operasi ketertiban umum juga dilakukan, yang meliputi
penindakan hukum secara terpadu, operasi penertiban gabungan, pengendalian
kawasan tertib, serta pengendalian keamanan dan ketertiban kawasan khusus.
Pemantapan kewaspadaan dini masyarakat dilakukukan dengan patrol bina
kemling dan pelajar, operasional petugas intel Pol PP, serta monitoring dan
penyelidikan. Polisi Pamong Praja sebagai tulang punggung penindakan juga
ditingkatkan kapasitasnya melalui kesemaptaan, bimbingan mental, bimbingan
teknis, dan workshop. Upaya penindakan ini juga didukung dengan memastikan
instrument hukum efektif melalui pengkajian berbagai produk hukum, konsultasi
pakar, serta penegakannya di lapangan.
Sebagai instrument pendukung, kerjasama dengan aparat penegak hukum
dilakukan melalui 2 tingkat wilayah, Kota dan Kecamatan. Sebagai representasi
kota, Kantor Kesbang memiliki kegiatan pemantapan wawasan kebangsaan.
Sementara untuk tingkat wilayah, setiap kecamatan menyelenggarakan kegiatan
ketentraman dan ketertiban. Upaya Kecamatan tersebut diwujudkan dalam bentuk
dukungan bagi koordinasi antar pemerintah dan masyarakat, diantaranya melalui
forum pembauran kebangsaan dan forum kewaspadaan dini masyarakat serta di
beberapa wilayah terdapat pelatihan bela negara bagi generasi muda serta dan
workshop FKUB.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Sebagaimana disinggung sebelumnya, upaya penurunan gangguan
ketentraman dan ketertiban masyarakat dominan dilaksanakan oleh Satpol PP.
OPD lainnya memberikan dukungan secara tidak langsung. Disamping itu,
pelaksanaan kebijakan diwarnai dengan adanya Pandemi yang menginterupsi
kelancaran kegiatan. Satpol PP sendiri sebagai
leading sector pencapaian sasaran
penurunan gangguan keamanan dan
ketertiban fokus pada penanganan
pelanggaran prokes Pandemi,
terutama pada paruh kedua tahun
2020. Namun demikian, adanya
kebijakan dari pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah terkait
dengan mewabahnya pandemi Covid-
19 untuk membatasi segala bentuk
aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi
di daerah, serta himbauan menunda
perjalanan ke luar daerah, mungkin justru mengurangi potensi terjadinya pelanggaran
perda di Kota Yogyakarta. Dampaknya sebagaimana dijelaskan diatas,

71 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


jumlah pelanggaran peraturan daerah menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
Jumlah realisasi 1.227 pelanggaran didapat dari penegakan perda secara non
yustisi sebesar 1.027 pelanggaran dan secara yustisi sebesar 200 pelanggaran, baik
yang didapat dari laporan masyarakat terkait adanya indikasi pelanggaran perda dan
dari hasil operasi petugas di lapangan. Kegiatan patroli secara rutin oleh petugas Pol
PP dalam rangka monitoring dan operasi penegakan perda dilakukan secara
intensif dengan melakukan jadwal patroli di wilayah Kota Yogyakarta dengan pola
3 shift selama 24 jam dalam sehari baik melalui monitoring terbuka maupun
monitoring tertutup dengan dukungan personil dari Pol PP Intelijen. Intensifikasi
koordinasi baik di internal Pemkot Yogyakarta maupun dengan institusi penegak
hukum lainnya (kepolisian, kejaksaan, TNI, dsb) serta kerjasama kemitraan
melalui penandatanganan Nota Kesepakatan (MoU) kerjasama, dalam rangka
pengawasan, pengendalian, dan penegakan peraturan perundang-undangan di
Kota Yogyakarta. Selain itu dukungan personil dari Linmas turut berkontribusi bagi
terwujudnya perlindungan masyarakat di Kota Yogyakarta. Laporan masyarakat
terkait adanya indikasi pelanggaran perda di wilayah, dilaporkan kepada petugas
Bawah Kendali Operasi (BKO) yang ditempatkan di tiap kecamatan sebagai
petugas terdepan dalam penanganan masalah pelanggaran perda dan seoptimal
mungkin untuk dapat terselesaikan di tingkat wilayah.
Strategi penegakan perda secara preemtif dan preventif dilakukan melalui
dukungan, peran serta dan pola kerjasama dengan kemitraan dalam rangka turut
menjaga ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan perda di Kota
Yogyakarta. Meningkatnya peran serta masyarakat juga menjadi faktor pendorong
secara tidak langsung terhadap penurunan jumlah pelanggaran perda Kota
Yogyakarta melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan masyarakat dan sosialisasi
Gerakan Panca Tertib berbasis Kampung (melalui Deklarasi dan
penandatanganan komitmen serta penumbuhan dan
pemberdayaan Gerakan Kampung
Panca Tertib), berbasis sekolah (Pantib
for School) dan berbasis komunitas
(Pantib for community) yang bertujuan
memberikan edukasi dan kesadaran
kepada masyarakat, bukan hanya
untuk m e n t a a t i p e r a t u r a n p e r
u n d a n g - undangan tetapi sekaligus
sebagai subjek pendukung dalam
menjaga dan mewujudkan
ketenteraman, ketertiban umum serta
perlindungan masyarakat d a l a m l i n
g k u p k a m p u n g p a d a khususnya
dan Kota Yogyakarta pada umunya.

Tahun 2020 72
Permasalahan yang timbul terkait implementasi strategi penegakan perda
yang secara rutin dilaksanakan oleh Satpol PP, belum cukup mampu untuk
menimbulkan efek jera dan cenderung membuka ruang melakukan pelanggaran
kembali. Bahkan upaya yang sampai pada level putusan pengadilan terhadap
pelaku pelanggaran perda pun belum cukup efektif. Apalagi di masa pandemi
Covid19, keterbatasan aktivitas sosial berpotensi mendorong masyarakat untuk
melakukan berbagai upaya dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi mereka,
termasuk dengan cara melanggar peraturan. Pandemi juga berpengaruh terhadap
ruang gerak petugas operasional Pol PP dalam penegakan perda. Sebagai contoh
terdapat kebijakan penundaan pengajuan berkas berita acara penyidikan
pelanggaran ke persidangan oleh pengadilan negeri dalam kurun waktu tertentu
karena berpotensi memudahkan penularan virus, menjadi faktor penghambat tidak
optimalnya penegakan perda.
Upaya lain, terutama sebagai bagian dari skema preventif adalah pembinaan
Ormas dan koordinasi dengan apparat penegak hukum yang dilakukan oleh Kantor
Kesbang. Pembinaan 137 Ormas dilakukan sekaligus sebagai upaya pemantauan
dan pemberdayaan ormas tersebut sebagai salah satu potensi ketentraman dan
ketertiban. Namun demikian, adanya aturan pengajuan SKT dari masing-masing
Ormas yang bisa secara langsung ke Pemerintah Pusat secara online menjadi salah-
satu isu yang menjadikan upaya control lebih rumit. Koordinasi rutin dengan aparat
hukum mitra juga selalu dilakukan oleh Kantor Kesbang melalui Forkompimda
maupun Tim Kewaspadaan Dini Daerah. Intensifikasi komunikasi merupakan kunci
dari keberhasilan upaya ini mengingat sering adanya pergantian pimpinan pada
instansi tersebut menyebabkan transfer knowledge penyamaan persepsi juga perlu
sering dilakukan. Sementara itu, kesibukan penanganan Pandemi baik oleh instansi
mitra maupun Pemkot menjadikan frekwensi komunikasi berkurang.
Terkait dengan pembinaan Ormas, khususnya segmen Pemuda, Dinas Pemuda
dan Olahraga juga melakukan beberapa upaya. Pandemi menyebabkan beberapa
aktivitas pengumpulan organisasi tersebut dibatasi. Kegiatan pemuda anti NAPZA
tetap dilakukan meski secara daring. Pementukan pemuda wilayah (dengan
anggotanya yang tinggal dan berKTP Kota) sehingga permasalahan kepemudaan
wilayah dapat dicegah sedini mungkin, dan informasi lebih cepat tersebar. Pemberian
penghargaan bagi atlit untuk motivasi Pelajar Kota Yogakarta untuk berprestasi dalam
berolahraga, karena mendidik menjadi disiplin, sportif, dan jujur. Serta adanya
Pandemi justru menyediakan kanali bagi mereka untuk ikut membantu korban yang
terdampak. Kegiatan yang dimaksud adalah bakti Sosial yang disasarkan mahasiswa
yang tergabung dalam IKMDI (Ikatan Mahasiswa Daerah Indonesia) yang tidak bisa
pulang ke daerah asal karena Pandemi.
Upaya penurunan gangguan ketentraman dan ketertiban meskipun telah
melampaui target, sebagaimana dijelaskan diatas, terdapat beberapa permasalahan
dalam pelaksanaanya. Dalam hal ini, Pandemi beserta pembatasan-

73 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


pembatasan social ekonomi menjadi salah satu simpul penting. Upaya penindakan
yang kurang menimbulkan efek jera salah satunya juga karena tekanan pandemic.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pelaksanaan kebijakan dimasa depan, perlu
upaya peningkatan konsolidasi antar stakeholder. Momentumnya untuk tahun depan
adalah masyarakat sudah terbiasa hidup berdampingan dengan pandemi. Kehidupan
cara pandemi yang sudah dianggap normal tersebut menghadirkan peluang
penegakan peraturan, baik terkait kriminalitas secara umum maupun Perda, secara
normal juga. Dalam hal ini, stakeholder terkait perlu lebih mengintensifkan upaya
penegakan, termasuk sampai pada tahap peradilan jika diperlukan. Masa pandemi
menghadirkan intuisi bagi pelaku pelanggaran untuk memaklumi pelanggaran yang
dilakukan, sehingga upaya penegakan dianggap counter-intuitive sehingga cenderung
diabaikan. Namun sesuatu yang dianggap counter-intuitive tersebut dilakukan secara
lebih intensive, berulang-ulang dan terus menerus, maka pada akhirnya akan
tertanam kembali jika pelanggaran tersebut memang sesuatu yang salah dan harus
dihindari.
Hal yang tidak kalah penting
adalah upaya pencegahan atau
preventif. Framework operasional yang
selama ini diterapkan adalah dengan k o
ordinasi,pembinaan,serta
pertemuan-pertemuananta
r stakeholder yang sifatnya ngaruhke s e
kaligusmenyegarkandan
mengetengahkan isu-isu ketentraman,
ketertiban, serta aktivitas-aktivitas social
yang bersifat positif sebagai
pengalihanya. Dalam setiap pertemuan
tersebut yang dibalut acara formal, komunikasi-komunikasi interpersonal non-formal
juga terjadi yang juga mendukung hubungan baik antar actor sehingga upaya yang
dilakukan, baik pencegahan maupun penindakan jadi semakin solid dan kompak.
Namun, pelaksanaan aktivitas tersebut menjadi jauh berkurang sejak adanya
Pandemi. Sebagai alternative, pertemuan-pertemuan mulai dialihkan menjadi
pertemuan secara virtual. Sebagaimana beragamnya masyarakat, keberterimaan
terhadap teknologi virtual tersebut juga beragam sehingga dalam waktu dekat ini
belum semua pihak familier dengan teknologi tersebut. Hal ini menjadi pekerjaan
rumah bagi dua pihak sekaligus. Pertama, stakeholder yang bersingggungan dengan
isu pembangunan, khususnya ketentraman dan ketertiban, perlu lebih intens
membiasakan komunikasi-koordinasi kolektif secara virtual. Kedua, penyedia jasa
layanan teknologi pertemuan virtual, khususnya internal Pemkot, perlu inovasi-inovasi
untuk menyederhanakan aplikasi agar lebih mengakomodasi keterbatasan-
keterbatasan yang dialami pengguna dengan latar belakang yang berbeda

Tahun 2020 74
3.2.7 Sasaran Strategis 7 Kualitas Pendidikan Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator;
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah
(AHLS). ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas,
sedangkan AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa
depan yang bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur
yang bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula
penghitungan dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator
(ARLS 0 – 15 Tahun; AHLS 0 – 18 Tahun).

18
17,28 17,43
3.2.7 Sasaran Strategis17,05 7 Kualitas Pendidikan Meningkat

17 16,82
Ketercapaian16,89 Sasaran16,95 17,01 17,28 17,3 17,33
16
Peningkatan kualitas pendidikan diukur dengan menggunakan 2 indikator;
15
Angka Rata-Rata Lama Sekolah (ARLS) dan Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS).
14
ARLS menunjukan tingkat lama sekolah penduduk usia 25 tahun keatas, sedangkan
13
AHLS digunakan untuk mengestimasi harapan lama sekolah dimasa depan yang
12 11,43 11,44 11,45 11,46
bisa dienyam dengan melihat rata-rata proporsi setiap kelompok umur yang
11 11,42 11,43 11,43 11,45 11,45 11,46
bersekolah pada saat ini. Baik UNDP maupun BPS memiliki formula penghitungan

10
dan rentang nilai/ skor yang sama untuk masing-masing indikator (ARLS 0 – 15

2017 2018 2019 2020 2021 2022


Tahun; AHLS 0 – 18 Tahun).

Target RPJMD Rata-rata Lama Sekolah Realisasi Rata-rata Lama Sekolah

Target RPJMD Harapan Lama Sekolah Realisasi Harapan Lama Sekolah

Gambar 3.25 Target dan Realisasi Angka Rata-Rata Lama


Sekolah dan Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2022
Sumber: BPS, diolah

Dengan demikian, target peningkatan kualitas pendidikan Kota Yogyakarta


tahun 2020, ditunjukan dari ARLS dan AHLS, dapat terlampaui. Capaian masing-
masing indicator adalah 100,48% sebagaimana perhitungan dalam tabel berikut
ini. ARLS yang diestimasi setidaknya 11,45 Tahun, terealisasi sebesar 11,46
Tahun. Capaiannya adalah 100,09%. Demikian juga AHLS, realisasinya yang
diestimasi mencapai 17,28 Tahun terealisasi sebesar 17,43 Tahun. Jika kedua
capaian tersebut digabungkan, maka tingkat capaian rata-rata menjadi 100,48%
dengan predikat sangat tinggi.

75 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tabel 3.11 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 7

Tahun
Indikator
No Formula Perhitungan Capaian Predikat
Kinerja Target Realisasi
(%)
1 ARLS 11,45 11,46 th 100,09 Sangat
th Tinggi
2 AHLS 17,28 17,43 th 100,87
th
Rata-rata Capaian Kinerja 100,48
Sumber : BPS Kota Yogyakarta Tahun 2020, diolah

Gambar 3.26 Perbandingan Realisasi Angka Rata-Rata Lama Sekolah dan


Angka Harapan Lama Sekolah 2017-2020
Sumber: BPS, diolah

Apabila dibandingkan dengan Pemda DIY, Rata-rata lama sekolah Kota


Yogyakarta dari tahun 2017-2020 senantiasa di atas angka DIY, bahkan tingkat
nasional. Demikian pula harapan lama sekolah. Realisasi harapan lama sekolah
Kota Yogyakarta tahun 2017-2020 senantiasa di atas DIY dan Nasional. Hal ini
menunjukkan kualitas Pendidikan di Kota Yogyakarta sudah cukup bagus
dibandingkan daerah lainnya.
Framework Kebijakan
Sasaran peningkatan kualitas pendidikan memiliki skema intervensi yang
sangat komprehensif. Sebagaimana ditunjukan dalam proses bisnis dibawah ini,
selain aspek manajemen, total terdapat 9 aspek yang memiliki kontribusi terhadap
kualitas pendidikan. Empat diantaranya yang paling utama adalah pendidikan (1)
SD, (2) SMP, (3) Anak Usia Dini dan (4) Inklusi. 5 aspek lainya yang tidak kalah
penting namun memiliki peran pendukung adalah (1) peningkatan kapasitas
pendidik dan tenaga kependidikan, (2) pemenuhan standar dan sarana prasarana
pendidikan, (3) penguatan data dan informasi, (4) pengembangan budaya literasi,
dan (5) pendidikan masyarakat dan pembinaan lembaga pendidikan ketrampilan.
Tahun 2020 76
Gambar 3.27 Proses Bisnis Sasaran 7 Peningkatan Kualitas Pendidikan
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Skema sebagaimana digambarkan dalam proses bisnis diatas mensyaratkan


keterlibatan beberapa OPD yang memiliki ketugasan terkait. Dalam hal ini, Dinas
Pendidikan mengambil peran paling pokok, memasuki hampir semua aspek, baik
utama maupun pendukung. Beberapa OPD lain yang ikut berkontribusi dalam aspek
utama adalah Dispora (Pendidikan SMP), Kecamatan (PAUD), dan DPMPPA
(Pendidikan Inklusi). Aspek pendukung untuk pemenuhan sarpras dilakukan oleh
Dinas PUPKP, penguatan data dan informasi oleh Dinsos, pengembangan budaya
literasi oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, dan Pendidikan Masyarakat oleh
Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kecamatan.

Gambar 3.28 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

77 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Dinas Pendidikan memiliki beragam intervensi pada masing-masing aspek.
Kegiatan pembinaan dan pengembangan pembelajaran, pengelolaan prestasi siswa,
pengelolaan BOS dan BOSDA, serta jaminan pendidikan daerah memperkuat aspek
pendidikan, baik SD maupun SMP. Intervensi yang direncanakan untuk SD meliputi
pendalaman dan tes pendalaman materi ujian, pendampingan penyusunan kurikulum,
Bimtek penyusunan soal ujian dan pembelajaran matematika dan IPA, pembinaan
melalui klinik sains, dan fasilitasi partisipasi dalam berbagai kejuaraan: OSN, OOSN,
FLSSN, MTQ, lomba dokter kecil dan pekan budaya pelajar. Sedangkan intervensi
untuk SMP hampir sama dengan SD, ditambah pelaksanaan pendidikan Agama
berbasis afeksi, pengembangan minat bakat, gelar pelajar Jogja, pameran pendidikan,
jembatan persahabatan pelajar, serta fasilitasi berbagai kejuaraan: Gala siswa, lomba
KIR, olimpiade literasi, dan sekolah sehat. Dispora mendukung aspek pendidikan
SMP melalui fasilitasi tri lomba juang, pelatihan 6 cabang olahraga, seleksi dan
pengiriman POPDA DIY, serta seleksi dan pembinaan Kelas Khusus Olahraga (KKO)
di SMP 13.
2 aspek utama lainnya, PAUD dan Pendidikan Inklusi diampu Dinas
Pendidikan dengan masing-masing mendapat dukungan dari Kecamatan dan
DPMPPA. Dinas Pendidikan memiliki skema pengelolaan PAUD yang meliputi
pembinaan layanan, pendataan, dukungan operasional, pemberian insentif
pendidik, jelajah museum, gebyar PAUD, pengadaan sarpras dan rehab sekolah,
serta berbagai skema peningkatan SDM: workshop, peningkatan kompetensi,
pelatihan pembelajaran media, uji kompetensi, dan bimtek kompetensi pedagogi.
Dalam hal pengelolaan PAUD, dukungan Kecamatan juga menyasar pembinaan
PAUD di masing-masing kelurahan. Sementara itu, aspek pendidikan inklusi
menekankan pada siswa (asesmen dan diklat vokasi siswa lambat), guru
(workshop kurikulum ABK dan pemberian insentif guru pendamping khusus),
sekolah (workshop pengelolaan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi dan
pengadaan sarana prasarana SPPI). DPMPPA melakukan dukungan melalui
pembentukan, pendampingan dan monev sekolah ramah anak.
Proses pendukung memiliki lebih banyak aspek lagi. Melalui aspek peningkatan
kapasitas pendidik dan tenaga kependidikan, Disdik merencanakan pengembangan
kompetensi Guru, pelatihan karya tulis ilmiah, administrasi sekolah dan pendidikan
inklusi untuk guru/ GPK, PPG dalam jabatan, pembinaan pegawai/ guru,
pendampingan pengusulan angka kredit, penilaian kinerja kepala sekolah, dan induksi
guru. Aspek pemenuhan standar dan sarpras pendidikan ditempuh melalui workshop
manajemen SD serta SPMI SD dan SMP, penguatan manajemen SMP,
pendampingan akreditasi, pelaksanaan evaluasi diri SMP, verifikasi pendirian,
penataan dan penutupan sekolah, rehab ringan gedung SD, pengadaan meja, kursi,

Tahun 2020 78
almari dan sarpras lainya, dan fasilitasi lomba gugus depan unggul SD. Upaya
pemenuhan sarpras tersebut didukung Dinas PUPKP dengan rehab berat 2 unit
sekolah dan penyusunan DED 2 SD.
Intervensi terkait penguatan data dan informasi meliputi pelaksanaaan KBS
online, rangkuman data pendidikan, pengelolaan Dapodik dan informasi pendidikan,
fasilitasi penyelenggaraan PPDB online, serta pengembangan dan pengelolaan
aplikasi. Sementara itu, Dinsos mendukung aspek ini melalui verifikasi lapangan data
siswa yang membutuhan jaminan pendidikan daerah namun belum teridentifikasi
sebagai sasaran. Pengembangan budaya literasi diperankan oleh Dinas
Perpustakaan dan Arsip melalui berbagai skema pengelolaan perpustakaan
(perpustakaan dan internet keliling, pembinaan perpustakaan sekolah dan instansi,
serta pengelolaan perpustakaan pemerintah), pemasayarakatan budaya gemar
membaca (lomba bercerita SD, pembacaan cerita rakyat di radio, pelatihan menulis
dan pengelolaan perpustakaan, lomba minat baca dan perpustakaan, diskusi buku,
seminar perpustakaan, program ramadhan dan liburan di perpustakaan, gerakan
sumbang buku), pelestarian koleksi pustaka (pemeliharaan koleksi bahan pustaka dan
naskah kuno, serta pengembangan bahan pustaka, terbitan berkala danalat peraga
edukatif), serta pengelolaan data, system informasi perpustakaan (pengelolaan
system perpustakaan dan digital library dan majalah bookie). Untuk pendidikan
masyarakat dan pembinaan LPK, Disdik melakukan pembinaan terhadap lembaga
pendidikan ketrampilan dengan pendaftaran akreditasi lembaga PNF, bintek akreditasi
lembaga kursus dan uji kompetensi instruktur kursus, pendidikan vokasional, serta
lomba lembaga kursus berprestasi dan apresiasi GTK PAUD dan Dikmasi. Upaya ini
didukung oleh Dinas Kebudayaan melalui beberapa jenis lomba dan kompetisi
(museum, sejarah, lukis, serta bahasa dan sastra). Sementara itu, Dinas Pariwisata
mendukungnya melalui layanan di Taman Pintar, dan kecamatan melalui fasilitasi
lembaga kemastarakatan di tiap kelurahan.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Dengan adanya pandemi Covid-19 yang dampaknya mulai terasa akhir Maret,
Banyak kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta yang dipending atau dialihkan.
Terkait pencapaian sasaran 7, dimana pendidikan menjadi inti intervensi,
setidaknya Pandemi menyebabkan 3 hal berikut;
1. Metode pembelajaran secara drastis diubah menjadi pembelajaran jarak
jauh (PJJ)
2. Intervensi yang terkait dengan pemusatan banyak orang, misalkan lomba/
kompetisi dan sosialisasi, dipending atau dialihkan dengan metode alternative
yang meminimalisir resiko penularan, meski sebagian yang

79 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


diagendakan sebelum Pandemi sudah terlaksana, diantaranya Try Out dan
tambahan pelajaran oleh Dindik, cabang olah raga tim oleh Dispora,
pembentukan sekolah ramah anak oleh DPMPPA, serta kunjungan siswa
ke museum oleh Dinas Kebudayaan
3. Adanya kebijakan refocusing anggaran menyebabkan beberapa aktivitas yang
dirasa kurang urgent tidak dilaksanakan, namun beberapa aktivitas lain yang
bersentuhan langsung dengan upaya pencegahan dan penanganan pandemi yang
tidak direncanakan sebelumnya harus dilaksanakan.
Dindik yang kerangka intervensinya mendominasi pencapaian sasaran 7,
memiliki tanggung-jawab pokok untuk menyukseskan penerapan kebijakan PJJ.
Peralihan dari off-line ke on-line tersebut secara umum diselenggarakan melalui
kanal zoom, google meet, whatsapp group, dan youtube. Konsultasi belajar siswa
dialihkan dari website ke zoom dan live streaming yang difasilitasi di kantor Dinas
supaya bisa lebih interaktif. Untuk sharing materi, guru mata pelajaran upload
materi secara online yang bisa diakses berdasarkan grup kelompok mata
pelajaran atau Musawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Untuk mendukung
kesiapan guru, Dindik melakukan peningkatan kapasitas guru untuk melakukan
metode PJJ. Sementara itu, untuk mengantisipasi persoalan aksesibilitas
teknologi, Guru juga melakukan kunjungan ke balai RW atau rumah tokoh, jalan
beberapa saat, namun kemudian dievaluasi kurang efektif sehingga dihentikan.
Jaminan pendidikan daerah disalurkan
secara non-tunai untuk kepentingan
belanja terkait keperluan sekolah, yaitu d
enganmenggunakandebitca
r d , kerjasama dengan BPD dan
Merchant partner. Penyaluran dilakukan
per - semester secara bertahap. Beasiswa
prestasi kelurahan berdasarkan nilai UAN
dihapus, senyampang dihapuskannya UAN. Sementara itu, terdapat beasiswa
mahasiswa miskin berupa bantuan Living Cost. Alokasi BOS difokuskan untuk
pencegahan Pandemi, khusuxnya penyediaan sarana
prasarana pencegahan Covid, serta untuk
mendukung pelaksanaan PJJ.
Terkait lomba dan kompetisi, semua lomba yang
direncanakan Dinas Pendidikan distop, kompetisi siswa
yang diselenggarakan secara nasional dilakukan secara
online dengan format Computer Based Test (CBT).
Lomba siswa SD bercerita yang

Tahun 2020 80
dilakukan oleh Dinas Arsip dan Perpustakaan juga diubah metodenya secara
online pada tahap penyisihan. Metode offline dilakukan saat final, dimana antar
finalis menunjukan kemahiran bercerita pada waktu yang berbeda-beda. Kelas
menulis SD dan SMP menghasilkan buku antologi 78 cerita. Lomba cerdas cermat
Museum (SMP) dan sejarah (SMA), kompetisi bahasa dan sastra untuk semua
jenjang, serta lomba lukis DIY-Kyoto tetap diselenggarakan oleh Dinas
Kebudayaan dengan inovasi metode menyesuaikan pandemic.
Intervensi lain terkait sekolah dan pendidikan masyarakat, pembentukan
sekolah ramah anak dilakukan dengan cara pembekalan dan deklarasi komitmen
pengelola sekolah. Dalam pelaksanaan, DPMPPA melakukan monev ke sekolah
tersebut. Karena sifatnya kegiatannya yang off-line dan cenderung mengumpulkan
banyak orang, ada penurunan target dari 25 menjadi 15, serta pendampingan
dihentikan selama Pandemi. Pembinaan perpustakaan tetap dilaksanakan dengan
melibatkan 15 pustakawan, masing-masing mendampingi 8 perpustakaan. Dalam
rangka menumbuhkan tingkat literasi masyarakat, aktivitas kampong baca di 7 lokasi
kampong tetap diselenggarakan, dengan kolaborasi Dinas Pendidikan (anggaran
pengelolaan), Dinas Arsip dan Perpustakaan (Buku dan Peralatan) dan Dinas
Kominfo (jaringan internet). Selain Kampung Baca, intervensi berbasis komunitas juga
dilakukan melalui skema Jam Belajar Masyarakat (JBM). Skema ini dijalankan di
seluruh 617 RW di Kota Yogyakarta, dimana aktivitas komunitas yang berorientasi
untuk mendukung pendidikan dibantu pendanaanya oleh Pemerintah Kota.
Disamping semua intervensi yang telah dilaksanakan, upaya untuk menangani
anak putus sekolah terus dilakukan. Identifikasi anak putus sekolah disisir melalui
data siswa Dinas Pendidikan (Dapodik) dan Kementerian Agama (Emis). Tujuannya
adalah untuk mengumpulkan data anak putus sekolah yang bersekolah dimasing-
masing institusi pendidikan dasar di wilayah Kota Yogyakarta. Namun persoalannya
adalah tidak semua penduduk Kota Yogyakarta bersekolah di dalam kota.
Dimungkinkan terdapat sejumlah anak yang bersekolah di luar kota sehingga jika
putus sekolah tidak terdeteksi di database. Identifikasi dilakukan dengan
memanfaatkan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) yang merupakan
database penduduk dengan tingkat kesejahteraan 40% terbawah dari Kementerian
Sosial. Disamping itu, Dinas Pendidikan juga memanfaatkan jaringan pengelola JBM
di setiap RW agar melaporkan warganya yang putus sekolah, dan saat ini baru dalam
proses rekap. Intervensi yang dipersiapkan untuk penangannya adalah dengan
memfasilitasi pendanaan supaya anak tersebut kembali ke sekolah.
Dari pelaksanaan intervensi sepanjang tahun 2020 sebagaimana dijelaskan
diatas, setidaknya terdapat beberapa persoalan yang dihadapi dilapangan. Salah
satunya terkait upaya identifikasi anak putus sekolah. Data tersedia yang dimiliki

81 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


adalah data siswa yang terdata di DAPODIK dan EMIS masing-masing sekolah.
Untuk mengidentifikasi jumlah anak putus sekolah, data tersebut di-overlay
dengan data kependudukan dari Dindukcapil. Untuk lebih mengkerucutkan
prioritas penanganan, overlay juga dilakukan dengan basis data masyarakat
dengan tingkat kesejahteraan rendah digunakan. Disini diasumsikan bahwa
persoalan putus sekolah secara umum disebabkan problem ekonomi keluarga,
sehingga kelompok yang berpotensi putus sekolah adalah kelompok miskin atau
tingkat kesejahteraan rendah. Ada dua basis data terkait, yaitu Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial, dan Data Keluarga Sasaran
Jaminan Perlindungan Sosial (KSJPS) Pemerintah Kota. Dua basis data tersebut
meski metode dan proses pendataanya berbeda, jika dioverlay, menghasilkan
irisan yang dominan, dimana 76% KSJPS masuk dalam DTKS. DTKS sendiri
mengandung informasi kepesertaan keluarga sasaran dalam PKH. Keikutsertaan
dalam PKH diasumsikan keluarga tersebut mendapatkan bantuan tunai yang bisa
dialokasikan untuk membiayai pendidikan. Dengan demikian, keluarga dengan
tingkat kesejahteraan rendah namun tergabung dalam program PKH tidak
diikutkan sebagai kelompok berpotensi putus sekolah.
Pengolahan overlay beberapa basis data tersebut menghasilkan daftar anak
usia sekolah yang terindikasi tidak sekolah. Baru indikasi dikarenakan hanya olah
data saja belum memperhitungkan faktor anak sekolah yang bersekolah diluar kota
Yogyakarta. Sebagian, terutama yang memiliki domisili pinggiran Kota, bisa jadi
bersekolah di Kabupaten tetangga, terutama Sleman dan Bantul. Selain itu, beberapa
diantaranya juga dimungkinkan sekolah di daerah lain yang agak jauh. Hasilnya
adalah sebanyak 6.427 Jiwa yang berpotensi tidak bersekolah. Daftar ini perlu
diverifikasi lebih lanjut dilapangan untuk mengetahui kondisi actual apakah anak
tersebut benar tidak bersekolah atau bersekolah di luar Kota. Disamping itu sekaligus
juga untuk mengidentifikasi permasalahan jika tidak bersekolah, apakah factor
ekonomi atau permsalahan lain yang perlu ditangani secara komprehensif. Upaya
yang dilakukan adalah untuk memformulasikan bagaimana langkah verifikasi di
lapangan dilakukan, serta siapa yang akan melaksanakan. Adanya pandemi
menyebabkan pembahasan serta pelaksanaan lapangan tersebut tertunda.
Sebagai langkah antisipasi sementara, Dinas Pendidikan memanfaatkan
jaringan diwilayah yang dimiliki. Skema Jam belajar Masyarakat (JBM) yang memiliki
basis aktivitas tiap RW yang masing-masing terdiri dari satu tim merupakan potensi
yang bisa digali. Penanganan putus sekolah sementara di tahun 2020 ini adalah
dengan membuka kanal pengaduan dari tim JBM di seluruh kota Yogyakarta. Jika ada
anak putus sekolah di masing-masing wilayah, mereka bisa melaporkan ke Dinas
Pendidikan untuk ditangani. Sampai dengan laporan ini disusun, 7 anak

Tahun 2020 82
teridentifikasi tidak sekolah. Skema yang dipersiapkan adalah dengan
memberikan bantuan pendanaan bagi mereka agar bisa kembali ke sekolah
dengan bantuan jaminan pendidikan daerah.
Upaya tersebut tentu masih belum komprehensif mengingat masih ada gap
antara 6.427 Jiwa yang teridentifikasi tidak sekolah dan 7 Jiwa yang dilaporkan
masyarakat mengalami putus sekolah. Setidaknya masih terdapat 6.420 Jiwa
yang perlu diidentifikasi lebih lanjut apakah sekolah diluar Kota sehingga berada
diluar jangkauan DAPODIK dan EMIS, atau putus/ tidak sekolah. Untuk itu,
langkah verifikasi dilapangan tetap diperlukan disertai identifikasi permasalahan
yang dihadapi sehingga sekaligus sebagai masukan untuk memilih skema
intervensi yang tepat. Disamping itu, upaya penanganan juga perlu dirumuskan
secara komprehensif. Hal ini terutama untuk mengantisipasi jika alasan putus
sekolah bukan beban finansial. Beberapa kemungkinan alasan yang lain termasuk
keterbatasan fisik, psikomotorik dan mental (difabel), psikologis (misalkan korban
bullying atau broken home) serta hukum. Untuk alasan-alasan tersebut, alokasi
anggaran dalam bentuk jaminan pendidikan daerah tentu tidak akan secara efektif
menyelesaikan masalah. Alternatifnya, perlu adanya tim kolaboratif lintas sektor
untuk bisa mengidentifikasi sasaran dan permasalahan, serta menangani secara
komprehensif dan berkesinambungan.
Permasalahan kedua terkait dengan system pembelajaran daring akibat
pandemi. Pembelajaran Jarak Jauh yang diselenggarakan saat ini bukanlah suatu
konsep yang direncanakan secara matang sehingga mengalami perkembangan
dan penyempurnaan terus menerus. Faktor-faktor yang sampai saat ini masih
perlu dibenahi dan ditingkatkan diantaranya Sarana dan Prasarana, Kompetensi
Guru, Model kolaborasi dengan Orang Tua, dan Materi belajar masih perlu terus
dikembangkan dan diperkaya. Beberapa alternative kebijakan untuk
meningkatkan efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh diantaranya adalah;
a. Memperkaya modul belajar bagi yang mengalami keterbatasan, utamanya
tanpa HP atau internet
b. Pelatihan guru untuk meningkatkan kapasitas merencanakan pengajaran
dan bagaimana mengajar dengan metode PJJ
c. Edukasi ke orang tua untuk meningkatkan awareness dan skill partner
belajar siswa di rumah
Keterbatasan proses belajar dan mengajar selama pandemic semestinya
diimbangi dengan penyederhanaan kurikulum dan modifikasi metode sehingga
target dan beban tugas guru dan siswa juga lebih ringan.

83 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


3.2.8 Sasaran Strategis 8 Harapan Hidup Masyarakat Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Peningkatan harapan hidup masyarakat diukur dengan Angka Harapan Hidup (AHH),
bagian pembentuk Indeks Pembangunan Manusia (IPM). AHH menunjukan rata-rata
harapan lama hidup manusia (umur) yang dihitung sejak lahir. Target capaian AHH
tahun 2020 sebagaimana adalah 74,56. Realisasi Tahun 2020 sebesar 74,65 tahun
jauh diatas yang ditargetkan pada tahun akhir RPJMD, yaitu 74,6

Gambar 3.29 Target dan Realisasi Angka Harapan Hidup Kota Yogyakarta
2017-2022
Sumber: Bappeda dan BPS, diolah

Sebagai pembanding, AHH rata-rata nasional rilis data BPS terakhir, 2020,
adalah sebesar 71,47, jauh dibawah AHH Kota. Namun, rata-rata AHH provinsi DIY
sedikit diatas Kota, yaitu 74,99. Khususnya indikator AHH, Provinsi DIY memang
menempati posisi perolehan tertinggi di tingkat Nasional. Hal ini menunjukkan bahwa
kualitas kesehatan yang ditunjukkan dari angka harapan hidup sudah cukup bagus,
namun demikian masih perlu ditingkatkan pada tahun berikutnya.
Berdasarkan data diatas, tingkat capaian peningkatan harapan hidup
dihitung sebagaimana tabel berikut ini. Capaian diukur dari angka realisasi dibagi
dengan angka yang menjadi target. Kemudian untuk mendapatkan skor dalam
satuan persen, hasilnya dikalikan 100%. Dalam hal ini, angka realisasi yaitu
74,65. Realisasi yang di atas target menunjukan bahwa sasaran pembangunan
untuk meningkatkan harapan hidup ini sudah tercapai. Skor pencapaiannya
adalah 100,12% atau terklasifikasi sangat tinggi.

Tahun 2020 84
Tabel 3.12 Pengukuran Pencapaian Sasaran Strategis 8
Indikator Formula Tahun
No Predikat
Kinerja Perhitungan Target Realisasi Capaian
1 Angka Realisasi Sangat
x100% 74,56 74,65 100,12%
harapan Target Tinggi
hidup
Sumber: BPS Kota Yogyakarta Tahun 2019

Framework kebijakan
Peningkatan AHH sebagai sasaran daerah tersebut tertuang dalam dokumenn
RPJMD Kota Yogyakarta 2017-2022. Sebagaimana ditunjukan pada probis
pencapaian sasaran pembangunan daerah yang lain, probis sasaran 8 ini bertujuan
untuk meningkatkan SDM. Proses bisnis (probis) untuk mencapai sasaran tersebut
teridiri dari aspek manajemen, utama dan pendukung. Aspek manajemen terdiri dari
perencanaan; penganggaran; pengelolaan organisasi, tata laksana dan SDM; serta
pengelolaan system pengendalian dan pengawasan. Skema kebijakan utama yang
secara langsung berpengaruh terhadap peningkatan harapan hidup terdiri dari
peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan layanan kesehatan serta
pencegahan dan pengendalian penyakit. Sementara itu, skema intervensi yang
mendukung terdiri dari regulasi bidang kesehatan, pengembangan data dan system
informasi, pengembangan tenaga kesehatan, serta pemenuhan sarpras kesehatan.

Gambar 3.30 Proses Bisnis Sasaran 8 Peningkatan Angka Harapan Hidup


Masyarakat
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

85 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Masing-masing elemen dalam aspek utama dan pendukung tersebut memiliki
operasionalisasi kebijakan yang dibingkai dalam logical framework (logframe) berikut.
Setiap elemen didukung satu atau beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
yang memiliki urusan atau kelompok urusan yang relevan, dimana Dinas Kesehatan
memiliki peran terbanyak. Tingkatan peran masing-masing OPD bervariasi, mulai dari
level sasaran, program, kegiatan maupun keluaran atau output. Proses utama
dilakukan oleh Dinas Kesehatan dengan dukungan Dinas Dalduk dan KB, DPMPPA
dan Kecamatan untuk peningkatan kesehatan masyarakat dan RS Jogja untuk
peningkatan layanan kesehatan. Proses pendukung dilakukan oleh Dinas Kesehatan
dengan support beberapa dinas terkait, Dinas Sosial dan Dinas Dalduk dan KB untuk
pengembangan data dan system informasi, serta Dinas PUPKP dan Kecamatan untuk
pemenuhan sarpras kesehatan.

Gambar 3.31 Logframe Pemerintah dalam Peningkatan Angka Harapan


Hidup Masyarakat
Sumber : Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Proses bisnis dan logical framework yang dibangun tersebut juga sangat
relevan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan. SPM tersebut
mencover 12 isu layanan kesehatan. 7 diantaranya layanan kesehatan sepanjang
hidup, secara umum berdasarkan pengelompokan umur, yaitu layanan (1) ibu hamil
dan (2) bersalin, (3) bayi baru lahir, (4) balita, (5) usia pendidikan dasar, (6) usia
produktif, dan (7) usia lanjut. Sementara itu, 5 layanan lainnya berdasarkan kelompok
jenis penyakit, yaitu (1) layanan kesehatan penderita hipertensi, (2) diabetes mellitus,
(3) orang dengan gangguan jiwa berat, (4) orang terduga

Tahun 2020 86
tuberculosis, dan (5) orang dengan resiko terinfeksi HIV. Sebagian besar
intervensi peningkatan layanan kesehatan dan peningkatan kesehatan
masyarakat menyentuh aspek kesehatan ibu dan anak. Sedangkan instrument
pencegahan dan pengendalian penyakit yang disupport semua aspek lainnya
menyasar pada 5 SPM terkait penyakit. Sementara itu, layanan untuk usia
pendidikan dasar, produktif dan lansia ditangani mulai dari aspek screening
kesehatan sampai penanganan lanjutan baik pencegahan maupun pengobatan
tersebar disemua aspek utama dengan support semua aspek pendukung.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Pada awal 2020, masing-masing OPD memiliki rencana kegiatan yang
relevan. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan Dinas Kesehatan
melalui pembinaan kesehatan keluarga dan gizi masyarakat. promosi kesehatan,
penyehatan lingkungan dan kesehatan kerja, serta pengujian laboratorium
kesehatan lingkungan. Instrument operasional berupa KIA Gizi, dimana intervensi
yang dilakukan mulai dari aspek update pengetahuan layanan bagi petugas,
peningkatan kapasitas kader, perencanaan, aktivitas surveilans, penyempurnaan
kebijakan, pembinaan faskes, screening hypertiroid kongenital dan pemilihan ibu
hamil serta baduta sehat. Promosi berbagai isu kesehatan dilakukan melalui
institusi kesehatan, tempat ibadah, sarana kegiatan masal, dan penumbuhan
keterlibatan masyarakat melalui Kelurahan Siaga (Kesi). Promosi yang menyentuh
isu spesifik diwujudkan dengan perluasan kawasan anti rokok.
Dinas Dalduk dan KB mendukungnya melalui kegiatan pengendalian
penduduk dan pelayanan KB, khusunya layanan KB, pembinaan 28 kampung KB,
serta diseminasi pendewasaan usia perkawinan dan kesehatan reproduksi pada
Remaja yang menyasar 50 kelompok PIK-R dan 700 remaja. Sementara itu,
DPMPPA memiliki skema pembinaan kelembagaan kemasyarakatan, khusunya
PKK sebagai organisasi yang bersinggungan dengan kerelawanan dalam layanan
kesehatan masyarakat; serta pembinaan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, khususnya adanya pendampingan 14 Pokjanal Posyandu. Masing-
masing 14 Kecamatan juga memiliki kontribusi melalui pembinaan social dan
budaya masyarakat, berupa pembinaan kesehatan masyarakat baik di tingkat
kecamatan dan kelurahan.
Peningkatan layanan kesehatan merupakan core-business Dinas Kesehatan.
Upaya peningkatan tersebut dilakukan melalui 3 program, yaitu pelayanan kesehatan
dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan upaya pelayanan kesehatan. Pelayanan
kesehatan dasar dilakukan dengan upaya kesehatan perorangan dan masyarakat di
18 Puskesmas. Layanan yang dicover termasuk untuk Ibu dan Anak,

ȄỄ Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


KB, pencegahan penyakit, promosi kesehatan, gizi, dan kesehatan lingkungan.
Pelayanan kesehatan rujukan diwujudkan dalam layanan kesehatan di RS
Pratama. Sementara itu, upaya pelayanan kesehatan difokuskan untuk
mendorong akreditasi RS dan Puskesmas, kepemilikan JKN bagi penduduk,
jaminan kesehatan penduduk miskin, meningkatkan cakupan kegawatdaruratan,
serta layanan kesehatan untuk jamaah haji. Keseluruhan program tersebut juga
disupport oleh pelayanan kesehatan di RS Jogja.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit baik menular maupun tidak menular
juga menjadi faktor penting peningkatan AHH. Secara umum, tantangan yang
semakin mengemuka adalah pada naiknya tren penyakit tidak menular, diantaranya
yang paling pokok adalah Diabetes Melitus (DM), Gangguan Jiwa, Hipertensi dan
Kanker Serviks. Namun demikian, penyebaran penyakit menular juga tetap
diantisipasi, diantaranya HIV/AIDs, Tuberculosis (TB), dan Demam Berdarah (DBD).
Intervensi operasional untuk penyakit menular yang direncanakan diantaranya adalah
surveilens/ penyelidikan/ pelacakan/ pemantauan epidemiologi, penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, jentik nyamuk, kasus kusta; identifikasi kecenderungan
peyebab kematian, pengendalian penyakit DBD dan TBC, foging DBD, Chikungunya,
penanggulangan KLB, pemberian obat pencegahan massal, motivasi dan pemberian
makanan tambahan pasien TB, penanganan dan peningkatan kapasitas layanan
HIV/AIDs, imunisasi, serta diseminasi pengendalian dan tata-laksana penyakit
menular. Penyakit tidak menular (PTM) diintervensi melalui deteksi dini kanker leher
Rahim dan resiko PTM usia >15, peningkatan kapasitas petugas kesehatan,
surveilens, diseminasi informasi dan monev PTM dan kesehatan jiwa, pengembangan
Posbindu dan pelaksanaan Posbindu institusi, pelatihan upaya kesehatan jiwa bagi
tenaga pendidik di sekolah, serta pembentukan sekolah sehat jiwa dan kelurahan
sehat jiwa,
Disamping aspek utama diatas, Regulasi Bidang Kesehatan juga menjadi
pendukung penting peningkatan AHH. Dinas Kesehatan memiliki skema pembinaan
regulasi sarana prasarana dan sertifikasi bidang kesehatan. Upaya yang dilakukan
mencakup penyuluhan keamanan pangan, sertifikasi industry rumah tangga,
penyuluhan hygiene dan sanitasi, serta layanan regulasi bagi fasilitas kesehatan,
tenaga kesehatan dan penyehat tradisional. Sementara itu, aspek pendukung
pengembangan data dan sistem informasi dilakukan beriringan oleh Dinas Kesehatan,
Dinas Sosial dan Dinas Dalduk dan KB. Dinkes fokus pada pengelolaan surveilens
dan system informasi kesehatan. Dinsos ambil peran melalui pendataan PMKS dan
PSKS. Sedangkan Dinas Dalduk dan KB mengelola data advokasi dan komunikasi
informasi edukasi kependudukan dan KB. Pengembangan Tenaga Kesehatan juga
dilakukan Dinkes melalui beberapa skema pembinaan dan

Tahun 2020 88
pengembangan kapasitas SDM kesehatan, yaitu penyegaran, pelatihan dan
updating data SDMK, penilaian kompetensi jabatan fungsional, pembinaan dna
pengawasan mutu, pemilihan tenaga kesehatan teladan Puskesmas, serta
pemetaan kebutuhan dan distribusi PKL dan penelitian. Terakhir, pemenuhan
sarpras kesehatan dilakukan oleh Dinkes (diantaranya penyediaan dan monitoring
penggunaan obat, vaksin dan alkes; bintek dan pelatihan tenaga farmasi), Dinas
PUPKP (pemberian rekomendasi keandalan gedung, pendampingan teknis
bangunan gedung dan pembangunan gedung kesehatan) dan Kecamatan
(pembinaan kesehatan masyarakat).
Sebagaimana pada pencapaian sasaran yang lain, secara umum Pandemi
hampir sepanjang tahun menyebabkan beberapa aktivitas terganggu. Skema
yang mensyaratkan berkumpulnya banyak orang dalam pelaksanaanya
cenderung dipending. Layanan kesehatan tetap berjalan, namun dengan focus
utama penanganan pendemi. Rumah Sakit Yogyakarta menjadi salah satu rujukan
layanan Covid-19. Namun demikian, layanan regular lainnya masih tetap dibuka
dengan pengelolaan masih cukup terkendali. Kebijakan penganggaran juga
demikian, refocusing dipusatkan untuk pencegahan dan penanganan dampak
covid. Dalam hal ini, proporsinya signifikan untuk layanan kesehatan.
Kesehatankeluargadangi
z i diupayakan menyasar penurunan angka
kematian pada ibu, bayi dan balita, serta
penanganan balita gizi buruk dan stunting.
Framework yang dikembangkan adalah
pendekatan siklus hidup, dimana persoalan
ibu dan anak ini diantisipasi sejak masa
remaja. Intervensi terkait adalah pemberian
tablet tambah darah bagi remaja putri dan
screening kesehatan calon pengantin.
Layanan kesehatan ibu hamil dilakukan terintegrasi dengan bersalin dan nifas.
Kepada bayi baru lahir, intervensi yang dilakukan adalah skrining hipotiroid
kongenital dan palayanan esensial. Layanan lainnya yang juga mencakup balita
adalah pemberian Vitamin A, pemantauan tumbuh-kembang, PMBA,
Pendampingan balita bermasalah gizi dan imunisasi. Bagi Balita dengan gizi
bermasalah, kurang atau buruk diberikan makanan tambahan dan multivitamin
serta pemantauan yang dilakukan kader pendamping.
Upaya-upaya peningkatan harapan hidup yang lain, baik yang secara
langsung maupun mendukung, tetap dijalankan oleh Dinas Kesehatan beserta
Rumah Sakit dan Puskesmas. Layanan difasilitas kesehatan yang disebutkan

89 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


tersebut berjalan secara normal sekaligus mengakomodasi penanganan penderita
Covid khusus untuk Rumah Sakit. Sedangkan aktivitas yang berkaitan dengan
masyarakat, terutama yang sifatnya sosialisasi atau pelibatan banyak orang
dibatasi, bahkan cenderung di pending. Hal ini juga berlaku bagi OPD lain yang
mendukung, diantaranya Dinas Dalduk KB, DPMPPA, Dinas Sosial, dan
Kecamatan juga tidak berbeda. Selain pembatasan social yang diterapkan,
refocusing anggaran juga menjadi salah satu alasan beberapa intervensi yang
mendukung upaya tersebut terutama yang mensyaratkan berkumpulnya banyak
orang dialihkan ke penanganan Covid.
Dalam menyelenggarakan layanananya, ada beberapa factor penghambat
yang ditemui di lapangan. Selain pandemi, permasalahan tersebut mencakup
aspek SDM Kesehatan; keterbatasan sarana prasarana pendukung; data dan
informasi; akreditasi dan perizinan layanan swasta; aksesibilitas dan kesadaran
masyarakat serta faktor eksternal lainnya.
Isu terkait sarana dan prasarana pendukung terkait belum update-nya fasilitas
computer dan server yang dimiliki, serta belum tersedianya ruangan khusus server di
Dinas Kesehatan. Hal ini secara tidak langsung juga berpengaruh –meskipun bukan
satu-satunya faktor- terhadap penyediaan data dan informasi yang belum terintegrasi
dan aksesibel sehingga belum optimal digunakan sebagai bahan pengambilan
kebijakan. Integrasi data yang dimaksud juga mencakup data berbasis komunitas. Isu
penyediaan data ini juga diwarnai dengan belum valid nya beberapa data
kependudukan sehingga menyulitkan proses integrasi Jaminan Kesehatan.
Diantaranya disebabkan kurang cepatnya masyarakat melaporkan perubahan data
yang dialami, misalkan karena pindah penduduk, meninggal dan migrasi ke e-ktp. Isu
tata kelola data yang masih harus dibenahi, khususnya terkait pendataan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). Pemahaman definisi
operasional yang berbeda-beda menyebabkan penghitungan Indeks Keluarga Sehat
(IKS) menjadi under-valued sehingga terindikasi indeks yang dihasilkan lebih rendah
dari kondisi sesungguhnya.
Masyarakat sebagai sasaran layanan kesehatan juga muncul sebagai satu
aspek penghambat. Persoalanya mencakup beberapa isu kesehatan, diantaranya :
1. Baru sekitar 60 % ibu hamil akses pelayanan ANC terpadu di puskesmas
2. Masyarakat kurang peduli dalam memahami aturan dan prosedur pelayanan
JKN
3. Angka keberhasilan pengobatan belum tercapai target (angka drop out
dan pindah tinggi, peran PMO belum maksimal)

Tahun 2020 90
4. Kurangnya minat sasaran WUS usia 30 – 50 tahun untuk mengikuti
deteksi dini Kanker leher rahim dan deteksi dini kanker payudara
5. Kurangnya kesadaran IRTP untuk memiliki izin edar produk (mengajukan
izin edar hanya ketika membutuhkan untuk pemasaran)
3.2.9 Sasaran Strategis 9 Peran serta Masyarakat dalam Pengembangan dan
Pelestarian Budaya Meningkat
Ketercapaian Sasaran
Sasaran strategis 9 memiliki 1 (satu) indikator yakni Persentase Rintisan
Kelurahan Budaya yang aktif. Adapun realisasi peran serta masyarakat dalam
pengembangan dan pelestarian budaya pada tahun 2020 sebesar 61,90. Angka
ini meningkat 1,90 poin dibandingkan tahun 2019 dimana realisasinya 60,00.
Namun apabila dibandingkan dengan target akhir RPJMD, realisasi tahun 2020
masih belum melampaui sehingga masih diperlukan upaya untuk mengaktifkan
rintisan kelurahan budaya yang sudah dibentuk.

100,00
Akf

75,00 60,00 61,90


55,56
72,00
44,40 67,00
Budaya

50,00
56,00 61,00
50,00
44,00
Kelurahan

25,00
(%)

0,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Rinvsan

Tahun
Target Realisasi

Gambar 3.32 Grafik Target dan Realisasi Presentase Rintisan Kelurahan


Budaya yang aktif 2017-2022
Sumber : Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Tahun 2017-2020

Untuk mengukur sasaran ke sembilan tersebut ada 1 (satu) indikator


sasaran dengan capaian kinerja sasaran sebesar 101,48% dengan kategori
predikat Sangat tinggi. Hasil pengukuran kinerja sasaran peran serta masyarakat
dalam pengembangan dan pelestarian budaya meningkat adalah sebagai berikut :
91 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Tabel 3.13 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 9
Tahun 2020
Indikator Kinerja Formula Penghitungan Target Realisasi Capaian Predikat
%
Persentase
Jumlah rintisan kelurahan
rintisan budaya yang aktif dibagi Sangat
kelurahan 61% 61,90% 101,48
jumlah rintisan kelurahan tinggi
budaya yang
budaya x 100 %
aktif
Sumber : Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Tahun 2020

Peran serta masyarakat dalam pengembangan dan pelestarian budaya


meningkat dengan target persentase rintisan kelurahan budaya yang aktif pada
tahun 2020 sebesar 61,9 %. Dari penilaian yang dilakukan terhadap keaktifan
Rintisan Kelurahan Budaya terdapat sebanyak 13 Rintisan Kelurahan Budaya
yang aktif dari sejumlah 21 Rintisan Kelurahan Budaya yaitu: Keparakan, Gedong
Kiwo, Purbayan, Pandean, Cokrodiningratan, Ngampilan, Prenggan, Gunung
Ketur, Wirobrajan, Tegal Panggung, Warungboto Semaki, dan Bausasran. Sesuai
dengan formula indikator sasaran, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

Penilaian aktifitas Rintisan Kelurahan Budaya pada tahun 2020 mencakup


aktivitas masyarakat dalam penyelenggaraaan kegiatan seni budaya dengan
interval penilaian keaktifan Rintisan Kelurahan Budaya dari angka 1 – 35. Nilai
kriteria Rintisan Kelurahan disebut aktif apabila memiliki skor 29 – 35, kriteria
cukup aktif dengan skor 22 – 28 dan kurang aktif dengan skor ≤ 21. Pada tahun
2020 penilaian meliputi empat (7) indikator, dimana masing-masing indikator
memiliki nilai tertinggi 5, sehingga nilai tertinggi/maksimal yang diperoleh Rintisan
Kelurahan Budaya adalah 32.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya
yang menjadi indikator keaktifan pada tahun 2020 meliputi Dialog Budaya
(Seminar/Workshop Budaya), Keaktifan dalam Forum, Aktualisasi Seni Budaya,
Pentas, Bahasa Sastra, Sejarah dan Rekomendasi Bentuk Arsitektur. Seperti terlihat
dalam tabel penilaian terhadap 21 Rintisan Kelurahan Budaya sebagai berikut:
Tahun 2020 92
93

Tabel 3.14 Aktivitas Rintisan Kelurahan Budaya Kota Yogyakarta Tahun 2020
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta

Aktivitas
Rekomendasi
No Kelurahan Bentuk Jumlah
Dialog Keaktifan Aktualisasi Bahasa
Pentas Sejarah Arsitektur
Budaya Forum Seni Budaya Sastra
1 Keparakan 5 5 5 5 5 5 2 32
2 Gedongkiwo 5 5 5 5 5 3 4 32
3 Purbayan 5 5 5 5 5 5 2 32
4 Pandeyan 5 5 5 5 5 3 3 31
5 Cokrodiningratan 4 4 5 5 5 5 3 31
6 Ngampilan 4 4 4 5 5 5 3 30
7 Prenggan 4 4 4 5 5 5 3 30
8 Gunungketur 4 5 5 5 5 3 2 29
9 Wirobrajan 4 5 4 5 5 4 2 29
10 Tegalpanggung 5 5 5 5 5 2 2 29
11 Warungboto 5 5 5 5 5 2 2 29
12 Semaki 5 5 5 5 5 2 2 29
13 Bausasran 5 5 5 5 5 2 2 29
14 Kotabaru 4 4 4 3 5 4 2 26
15 Sorosutan 4 4 4 5 5 2 2 26
16 Pringgokusuman 4 4 4 5 5 2 2 26
Aktivitas
Rekomendasi
No Kelurahan Bentuk Jumlah
Dialog Keaktifan Aktualisasi Bahasa
Pentas Sejarah Arsitektur
Budaya Forum Seni Budaya Sastra
17 Baciro 4 4 4 4 5 4 1 26
18 Purwokinanti 4 4 4 4 5 3 2 26
19 Patehan 4 4 4 4 5 3 2 26
20 Prawirodirjan 4 4 4 4 5 3 2 26
21 Rejowinangun 3 3 3 4 4 4 5 26
Tahun 2020
94
Framework Kebijakan
Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran
pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan
dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Proses manajemen
merupakan prasyarat agar suatu skema kebijakan bisa dijalankan, terdiri dari
perencanaan; pengangggaran; pengelolaan organisasi, tatalaksana dan SDM;
serta pengendalian dan pengawasan. Sementara itu, skema kebijakan utama
terdiri dari Pelestarian Budaya Benda (Tangible) dan Pelestarian Budaya Tak
Benda (In Tangible).
Terdapat 5 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Kebudayaan, Dinas Perhubungan, Dinas, Dinas Pariwisata, Dinas Koperasi, UKM
dan Tenaga Kerja, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan
Pemukiman, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang, dan Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan, Dinas Pendidikan, dan 14 Kecamatan.

Gambar 3.33 Proses Bisnis 9 Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan


dan Pelestarian Budaya Meningkat
Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

95 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Berdasarkan hasil dari proses bisnis maka dibangunlah logical frame yang
merupakan rangkuman strategi mencapai sasaran daerah yang meliputi
penjabaran program dan kegiatan dalam mendukung setiap proses. Berikut logical
frame sasaran 9 Peran Serta Masyarakat dalam Pengembangan dan
Pelestarian Budaya Meningkat:

Gambar 3.34 Logframe Sasaran 9 Peran Serta dalam Pengembangan dan


Pelestarian Budaya Meningkat
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan


Beberapa upaya yang sudah dilaksanakan Dinas Kebudayaan selaku
perangkat daerah utama dalam pencapaian sasaran ini adalah : melestarikan
bangunan cagar budaya dan warisan budaya, pengembangan kesejarahan
melalui kajian sejarah, lomba cerdas cermat, peringatan hari bersejarah serta
pembuatan penanda sejarah, pengembangan Bahasa dan sastra melalui
Kompetisi Bahasa dan Sastra (Geguritan, Macapat, Baca Cerkak, Alih Aksara
Jawa, Lomba Sesorah), pelatihan Bahasa dan sastra serta pembinaan macapat,
pengelolaan museum, pengembangan rintisan desa budaya melalui pentas seni,
pembuatan profil dan video RKB, pembinaan Lembaga seni melalui lomba lukis
DIY-Kyoto, pemberian penghargaan kepada seniman, festival dan gelar budaya
Yogyakarta, pengembangan nilai-nilai luhur melalui pertunjukan wayang, pentas
budaya, serta pembuatan film pendek untuk melestarikan budaya Yogyakarta.
Dalam usaha pencapaian sasaran ini, terdapat beberapa faktor yang

Tahun 2020 96
mendorong
target yang
antaranya
KepalaDaerahuntukm
eningkatkanKualitas
Budaya 2) Adanya perangkat r e
g u l a s i y a n g c u k u p
memadai 3) Ketersediaan
Pendanaan melalui Dana
Keistimewaan 4) Peran serta
aktif masyarakat dalam
pelestarian dan pengembangan seni budaya, contohnya antusiasme dan
partisipasi masyarakat (masyarakat umum dan dari sekolah) yang tinggi dalam
pelaksanaan program pelestarian dan pengembangan kebudayaan 5) Adanya
dukungan dari stakeholder kebudayaan yang lain dalam pelaksanaan program
kegiatan, seperti Berhasilnya sinergi antara Dinas Kebudayaan dengan lembaga
terkait seperti instansi vertikal Kebudayaan (BPNB), lembaga non
pemerintahan/LSM dan komunitas/penggiat kebudayaan dan seni serta
masyarakat umum dalam upaya penyadaran pelestarian, hingga pengembangan
kebudayaan dan seni serta 6) Peran aktif guru dan siswa SD
Selain factor pendorong, ditemukan pula factor penghambat dalam
pencapaian sasaran ini. Penghambat utama adalah adanya Pandemi Covid-19
sehingga kegiatan yang bersifat pengumpulan massa dibatalkan dan perubahan
konsep kegiatan. Rangkaian kegiatan dibuat dengan konsep yang berbeda
dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19 sesuai himbuan dari
Pemerintah. Hal ini juga berpengaruh besar dengan realokasi dan redesain
anggaran yang banyak dialihkan untuk pos anggaran penanganan Covid 19.

97 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


3.2.10 Sasaran Strategis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Meningkat
Ketercapaian
Sasaran strategis 10 ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai misi
ke-lima yang ditetapkan dalam RPJMD 2017-2022 yaitu “Memperkuat tata kota
dan kelestarian lingkungan” dan tujuan “Mewujudkan tata ruang yang nyaman,
tertib dan berkelanjutan”
Target dan Realisasi Persentase Kesesuaian Pemanfaatan Kota Yogyakarta
disajikan dalam data series sebagai berikut:

85,00
78,45 78,46
80,00 76,14 77,13
82,50
75,00 79,60
76,70
70,00
73,40
65,00
68,70
60,00
63,55
55,00
50,00
45,00
40,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Tahun

Realisasi Target

Gambar 3.35 Target dan Realisasi Persentase Kesesuaian Pemanfaatan


Ruang Tahun 2017-2022
Sumber : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2020

Kesesuaian pemanfaatan pola ruang secara umum di Kota Yogyakarta


berdasarkan perbandingan luas rencana dengan luas eksisting pada tahun 2020,
dihasilkan persentase kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota Yogyakarta
sebesar 78,46%. Kesesuaian ini naik sebesar 0,01% dibandingkan pada tahun
2019 yang sebesar 78,46%. Kenaikan kesesuaian pemanfaatan polar uang Kota
Yogyakarta sebesar 0,01% ini dipengaruhi dari penambahan fungsi lahan
Pendidikan, hunian, perdagangan dan jasa, Ruang Terbuka Hijau dan fasilitas
umum, serta adanya pengurangan fungsi lahan sawah dan lahan kosong.
Untuk mengukur sasaran kesepuluh ada 1 (satu) indikator kinerja sasaran
yakni Persentase kesesuaian pemanfaatan ruang, dengan capaian kinerja pada
tahun 2020 sebesar 107% dan masuk dalam kategori Sangat Tinggi. Hasil
pengukuran kinerja “Sasaran kualitas lingkungan hidup meningkat” terlihat
sebagai berikut:

Tahun 2020 98
Tabel 3.15 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 10

Tahun 2020
Cara
Indikator Capaian Predikat
Penghitungan Target Realisasi
%
Persentase Luas wilayah 76,70% 78,46% 107 Sangat
Kesesuaian sesuai peruntukan Tinggi
Pemanfaatan dalam
Ruang RTRW/Luas
Meningkat Wilayah Kota
Yogyakarta
Sumber : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2020

Perhitungan diperoleh dengan menghitung selisih luas pada masing-masing


fungsi tanpa menimbang nilai positif maupun negatifnya dapat dihitung prosentase
kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota Yogyakarta tahun 2020. Dengan luas
total 3.277,18 ha jumlah pemanfaatan yang tidak sesuai dengan rencana sebesar
706,1 ha. Sehingga luas simpangan terhadap luas rencana dan proentase
kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota Yogyakarta sebesar 78,46%.

Tabel 3.16 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Kota Yogyakarta Tahun 2020

Selisih
Eksisting Selisih
No Fungsi Rencana absolut
(Ha) (nilai+)
(Ha) (Ha)
1 Hunian 1837,76 1615,5 222,26 222,26
2 Perdagangan dan Jasa 688,31 641,71 46,6 46,6
3 Perkantoran 73,22 92,99 -19,76 19,76
4 Industri 0,51 9,35 -8,84 8,84
5 Sarana Pendidikan 89,02 183,76 -94,73 94,73
Sarana Kesehatan &
6
Keagamaan 18,57 59,47 -40,9 40,9
Sarana OR dan
7
Rekreasi 10,28 13,9 -3,63 3,63
8 Sarana Transportasi 42,47 39,3 3,17 3,17
9 Cagar Budaya 59,78 25,56 34,22 34,22
10 Pariwisata 87,08 39,54 47,54 47,54
11 RTH 38,85 47,64 -8,79 8,79
12 RTH Khusus 22,82 24,05 -1,23 1,23
13 Sempadan Sungai 23,42 33,65 -10,23 10,23
14 Sungai 25,74 38,39 12,65 12,65
15 Jalan 259,17 247,2 11,97 11,97

99 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


16 Lahan Kosong 75,24 -75,24 75,24
17 Sawah 43,71 -43,71 43,71
18 Tanah Produktif 46,05 -46,05 46,05
Total 3277,01 3277,01 7
Ketidak
21,54
Sesuaian
Kesesuaian 78,46
Keterangan:
Selisih absolut=luas rencana-luas eksisting
Selisish (nilai+) = selisih absolut* (-)
Sumber : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Tahun 2020

Perhitungan kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota Yogyakarta untuk


masing-masing fungsi berdasarkan data permohonan IPPT dan pengadaan
tanah, dilakukan penambahan angka kesesuaian pemanfaatan pola ruang Kota
Yogyakarta yang tersebar di 5 kecamatan yaitu Umbulharjo, Wirobrajan,
Gondokusuman, Tegalrejo dan Kotagede. Selain itu juga ada penambahan pada
fungsi sarana Pendidikan di seluruh kecamatan di Kota Yogyakarta dengan
perhitungan sebagai berikut :
Tabel 3.17 Penambahan Angka Kesesuaian Pemanfaatan Pola Ruang Kota
Yogyakarta
Luas Luas Luas Hasil
Keterangan
penambahan Wilayah Penambahan
Pendidikan Kota
1,05 3277,01 0,00032
Yogyakarta
Perdagangan dan Jasa
17,005 0,021
Kecamatan Umbulharjo
RTH Kecamatan
0,0578 812 0,000071
Umbulharjo
Fasilitas Umum (Jalan)
0,0887 0,00011
Kecamatan Umbulharjo
Perdagangan dan Jasa
28,74 0,11633
Kecamatan Wirobrajan
Hunian Kecamatan 176
0,2 0,00114
Wirobrajan
RTH Kecamatan Wirobrajan 0,0768 0,00044
RTH Kecamatan Kotagede 0,0895 307 0,00029
RTH Kecamatan Tegalrejo 0,2093 291 0,00072
Hunian Kecamatan
0,072 399 0,00018
Gondokusuman
Hunian Kecamatan 0,2432 307 0,00079
Kotagede
Keterangan: Luas hasil penambahan = luas penambahan/luas wilayah

Tahun 2020 100


Framework Kebijakan
% Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran
pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan
dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Proses manajemen
merupakan prasyarat agar suatu skema kebijakan bisa dijalankan, terdiri dari
perencanaan; pengangggaran; pengelolaan organisasi, tatalaksana dan SDM;
serta pengendalian dan pengawasan. Sementara itu, skema kebijakan utama
terdiri dari Pengaturan dan Pembinaan Tata Ruang, Pelaksanaan Tata Ruang dan
Pengawasan Tata Ruang.

Gambar 3.36 Proses Bisnis 10 Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Meningkat


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

Terdapat 4 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Pertanahan dan Tata Ruang, Dinas Penanaman Modal dan Perizinan, Dinas
PUPKP, serta Dinas Lingkungan Hidup. Sedangkan pada proses pendukung,
terdapat 1 OPD yakni Dinas Pertanahan dan Tata Ruang sebaga leader
penguatan Sistem Informasi Geospasial.

101 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Gambar 3.37 Logframe Sasaran 10 Peran Serta dalam Kesesuaian
Pemanfaatan Ruang
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi


Kebijakan Upaya yang sudah dilaksanakan
untuk meningkatkan kesesuaian p e m
anfaatanruangadalah1)
Penerbitan rekomendasi kesesuaian
tata ruang sebagai upaya untuk
peningkatan prosentase pemanfaatan
ruang dalam rangka pemanfaatan tanah
negara, tanah kasultanan dan tanah
kadipaten, termasuk pengadaan tanah
di lingkungan Pemerintah Kota
Yogyakata. Diharapkan kesesuaian tata ruang dan pertanahannya akan memudahkan
proses pemanfaatan selanjutnya 2) Penerbitan Surat Keterangan Rencana Kota
(SKRK) sebagai upaya peningkatan tertib tata ruang dalam proses Izin Mendirikan
Bangunan (IMB). Penyempurnaan format dan isi/konten SKRK untuk menyertakan
aturan-aturan terkait secara komprehensif agar lebih memudahkan pemohon dalam
pemenuhan kesesuaian tata ruang. 3) Pengembangan aplikasi sitaru.jogjakota.go.id
yang dapat diunduh melalui playstore dengan keywoord atau kata kunci pencarian
“SITARU”. Dengan aplikasi ini masyarakat dapat aktif mendapatkan informasi terkait
dengan zonasi daerah yang ingin diketahui sehingga

Tahun 2020 102


apabila akan mangajukan rekomendasi sudah yang sesuai dengan PZ (Peraturan
Zonasi) secara online serta 4) Pemberian informasi kesesuaian tata ruang yaitu
permohonan informasi tata ruang di zona tertentu secara offline.
Adapunfactoryang
mendorong tercapaianya target
kesesuaian pemanfaatan ruang
yakni : 1) Telah tersedianya aturan
ketataruangan yang sudah cukup
lengkap 2)Ketersediaan data-data
pemanfaatan ruang 3) Kondisi
ekonomi dan predikat yang baik t e r
h a d a p K o t a Yo g y a k a r t a 4 )
Terdapat aplikasi Open Data dan p
etaberbentukWebGIS
(Geographical Information System)
dalam JSS serta 5) Data yang disajikan di Open Data berasal dari aktivitas
keseharian yang dilakukan oleh OPD secara real time.

Sedangkan permasalahan yang


masih ditemukan dan menjadi perhatian
untuk dilaksanakan perbaikan di tahun
berikutnya adalah 1) Masih minimnya
penegakan hukum terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang 2) Belum ada
ketentuan yang mengatur tentang diskresi
ketika terjadi kekosongan pengaturan 3)
Mekanisme insentif dan disinsentif belum
terakomodir 4) Masih banyak OPD yang
belum memahami Satu Peta dan Satu Data 5) Pembuatan Peta Tematik Digital /GIS
di masing-masing OPD masih belum menggunakan standar baku sesuai aturan BIG

103 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Daripermasalahantersebut,lan
g k a h tindaklanjut yang dapat dilaksanakan untuk
untuk membantu tercapainya target antara lain 1)
Pembuatan regulasi penunjang seperti Peraturan
Walikota tentang Insentif dan Disinsentif, Petunjuk
Teknis Rencana Detail Tata Ruang Kota Yogyakarta,
Diskresi, dan sebagainya 2) Revisi Peraturan daerah
Kota Yogyakarta mengenai Rencana Tata Ruang
Wilayah 3) Peningkatan penegakan hukum terhadap
pelanggaran pemanfaatan ruang.

3.2.11 Sasaran Strategis 11 Kualitas Lingkungan Hidup Meningkat


Ketercapaian
Sasaran strategis 11 ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai misi
kelima yang ditetapkan dalam RPJMD 2017-2022 yaitu 'Memperkuat tata kota dan
kelestarian lingkungan´ dan tujuan 'Meningkatkan kualitas lingkungan hidup´.
Sasaran ini diukur dengan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Realisasi
IKLH pada tahun 2020 sebesar 55,64%. Angka ini meningkat dari tahun lalu.

60

58
57,65

56 55,92 55,64
54
53,67
52
51,64
50
50,84 51,04 51,24 51,44
50,64
48

46
2017 2018 2019 2020 2021 2022

Target Realisasi

Gambar 3.38 Grafik Target dan Realisasi Indek Kualitas Lingkungan Hidup
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020

Selama dua tahun berturut-turut, nilai IKLH cenderung menurun. Hal ini wajar
karena faktor yang mempengaruhi kualitas lingkungan hidup seperti pencemaran
badan air dan pencemaran udara yang terus meningkat dan terus berkurangnya
tutupan vegetasi karena pembangunan atau alih fungsi lahan. Akan tetapi, untuk
tahun 2020 ini nilai IKLH justru meningkat. Faktor yang dianggap mempengaruhi
Tahun 2020 104
hasil tersebut adalah Pandemi COVID-19 yang berlangsung sejak Maret 2020.
Pandemi ini menyebabkan berkurangnya aktivitas masyarakat sehingga volume
lalu lintas juga mengalami penurunan cukup besar sehingga kualitas udara
meningkat. Beberapa usaha juga mengalami penurunan atau malah menutup
usahanya selama pandemi ini. Hal ini tentu saja sangat mengurangi terhadap
beban pencemaran air dan udara. Adanya sinkronisasi dan inventarisasi ulang
keberadaan Ruang Terbuka Hijau yang tertuang dalam SK Walikota no 401 tahun
2020 juga membantu menambah luas RTH secara keseluruhan.
Capaian kinerja tahun 2020 adalah sebesar 108,59% dengan kategori Sangat
Tinggi. Hasil pengukuran kinerja sasaran “Kualitas lingkungan hidup meningkat” dan
persentase Capaian Indeks Kualitas Lingkungan Hidup terlihat sebagai berikut:
20
dikator Formula % Capaian Target Realisasi

Indeks Kualitas
Lingkungan 30%IKA+30%IKU+40%ITV 51,24 55,64 108,58%
Hidup (IKLH)

Sedangkan apabila dibandingkan dengan IKLH DIY dan nasional, Kota


Yogyakarta masih dibawahnya. Walaupun sudah ada peningkatan dari tahun
sebelumnya. Halaman terakhir tentang sasaran 11 ini menyajikan permasalahan
dan kendala serta upaya yang telah dilakukan Pemerinah Kota Yogyakarta dalam
menigkatkan IKLH pada tahun2020. Grafik di bawah ini menyajikan perbandingan
tersebut:

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup


75
71,67
70 66,46
66,55
66,55
65
60 61,69 61,05
61,05 61,05
55
57,65
55,92 55,64
50 53,67
45
40
2017 2018 2019 2020
Kota Yogyakarta DIY Nasional

Gambar 3.39 Penyandingan IKLH Kota Yogyakarta, DIY dan Nasional


Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020
105 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Perhitungan IKLH berasal dari perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA), Indeks
Kualitas Udara (IKU), dan Indeks Tutupan Vegetasi (ITV). Secara detail
Persentase Capaian Indeks Kualitas Air, Indeks Kualitas Udara dan Indeks
Tutupan Vegetasi Kota Yogyakarta pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :
Realisasi 2020

Indikator Formula 2019 Target Realisasi % Capaian

Indeks Kualitas Air IKLH 41,98 50,80 39,79 78,33%


Indeks Kualitas Udara IKLH 84 86,40 86,97 100,66%
Indeks Tutupan IKLH 39,69 38,90 44,04 113,21%
Vegetasi
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020

1. Indeks Kualitas Air (IKA)

Data Indeks Kualitas Air (IKA) diperoleh dari hasil pengujian terhadap 7
parameter kualitas air, yaitu: BOD, COD, DO, fecal coli, total coliform, phosphat,
TSS. Pengambilan sampel dilakukan terhadap : 4 sungai (Code, Winongo,
Gajahwong, Manunggal), dimana dari setiap sungai terdapat 5 titik pengambilan
sampel kecuali Sungai Manunggal hanya 4 titik. Pengambilan sampel dilakukan
setiap bulan dalam 1 tahun selama 10 kali. Perhitungan IKA untuk 1 tahun
dihitung dari seluruh sampel parameter kualitas air.
Rumus IKA = (%memenuhi x 70) + (%ringan x 50) + (%sedang x 30) + (%berat x
10)

Tabel 3.18 Data Indeks Kualitas Air Sungai di Kota Yogyakarta

Status Jumlah sampel Persentase Koefisien Nilai


Memenuhi 7,09% 70 4,96
Ringan 59,57% 50 29,79
Sedang 8,51% 30 2,55
Berat 24,82% 10 2,48
Jumlah 100%
Nilai Indeks Pecemaran Air 39,78
Sumber: Dinas Lingkungan Kota Yogyakarta Tahun 2020

Tahun 2020 106


Data di atas menunjukkan bahwa kualitas air di Kota Yogyakarta mengalami
peningkatan. Peningkatan ini disebabkan oleh kondisi pandemi ini dimana dunia
usaha belum beraktivitas normal kembali sehingga limbah yang dihasilkan juga
tidak sebanyak sebelumnya dan juga kesadaran masyarakat Yogyakarta akan
pentingnya menjaga kelestarian sungai seperti pembuangan limbah secara benar
ke Instalasi Pengolahan Air Limbah.
1. Indeks Kualitas Udara (IKU)
Data IKU diperoleh dari hasil pengujian terhadap 2 parameter kualitas
udara, yaitu: SO2 dan NO2. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah
dengan cara Passive Sampler (minimal 6 kali pengambilan sampel dengan
pemaparan 7 hari, atau 3 kali pengambilan sampel dengan pemaparan 14 hari
selama 24 jam). Lokasi pengambilan sampel mewakili 4 unsur : permukiman,
industri, perkantoran/publik dan transportasi.
Perhitungan Kualitas Udara menggunakan 2 parameter yaitu NO2 dan SO2.
Parameter NO2 mewakili emisi dari kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar bensin, dan parameter SO2mewakili emisi dari industri dan
kendaraan diesel yang menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar yang
mengandung sulfur lainnya.

Tabel 3.19 Hasil Pengujian Parameter Kualitas Udara Tahun 2020

No. Lokasi SO2 NO2


1 Transportasi 6.04 14.38
2 Industri/Agro Industri 5.85 10.60
3 Pemukiman 10.54 18.30
4 Perkantoran/Komersial 2.47 11.85
5 Transportasi 5.84 16.98
6 Industri/Agro Industri 6.03 10.58
7 Pemukiman 9.85 18.33
8 Perkantoran/Komersial 4.41 11.02
Rerata 6.38 14.01

Hasil rata-rata tiap-tiap parameter dibandingkan dengan baku mutu udara


ambien tahunan yang terdapat dalam PP No. 41 Tahun 1999, didapa 9,
didapatkan indeks pencemar tiap-tiap parameter (Ieu NO2 dan Ieu SO2).
Perhitungan nilai indeks pencemaran udara (IPU) dilakukan dengan formula
sebagai berikut:

107 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Perhitungan indeksnya adalah dengan membandingkan nilai rata-rata
tahunan terhadap standar Europian Union (EU) Directives Apabila nilai indeks >1
berarti bahwa kualitas udara tersebut melebihi standar EU, ebaliknya apabla nilai
indeks <1 artinya kualitas udara memenuhi standar EU.
Atau dapat juga dengan menggunakan rumus WHO dengan menggunakan
tabel dibawah ini:

Selanjutnya indeks udara model EU (IEU) dikonversikan menjadi Indeks


Kualitas Udara (IKU) melalui persamaan sebagai berikut ini

Parameter Rerata EU IEU


NO2 14.01 40.00 0.3501
SO2 6.38 20.00 0.3189
Rata-Rata 0.3345
Indeks Udara 86.97

Sedangkan series data IKU disajikan sebagai berikut:

Tahun 2020 108


Gambar 3.40 Perkembangan Nilai Indeks Kualitas Udara
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2017-2020

Perhitungan Kualitas Udara menggunakan 2 parameter yaitu NO2 dan SO2.


Parameter NO2 mewakili emisi dari kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar bensin, dan parameter SO2 mewakili emisi dari industri dan
kendaraan diesel yang menggunakan bahan bakar solar serta bahan bakar yang
mengandung sulfur lainnya.
Berdasarkan hasil pengukuran Indeks Kualitas Udara tahun 2020
mengalami kenaikan menjadi 86,97 dibandingkan dari tahun 2019 yang sebesar
84,00. Hal ini disebabkan adanya penurunan jumlah kendaraan bermotor yang
sangat cukup signifikan di Kota Yogyakarta selama masa pandemi ini. Juga belum
normalnya aktivitas dunia usaha seperti perkantoran atau industri.
3. Indeks Tutupan Vegetasi (ITV)
Dalam Perda No 2 Tahun 2020 tentang RTRW Kota Yogyakarta, RTRW Kota
Yogyakarta telah mengakomodasi kebutuhan Ruang Terbuka Hijau dalam pola ruang
untuk ruang terbuka hijau. RTH juga telah diakomodasi sebagai kegiatan

109 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


dalam matriks ITBX Perda RDTR Kota Yogyakarta yaitu sebagai kegiatan RTH.
Demikian pula dalam revisi Perda RTRW Kota Yogyakarta yang saat ini sedang
disusun, RTH masih diakomodasi sebagai pola ruang.
Sebagai bentuk dukungan dalam memenuhi amanat Perda RTRW Kota
Yogyakarta tersebut, dilakukanlah perhitungan luas Ruang Terbuka Hijau di Kota
Yogyakarta. Pada tahun 2019, berdasarkan data riil citra satelit, persentase luas
Ruang Terbuka Hijau Privat di Kota Yogyakarta adalah 13,03 % dan Ruang Terbuka
Hijau Publik di Kota Yogyakarta adalah 6,69 %. Sehingga persentase total RTH Kota
Yogyakarta adalah 19,72 %. Sedangkan berdasarkan hasil klarifikasi dan sinkronisasi
data RTH yang ada di Kota Yogyakarta oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Yogyakarta, Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kota Yogyakarta, Dinas
Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta,
dan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Yogyakarta
diperoleh data RTH Kota Yogyakarta adalah 23,52 %. Rincian penggunaan lahan
disajikan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.20 Data Luasan RTH Kota Yogyakarta Tahun 2020

Tahun 2020 110


Sinkronisasi
Jenis Penggunaan Lahan Jenis Luasan (m2) Persentase
yangTeridentifikasi RTH Terhadap luas

Makam Publik 357.925 1,101


Jalur Hijau Publik 767.000 2,360
Sempadan Rel Publik 108.811 0,335
Sempadan sungai Publik 373.911 1,150
Hutan Kota Publik 173.907 0,535
Taman RW Publik 221.760 0,682
Lahan Pertanian Kota Publik 78.000 0,240
Total RTH Publik 2.636.346 8,112
Total RTH Publik dan Privat 7.645.311 23,524
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020

Tabel 3.21 Rincian Penambahan dan Pengurangan Luasan RTH Privat dan
RTH Publik Tahun 2020

Jenis Penggunaan Lahan Jenis


yang RTH Luasan (m2)
Teridentifikasi
Tegalan Privat (804.052)
Sawah Privat (735.745)
Roof garden dan taman dalam hotel Privat 60.000
Pekarangan rumah Privat 1.519.440
Gembiraloka Privat (173.907)
Lahan Lainnya (Pertanian Privat 940.100
Total RTH Privat 805.836
Lapangan Upacara (Halaman Sekolah) Publik 162.367
Jalur Hijau (Perindang Kecil) Publik 200
Hutan Kota (Gembiraloka) Publik 173.907
Taman RW (Lorong Sayur) Publik 221.760
Lahan Pertanian Kota Publik 78.000
Taman Lingkungan (Pembangunan 2
lokasi RTHP tahun 2020 di karangwaru
Publik 453
(203m2) dan Kadipaten (250m2))
Taman Lingkungan (RTHP Muja muju Publik 580
yang masuk program Kotaku (Propinsi))
Taman Kota (Embung Giwangan) Publik 34.900
Makam Publik 57.320
Total RTH Publik 729.487
Total RTH Publik dan Privat 1.535.323

111 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Dari data-data tersebut, diperoleh penghitungan nilai ITV sebagai berikut:

No. Jenis Hutan Luas (


1 Hutan
2 RTH publik 2,6
3 RTH privat 5,0
Jumlah 7,6

Untuk menghitung tutupan vegetasi dilakukan dengan perbandingan jumlah


luas hutan primer, hutan sekunder, perkebunan, kebun campuran, dan semak-
belukar untuk setiap provinsi dalam satuan Km2. Nilai indeks didapatkan dengan
formula:

Keterangan :
ITV = Indeks Tutupan Vegetasi
LTV = Luas Tutupan Vegetasi
LWP = Luas Wilayah Propinsi

Melakukan konversi persentase yang merupakan perbandingan luas tutupan


hutan dengan luas wilayah provinsi melalui persamaan sebagai berikut :

Perhitungan indeks merupakan perbandingan luas hutan dibandingkan luas


wilayah administrasinya. Angka persentase yna diwajibkan adalah 30%, yaitu
berdasarkan UU Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan. Sedangkan angka
idealnya adalah 84,3%, yaitu luas tutupan hutan Papua pada tahun 1982. Dalam
konteks peng-indeks-an 30% mendapat angka 50 sedangkan angka ideal
maksimal, 100 adalah ketika 84,3%.

Tahun 2020 112


Tabel 3.22 Perhitungan Indeks Tutupan Vegetasi Kota Yogyakarta 2020

Luas Luas Indeks


Provinsi/ Hutan/Luas
Wilayah Tutupan Tutupan
Kab./Kota Wilayah
(km2) Hutan (KM2) Hutan
Kota Yogyakarta 32,50 7,645311 23,52% 44,04
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020

Penambahan luasan RTH Publik dari 2019 ke 2020 diperoleh dari


penambahan 2 lokasi RTH Publik yang berada pada permukiman, yaitu di
Kelurahan Kadipaten (250 m2) dan Kelurahan Karangwaru (203 m2), dengan total
luasan sebesar 453 m2.

Proses 0% Pembuatan RTHP Kadipaten II Hasil 100% RTHP Kadipaten II

Hasil 100% RTHP Karangwaru


Proses 0% Pembuatan RTHP Karangwaru

Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta

Framework Kebijakan

Beberapa skema kebijakan telah disiapkan untuk mencapai sasaran


pembangunan tersebut. Dalam framework proses bisnis, perangkat kebijakan
dibagi kedalam 3 proses; manajemen, utama dan pendukung. Proses manajemen
merupakan prasyarat agar suatu skema kebijakan bisa dijalankan,

113 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


terdiri dari perencanaan; pengangggaran; pengelolaan organisasi, tatalaksana
dan SDM; serta pengendalian dan pengawasan. Sementara itu, skema kebijakan
utama terdiri dari Pengendalian Pencemaran Air dan Udara serta Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau Publik. Sedangkan proses pendukungnya adalah
pemberdayaan masyarakat

Gambar 3.41 Proses Bisnis 11 Kualitas Lingkungan Hidup Meningkat


Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Terdapat 6 OPD yang memiliki peran pada proses utama adalah Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas PUPKP, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Satpol
PP dan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang. Sedangkan pada proses pendukung,
terdapat 2 OPD yakni Kesehatan dan 14 Kecamatan pada aspek pemberdayaan
masyarakat.

Tahun 2020 114


Gambar 3.42 Logframe Sasaran 11 dalam Kualitas Lingkungan Hidup
Sumber: Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2019

Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan


Beberapa upaya yang telah dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas air
dalam menopang kualitas lingkungan hidup antara lain : 1) Melakukan pembinaan
dan sosialisasi secara intensif kepada masyarakat untuk turut serta dalam
menjaga kualitas air sungai dengan tidak melakukan aktivitas yang menambah
beban pencemaran air sungai 2) Kegiatan bersih sungai yang dilakukan secara
rutin oleh ulu-ulu sungai yang didukung oleh masyarakat di wilayah pinggiran
sungai, mampu mengurangi pembuangan sampah ke sungai 3) Guna mengurangi
pembuangan sampah ke sungai, maka bagi usaha yang membuang limbah ke
sungai pemberian izin dilakukan

115 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


secara ketat serta tetap dilaksanakan pemantauan terhadap pelaku usaha yang
sudah beroperasi 4) Pemantauan Evaluasi Kegiatan Udara Perkotaan (EKUP)
yang memantau emisi gas buang dari kendaraan bermotor dan emisi udara tidak
bergerak di beberapa ruas jalan Kota Yogyakarta setiap tahun sebagai bahan
evaluasi terhadap kualitas lingkungan di Kota
Yogyakarta 5) Membangun 2 lokasi
RTHP baru dan menambah kerapatan
tanaman perindang yang ada di Kota
Yogyakarta sebagai upaya untuk
menjaga kualitas air dan mengurangi p
olutanudaraperkotaan6)
Melakukanpublikasikepa
d a masyarakat tentang kondisi udara
di K o t a Yo g y a k a r t a , s e h i n g
g a meningkatkan kepedulian dan
informasi lingkungan kepada masyarakat 6) Meningkatkan peran serta
penghijauan di lingkungan rumah-rumah warga Kota Yogyakarta, untuk
menciptakan suasana lingkungan yang asri dan nyaman.

Selain kualitas air, untuk


meningkatkan kualitas lingkungan
hidup juga dilaksanakan peningkatan
kualitasudaramelalui:1)
Pembangunan 2 RTHP Permukiman
pada tahun 2020 yaitu RTHP K a d i
p a t e n ( 2 5 0 m 2
) , R T H P
Karangwaru (203 m2), dengan total l
uasansebesar453m22)
Pemeliharaan rutin RTHP permukiman sebanyak 49 lokasi 3) Penanaman pohon
perindang sebanyak 200 batang sehingga ada penambahan luasan ruang terbuka
hijau publik seluas 200 m2 4)Pemeliharaan rutin taman kota dan jalur hijau

Tahun 2020 116


5) Penambahan luasan RTHP yang dikelola 6) Inventarisasi dan sinkronisasi data
Ruang Terbuka Hijau 7) Mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam
pemeliharaan yang bersifat kecil seperti pembersihan di RTHP Permukiman.

Dari upaya-upaya yang telah dilakukan di atas, terdapat pula factor yang
mendorong tercapainya kualitas lingkungan hidup yakni 1) Adanya Laboratorium
pengujian kualitas air yang telah terakreditasi oleh KAN sehingga meningkatkan
validitas pemantauan kualitas air di Kota Yogyakarta. Untuk tahun 2020 dari 45
parameter kualitas air standart akreditasi, jumlah parameter yang sudah
terakreditasi sebanyak 14 parameter. Pemantauan kualitas air dilakukan dari 4
sungai yang ada di wilayah Kota Yogyakarta, yaitu sungai Code, Winongo, Gajah
Wong dan Manunggal. 2) Adanya
alat pemantau kualitas udara
secara real time (AQMS), sehingga
memudahkanpemantau
a n kualitas udara secara real time.
3) B e r k u r a n g n y a a k t i v i t a
s masyarakat perkotaan selama
pandemi covid-19 yang diharapkan
dapat mempengaruhi peningkatan
kualitas udara perkotaan. 4) Saat
kondisi musim penghujan mampu mempengaruhi kualitas air tanah permukaan ke
nilai yang lebih baik 5) Sinkronisasi regulasi data Ruang Terbuka Hijau sekota
Yogyakara yang tertuang dalam Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 401
tahun 2020 tentang Penetapan Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota Yogyakarta
6)Penambahan luasan Ruang Terbuka Hijau yaitu: a) RTH Publik yang meliputi :
halaman sekolah 162.367 m2, jalur hijau pada perindang kecil 200 m2, peralihan
status hutan kota seluas 173.907 m2, taman RW221.760 m2, lahan pertanian kota
seperti kebun holtikultura, kebun pertanian, BBI, RPH, PIH 78.000 m2, RTHP
Permukiman 2 lokasi 453 m2, RTHP yang masuk program Kotaku di Muja Muju 580
m2, Embung giwangan 34.900 m2, dan makam 57.320 m2; b) RTH Privat meliputi:
roof garden dan taman dalam hotel 60.000 m2, pekarangan rumah 1.519.440 m2,
lahan lainnya 940.100 m2. Namun demikian untuk RTH Privat ada pengurangan dari
sawah, tegalan dan pergeseran status hutan kota 7) Sinergitas (sosialisasi dan

117 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


evaluasi) bersama dengan stakholder di wilayah dan warga;
Beberapa permasalahan yang masih ditemui dalam upaya mencapai
peningkatan kualitas lingkungan hidup antara lain : 1) Kebiasaan dari sebagian besar
masyarakat yang berada di pinggiran sungai masih membuang limbah domestiknya
ke dalam sungai yang mengakibatkan kadar fecal coli, total coliform, COD dan fosfat
melibihi baku mutu, hal ini sangat berperan dalam menurunkan kualitas air sungai di
Kota Yogyakarta 2) Masih ada warga yang memelihara ternak di sepanjang pinggiran
sungai yang mengakibatkan kadar fecal coli dan total coliform melebihi batas baku
mutu sehingga meningkatkan pencemaran air sungai 3) Masih ada 1,35% (4,88
ton/hari) sampah yang belum terkelola, yaitu masih ada sebagian warga masyarakat
yang masih membuang sampah di sungai dan melakukan pembakaran sampah 4)
Adanya keterbatasan lahan untuk melakukan penghijauan di wilayah Kota
Yogyakarta, padahal penghijauan merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi
polusi udara perkotaan 5) Tidak semua RTHP di Kota Yogyakarta dikelola oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta, sehingga dengan peningkatan luasan RTHP yang
dikelola dinas kurang signifikan dibandingkan dengan peningkatan luasan RTHP se
kota Yogyakarta 6) Keterbatasan lahan di wilayah Kota Yogyakarta yang hanya 32,5
km2, sehingga untuk memperoleh prosentase RTHP sebagaimana yang ditargetkan
secara nasional yakni 20% luas wilayah sangat sulit untuk dipenuhi karena RTHP
harus mencapai luasan 6.5 km2.

Tahun 2020 118


3.2.12 Sasaran Strategis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat
Ketercapaian
Sasaran strategis 12 ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai misi
ke enam yang ditetapkan dalam RPJMD 2017-2022 yaitu “Membangun Sarana
dan Prasarana Pulbik dan Permukiman” dan tujuan “Meningkatkan Sarana dan
Prasarana Publik dan Permukiman”. Sasaran ini memiliki satu indikator yakni
Indeks Infrastruktur Wilayah. Indeks Infrastruktur Wilayah pada tahun 2020
terealisasi sebesar 43,8 atau meningkat 0,92 poin dibandingkan tahun 2019.
Dibandingkan dengan tahun 2019, pada tahun 2020 ini laju pertumbuhan
Infratruktur wilayah sedikit melambat walaupun tetap ada kenaikan. Faktor
refocussing anggaran karena pandemi COVID-19 menjadi alasan yang utama
selain faktor kesadaran partisipasi masyarakat. Berikut Indeks Infrastruktur
Wilayah Kota Yogyakarta disajikan dalam bentuk grafik:

45,00
44,00 43,8 44,41
42,88 43,36
Wilayah

43,00

42,34
42,00
40,65 41,29
41,00
infrastruktur

40,00 39,63 40,29


39,32
39,00

38,00
Indeks

37,00

36,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Target Realisasi
Tahun

Gambar 3.43 Target dan Realisasi Indeks Infrastruktur Wilayah Kota


Yogyakarta Tahun 2017-2022
Sumber : Data olahan Bappeda Tahun 2017-2020

Capaian Kinerja Sasaran Strategis ke 12 pada tahun 2020 sebesar 103,45%


dengan kategori predikat sangat tinggi. Hasil pengukuran kinerja sasaran tersebut
terlihat sebagai berikut:
119 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Tabel 3.23 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12

Tahun 2020
Indikator Cara Perhitungan Capaian Predikat
Target Realisasi
(%)
Indeks [40% x [70%{Indeks 42,34 43,8 103,45 Sangat
Infrastruktur Infrastruktur Pekerjaan Tinggi
Wilayah Umum} + {30Indeks
Infrastruktur Perumahan
dan Permukiman}] +
[20%{50% pengurangan
sampah + 50%
pengangkutan sampah}]
+ 30% Level of Service
+ [10%(Indeks Kapasitas
Daerah dalam
Penanggulangan
Bencana + Indeks
Ketahanan dan
Keselamatan
Kebakaran)/2]
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2020

Tabel 3.24 Uraian Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 12

Realisasi Hasil
Pengampu Uraian Bobot
2020 Pembobotan
Dinas Indeks Infrastruktur 70% x
83,10 23,27
PUPKP Pekerjaan Umum 40%
Indeks Infrastruktur 30% x
Perumahan dan 40% 92,38 11,09
Permukiman
Persentase 50% x
18,88% 0,02
DLH Pengurangan Sampah 20%
Persentase
50% x
Pengangkutan 100,47% 0,10
20%
Sampah
Tahun 2020 120
Realisasi Hasil
Pengampu Uraian Bobot
2020 Pembobotan
Dinas
30% 43% 0,13
Perhubungan Level of Service
Indeks Kapasitas
Daerah dalam 50% x
84,02 4,20
Penanggulangan 10%
BPBD Bencana
Indeks Ketahanan dan
50% x
Dinas Keselamatan 100 5,00
10%
Kebakaran Kebakaran
Indeks Infrastruktur Wilayah 43,80
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman, Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Perhubungan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Dinas Kebakaran dan olahan
BAPPEDA Tahun 2020

Berikut penjabaran hasil dukungan masing-masing perangkat daerah utama


terhadap Indeks Infrastruktur Wilayah:
1. Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (Dinas
PUPKP)
Dukungan Dinas PUPKP terhadap komponen penghitungan Indeks Infrastruktur
Wilayah diberikan bobot 40%, yang terdiri dari 70% Indeks Infrastruktur Pekerjaan
Umum dan 30% Indeks Infrastruktur Perumahan dan Permukiman.
Indeks Infrastruktur Pekerjaan Umum diperoleh dari perhitungan berikut:

= 50% Indeks Infrastruktur Bina Marga + 40% Indeks Infrastruktur SDA + 10%
Indeks Infrastruktur Cipta Karya

= {50% (70% Persentase kualitas sarpas jalan, jembatan dan bangunan


pelengkap jalan, + 30% Persentase kualitas PJU lingkungan)} + {40% (50%
Persentase kualitas saluran pengairan/talud + 50% Persentase drainase kondisi
baik)} + (10% Persentase pemenuhan bangunan Gedung sesuai standar
kebutuhan)
121 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Perhitungan Indeks Infrastruskur Pekerjaan Umum disajikan dalam tabel
berikut ini:

Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Indeks Persentase Panjang Jalan 200,85 km 60% x 18,08
Infrastruktur kualitas sarpas Kondisi : 233,21 70% x
Bina Marga jalan, jembatan Mantap : km = 86,12 50%
dan bangunan Panjang Jalan %
pelengkap Kota
jalan
Panjang 172,84 km: 30% x 9,84
Pelengkap 184,41 km 70% x
jalan:Total = 93,73% 50%
panjang
pelengkap
jalan
Jumlah 30 unit: 36 10% x 2,92
jembatan unit= 70% x
kondisi 83,33% 50%
baik:Jumlah
Jembatan
Persentase Jumlah PJU 13.906 titik 100% 7,50
kualitas PJU Ramah : 27.825 x 30%
lingkungan Lingkungan : titik = x 50%
Jumlah Titik 49,98 %
PJU
Indeks Persentase Panjang Talud 59.707,39 40% x 18,27
Infrastruktur kualitas dan Saluran m 50%
Sumber saluran Kondisi Baik : 65.367,59
Daya Air pengairan/talud Total Panjang m=
Talud dan 91,34 %
Saluran Air
Persentase Panjang 300.770,27 40% x 17,52
drainase saluran m: 50%`
kondisi baik drainasedalam 343.431 m
kondisi baik: = 87,58 %
total panjang
saluran
drainase yang
seharusnya
terbangun

Tahun 2020 122


Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Indeks Persentase Jumlah 1453 unit : 10% 8,98
Infrastruktur pemenuhan bangunan 1618 unit
Cipta Karya bangunan gedung = 89,80 %
gedung sesuai pemerintah
standar yang sudah
kebutuhan dibangun :
jumlah gedung
yang dimiliki
pemerintah
Indeks Infrastruktur Pekerjaan Umum 83,11
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2020

Pekerjaan Saluran Air Hujan Penigkatan Jalan Lowano


Kotagede

Pemeliharaan Pedestrian Pemasangan PJU Embung


Langensari
123 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Sedangkan untuk Indeks Infrastruktur Perumahan dan Permukiman
diperoleh dari perhitungan berikut :

= 70% Persentase kualitas sarpras dasar permukiman + 30% Persentase


cakupan air limbah yang memadai

Penghitungan Indeks Infrastruktur Perumahan dan Permukiman adalah


sebagai berikut:
Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Indeks Persentase Kawasan 3103,75 70%
Infrastruktur kualitas dengan ha :
Perumahan sarpras sarpras baik : 3250 ha
dan dasar total = 95,50
Permukiman permukiman kawasan % 66,85
Persentase Jumlah 73.109 30%
cakupan air tangka septik unit
limbah yang yang baik : 85.919
memadai jumlah unit =
tangka septik 85,09 %
yang dimiliki
masyarakat 25,53
Indeks Infrastruktur Perumahan dan Permukiman 92,38

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman Tahun 2020

Tahun 2020 124


Gambar 3.44 Penataan permukiman kumuh kawasan Sungai Winongo
(Pringgokusuman-Pakuncen)

2. Dinas Lingkungan Hidup


Dukungan Dinas Lingkungan Hidup terhadap komponen penghitungan
Indeks Infrastruktur Wilayah diberkan bobot 20%, yang terdiri dari 10%
pengurangan sampah dan 10% pengangkutan sampah.
a. Persentase Pengurangan Sampah
Persentase pengurangan sampah diperoleh dari formulasi:

Untuk mendapatkan jumlah penduduk yang terlayani kegiatan pengurangan


sampah, maka diperoleh dari penjumlahan data sebagai berikut:
Ø Data jumlah penduduk wilayah lokasi TPST 3R Nitikan di Kelurahan
Sorosutan
Ø Data jumlah penduduk wilayah lokasi TPST 3R di Kelurahan Pandeyan
Ø Data jumlah penduduk wilayah lokasi TPST 3R Karangmiri di Kelurahan
Giwangan dan Kelurahan Warungboto
Ø Data jumlah nasabah Bank Sampah (dengan asumsi 45 nasabah/Bank
Sampah).
Ø Data jumlah penduduk yang terlayani pada Depo Sampah.

125 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Target pengurangan sampah pada tahun 2020 adalah 18,43%, adapun
perhitungan realisasi pengurangan sampah pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut:

Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa capaian kinerja persentase


pengurangan sampah mencapai 102,43%. Sedangkan jumlah kelompok
pengelola sampah mandiri dan Bank Sampah yang ada di masyarakat pada tahun
2020 sebanyak 481 Bank Sampah, sama seperti tahun sebelumnya. Dari jumlah
tersebut terdapat 29 bank sampah yang tidak aktif atau sebesar 94% yang aktif.
Perkembangan terbentuknya Bank Sampah ditunjukkan pada diagram berikut ini.

Jumlah Bank Sampah (unit) Tahun 2020


600
475 481 481
Bank Sampah

500 443

400 315 343


300

200
Jumlah

100

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Tahun

Gambar 3.45 Pertumbuhan Jumlah Bank Sampah Hingga Tahun 2020


Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Tahun 2020

Tahun 2020 126


Kegiatan Bank Sampah

Gambar 3.46 Pengurangan Sampah di Lingkungan Kota Yogyakarta Tahun


2020
Sumber: DLH Kota Yogyakarta

b. Persentase Pengangkutan Sampah


Indikator kinerja persentase pengangkutan sampah diperoleh dari formulasi
sebagai berikut:

Data jumlah penduduk yang terlayani kegiatan pengangkutan sampah


diperoleh dari rumus berikut:

Diasumsikan timbulan sampah sesuai SNI Kota Besar adalah sebesar 2,65
liter/jiwa/hari.
Jumlah sampah yang diangkut diperoleh dari rumus:

127 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Sedangkan data jenis kendaraan pengangkutan sampah yang digunakan
yaitu:

Dumptr Armroll Backh Kendaraa Road Compacto Motor Jumlah


uck truck oe n Roda 4 swee r Truck Roda 3
No Tahun Loade per (unit) (unit) (unit)
(unit) (unit) r (unit) Pickup (unit)
(unit)

1 2020 28 6 - 4 2 5 27 72

Untuk target pengangkutan sampah pada tahun 2020 adalah 93,32%,


adapaun hasil perhitungan realisasi pengangkutan sampah pada tahun 2020
adalah sebagai berikut:
= 396.226 Jiwa x 100%
413.511 Jiwa
= 100,47%
Tidak semua penduduk Kota Yogyakarta terlayani pengangkutan sampah,
terutama sampah yang hanyut di sungai, di daerah perbatasan dan beberapa TPS
yang dibongkar atau dipindah. Capaian kinerja persentase pengangkutan sampah
lebih sedikit dari target yaitu 99,32% sehingga diperoleh capaian sebesar 96,47%.
Keberhasilan capaian kinerja ini didukung oleh Program Pengelolaan
Persampahan dengan 2 kegiatan yaitu (1) Kegiatan Penanganan Sampah, dan (2)
Kegiatan Operasional Pembersihan dan Pengangkutan Sampah. Beberapa faktor
pendorong tercapainya indikator ini adalah pengadaan sarana dan prasarana
pengelolaan persampahan berteknologi modern dan rehabilitasi TPS.

Tahun 2020 128


Kendaraan Operasional Persampahan

Kegiatan Penanganan Sampah

Gambar 3.47 Kegiatan Pengangkutan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup


Yogyakarta
Sumber: Dinas Lingkungan Hidup Tahun 2020

Dari perhitungan kedua indikator diatas, maka perhitungan komponen


indeks infrastruktur wilayah apabila dilihat dari dukungan Dinas Lingkungan
Hidup adalah:
= (10% pengurangan sampah + 10% pengangkutan sampah)
= (10% x 18,88%) + (10% x 100,47%)
= 0,12

129 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


3. Dinas Perhubungan
Komponen penghitungan Indeks Infrastruktur Wilayah dari Dinas
Perhubungan dilihat dari Tingkat Pelayanan Jalan (Level of Service) dengan bobot
30%. Tingkat pelayanan (level of service) adalah ukuran kinerja ruas jalan atau
simpang jalan yang dihitung berdasarkan tingkat penggunaan jalan, kecepatan,
kepadatan dan hambatan yang terjadi. Angka 0,8 merupakan angka maksimal
untuk ukuran kinerja jalan kategori lancar, apabila angka di atas 0,8 maka masuk
kategori tidak lancar. Angka LoS berbanding terbalik dengan kinerja sebuah jalan,
artinya semakin besar nilai angka LoS maka kinerja jalan semakin menurun.
Dilihat dari LoS rata-rata Kota Yogyakarta, capaian kinerja Dinas Perhubungan
Kota Yogyakarta tahun 2020 berhasil melebihi target 146,18%. Ini karena LoS rata-
rata di Kota Yogyakarta sebesar 0,43 sedangkan target dalam RPJMD untuk tahun
2020 ini adalah 0,799. Ini berarti Pelayanan Jalan Kota Yogyakarta masuk klasifikasi
Level of Service “A” yang berarti kondisi lalu lintas baik dan kendaraan dapat berjalan
dengan lancar. Kondisi ini terjadi karena arus lintas belum kembali normal seperti saat
sebelum pandemi COVID-19. Pada tahun-tahun sebelumnya, kondisi saat jam-jam
sibuk terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah dan kerja menimbulkan
kemacetan di banyak ruas jalan karena volume lau lintas yang hampir menyamai
kapasitas jalannya. Sedangkan selama masa pandemi ini kondisi lalu lintas membaik
karena adanya pengurangan aktivitas perjalanan karena berkurangnya aktivitas
ekonomi, sekolah dan pariwisata.
Nilai LoS di diperoleh dari survey volume lalu lintas dibandingkan dengan
kapasitas ruas jalan. Surey dilakukan di jalur H atau Central Business District (CBD).
CBD adalah titik fokus kota atau pusat bisnis dan komersial. Area ini ditandai oleh
konsentrasi penggunaan lahan komersial dengan sejumlah besar kantor komersial,

Tahun 2020 130


toko ritel, dan layanan seperti keuangan dan perbankan. CBD juga merupakan

pusat budaya dan transportasi kota. Ruas jalan_jalan yang dimaksud yaitu:

VOLUME Kapasitas
NO RUAS JALAN VC RATIO
(smp/jam) (smp/jam)

1 Kusbini 1.318,00 2915 0,45


2 DR Wahidin Sudiro Husodo 2.318,30 2973 0,78
3 Jalan Bantul 1.492,60 3068 0,49
4 MT Haryono 1.377,55 5023 0,27
5 Sugeng Jeroni 1119,5 5132 0,22
6 Melati Wetan 754,5 2245 0,34
7 Ipda Tut Harsono (selatan) 1341,55 5690 0,24
8 Pembela Tanah Air 1763,8 3306 0,53
9 HOS Cokroaminoto 2241,05 5220 0,43
10 Brigjen Katamso 2326,4 4750 0,49
11 Gajah Mada 743,7 3084 0,24
12 Ahmad Dahlan 2009,6 2920 0,69
13 Bhayangkara 619,6 2922 0,21
14 Dr. Sutomo 2371,7 2378 1,00
15 Tunjung 812,45 2762 0,29
16 P Senopati 2428,95 4896 0,50
17 Ahmad Yani 922,5 2602 0,35
18 Suprapto 1439,85 2842 0,51
19 Tentara Rakyat Mataram 2563,65 5134 0,50
20 Kusumanegara 1797,75 4750 0,38
21 Cendana 915,25 2581 0,35
22 Bausasran 1012,5 2668 0,38
23 Gayam 692,1 2378 0,29
24 Suryotomo 1837 2338 0,79
25 Mayjend Sutoyo 1672,55 5244 0,32
26 Parangtritis 1466,25 3187 0,46
27 Kolonel Sugiyono 2345,9 5520 0,42
28 Prof. DR. Sardjito 1167,25 2973 0,39

131 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


VOLUME Kapasitas
NO RUAS JALAN VC RATIO
(smp/jam) (smp/jam)

22 Bausasran 1012,5 2668 0,38


23 Gayam 692,1 2378 0,29
24 Suryotomo 1837 2338 0,79
25 Mayjend Sutoyo 1672,55 5244 0,32
26 Parangtritis 1466,25 3187 0,46
27 Kolonel Sugiyono 2345,9 5520 0,42
28 Prof. DR. Sardjito 1167,25 2973 0,39
29 Terban 2346,95 4805 0,49
30 Taman Siswa 991,6 2711 0,37
31 Suryopranoto 339,35 2323 0,15
32 Wakhid Hasyim 1.453,20 3226 0,45
33 Veteran (utara) 976,1 2762 0,35
34 Kenari 736,05 3226 0,23
35 S Parman 822,3 3278 0,25
36 RE Martadinata 3081,3 4368 0,71
37 Piere Tendean 1119,15 2490 0,45
rata-rata 0,43
Adapun perhitungan komponen Indeks Infrastruktur Wilayah apabila
dilihat dari nilai Level of Service adalah sebagai berikut :
LoS = 30% x 0,43= 0,13

Gambar di bawah ini menunjukkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan


dalam rangka pencapaian kinerja jalan tersebut:

Pengujian Kendaraan Perparkiran

Tahun 2020 132


Foto Kegiatan Sarana Parasana Lalu Lintas (APILL)

4. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Dukungan BPBD terhadap penghitungan komponen Indeks Infrastruktur
Wilayah diberikan bobot 5%. Adapun nilai tersebut diambil dari Indeks Kapasitas
Daerah dalam Penanggulangan Bencana dengan formula yang ditampilkan dalam
tabel berikut:

Tabel 3.25 Indeks Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana


Tahun 2020
Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Jumlah 115 : 169 50% 34,02
Kampung = 68,05%
Indeks Persentase
Tangguh
Kapasitas Kampung
Bencana
Daerah dalam Tangguh
yang dibentuk
Penanggulangan Bencana
: jumlah
Benana (KTB)
kampung di
seluruh kota
Jumlah 277 : 277 30% 30,00
Persentase
korban = 100%
korban
bencana alam
bencana
yang
skala kota
dievakuasi
yang
dengan
dievakuasi
menggunakan
dengan
sarana dan
menggunakan
prasarana
sarana dan
tanggap
prasarana
darurat
tanggap
lengkap :
darurat
jumlah korban
lengkap
bencana alam

133
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Formula
Uraian Indikator Realisasi Bobot Perhitungan
Perhitungan
Jumlah 8:8= 20% 20,00
Persentase
kerusakan 100%
bantuan
akibat
rehabilitasi
bencana yang
dan
diberikan
rekonstruksi
bantuan
yang
rehabilitasi
diberikan
dan
pada
rekonstruksi :
kerusakan
jumlah
akibat
kejadian
bencana
kerusakan
sesuai hasil
akibat
verifikasi
bencana alam
Indeks Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Benana 84,02
Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah

5. Dinas Kebakaran
Dukungan Dinas Kebakaran terhadap perhitungan komponen Indeks
Insfrastruktur Wilayah diberikan bobot 5%. Adapun nilai tersebut diambil dari
Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran dengan formula yang ditampilkan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.26 Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran Tahun 2020

Formula Perhitu
Uraian Indikator Realisasi Bobot
Perhitungan ngan
Indeks Persentase Jumlah 295:295=100 30% 30
Ketahanan rekomenda rekomendasi %
dan si proteksi proteksi
Keselamata kebakaran kebakaran
n yang yang
Kebakaran diproses diproses
tepat waktu tepat waktu :
jumlah
rekomendasi
proteksi
kebakaran

134
Tahun 2020
Formula Perhitu
Uraian Indikator Realisasi Bobot
Perhitungan ngan
Persentase 50% (Jumlah (50%x(11/11) 30% 30
edukasi penyuluhan )+(50%x(28/2
proteksi proteksi 8))=100%
kebakaran kebakaran di
titik rawan
bencana
kebakaran
dibagi jumlah
titik rawan
bencana
kebakaran )
+ 50%
(Jumlah
edukasi
proteksi
kebakaran
bagi anak
didik yang
dilayani
dibagi jumlah
permohonan
edukasi
proteksi
kebakaran
bagi anak
didik) x 100%
Persentase Jumlah 77:77=100% 40% 40
tercapaian kejadian
respon time yang
pemadam ditangani
kebakaran dalam waktu
tanggap :
jumlah
kejadian
keseluruhan
Indeks Ketahanan dan Keselamatan Kebakaran 100
Sumber : Dinas Kebakaran Kota Yogyakarta

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Kebakaran tersebut dapat


dilihat pada gambar di bawah ini:
135
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan edukasi proteksi
buat anak didik

Kegiatan pemadaman

Framework Kebijakan
Untuk meningkatkan kualitas infrastruktur wilayah, diperlukan pemetaan akar
permasalahan yang melatarbelakangi, sehingga disusunlah proses bisnis yang
meliputi aktivitas utama, pendukung dan manajemen. Hasil pemetaan akar
permasalahan disajikan dalam proses bisnis beserta logframe yang dilaksanakan
oleh Pemerintah Kota Yogyakarta sebagai berikut :

Tahun 2020 136


Gambar 3.48 Proses Bisnis 12 Infrastruktur Wilayah Meningkat
Sumber : Bappeda Kota Yogyakarta Tahun 2020

137 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan

Beberapaupayayangsu
d a h dilaksanakan untuk meningkatkan
kualitas infrastruktur wilayah dapat dibagi
sesuai dengan proses bisnis utama yaitu :
1) Peningkatan Infrastruktur Pekerjaan U
mummelaluipeningkatanda
n pemeliharaan jalan dan jembatan,
pengelolaan penerangan jalan umum,
serta pembangunan dan pemeliharaan
saluran pengairan dan drainase 2)
Peningkatan Infrastruktur Permukiman
melalui penanganan rumah tidak layak huni, pemeliharaan sarana dan prasarana
permukiman, pemeliharaan fasilitas umum, pembangunan dan pemeliharaan
saluran pembawa serta pengolahan limbah dan penanganan dan pengurangan
sampah 3) Peningkatan Infrastruktur Perhubungan melalui manajemen dan
rekayasa lalu lintas, Pengadaan dan Pemeliharaan Sarana, Prasarana dan
Fasilitas Perhubungan, pelayanan pengujian kendaraan bermotor, Optimalisasi
Pelaksanaan Perda dan Pengendalian Operasional di Bidang Perhubungan,
Bimbingan Keselamatan Lalu Lintas, serta pengawasan juru parkir dan penertiban
parkir 4) Peningkatan Infrastruktur kebencanaan melalui pencegahan bencana
kebakaran melalui pembangunan hydrant kampung, Edukasi, Penyuluhan
Pencegahan dan Penanggulangan kebakaran, pelatihan bagi personil pemadam
kebakaran, serta penguatan kampung Tangguh bencana dalam rangka siaga
bencana di Kota Yogyakarta.
Adapun factor pendorong yang dijumpai dalam pencapaian sasaran ini adalah
: 1) Perencanaan kegiatan fisik yang sudah sesuai dan tepat waktu 2) Partisipasi
masyarakat dalam penataan lingkungan permukiman kumuh. 3) Adanya berbagai
sumber dana dalam rangka peningkatan kualitas permukiman kumuh (APBN dan
World Bank) 4) Adanya kelompok masyarakat pengelola sampah yang tersebar di 45
kelurahan cukup berperan dalam rangka pengurangan sampah. 5) Penguji kendaraan

Tahun 2020 138


bermotor yang berkompentesi 6) Sarana dan prasarana pengujian kendaraan
bermotor yang lengkap dan terkalibrasi 7) Kemudahan layanan pengujian
kendaraan bermotor (KIR) 8) Penerapan Peraturan Daerah yang baru tentang
perparkiran, restribusi parkir tepi jalan umum dan retribusi tempat khusus parker
9)Pelayanan dalam penyetoran bagi hasil yang transparan dengan bekerja sama
dengan bank BPD serta Pelayanan cepat dalam merespon terjadinya bencana.
Selain factor pendorong, dijumpai pula beberapa factor penghambat dalam
mencapai sasaran yakni : 1) Rehabilitasi terhadap RTLH yang berada di atas
tanah ngindung dan tidak diperbolehkan untuk direhab oleh pemilik tanah 2)
Beberapa masyarakat ada yang tidak memiliki dana swadaya sedangkan nilai
bantuan terbatas 3) Keberadaan RTLH berada diatas lahan ilegal secara tata
ruang, semisal: wedi kengser 4) Masih adanya masyarakat di lingkungan kumuh
yang belum siap untuk ditata 5) Keterbatasan lahan sehingga penataan
permukiman kumuh hanya dapat dilakukan dengan pola pemugaran 6)
Keterbatasan lahan sehingga kekurangan
kecukupan ruang pada RTLH tidak dapat
ditangani 7) Masih terdapat kalangan
masyarakat belum berperilaku 3R dalam
pengelolaan sampah dalam r u m a h t a
ngga,sehinggaupaya
pengurangan sampah belum dapat berjalan maksimal 8) Masih ada perilaku
masyarakat masih kurang tertib dalam hal waktu dan tempat pembuangan

sampah yang tidak pada tempatnya terutama pengunjung dari luar kota 9)
Ketergantungan atas kondisi TPA Piyungan karena tidak ada alternatif lain
sebagai lokasi pembuangan sampah 10) Masih terdapat pembuang sampah
di sungai terutama dilakukan oleh para penghuni sementara di kota
Yogyakarta 11) Terdapat penolakan warga atas keberadaan TPS yang dekat
dengan lingkungan tempat tinggalnya 12) Masih kurangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pengujian kendaraan bermotor dan adanya
asumsi bahwa pengujian itu sulit untuk lulus 13) Pemasangan papan
informasi terkadang terkendala lahan yang akan dipasang karena kondisi di
lapangan 14) Masih kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga
bersama sarana umum (papan tarif dan papan infomasi) 15) Masih kurangnya
pemahaman masyarakat untuk parkir ditempat yang sudah disediakan 16)
Ada beberapa tempat tidak memungkinkan untuk pemasangan RPPJ (Rambu
Pendahulu Petunjuk Jurusan) besar dan pekerjaan boring cable sudah tidak
memungkinkan lagi karena disepanjang trotoar dibawahnya terdapat saluran

139 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


3.2.13. Sasaran Strategis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan Meningkat
Ketercapaian
Sasaran strageis 13 ini merupakan upaya untuk mencapai misi ke tujuh yang
ditetapkan dalam RPJMD 2017-2022, yaitu “Meningkatkan Tata Kelola
Pemerintah yang Baik dan Bersih”.Untuk mengukur sasaran ke tiga belas ada 2
(dua) indikator kinerja yang digunakan yakni nilai akuntabilitas kinerja pemerintah
dan opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Adapun rata-rata
capaian kedua indikator sasaran ini adalah 100% dengan kategori predikat sangat
tinggi. Hasil pengukuran kinerja sasaran Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan
meningkat terlihat sebagai berikut
Tabel 3.27 Pengukuran Capaian Sasaran Strategis 13
Tahun 2020

No Indikator Kinerja Cara Perhitungan % Predikat


Target Realisasi
Capaian

1 Nilai akuntabilitas Hasil Evaluasi Atas A A 100%


kinerja pemerintah Implementasi SAKIP Sangat
2 Opini BPK terhadap Hasil Audit BPK atas tinggi
Laporan Keuangan Laporan Keuangan WTP WTP 100%
Pemerintah Daerah
Rata-rata Capaian Kinerja 100%

Sumber: Bappeda dan BPKAD kota yogyakarta 2020

Tabel 3.28 Target dan Realisasi Capaian Sasaran Strategis 13 Dalam


RPJMD 2017-2022
SASARAN INDIKATOR TARGET/

PEMBANGUN SASARAN REALISA 2017 2018 2019 2020 2021 2022

AN DAERAH SI
Misi 7: Meningkatkan tata kelola pemerintah yang baik dan bersih

TARGET BB BB BBAAA
Nilai akuntabilitas
Kapasitas tata kinerja pemerintah A*
REALISASI BB BB A
kelola
pemerintahan
meningkat Opini BPK terhadap TARGET WTP WTP WTP WTP WTP WTP
Laporan Keuangan
WTP*
Pemerintah Daerah REALISASI WTP WTP WTP
Sumber: Bagian Organisasi dan Bappeda (2020)
Tahun 2020 140
1. Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Tabel 3.29Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah

Nilai Tahun
Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019 2020
80,03
Nilai Hasil Evaluasi 70,11 70,26 71,95 75,01 80,03
Tingkat Akuntabilitas BB BB BB BB A A
Kinerja (>70-80) (>70-80) (>70-80) (>70-80) (>80-90) (>80-90)
SangatSangatSangatSangatSangat Sangat
Interpretasi Baik Baik Baik Baik Baik Baik
*Nilai Tahun 2019
Sumber: Bagian Organisasi Tahun 2020

Berdasarkan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kemen PAN/RB Tahun 2020, Nilai


Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarya pada tahun 2020 memperoleh
predikat A yang mana nilai ini masih menggunakan nilai tahun 2019 yaitu A. Nilai
Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta terus mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya seperti terlihat pada grafik berikut ini:

Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tahun 2015-2020
82
80,03 80,03
80
78
76 75,01
74
71,95
72 70,26
70,11
70
68
66
64
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Tahun

Gambar 3.49 Nilai Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun


2015-2020
Sumber: Bappeda, 2020

Sedangkan untuk Indikator Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah


Daerah, Pemerintah Kota Yogyakarta telah memperoleh predikat Wajar Tanpa

141 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Pengecualian selama 12 kali berturut-turut sejak tahun 2010. Hal ini menunjukkan
akuntabilitas keuangan maupun kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta sudah
berada di level tinggi, namun demikian perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat atas kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta.

Framework Kebijakan
Untuk meningkatkan kapasitas tatakelola pemerintahan, disusunlah proses bisnis
sebagai upaya untuk mencapai sasaran. Dengan mengacu pada proses ini,
berujung pada penyusunan program kegiatan yang dilaksanakan perangkat
daerah sesuai ketugasan masing-masing.

Gambar 3.50 Proses Bisnis 13 Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan


Meningkat
Seperti juga halnya dengan pencapain sasaran sebelumnya, 3 proses yang dilakukan
adalah proses manajemen, utama dan pendukung. Proses manajemen meliputi
perencanaan, penganggaran, perngelolaan organisasi, tatalaksana dan sdm serta
pengelolaan sistem pengendalian dan pengawasan. Proses utama merupakan inti
dari pencapaian sasaran, peran besar dari masing masing Perangkat Daerah sangat
dibutuhkan untuk menjadi kunci peningkatan Kapasitas Tata Kelola Pemerintahan
Sedangkan Proses Pendukung adalah proses yang dibutuhkan keberadaamnnya
untuk meningkatkan kualitas dan mempercepat pencapaian sasaran. Penguatan
Inovasi, Pengembangan E-Gov dan Manajemen Kearsipan menjadi dukungan penting
dalam Tatakelola Pemerintah, terlebih dalam

Tahun 2020 142


perkembangan jaman di masa kini yang membutuhkan kecepatan dan inovasi serta
teknologi.
Berikut adalah pembagian ketugasan masing masing Perangkat Daerah dalam
pencapaian sasaran 13.
Sasaran Perangkat Daerah Perangkat Daerah
No Aspek
Daerah
2019-2020 2021
13 Kapasitas Peningkatan Bappeda; Dinas Kominfo; Bag. Bappeda; Dinas Kominfo; Bag.
tata kelola Akuntabilitas Kinerja Tapem Kesra; Bagian Adm. Tapem ; Bagian AdPem; BLP ;
pemerintahan Dalbang; Bag. Layanan Bag Adm & Keu; Sekretariat
meningkat Pengadaan; Sekretariat Semua OPD
Semua OPD

Peningkatan BPKAD; Dinas Pertanahan BPKAD; Dinas Pertanahan


Akuntabilitas dan Tata Ruang ; Bag. dan Tata Ruang ; Bag.
Keuangan dan Aset P3ADK; Dinas PUPKP Perekonomian & Kerjasama;
Dinas PUPKP
Manajemen ASN BKPP BKPSDM

Penguatan Organisasi Bagian Organisasi Bagian Organisasi


dan Tatalaksana
Penguatan Inspektorat Inspektorat
Pengawasan

Penataan Peraturan Bagian Hukum; Sekretariat Bagian Hukum; Sekretariat


Perundangan DPRD DPRD

Peningkatan Kualitas Bagian Organisasi; Bagian Bagian Organisasi; Bagian


Layanan Publik Umum; Bagian Protokol; Dinas Umum & Protokol; Dinas
Dukcapil; Dinas Kominfo; 14 Dukcapil; Dinas Kominfo; 14
Kecamatan Kecamatan

Penguatan Inovasi Bappeda Bappeda

Pengembangan E- Dinas Kominfo Dinas Kominfo


Gov

Manajemen Kearsipan Dinas Perpustakaan dan Dinas Perpustakaan dan


Kearsipan Kearsipan

Dengan penyusunan logframe dan pembagian tugas dengan jelas pada masing-
masing perangkat daerah dan pada tingkat eselon yang jelas, pelaksanaan
dukungan semua aktor bisa dilakukan secara optimal.
Dalam Bagan di bawah ini bisa dibaca secara rinci dukungan perangkat daerah
terhadap aspek yang harus dilaksanakan dalam masing masing Perangkat
Daerah, baik Perangkat daerah utama maupun perangkat daerah pendukung.
143 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Logframe Kapasitas tata kelola pemerintahan meningkat
(Indikator : Nilai akuntabilitas kinerja pemerintah dan Opini BPK terhadap laporan keuangan Pemerintah Daerah )
PENINGKATAN SasaranAKUNTABILITAS13 KINERJA PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN
MANAJEME PENGUATAN PENGUATAN PENATAAN PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN
DAN ASET
ORGANISASI & PENGAWASAN

N ASN TATALAKSANA PERATURAN PUBLIK


BPKAD DINAS DINAS
BAPPEDA DINAS KOMINFO BKPP BAG. INSPEKTORAT BAG. SET. DINAS DINAS BAG.
PERTAR PUPK
Sasaran: Sasaran: HUKU DPRD DUKCAPIL KOMINFO

1.Akuntabilitas Terb Sasaran: Sasaran: Sasaran: Sasaran: Sasaran: Sasaran:


Sasaran: keuangan dan administrasi
aset daerah pertanahan Layanan
Kepuasan

Program Kegiatan Kualitas Maturitas Layanan Terb Kualitas


Perencanaan Program
Kinerja dan
Pengendalian Anggaran; Program
Perencanaan
Pengendalian Belanja Daerah dan
Pengelolaan Dana Transfer;
Pengelolaan Teknis Aparatur Sipil sistem terhadap administrasi Informasi kebijakan
Program Pengelolaan
Pembiayaan dan
Pertanahan; Gedung
Pertanggungjawaban Pelaksanaan Pemerintah
APBD; Program Pelayanan,
agenda kependudukan Publik pelayanan
Pendaaran dan Penetapan Pajak dan
perencanaan Daerah; Program Pembukuan dan

Program Program Program peningkatan sistem Program Program Program Program Pemantapan
Program perencanaan

pengawasan internal dan fasilitasi pengelolaan Peningkatan

dan pengendalian bidang Kegiatan


pengembangan peningkatan pengendalian kebijakan penataan Komunikasi Publik Ketatalaksan
ekonomi; Program

pengangga informasi
perencanaan dan Pengelolaan
bidang pemerintahan dan

karir aparatur sipil kapasitas aparatur; Keuangan dan peraturan ran dan administrasi aan,
pengendalian bidang

negara; Program kelembagaan dan Aset; pembangunan Fisik; perundang pengawas kependudukan dan Kegiatan Promosi Pelayanan
fisik; Program Informasi
pelayanan ketatalaksanaan Pembangunan Sosial -undangan an; pemanfaatan data; Publikasi dan Publik, dan
perencanaan dan

Ekonomi Budaya; Program Kemitraan

pengendalian bidang dan Data


administrasi pemerintahan dan Program Program pelayanan Akuntabilitas

BAG. BLP Program Program

pengendali pelayanan Program


DALBANG an pengadaan Internal
Sasaran: pelaksanaa barang/jasa
n
Kualitas

kebijakan
1
4
B
A K
G E
. BAG.
BAG. C
S
a
s
a
r
a
n Kegi
: Program atan

pelayanan
peny
elen
ggar
K kedinasan
u Kepala
a
l
i
t
a Daerah,
s Wakil aan
k pela
Kepala yan
e Daerah, an
b
i
j
a
k
a
n
infor
Sekretaris masi
peng
Daerah, adua
Asisten, n

Program

peningkatan

perekonomian

pengembanga

n pendapatan

asli daerah dan


Tahun 2020

PENGUATAN INOVASI PENGEMBANGAN E-GOV MANAJEMEN KEARSIPAN

BAPPEDA DINAS KOMINFOSAN DINAS PERPUSTAKAAN & KEARSIPAN

Sasaran: Sasaran:

Program penelian dan pengembangan Program op‰malisasi pemanfaatan teknologi informasi dan telemaka; Program pengelolaan pengembangan kearsipan; Program
Program peningkatan pelayanan persandian perlindungan, penyelamatan, data dan informasi arsip
III - 164
144
145 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
Terdapat 7 Aspek dalam pencapaian sasaran 13 ini, masing- masing Perangkat
Daerah memiliki sasaran yang akan dicapai sebagai pendukung peningkatan
kapasitas tata kelola pemerintahan.
Aspek Pertama, Peningkatan Akuntabilitas Kinerja, didukung oleh Program yang
ada di Bappeda dengan sasaran Kinerja Perencanaan pembangunan Meningkat,
Bagian tata pemerintahan dengan Sasaran Kualitas kebijakan penyelenggaraan
pemerintahan yang meningkat dan Bagian Dalbang dengan sasaran Kualitas
kebijakan pembangunan meningkat. Selain program di Perangkat Daerah
tersebut, aspek ini didukung pula dengan kegiatan-kegiatan Pengelolaan
Indormasi dan Dara statistik di Dinas Kominfosan, Pelayanan pengadaan
barang/jasa di BLP serta program internal di sekretariat semua OPD.
Pada Aspek kedua, Peningkatan Akuntabilitas Keuangan dan Aset, 3 Perangkat
Daerah yang berperan penting adalah BPKAD dengan sasaran Akuntabilitas
keuangan dan aset daerag meningkat serta perndapatan pajak daerah meningkat,
Dinas Pertaru dengan sasaran tertib administrasi pertanahan yang meningkat
serta Bagian P3ADK dengan sasarn kualitas kebijakan perekonomian meningkat.
Dukungan lainnya adalah dari Dinas PUPKP dengan kegiatan Perencanaan
Teknis Gedung Pemerintah dan Pembangunan Gedung Pemerintah.
Sedangkan di Aspek ketiga, Manajemen Aparatur Sipul Negara, BKPP menjadi
satu-satunya Perangkat daerah yang ada memiliki ketugasan yang paling
dominan, serta memiliki sasaran Kualitas Aparatur Sipil Negara meningkat.
Pada Aspek keempat, Penguatan organisasi dan Tatalaksana, dilaksanakan oleh
Bagian Organisasi dengan Program peningkatan kapasitas kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintahan daerah
Aspek kelima, Penguatan Pengawasan, menjadi tugas Inspektorat dengan
sasarannya adalah Maturitas sistem pengendalian intern pemerintah yang
meningkat.
Di Aspek keenam, Penataan Peraturan Perundangan, Sekretariat DPRD menjadi
Perankat Daerah utama yang memiliki sasaran kepuasan layanan terhadap
agenda DPRD meningkat serta dukungan dari Bagian Hukum dengan program
penataan peraturan perundang-undangan dan pelayanan hukum.
Aspek ketujuh, yaitu Peningkatan Kualitas Layanan Publik, melibatkan Perangkat
Daerah yang Berkaitan erat bahkan berkaitan langsung dalam pelayanan
masyarakat, 3 Perangkat daerah beserta sasatannya yaitu Dinas Dukcapil dengan
sasaran tertib administrasi kependudukan masyarakat meingkat, Dinas Kominfo
dengan layanan informasi Publik mneingkat serta, Bagian Organisasi dengan

Tahun 2020 146


sasaran Kualitas kebijakan pelayanan publik meningkat. Aspek terakhir ini
didukung Bagian Umum, Bagian Protokol serta 14 Kecamatan.
Sedangkan Perangkat Daerah yang berperan sebagai pendukung untuk pencapaian
Sasaran 13 adalah Bappeda dalam penguatan inovasi dengan program penelitian dan
pengembanagn, Dinas Kominfosan dalam pengembangan e-gov dengan sasaran
Keamanan Informasi meningkat serta Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk
manajemen kearsipan dengan sasaran Kinerja pengelolaan arsip meningkat
.
Pelaksanaan, Permasalahan dan Rekomendasi Kebijakan
Dengan memperhatikan rekomendasi dari Kemepan RB , Kota Yogyakarta telah
melakukan perbaikan untuk meningkatkan Akuntabilitas Kinerjanya:
1. Melakukan reviu Renstra Perangkat Daerah untuk lebih memastikan
definisi kinerja telah mampu menjawab “janji” kinerja yang telah tertuang dalam
RPJMD. Adapun tindaklanjut yang sudah dilaksanakan adalah dengan melakukan
perubahan Renstra yang ditetapkan dengan Perwal No 52 Tahun 2020 serta
perubahan IKU yang ditetapkan dengan Kepwal No 343 Tahun 2020. Adapun
salah satu perbaikannya adalah pada Dinas Pariwisata. DInas Pariwisata
mendukung pencapaian sasaran daerah ke lima yakni pertumbuhan ekonomi
meningkat. Semula indikator sasaran Dinas Pariwisata adalah jumlah kunjungan
wisatawan, lalu dilaksanakan review menjadi Rata-rata belanja wisatawan. Hal ini
dilakukan agar sasaran Dinas Pariwisata lebih tajam dan langsung berkaitan
dengan pencapaian kinerja RPJMD.
2. Mengkaji mekanisme pengendalian program lintas Perangkat Daerah. Jika
perlu dapat menyusun shadow program yang merupakan kumpulan dari berbagai
program teknis di Perangkat Daerah. Sejatinya Pemkot Yogyakarta telah memiliki
aturan berkaitan dengan pola koordinasi perangkat daerah yakni Perwal 52 Tahun
2018. Namun, agar pelaksanaannya lebih optimal kemudian disusun SOP terkait
Pengendalian Lintas Sektor/Perangkat Daerah. Pengendalian Lintas Sektor ini
mengoptimalkan peran Asisten Sekda dalam mengkoordinasikan permasalahan lintas
sektor maupun pengawalan kinerja RPJMD. Sebagai contoh, Asisten Kesra sesuai
dengan tupoksinya mengkoordinasikan perangkat daerah yang berkaitan dengan
penanggulangan kemiskinan. Termasuk 2 asisten yang lain yakni Asisten
Perekonomian dan Asisten Umum. Masing-masing memiliki peran sesuai dengan
tupoksinya dalam mengkoordinasikan perangkat daerah untuk mengawal pencapaian
kinerja
RPJMD.
3. Melakukan perubahan kelembagaan sesuai dengan peta kelembagaan yang

147 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


disusun berbasis proses bisnis. Adapun tindak lanjut yang sudah dilaksanakan
adalah perubahan kelembagaan yang mendasarkan proses bisnis RPJMD
yakni dengan ditetapkannya Perda No 4 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 Tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kota Yogyakarta. Dalam perda tersebut, kepala perangkat
daerah berkurang sebanyak 2 orang dari Perda sebelumnya.
4. Meningkatkan kualitas laporan kinerja seluruh Perangkat Daerah sehingga
memenuhi kriteria penyajian informasi kinerja yang baik. Selanjutnya,
memanfaatkan informasi kinerja tersebut sebagai bahan pengambilan keputusan
manajemen, seperti penilaian kinerja dan perbaikan perencanaan. Adapun tindak
lanjut yang sudah dilaksanakan adalah menyempurnakan template LAKIP OPD
serta melakukan verifikasi atas Laporan Kinerja Perangkat Daerah sebelum
disampaikan kepada Inspektorat. Template LAKIP OPD diseragamkan mulai dari
BAB I sampai dengan Lampirannya. Hal ini untuk menjamin tidak ada yang
terlewat atas penyajian LAKIP oleh OPD.
5. Meningkatkan kualitas evaluasi AKIP Organisasi Perangkat Daerah oleh
Inspektorat Pemerintah Kota Yogyakarta sehingga dapat mendorong perbaikan
implementasi Sistem AKIP oleh Perangkat Daerah secara signifikan. Tindaklanjut
yang sudah dilaksanakan adalah meningkatkan kapasitas APIP, mengoptimalkan
Coaching Clinic dalam pendampingan perbaikan SAKIP OPD, meningkatkan
peran APIP sebagai Quality Assurance (Penjamin Mutu) pada proses review
dokumen perencanaan, penganggaran, sampai dengan penyusunan Laporan
Kinerja Pemerintah serta melakukan monitoring perbaikan SAKIP yang
dilaksanakan oleh OPD.
6. Mempertahankan dan melanjutkan penerapan budaya kinerja yang telah
dibangun selama ini di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Hal ini sejalan
dengan disusunnya Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 14 Tahun 2018
tentang Budaya Pemerintahan di Pemerintah Kota Yogyakarta dimana setiap ASN
harus memiliki kinerja yang bisa diukur dan memberikan kontribusi kepada kinerja
Pemerintah Kota Yogyakarta
Hasil akuntabilitas kinerja yang telah dicapai, sudah mendapatkan hasil sesuai
target, yaitu mendapat predikat A, predikat yang dicapai dengan nilai minimal 80.
Predikat ini semula merupakan target akhir tahun RPJMD dan telah direview
untuk menjadi target sejak tahun 2019. Namun demikian, tetap dilakukan upaya
untuk meningkatkan kualitas pada semua komponen, dari sisi perencanaan,
pengukuran, pelaporan, evaluasi internal maupun pencapaian kinerja.
Beberapa upaya telah dilaksanakan yakni :

Tahun 2020 148


1. Perencanaan Kinerja:
a. Penyempurnaan indikator dan target kinerja mendasarkan Proses
Bisnis yang selanjutnya menjadi dasar penyusunan Perjanjian Kinerja,
b. Perbaikan rencana aksi pencapaian sasaran daerah dengan
mendasarkan Proses Bisnis
c. Penyelarasan Indikator RPJMD dengan Permendagri No 90 Tahun
2019, Permendagri 70 Tahun 2019 dan Perda 4 Tahun 2020 untuk
penyusunan Perencanaan 2021.
d. Dengan diwajibkannya Pemda menggunakan kodifikasi dalam
Permendagri 90 Tahun 2019 dalam penyusunan APBD 2021, Pemkot
Yogyakarta telah berupaya untuk menyelaraskan antara RPJMD dengan
Program di Permendagri 90 Tahun 2019. Hal ini tertuang adalam Berita Acara
Pemetaan yang menjadi lampiran dari RKPD 2021. Konsistensi yang dijaga
adalah bahwa Indikator RPJMD tetap diboyong dalam pemetaan tersebut,
sehingga janji kepala daerah dalam RPJMD tetap dapat dipantau dan
dilaksanakan oleh perangkat daerah.
e. Selain kodifikasi sesuai Permendagri 90 Tahun 2019, Pemda juga
diwajibkan menggunakan aplikasi SIPD (Sistem Informasi Pemerintahan
Daerah) sebagai implementasi Permendagri 70 tahun 2019. Pemkot
Yogyakarta telah berhasil memasukkan Indikator RPJMD ke dalam SIPD,
dimana belum banyak daerah yang melakukan hal tersebut.
2. Pengukuran Kinerja:
a. Dilakukan penyelarasan Indikator Kinerja Utama dengan Indikator
Kinerja Eselon III dan IV (pengukuran berjenjang)
b. Penggunaan Meta Data Indikator sebagai dasar Pengukuran Kinerja.
c. Hal tersebut menjadi dasar pemantauan pengukuran kinerja yang
sudah dilaksanakan setiap tribulan, baik eselon II, III maupun IV.
3. Peningkatan Pelaporan Kinerja:
a. disusun SOP Pengumpulan Data Kinerja Tingkat Kota (Kepwal No
181 Tahun 2020) untuk meningkatkan kualitas data dan informasi pada
Laporan Kinerja Pemerintah Kota
b. Optimalisasi peran Inspektorat sebagai Quality Assurance
penyusunan dokumen Laporan Kinerja.

149 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


c. Penyusunan LAKIP OPD dilakukan penyempurnaan template LKIP
dan validasi isian LKIP Perangkat Daerah oleh Bappeda sebelum disampaikan
kepada Inspektorat
4. Evaluasi Internal:
a. Pelibatan kepala daerah untuk mengevaluasi kinerja perangkat
daerah
b. Pemanfaatan Sistem Informasi untuk proses evaluasi kinerja dalam
forum Desk Timbal Balik yang melibatkan Bappeda, BPKAD, Bagian Organisasi,
Bagian Administrasi & Pengendalian Pembangunan serta Inspektorat.
5. Pencapaian Kinerja:
a. Pemkot Yogyakarta melakukan berbagai macam inovasi.
b. Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat.
c. Tahun 2019, Pemerintah Kota Yogyakarta mendapat penghargaan
pelayanan publik dari Kementerian PAN/RB.
Berdasarkan hasil audit atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Yogyakarta
Tahun 2019, oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Perwakilan
Provinsi DIY, hasil pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota
Yogyakarta Tahun Anggaran 2019 mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Predikat ini merupakan kedua belas kalinya Pemerintah Kota Yogyakarta
mendapatkan predikat WTP atas laporan keuangan yang disusun.
Pencapaian opini WTP tersebut tidak lepas dari hasil kerjasama semua
stakeholder dalam penyusunan lapran keuangan di tingkat unit kerja, Perangkat
Daerah hingga proses konsolidasi di tingkat Kota Yogyakarta oleh Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Yogyakarta. Pencapaian Target
pada tahun 2020 ini merupakan tahun keempat dari RPJMD Tahun 2017-2022:
Tabel 3.30 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Target Opini BPK terhadap Realisasi Opini BPK terhadap
No Tahun Laporan Keuangan Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah Pemerintah Daerah
1 2017 WTP WTP
2 2018 WTP WTP
3 2019 WTP WTP
4 2020 WTP WTP*
5 2021 WTP
6 2022 WTP
*Proyeksi Tahun 2020
Sumber: BPKAD Kota Yogyakarta Tahun 2020

Tahun 2020 150


Dalam usaha pencapaian sasaran ini, beberapa faktor menjadi pendorong
terealisasinya target yang ditetapkan. Namun pada sisi lain juga terdapat
beberapa faktor yang menjadi penghambat tercapainya sasaran ini. Adapun
faktor pendorong dan faktor penghambat dapat dilihat sebagai berikut :
Faktor Pendorong
1. Komitmen Kepala Daerah dalam mendukung penyusunan laporan daerah
dengan menetapkan keputusan walikota Nomor 399/2017 tentang Penilaian
kinerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemeriintah dalam menyusun dan
menyampaikan Laporan Keuangan dan Instruksi Walikota Nomor 2 Tahun 2017
tentang Peninjauan Laporan Keuangan Perangkat Daerah.
2. Implementasi Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)
sebagai instrumen aplikasi dalam pengelolaan keuangan daerah.
3. Dukungan kualitas SDM pengelolaan keuangan dan asset daerah 44 Perangkat
Daerah dan 1 SKPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta dalam
menyediakan data laporan daerah.
4. Adanya kebijakan pengelolaan keuangan yang mensyaratkan pengajuan Ganti
Uang melampirkan bukti rekonsiliasi asset turut mempercepat proses rekonsiliasi
aset.
Berikut adalah beberapa faktor yang masih menjadi penghambat dalam
implementasi program dan kegiatan beserta strategi apa yang dapat dilaksanakan
untuk mengurangi dampaknya.
Tabel 3.31 Faktor Penghambat dan Strategi Pemecahan Masalah Sasaran
13
No Faktor Penghambat Strategi Pemecahan Masalah
1 Dalam pendataan aset masih ada Dilakukan rekonsiliasi bulanan yang
yang kurang, misalnya temuan BPK terhadap Sensus diintegrasikan dengan sistem pencairan
2018 dan 2019. sehingga bisa semakin tertib. Selain itu
juga dilakukan koordinasi serta
pendampingan dengan Perangkat Daerah
dan unit kerja terkait.
2 Kurangnya jumlah ASN dibandingkan Pemenuhan kebutuhan ASN TA 2020 selain
formasi yang ada berdampak pada kesulitan untuk melalui jalur CPNS dan PPPK juga melalui
mendapatkan formasi yang sesuai dengan kebutuhan jalur sekolah kedinasan.
jabatan termasuk jabatan struktural. Sedangkan untuk meningkatkan kualitas
ASN dilakukan program program untuk
menyaring ASN yang unggul dengan
Penilaian kompetensi serta diklat yang
tetap diselenggarakan walaupun dengan
pembatasan melalui e-learning.
Sementara itu adanya Kekosongan Jabatan

karena pensiun, meninggal, mengundurkan

151 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


diri atau mutasi, dapat menjadi peluang untuk
memaksimalkan pelaksanaan seleksi dan
penataan pegawai.
3 Dalam proses pencatatan transaksi Semua Perangkat Daerah wajib menyusun
maupun peristiwa ekonomi yang terjadi di lingkup SKPD, SOP tentang penyusunan Laporan Keuangan
belum ada koordinasi yang optimal pihak-pihak yang sesuai standar akuntasi Pemerintah Daerah
terkait (terutama Bendahara, Pengurus Barang untuk menjamin adanya sinergitas dan
Pengguna, Pelaksana Akuntansi, dan Pejabat koordinasi yang optimal stakeholder internal
Penatausahaan Keuangan SKPD) Perangkat Daerah sesuai amanat Keputusan
Walikota Yogyakarta Nomor 400 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan SOP Laporan
Keuangan Perangkat Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta

4 Terjadinya mutasi dan pergantian Pembinaan terhadap Perangkat Daerah


personil mengakibatkan kualitas SDM yang menangani dalam penyusunan laporan keuangan untuk
penatausahaan dan pelaporan barang maupun meningkatkan kualitas SDM personil yang
keuangan masih belum memadai terlibat secara aktif langsung dalam proses
penatausahaan maupun pelaporan barang
dan keuangan dengan narasumber dari
5 Belum adanya status kejelasan asset instansi maupun akademisi yang kompeten
terhadap pekerjaan yang didanai dari anggaran Pemda Melaksanakan koordinasi dengan Pemda
DIY maupun Pusat DIY maupun Instansi Pusat berkaitan dengan
kejelasan asset, apakah akan dipinjam
pakaikan atau dihibahkan

Tahun 2020 152


3.3 AKUNTABILITAS ANGGARAN
TAHUN 2020
Akuntabilitas anggaran dimulai sejak proses penyusunan dokumen
perencanaan yang merupakan dasar penyusunan dokumen penganggaran.
Berikut ini disajikan tabel yang menunjukkan proses efisiensi anggaran selama
proses penyusunan dokumen perencanaan tahun 2020.

Tahapan Proses Pagu Anggaran Keterangan Efisiensi

Rancangan Awal 1.366.439.539.354 Perangkat Daerah mengusulkan


RKPD anggaran untuk mendanai program dan
kegiatan Tahun 2020
Rancangan RKPD 1.239.358.011.136 Bappeda bersama dengan tim yang
146.752.269.854
terdiri dari BPKAD, Bagian Administrasi
Rancangan Akhir
1.219.687.098.013
dan Pengendalian Pembangunan serta
RKPD Bagian Organisasi memverifikasi usulan
Penetapan RKPD 1.219.687.269.500
program dan kegiatan Perangkat Daerah

Dari tabel tersebut, didapat bahwa terdapat efisiensi sebesar Rp


146.752.269.854,- saat proses penyusunan dokumen perencanaan tahun
2020. Efisiensi tersebut diperoleh dari hasil verifikasi atas usulan perangkat
daerah oleh Tim Verifikasi dengan mempertimbangkan: 1) Realisasi kinerja
dan anggaran tahun sebelumnya 2) Proses bisnis pencapaian target RPJMD
3) Pencapaian indicator SPM dan SDGs, 4) Hasil musrenbang dan 5)
Pokok-Pokok Pikiran DPRD.

Realisasi anggaran pendukung sasaran daerah pada tahun 2020


dapat dilihat pada tabel berikut ini

153 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


H
Tabel 3.32 Realisasi Anggaran Tahun 2020 a
r
a
Tahun 2020 p
Indikator a
No Sasaran Strategis Realisasi n
Sasaran Target Realisasi % Target Anggaran L
Anggaran a
1. Kemiskinan Angka 13,97 7,27 147,96% 5.511.572.819,00 5.266.106.533,10 m
Masyarakat Kemiskinan a
Menurun
2. Keberdayaan Indeks 63,86 64,33 100,74% 35.371.064.562,00 34.894.121.386,92 S
e
masyarakat keberdayaan
k
meningkat masyarakat o
3. Ketahanan pangan Pola Pangan 87,5 94,3 107,77% 2.325.688.068,00 2.245.166.722,00 l
masyarakat Harapan a
meningkat h
4. Ketimpangan Indeks 0,592 0,399 132,60% 3.038.376.750,00 2.989.677.169,20
pendapatan antar ketimpangan
penduduk menurun pendapatan (
gini Ratio)
5. Pertumbuhan Angka -2,22% -0,81% 163,51% 49.387.024.239,00 41.501.138.613,88
ekonomi meningkat Pertumbuhan
Ekonomi
Tahun 2020

6. Gangguan Angka 1.000 601 139,90% 14.618.532.660,00 14.462.263.000,80


ketentraman dan Kriminalitas
ketertiban Jumlah 4.299 1.227 171,46%
masyakarat Pelanggaran
menurun Perda
7. Kualitas pendidikan Angka Rata- 11,45 th 11,45 th 100,00% 111.156.330.598,00 98.302.350.639,90
154

meningkat Rata Lama


Sekolah
Angka 17,28 th 17,28 th 100,00%
1,6%

E 15,97%
fi
si
e 1,07%
n
si
An
gg
ar 11,56%
an
4
,
4
5
%

1
,
3
5
%

3
,
4
6
%
Tahun 2020 7
3
155

Indikator
No Sasaran Strategis Realisasi 0
Sasaran Target Realisasi % Target Anggaran .
Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta

Anggaran 3 6
2 4
8. Harapan hidup Angka 74,56 th 74,56 th 100,00% 297.462.034.713,00 253.382.929.583,73
2 2.
masyarakat Harapan
. 9
meningkat Hidup
5 8
9. Peran serta Persentase 61% 61,90% 101,48% 6.436.238.350,00 6.147.293.368,00
1 6.
masyarakat dalam Rintisan
0 4
pengembangan Kelurahan . 9
dan pelestarian Budaya Yang 0 7.
budaya meningkat Aktif 0 1
10. Kesesuaian persentase 76,70% 78,46% 102,29% 504.916.042,00 501.562.987,00 1 7
pemanfaatan ruang kesesuaian , 0,
meningkat pemanfaatan 0 5
ruang 0 3
11. Kualitas lingkungan indeks kualitas 51,24 55,64 108,59% 8.905.306.280,00 8.739.675.621,00
hidup meningkat lingkungan Sumber :
Bappeda
hidup
dan BPKAD
12. Infrastruktur Indeks 42,34 43,48 102,69% 119.054.544.028,00 111.709.567.362,36 Kota
wilayah meningkat Infrastruktur Yogyakarta
wilayah Tahun 2020
13. Kapasitas tata nilai A A 100,00% 76.550.880.892,00 62.844.644.182,64
kelola akuntabilitas
pemerintahan kinerja
meningkat pemerintah
Opini BPK WTP WTP 100,00%
terhadap
laporan
keuangan
Pemerintah
Daerah
E
f
0,66%
i
s
i
e 1,86%
n
s
6,17%
i

A 17,9%
n
g
g
a
r
a
n
1 88,04%
4
,
8
2
%

4
,
4
9
%
Analisis efisiensi anggaran dapat dilihat dari penyandingan ketercapaian
target indikator sasaran dengan realisasi anggaran pendukungnya. Dari table di atas,
diketahui bahwa kinerja fisik sasaran daerah secara keseluruhan sudah tercapai
melebihi 100%, dan untuk realisasi anggaran mencapai 88,04%, artinya anggaran
yang ada sudah digunakan secara optimal untuk mencapai target sasaran. Efisiensi
anggaran disebabkan adanya Pandemi Covid-19 dimana kegiatan yang melibatkan
masyarakat secara langsung tidak dapat dilaksanakan karena harus memperhatikan
prorokol kesehatan. Selain itu, efisiensi juga disebabkan oleh sisa anggaran lelang,
sisa pengadaan tanah serta penyesuaian kebutuhan anggaran aparatur yang
bersifat rutin maupun anggaran antisipasi seperti klaim asuransi, perjalanan dinas,
bahan bakar kendaraan serta alat tulis kantor.

Tahun 2020 156


3.4 INOVASI
PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Inovasi Daerah menurut PP No. 38 Tahun 2017 terbagi kedalam 3 macam yaitu
Inovasi Tata Kelola Pemerintahan Daerah, Inovasi Pelayanan Publik, dan Inovasi
Daerah lainnya sesuai dengan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
Hingga Tahun 2020, Kota Yogyakarta telah menginisiasi lebih dari 156 inovasi dan
melaporkan 120 inovasi dalam sistem IGA. Inovasi-inovasi tersebut berasal dari
inisiasi OPD, ASN, masyarakat, dan kepala daerah. Berdasarkan inovasi yang
dilaporkan dalam sistem IGA, yakni inovasi yang diimplementasikan pada tahun 2017
sampai dengan 2019, terdapat 120 inovasi, terdiri dari 60% inovasi pelayanan publik
(72 inovasi), 31% inovasi lainnya sesuai kewenangan daerah (37 inovasi), dan 9%
inovasi tata kelola pemerintah (11 inovasi). Dilihat berdasarkan jenis layanannya,
inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta didominasi dengan jenis layanan digital yaitu
sebesar 56% (67 inovasi) dari keseluruhan inovasi. Sedangkan, ditinjau berdasarkan
tujuan pembentukannya, 60% inovasi Pemerintah Kota Yogyakarta berupa inovasi
pelayanan publik (72 inovasi), 31% inovasi lainnya sesuai kewenangan daerah (37
inovasi), dan 9% inovasi tata kelola pemerintah (11 inovasi).
Indeks inovasi daerah terdiri dari 2 Aspek, 7 Variabel, dan 35 Indikator. Aspek Satuan
Pemerintah Daerah terdiri dari 2 variabel yaitu variabel institusi dan sumber daya
manusia & penelitian. Sedangkan Aspek Satuan Inovasi terdiri atas 5 Variabel yaitu
Infrastruktur, Kecanggihan Produk, Kecepatan Proses Bisnis, Output Pengetahuan
dan Teknologi, serta Hasil Kreatif, dimana pada masing-masing variabel, memiliki
indikator indeks inovasi daerah yang harus dilengkapi oleh data dukung untuk setiap
inovasi. Berdasarkan hasil nilai variabel menunjukkan bahwa Kota Yogyakarta masih
rendah di Variabel Output Pengetahuan dan Teknologi karena rendahnya nilai indeks
pada indikator online sistem, replikasi, jejaring inovasi, dan sosialisasi.
Untuk meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri dalam berinovasi, Kepala
Daerah membuat suatu definisi inovasi yang mudah dipahami sehingga mudah
bagi Perangkat Daerah untuk membuat inovasi. Definisi atau batasan yang dibuat
oleh Kepala Daerah yaitu, Inovasi adalah terobosan yang memudahkan aparatur
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, dan memudahkan masyarakat dalam
mengakses pelayanan publik pemerintah daerahnya. Definisi ini kemudian

157 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


ditetapkan dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 77 Tahun 2020 tentang
Inovasi Daerah. Dalam perwal juga disebutkan tentang adanya penghargaan atau
apresiasi bagi innovator baik OPD, ASN, maupun masyarakat.
Untuk meningkatkan kualitas inovasi, innovator diberikan pendidikan dan pelatihan
penumbuhan inovasi berbasis Design Thinking. Pelatihan ini adalah tahap lanjutan
pada tahun 2019 dan merupakan kerjasama antara Lembaga Administrasi Negara
dengan Civil Service College (CSC) dan Temasek Foundation, Singapura. Dengan
adanya diklat tersebut, diharapkan inovasi yang baru, maupun yang lama, dapat
dievaluasi dan diperbaiki agar sesuai dengan kebutuhan sasaran inovasi.

Pada tahun 2020 telah dihasilkan59 inovasi, 34 inovasi terkait COVID 19,
dan 25 inovasi regular/tak terkait COVID 19.

Berikut beberapa inovasi yang dikelompokkan kedalam misi Kepala Daerah:


Misi 1. Meningkatkan Kesejahteraan dan Keberdayaan Masyarakat.
a. Kelurahan Panembahan : Inovasi Lumbung Mataram Binangun Kelurahan
Panembahan
Inovasi Lumbung Mataram merupakan
inovasi dengan memanfaatkan Lahan
kosong warga yang tidak terawat
menjadi lahan pertanian. Tanaman
yang ditanam merupakan tanaman
pangan seperti buah dan sayuran. Hasil
dari penanaman ini digunakan untuk
mencukupi kebutuhan warga setempat bahkan sudah dijual murah untuk warga
diluar kelurahan. Lahan tidur yang dimanfaatkan menjadi lahan produktif
dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Harapannya dengan adanya inovasi
lumbung mataram binangun ini dapat digunakan sebagai pemenuhan pangan
dan gizi keluarga yang bermuara pada keberdayaan, ketahanan, kemandirian,
dan kedaulatan pangan warga Namburan Lor, Kelurahan Panembahan.
b. Kelurahan Karangwaru : Gelar Gulung '55
Pandemi COVID-19 telah merubah semua tatanan termasuk pada kehidupan
sosial masyarakat. Kondisi ini yang melatarbelakangi adanya inovasi Gelar

Tahun 2020 158


Gulung '55. Inovasi Gelar Gulung
'55 adalah sebuah gerakan
lumantar guyub lung tinulung
antar warga masyarakat. Inovasi
ini dilakukan dengan beberapa
aksi, yaitu 1) Aksi Mapping
Warga Mandiri Partisipatif yang
dilakukan dengan penyusunan
database untuk warga terdampak secara mandiri partisipatif, 2) Aksi Tanggap
Darurat Pangan yang dilakukan dengan pemberian bantuan paket pangan
langsung kepada warga terdampak dengan sistem distribusi secara swalayan
berbasis kejujuran dan pemberian donasi dari warga sesuai dengan
kapasitasnya masing-masing. 3) Aksi sosial kemandirian ekonomi yang
dilakukan dengan pembentukan Koperasi dan badan usaha mandiri serta
Gerakan jual beli di tetangga sendiri. 4) Aksi Jejaring pangupa jiwa dilakukan
dengan membuka lapangan kerja berbasis komunitas bagi warga terdampak.
5) Aksi Berkebun Lumbung Pangan dilakukan dengan berkebun tanaman
pangan untuk ketahanan pangan dalam skala komunitas. Selain itu, Inovasi Gelar
Gulung'55 terdiri dari beberapa unit yaitu unit usaha minimarket, unit Krisis Center,
Cafetaria, dan Unit usaha kebun. Dengan adanya inovasi Gelar Gulung '55 ini,
diharapkan mampu memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan sehingga
masyarakat dapat mandiri dan berdaya.

c. Kelurahan Tahunan : Dapur Umum “Mbagei”


Pandemi COVID-19 mengakibatkan
dampak yang sangat merugikan bagi
masyarakat Indoneisa. Beberapa dampak
yang sering kita jumpai adalah menipisnya
bahan pangan, kehilangan pekerjaan,
bahkan sampai kehilangan nyawa. Kegiatan
dapur umum "MBAGEI" ini merupakan suatu
kegiatan memberikan hidangan
kepada warga di Kelurahan Tahunan yang membutuhkan. Periode pertama
kegiatan dapur umum "MBAGEI" dilaksanakan pada tanggal 8 Juni 2020 - 25

159 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Juli 2020 (45 hari) dengan target tujuan yang diberikan yaitu kepada
masyarakat dan anak kost yang masih belum bisa kembali ke kampung
halaman masing-masing. Periode selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 19
Agustus 2020 dengan target difabel dan lansia yang ada di Kelurahan Tahunan.
Beberapa bahan masakan, seperti cabai, jagung, singkong, mentimun, bawang
daun, bawang merah diperoleh dari hasil panen Pengolahan Lahan Tidur di
Kelurahan Tahunan. Kegiatan dapur umum "MBAGEI" ini mampu menghasilkan
kurang lebih 100 bungkus untuk dibagikan kepada masyarakat yang
membutuhkan. Tujuan dari gerakan umum "MBAGEI" ini diharapkan mampu
meringankan kebutuhan pangan terlebih di era pandemi yang sedang
mengalami krisis bahan pangan. Selain itu juga bertujuan untuk menjaga
ketahanan pangan Kelurahan Tahunan. Manfaat yang diperoleh oleh
masyarakat Kelurahan Tahunan dengan adanya dapur umum "MBAGEI" yaitu
terbantu dalam memenuhi kebutuhan makanan, terlebih di era pandemi. Hasil
dari inovasi ini yaitu berupa nasi bungkus yang dibagikan kepada masyarakat
kurang lebih sebanyak 100 bungkus.

d. Bagian Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota


Yogyakarta : TAPRA GO - Bisma
( Bersama IniSiasi Melawan coronA ) Menghadapi Pandemi COVID-19 yang
secara luar biasa telah memaksa kita
s e m u am a s u k d a l a m k e a d a a n
kedaruratan kesehatan, sosial dan ekonomi sehingga dibutuhkan kekuatan
bersama agar dapat keluar dari situasi tersebut dan dapat bangkit kembali.
Untuk itu Bagian Tata Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat yang memiliki
tugas pokok dan fungsi antara lain menjadi Pembina Wilayah serta mendorong
inovasi di bidang Pemerintahan, Kewilayahan dan Kemasyarakatan
berkeinginan untuk membudayakan Pencegahan COVID-19. Keterbatasan
anggaran akibat pandemi dan dibatasinya intensitas pertemuan dengan warga,
melahirkan ide untuk menciptakan wadah sosialisasi pencegahan dan
penanggulangan COVID serta membuka peluang bagi masyarakat luas untuk
berpartisipasi. “TAPRA GO - Bisma” merupakan kependekan Tata
Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat dan Go adalah semangat untuk

Tahun 2020 160


terus bergerak bersama antara perangkat di Kecamatan, Kelurahan, dan
Kelompok sosial pelayan masyarakat. Sedangkan Bisma merupakan
kependekan dari Bersama Inisiasi Melawan Corona. Dalam cerita pewayangan
Bisma adalah seorang maharesi sangat bijaksana. Nilai inilah yang ingin
dikedepankan untuk membersamai masyarakat dalam mencegah dan
mengendalikan penularan COVID-19 dengan saling asah, asih dan asuh. Tapra
Go membuat ajakan kepada masyarakat untuk menjalankan protokol
pencegahan COVID-19, kemudian meminta respon masyarakat dengan
mengirimkan tanggapan ataupun kritikan. Harapannya, dengan adanya inovasi
ini dapat lebih mendorong dan meningkatkan peran serta aktif masyarakat
dalam memberikan edukasi pencegahan dan penanggulangan wabah COVID-
19 melalui konten-konten unik dan kreatif, sehingga lebih menarik perhatian
serta dapat memberikan inspirasi bagi masyarakat lainnya.
e. Dinas Pemberdayaan Perempuan, Masyarakat, dan Perlindungan Anak :
Relawan Hijau
Relawan Hijau merupakan sebuah gerakan integrasi atau kemanunggalan antar
sektor dalam pengembangan dan pemberdayaan masyarakat menuju pada
ketahanan pangan mandiri yang berwawasan lingkungan. Membangun jejaring
mulai dari pemanfaatan lahan sampai dengan pemasaran melalui RPK,
minimart dan agromart. Tujuan adanya inovasi ini adalah a) Meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan lahan kosong dan lahan tidur
sebagai lahan pertanian, b) Membangun jejaring kolaborasi dan integrasi antar
semua elemen dalam sinergi bersama, c) Peningkatan hasil pertanian
perkotaan sampai pada peningkatan ekonomi masyarakat. Hasil dari
inovasi ini antara lain a) Pemanfaatan lahan sekitar rumah dan lahan tidur
untuk pengembangan family farming
(pertanian keluarga), b) Penumbuhan p a r
tisipasimasyarakatdalam
pengembangan kampung hijau dan
program kampung iklim, c) Membangun
integrasi antar elemen dalam mewujudkan
halaman indah asri teratur dan nyaman, d)
Membangun jejaring proses produksi s a
mpaidenganpascapanendan

161 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


pemasaran hasil produksi. Dengan adanya inovasi relawan hijau,
harapannya dapat terpenuhinya pemenuhan kebutuhan sayur untuk minimal
keluarga dan masyarakat sekitar.
f. Kecamatan Danurejan: MAS DARMUJAN (MASker DARi Masyarakat
Untuk suryatmaJAN)
Inovasi ini merupakan inovasi yang berupaya memperkuat ketangguhan
massal masyarakat Suryatmajan dengan memberdayakan masyarakat yang
berprofesi sebagai penjahit mengingat kawasan Suryatmajan adalah
kawasan wisata. Kecemasan masyarakat bertambah dengan adanya berita
dan informasi yang cepat mengenai perkembangan COVID-19. Kondisi ini
menuntut aktor pemerintah kelurahan melalui Tim Gugus Tugas
Pencegahan COVID-19 untuk secara cepat, tanggap, dan responsif. Tim ini
harus mensosialisasikan, mencegah, dan memutus mata rantai penyebaran
COVID-18 dengan menghimbau masyarakat untuk mentaati Protokol
Pencegahan COVID-19 salah satunya dengan penggunaan masker.
Himbauan menggunakan masker adalah salah satu cara efektif untuk
memutus penyebaran COVID-19. Namun, di satu sisi ketersediaan masker
mulai menipis, menjadi barang langka, dan harganya naik hamper 100%.
Sementara itu, anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan pencegahan
COVID-19 menjadi tantangan tersendiri .
Berdasarkan hal tersebut, Kelurahan
Suryatmajan menginisiasi inovasi
COVID-19 dengan menggandeng
warga masyarakat terutama yang
berprofesi sebagai penjahit untuk
memanfaatkan bahan sisa atau kain
percamenjadimodaluntu
k membuat masker. Dengan penjahit
6 orang penjahit wilayah Suryatmajan
mampu menghasilkan 600 masker p
e r h a r i n y a d a n m a m p u
membagikan 600 masker kepada
masyarakat yang membutuhkan dan
ini mulai memotivasi banyak

Tahun 2020 162


masyarakat ditempat lain. Inovasi ini mampu menjadi contoh baik bagi
wilayah lain yang memiliki modal sosial masyarakat untuk lebih
memberdayakan potensi lokal dalam menanggulangi COVID-19.

Misi 2. Memperkuat Ekonomi Kerakyatan Dan Daya Saing


a. Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana : Inovasi UPPKS
Bangkit
UPPKS adalah kelompok usaha ekonomi produktif yang beranggotakan
sekumpulan anggota keluarga yang saling berinteraksi dan terdiri dari berbagai
tahapan Keluarga Sejahtera, baik Pasangan Usia Subur yang sudah ber-KB
maupun yang belum ber-KB dalam rangka meningkatkan tahapan
kesejahteraan dan memantapkan serta bergerak aktif dalam ekonomi produktif.
Dalam membangun usaha, anggota UPPKS harus dibekali dengan perangkat
berupa pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk menekuni suatu
bidang usaha. Inovasi UPPKS Bangkit merupakan inovasi yang dilakukan untuk
mendorong UPPKS bertahan dan meningkatkan strategi dalam
mengembangkan produksinya. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan pelatihan dan pendampingan. Hasil yang diperoleh dari inovasi ini
adalah meningkatnya daya juang, menggerakkan roda perekonomian sehingga
dapat meningkatkan daya saing.

b. Dinas Perindustrian dan Perdagangan : Inovasi Smart Tradional Market


Inovasi Smart Tradisonal Market merupakan inovasi yang mengubah
mekanisme pembayaran baik antara pedagang dan pemerintah (retribusi
pasar), pedagang dan konsumen (pembayaran transaksi belanja) serta
marketplace untuk pedagang pasar tradisional. Inovasi ini telah melakukan
kerjasama dengan GoJek dan Link Aja. Perubahan yang dirasakan dengan
adanya inovasi smart tradisional market yaitu kemudahan pembayaran retribusi
pasar yang semula manual saat ini dilakukan melalui aplikasi Go Bills dan Link
Aja. Selain itu, saat ini sudah tersedia marketplace bagi para pedagang melalui
Go Shop yang dapat diakses secara daring. Adapun tujuan inovasi ini adalah
untuk mengoptimalisasi penggunaan transaksi non tunai dan mengoptimalkan
pemasaran komoditi pedagang pasar tradisional melalui media daring. Dengan
adanya inovasi Smart Tradisional Market dapat

163 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


digunakan sebagai upaya pelestarian pasar tradisional, menaikkan
kemanfaatan pasar tradisional sehingga dapat meningkatkan daya saing.

c. Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian : Inovasi QR Code


Kunjungan
Sebagai Kota Pariwisata, Budaya dan
Pendidikan, Pemerintah perlu menyiapkan
protokol COVID-19 pada seluruh aspek. Untuk
itu Pemerintah Kota Yogyakarta membuat
inovasi berupa QR (Quick Response) Code
Kunjungan. Inovasi ini berwujud kode matriks
atau barcode dua dimensi. QR Code Kunjungan
ini mempunyai konfigurasi unik dimana setiap
tempat akan berbeda satu sama lain. QR ini l a n
gsungterhubungdenganaplikasi
kunjungan.jogjakota.go.id. Khusus untuk QR Code pada obyek, destinasi dan
kawasan wisata, dibuat terhubung dengan informasi agenda wisata dan promosi
dari pertokoan pada kawasan tersebut. Tahap awal QR terpasang di semua
tempat kedatangan baik terminal, stasiun. Untuk Kawasan wisata maka QR ini
dipasang di Kawasan Malioboro untuk mengatur jumlah pengunjung pada
Kawasan Malioboro dan terintegrasi dengan Protokol New Normal Kawasan
Malioboro. Fungsi utama dari QR Code adalah mendata, mencatat dan
memindai pengunjung yang memasuki wilayah Kota Yogyakarta, obyek wisata,
ruang publik, perkantoran, dan kedatangan mahasiswa. Dengan adanya inovasi
ini, harapnnya pengunjung dapat menikmati objek wisata dengan nyaman
sehingga roda perekonomian wilayah akan tetap berjalan.

d. Dinas Pariwisata : Inovasi Wisata Sepeda


Inovasi Wisata Sepeda merupakan inovasi yang mendukung program kampung
wisata. Inovasi ini melibatkan berbagai pihak seperti komunitas, koorporasi,
pemerintah kota, dan kampung yang saling bersinergi memperkuat destinasi
pariwisata Kota Yogyakarta melalui pengembangan wisata alternatif di
perkampungan. Selain itu, inovasi ini juga bertujuan untuk memperkenalkan
keunikan dan daya tarik perkampungan, menambah alternatif berwisata,

Tahun 2020 164


meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan, dan
meningkatkan lama tinggal wisatawan. Adapun
rute yang ditawarkan meliputi : 1) Rute
Romansa Kota Lawas, 2) Rute Tilik Jeron
Beteng, 3) Rute Jajah Kampung, dan 4) Rute
Jajah Kampung Susur Sungai. Paket destinasi
yang ditawarkan adalah wisatawan dapat
mengeksplor kampung-kampung wisata seperti suasana kampung,
kerajinan dan kuliner khas. Dengan adanya inovasi ini diharapkan dapat
dipandang sebagai daya tarik baru untuk meningkatkan keberdayaan
masyarakat, menggerakan perekonomian terutama pada bidang pariwisata,
serta dapat meningkatkan daya saing wilayah.

e. Kecamatan Gedongtengen :Inovasi Si Sarkem POPI


Tidak terintegrasinya informasi berupa
potensi pariwisata dan ekonomi kreatif m
enyebabkankurangoptimal
n y a pengembangan pariwisata di
wilayah Kecamatan Gedongtengen. Oleh
sebab itu, dibutuhkan adanya suatu
sistem informasi yang dapat
mengintegrasikan kebutuhan tersebut.
Si Sarkem Popi atau Sistem Pemasaran dan Perkembangan Potensi
Pariwisata merupakan inovasi layanan informasi pemasaran berbagai
potensi sarana prasarana yang terkait pariwisata dan ekonomi kreatif di
Kecamatan Gedongtengen. Inovasi ini terintegrasi dalam satu sistem dan
dapat dimanfaatkan oleh seluruh stakeholder pariwisata seperti wisatawan,
pengusaha pariwisata dan ekonomi kreatif terutama UMKM dan kampung
wisata. Inovasi Si Sarkem Popi menampilkan informasi berupa pertunjukan
seni budaya, wisata tepi sungai, pasar oleh-oleh, lorong sayur dan
peninggalan situs atau candi. Inovasi Si Sarkem Popi juga dapat
dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota maupun Kecamatan sebagai bahan
data untuk menyusun kebijakan pariwisata.

165 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Misi 3. Memperkuat Moral, Etika, Dan Budaya
a. Dinas Kebudayaan : Inovasi Sistem Informasi Kebudayaan
Inovasi sistem informasi kebudayaan merupakan sistem yang dapat
membantu masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari Dinas
Kebudayaan secara daring. Sistem ini berisikan hasil identifikasi potensi di
bidang kebudayaan yang terbagi menjadi 3 layanan yaitu layanan Nomor
Induk Kebudayaan, layanan informasi event budaya dan layanan geographic
informasi system (GIS) pada kantong budaya.
Tujuan inovasi ini adalah untuk melakukan penyederhanaan pelayanan serta
untuk menggali informasi tentang kegiatan kebudayaan yang dilakukan oleh
Dinas Kebudayaan. Dengan adanya sistem ini, pelayanan dan penyampaian
informasi mengenai kebudayaan menjadi cepat, mudah, dan transparan.

b. Kelurahan Kricak : Inovasi Gada Bima Inovasi GADA BIMA atau Galang
Damai Bina Masyarakat merupakan inovasi yang langsung bisa menyentuh dan
melibatkan seluruh elemen masyarakat
dalam penanganan wabah COVID-19. G
erakaninidilakukandengan
membentuk Tim yang berkeliling setiap
hari bertugas mengedukasi masyarakat, menyediakan pelayanan
pencegahan dan penanganan, pemantauan, dan lain sebagainya. Melalui
inovasi ini diharapkan budaya yang diusung oleh Kelurahan Kricak dapat
diinternalisasi menjadi semangat gerak dalam setiap kehidupan.
Keunggulan inovasi ini dalam aspek gerakan sosial diharapkan mampu
membentuk masyarakat yang bergerak mandiri (swadaya) dan terorganisir
dalam memecahkan masalah. Kemandirian masyarakat yang terbentuk juga
akan menumbuhkan masyarakat cerdas yang lebih kreatif untuk
menyelesaikan berbagai persoalan di masyarakat.

Misi 4. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kesehatan, Sosial Budaya


a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah : Inovasi Early Warning System
for DBD

Tahun 2020 166


Inovasi Early Warning System for D
BD(EWSDBD)merupaka
n sebuah sistem yang digunakan
untuk dapat mendeteksi prakiraan
terjadinya wabah demam berdarah.
Adanya sistem ini memudahkan
pengambilan keputusan dalam
pencegahan dan kontrol penyebaran penyakit demam berdarah. Inovasi ini
mengadopsi konsep participatory action yang mana menggunakan data berupa
indeks entomologi, data cuaca curah hujan, penggunaan lahan, dan mobilitas
penduduk sebagai bahan atas prediksi. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan
dapat meningkatkan ketahanan dan kapasitas masyarakat dalam menerapkan
pola hidup sehat dalam menanggulangi penyakit menular. Selain itu juga dapat
digunakan sebagai control kebijakan para pengambil keputusan dalam
mengambil tindakan terhadap terjadinya wabah penyakit menular.

b. Dinas Pendidikan / SMPN 14 : Inovasi Mobile Exam (ME)


Inovasi Mobile Exam merupakan inovasi
yang mendukung Gerakan belajar dari
rumah selama pandemic COVID-19.
Belajar dari rumah tetap mudah dan
nyaman dilakukan untuk semua peserta
didik dengan menggunakan inovasi
Mobile Exam di HP masing-masing yang
diunduh melalui Play Store. Dengan menggunakan mobile exam
memungkinkan dilaksanakannya pembelajaran jarak jauh (PJJ) melalui
belajar dirumah (BDR) yang mudah dan praktis. Keunggulan aplikasi ini
adalah 1). MUDAH: Penggunaan aplikasi Mobile Exam sangatlah mudah,
siswa hanya perlu melakukan scan kode QR untuk memulai pembelajaran;
2). PRAKTIS: Pelaporan nilai/aktivitas BDR secara otomatis oleh Microsoft
Form. Adanya sistem grading secara otomatis dapat meningkatkan efieinsi
waktu bagi pendidik; 3). RAMAH LINGKUNGAN: Ujian dan Quiz tidak lagi
memerlukan kertas dan mengurangi biaya cetak dan distribusi soal.

167 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


c. Dinas Pendidikan / SD Muhammadiyah Sapen 1 : Inovasi Radio Sapen
Respon cepat tanggap pembelajaran
terhadap kondisi pandemi COVID-19 adalah
dengan melakukan pembelajaran jarak jauh.
Adanya respon ini untuk meminimalisir
terjadinya kehilangan pembelajaran. Selain
itu, pembelajaran jarak jauh juga digunakan
sebagai gerakan “Independen Belajar”. Hal
inilah yang melatarbelakangi adanya inovasi
radio sapen. Inovasi radio sapen merupakan
inovasi yang menggunakan media radio
dalam membantu proses pembelajaran. Hadirnya radio dipandang sebagai
langkah efektif untuk menumbuhkan budaya belajar mandiri. Adapun proses
implementasinya dilakukan dengan 1) melakukan workshop untuk guru, 2)
menggunakan media radio, 3) menggunkan akun G-sweet, 4) melakukan
review pada kompetensi dasar dan materi dasar, 5) melakukan penjadwalan
menggunakan google meet. Dengan adanya inovasi radio sapen,
diharapkan dapat menjadikan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan
dan dapat meningkatkan hasil belajar para siswa.

Misi 5. Memperkuat Tata Kelola Dan Kualitas Lingkungan


a. Dinas Pertanahan dan Tata Ruang : Inovasi Bintang Srawung Kota
(Pembinaan Tata Ruang sebagai Sarana Mewujudkan Ruang yang Berkualitas di
Kota Yogyakarta). Inovasi Bintang Srawung Kota (Pembinaan Tata Ruang sebagai
Sarana Mewujudkan Ruang yang Berkualitas di Kota Yogyakarta) adalah kumpulan
kegiatan yang melibatkan stakeholder dengan berbagai
mediadanmetodeyang
memungkinkan penyampaian
informasi serta mengedukasi
masyarakat mengenai tata ruang
di Kota Yogyakarta. Penyampaian
informasi dilakukan dengan variasi
media sosialisasi seperti melalui
media sosial dinas, produk offline:

Tahun 2020 168


brosur, poster, banner, webinar, dan konsultasi tata ruang via WA. Inovasi ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman peran serta dan pemberdayaan
masyarakat dalam pemanfaatan ruang di Kota Yogyakarta. Manfaat yang
diperoleh dengan adanya inovasi Bintang Srawung Kota antara lain: 1.
Tersedianya variasi media sosialisasi sehingga memperluas jangkauan dan
meningkatkan peluang teredukasinya masyarakat, 2. Terbentuknya jejaring
untuk kerjasama dalam memasyarakatkan tata ruang, serta 3. Meningkatnya
pemahaman masyarakat tentang Tata Ruang. Sejak adanya inovasi Bintang
Srawung Kota, maka diperoleh hasil berupa adanya masterplan dan roadmap
pembinaan tata ruang untuk pelaksanaan dan pencapaian pembinaan yang
lebih baik.

b. D i n a s P e r t a n a h a n d a n Ta t a R u a n g : I n o v a s i P e r t a n a h a n
Istimewa(Penanganan Permasalahan Pertanahan pada Tanah Kasultanan
dan Kadipaten di Kota Yogyakarta melalui Dana Keistimewaan)
Inovasi Pertanahan Istimewa digunakan untuk mendukung kegiatan
penanganan permasalahan pertanahan melalui dukungan anggaran
keistimewaan DIY sehingga kegiatan penanganan permasalahan dapat lebih
optimal. Kegiatan ini meliputi inventarisasi, pengumpulan data dan informasi,
koordinasi internal, melakukan mediasi, dan survei lapangan. Tanah
kasultanan dan tanah kadipaten pada saat ini dimanfaatkan tidak
sebagaimana mestinya. Harapannya, dengan Pertanahan Istimewa maka
proses penanganan permasalahan akan dapat lebih cepat tertangani dan
terselesaikan, serta dapat terciptanya situasi yang kondusif, aman, dan
nyaman di lingkungan masyarakat. Pertanahan Istimewa dilakukan oleh suatu
tim yang terdiri dari unsur OPD terkait, termasuk pihak kasultanan dan
kadipaten serta kantor pertanahan Kota Yogyakarta. Dengan adanya inovasi
ini diharapkan dapat
mengamankan status hukum
alas hak kasultanan dan
kadipaten serta memberikan
kepastian pengelolaan dan
pemanfaatan terhadap tanah
kasultanan dan kadipaten.

169 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Misi 6. Membangun Sarana Prasarana dan Permukiman
a. Dinas PUPR : Inovasi Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh
Kawasan Sungai Winongo dan Sungai Gajahwong
Kawasan permukiman kumuh dianggap sebagai penyakit kota yang harus
diatasi. Sebagian besar lingkungan kumuh pada Kawasan bantaran sungai
memiliki kondisi bangunan yang sangat rapat dengan kualitas konstruksi
rendah, jaringan jalan tidak berpola dan tidak diperkeras, sanitasi umum dan
drainase tidak berfungsi serta sampah belum dikelola dengan baik. Diperlukan
suatu upaya berupa penataan kawasan permukiman secara masif dalam satu
Kawasan. Dengan adanya inovasi ini, pemerintah berupaya untuk menyediakan
hunian yang layak huni sehingga tercipta lingkungan permukiman yang nyaman
dan layak bagi masyarakat Kawasan Sungai.

Misi 7. Meningkatkan Tata Kelola Pemerintahan


a. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil : Inovasi Drive Thru KTP D i e
ra N e w N o rma l , l a ya n a n
administrasi kependudukan telah
dilaksanakan secara daring. Atas
pertimbangan bahwa tatanan New
Normal perlu dilaksanakan di semua j e
nispelayananadministras
ikependudukanmakaDina
s Kependudukan dan Pencatatan Sipil
melakukan perubahan mekanisme layanan salah satunya dengan
menginisiasi layanan Drive Thru KTP. Pelayanan Drive Thru cetak KTP bagi
penduduk Kota Yogyakarta dengan ketentuan sebagai berikut :
· Jenis KTP yang dilayanai adalah permohonan cetak KTP khusus
akibat hilang dan rusak bagi penduduk Kota Yogyakarta.
· Persyaratan:
- KTP hilang : membawa asli KK dan Surat Kehilangan dari Kepolisian;
- KTP rusak : membawa asli KK dan KTP yang rusak
Kelebihan inovasi ini adalah: 1. Memangkas birokrasi dalam penerbitan KTP
yang hilang dan atau rusak, 2. Proses mudah dan cepat, 3. Mendukung
layanan era New Normal, 4. Meningkatkan tertib adminduk. Adapun

Tahun 2020 170


mekanisme layanan Drive Thru cetak KTP bagi penduduk Kota Yogyakarta
yaitu:
- Pemohon datang langsung ke lokasi tanpa turun dari kendaraan,
menyerahkan persyaratan kepada petugas.
- Petugas memverifikasi dan mencetak KTP yang dimohon dan
menyerahkan langsung kepada pemohon;
- Proses pelayanan kurang lebih 3 menit untuk setiap pemohon -
Pelayanan dilaksanakan setiap hari Selasa, Rabu, Kamis pukul 09.00 – 12.30 WIB -
Pelayanan dilaksanakan tanpa dipungut biaya (gratis).

b. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan : Inovasi Print From Home


Inovasi Print From Home (PFH)
adalah inovasi layanan Perizinan
dan Nonperizinan pada Dinas
Penanaman Modal dan Perizinan
Kota Yogyakarta secara online
(aplikasi digital) dengan proses
mulai dari pembuatan akun

sampai dengan pencetakan produk layanan dilakukan secara mandiri oleh


pemohon melalui Portal Perizinan Online atau Jogja Smart Service (JSS)
dengan tidak terbatas ruang dan waktu sehingga pemohon tidak perlu
melakukan kunjungan ke Gerai Pelayanan Publik. Layanan PFH diterapkan
dalam rangka melaksanakan Inovasi Daerah sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017 tentang Inovasi Daerah.
Sasaran Layanan PFH adalah meningkatkan pelayanan publik serta
mewujudkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat. PFH sebagai inovasi
daerah diharapkan mampu membentuk City Branding Kota Yogyakarta dan
meningkatkan marwah inovasi di Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta. Layanan
PFH dapat diakses melalui Portal Perizinan Online di alamat
hps://www.perizinanonline.jogjakota.go.id dan melalui Portal Jogja Smart Service
(JSS) di alamat hps://www.jss.jogjakota.go.id yang juga dapat diakses melalui
Aplikasi JSS berbasis Android. Proses Layanan Perizinan dan Non Perizinan
yang efektif dan efisien. Layanan Print From Home (PFH) menjadikan proses
layanan Perizinan dan Non Perizinan tidak perlu dilakukan

171 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


dengan tatap muka dan datang ke Gerai Pelayanan Publik. Konsultasi
terkait Layanan PFH juga dapat dilakukan secara jarak jauh dan secara
online melalui media e-mail, aplikasi Whatsapp, dan telepon.

c. Bagian P3ADK Setda : Knowledge Management System Kerja Sama


Daerah (KMSKSD)
Knowledge Management System
Kerja Sama Daerah (KMSKSD)
merupakan Sistem manajemen
pengetahuan kerja sama daerah
yang terdiri atas website dan
business process kerja sama daerah

sebagai sumber pengetahuan dalam bentuk modul dan animasi yang dapat
diakses melalui hps://sites.google.com/view/kerjasama-jogjakota/home . Sistem ini
merupakan sistem fasilitasi bagi perangkat daerah Kota Yogyakarta, fasilitasi
untuk calon mitra kerja Pemerintah Kota Yogyakarta, dan informasi umum
mengenai kerjasama. Inovasi ini bertujuan mempermudah pelayanan,
meningkatkan pengetahuan para pihak dan melakukan tertib administrasi dan
substansi dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring kerja
sama daerah. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan pengetahuan kerja sama
daerah dapat disebarluaskan dengan lebih efisien dan efektif, fasilitasi kerja
sama daerah lebih mudah dan administrasi kerja sama daerah lebih tertib.

d. Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan: SIM PINTER (Sistem


Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi)
SIM PINTER merupakan inovasi tata kelola pemerintahan berupa Aplikasi
Sistem Informasi Manajemen Pendidikan dan Pelatihan Terintegrasi yang
bertujuan untuk meningkatkan kinerja organisasi dan kinerja pelayanan
kepegawaian di Pemerintah Kota Yogyakarta. SIM PINTER mempermudah
ASN Pemerintah Kota Yogyakarta dalam memperoleh layanan diklat dan
kepegawaian dalam satu aplikasi, sehingga lebih efektif dan efisien. Dengan
adanya kemudahan layanan diklat dan kepegawaian melalui SIM PINTER
diharapkan mampu meningkatkan kesadaran ASN dalam meningkatkan
kecakapan dan keterampilan, terutama dalam bidang-bidang yang

Tahun 2020 172


berhubungan dengan kepemimpinan atau manajerial yang diperlukan dalam
pencapaian tujuan organisasi.

FAKTOR PENDORONG
1. Adanya dorongan dari Pemerintah Pusat agar daerah memunculkan one
agency one innovation atau tiap OPD memunculkan 1 inovasi.
2. Adanya kebijakan Kepala Daerah yang mewajibkan tiap OPD
mencantumkan target inovasi pada perjanjian kinerjanya.
3. Adanya penghargaan dari pemerintah pusat kepada daerah dengan
kinerja inovasi yang berkualitas, baik penghargaan terhadap pemerintah daerah
maupun terhadap inovasinya.
4. Adanya pembinaan dari Pemerintah Pusat untuk peningkatan kapasitas
SDM inovasi.
5. Adanya penghargaan dari Kepala Daerah terhadap inovasi dan inovator
baik kepada OPD maupun kepada masyarakat umum.
6. Adanya kewajiban membuat tugas proyek perubahan bagi peserta diklatpim.

FAKTOR PENGHAMBAT
1. Mutasi personil mengakibatkan inovasi kurang dimanfaatkan secara
maksimal. Strategi: pengelolaan inovasi dilakukan oleh tim yang ditetapkan
dengan keputusan Kepala OPD.
2. Inovasi yang bersifat digital/aplikasi cepat menjadi kadaluwarsa. Strategi:
maintenance secara berkala dengan melakukan pengembangan aplikasi sesuai
dengan perkembangan kebutuhan yang diperlukan.
3. Inovasi hanya sekedar menyelesaikan tugas, sehingga pemanfaatan
kurang optimal. Strategi: monitoring dan evaluasi, jajak pendapat kepuasan
pelanggan, serta diklat design thinking agar inovasi didisain berbasis kebutuhan
pelanggan/pengguna

173 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengelompokan Inovasi berdasarkan Misi Kepala Daerah

No Misi Inovasi
1 Meningkatkan a. Inovasi Lumbung Mataram Binangun
Kesejahteraan dan Kelurahan Panembahan
Keberdayaan Masyarakat b. Gelar Gulung ’55
c. Dapur Umum “Mbagei”
d. TAPRA GO - Bisma (Bersama
IniSiasi Melawan coronA)
e. Relawan Hijau
f. MAS DARMUJAN (MASker DARi
Masyarakat Untuk suryatmaJAN)
2 Memperkuat Ekonomi a. Inovasi UPPKS Bangkit
Kerakyatan Dan Daya b. Inovasi Smart Tradional Market
Saing c. Inovasi QR Code Kunjungan
d. Inovasi Wisata Sepeda
e. Inovasi Si Sarkem POPI
3 Memperkuat Moral, Etika, a. Inovasi Sistem Informasi
Dan Budaya Kebudayaan
b. Inovasi Gada Bima
4 Meningkatkan Kualitas a. Inovasi Early Warning System for
Pendidikan, Kesehatan, DBD
Sosial Budaya b. Inovasi Mobile Exam (ME)
c. Inovasi Radio Sapen
5 Memperkuat Tata Kelola a. Inovasi Bintang Srawung Kota
Dan Kualitas Lingkungan (Pembinaan Tata Ruang sebagai
Sarana Mewujudkan Ruang yang
Berkualitas di Kota Yogyakarta).

Tahun 2020 174


No Misi Inovasi
b. Inovasi Pertanahan Istimewa
(Penanganan Permasalahan
Pertanahan pada Tanah Kasultanan
dan Kadipaten di Kota Yogyakarta
melalui Dana Keistimewaan)
6 Membangun Sarana Inovasi Penataan Lingkungan
Prasarana dan Permukiman Kumuh Kawasan Sungai
Permukiman Winongo dan Sungai Gajahwong

7 Meningkatkan Tata Kelola a. Inovasi Drive Thru KTP


Pemerintahan b. Inovasi Print From Home
c. Knowledge Management System
Kerja Sama Daerah (KMSKSD)
d. SIM PINTER (Sistem Informasi
Manajemen Pendidikan dan
Pelatihan Terintegrasi)

175 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Lampiran 2. Pengelompokan Inovasi berdasarkan Instansi OPD

No OPD Inovasi
1 Kelurahan Panembahan Inovasi Lumbung Mataram Binangun
Kelurahan Panembahan
2 Kelurahan Karangwaru Gelar Gulung ’55
3 Kelurahan Tahunan Dapur Umum “Mbagei”
4 Kelurahan Kricak Inovasi Gada Bima
5 Kecamatan DanurejanMAS DARMUJAN (MASker DARi
Masyarakat Untuk suryatmaJAN)

6 Kecamatan Inovasi Si Sarkem POPI


Gedongtengen
7 Badan Perencanaan Inovasi Early Warning System for DBD
Pembangunan Daerah
8 Bagian Tata TAPRA GO - Bisma ( Bersama
Pemerintahan dan IniSiasi Melawan coronA )
Kesejahteraan Rakyat
Setda Kota Yogyakarta
9 Bagian P3ADK SetdaKnowledge Management System Kerja Sama
Daerah (KMSKSD)

10 Badan Kepegawaian SIM PINTER (Sistem Informasi


Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pendidikan dan Pelatihan
Terintegrasi)
11 Dinas Pemberdayaan Relawan Hijau
Perempuan, Masyarakat,
dan Perlindungan Anak
12 Dinas Pengendalian Inovasi UPPKS Bangkit
Penduduk dan Keluarga
Berencana
13 Dinas Perindustrian dan Inovasi Smart Tradional Market
Perdagangan

Tahun 2020 176


No OPD Inovasi
14 Dinas Komunikasi, Inovasi QR Code Kunjungan
Informatika, dan
Persandian
15 Dinas Pariwisata Inovasi Wisata Sepeda
16 Dinas Kebudayaan Inovasi Sistem Informasi Kebudayaan
17 Dinas Pendidikan / SMPN Inovasi Mobile Exam (ME)
14
Dinas Pendidikan / SD Inovasi Radio Sapen
Muhammadiyah Sapen 1
18 Dinas Pertanahan dan Inovasi Bintang Srawung Kota
Tata Ruang (Pembinaan Tata Ruang sebagai
Sarana Mewujudkan Ruang yang
Berkualitas di Kota Yogyakarta).
Inovasi Pertanahan
Istimewa(Penanganan Permasalahan
Pertanahan pada Tanah Kasultanan
dan Kadipaten di Kota Yogyakarta
melalui Dana Keistimewaan)
19 Dinas Pekerjaan Umum Inovasi Penataan Lingkungan
Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh Kawasan Sungai
Permukiman Winongo dan Sungai Gajahwong
20 Dinas Kependudukan dan Inovasi Drive Thru KTP
Pencatatan Sipil
21 Dinas Penanaman Modal Inovasi Print From Home
dan Perizinan

177 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tahun 2020 178
BAB IV
PENUTUP

179
Sebagai penutup dari Laporan Pandemi Covid-19 dimana kegiatan y a
Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta ngmelibatkanmassaharus
Tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa memperhatikan protocol kesehatan.
secaraumumPemerintahK Secara umum dapat disimpulkan
o t a Yogyakarta telah memperlihatkan bahwa pencapaian target terhadap
pencapaian kinerja yang signifikan atas beberapa indikator yang dicantumkan
sasaran-sasaran strategisnya. Hasil dalam RPJMD 2017-2022 khususnya
analisis pencapaian indikator sasaran untuk Tahun Anggaran 2020, dapat
terhadap Capaian kinerja (performance dipenuhi sesuai dengan harapan.
results) Pemerintah Kota Yogyakarta Implementasi proses bisnis dalam
Tahun 2020 menggambarkan bahwa penyusunan perencanaan anggaran
capaian kinerja Pemerintah Kota Yo g y menjadi kunci utama dalam pencapaian t
akartaselamatahun2020 argetkinerjasertamenduku
menunjukkan keberhasilan untuk n g efektifitas dan efisiensi anggaran.
mewujudkan misi dan tujuan dalam
DemikianLaporanKiner
RPJMD 2017-2022 dan telah memenuhi
j a Pemerintah Kota Yogyakarta Tahun
13 (tiga belas) sasaran strategis
2020 ini. Secara garis besar disusun
sebagaimana yang telah ditargetkan.
dalam rangka untuk memperbaiki dan
Target yang digunakan sebagai dasar p
meningkatkan kinerja Pemerintah Kota
engukurantelahmengalam
Yogyakarta di masa-masa mendatang.
i penyesuaian dengan adanya Pandemi
Covid-19. Dari hasil analisis terhadap
13 sasaran yang mencakup 16
indikator kinerja sasaran, dapat
diketahui bahwa keseluruhan dari 16
indikator kinerja sasaran atau 100 %
mendapat predikat sangat tinggi.
Pencapaian target indikator
kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta
juga didukung dengan adanya alokasi
anggaran belanja langsung dalam
Perubahan APBD Pemerintah Kota
Yogyakarta Tahun Anggaran 2020
sebesar Rp. 870.191.431.475,-
dengan r e a l i s a s i s e b e s a r R p
777. 600.404.250,81 atau 89,36%.
Tidak terserapnya anggaran ini sedikit
banyak juga dipengaruhi oleh adanya

Tahun 2020 180


181
PENGHARGAAN YANG DITERIMA

Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Narasi
Penghargaan Diterimakan
Pemerintahan Kota (Pemkot) Yogya kembali menorehkan prestasi
1 Penghargaan 9 Januari
membanggakan. Kali ini giliran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
Kapabilitas 2020(APIP) pada Inspektorat Kota Yogya berhasil meraih level 3 pada penilaian
APIP Tahun kapabilitas APIP dari Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan
2020 (BPKP) DIY. Level kapabilitas APIP sendiri dikelompokkan menjadi 5
tingkatan yaitu level 1 (Initial), level 2 (Infrastructure), level 3 (Integrated),
level 4 (Managed), dan ;evel 5 (Optimizing). Kepala Perwakilan BPKP DIY,
Slamet Tulus Wahyana, menerangkan level 3 tersebut berarti kemampuan
APIP di lingkungan Inspektorat Kota Yogyakarta telah sanggup melakukan
penilaian tentang efisiensi, efektivitas, ekonomis terhadap suatu kegiatan,
serta mampu memberikan konsultasi pada tata kelola, manajemen risiko
dan pengendalian internal.

2 Penghargaan 24 Februari Pemerintah Kota Yogyakarta berhasil meraih penghargaan dalam


SAKIP Tahun 2020 penyelenggaraan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
2020 2019 dengan predikat A.Penghargaan diserahkan Menteri PAN-RB RI
Tjahjo Kumolo kepada Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi di Hotel
Tentrem. Pemerintah Kota Yogyakarta berhasil meraih predikat A dengan
total nilai 80,03, meningkat dari tahun sebelumnya yang berada di angka
75,01 dengan predikat BB. Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti mengaku
Pemerintah Kota Yogyakarta telah melakukan perbaikan SAKIP sejak 2016
yakni dengan menyusun proses bisnis yang berdasarkan proses RPJMD
Kota Yogyakarta tahun 2017-2022. Perbaikan SAKIP dibuktikan dengan
Tahun 2020

berkurangnya angka kemiskinan yang pada tahun 2012 sebesar 99,75


persen menjadi 6,98 persen pada tahun 2018. Hal yang sama juga terjadi
pada berkurangnya jumlah pengangguran terbuka yakni dari angka 10,74
persen menjadi 2,32 persen.
182
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
183

Penghargaan Diterimakan Pemerintah Kota Yogya berhasil meraih penghargaan Arsip Nasional
3 Penghargaan 26 Februari Repubik Indonesia (ANRI) Award dengan peringkat pertama kategori
Laporan Kinerja Pemerintah

ANRI Awards 2020 ‘Sangat Memuaskan’. Penghargaan diserahkan oleh Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB)
Republik Indonesia, Tjahjo Kumolo dan diterima oleh Wakil Walikota
Yogyakarta, Heroe Poerwadi yang di gelar di The Sunan Hotel Surakarta
Menpan-RB menuturkan pengelolaan arsip saat ini menjadi salah satu
perhatian pemerintah dalam rangka reformasi birokrasi karena arsip dinilai
memiliki peran strategis dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
Terkait dengan ANRI Award, event tersebut digelar sebagai salah satu
upaya ANRI untuk melakukan pembinaan kearsipan baik bagi
Kementerian, Lembaga Negara, BUMN, dan Pemerintah Daerah.
Kota Yogyakarta

4 Penghagaan 30 April 2020 Program Gandeng Gendong berhasil menghantarkan Kota Yogyakarta
Pembangunan sebagai Kota Terbaik ke dua Tingkat Nasional dalam Penghargaan
Daerah Tahun
Pembangunan Daerah (PPD) 2020 oleh Kementerian Perencanaan
2020
Pembangunan Nasional/Bappenas. Gandeng-gendong juga disebut
sebagai program yang memiliki kesesuaian dengan program Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Provinsi. Selain itu Gandeng Gendong dinilai
berhasil oleh Bappenas sebagai penguatan modal sosial, pemberdayaan
masyarakat serta pengentasan kemiskinan khususnya di tepi sungai Code,
Winongo, dan Gajahwong yang dimanfaatkan sebagai potensi wisata.
Penghargaan dari Bappenas tersebut dinilai sebagai bukti keseriusan
Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menata perencanaan yang benar
sehingga lebih efisien dan efektif dan dilakukan melalui kolaborasi OPD.
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
5 Penghargaan 29 Juni 2020 Atas dedikasinya dalam memberikan pelayanan Keluarga Berancana
dari BKKBN pada kegiatan pelayanan KB serentak sejuta akseptor, Pemerintah Kota
Yogyakarta mendapatkan penghargaan dari Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Penerimaan penghargaan
diwakili oleh Ir.Aman Yuriadijaya selaku Sekretaris Daerah Kota
Yogyakarta. Penghargaan ini merupakan kerja sama seluruh elemen
masyarakat di Kota Yogyakarta dari tingkat RT/RW serta kader-kader PKK
yang berperan serta mendukung kelancaran sosialisasi dan
edukasi.Program ini tidak hanya sekedar terkait dengan penanganan KB
namun juga mengedukasi masyarakat bagaimana membangun keluarga
yang sehat dan sejahtera. Selain itu dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan KB bagi masyarakat terutama setelah adanya pandemi Covid-
19 ini, Pemerintah Kota Yogyakarta berencana membuka layanan
konsultasi secara online untuk masyarakat.

6 Penghargaan 14 Juli 2020 Kota Yogyakarta berhasil meraih penghargaan Reka Cipta Bhakti Nugraha
Reka Cipta dari Pemerintah Daerah DIY. Penghargaan tersebut diberikan karena
Bhakti Nugraha Pemerintah Kota Yogyakarta dinilai sebagai kota terbaik di tingkat DIY dari
sisi perencanaan pembangunan daerah dilihat dari Rencana Kerja
Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2020. Atas keberhasilan tersebut,
Kota Yogyakarta berhak maju ke tingkat nasional mewakili DIY pada ajang
penilaian perencanaan pembangunan terbaik atau Pangripta Nusantara.
Tahun 2020
184
185

No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi


Penghargaan Diterimakan
7 Penghargaan 22 Juli 2020 Pemerintah Kota Yogyakarta mendapat penghargaan KPAI 2020 atas
Laporan Kinerja Pemerintah

Anugrah KPAI komitmennya dalam penyelenggaraan perlindungan anak dan melaporkan


capaian berbasis Sistem Informasi Monitoring Evaluasi dan Pelaporan
(SIMEP). Pemerintah Kota Yogyakarta juga dinilai telah melaksanakan
regulasi pusat yang diturunkan dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan
Walikota hingga SOP dalam hal perlindungan kepada anak-anak di Kota
Yogyakarta. Selain itu di tingkat Kota juga sudah dibentuk UPT Pelayanan
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PTP2A) yang sudah
berjejaring dengan semua lembaga pemerintah dan swasta terkait
pelayanan dan penanganan perlindungan anak.

8 Penghargaan 15 Pemerintah Kota Yogyakarta meraih penghargaan dari Badan Pusat


BPS September Statistik (BPS) pusat atas prestasinya sebagai Kota dengan capaian
Kota Yogyakarta

2020 Respond Rate yang melebihi target dalam pelaksanaan Sensus Penduduk
Online tahun 2020. Penghargaan tersebut diserahkan langsung kepada
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti usai audensi BPS bersama Walikota.
Sensus penduduk ini merupakan langkah awal untuk mewujudkan bank
data sebagai dasar dalam menentukan kebijakan dalam menciptakan
kesejahteraan rakyat, terlebih di masa pandemi Covid-19. Secara umum
melalui sensus ini dapat mengetahui tanggapan masyarakat dan perilaku
masyarakat selama Covid-19, serta bisa diketahui keinginan dan
kebiasaan masyarakat di massa kehidupan era baru (new normal) sebagai
langkah awal merancang kebijakan selanjutnya.
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
9 Penghargaan 7 Oktober Bertepatan dengan hari jadi Kota Yogyakarta ke 264 tahun, Kementerian
WTP 2020 Keuangan memberikan penghargaan terkait raihan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) atas Laporan Keuangan yang diaudit Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) RI sepuluh kali berturut-turut.
Penghargaan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani tersebut diserahkan
kepada Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti melalui Kepala Kantor
Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Yogyakarta Istu Wahyudi, di
Graha Pandawa Balai Kota
Istu Wahyudi menyampaikan apresiasinya kepada Pemerintah Kota
Yogyakarta yang 10 kali berturut-turut mendapat opini WTP. Menurutnya,
capaian itu adalah bentuk konsistensi pada tata kelola keuangan yang
akuntabel dan menjadi catatan sejarah luar biasa.
Capaian dari Pemerintah Kota Yogyakarta yang ke 10 kali berturut-turut
raih WTP bisa jadi contoh bagi daerah lainnya, sekaligus menjadi kado di
hari jadi Kota Yogyakarta yang ke 264 tahun

10 Penghargaan 3 Desember Pemerintah Kota Yogyakarta meraih predikat baik dalam penilaian
Penerapan 2020 penerapan sistem merit yang dilakukan Komisi Aparatur Sipil Negara
Sistem Merit (KASN). Prestasi tersebut disampaikan langsung oleh Ketua KASN, Agus
Tahun 2020 Pramusinto di bangsal Kepatihan. Agus Pramusinto mengungkapkan
apresiasinya atas pencapaian Pemerintah Kota Yogyakarta. Dalam
penilaian tersebut Kota Yogyakarta mendapatkan nilai 287 dan indeks
sistem meritnya adalah 0,70. Mewakili Walikota Yogyakarta, Asisten
Umum Kota Yogyakarta, Edy Heri Suasana mengatakan jika penilaian
Tahun 2020

tersebut sangat bermakna guna mewujudkan birokrasi yang lebih baik.


Pengembangan sumber daya aparatur yang baik akan memberikan
keuntungan bagi suatu organisasi. Salah satu cara dapat dilakukan
dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi aparatur agar
meningkatkan kompetensi dan kualitas diri
186
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
187

Penghargaan Diterimakan
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta kembali berhasil meraih
11 Penghargaan 14 Desember
penghargaan Kota Peduli Hak Asasi Manusia (HAM) 2020 dari
Laporan Kinerja Pemerintah Kota

Kota Peduli 2020


HAM Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Dengan diraihnya
penghargaan ini, Kota Yogyakarta sudah mendapatkan penghargaan
tersebut sebanyak 8 kali berturut turut. Menteri Hukum dan HAM
(Menkumham) Yasonna Laoly, mengatakan penghargaan ini diberikan atas
upaya dan keberhasilan Kota Yogyakarta dalam pemenuhan dan
pelayanan publik, yang merupakan bagian dari hak-hak dasar warga dan
masyarakat di Kota Yogyakarta. Predikat Kota Peduli HAM diraih Kota
Yogyakarta karena keberhasilan dalam memenuhi hak-hak masyarakat
seperti hak atas kesehatan, hak atas pendidikan, hak atas lingkungan
berkelanjutan, dan hak atas pekerjaan. Hal tersebut merupakan wujud
keseriusan Pemkot untuk dapat menerapkan pelayanan publik yang
berbasis HAM.

12 Penghargaan 15 Desember Prestasi membanggakan di tingkat Nasional kembali diraih Kota


Bhumandala 2020 Yogyakarta, kali ini Yogyakarta berhasil meraih dua penghargaan dalam
Yogyakarta

Award ajang Bhumandala award tahun 2020, yaitu meraih Bhumandala Rajata
(medali perak) untuk kategori Kota, dan Bhumandala Kencana (geoportal
terbaik) untuk kategori Kota. Pengembangan geoportal Kota Yogyakarta
dimulai pada bulan Agustus 2019 dengan alamat geoportal.jogjakota.go.id,
pembangunan geoportal ini juga sebagai upaya mendukung kebijakan satu
data dan satu peta Indonesia Penganugerahan penghargaan simpul
jaringan merupakan bentuk apresiasi BIG kepada simpul-simpul jaringan
dengan tujuan untuk memotivasi, menginspirasi, memperkuat, dan
meningkatkan semangat K/L/P dalam membangun elemen-elemen simpul
jaringannya agar terus terbina secara berkelanjutan menuju Simpul
Jaringan yang aktif dan operasional
No Dokumentasi Penghargaan Jenis Tgl Narasi
Penghargaan Diterimakan
13 Penghargaan 18 Desember Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogya memberikan penghargaan
Pemutakhiran 2020 kepada Pemerintah Kota Yogyakarta atas partisipasi, kontribusi dan
Data Pemilih dukungannya dalam pemutakhiran data pemilih. Penerimaan penghargaan
tersebut diwakili oleh Asisten Kesra Bp.Sisruwardi. Menurutnya
pengolahan data dan informasi merupakan hal yang penting dalam
keberlangsungan sebuah lembaga. Hal ini tidak hanya berlaku bagi
perusahaan swasta, tetapi juga bagi lembaga pemerintah. Ketersediaan
data yang memadai, serta manajemen dan pengelolaan data yang baik
sangat mempengaruhi proses dalam menyusun strategi dan kebijakan
yang ada di Kota Yogyakarta. Pemutahiran data merupakan upaya
melindungi hak politik warga negara serta mewujudkan pemilihan umum
yang berkualitas dan beintegritas

14 Penghargaan 18 Desember Pemerintah Kota Yogyakarta kembali berhasil meraih penghargaan


IGA Award 2020 Innovative Government Award (IGA) 2020. Acara Penghargaan diberikan
langsung oleh Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian, pada
malam puncak IGA, di The Sultan Hotel and Residence. Kegiatan tahunan
ini, merupakan bentuk penilaian dan apresiasi pemerintah pusat terhadap
semangat dan keberhasilan pemerintah daerah dalam penyelengaraan
pemerintahan daerah dengan cara-cara inovatif. Selain menerima
penghargaan, pemerintah daerah terinovatif juga mendapatkan dana
Tahun 2020

insentif daerah. Mendagri berpesan agar dalam menggelar pemerintahan,


pemda selalu terampil dalam mengharmonisasikan bauran antara garis
kebijakan Pemerintah Pusat, dengan inisiatif daerah. Dengan demikian,
efek dari inisiatif daerah, akan selalu selaras dengan kebijakan dari
Pemerintah Pusat.
188
WALIKOTA YOGYAKARTA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif,


transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda
tangan di bawah ini:

Nama : H. HARYADI SUYUTI


Jabatan : WALIKOTA YOGYAKARTA

berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran


perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah
seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target kinerja tersebut menjadi


tanggung jawab saya.

Paraf Hirarki

No Jabatan Paraf Tgl

1 Sekretaris Daerah

2 Asisten Umum

3Kepala Bappeda

189 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


PERUBAHAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2020

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

Target
No Sasaran Indikator Kinerja Satuan
Perubahan2020
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Kemiskinan Masyarakat %
13,97
Menurun Angka Kemiskinan

2 Keberdayaan masyarakat Indeks keberdayaan %


63,86
meningkat masyarakat

3 Ketahanan pangan masyarakat %


87,5
meningkat pola pangan harapan

4 Ketimpangan pendapatan antar Indeks Ketimpangan Indeks 0,592


penduduk menurun Pendapatan ( Gini Ratio)

5 Pertumbuhan ekonomi % -2,22


meningkat Angka pertumbuhan ekonomi

6 Gangguan ketentraman dan Angka Kriminalitas Kasus


1.000
ketertiban masyakarat menurun

Jumlah pelanggaran Perda Pelanggaran 4.299

7 Kualitas pendidikan meningkat Angka Rata-rata lama sekolah Tahun 11,45

Angka harapan lama sekolah Tahun 17,28

8 Harapan hidup masyarakat Angka harapan hidup Tahun


74,56
meningkat

9 Peran serta masyarakat dalam Persentase rintisan kelurahan %


pengembangan dan pelestarian 61
budaya yang aktif
budaya meningkat

10 Kesesuaian pemanfaatan ruang Persentase kesesuaian %


76,70
meningkat pemanfaatan ruang

11 Kualitas lingkungan hidup Indeks Kualitas Lingkungan %


51,24
meningkat Hidup

12 Infrastruktur wilayah meningkat Indeks Infrastruktur wilayah % 42,34

13 Kapasitas tata kelola Nilai akuntabilitas kinerja


A
pemerintahan meningkat pemerintah
Opini BPK terhadap Laporan
WTP
Keuangan Pemerintah Daerah
Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020

(1) (2) (3)

1 Program Perlindungan dan Jaminan Sosial Rp. 3.703.611.879,00

2 Program Advokasi dan Rehabilitasi Sosial Rp. 752.564.500,00

Tahun 2020 190


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

3 Program Data, Informasi dan Pemberdayaan Sosial Rp. 1.055.396.440,00

4 Program Pemberdayaan dan Perlindungan Perempuan Rp. 827.746.108,00

5 Program Perlindungan Anak Rp. 1.132.591.976,00

6 Program Pemberdayaan Masyarakat Rp. 782.142.011,00

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


7 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.543.504.436,00
Tegalrejo

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


8 Rp. 2.275.099.024,00
Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Jetis

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


9 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 3.469.386.229,00
Gondokusuman
Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan
10 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.878.496.380,00
Danurejan

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


11 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.592.476.708,00
Gedongtengen

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


12 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.324.326.800,00
Pakualaman

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


13 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.458.375.252,00
Ngampilan

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


14 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.395.918.613,00
Wirobrajanko

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


15 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.741.529.338,00
Mantrijeron

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


16 Rp. 1.966.278.737,00
Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Kraton

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


17 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 1.562.489.000,00
Gondomanan

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


18 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.505.755.310,00
Mergangsan

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


19 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 4.594.766.640,00
Umbulharjo

Program Peningkatan Pelayanan dan Pemberdayaan


20 Masyarakat Berbasis Kewilayahan Kecamatan Rp. 2.320.182.000,00
Kotagede

191 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

21 Program Pembinaan Ketahanan Pangan Rp. 1.222.187.056,00

22 Program Pembinaan Pertanian Rp. 811.863.396,00

23 Program Pembinaan Kehewanan dan Perikanan Rp. 931.201.616,00

Program Pengembangan dan Penempatan Tenaga Kerja


24 Rp. 1.410.129.000,00
dan Transmigrasi

Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga


25 Rp. 370.327.000,00
Tenaga Kerja

26 Program Peningkatan Kualitas Koperasi Rp. 381.164.950,00

Program Pengembangan Kewirausahaan dan


27 Rp. 1.254.628.800,00
Keunggulan Kompetitif Usaha Mikro

Program Penataan, Pengembangan dan Pendapatan


28 Rp. 4.785.431.824,00
Pasar

29 Program Pengembangan Pusat Bisnis Rp. 8.140.496.840,00

30 Program Pembinaan Perindustrian Rp. 678.767.712,00

31 Program Pengembangan Industri Logam Rp. 1.641.725.084,00

Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana


32 Rp. 9.295.951.616,00
Kebersihan, Keamanan Dan Ketertiban Pasar

33 Program Pembinaan dan Pengendalian Perdagangan Rp. 984.860.140,00

34 Program Pengembangan dan Pemasaran Wisata Rp. 9.847.689.511,00

Program Peningkatan Kualitas Atraksi Pariwisata dan


35 Rp. 850.563.500,00
Ekonomi Kreatif

36 Program Pengembangan Taman Pintar Rp. 18.091.421.919,00

37 Program Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan Rp. 422.308.400,00

Program Pengawasan dan Penanganan Pengaduan


38 Rp. 2.816.000,00
Penanaman Modal dan Perizinan

39 Program Pengembangan Penanaman Modal Rp. 157.854.000,00


40 Rp. 71.968.600,00
Program Penguatan Regulasi dan Pengembangan
Kinerja Layanan Penanaman Modal dan Perizinan
41 Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan Rp. 1.222.984.128,00

42 Program Pengembangan Kepemudaan Rp. 228.267.432,00

Tahun 2020 192


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

43 Program Pengembangan Olahraga Rp. 1.822.583.552,00

44 Program Penegakan Peraturan Perundang-undangan Rp. 5.247.696.568,00

Program Peningkatan Ketertiban Umum dan


45 Rp. 3.911.180.100,00
Ketentraman Masyarakat

Program Pengembangan Kapasitas dan Pengkajian


46 Rp. 179.554.568,00
Peraturan Perundangan

47 Program Perlindungan Masyarakat Rp. 2.006.266.312,00

Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas


48 Rp. 22.752.756.006,00
Pendidikan Sekolah Dasar

Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas


49 Rp. 31.914.427.872,00
Pendidikan Sekolah Menengah Pertama

Program Peningkatan dan Pemerataan Kualitas


50 Rp. 6.294.841.898,00
Pendidikan Non Formal dan Informal

51 Program Pengembangan Pendidikan Rp. 48.023.401.221,00

Program Pengelolaan dan Pengembangan


52 Rp. 1.540.683.601,00
Perpustakaan

Program Pelestarian Koleksi Pustaka dan Data


53 Rp. 630.220.000,00
Informasi Perpustakaan

Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Rumah Sakit


54 Rp. 139.357.704.243,00
Jogja

55 Program Pelayanan Kesehatan Dasar Rp. 45.543.822.789,00

56 Program Pelayanan Kesehatan Rujukan Rp. 29.920.466.270,00

57 Program Upaya Pelayanan Kesehatan Rp. 55.881.098.319,00

58 Program Peningkatan Kesehatan Masyarakat Rp. 1.778.738.820,00

Program Regulasi dan Pengembangan Sumber Daya


59 Rp. 14.683.203.831,00
Kesehatan

60 Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Rp. 2.306.802.200,00


61 Program Pengendalian Penduduk Rp. 1.080.490.900,00

Program Keluarga Berencana dan Pembangunan


62 Rp. 1.631.666.400,00
Keluarga

Program Pelestarian dan Pengembangan Sejarah dan


63 Rp. 1.775.183.080,00
Bahasa

193 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Pelestarian dan Pengembangan Seni dan


64 Rp. 3.842.377.440,00
Tradisi

65 Program Pelestarian Warisan dan Nilai Budaya Rp. 818.677.830,00

66 Program Pengaturan dan Pembinaan Tata Ruang Rp. 428.095.562,00

67 Program Pengendalian Tata Ruang Rp. 76.820.480,00

68 Program Pengelolaan Pertanahan Rp. 23.083.120.100,00

Program Penataan dan Pengendalian Dampak


69 Rp. 1.274.019.960,00
Lingkungan

70 Program Pengembangan Kapasitas Lingkungan Hidup Rp. 929.616.850,00

71 Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Publik Rp. 6.701.669.470,00

72 Program Pengelolaan Persampahan Rp. 16.175.611.539,00

73 Program Pembangunan Gedung Pemerintah Rp. 23.857.510.648,00

Program Peningkatan dan Pemeliharaan Jalan dan


74 Rp. 71.604.268.884,00
Jembatan

Program Peningkatan dan Pemeliharaan Saluran


75 Rp. 10.775.303.760,00
Pengairan dan Drainase

Program Penataan Perumahan, Permukiman dan Tata


76 Rp. 18.494.909.554,00
Bangunan

Program Kesiapsiagaan dan Penanggulangan Bencana


77 Rp. 2.335.157.900,00
Alam

78 Program Pencegahan Kebakaran Rp. 68.020.000,00

79 Program Penanggulangan Kebakaran Rp. 1.424.307.400,00

80 Program Pengelolaan Perparkiran Rp. 5.187.737.496,00

81 Program Pengelolaan Lalu Lintas Rp. 1.705.923.344,00

Program Angkutan Jalan, Pengendalian Operasional


82 Rp. 1.677.553.003,00
dan Keselamatan lalu Lintas
83 Program Peningkatan Penyelenggaraan Tata Rp. 695.351.400,00
Pemerintahan

Program Penataan Peraturan Perundang-undangan


84 Rp. 1.114.004.780,00
dan Pelayanan hukum

Tahun 2020 194


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah, Wakil


85 Kepala Daerah, Sekretaris Daerah, Asisten, Staf Ahli Rp. 999.970.240,00
dan Keprotokolan Pemerintah Daerah

Program Peningkatan Pelayanan Administrasi Umum,


86 Rp. 2.773.688.652,00
Keuangan Sekretariat Daerah, dan Kerumahtanggaan

Program Peningkatan Perekonomian, Pengembangan


87 Rp. 532.494.740,00
Pendapatan Asli Daerah dan Kerjasama

88 Program Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Rp. 251.932.104,00

Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan


89 Rp. 602.443.460,00
Ketatalaksanaan Pemerintahan Daerah

90 Program Pelayanan Pengadaan Barang/Jasa Rp. 235.359.400,00

91 Program Fasilitasi Penyusunan Perundang - Undangan Rp. 9.050.484.959,00

92 Program Fasilitasi Penganggaran dan Pengawasan Rp. 15.564.735.000,00

Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang


93 Rp. 490.749.740,00
Ekonomi

94 Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang Fisik Rp. 565.709.720,00

95 Program Perencanaan dan Pengendalian Bidang Sosial Rp. 412.418.700,00

Program Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan


96 Rp. 535.785.036,00
Daerah

97 Program Penelitian dan Pengembangan Rp. 832.013.620,00

98 Program Pengembangan Karier Aparatur Sipil Negara Rp. 877.993.500,00

99 Program Pelayanan Administrasi Kepegawaian Rp. 292.974.000,00

100 Program Peningkatan Kompetensi Aparatur Sipil Rp. 1.621.746.800,00


Negara

101 Program Pelayanan Pencatatan Sipil Rp. 307.081.000,00

195 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Pengelolaan Informasi Administrasi


102 Rp. 221.497.000,00
Kependudukan dan Pemanfaatan Data

103 Program Pelayanan Pendaftaran Penduduk Rp. 1.120.957.000,00

Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi


104 Rp. 8.233.642.900,00
Informasi dan Telematika

105 Program Pengelolaan Informasi dan Statistik Rp. 1.164.992.080,00

106 Program Peningkatan Komunikasi Publik Rp. 1.079.225.640,00

107 Program Peningkatan Pelayanan Persandian Rp. 1.142.706.000,00

108 Program Pengelolaan dan Pengembangan Kearsipan Rp. 122.000.648,00

Program Perlindungan, Penyelamatan, Data dan


109 Rp. 144.261.000,00
Informasi Arsip

110 Program Perencanaan dan Pengendalian Anggaran Rp. 59.796.180,00

Program Pengendalian Belanja Daerah dan Pengelolaan


111 Rp. 78.908.758,00
Dana Tranfer

Program Pengelolaan Pembiayaan dan


112 Rp. 350.400.600,00
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD

Program Pelayanan, Pendaftaran dan Penetapan Pajak


113 Rp. 817.326.791,00
Daerah

114 Program Pembukuan dan Penagihan Pajak Daerah Rp. 1.629.539.780,00

Program Perencanaan, Pemanfaatan dan Inventarisasi


115 Rp. 938.211.540,00
Aset

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan


116 Pengendalian Kebijakan Bidang Pemerintahan dan Rp. 166.366.100,00
Aparatur

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan


117 Pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang Rp. 23.641.000,00
pengelolaan Keuangan dan Aset
Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan
118 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Bidang Rp. 15.053.200,00
Pembangunan Fisik

Tahun 2020 196


Anggaran Perubahan APBD
No Program
Tahun Anggaran 2020
(1) (2) (3)

Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan


119 Pengendalian Pelaksanaan Kebijakan Bidang Rp. 27.168.900,00
Pembangunan Sosial Ekonomi Budaya

120 Program Peningkatan dan Evaluasi Pengawasan Rp. 42.825.784,00

197 Laporan Kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta


Tahun 2020 198

Anda mungkin juga menyukai