Oleh :
Irnawati Dewi
181911711
KOLAKA 2022
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
NIM : 181911711
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan karya sendiri dan bukan hasil plagiasi dari karya orang lain. Tulisan
ini juga mengutip karya orang lain yang sudah sesuai dengan cara yang benar
Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini hasil jiplakan karya orang lain,
maka saya siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Irnawati Dewi
iv
STRESSOR DAN COPING STRATEGY PADA PERAWAT DI IGD RS
BENYAMIN GULUH KOLAKA
Irnawati Dewi
181911711
ABSTRAK
v
STRESSOR DAN COPING STRATEGY PADA PERAWAT DI IGD RS
BENYAMIN GULUH KOLAKA
Irnawati Dewi
181911711
ABSTRACT
This study aims to determine how the coping strategy of the emergency room urse
at Benyamin Guluh Kolaka Hospital in dealing with stress. This study uses a
ualitative method. Data collection techniques are through observation, interviews
nd documentation. The informants in this study consisted of key informants (head
f the ER), main informants (12 ER nurses) and supporting informants (2 patients).
While the data analysis technique uses an interactive model, which includes data
collection, data reduction, data presentation and drawing conclusions. Based on
the results of the study, it was known that the emergency room nurses experienced
work stress, due to the large workload they had to do, conflicts that occurred
between co-workers, facilities and infrastructure that were less supportive in
carrying out the work of nurses, the presence of critical patients that triggered
nurse anxiety, working period quite a long time and there is a clash between
family matters and work matters. These work stress factors then have an impact
on the performance of nurses where nurses' enthusiasm for work decreases, work
focus decreases, feels uncomfortable or tense and experiences fatigue. The coping
strategy used by the nurses is a simultaneous coping strategy, namely emotional-
focused coping and problem-focused coping.
vi
KATA PENGANTAR
segala titipan kenikmatan yang sampai saat ini masih penulis rasakan, dan atas
izin Allah SWT. penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “Stressor
Shalawat serta salam tak lupa pula kita hantarkan kepada Nabi Muhammad
Yaumul Qiyamah.
terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam untuk kedua orang tua tercinta,
yaitu Ibu Kasmira dan Bapak Arifin yang selama ini selalu mendo’akan dan
Selain itu, ucapan terima kasih juga penulis tujukan untuk beberapa pihak
yaitu kepada:
November Kolaka
2. Bapak Nursamsir, S.E.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
vii
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sembilanbelas November
Kolaka
arahan dan memotivasi penulis salah satunya dengan kalimat “Insya Allah,
kamu bisa”.
8. Pihak RS Benyamin Guluh Kolaka dan Perawat IGD yang telah memberi
9. Kedua kakak penulis yang telah banyak membantu dan mendo’akan yang
10. Sahabat yang sudah seperti saudari penulis, yaitu Ibu Aji Berdaster
diantaranya Alma, kiki, eci, mirna, israh, Nadia dan Novi. Yang sudah
penulis merasa lelah ataupun sedih selama proses menyelesaikan skiripsi ini,
dan yang selalu hadir disisi penulis dalam segala kondisi baik suka maupun
duka.
11. Terima kasih kepada semua orang-orang terdekat yang tidak dapat penulis
viii
sebutkan satu persatu yang selama ini telah mendo’akan, membantu dan
baik itu dari segi penulisan maupun dari isi penelitian, sekiranya ada masukan
ataupun kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca, maka penulis
dengan senang hati akan menerima. Penulis berharap penelitian ini dapat
bermanfaat bukan hanya bagi penulis tapi juga bagi para pembaca.
Penulis
IRNAWATI DEWI
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................9
x
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian .............................................................................33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................33
3.3 Fokus dan Sub-Fokus Penelitian ............................................................34
3.4 Informan Penelitian ................................................................................35
3.5 Jenis dan Sumber Data ...........................................................................36
3.6 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................37
3.7 Teknik Pengumpulan Data .....................................................................39
3.7 Teknik Analisis Data ..............................................................................40
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .............................................................................................56
5.2 Saran .......................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..............................................................................29
Tabel 4.1 Summary Stressor Perawat IGD RSUD Benyamin Guluh ....................44
Tabel 4.2 Summary Coping Strategy Perawat dalam Menghadapi stres ...............48
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Model Interaktif Miles dan Hubberman .............................................42
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
empat puluh kasus stres kerja, stres kerja pada perawat berada di urutan paling
atas dimana perawat memiliki peluang paling tinggi untuk mengalami minor
psychiatric disorder dan depresi. Temuan ini sejalan dengan penelitian National
Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) yang menetapkan perawat
sebagai profesi yang berisiko sangat tinggi terhadap stres karena perawat
mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadap keselamatan
nyawa manusia.
kesehatan juga tidak luput dari stres. Persatuan Perawat Nasional Indonesia
yang diakibatkan oleh beban kerja yang tinggi, waktu istirahat yang terbatas,
supervisor dan rekan kerja yang kurang kooperatif, serta penghasilan yang tidak
memadai (PPNI, 2006). Data dari PPNI ini juga dikonfirmasi oleh penelitian yang
dilakukan oleh Febriani (2017), yang menemukan bahwa peningkatan stres kerja
yang dialami oleh perawat disebabkan adanya tuntutan pelayanan prima terhadap
pasien serta tuntutan pekerjaan tambahan lain di luar dari asuhan keperawatan
yang dilakukan.
1
2
penurunan kinerja karena lelah, serta penurunan kualitas pelayanan akibat emosi
yang tidak stabil. Gejala tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Eleni (2010), yang menemukan bahwa dampak stres kerja bagi perawat di
terdapat dua kategori tingkat stres kerja yang dialami oleh perawat yaitu stres
pada kategori sedang dengan persentase stres sebanyak 65% dan stres pada
mengidentifikasi bahwa dampak stres yang paling sering muncul adalah sakit
kepala (49%), diikuti dengan gejala lain seperti kemarahan, turunnya fungsi otak,
coping yang tidak efektif, dan gangguan hubungan terhadap rekan kerja.
terhadap perawat seperti yang dipaparkan di atas maka dapat diidentifikasi bahwa
faktor determinan penyebab stres pada perawat adalah faktor yang datang dari
seperti beban kerja yang berlebihan, tuntutan kerja untuk menghindari kekeliruan,
munculnya stres pada perawat, maka peran organisasi mutlak dibutuhkan guna
organisasnya. Di mana dari sudut pandang teori manajemen dan organisasi dapat
utama teori kognitif sosial adalah bahwa tindakan manusia disebabkan oleh tiga
faktor yang saling berinteraksi yaitu perilaku, kognitif dan faktor pribadi, dan
konteks stres kerja yang dialami perawat seperti yang dijabarkan sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan eksternal di luar dari diri
perawat, dalam hal ini adalah lingkungan organisasi memegang peranan penting
dalam membentuk perilaku. Perilaku ini dapat berupa perilaku negatif maupun
positif, tergantung pada pola interaksi yang terbangun antara individu dan
lingkungan. Bandura (1986) lebih jauh menjelaskan bahwa proses psikologis atau
4
kognisi seseorang serta lingkungan dan perilaku secara timbal balik menentukan
tindakan manusia.
sekaligus rumah sakit yang menjadi pusat rujukan bagi seluruh masyarakat dari
berbagai daerah yang ada di Kabupaten Kolaka. Berdasarkan observasi dan hasil
Administrasi dan Bapak Akbar sebagai anggota Tim B, diketahui bahwa perawat
stres.
yang dilakukan, diidentifikasi bahwa stres yang dialami oleh perawat RSUD
Benyamin Guluh sangat berkaitan dengan pekerjaan yang mereka jalani setiap
harinya seperti beban kerja, termasuk adanya peran ganda dimana selain
banyak laporan dengan tenggat waktu yang singkat. Selain itu, status perawat
yang rata-rata telah berumah tangga juga mengharuskan mereka untuk membagi
waktu antara keluarga dan pekerjaan yang tidak jarang memunculkan konflik
Stres yang dialami para perawat ini belum mampu diidentifikasi oleh
perawat menghadapi stres yang mereka hadapi. Meskipun belum terdapat support
pelayanan kesehatan secara prima. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian kinerja
perawat tiga tahun terakhir yang rata-rata berada pada kateogri penilaian sangat
baik yang terdapat pada Lampiran. Selain itu, berdasarkan indikator komponen
penilaian kinerja yang terdiri atas sikap kerja, kinerja pelayanan, dan mutu
pelayanan, seluruh perawat yang bekerja pada IGD RSUD Benyamin Guluh juga
memenuhi kriteria penilaian pada rentang 4 (baik) dan 5 (sangat baik) yang juga
dapat dilihat pada Lampiran. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara yang
stres kerja yang dialami oleh para perawat namun secara umum kinerja perawat
cara perawat dalam menghadapi stres kerja tanpa dukungan dari organisasi rumah
sakit sebagai penyedia support system, merupakan isu menarik yang perlu untuk
stres (stressor) dan cara menghadapi stres (coping strategy) pada perawat itu
sangat penting dan akan berdampak pada organisasi. Meskipun fakta di lapangan
menunjukkan bahwa stres kerja yang dialami perawat tidak mempengaruhi kinerja
mereka, patut diduga bahwa pada jangka waktu yang lama, stres yang diabaikan
dan tidak segera ditangani oleh organisasi dapat memberikan imbal balik yang
6
buruk bagi organisasi itu sendiri dan memberikan dampak negatif bagi individu
perawat. Oleh karena itu, atas dasar inilah peneliti tertarik untuk mendalami dan
dapat dirumuskan masalah yang akan dijadikan sebagai acuan dan dikembangkan
Stres”.
2. Manfaat Teoretis
3. Manfaat Praktis
LANDASAN TEORI
Social Learning Theory (SLT) (Bandura, 1960). Teori ini mengemukakan bahwa
pembelajaran terjadi dalam konteks sosial dengan interaksi yang dinamis dan
timbal balik dari orang, lingkungan, dan perilaku. Fitur unik dari SCT adalah
terlibat dalam perilaku tertentu dan alasan mengapa seseorang terlibat dalam
perilaku itu.
Menurut Miles (2012) premis utama teori kognitif sosial adalah bahwa
tindakan manusia disebabkan oleh tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu
perilaku, kognitif dan faktor pribadi, dan lingkungan eksternal. Ketiga faktor
tersebut saling mempengaruhi secara dua arah, sehingga dianggap bahwa manusia
Bandura (2001) SCT melibatkan tiga mode agensi yang berbeda yaitu agensi
pribadi langsung, agensi proxy, dan agensi kolektif. Pertama, agensi pribadi
8
9
situasi yang tiba-tiba atau tidak menguntungkan. Kedua, agensi proxy adalah
daya, kekuasaan, pengaruh, atau keahlian yang dimiliki untuk mengubah atau
membentuk perilaku individu. Ketiga, agensi kolektif yaitu cara kerja secara
tujuan SCT adalah untuk menjelaskan bagaimana orang mengatur perilaku mereka
melalui kontrol dan penguatan untuk mencapai perilaku yang diarahkan pada
tujuan yang dapat dipertahankan dari waktu ke waktu terdapat 6 konstruk penting
timbal balik mengacu pada interaksi dinamis dan timbal balik orang (individu
penting. Agar berhasil melakukan suatu perilaku, seseorang harus tahu apa yang
menyaksikan dan mengamati perilaku yang dilakukan oleh orang lain, dan
10
penguatan dapat dimulai dari diri sendiri atau di lingkungan, dan penguatan dapat
bersifat positif atau negatif. Ini adalah konstruksi SCT yang paling erat kaitannya
harapan juga berasal dari pengalaman sebelumnya, harapan fokus pada nilai yang
ditempatkan pada hasil dan subjektif bagi individu. Konstruk keenam, efikasi diri
spesifik seseorang dan faktor individu lainnya, serta oleh faktor lingkungan
(1998) menyatakan bahwa kondisi stress yang dialami oleh individu sangat
berkaitan dengan relasi kognitifnya. Relasi kognitif ini melihat stres sebagai
hubungan tertentu antara orang dan lingkungan yang dinilai oleh orang tersebut
11
timbal balik yang berkelanjutan dari interaksi antara orang dan lingkungan yang
memunculkan penilaian pada diri individu. Penilaian ini muncul secara bersamaan
dengan memahami tuntutan lingkungan dan sumber daya pribadi. Penilaian ini
dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai akibat dari efektivitas koping,
kompleks emosi melalui tiga tahapan penting yang terdiri dari anteseden kausal
Pertama, anteseden kausal terdiri atas variabel yang datang dari dalam diri
tuntutan atau kendala situasional. Kedua, proses mediasi mengacu pada penilaian
kognitif tuntutan situasional dan pilihan coping pribadi serta upaya coping yang
kurang lebih berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi. Sebagai
konsekuensi dari proses mediasi ini maka individu akan masuk pada tahapan
ketiga yaitu efek. Efek tersebut dapat berupa efek langsung seperti afek atau
2.2 Stressor
Stressor dapat pula diartikan sebagai suatu peristiwa atau situasi eksternal
timbulnya stres pada diri manusia, namun dapat pula kita artikan sebagai stres
(Febriani, 2017).
respon, stres dilihat sebagai bagian suatu respon terhadap sejumlah stimulus.
dari interaksi antara suatu stimulus lingkungan (suatu stressor) dan respon
individual (Aji & Ambarini, 2014). Stres adalah gangguan pada tubuh dan
13
pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (Donsu &
gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang
(Fahrizal, 2019).
reaksi adaptif, bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang
belum tentu sama tanggapannya bagi orang lain (Donsu & Amini, 2017).
Dari beberapa penjelasan diatas, maka stres dapat kita katakan sebagai
respon atau konsekuensi dari perubahan dan tuntutan kehidupan yang berupa
Ulfa, 2021), yaitu Stress yang disebabkan oleh peluang maupun ancaman,
stres yang berakar dalam persepsi, stres yang berupa ancaman atau peluang
yang dialami dianggap penting oleh seseorang dan stres yang berupa
ketidakpastian.
tertekan ketika kehilangan keberuntungan diri dan rasa takut yang tidak
merasa berubah jabatan atau promosi sebagai suatu peluang untuk belajar
dan kemajuan karier, namun orang lain mungkin merasa perubahan jabatan
atau promosi yang sama sebagai suatu ancaman karena berpotensi menuju
kegagalan.
c. Aspek stres yang berupa ancaman atau peluang yang dialami dianggap
atau ancaman yang penting tidak yakin untuk secara efektif menangani
1) Umur
Seseorang yang bersia 30-40 tahun lebih rentan terkena stres karena beban
kerja yang berlebih seperti shift kerja yang tidak teratur, dan masa kerja
2) Jenis Kelamin
hal ini disebabkan karena prolaktin wanita lebih tinggi sehingga dapat
3) Status Perkawinan
dibanding yang belum menikah. Hal ini dikarenakan apabila seorang telah
dibandingkan dengan yang belum menikah. Terlebih lagi jika ada masalah
dalam rumah tangga dan di Rumah Sakit dihadapkan pula pada kondisi
16
atau beban pekerjaan yang begitu berat, tentunya itu akan lebih
4) Pendidikan Terakhir
5) Masa Kerja
Perawat dengan masa kerja yang lebih sedikit lebih rentan mengalami stres
dibandingkan masa kerja yang lebih lama yang sudah bisa beradaptasi. Hal
ini karna adanya hubungan antara masa kerja dengan tingkat stres kerja
yaitu perawat dengan masa kerja 1-3 tahun mengalami stres yang lebih
6) Beban Kerja
Sedangkan beban kerja dan rotasi shift kerja akan secara langsung
Perawat rumah sakit akan mengalami stres semakin berat, beban kerja
menjadi stres.
17
kerja, konflik dengan dokter, konflik dengan perawat, keritis dan kematian,
dukungan.
1) Beban Kerja
Beban kerja yang begitu banyak akan memicu timbulnya stres pada
menangani pasien yang banyak tentunya potensi stres dari seorang perawat
Konflik dengan dokter tentu akan membuat seorang perawat bisa menjadi
Konflik dengan perawat lainnya tentu hampir sama seperti konfik dengan
dokter, karna apabila terjadi konflik dengan rekan kerja kita yang sering
kita jumpai, hal itu akan dapat membuat tingkat stres pada perawat juga
meningkat.
Keritis dan kematian pada pasien yang ditangani oleh perawat tentunya
5) Ketidakpastian Pengobatan
hal ini ketika komunikasi antara perawat dan dokter tidak memadai
memberi tahu pasien maupun keluarga pasien tentang kondisi medis dan
stres.
7) Kurangnya Dukungan
menjadi faktor stres perawat, karna dalam kondisi tertentu setiap orang
dasarnya memang setiap individu dalam hal ini perawat berbeda-beda pula.
19
a. Stres ringan; adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur,
seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan.
b. Stres sedang; berlangsung lebih lama dari beberapa jam sampai beberapa
hari.
c. Stres berat; adalah situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
Makin sering dan makin lama situasi stres, makin tinggi resiko
liminasi kehidupan manusia dan berpotensi kepada siapa saja dengan faktor
Stres kerja adalah kondisi yang terjadi akibat interaksi antara manusia
yang mempengaruhi proses berfikir, emosi, dan kondisi seseorang, hasil stres
tugas-tugasnya.
yakni: beban kerja yang dirasakan terlalu berat dan berlebihan melewati
batas; tidak capai target secara terus-menerus; waktu kerja yang mendesak;
pekerjaannya; pengawasan kerja yang tidak cukup; kondisi kerja yang tidak
yang sedang mengalami frustasi dalam kerja; dan otoritas kerja yang
adanya batas waktu kerja, dan harus mengambil keputusan yang terlalu
terhadap pekerjaan.
rekan kerja.
metode yang dilakukan tiap individu atau organisasi untuk mengatasi dan
merugikan.
(baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal
menggunakan sumber daya yang ada untuk mengurangi tingkat stres atau
dilakukan terhadap situasi tersebut atau ia yakin bahwa sumber daya yang
emosional.
situasi yang menekan dan hanya dapat menerima situasi tersebut karena
yang dihadapi.
bentuk yaitu:
akibatnya.
menelesaikan masalah.
dihadapi.
25
coping terbagi menjadi dua bentuk yaitu: problem focused coping dan
escape/avoidance.
dalam membantu mengatasi stres yang dialami oleh para pengawai atau para
perawat yaitu:
2) Target dan standar kinerja, menetapkan target yang masuk akal dan dapat
karyawan
atasan dan karyawan mengenai pekejaan yang lalu, masalah dan ambisi
27
karyawan yang memiliki tanggung jawab sebagai orang tua, pasangan atau
karir, dan dapat mencakup ketentuan seperti cuti khusus dan jam kerja
yang fleksibel.
2.5 Perawat
Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin nutrix yang berarti
Fungsi perawat yang utama adalah membantu pasien atau klien dalam
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal bagi
penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di rumah sakit
(Nurlina, 2018)
pelayanan di rumah sakit yang memberi penanganan awal bagi pasien yang
menderita sakit dan cidera, yang membutuhkan perawatan gawat darurat. IGD
bagian dalam rumah sakit yang menyediakan penanganan awal bagi pasien yang
dalam keadaan bencana, hal ini merupakan bagian dari perannya di dalam
membantu keadaan bencana yang terjadi di tiap daerah (DepKes RI, 2004). Dan
selain sebagai area klinis, IGD juga memerlukan fasilitas yang dapat menunjang
sering digunakan
oleh mahasiswa.
Dari uji statistik
diketahui bahwa
tidak adanya
hubungan antara
tingkat stressor
dengan strategi
koping mahasiswa
keperawatan dalam
mengatasi stres
melaksanakan
tahap profesi.
4. Analisis Faktor-Faktor Selviani 1. Stres Hasil penelitian
yang Berpengaruh pada Aiska Kerja menunjukkan rata-
rata responden
Tingkat Stres Kerja 2. Stressor
mengalami stres
Perawat di Rumah kerja sedang
Sakit Jiwa Grhasia sebanyak 63 orang
(60,0%) dan hasil
Yogyakarta/ 2014
analisis
menggunakan
regresi linier
berganda
didapatkan hasil
bahwa faktor yang
paling berpengaruh
pada tingkat stres
kerja adalah beban
kerja. Adapun
kesimpulannya,
sebagian besar
perawat mengalami
stres kerja dan
beban kerja
menjadi faktor
utamanya.
32
IGD RSGB
Teori
Social Cognitive Theory
Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Kesimpulan Saran
BAB III
METODE PENELITIAN
merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh
holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu
baru yang belum ada dalam teori-teori yang berlaku sebelumnya. Dalam
penyebab stres dan pemilihan strategi coping stres perawat yang bekerja pada IGD
Kolaka. Lokasi ini dipilih menjadi tempat penelitian karena mengingat lokasinya
penjajakan lapangan untuk melihat dan menilai apakah ada kesesuaian antara
masalah atau latar belakang yang dipikirkan sebelumnya oleh penulis dengan
kenyataan dilapangan. Selain itu juga dengan mengenal segala unsur lingkungan
33
34
sosial, fisik dan keadaan alam, hal ini dilakukan untuk membuat penulis
waktu dan biaya tenaga pula menjadi pertimbangan penulis dalam menentukan
2021 - Oktober 2022. Waktu penelitian dapat dilihat pada table berikut.
Kegiatan 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Observasi awal
Pengolahan data
Analisis data
Adapun fokus dalam penelitian ini adalah untuk menggali secara holistik
coping strategy yang diterapkan oleh perawat pada IGD RSUD Benyamin Guluh
memberikan kontribusi terhadap stres yang dialami oleh perawat pada IGD
3. Coping strategy perawat, yaitu berbagai upaya yang ditempuh oleh perawat
pada IGD RSUD Benyamin Guluh dilihat dari perspektif Social Cognitive
Behavior.
bertujuan. Dalam hal ini ada kecenderungan peneliti memilih informan yang
dipercaya menjadi sumber data terpercaya (Moleong, 2017). Tidak ada ketentuan
umumnya sampel berjumlah sedikit agar dapat diperoleh informasi yang lebih
spesifik dan mendalam (Creswell, 2015). Dalam penelitian ini informan yang
Dalam penelitian ini, informan terdiri atas informan kunci, informan utama
informan kunci tergantung dari unit analisis yang akan diteliti. Misalnya pada
2) Informan utama dalam penelitian kualitatif mirip dengan “aktor utama” dalam
sebuah kisah atau cerita. Dengan demikian informan utama adalah orang yang
mengetahui secara teknis dan detail tentang masalah penelitian yang akan
dipelajari. Dalam penelitian ini informan utama adalah para perawat di IGD
RSBG Kolaka.
dalam penelitian ini yaitu pasien yang pernah menjalani perawatan di IGD
RSBG Kolaka.
informasi dalam penelitian kualitatif, antara lain meliputi: (1) dokumen atau arsip,
(2) narasumber (informan), (3) peristiwa atau aktivitas, (4) tempat atau lokasi, (5)
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu sumber primer dan
sumber sekunder.
1) Sumber data primer, merupakan sumber data yang memuat data utama yakni
atau informant (Farida Nugrahani, 2014:113). Dalam penelitian ini sumber data
primer yang digunakan adalah hasil dari wawancara dengan para informan.
2) Sumber data sekunder, merupakan sumber data tambahan yang diambil tidak
secara langsung di lapangan, melainkan dari sumber yang sudah dibuat orang
lain, misalnya: buku, dokumen, foto, dan statistik. Sumber data sekunder dapat
ataupun yang utama bila tidak tersedia narasumber dalam fungsinya sebagai
sumber data primer (Farida Nugrahani, 2014:113). Dalam penelitian ini sumber
data sekunder yang digunakan adalah dokumen tentang kinerja perawat IGD
RSBG Kolaka, seperti absensi, jadwal sift, penilaian kinerja, status dan masa
pada penentuan apakah temuan itu akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan,
atau pembaca suatu laporan (Creswell & Miller, 2000). Sementara itu Kredibilitas
data yang dihasilkan dari penelitian kualitatif menjelaskan tentang derajat ataupun
nilai kebenaran dari data yang dihasilkan termasuk proses analisis yang dilakukan.
Hasil penelitian yang memiliki kredibilitas ialah penelitian tersebut dapat dikenali
dengan baik oleh para informan dalam konteks sosialnya (Creswell, 2015). Yin
38
1) Triangulasi
konsistensi bukti dari sumber untuk digunakan sebagai pembangun kebenaran dari
beberapa sumber data atau perspektif dari partisipan, maka proses ini dapat
2) Member Checking
kualitatif dengan memberikan laporan akhir atau deskripsi dari penelitian yang
bahwa data yang mereka sampaikan telah akurat (Creswell dan Cresswell, 2018).
penelitian.
39
Dalam hal ini peneliti menguji kredibilitas data dengan member checking
melakukan member checking dengan cara membuat hasil wawancara yang sudah
melakukan konfirmasi ulang kepada setiap informan untuk menilai kebenaran dari
transkip dan diharapkan memberikan tanggapan apakah isi temuan data tersebut
3) Confirmability
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara memvalidasi data, sehingga data
transkip wawancara, field note dan hasil rekaman suara dibuat serapi mungkin
sehingga dapat dibuktikan bahwa penelitian ini adalah benar. Pada penelitian ini,
yang sama.
dalam penelitian ini untuk memperoleh informasi atau data yang akurat sehingga
2014:133). Data yang diperoleh dari observasi langsung berupa perincian atau
proses penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat
dilakukan dengan maksud tertentu, dari dua pihak atau lebih. Pewawancara
dipilih peneliti untuk memperoleh data yang lebih banyak, akurat dan
tertulis, catatan, surat-surat penting dan lain-lain untuk melengkapi data yang
empat macam sifat, yaitu, (1) analisis induktif; (2) analisis dilakukan bersama
dengan proses pengumpulan data; (3) analisis dalam proses interaktif: (4) analisis
maka peneliti dapat memilih jenis dan model analisis data yang akan
diterapkannya.
Dalam model analisis interaktif ini, analisis data sudah mulai dilakukan ketika
dalam bentuk siklus. Analisis data dimulai dengan proses pengumpulan data yang
Analisis data model interaktif terdiri dari tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data,
narasi sajian data dapat dipahami dengan baik, dan mengarah pada simpulan yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Sajian data ini merupakan suatu rakitan organisasi informasi, dalam bentuk
temuan yang terdapat dalam reduksi data, dan disajikan menggunakan bahasa
peneliti yang logis, dan sistematis, sehingga mudah dipahami. Sementara itu,
dapat dipertanggungjawabkan.
Pola analisis interaktif yang telah dikemukakan di atas, dapat dilihat pada
gambar berikut:
Koleksi Data
Penyajian Data
Reduksi Data
Penarikan
Kesimpulan
pencarian kembali data baru di lapangan, atau menelusuri kembali semua bukti
penelitian yang tersimpan, apabila data yang diperoleh dirasa kurang mantap
dilakukan dalam proses siklus, secara tidak langsung telah dilakukan triangulasi
Sulawesi Tenggara, yang dibangun pada tahun 1979 dan mulai dioperasikan pada
tahun 1980. Nama Benyamin Guluh sendiri diambil dari nama salah satu tokoh
Jl. Dr. Sutomo No. 1 Kab. Kolaka, Sulawesi Tenggara 93511. Namun, sejak
Februari 2022 berpindah tempat di Jl. Mekongga Indah Poros Bypass, Tahoa,
Kolaka 93561. Di rumah sakit ini memiliki banyak fasilitas dan pelayanan, salah
satunya ialah IGD (Instalasi Gawat Darurat). Di IGD sendiri dilengkapi dengan 24
perawat dan 11 dokter yang ahli dan berkompeten dalam menangani pasien.
oleh para perawat yang bekerja di IGD RSUD Benyamin Guluh. Berbagai faktor
tersebut dijabarkan ke dalam tabel summary seperti yang disajikan pada Tabel 4.1
berikut ini.
43
44
Table 4.1
Summary Stressor Perawat IGD RSUD Benyamin Guluh
Penyebab Deskripsi
Stress
Kurangnya
1. Kurangnya peralatan medis penunjang untuk menangani
fasilitas
pasien kritis
pendukung
Beban kerja merupakan stressor utama yang dirasakan oleh para perawat
fasilitas pendukung, pasien kritis, masa kerja, dan keluarga. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Fathi (2010), dimana faktor penyebab stres kerja diantaranya beban
kerja, dan konflik ditempat kerja. Aiska (2014) juga menambahkan beberapa
Beban kerja yang dirasakan oleh para perawat IGD RSBG Kolaka ini
disebabkan banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan dan salah satunya karena
memiliki peran ganda, misalnya selain menangani pasien para perawat juga
penanganan pasien. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dan observasi juga
diidentifikasi bahwa beban kerja ini juga terkait dengan keterbatasan jumlah
perawat yang kadang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang harus ditangani.
Berdasarkan data pembagian waktu kerja (shift) diketahui bahwa perawat yang
bekerja pada satu waktu kerja terbatas hanya 4-5 orang perawat. Di mana jumlah
ini kadang tidak sebanding dengan jumlah pasien yang harus ditangani jika terjadi
lonjakan pada gelombang kedatangan pasien kritis. Sementara itu, jika gelombang
kedatangan pasien berkurang, para perawat juga tetap pada kondisi heavy loading
karena mereka memiliki kewajiban lain untuk membuat laporan yang telah
beban yang cukup berat bagi pasien dalam membagi waktu dan tenaganya.
46
keperawatan yang optimal di tengah keterbatasan jumlah tenaga dan waktu yang
dimiliki. Kondisi ini juga tidak jarang memunculkan konflik atau ketegangan
dalam lingkup IGD ini dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara satu
perawat dengan perawat lainnya atau dengan para dokter, yang kemudian tidak
adanya pihak ketiga atau pimpinan yang menengahi dan menyelesaikan konflik
yang terjadi.
Selain itu, sarana dan prasarana yang kurang memadai juga menjadi salah
satu penyebab stres perawat IGD, dimana sarana dan prasarana ini sangat penting
dan dibutuhkan oleh para perawat dalam menjalankan tugas dan tanggung
kerja yang terlalu berlebihan, tekanan dan sikap pimpinan yang kurang adil dan
wajar, waktu dan peralatan kerja yang kurang memadai, konflik antar pribadi
dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah serta
masalah-masalah keluarga.
kelelahan yang berlebihan, kesehatan yang terganggu (sakit), kurang nafsu makan,
sulit tidur, gelisah, lebih sensitive seperti mudah tersinggung, marah atau sedih,
semangat kerja menurun. Hal ini sejalan dengan pendapat Yo dkk., (2015) bahwa
menjadi tiga yakni dampak fisiologis, dampak psikologis serta dampak perilaku.
Dampak fisiologis seperti mudah lelah secara fisik. Gejalnya antara lain sulit
tidur, kepala pusing, meningkatnya tekanan darah dan detak jantung. Dampak
kerja. Sememtara itu dampak perilaku, berkaitan dengan tingkah laku seperti
terganggu.
kerja serta adanya perasaan kurang nyaman yang diakibatkan adanya konflik
dengan rekan kerja, dampak lain yang dirasakan oleh informan yaitu fokus kerja
yang menurun yang jika dibiarkan secara terus-menerus akan berisiko atau
kelelahan yang terjadi secara terus menerus akan berdampak pada menurunnya
produktivitas organisasi atau rumah sakit. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang
dikemukakan oleh Nanulaitta (2018) yang menyatakan bahwa suasana kerja yang
tidak nyaman karena banyaknya beban kerja, sarana dan prasarana yang tidak
memadai, tidak adanya hubungan baik dengan rekan kerja dan banyak terjadi
48
organisasi.
Menghadapi Stres
Benyamin Guluh Kolaka dalam mengatasi stres disajikan dalam table di bawah
ini.
Table 4.3
Summary Coping Strategy Perawat dalam Menghadapi Stres
Problem-Focused
Deskripsi
Coping
RSUD Benyamin Guluh dari coping strategy secara simultan. Artinya, mereka
akan berusaha menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi baik itu dengan
orang lain, mengurangi aktivitas diri yang tidak berhubungan dengan masalah
maupun mencari waktu yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Disisi
lain, mereka juga akan menggunakan coping yang berfokus pada emosi guna
bercerita kepada orang terdekatnya, mencari hikmah dari setiap peristiwa yang
dialami, bersikap baik-baik saja dihadapan orang lain seolah tidak terjadi apa-apa
pada dirinya ataupun belajar menerima keadaan dan pasrah atas apa yang terjadi.
seseorang dalam mengatasi stres. Bagaimana cara atau strategi yang diambil
seseorang dalam mengatasi stres disebut dengan coping strategy. Beberapa ahli
menyimpulkan bahwa pada dasarnya coping strategy merupakan suatu cara atau
metode yang dilakukan tiap individu untuk mengatasi dan mengendalikan situasi
atau masalah yang dialami dan dipandang sebagai hambatan, tantangan yang
dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres yang dihadapi. Sementara
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik
itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari
menghadapi situasi stressfull (situasi penuh tekanan). Untuk itu penerapan strategi
coping sangat dibutuhkan oleh para perawat yang mengalami stres dalam
diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang
adalah berfikir positif, pikiran kita dapat mengendalikan perilaku kita. Orang yang
memiliki kekuatan pikiran positif akan membentuk kepercayaan diri yang positif,
citra diri yang positif, aktivitas yang penuh dengan kemajuan dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, kenyataan dalam hidup yang kita alami, semua tergantung dari apa
Jika ingin menciptakan sebuah kekuatan dalam diri dimulai dengan pikiran
yang baik karena pertahanan terhadap stres sangat tergantung pada kemampuan
seseorang dalam mengelola pikiran secara efektif dan pikiran yang baik akan
menciptakan perasaan serta perilaku yang baik pula sehingga timbul semangat dan
motivasi dalam diri untuk terus melanjutkan pekerjaan, hal inilah yang juga
individu dengan individu lainnya. Individu dengan kepribadian yang lemah bila
dihadapkan pada stres yang kecil sekalipun akan menimbulkan perilaku abnormal,
mengembangkan cara yang khas dalam memberikan respon bila usahanya untuk
beban yang sedang ia rasakan. Dengan adanya orang lain, informan merasa tidak
mengalami stres, karena hal tersebut menjadi suatu bentuk dimana seseorang
merasa dicintai oleh orang lain sehingga menciptakan motivasi dan kembali
RSUD Benyamin Guluh dari sudut organizational factors dengan cara memahami
Cognitive Theory. Menurut Miles (2012) premis utama teori kognitif sosial adalah
bahwa tindakan manusia disebabkan oleh tiga faktor yang saling berinteraksi yaitu
perilaku, kognitif dan faktor pribadi, dan lingkungan eksternal. Ketiga faktor
tersebut saling mempengaruhi secara dua arah, sehingga dianggap bahwa manusia
Dalam penelitian ini terlihat bahwa perilaku coping yang dilakukan oleh
focused coping dan emotional-focused coping, tetapi coping yang dilakukan sama
kondisi yang mereka alami dengan pendekatan sosial dengan rekan kerja atau
53
Akibat dari kepasrahan dari perawat ini pada akhirnya organisasi kurang memiliki
pembiaran terhadap kondisi yang mereka alami. Argumen ini sejalan dengan
menurut sudut pandang social cognitive theory, menurut Bandura (2001) SCT
melibatkan tiga mode agensi yang berbeda yaitu agensi pribadi langsung, agensi
proxy, dan agensi kolektif. Pertama, agensi pribadi langsung terkait dengan
kemampuan individu untuk mengambil kendali dan mencapai apa yang diinginkan
melalui pengambilan keputusan terbaik pada situasi yang tiba-tiba atau tidak
atau keahlian yang dimiliki untuk mengubah atau membentuk perilaku individu.
Ketiga, agensi kolektif yaitu cara kerja secara bersama dengan orang lain untuk
agensi pribadi dan agensi kolektif untuk menghadapi stres yang mereka alami.
54
Hal ini sejalan dengan argumen Lazarus dan Folkman (1994) pada teori kognitif-
relasional stres menekankan sifat timbal balik yang berkelanjutan dari interaksi
antara orang dan lingkungan yang memunculkan penilaian pada diri individu.
dan sumber daya pribadi. Penilaian ini dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai
kemampuan pribadi.
Lebih jauh Lazarus (1991) berargumen bahwa dari sudut pandang Social
Cognitive, pemahaman terhadap proses kompleks emosi seperti stres melalui tiga
tahapan penting yang terdiri dari anteseden kausal (causal antecedent), proses
mediasi (mediating process), dan efek (effect). Pada tahapan pertama, perawat
mengidentifikasi variabel yang datang dari dalam diri individu seperti komitmen
situasional. Dalam hal ini perawat memiliki komitmen yang tinggi terhadap
tekanan.
penilaian kognitif terhadap tuntutan situasional dan pilihan coping pribadi serta
upaya coping yang kurang lebih berfokus pada masalah dan berfokus pada emosi.
mencari solusi atas permasalahan yang mereka hadapi termasuk stres kerja yang
55
kerap mereka alami. Pendekatan coping ini sangat bergantung pada penilaian
coping yang diterapkan lebih terfokus pada diri pribadi mereka dan interaksi
menunjukkan outcome atau efek dari pilihan coping yang diterapkannya. Menurut
(Lazarus, 1991) efek yang ditimbulkan dapat berupa efek langsung seperti afek
atau perubahan fisiologis dan efek jangka panjang seperti kesejahteraan psikologis
penelitian ini, diidentifikasi bahwa outcome atau efek yang ditunjukkan melalui
strategy coping yang diterapkan lebih bersifat pribadi dan jangka pendek. Hal ini
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kolaka, diketahui bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab stres pada perawat
IGD yaitu banyaknya beban kerja serta adanya peran ganda yang harus
antara satu perawat dengan perawat/dokter lainnya, serta sarana dan prasarana
Stres kerja yang dirasakan oleh para perawat ini, berdampak pada kinerja
perawat yaitu berupa menurunnya semangat kerja serta adanya perasaan kurang
nyaman yang diakibatkan adanya konflik dengan rekan kerja, dampak lain yang
dirasakan oleh informan yaitu fokus kerja yang menurun yang jika dibiarkan
secara terus-menerus akan berisiko atau berimbas pada penurunan kinerja para
perawat. Sementara beban kerja yang berlebihan dapat memicu kelelahan, namun
kelelahan yang terjadi secara terus menerus akan berdampak pada menurunnya
produktivitas organisasi atau rumah sakit. Karena tidak adanya coping strategy
56
57
aktivitas diri yang tidak berhubungan dengan masalah maupun mencari waktu
yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Disisi lain, mereka juga akan
menggunakan coping yang berfokus pada emosi guna mendapat ketenangan atau
terdekatnya, mencari hikmah dari setiap peristiwa yang dialami, bersikap baik-
baik saja dihadapan orang lain seolah tidak terjadi apa-apa pada dirinya ataupun
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
perawat juga harus lebih berani untuk speak up tentang apa yang selama ini
menjadi beban atau keluhan mereka selama bekerja agar pihak rumah sakit
perawat.
2) Pihak rumah sakit sebaiknya lebih memberi ruang untuk para perawat
dan memperbaiki komunikasi para perawat di IGD itu sendiri serta dapat
58
menjadi penengah antar perawat yang terlibat konflik agar tidak terjadi
pelatihan seperti apa yang disenangi oleh para perawat dan tidak
6) Tidak hanya menjaga hubungan baik dengan para perawat, pihak rumah
ruangan khusus untuk beristirahat. Yang mana hal ini diharapkan dapat
membuat perawat yang sekaligus menjadi seorang ibu dapat tetap hadir
nonprofit. Namun boleh saja melakukan penelitian di bidang yang sama yaitu
Aji, A. B., & Ambarwati, T. K. (2014). Coping stress perawat dalam menghadapi
agresi pasien di rumah sakit jiwa dr. radjiman wediodiningrat
lawang. Jurnal Psikologi Industri dan Organisasi, 3(1), 54-58.
Amalia, U. R., Suwendra, I. W., & Bagia, I. W. (2016). Pengaruh stres kerja dan
kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Jurnal Manajemen
Indonesia, 4(1).
Dewi, C. N. C., Bagia, I. W., & Susila, G. P. A. J. (2018). Pengaruh stres kerja
dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada bagian tenaga
penjualan UD Surya Raditya Negara. BISMA: jurnal manajemen, 4(2),
154-161.
Donsu, J. D., & Amini, R. (2017). Perbedaan Teknik Relaksasi Dan Terapi Musik
Terhadap Kecemasan Pasien Operasi Sectio Caesaria. Jurnal Vokasi
Kesehatan. https://doi. org/10.30602/jvk. v3i2, 113.
Dwi Ulfa, H. (2021). Pengaruh Peran Ganda, Stres Kerja, Dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Perempuan Bank Bpr Central Artha Kota
Tegal (Doctoral Dissertation, Universitas Pancasakti Tegal).
Eleni, M., Fotini, A., Maria, M., Ioannis, Z. E., Constantina, K., & Theodoros, C.
Κ. (2010). Research in occupational stress among nursing staff-a
comparative study in capital and regional hospitals. Sci J Hell Regul Body
Nurses, 3(3), 79-84.
59
Fathi, A. (2010). Workplace stressors and coping strategies among public
hospital nurses in Medan, Indonesia (Doctoral dissertation, Prince of
Songkla University).
Febriani, S. (2017). Gambaran Stres Kerja pada Perawat di Ruang Rawat Inap
Bagian Perawatan Jiwa RSKD Provinsi Sulawesi Selatan (Doctoral
dissertation, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).
Irvianti, L. S. D., & Verina, R. E. (2015). Analisis pengaruh stres kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja terhadap turnover intention karyawan pada PT
XL Axiata Tbk Jakarta. Binus Business Review, 6(1), 117-126.
Lozarend & Elnita, L.F (2013). Hubungan Stress Kerja Dengan Kinerja Perawat
di Rumah Sakit Panti Panti Waluya Sawahan Malang, Fakultas
Kedokteran Universitas Briwijaya.
60
Miles, Jeffrey A. (2012). Management and organization theory: A Jossey-Bass
reader. Vol. 9. John Wiley & Sons, 2012
Nugrahani, F., & Hum, M. (2014). Metode penelitian kualitatif. Solo: Cakra
Books, 1(1).
Yo, P., Melati, P., & Surya, I. B. K. (2015). Pengaruh beban kerja terhadap
kepuasan kerja dengan stres kerja sebagai variabel mediasi (Doctoral
dissertation, Udayana University).
61
LAMPIRAN
62
TRANSKRIP WAWANCARA PADA OBSERVASI AWAL
63
7. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk mengidentifikasi
stres pada Perawat IGD?
Narasumber: Kalau treatmen khusus untuk mengidentifikasi belum ada.
8. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk membantu Perawat
dalam menanggulangi atau menangani stres yang dialami?
Narasumber: Pihak RS sudah membekali perawat dengan pelatihan sehingga
stressor yang dikarenakan masalah penanganan pasien sudah bisa diatasi. Kalau
treatmen khusus yang disebabkan stressor lainnya belum ada.
64
TRANSKRIP WAWANCARA PADA OBSERVASI AWAL
Narasumber : Risma S.ST,.M.Tr.Kep
Jabatan : Koordinator Administrasi (Informan 1/ Utama)
65
6. Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk mengidentifikasi stres pada
Perawat IGD ?
Narasumber: Ya sampai saat ini belum ada langkah-langkah atau kegiatan
yang dilakukan untuk mengidentifasi penyebab stres perawat. Dan lagi pula
perawat juga tidak banyak yang terbuka untuk mengungkapkan penyebab
stresnya.
7. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk membantu Perawat
dalam menanggulangi atau menangani stres yang dialami ?
Narasumber: Pihak Rumah Sakit sampai sekarang belum memberikan
perhatian yang lebih atau menetapkan treatmen khusus untuk membantu para
perawat dalam menanggulangi maupun menghadapi stres.
8. Peneliti: Bagaimana Coping strategy perawat dalam mengatasi stres ?
Narasumber: kalau sedang ada kendala atau masalah biasanya saya mencari
solusi dari masalah yang sedang saya hadapi, fokus untuk menyeselaikan
masalah dan mengurangi urusan-urusan yang tidak terlalu penting atau urusan
yang masih bisa ditunda, biasa juga ada sesuatu tindakan saya tunda karena
membutuhkan momen yang tepat untuk diselesaikan. Biasanya kalau masalah
agak berat saya bercerita dengan suami, karena suami saya juga sangat
pengertian. Dari semua masalah yang saya hadapi, saya menerima dan ikhlas
menjalaninya, karna dibalik semua itu pasti ada hikmah yang terbaik.
66
TRANSKRIP WAWANCARA PADA OBSERVASI AWAL
67
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Hasrul AMk. (Informan 3/ Utama)
Jabatan : Tim C
Waktu : 22 Mei 2022
Tempat : RS Benyamin Guluh Kab. Kolaka
1. Peneliti: Bagaimana kinerja Perawat yang bekerja di IGD RS Benyamin
Guluh?
Narasumber: cukup baik
2. Peneliti: Apakah terdapat perbedaan beban kerja antara Perawat pada IGD
dengan Perawat pada bagian rawat inap ?
Narasumber: iya. Walaupun ada perbedaan tapi pasti sama-sama berat
bebannya.
3. Peneliti: Apakah Perawat pada IGD rawan terhadap stres ?
Narasumber: iya, cukup rawan.
4. Peneliti: Apakah penyebab yang menjadi memicu stres pada Perawat di IGD
RS Benyamin Guluh ?
Narasumber: masa kerja dan beban kerja, ditambah lagi ketika banyaknya
pasien keritis atau meninggal, belum lagi kurangnya dukungan serta konflik
dengan rekan kerja lain.
5. Peneliti: Apakah gejala yang dirasakan ketika menghadapi situasi stres ?
Narasumber: capek, kurang bersemangat masuk kerja, dan perasaan kurang
nyaman, kadang berpengaruh dengan pekerjaan juga.
6. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk mengidentifikasi
stres pada Perawat IGD ?
Narasumber: belum ada.
7. Peneliti: Bagaimana Coping Strategy yang dilakukan pihak RS dalam
membantu perawat menanggulangi atau mengatasi stres ?
Narasumber: belum ada.
8. Peneliti: Bagaimana Coping strategy perawat dalam mengatasi stres ?
Narasumber: memikirkan solusi dari masalah yang sedang dihadapi,
mengurangi aktivitas agar fokus menyelesaikan masalah, mengontrol diri dan
butuh waktu yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan, bercerita dengan
orang terdekat yang mengerti dengan perasaan kita, belajar menerima keadaan
dan pasrah atas apa yang terjadi serta berusaha mencari hikmah dari setiap
kejadian yang dialami.
68
TRANSKRIP WAWANCARA
69
TRANSKRIP WAWANCARA
Jabatan : Tim A
70
TRANSKRIP WAWANCARA
71
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Delfina Patayang A.Mk (Informan 7/ Utama)
Jabatan : Tim C
Waktu : 25 Mei 2022
Tempat : RS Benyamin Guluh Kab. Kolaka
1. Peneliti: Bagaimana kinerja Perawat yang bekerja di IGD RS Benyamin
Guluh?
Narasumber: kinerja perawat secara keseluruhan sudah maksimal, walaupun
ada beberapa perawat yang masih kurang.
2. Peneliti: Apakah terdapat perbedaan beban kerja antara Perawat pada IGD
dengan Perawat pada bagian rawat inap ?
Narasumber: iya, ada.
3. Peneliti: Apakah Perawat pada IGD rawan terhadap stres ?
Narasumber: iya, kalau menurut saya pribadi.
4. Peneliti: Apakah penyebab yang menjadi memicu stres pada Perawat di IGD
RS Benyamin Guluh ?
Narasumber: kurangnya dukungan, adanya konflik dengan rekan kerja,
beban kerja, masa kerja, adanya pasien keritis atau pasien meninggal.
5. Peneliti: Apakah gejala yang dirasakan ketika menghadapi situasi stres ?
Narasumber: tidak nyaman atau gelisah, sensitif dan kesehatan menurun
6. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk mengidentifikasi
stres pada Perawat IGD ?
Narasumber: belum ada.
7. Peneliti: Bagaimana Coping Strategy yang dilakukan pihak RS dalam
membantu perawat menanggulangi atau mengatasi stres ?
Narasumber: sejauh ini belum ada
8. Peneliti: Bagaimana Coping strategy perawat dalam mengatasi stres ?
Narasumber: banyak sih tergantung permasalahannya. Yang pasti mencari
solusi dari masalah yang sedang di hadapi, bisa dengan bertanya atau meminta
bantuan dengan rekan yang berpengalaman, membatasi aktivitas yang kurang
penting, kadang ada masalah yang tidak bisa diselesaikan secara langsung tapi
butuh waktu yang tepat untuk diselesaikan. Bercerita dengan orang terdekat juga
sering saya lakukan, tapi saya tidak menampakkan kepada orang lain ketika
sedang terjadi masalah, dan lebih menerima dengan semua hal yang terjadi, karna
namanya kehidupan pasti ada masalah.
72
TRANSKRIP WAWANCARA
Jabatan : Tim C
73
TRANSKRIP WAWANCARA
74
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Henna Astria A.Md.Keb (Informan 10/ Utama)
Jabatan : Tim D
Waktu : 28 Mei 2022
Tempat : RS Benyamin Guluh Kab. Kolaka
1. Peneliti: Bagaimana kinerja Perawat yang bekerja di IGD RS Benyamin
Guluh?
Narasumber: kinerja masing-masing perawat tidak sama. Ada yang sangat
baik, ada yang cukup baik dan ada juga yang kurang.
2. Peneliti: Apakah terdapat perbedaan beban kerja antara Perawat pada IGD
dengan Perawat pada bagian rawat inap ?
Narasumber: iya. Ada perbedaan.
3. Peneliti: Apakah Perawat pada IGD rawan terhadap stres ?
Narasumber: bisa dibilang begitu.
4. Peneliti: Apakah penyebab yang menjadi memicu stres pada Perawat di IGD
RS Benyamin Guluh ?
Narasumber: masalah kerjaan yang lumayan banyak, kadang ada rasa bosan
karna sudah lama melakukan pekerjaan yang sama berulang kali, dan masalah
pasien ditambah lagi kurangnya dukungan dari rekan atau keluarga.
5. Peneliti: Apakah gejala yang dirasakan ketika menghadapi situasi stres ?
Narasumber: kadang badan terasa capek sekali.
6. Peneliti: Apakah pihak RS memiliki treatmen khusus untuk mengidentifikasi
stres pada Perawat IGD ?
Narasumber: belum ada.
7. Peneliti: Bagaimana Coping Strategy yang dilakukan pihak RS dalam
membantu perawat menanggulangi atau mengatasi stres ?
Narasumber: kadang ada pelatihan untuk penanganan pasien keritis, tapi itu
sudah termasuk kedalam SOP yang berlaku, bukan sebagai coping stress perawat
8. Peneliti: Bagaimana Coping strategy perawat dalam mengatasi stres ?
Narasumber: mencari solusinya, kadang meminta bantuan dengan teman-
teman, fokus menyelesaikan masalah dan membatasi aktivitas lainnya. Kadang
ada beberapa masalah butuh waktu yang untuk diselesaikan. Kadang butuh
tempat untuk curhat, dan dari situ saya juga lebih belajar mencari sisi positif dari
setiap hal yang saya alami dan menerima apa yang sudah menjadi pilihan saya
diawal.
75
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Suryani T., AMK(Informan 11/ Utama)
76
TRANSKRIP WAWANCARA
Narasumber : Nety, AMK (Informan 12/ Utama)
77
hikmahnya. Biasanya saya curhat dengan orang-orang terdekat saya tapi berpura-
pura tidak terjadi apa-apa kalau dengan orang lain. Yang pasti mencari solusi dari
permasalahan yang sedang dihadapi, mengurangi aktivitas lain dan fokus pada
masalah. Tapi terkadang saya juga memilih untuk tidak langsung melakukan apa-
apa, saya butuh waktu yang tepat untuk menyelesaikannya.
78
TRANSKRIP WAWANCARA
Usia : 50 thn
79
TRANSKRIP WAWANCARA
Usia : 24 thn
80
Matriks Wawancara
1. Bagaimana kinerja Informan kunci mengungkapkan bahwa kinerja perawat sudah baik Para perawat di IGD RS Benyamin Guluh
Perawat yang bekerja dan berkompeten karena sudah dibekali dengan pelatihan dan dituntut untuk memberikan pelayanan dan
di IGD RS Benyamin perawat boleh menangani pasien walaupun tanpa ada dokter karena penanganan yang terbaik, karena
Guluh? sudah ada SOP yang mengaturnya. Sementara informan 1 merupakan rumah sakit rujukan yang
menyampaikan bahwa mereka dituntut untuk memberikan pelayanan memiliki fasilitas yang lebih memadai dan
yang terbaik karena menjadi salah satu rumah sakit rujukan utama di tenaga yang lebih lengkap. Namun kinerja
kab. Kolaka karena memiliki fasilitas yang lebih memadai dan para perawat berbeda-beda, ada beberapa
tenaga medis yang lebih lengkap dan berkompeten, hal ini pun perawat yang kinerjanya sudah baik dan
sejalan dengan pernyataan informan 2,9 dan 12. Sementara informan masih ada beberapa yang kurang.
3, 4, 5, 6, 7, 8, 10 dan 11 menyatakan kinerja para perawat berbeda-
beda atau tidak sama, namun secara keseluruhan kinerjanya sudah
baik, tapi masih terdapat beberapa yang kinerjanya masih kurang.
2. Apakah terdapat Berdasarkan penuturan informan kunci bahwa terdapat perbedaan Terdapat perbedaan beban kerja antara
perbedaan beban kerja beban kerja antara perawat IGD dengan perawat dibagian rawat inap, perawat IGD dengan perawat bagian rawat
antara Perawat pada perawat inap memiliki tanggung jawab yang lebih besar karena inap, namun keduanya memiliki beban
mereka yang pertama kali menangani pasien jadi tingkat kecemasan yang sama-sama berisiko. Namun secara
IGD dengan Perawat
maupun bebannya bisa lebih tinggi di banding perawat dibagian tingkat kecemasan perawat IGD lebih
pada bagian rawat rawat inap yang hanya meneruskan perawatan pasien. Hal ini senada berpotensi dari pada perawat bagian rawat
inap? dengan penuturan informan 1 yang kemudian menambahkan bahwa inap, karena perawat IGD yang
perawat IGD dituntut untuk memiliki responsifitas tinggi dalam bertanggung jawab untuk memberikan
memberikan pelayanan kepada pasien, karena pasian IGD memang penanganan pertama pada pasien
membutuhkan penanganan yang serius dan cepat. Informan 2 hingga kemudian barulah di lanjutkan oleh
informan 12 juga membenarkan bahwa terdapat perbedaan beban perawat bagian rawat inap apa bila kondisi
kerja antara mereka dengan bagian rawat inap, namun semuanya pasien belum memungkinkan untuk pulang
sama-sama memiliki beban yang berisiko. dan harus tetap menjalani perawatan.
81
3. Apakah Perawat pada Informan kunci berpendapat bahwa setiap pekerjaan pasti ada saja Perawat IGD rawan terhadap stres, karena
IGD rawan terhadap yang dapat menimbulkan stres, namun tingkat stres yang dirasakan walaupun pekerjaanya sangat mulia tapi
stres? hanya kategori ringan atau sedang. Sejalan dengan hal itu, informan disisi lain juga memiliki risiko yang sangat
1 membenarkan bahwa perawat IGD rawan terhadap stres besar sebab menyangkut keselamatan
dikerenakan beberapa faktor. Sementara informan 2 hingga informan manusia (pasien), dan karena mereka
12 tidak menyangkal bahkan setuju bahwa profesinya rawan memiliki beban yang cukup berat.
terhadap stres, karena menyangkut keselamatan manusia.
4. Apakah yang menjadi Berdasarkan pernyataan informan kunci, beban kerja serta sarana dan Beban kerja merupakan stressor utama
memicu stres pada prasarana yang kurang memadai merupakan salah satu stressor para yang dirasakan oleh para perawat di IGD
Perawat di IGD RS perawat. Informan utama 1 sampai informan 12 juga sependapat RS Benyamin Guluh Kolaka, kemudian
Benyamin Guluh? bahwa beban kerja menjadi salah satu stressor, kemudian informan 1 disusul faktor pasien keritis, kematian
menambahkan bahwa pasien keritis juga menjadi pemicu stres hal ini pasien, kurangnya dukungan, masa kerja,
sama dengan pernyataan informan 3 sampai informan 12. Kemudian konflik dengan dokter atau perawat, sarana
informan 3 sampai 12 juga menyebut bahwa kematian pasien dan prasarana yang kurang memadai dan
termasuk dalam stressor-nya, kurangnya dukungan juga disebutkan faktor keluarga.
oleh informan 3, 5, 7 sampai informan 12. Lalu 7 informan juga
mengungkapkan bahwa masa kerja sebagai pemicu, 4 informan
mengatakan konflik dengan dokter/perawat sebagai factor stres dan
1informan mengatakan keluarga juga menjadi salah satu stressor.
5. Apakah gejala yang Informan 1 menyampaikan bahwa gejala-gejala yang ia rasakan Gejala yang rata-rata dialami oleh para
dirasakan ketika berupa kecemasan, kelelahan hingga kesehatan menurun. Sama perawat yaitu gejala fisiologis berupa
menghadapi situasi halnya yang dialami oleh informan 2 yaitu merasakan lelah hingga kelelahan, kesehatan yang terganggu
stres ? kesehatan yang menurun. Selain gejala di atas informan 3 juga (sakit), kurang napsu makan dan sulit
mengatakan bahwa ia mengalami gejala kurang bersemangat dalam tidur. Kemudian gejala emosional berupa
bekerja, perasaan kurang nyaman yang diakibatkan adanya konflik perasaan tidak nyaman (gelisah) dan lebih
dengan rekan kerja, hingga menurunkan kinerjanya, hal ini juga sensitif (mudah tersinggung, marah atau
dilontarkan oleh informan 4 dan ia juga mengatakan bahwa fokus sedih). Selanjutnya gejala interpersonal
kerjanya menurun. Sementara itu informan 5 mengalami gejala dan organisasional berupa menurunnya
berupa pusing dan tidak menyukai keramaian. Dan berdasarkan semangat kerja serta adanya konflik
informasi yang diberikan oleh informan 6 hingga informan 12, dengan rekan kerja.
memiliki kesamaan dengan beberapa gejala diatas yaitu berupa
kelelahan, penurunan kesehatan (sakit), gelisah, lebih sensitif, sulit
82
tidur dan napsu makan berkurang.
6. Apakah pihak RS Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh informan kunci, Pihak RS tidak memiliki treatmen kusus
memiliki treatmen mengatakan bahwa pihak RS belum memiliki treatmen kusus untuk untuk mengidentifikasi stres pada perawat
khusus untuk mengidentifikasi stres yang terjadi pada perawat IGD, hal ini sama IGD
mengidentifikasi stres
dengan informasi yang diberikan oleh keseluruhan informan utama.
pada Perawat IGD?
7. Bagaimana Coping Informan kunci menyampaikan bahwa perawat sudah dibekali Terdapat perbedaan pendapat antara
Strategic yang dengan pelatihan sehingga stres yang disebabkan oleh penanganan informan kunci dan keseluruhan informan
dilakukan pihak RS pasien sudah dapat teratasi namun stres yang disebabkan oleh faktor utama. Sehingga penulis menyimpulkan
dalam membantu
lainnya belum ada. Sedangkan penyataan berbeda dikemukakan oleh bahwa adanya pelatihan tentang
perawat
menanggulangi atau seluruh informan utama lainnya, dimana informan 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9 penanganan pasien yang terkadang diikuti
mengatasi stres ? dan informan 12 mengatakan bahwa pihak RS belum memiki coping oleh para perawat IGD merupakan bukan
strategic untuk membantu para perawat menanggulangi atau sebagai coping strategic untuk para
mengatasi stresnya. Hal yang serupa juga disampaikan oleh informan perawat, melainkan memang bagian dari
11 yang mengatakan bahwa pihak RS tidak terlalu fokus pada stres prosedur dalam rumah sakit.
perawat akan tetapi hanya fokus pada bagaimana para perawat dapat
melayani pasien dengan maksimal. Kemudian menjelasan lainnya
dari informan 10 dimana ia mengatakan bahwa pelatihan yang
terkadang diikuti oleh perawat IGD itu bukan sebagai coping
strategic dari pihak RS melainkan memang sudah menjadi SOP di
dalam RS. Sedangkan dua informan lainnya yaitu informan 5 dan 8
kurang mengetahui tentang ada atau tidaknya coping yang diterapkan
oleh pihak RS.
83
8. Bagaimana Coping Informan 1 mengungkapkan strategi coping yang ia terapkan untuk Ketika perawat mengalami masalah yang
strategic perawat mengatasi stres yang disebabkan suatu masalah yaitu dengan mencari dapat membuatnya stres, mereka akan
dalam mengatasi stres solusi dari permasalahan tersebut, fokus untuk menyelesaikannya, menggunakan dua jenis coping secara
?
meminimalisir aktivitas yang tidak terlalu penting, beberapa masalah bersamaan. Yaitu problem-focused coping
tertentu perlu mencari waktu yang tepat untuk menyelesaikannya, ia (coping yang berfokus pada masalah) dan
juga biasa bercerita dengan pasangannya dan untuk lebih emotional-focused coping (coping yang
menenangkan emosionalnya ia belajar menerima keadaan dan ikhlas berfokus pada emosi). Problem-focused
menjalaninya serta yakin akan ada hikmah dibalik peristiwa yang ia coping diantaranya dengan mencari solusi
alami, peryataan ini sama dengan beberapa informan lainnya. dari masalah, meminta bantuan kepada
Kemudian informan 4, 5, 7, 10 dan informan 11 menambahkan orang lain dan sebagainya, sedangkan
coping lain yaitu dengan mencari dukungan sosial, berupa bantuan emotional-focused coping seperti
atau mencari informasi dengan bertanya pada orang lain yang menerima keadaan, mencari hikmah atau
memiliki pengalaman serupa dan mendiskusikannya dengan hal positif dan lain-lain. Selain langsung
seseorang yang lebih berkompeten terhadap masalah yang sedang pada penyelesaian dari permasalahan,
dihadapi. Sementara informan 6, 7, 11 dan informan 12 juga ketenangan emosional sangat membantu
mengatakan bahwa mereka berpura-pura di hadapan orang lain dan merupakan kunci agar para perawat
seakan tidak terjadi masalah apapun terhadap mereka. tidak mengalami stres.
84
85
TABULASI TOTAL PENILAIAN KINERJA PERAWAT 2018-2021
TOTAL PENILAIAN
NO NAMA
2018 2019 2020 2021
1. Sulaeman, S.Kep.,Ns 80,8 93,83 94,58 94,98
2. Risma, S.ST.,M.Kes 80,8 93,83 94,58 94,88
3. Harawati A., S.Kep.,Ns 80 91,56 92,15 92,56
4. Nurdiana, AMK 80,8 91,56 92,15 92,56
5. Selviana S., S.Kep 80,8 90,5 90,5 90,8
6. Idiawati, AMK 80,8 90 90 90,8
7. ST. Mualifa A., AMK 80,8 90 90 90,8
8. Nardiansyah, AMK 80 90,5 90,58 90,8
9. Muh. Saiful J., AMK 80,8 90,67 90,88 90,8
10. Astarina, S.Kep 80,8 90,75 90,88 90,8
11. Barce R., S.Kep.,Ns 80 90 90 90,8
12. Delfina P., AMK 80,8 90,5 90,5 90,8
13. Hasrul, AMK 80,8 90,58 90,68 90,5
14. Gamal Abd. Nasser, AMK 80,8 90 90,15 90,8
15. Mesak R., S.Kep.,Ns 80,4 90 90,15 90
16. Nuraemi, AMK 80 90,43 90,58 90,8
17. Henna Astria, AMK 80 90,15 90,38 90,89
18. Sri Ulang, Amd.Kep 80 90 90,15 90
19. Putu Hendra, AMK 80,8 90,45 90,55 90,89
20. Nety, AMK 80,8 90,88 90,98 90
21. Suryani T., AMK 80 90,88 90,98 90
22. Jumria, Amd.Kep 80,8 90,85 90,98 90,55
23. Akbar, AMK 80,8 90,88 90,98 90,5
24. Riswanto Langgou, AMK 80,8 90 90,8 90,8
86
RERATA KRITERIA PENILAIAN KINERJA TAHUN 2021
87
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Karakteristik Responden
No Nama
Gender Usia Lama Bekerja
1. Sulaeman, S.Kep.,Ns Laki-Laki 46 16 Tahun
2. Risma, S.ST.,M.Kes Perempuan 48 27 Tahun
3. Harawati A., S.Kep.,Ns Perempuan 42 15 Tahun
4. Nurdiana, AMK Perempuan 40 15 Tahun
5. Selviana S., S.Kep Perempuan 35 8 Tahun
6. Idiawati, AMK Perempuan 35 9 Tahun
7. ST. Mualifa A., AMK Perempuan 38 7 tahun
8. Nardiansyah, AMK Laki-Laki 34 9 Tahun
9. Muh. Saiful J., AMK Laki-Laki 34 11 Tahun
10. Astarina, S.Kep Perempuan 44 17 Tahun
11. Barce R., S.Kep.,Ns Perempuan 37 7 Tahun
12. Delfina P., AMK Perempuan 37 11 Tahun
13. Hasrul, AMK Laki-Laki 38 9 Tahun
14. Gamal Abd. Nasser, AMK Laki-Laki 38 11 Tahun
15. Mesak R., S.Kep.,Ns Laki-Laki 28 4 Tahun
16. Nuraemi, AMK Perempuan 42 17 Tahun
17. Henna Astria, AMK Perempuan 37 10 Tahun
18. Sri Ulang, Amd.Kep 39 11 Tahun
19. Putu Hendra, AMK Laki-Laki 38 11 Tahun
20. Nety, AMK Perempuan 34 9 Tahun
21. Suryani T., AMK Perempuan 30 7 Tahun
22. Jumria, Amd.Kep Perempuan 31 9 Tahun
23. Akbar, AMK Laki-Laki 36 9 tahun
24. Riswanto Langgou, AMK Laki-Laki 39 11 Tahun
88
DOKUMENTASI
89
90
91
92
93
94
95
96
97
BIOGRAFI PENULIS
Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara dan tamat pada tahun 2015. Kemudian pada
tahun yang sama penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMKN
pada tahun 2018. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan pada
98