B. Urgensi Lahn
• Lahn atau kesalahan ketika membaca Al-Quran merupakan ‘aib
yang harus dihindari karena kemungkinan dapat mengubah arti.
Oleh karena itu, para ulama menyebutkan beberapa keterangan
pentingnya i’rab untuk menjauhi kesalahan ketika membaca
lafazh-lafazh Al-Quran.
Syaikh Asy-Syuway’ir r meriwayatkan bahwa Abu Bakr Ash-
Shiddiq h mengatakan :
ُ ُ ۡ َ ُ ُ ۡ َ ُ ۡ ُ ۡ َ ُّ َ
أيها ٱلمسلِمون أع ِربوٱلقرآن أع ِربوٱلقرآن
“Wahai kaum muslimin i’rabkanlah Al-Quran, i’rabkanlah Al-Quran.”
• Maksudnya adalah membaca Al-Qur’an dengan benar tanpa
mengubah makna. Maka menurut Syaikh Asy-Syuway’ir I’rab
itu ada ada dua :
• I’rab yang wajib :
• Mengeluarkan huruf dengan benar, dan
• Mengucapkan harakat dengan benar.
• I’rab yang Sunnah :
• Menyempurnakan sifat huruf dan hukum-hukumnya
Asy-Syaikh ‘Utsman bin Sulaiman Murad ‘Ali Agha r berkata dalam
As-Salsabil Asy-Syafi’i :
َ ۡ َ ۡ َ ٌ َ َ ُّ ُ َ َ ُّ َ َ ۡ ُ ۡ َّ َ
خَل ٍف ِِف ٱۡل ِف ِ ـِل وخ ِف ُك حرام مع ِ ان ج ِ وٱللحن ق ِسم
َ عـ ۡ ُّ َ َ َ َّ َ ۡ ٌ َ َ ۡ َ
ـن ۡ ـطأ ِِف ٱل َم ۡبـن خـل بِـهِ أ ۡو َلَيِـل ٱل َم
َ ٱۡلـِل فخ َ أ َما
ِ ِ
“Dan lahn itu ada dua jenis; lahn jaliy dan lahn khafiy. Keduanya
haram, namun sebagian Ulama Qiraat berbeda pendapat mengenai
hukum lahn khafiy, apakah ia haram atau makruh.
Adapun lahn jaliy adalah kekeliruan dalam masalah tata bahasa, baik
mengubah ataupun tidak mengubah makna. Seperti mengubah,
menambah atau mengurangi huruf dan mengubah harakat”.
C. Pembagian Lahn
AL-LAHN
ِين
ٱلك يَ ۡو ِم ذ
ِ ِ لـٰ َم ِين
ٱلَم ٰـل ِيك يَ ۡو ِم ذ
ِ ِ
Pemilik Hari Pembalasan Milik Saya Hari Pembalasan
ُاك ن َ ۡس َتعِي
َ َّاك َن ۡع ُب ُد ِإَوي
َ َّإي ُاك َن ۡع ُب ُد ِإَويَا َك ن َ ۡس َتعِي
َ َإي
ِ ِ
Hanya Kepada Engkaulah Kami Menyembah Hanya Kepada Cahaya Matahari-Mu Kami
Dan Hanya Kepada Engkaulah Kami Memohon Menyembah Dan Kepada Cahaya Matahari-Mu
Pertolongan Kami Memohon Pertolongan
b. Berkaitan dengan Harakat;
Harakat (Menambah
mengubah harakat, fathah menjadi kasrah, kasrah
menjadi dhammah, atau selainnya.)
ۡ ۡ َۡ َ َ ۡ َۡ ۡ ۡ ٌ َ َ َ ۡ َ
َ
ي إِخَل ٍل كَتكِ ٱلوص ِف
ِ مِن غ أ َّما ٱۡل ِف فخ َطأ ِِف ٱل ُع ۡر ِف
“Adapun lahn khafiy adalah kekeliruan dalam ‘urf (tata cara
membaca Al-Quran yang telah disepakati ulama qiraat), dan
tidak mengubah makna kandungan Al-quran”.
Diantara Kesalahan – Kesalahan Lahn Khafiy :
• Mentakrirkan huruf ra’ secara berlebihan atau terlalu
menguranginya,
• Berlebihan dalam mengucapkan huruf lam,
• Mengurangi atau menambah kadar mad,
• Membaca sambil menggigil (secara dibuat-buat),
• Menipiskan huruf-huruf tebal,
• Memantulkan huruf-huruf yang bukan Qalqalah,
• Membaca sambil dipaksakan menangis (secara dibuat-buat),
• Berhenti (waqaf) dengan harakat yang sempurna,
• Menghilangkan kejelasan huruf awal dan akhir pada sebuah kalimat,
• Isyba’ harakat, yaitu menambah sedikit harakat sebelum sukun.
Bacaan Seharusnya Dibaca
َّ ُ ۡ َ ۡ
ِٱۡلمد ِّلِل Alhamdu (tanpa
memantulkan Lam)
Alehamdu memantulkan
Lam)
َ َإي
اك ِ Iyya (dengan menekan Ya) Iiyaka (tanpa menekan Ya)
ۡ
َر َزق َنٰ ُه ۡم Razaqanahum Razaqenaahum (qalqalah
َ ُۡ
(qalqalah/Tafkhim) tarqiq)
ًأَ ۡف َواجا
huruf FA
Afwaajaa dibaca Afwaajaaaa
dua harakat Dibaca lebih dua harakat
َ َج
آء Jaaaa-a dibaca minimal 4
Jaa-a Dibaca 2 harakat
harakat
3. Hukum Lahn Khafiy :
Sebagaimana bahasan tentang hukum beriltizam dengan tajwid
yang harus kita bedakan sesuai keadaan para qari Al-Quran adalah :
a) Apabila qiraahnya dalam rangka talaqqi dan musyafahah, maka wajib
untuk menjaga diri dari lahn khafiy dan tidak boleh sengaja
melakukannya walaupun tidak merusak makna. Karena maqamnya di
sini adalah maqam Riwayat dan lahn khafiy merupakan kedustaan
dalam Riwayat.
b) Apabila qiraahnya dalam rangka tilawah biasa, jika si qari’ orang yang
mutqin dan pandai tentang hukum-hukum, maka aib (tercela) bagi
dirinya membaca Al-Quran dengan tidak mengamalkan tajwid.
c) Apabila si qari’ orang awam, maka insya Allah tidak mengapa, karena
dia meninggalkan sifat-sifat tazyiniyyah tahsiniyyah (hiasan) yang
tidak mengeluarkan huruf dari tempatnya dan tidak merusak makna.
Al-Imam Ibnul Jazariy r dalam Thayyibah mengatakan :
ۡ َ ً َ ۡ ۡ َّ َ َ َ ۡ َّ َ ۡ َ َ َ َ َ ُّ ُ َ
وَكن ل ِلرس ِم ٱحتِماَل َيوِي ِفُك ما وافق وجه ٱنلحـو
ُ َ ۡ َ ۡ ُ َ َ َّ َ َف ُ ُ ً
ـهـ ِذه ِ ٱثلـَلثـة ٱۡلرَكن ـح إِ ۡس َنـادا ُه َو ٱلق ۡرآن
َّ َو َص
َ ۡ ُ ََ
ِ مرات ِب ٱلقِراة
ُٱتل ۡحقيق
َّ ُٱ َّتل ۡدوير َۡ
ُۡل ۡدر
ِ ِ ٱ
(Tahqiq) (Tadwir) (Hadr)
1. Tahqiq adalah membaca Al-Qur`an dengan tempo yang
lambat dan suara yang jelas sambil benar-benar
menyempurnakan serta menjaga hak dan mustahak huruf.
Membaca dengan tahqiq afdhal dalam proses kegiatan
belajar-mengajar. Bacaan tahqiq memiliki karakter
tersendiri, diantaranya yaitu :
َّ ۡ َ ُ ُذ
Menunaikan setiap huruf sesuai dengan haknya ُك َح ۡر ٍف َحق ُه ِ إِعطاء
ُ ُ ۡ ُ َۡ
Menguraikan pengucapan huruf dengan baik dan
وف
ِ تفكِيك ٱۡلر
benar sesuai dengan makhrajnya
ُ ََتۡق
َ يق ٱل ۡ َه
ِ مزة
Membaca hamzah (dengan benar) ِ
َّ ُ ۡ ُ َ
Menyempurnakan bacaan ghunnah اتِ ت ۡوف َِية ٱلغن
َ َۡ ُ َ ۡ
Menyempurnakan pengucapan harakat ِ ٱۡل ُرَك
ت إِتمام
2. Tadwir adalah membaca Al-Qur`an dengan
tempo sedang, yakni berada di antara tahqiq
dan hadr, dengan menjaga hukum-hukum tajwid.
3. Hadr adalah membaca Al-Qur`an dengan tempo
cepat sambil tetap menjaga hukum-hukum
tajwid dengan sempurna. Hendaklah berhati-
hati dari mengurangi hak dan mustahak huruf,
meninggalkan ghunnah, tidak
memanjangkan/memotong mad, atau merusak
harakat (isyba’ & Ikhtilas).
• Adapun tartil bukanlah termasuk tingkatan tempo
membaca Al-Qur`an, melainkan sifat yang mesti
dijaga bersamaan dengan ketiga tingkatan yang
telah diuraikan. Jadi, dengan tempo apapun kita
membaca Al-Qur`an, wajib menyertakan tartil di
dalamnya.
• Membaca dengan tartil yaitu membaca dengan
pemahaman dan tadabbur, sambil menyempurnakan
hak dan mustahak huruf dari makhraj dan sifat-
sifatnya. Karena Al-Qur`an diturunkan untuk
dipahami, ditadabburi, dan diamalkan.