Anda di halaman 1dari 27

ngkatkan Kepuasan Pelayanan di

Rumah
arthen Sege, Sakit
S,Kep.,Ns.,M.Kep.
Dr.Blacius Dedi, SKM.,M.Kep.
A.M Mendrofa, SKM.,M.Kep.,Sp.Kom.
r.Isak J.H Tukayo, S.Kp.,M.Sc.
Ns.Susi Nurhayati, M.Kep.

UNIVERSITAS KARYA HUSADA


SEMARANG
Jl.Kompol R.Soekanto No.46 Sambiroto Semarang
Telp./Fax. (024) 6724581

Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan SDKI,


SLKI, SIKI Dalam Meningkatkan Kepuasan Pelayanan di
Rumah Sakit

Penulis :
Marthen Sege, S,Kep.,Ns.,M.Kep.
Dr.Blacius Dedi, SKM.,M.Kep.
Dr.Fery A.M Mendrofa, SKM.,M.Kep.,Sp.Kom.
Dr.Isak J.H Tukayo, S.Kp.,M.Sc.
Ns.Susi Nurhayati, M.Kep.

Cetakan Pertama :
September, 2022

Hak Cipta 2022

Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang

Copyright © 2022
by Penerbit Universitas Karya Husada Semarang
All Right Reserved

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau


seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT :

Universitas Karya Husada Semarang


Jl. Kompol R. Soekanto No 46 Semarang
Telp. (024)6724581

Website: www.unkaha.ac.id
Instagram: @lembagapublikasi_hki

KATA PENGANTAR
Salam Sejahtera…
Perawat merupakan tenaga terbesar dalam fasilitas kesehatan, sehingga
peranan kepuasan perawat sangat besar memengaruhi berkontributor dalam
pemenuhan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan. Kontribusi perawat tersebut salah
satunya ditentukan aspek terbesar pendokumentasian Asuhan Keperawatan SDKI,
SLKI, SIKI (3S) dalam Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang
merupakan faktor terpenting dalam upaya melindungi kinerja, mempertahankan mutu
pelayanan dan menjamin pelayanan paripurna dan berkembang secara dinamis.
Pelayanan keperawatan tertuntut untuk menjadi bagian rumah sakit dalam
menerapkan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan menggunakan
komputerisasi. Pasien di rumah sakit sering merasa tidak puas dengan pelayanan
karena perawat terlalu lama mencari data-data riwayat penyakit pasien dan perawat
merasa tidak puas dalam pendokumentasian berbasis kertas yang menjadikan beban
kerja meningkat. Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan SDKI, SLKI,
SIKI (3S) dalam sistem informasi manajemen rumah sakit dan kepuasan perawat
merupakan alasan buku ini perlu dikembangkan. Semakin baik sistem informasi yang
dihasilkan maka kepuasan perawat sebagai pengguna semakin baik tentunya dengan
diadakan sosialisasi, pelatihan dan realisasi kebijakan bagi perawat
pendokumentasian asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS.
Semarang, September 2022

Penulis

PRAKATA
Puji Tuhan dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
kasih, rahmat dan karunia yang telah diberikan-Nya selama ini, penulis akhirnya dapat
menyelesaikan buku ini. Puji Tuhan dan syukur, penulis dapat menyelesaikan buku yang
berjudul “Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan SDKI, SLKI ,SIKI Dalam
Meningkatkan Kepuasan Pelayanan di Rumah Sakit “.
Karya yang jauh dari kesempurnaan ini tidak akan pernah tercapai tanpa
adanya doa, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan banyak terimakasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan moril dan materil, kepada yang terhormat :
1. Dr. Fery Agusman Motuho Mendrofa, SKM.,M.Kep.,Sp.Kom., sebagai Rektor
Universitas Karya Husada Semarang.
2. Ns.Witri Hastuti, M.Kep., sebagai Dekan Fakultas Keperawatan dan Kesehatan
Universitas Karya Husada Semarang.
3. Dr. Blacius Dedi, SKM.,M.Kep., sebagai Ketua Program Studi Magister
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas Karya
Husada Semarang dan selaku pembimbing pertama yang telah memberikan ilmu,
pengetahuan serta bimbingan dalam buku ini.
4. Dr. Isak J.H Tukayo, S.Kp.,M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan ilmu, pengetahuan dan bimbingan dalam penyusunan buku ini.
5. Keluarga yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan dan pengorbanan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini.
6. Seluruh staf, dosen dan petugas perpustakaan Universitas Karya Husada Semarang
yang telah direpotkan oleh penulis dalam penyusunan buku ini.
7. Rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi Magister Keperawatan Universitas Karya
Husada Semarang seperjuangan yang telah membantu dalam penyusunan buku
ini.
8. Organ Yayasan Dian Harapan Papua, Direksi dan rekan-rekan sejawat Rumah
Sakit Dian Harapan Jayapura yang telah membantu dalam penyusunan buku ini.
9. Dan semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Tiada karya manusia yang sempurna, demikian dengan buku ini, penulis
menyadari bahwa jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun dari teknik
penulisannya. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat berkarya lebih baik di masa yang akan datang. Akhirnya penulis mengucapkan
terimakasih atas segala perhatian dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
karya yang jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi semua pembaca.

Semarang, September 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ​4
PRAKATA ​5
DAFTAR ISI ​8
BAB I PENDAHULUAN 9 ​
BAB II DUKUNGAN SIMRS DALAM KEPUASAN PERKEMBANGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN ​18
A. ​Konsep Asuhan Keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) ​18
B. ​Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit 2​ 5
C. ​ onsep Kepuasan Perawat
K 3​ 3
BAB III PERANCANGAN DESAIN MEMUASKAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN 3S PADA SIMRS 41 ​
BAB IV KEPUASAN PERAWAT PADA PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN SDKI, SLKI, SIKI (3S) DALAM SIMRS ​46
A. ​Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3S Dalam
SIMRS ​46
B. ​Kepuasan Perawat 5​ 0
C. ​Pengaruh Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3S Dalam
SIMRS Terhadap Kepuasan Perawat 5​ 2
BAB V INOVASI ASUHAN KEPERAWATAN SDKI, SLKI, SIKI (3S) DALAM
SIMRS 56 ​
DAFTAR PUSTAKA
PROFIL PENULIS

BAB I
PENDAHULUAN

Fenomena pemakaian sistem informasi dan teknologi dalam kehidupan


(1)
manusia semakin meningkat tajam mengikuti perkembangan zaman. Kehadiran
(4)
sistem informasi dan teknologi berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia.
Kehidupan manusia menjadi efektif dan efisien menunjang pekerjaan dalam semua
(1)
sektor termasuk bidang kesehatan. Sektor bidang kesehatan memiliki tenaga
kesehatan dimana perawat merupakan tenaga kesehatan terbesar, sehingga
peranannya sangat besar sebagai kontributor pemenuhan kinerja dan mutu pelayanan
(1)
kesehatan. Pelayanan keperawatan adalah pemberian asuhan keperawatan yang
(1)
dibuktikan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Pendokumentasian
asuhan keperawatan di Indonesia diatur PPNI berpedoman pada ketetapan standar
(24)
bersama. Pedoman standar terbagi dalam tiga bagian standar tentang diagnosis
(24,25,26)
keperawatan, intervensi keperawatan dan luaran keperawatan. Standar dalam
(24)
pedoman tersebut memiliki keterkaitan dalam pelayanan asuhan keperawatan.
Standar pedoman pertama yang ditetapkan PPNI adalah Standar Diagnosis
(24)
Keperawatan Indonesia atau disebut juga SDKI. Standar pedoman kedua adalah
(25)
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia atau disebut juga SIKI. Standar
pedoman ketiga adalah Standar Luaran Keperawatan Indonesia atau disebut juga
(25)
SLKI. SDKI, SIKI dan SLKI biasa disingkat (3S) dalam standar pedoman yang
(24)
ditetapkan PPNI. 3S saat ini menjadi pedoman yang digunakan perawat di setiap
(24)
Faskes. Pedoman asuhan keperawatan (3S) adalah kegiatan
praktik keperawatan yang diberikan yang terangkai dan terproses secara langsung
(14)
kepada penerima layanan (pasien) ditatanan fasilititas pelayanan kesehatan.
Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan metode yang diterapkan
(15)
perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien tersistematis kaidah ilmiah.
Kebutuhan pasien dalam asuhan keperawatan mampu mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal
(15)
pasien. Pencapaian asuhan keperawatan dilalui dari proses mengkaji pasien,
menganalisa data, merumuskan diagnosa, membuat planning dan implementasi serta
(15)
mengevaluasinya melalui SIMRS.

Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) adalah data base dan perangkat
(5)
lunak yang komprehensif. SIMRS berintegrasi untuk data statistik, survei populasi,
survei fasilitas, catatan pribadi, catatan layanan dan catatan resmi untuk efisiensi
(5)
manajemen pelayanan kesehatan. SIMRS bertujuan juga untuk bertukar informasi
(5)
pasien yang komprehensif antar bangsal. Selain itu, SIMRS untuk mempercepat
proses pelayanan dan pengobatan pasien serta meningkatkan mutu, meningkatkan
(2)
kepuasan serta mengurangi biaya. Implementasi SIMRS memengaruhi sikap
(3)
perawat akan kepuasan perawat menjalani sistemnya. SIMRS memengaruhi
(3)
kepuasan perawat dan berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pelayanan.
SIMRS mencakup kesatuan komponen yang terproses dan integrasinya
komprehensif dari skema pelayanan rumah sakit (pelayanan keperawatan) berbentuk
(3)
jaringan yang menghasilkan informasi secara mutakhir. Informasi tepat dan akurat
merupakan objek penting menentukan kepuasan perawat memenuhi harapan pasien
(3)
dan salah satunya melalui pendokumentasi asuhan keperawatan.
Kepuasan perawat yang optimal dibuktikan melalui pendokumentasian
(7)
asuhan keperawatan optimal bagi perawat. Pendokumentasian asuhan keperawatan
adalah dasar-dasar hal pertanggung jawaban dari perawat dalam menjalankan
(7)
tugasnya antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Optimalisasi kepuasan
perawat saat ini berkembang melalui dukungan sistem informasi dan teknologi yang
(7)
ada di rumah sakit seperti SIMRS. SIMRS mendukung pelayanan keperawatan
secara luas yang dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan kepuasan perawat
(1)
karena perawat adalah tenaga kesehatan terbesar di fasilitas kesehatan. Sistem
informasi berbasis digital dalam keperawatan berguna untuk menyimpan data
(1)
kegiatan promosi, pemulihan atau pertahanan pelayanaan kesehatan. Informasi
berbasis digital dalam keperawatan merupakan dasar pengetahuan ilmu computer
(9)
untuk mengatur database dalam praktik ilmu komprehensif keperawatan.
Pengembangan implementasi komputerisasi dokumentasi keperawatan telah menjadi
(1)
issue seluruh dunia. Kunci penerapan optimalisasi asuhan keperawatan modern
(2)
adalah sistem informasi dalam keperawatan.
Fasilitas pelayanan kesehatan (keperawatan) mencakup pedokumentasian
yaitu catatan tertulis atau elektronik yang mampu menggambarkan status kesehatan
(23)
pasien. Status kesehatan pasien sering mengalami kesalahan dalam
(23)
pendokumentasian yang diperankan perawat. Kesalahan dalam pendokumentasian
(23)
dapat berakibat fatal. Permasalahan data pendokumentasian keperawatan meliputi
redundasi data, unintegrated data, human error, manual data (tulisan tidak jelas),
(8)
ketidaklengkapan data, ketidakakuratan data dan tidak tepat waktu.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa kepuasan
(3)
pendokumentasian berbasis kertas buruk oleh perawat. Ketidakpuasan meliputi
informasi yang tidak memadai, entri data yang tidak jelas, tidak lengkap atau tidak
(3)
terbaca dan tanda tangan yang hilang. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa
dokumentasi berbasis kertas tidak memenuhi persyaratan perawatan kesehatan saat
(10)
ini sehingga kurang memuasakan perawat. Persyaratan perawatan kesehatan
tersebut meliputi kaitannya dengan keselamatan pasien, kesinambungan perawatan,
(10)
bukti hukum dari proses perawatan dan atau evaluasi kualitas perawatan pasien.
Penelitian yang berkembang menunjukkan bahwa pentingnya pembangunan
perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan (keperawatan) dalam
(3,10)
pendokumentasian berbasis kertas menjadi digital atau elektronik. Penelitian
tentang penerapan sistem informasi berbasis digital dalam keperawatan menunjukkan
bahwa efektivitas dokumentasi keperawatan berbasis elektronik dalam perawatan
(19)
masih belum pasti. Selain itu, dokumentasi keperawatan berbasis elektronik juga
(14)
masih harus banyak dibuktikan. Penerapan sistem informasi berbasis digital,
penelitian menunjukkan bahwa penggunaannya sebatas mekanisme pencatatan
setelah intervensi perawatan dibandingkan mekanisme pemeriksaan terutama untuk
(14)
proses asuhan keperawatan.
Penelitian lainnya menunjukkan bahwa pendokumentasian keperawatan
elektronik dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan untuk pasien rawat
(12)
inap dan mestimulus kepuasan perawat. Pendokumentasian elektronik berpotensi
merampingkan proses, meningkatkan akurasi dan efisiensi prosedur perawatan serta
(7)
mengurangi risiko kesalahan. Penelitian lainnya menunjukkan bahwa 65-75%
perawat percaya bahwa pendokumentasian elektronik meningkatkan kepuasan dan
(7)
kualitas pelayanan keperawatan.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa melalui pendokumentasian
elektronik sebesar 81% percaya bahwa dokumentasi elektronik bermanfaat dalam
(34)
memberikan perawatan pasien lebih mudah dan memuaskan. Pendokumentasian
(14)
secara elektronik dapat meningkatkan kepuasan pegawai lebih maksimal.
Pendokumentasian elektronik dapat memberikan proses pengambilan keputusan
(7,12)
terbaik bagi perawat lebih memuaskan dalam proses perawatan pasien.
Pendokumentasian elektronik juga dapat memberikan kepuasan bagi perawat
(7,12)
dibandingkan dengan catatan berbasis kertas, karena lebih komprehensif.
Pendokumentasian elektronik dapat mengurangi waktu dokumentasi dan
(32)
meningkatkan kepuasan bagi perawat dalam melayani. Penelitian menunjukkan
bahwa skor rata-rata untuk kepuasan dan kinerja perawat dalam pendokumentasian
(32)
elektronik efektif meningkatkan kualitas layanan. Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa waktu pendokumentasian elektronik berdampak pada
berkurangnya 60% waktu kerja per minggu dibandingkan pendokumentasian
(11)
berbasis kertas. Dapat disimpulkan bahwa penerapan sistem informasi berbasis
digital dalam keperawatan (pendokumentasian keperawatan) dapat membangun
kepuasan perawat dalam memberikan pelayanannya dan outputnya berdampak pada
mutu kualitas pelayanan kesehatan meskipun perlu perkembangan penelitian lebih
(11,18,32)
lanjut .
Asumsi dari beberapa literatur adalah pendokumentasian keperawatan secara
elektronik berfundamental dan berkontribusi pada memuaskan perawat dalam
(11,32)
bekerja. Perawat harus mencapai kepuasan berkinerja karena menggambarkan
(6)
perasaan positif melayani asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat yang
mengalami sikap negatif akan menimbulkan masalah potensial turnover dan
(6)
pelayanan keperawatan tidak berkualitas.
Penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa sikap negatif seperti keluhan
(10)
atau ketidakpuasan bekerja menjadikan indikator kinerja perawat sulit terpenuhi.
Keluhan atau ketidakpuasan bekerja perawat berdampak pada penurunan pelayanan
(10)
yang diterima pasien. Perawat dengan minimnya keluhan dan tingkat kepuasan
bekerja menunjukkan sikap yang positif terhadap kinerjanya sehingga meningkatkan
(16)
kualitas pelayanan. Sedangkan perawat yang mengalami ketidakpuasan dalam
(16)
bekerja akan memperlihatkan perilaku negatif pada kinerjanya.
Penelitian telah menujukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan
(11)
secara digital atau elektronik berdampak pada kepuasan perawat.
Pendokumentasian asuhan keperawatan secara digital atau elektronik juga
merupakan harapan dari perawat dari keluhan selama bekerja memberikan asuhan
(17)
keperawatan. Sikap yang positif perawat terhadap kinerja dapat terbentuk melalui
bukti kinerja perawat (dokumentasian asuhan keperawatan) yang terpenuhi oleh
(16)
perawat tanpa adanya keluhan. Inovasi dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan menjadi issue yang saat ini perlu menjadi pengembangan di setiap
(14)
fasilitas pelayanan kesehatan.
Indonesia yang memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan telah mengalami
(24)
perkembangan dalam menunjang kinerja setiap pegawainya termasuk perawat.
Perkembangan tersebut, rumah sakit saat ini memiliki SIMRS yang mempermudah
interaksi kerja tetapi belum terintegrasi kepada pelayanan setiap profesi seperti
(22)
perawat. SIMRS menjadi permukaan untuk setiap profesi dalam tenaga kesehatan
(22)
(perawat) untuk dapat mengintergasikan kinerjanya lebih efektif dan efisien.
SIMRS dapat mencakup kebutuhan sistem informasi untuk profesi perawat dengan
(22)
menambahkan pengembangan pelayanan asuhan keperawatan didalamnya. SIMRS
terintegrasi sebagai alat ukur kinerja bagi Manajemen RS termasuk dalam mengelola
(27)
kinerja perawat. SIMRS juga terintegrasi mendorong kompetitif strategis
(27)
peningkatan kualitas pelayanan pasien. Penelitian lain menjelaskan bahwa
performance SIMRS dapat memperoleh pelayanan lebih responsif terhadap
(27)
kebutuhan pelayanan kesehatan sehingga memuaskan pengguna. Selain itu,
SIMRS membanguan data agar terisi lebih lengkap, akurat, konsisten, teridentitfikasi
(27)
dan mudah melakukan telusur otomatis.
Kinerja perawat meliputi mengkaji pasien, menganalisa data, merumuskan
diagnosa, membuat planning dan implementasi serta mengevaluasinya.
Pendokumentasian keperawatan di Rumah Sakit masih berbasis kertas. Perawat
menginformasikan mengalami beberapa keluhan dan ketidakpuasan selama bekerja
serta kinerja perawat dirasakan masih mengalami hambatan. Hambatan dirasakan
perawat dalam pendokumentasian kinerjanya (asuhan keperawatan) terasa terbebani
karena sangat banyak. Perawat menginformasikan masih harus mengeluarkan banyak
waktu dan energi menuliskan asuhan keperawatan setiap hari. Waktu dan energi yang
diluangkan perawat seharusnya bisa lebih efektif dan efisien untuk lebih dekat
kepada pasien tetapi bukti kinerja perawat (dokumentasi asuhan keperawatan)
menjadikan perawat tidak bisa optimal bekerja. Perawat juga menujukkan bahwa
pendokumentasiannya kinerja perawat berbasis kertas saat ini sangat melelahkan
bagi perawat dan menjadi beban kerja tambahan. Perawat mendokumentasikan
asuhan keperawatan dengan berbasis kertas menimbulkan keluhan bagi perawat.
Komite dan bidang keperawatan menginformasikan bahwa pendokumentasian
kinerja perawat yang masih berbasis kertas sudah banyak dikeluhkan perawat dalam
menjalani pekerjaannya. Keluhan yang timbul juga memengaruhi kepuasan perawat
dalam melakukan pelayanannya. SIMRS menjadi salah satu inovasi untuk mengatasi
beberapa keluhan atau meningkatkan efektivitas pendokumentasian kinerja tenaga
kesehatan termasuk perawat agar lebih memuaskan. Pendokumentasian asuhan
keperawatan diharapkan kedepan terintegrasi dalam SIMRS secara digital atau
elektronik. Pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis digital atau elektronik
mampu memberikan pengambilan keputusan terbaik, meningkatkan kepuasan
perawat dalam memberikan pelayanan perawatan. Selain itu, hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis digital atau
elektronik lebih efektif dibandingkan berbasis kertas. Pendokumentasian asuhan
keperawatan berbasis digital juga dapat memberikan sikap positif dalam bekerja pada
perawat.
Rumah Sakit masih mengalami beberapa keluhan dan berupaya meningkatkan
pendokumentasian kinerja perawat secara digital melalui SIMRS. Maka, diperlukan
inovasi sistem informasi berbasis digital dalam keperawatan untuk menunjang
pendokumentasian keperawatan berbasis elektronik dimana Rumah Sakit memiliki
SIMRS yang dapat mencakup pendokumentasian keperawatan berbasis elektronik.
Cakupan pendokumentasian keperawatan berbasis elektronik dalam SIMRS
memerlukan rancangan agar dapat terintegrasi dengan optimal.
Pelayanan keperawatan akan berkualitas melalui inovasi yang berkaitan
mengoptimalkan asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S)
dalam SIMRS adalah pendokumentasian secara digital yang menurut beberapa
literatur diatas menunjukkan pengaruh positif dalam meningkatkan kepuasan perawat
memberikan pelayanan keperawatan. Data asuhan keperawatan yang terinput dapat
sistem informasi lebih akurat dan mudah ditelusur sehingga waktu pelayanan asuhan
keperawatan dapat lebih maksimal. Kepuasan perawat dalam berkinerja dapat
dipertahankan dan ditingkatkan salah satunya melalui pendokumentasian asuhan
keperawatan berbasis digital.
Komite dan bidang keperawatan menginformasikan bahwa, fakta tentang
desain dokumentasi asuhan keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) belum tersedia baik
secara berbasis kertas maupun secara digital, masih dalam proses penyusunan
komprehensif dari dokumentasi asuhan keperawatan yang sebelumnya. Penulis
memiliki inovasi rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan SDKI, SLKI,
SIKI (3S) dalam SIMRS di Rumah Sakit sebagai media sistem informasi berbasis
digital dalam keperawatan untuk menunjang pendokumentasian kinerja perawat
sehingga dapat membentuk sikap yang positif yaitu kepuasan perawat berkinerja.
Penelitian sangat perlu dilakukan tentang pengaruh rancangan desain dokumentasi
asuhan keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) dalam sistem informasi manajemen
rumah sakit terhadap kepuasan perawat di Rumah Sakit.
SIMRS adalah unsur vital dalam melakukan asuhan keperawatan terutama
dalam melakukan pendokumentasian keperawatan sebagai bukti pemberi pelayanan
keperawatan (perawat) dan penerima pelayanan keperawatan (pasien) telah
terlaksana. Rancangan desain dokumen asuhan keperawatan (3S) dalam SIMRS yang
baik dan benar maka akan meminimalkan terjadinya kesalahan sehingga dapat
menunjang pekerjaan tenaga kesehatan. Teknik desain dilakukan pada saat
melakukan pendokumentasian keperawatan masih secara manual atau berbasis kertas
belum digital mempunyai beberapa kelemahan seperti tidak efisiennya waktu dalam
melakukan dan keakuratan data kurang serta keluhan dari perawat sebagai beban
kerja hingga tidak memuaskan perawat dalam pelayanan keperawatan. Rancangan
desain dokumen asuhan keperawatan (3S) dalam SIMRS dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan melalui peningkatan kepuasan perawat. Perumusan masalah
yang didapatkan adalah bagaimanakah rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) dalam SIMRS yang memuaskan perawat.

BAB II
DUKUNGAN SIMRS DALAM
KEPUASAN PERKEMBANGAN
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Konsep Asuhan Keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S)
Asuhan keperawatan adalah aktivitas praktik keperawatan yang dilaksanakan
secara langsung kepada penerima pelayanan, yang terproses dan terangkai ditatanan
(22)
fasilitas kesehatan. Asuhan keperawatan diawali proses pengkajian, diagnosa
keperawatan, planning, implemention dan evaluation yang prosesnya dibuktikan
(15)
pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi keperawatan memfasilitasi
komunikasi yang rapih, tetap dan akurat dalam rangka upaya pelayanan berkualitas
(22)
sesuai dengan standar legalitas keprofesionalan. Dokumentasi keperawatan
memiliki peranan vital dalam rangka kerja sama komunikasi, pencatatan kinerja
perawat, perolehan keputusan, keselamatan pada pasien, nilai profesional serta
(15)
memperoleh aturan standar dan observasi evidence base. Standarized Nursing
Language (SNL) adalah bahasa standar keperawatan yang masih menjadi issue
dalam penerapan dokumentasi keperawatan, terutama dalam pemerataan penggunan
(30)
keputusan diagnose and planning. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
memfasilitasi dasar pelayanan keperawatan sesuai proporsional falsafah kebudayaan
dan ciri khas pelayanan keperawatan Indonesia yang disebut dengan 3S (SDKI,
(24)
SLKI dan SIKI).
PPNI telah memfasilitasi dasar pelayanan keperawatan yang diharapkan
dapat menjadi kesepakatan bersama setiap perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan di setiap fasilitas kesehatan. Standar asuhan keperawatan yang dibentuk
PPNI tersebut adalah 3S yaitu Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia (SIKI). Dasar dari standar 3S adalah pendekatan keperawatan profesional
komprehensif yang dimulai dari mengidentifikasi, memutuskan diagnosis dan
mengatasi keadaaan umum manusia sehat dan sakit mencakup proses keperawatan
pada umumnya berdasarkan pada standa etik, layanan, profesi dan prosedural. SDKI
adalah standar diagnosis keperawatan yang dikembangkan oleh PPNI dan merupakan
(24)
gabungan diagnosis keperawatan berdasarkan NANDA, ICNP dan Carpenito.
Diagnosa keperawatan dalam SDKI termuat 148 diagnosa dengan label diagnosa
(24)
berdasarkan NANDA tahun 2015-2017. SDKI merupakan inovasi bagi para
perawat Indonesia dalam penerapan kinerjanya yang disesuaikan dengan
(24)
pekembangan zaman dan culture yang tersedia. Standar tersebut dikelola PPNI
yaitu organisasi profesi perawat dengan pertanggung lintas nasional dalam rangka
(24)
peningkatan kualitas perawat lebih profesional. SLKI adalah standar luaran
(outcome) keperawatan Indonesia mencakup bagian yang bisa diobservasi dan diukur
seperti respons terhadap intervensi keperawatan terhadap persepsi (pasien, keluarga
(25)
dan komunitas) tentang keadaan umum dan perilakunya. Luaran keperawatan
mengarahkan status diagnosis keperawatan setelah dilaksanakannya intervensi
(25)
keperawatan. Hasil akhir dari intervensi keperawatan adalah indikator atau kriteria
(25)
hasil pemulihan masalah.
SIKI adalah standar intervensi keperawatan indonesia yang
dikategorikan sama dengan kelompok pada SDKI. Terdiri dari bagian (takson) SIKI
(26)
yaitu 5 kategori, 14 subkategori dan 623 intervensi keperawatan. SIKI
merupakan segala treatment perawat berdasarkan pengetahuan dan penilaian klinis
(26)
untuk mencapai luaran (outcome) serta tindakan keperawatan. Tindakan
keperawatan seperti perilaku spesifik kinerja perawat untuk di implementasikan.
SIKI sejalan dengan SDKI, dimana setiap pendiagnosaan keperawatan pada SDKI
(26)
akan memiliki intervensi dalam SDKI. SDKI, SLKI dan SIKI adalah tolok ukur
(14)
pemberian asuhan keperawatan yang digunaka di Indonesia. Tujuan SDKI adalah
menstandarisasi diagnosis keperawatan untuk pengambilan keputusan yang mudah
(24)
digunakan, jelas dan lengkap dalam standar bahasa. Tujuan SLKI adalah untuk
menyempurnakan standar asuhan keperawatan, tolok ukur penentuan luaran
(outcome) keperawatan, paradigma intervensi keperawatan, efektivitas dan
(25)
pencapaian level keberhasilan serta mutu asuhan keperawatan. Tujuan SIKI adalah
memudahkan pencarian, pemahaman dan pemberian kode pada intervensi
(26)
keperawatan sejalan dengan area praktik atau cabang disiplin ilmu.
Maka dapat disimpulkan, bahwa SDKI bertujuan menyempurnakan diagnosa
keperawatan, SLKI bertujuan untuk menyempurnakan intervensi keperawatan dan
SIKI untuk menyempurnaan penelusuran intervensi keperawatan. Terpenuhinya
standar profesi kebutuhan praktik perawat, menciptakan jaminan mutu praktik dan
(8)
keselamatan pasien yang diberikan perawat. SDKI, SLKI dan SIKI memilki
harapan bukan hanya bermanfaat untuk pelayanan dan pendidikan, tetapi dapat
mencapai sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan dilegalkan menteri
(8)
kesehatan guna penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan bagi perawat.
SDKI, SLKI dan SIKI berlandaskan peraturan undang-undang yang menyatakan
bahwa berkewajiban menjalankan standar profesi, layanan, procedural, etika, hormati
hak pasien dan utamakan keselamatan pasien adalah syarat tenaga kesehatan
(18,19)
berkinerja dan ditetapkan organisasi profesi bidang kesehatan.
Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik dan standar yang
berlaku dalam menjalankan tugas pemberi pelayanan asuhan dan berwenang
(22)
memutuskan diagnosis keperawatan. SDKI adalah hal penting untuk membentuk
(24)
asuhan keperawatan dalam mencapai kesehatan pasien yang optimal. Jenis SDKI
(24)
memiliki dua bagian yaitu negatif dan positif. SDKI bagian negatif terdapat dua
hal yaitu pertama aktual (berisikan tanda atau gejala mayor dan minor) dan kedua
resiko, sedangkan pada bagian positif terdapat promosi kesehatan (berisikan mayor
(24)
dan minor). SLKI terdapat tiga fokus yaitu diagnosis keperawatan, intervensi
(25)
keperawatan dan luaran (outcome) keperawatan. Jenis luaran SLKI memiliki dua
bagian yaitu luaran keperawatan negatif (perlu diturunkan) dan positif (perlu
ditingkatkan). Negatif seperti misalnya penurunan tingkat nyeri, keletihan dan
ansieta. Positif seperti peningkatan keseimbangan cairan, integritas kulit dan bersihan
(25)
jalan napas. SIKI sifatnya komprehensif yaitu satu diagnosis keperawatan berjalan
(26)
dengan level-level intervensi bersifat multi. Karakterisitik SIKI bersifat
(4)
rekomendasi, tidak bersifat preskriptif. SIKI bertaut mengambarkan kemungkinan
(26)
intervensi yang mampu diimplementasikan mengatasi diagnosis keperawatan. SIKI
mencakup tahapan bermacam-macam mengatasi suatu diagnosis, intervensi utama
(26)
dan penunjang. Tautan pada SIKI diimplementasikan tiga hal yaitu addition
berdasarkan kondisi pasien, deletation berdasarkan kondisi pasien dan modification
(26)
berdasarkan kondisi pasien. SIKI juga memiliki sistem klasifikasi intervensi
(26)
keperawatan yaitu fisiologis, psikologis, perilaku, relasional dan lingkungan.
Sistem klasifikasi intervensi keperawatan SIKI penulis paparkan pada gambar 1.
Gambar 1. Sistem Klasifikasi Intervensi Keperawatan Pada SIKI
SDKI memiki proses diagnostik yaitu dimulai dari analisa data, identifikasi
(24)
masalah dan perumusan diagnostik. Menurut PPNI analisa data adalah
membandingkan data yang sesuai dan mengelompokkannya (deduktif dan induktif).
(24)
Perumusan masalah adalah tentang actual problem, resiko dan promosi kesehatan.
(24)
Perumusan diagnostik menurut PPNI adalah perumusan masalah berdasarkan
(24)
identifikasi masalah (aktual, resiko dan promosi kesehatan). Proses pelaksanaan
SDKI dimulai dengan tahapan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, analisa data,
(24)
identifikasi masalah, perumusan diagnosis, bukan diagnosis medis. SDKI
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penyebab, tanda gejala dan faktor
(24)
resiko. Perumusan SDKI memiliki tiga bagian penting yaitu diagnosis aktual,
(24)
resiko dan promosi kesehatan. Pada diagnosis aktual adalah adanya masalah
(24)
berkolerasi dari penyebab dan dikuatkan dengan manisfestasinya. Resiko adalah
(24)
adanya masalah dan dibuktikan dengan faktor resiko. Promosi kesehatan adalah
(24)
adanya problem dan dikuatkan dengan manisfestasinya. Penerapan SDKI penulis
paparkan pada gambar 2.

Gambar 2. Penerapan SDKI

SLKI memiliki proses dimulai dari penetapan luaran keperawatan prinsip


specific, measurable, attainable, realistic dan timed (SMART.) Specific dan
(25)
measurable, label dan indikatornya distandarisasi. Attainable, realistic dan timed,
(25)
diselaraskan keadaaan umum klien melalui clinical judgement perawat. Pada
proses penerapan SKLI mencakup beberapa komponen luaran keperawatan yaitu
(berupa keywor information), ekspectation dan kriteria hasil (dapat diamati atau
diukur, dijadikan sebagai dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi dan
(25)
menggunakan skor 1-5 pada pendokumentasian computer-based. Penerapan SLKI
penulis paparkan pada gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Penerapan SKLI

​SIKI memiliki proses yang dimulai dari pengaruh penentuan intervensi


keperawatan selaras keadaan pasien adalah cakupan clinical judgement perawat dan
faktor yang memengaruhi penentuan intervensi yaitu karakteristik diagnosis
keperawatan, harapan kriteria hasil, kemampuan mengimplementasikan intervensi,
perawat yang melaksanakan, kemampuan pasien yang menerima, dasar penelitian
(25)
berkolerasi dan clinical priviledge. Penerapan SIKI penulis paparkan pada contoh
gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Penerapan SIKI
Sistem adalah sekumpulan komponen yang erat kolerasinya berfungsi secara
(9)
bersama-sama terhadap keberhasilan goals tertentu. Sistem adalah sekumpulan
(10)
elemen dengan kesamaan goals yang terintegrasi. Sistem juga merupakan suatu
jaringan kinerja prosedural berkolerasi, terkelompokan bersamaan
mengimplementasikan aktivitas goals tertentu. Informasi adalah data yang diolah
(9)
menjadi bentuk lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya. Informasi
adalah data dikelompokkan, dikelola dan diterjemahkan sebagai penguat dalam
(21)
perolehaan keputusan. Kualitas dari suatu informasi tergantung dari tiga hal, yaitu
(9,10)
informasi harus accurate, tepat waktu dan relevance.
Information system adalah campuran tersusun manusia, software, hardware
network dan kesatuan sumber daya data untuk mengganti dan menyebarkanluaskan
(11)
informasi dalam suatu organisasi. Information system secara teknis didefinisikan
sebagai sekelompk komponen berkolerasi, menyatukan, memproses, saving dan
(10)
pendistribusian information untuk menunjang perolehan keputusan. Information
system juga memberikan pertolongan pada manajer dan staf jajarannya untuk
(9)
menganalisis problem, deskripsikan hal rumit dan menciptakan produk baru. Sistem
informasi mencakup manusia, tempat dan objek vital organisasi atau lingkungan
(13)
sekitarnya. Kegiatan tersistematis dalam sistem informasi akan menghasilkan
informasi yang diharapkan untuk memperoleh keputusan, mengontrol operasional,
(13)
analisis problem dan membentuk sebuah produk.
B. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
SIMRS menurut peraturan pemerintah merupakan bagian dari sistem
informasi kesehatan adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi seluruh alur
proses pelayanan rumah sakit terproses dan terintegrasi jaringan koordinasi,
pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh informasi secara tepat dan
(20)
akurat. Sistem informasi kesehatan adalah sekumpulan tatanan yang mencakup
data, informasi, indikator, prosedur, teknologi, perangkat, dan sumber daya manusia
yang saling berkaitan dan dikelola secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
(21)
keputusan yang berguna dalam mendukung pembangunan kesehatan. Sistem
informasi manajemen merupakan sistem buatan manusia yang berisi tentang
manusia, kekuasaan, organisasi, kebijaksanaan dan prosedur yang bertujuan untuk
(14)
merencanakan dan mengontrol pekerjaan dalam organisasi. Tiga kegiatan utama
(12)
sistem manajemen adalah perencanaan, pengontrolan dan pembuatan keputusan.
SIMRS sering dianggap sebagai senjata strategik manajemen dalam mengarungi
(17)
kompetisi yang semakin ketat dalam persaingan produk pelayanan kesehatan.
Sistem informasi menyajikan mengenai kegiatan operasional organisasi kepada para
pelaku manajemen, sehingga dapat dilakukan perencanaan, pengendalian dan
(17)
pengembangan strategik organisasi tersebut.
Sistem informasi manajemen rumah sakit yang berlangsung bertujuan
menangkap, menyalurkan dan merekam data untuk di tampilkan sebagai informasi
(17)
penting bagi manajemen. Pengguna dalam SIMRS dibagi dalam beberapa kategori,
yaitu pertama end user yaitu individu yang pekerjaannya mencakup kreasi,
pemrosesan dan distribusi dari informasi, mencakup operator komputer, supervisor,
(17)
seluruh pihak manajemen. Kedua pelanggan, yaitu individu yang menjadi objek
(18)
dari SIM, mencakup para pasien yang datang berkunjung ke Rumah Sakit.
Penerapan SIMRS akan berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kinerja
tenaga medis dan staf admininstrasi serta mempermudah pelayanan kepada pasien di
(17)
rumah sakit. Fasilitas SIMRS menjadi kunci penting dalam mempengaruhi
(19)
perilaku kerja tenaga kesehatan dalam pelayanan kepada pasien di rumah sakit.
Kemudahan pelayanan non medis di rumah sakit dalam penerapan SIMRS yang
paling sederhana membantu sistem menajemen keuangan yang transparan dan
(20)
bertanggung jawab. Penerapan SIMRS dalam pelayanan medis yang digunakan
secara digital menuntut pengetahuan tenaga kesehatan dalam hal teknologi informasi
(22)
dan komunikasi. Perilaku atau budaya kerja tenaga kesehatan yang tidak mau
(28)
berkembang dapat menjadikan hambatan dalam penerapan SIMRS.
Menurut Lien menyatakan bahwa sistem informasi keperawatan dengan
memberikan bantuan teknologi untuk layanan asuhan keperawatan dapat
menciptakan peningkatan yang signifikan dalam efisiensi dan kualitas asuhan
keperawatan dan manajemen informasi perawat. Dengan demikian, memahami
faktor-faktor yang mempengaruhi perawat penggunaan sistem informasi keperawatan
dan merancang sistem yang lebih baik untuk menciptakan manfaat untuk
penggunaan perangkat teknologi ini adalah masalah penting. Secara positif tenaga
medis mudah termotivasi dan mampu mengikuti perkembangan teknologi kesehatan
(23)
sehingga penerapan SIMRS dapat tepat, efisien dan komprehensif. Tenaga
kesehatan yang tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi dapat menjadi
(28)
hambatan penerapan SIMRS. Ketidakmampuan tenaga kesehatan dalam mengikuti
perkembangan teknologi ini dapat disebabkan oleh faktor usia, budaya tradisional
yang nyaman dan menolak berubah, fasilitas serta akses yang terbatas dan
(29)
pengetahuan teknologi yang tidak tersampaikan.
Sosialisasi dan pelatihan penggunan SIMRS menjadi solusi dalam mencegah
atau menghindari faktor penghambat dari tenaga kesehatan, sampai dicapai
(29)
kemampuan penerapan masing-masing individu dalam menggunakan SIMRS.
Tujuan dan fungsi SIMRS adalah menjado informasi pada rumah sakit terdiri dari
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengimplementasian
(actuating), pengendalian (controlling), evaluasi (evaluation) dan inovasi
(29)
(innovation). Karakteristik SIMRS adalah mencakup tujuan, masukan, keluaran
(29,30)
dan batasan. Tujuan yang dimaksud adalah menjadi motivasi yang mengarahkan
pada sistem, karena tanpa tujuan yang jelas sistem menjadi tak terarah dan tak
(29)
terkendali. Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam
(30)
sistem dan selanjutnya menjadi bahan untuk diproses. Masukan dapat berupa hal-
(29)
hal berwujud maupun yang tidak berwujud.
Masukan berwujud adalah bahan mentah, sedangkan yang tidak berwujud
(30)
adalah informasi. Selanjutnya masukan (proses) merupakan elemen yang bertugas
melakukan perubahan atau transformasi dari masukan atau data menjadi keluaran
(30)
atau informasi yang berguna dan lebih bernilai. Keluaran (output) merupakan hasil
dari input yang sudah dilakukan pemerosesan sistem dan keluaran dapat menjadi
(29)
masukan untuk sub sistem lain. Batasan (boundary) sistem adalah pemisah antara
(30)
sistem dan daerah diluar sistem. Selain itu juga sebagai Batasan-batasan dari
(29)
tujuan yang akan dicapai oleh sistem. Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang
(30)
lingkup atau kemampuan sistem. Karakteristik SIMRS mencakup penggambaran
dan perancangan model sistem informasi secara grafik pada proses yang terjadi
(31,33)
dalam sebuah alur flowmap, flow diagram, kamus data dan jaringan komputer.
Alur flowmap yaitu penggambaran secara grafik dari langkah - langkah dan urutan-
(31,33)
urutan prosedur dari suatu program.
Flowmap menolong analis dan programmer untuk memecahkan masalah
kedalam segmen-segmen yang lebih kecil dan menolong dalam menganalisis
(31,33)
alternatif lain dalam pengoperasian. Flowmap biasanya mempermudah
penyelesaian suatu masalah khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi
(31,33)
lebih lanjut. Selanjutnya diagram konteks adalah bagian dari data flow diagram
yang berfungsi memetakan model lingkungan, yang dipresentasikan dengan
(31)
lingkaran tunggal yang mewakili keseluruhan sistem. Kemudian diagram alir data
merupakan gambaran sistem yang lebih khusus dan lebih terinci dari pada contex
(33)
diagram. Data flow diagram ini adalah suatu network yang menggambarkan suatu
sistem automat atau komputersasi, manualisasi, atau gabungan dari keduanya, yang
penggambarannya disusun dalam bentuk kumpulan komponen sistem yang saling
(31,33)
berhubungan sesuai dengan aturan mainnya. Kamus data adalah suatu daftar data
elemen yang terorganisir dengan definisi yang tetap dan sesuai dengan sistem,
sehingga user dan analis sistem mempunyai pengertian yang sama tentang input,
(31,33)
output, dan komponen data store. Kamus data ini sangat membantu analis
sistem dalam mendefinisikan data yang mengalir di dalam sistem, sehingga
(31)
pendefinisian data itu dapat dilakukan dengan lengkap dan terstruktur.
Pembentukan kamus data dilaksanakan dalam tahap analisis dan perancangan suatu
(33)
sistem.
Jaringan Komputer adalah hubungan dua buah simpul atau lebih yang tujuan
(33)
utamanya untuk melakukan pertukaran data. Jaringan komputer memungkinkan
(31)
untuk melakukan berbagi perangkat lunak dan perangkat keras. Jenis jaringan
dapat dikelompokkan menjadi Local Area Network (LAN), Metropolitan Area
Network (MAN), Wide Area Network (WAN), Home Area Network (HAN), Personal
(31,33)
Area Network (PAN), International Network (Internet). Local Area Network
(LAN) adalah jaringan komputer yang mencakup area dalam satu ruang, satu
(33)
gedung, atau beberapa gedung yang berdekatan. Metropolitan Area Network
(MAN) adalah jaringan yang mencakup area satu kota dan jaringan ini menggunakan
(31)
media transmisi. Wide Area Network (WAN) adalah suatu jaringan yang mencakup
antarkota, antarprovinsi, antarnegara dan bahkan antarbenua. Home Area Network
(HAN) menggunakan koneksi kabel atau nirkabel untuk menghubungkan beberapa
(28)
piranti digital dirumah. Personal Area Network (PAN) dan International Network
(Internet) memanfaatkan nirkabel jarak dekat untuk menghubungkan benda-benda
(31)
elektronik pribadi. Tingkat pendidikan, lama bekerja, dan jabatan menjadi kunci
(33)
utama dalam penerapan SIMRS. Komunikasi dan sosialiasi dapat menjadi
(33)
jembatan penghubung antara pengetahuan dan implementasi. Masalah terkait
perubahan paradigma kerja atau revolusi teknologi dapat dikurangi dengan
komunikasi yang baik pada setiap individu tenaga kesehatan di setiap lini jabatan
(33)
rumah sakit.
Penerapan SIMRS membutuhkan respon positif dari masing-masing profesi
dalam menyikapi dan menerapkan sehingga dapat menghasilkan kualitas pelayanan
(31,33)
yang terjamin. Kualitas budaya kerja yang baik akan menciptakan sumber daya
manusia yang produktif, berkualitas, berkomitmen, dan berdedikasi tinggi terhadap
(31,33)
pekerjaan. Penerapan SIMRS pada pelayanan kesehatan mencakup antara lain
pelayanan pendaftaran pasien, elektronik peresepan, elektronik rekam medis, billing
(29,30,31,33)
system dan website rumah sakit serta pelayanan kesehatan (keperawatan).
1. Pendaftaran online pasien dan website rumah sakit.
Pengguna perlu memahami prosedur pendaftaran online, supaya kemudahan
(29)
akses dapat diperoleh dengan cepat dan tepat. Pasien dapat mengakses
pendaftaran online melalui web (website RS) yang disediakan rumah sakit untuk
memperoleh nomor antrian periksa dokter maupun informasi pelayanan lainnya.
(29)

2. Peresepan elektronik.
Sistem peresepan elektronik merupakan perangkat lunak yang didesain
mempermudah peresepan obat mulai tahap prescribing (penulisan resep),
transcribing (pembacaan resep), dispensing (penyiapan obat) dan proses
penyerahan obat kepada pasien. Keseluruhan tahapan tersebut bekerja secara
sistematis menghubungkan berbagai informasi antara dokter (prescriber), farmasi
(31)
(dispenser), bagian keuangan dan rekam medis pasien. Peresepan elektronik
diterapkan untuk mengurangi kesalahan pelayanan farmasi yaitu resiko salah
baca, salah dosis, salah pengambilan obat dan mencegah terjadinya interaksi
(31)
obat.
3. Rekam medis elektronik.

Rekam medis elektronik adalah kompilasi catatan, pernyataan, interpretasi tenaga


kesehatan dalam pelayanan pasien di rumah sakit dalam sistem digital
(33)
(elektronik) komputerisasi menggantikan berkas atau kertas catatan medis.
Manfaat penggunaan elektronik rekam medis antara lain memudahkan
penelusuran dan pengiriman informasi pasien, penyimpanan data lebih ringkas
dan dapat ditampilkan tepat sesuai kebutuhan informasi, memudahkan pelaporan,
kualitas data dapat dikendalikan dan ditingkatkan sesuai kemajuan teknologi
kesehatan, dapat diintegrasi dengan perangkat lunak pendukung serta informasi
(33)
eksternal rumah sakit. Penerapan rekam medik elektronik perlu mewaspadai
kemungkinan kebocoran data dan informasi pasien, sehingga keamanan
perlindungan data menjadi prioritas utama saat diterapkan elektronik rekam
(33)
medis di rumah sakit.
4. Billing System.
Billing system adalah bagian dari aplikasi sistem informasi manajemen yang
(29,30)
melayani pembiayaan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Informasi tagihan
rawat inap untuk satu orang pasien membutuhkan informasi tagihan dari berbagai
unit pelayanan yang terkait, diantaranya tagihan sewa kamar, tagihan obat, visite
dokter, perawatan, pelayanan instalasi gizi dan tagihan obat yang diterima pasien.
(29,30)
Billing System memegang peranan penting dalam manajemen rumah sakit
(29,31)
karena menentukan ketahanan anggaran keuangan.
5. Perilaku Organisasi Rumah Sakit.
Perilaku organisasi memiliki 3 komponen pendekatan, yaitu orang atau individu-
individu, struktur organisasi dan lingkungan, baik internal (di dalam organisasi)
(30)
maupun eksternal (di luar organisasi). Perilaku organisasi memiliki makna
sederhana sebagai suatu wadah bagi individu–individu untuk berkumpul dengan
tujuan tertentu, aturan tertentu dan ciri tertentu. Istilah perilaku organisasi
(30)
merupakan terjemahan dari organizational behavior. Bagi organisasi, manusia
(30)
dianggap memiliki peran sentral. Perilaku organisasi meliputi aspek yang
ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia, serta aspek yang
(30)
ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap aspek organisasi. Perilaku
organisasi rumah sakit seperti tenaga kesehatan yang profesional merupakan
(30)
sikap utama tenaga kesehatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien.
Keberhasilan upaya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh perilaku profesional
tenaga kesehatan baik dokter, perawat, farmasi, bidan, dan tenaga kesehatan
(30)
lainnya. Peningkatan ilmu pengetahuan (tingkat pendidikan) sesuai profesinya
(30)
memengaruhi perilaku tenaga kesehatan. Fasilitas teknologi informasi dan
komunikasi dapat meningkatkan potensi kinerja tenaga kesehatan menjadi lebih
(30)
berkualitas, efektif dan efisien.
6. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan secara sendiri


atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
(30,31)
perseorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Syarat pokok pelayanan
kesehatan adalah tersedia dan berkesinambungan artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaanya
( 30,31)
dalam masyarakat adalah ada pada setiap saat dibutuhkan. Selanutnya, dapat
diteriman dan wajar artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Selain itu, mudah dicapai artinya
tercapai dari lokasi, pengaturan distribusi sarana tidak terlalu terkonsentrasi di
(30,31)
daerah perkotaan saja. Pelayanan kesehatan juga harus mudah dijangkau
artinya terjangkau dari sudut biaya, disesuaikan dengan kemampuan ekonomi
masyarakat. Pelayanan kesehatan juga harus bermutu artinya menunjukan pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, dapat
memuaskan para pemakai jasa dan tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode
(30,31)
etik serta standart yang telah di tetapkan. Pelayanan kesehatan disini
(31)
termasuk pelayanan keperawatan.
Menurut Lien SIMRS menunjukkan bahwa hasil keselarasan yang tinggi
dalam interaksi manusia dan komputer dapat meningkatkan kinerja individu dan
(43)
organisasi. Atas dasar tampilan pemrosesan informasi, pernyataan, keselarasan
antara kebutuhan pengguna dan fungsionalitas teknologi dalam pemrosesan formasi,
(43)
bila tercapai, dapat memfasilitasi optimal kinerja individu dan organisasi. Dalam
hal ini, konsep kegunaan yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan serta
harapan pengguna dengan persepsi kinerja aktual dikonseptualisasikan sebagai
(43)
kontras fungsionalitas teknologis dengan karakteristik keberhasilan SIMRS.
C. Konsep Kepuasan Perawat

Kepuasan pengguna adalah tingkat perasaan seseorang setelah


membandingkan kinerja produk (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya atau
fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan (perceived performance) dan
(37)
(expectation) atau harapan. Kepuasan pengguna adalah suatu tanggapan emosional
pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau layanan yang dapat
lebih mendeskripsikan berbagai informasi produk dalam sentuhan-sentuhan yang
( 37)
lebih profesional dan manusiawi. Kepuasan pengguna adalah hasil yang dirasakan
pengguna dari kinerja suatu perusahaan yang memenuhi harapan mereka dipenuhi
(35)
dan senang atau bahagia bila harapan mereka dilebihi. Kepuasan pengguna adalah
evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk
relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok
(41)
dengan tujuan pemakaian. Dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan
pengguna atau seseorang atau tanggapan emosional pada evaluasi secara sadar
terhadap kinerja produk relatif bagus atau jelek atau produk bersangkutan cocok atau
tidak cocok dengan tujuan pemakaian pengguna.
Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik di dalam
(16)
maupun di luar negeri, sesuai ketentuan perundang undangan yang. Perawat adalah
tenaga yang bekerja secara professional memiliki kemampuan, kewenangan dan
(42)
bertanggung jawab dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat
serta berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan
yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan
(39)
pelayanan penderita sakit. Perawat adalah tenaga profesional yang mempunyai
kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan
(38)
perawatan kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan.
Dapat disimpulkan bahwa perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan
keperawatan sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku dan bekerja secara
professional memiliki kemampuan, kewenangan dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan
penyakit dan pelayanan penderita sakit. Sedangkan, kepuasan perawat dalam konteks
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan perawat adalah perawat sebagai
pengguna atau perawat yang memberikan tanggapan emosional pada evaluasi secara
sadar terhadap rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan SDKI, SLKI,
SIKI (3S) dalam sistem informasi manajemen rumah sakit di Rumah Sakit Dian
Harapan Jayapura sebagai inovasi untuk pendokumentasian asuhan keperawatan
relatif efektif atau tidak efektif.
Kepuasan perawat dengan SIMRS merupakan masalah informasi
keperawatan yang penting bagi manajemen karena terkait erat dengan kinerja
individu dan organisasi yang akan mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan dan
(43)
keamanan. Kepuasan sebagai sebuah konsep yang mengacu pada evaluasi yang
komprehensif dari perasaan dan sikap oleh perawat dalam perannya di penggunaan
(43)
sistem informasi dalam keperawatan. Kepuasan sudah teruji atas dasar penerapan
medis profesional dan penerimaan sistem informasi kesehatan dalam beberapa studi
empiris yang secara konsisten menemukan bahwa pengguna kepuasan didasarkan
pada fungsionalitas teknologi dan pengguna persepsi kegunaan serta kemudahan
(43)
penggunaan. Kepuasan pengguna dengan sistem informasi memainkan peran
penting peran dalam mengukur kinerja manusia dengan komputer adalah interaksi
(43)
dalam konteks manajemen keperawatan. Kepuasan perawat dengan penggunaan
asuhan keperawatan dengan sistem informasi telah memenuhi atau melampaui
harapan mereka kearah yang lebih baik.
Menurut Tjiptono dan Chandra secara garis besar, kepuasan perawat memiliki
tujuan bagi fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu berupa mempertahankan dan
meningkatkan loyalitas pelanggan dan penyebaran (advertising) dari mulut ke mulut
(41)
atau yang biasa disebut gethok tular positif. Tujuan kepuasan perawat adalah
menyesesuaikan antara kinerja produk yang diharapkan oleh pelanggan dengan yang
(35)
dirasakan oleh pelanggan. Tujuan kepuasan perawat adalah memepertahankan
kesedian pelanggan untuk berkunjung kembali atau melakukan penggunaan ulang
(40)
terhadap produk terkait. Tujuan kepuasan perawat adalah membangun kesediaan
untuk perawat merekomendasikan produk yang telah dirasakannya kepada teman
(36)
sejawatnya. Tujuan kepuasan perawat adalah bagi fasilitas pelayanan kesehatan
mencakup dampak positif pada loyalitas perawat kepada pasien, sebagai
rekomendasi gethok tular positif antar perawat dan tenaga kesehatan lainnya serta
pelanggan lebih cenderung reseptif terhadap product-line extension, brand extension,
dan new add-on service yang ditawarkan fasilitas pelayanan kesehatan serta
(37)
meningkatkan bergaining power relatif pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Kepuasan pengguna (perawat) tentang rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) dalam sistem informasi manajemen rumah sakit
di Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura memiliki lima terdapat indikator tentang
kepuasan pengguna terkait prodak atau program yang ditawarkan yaitu reliability,
(36)
responsiveness, assurance, empathy dan tangible. Sedangkan, menurut Tjiptono
terdapat indikator dalam kepuasan pengguna yaitu bukti fisik (tangible), keandalan
(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance) dan
(41)
empati (empathy). Darwin dkk. dan Tjiptono menjelaskan bahwa indikator dari
kepuasan pengguna adalah sebagai berikut :
1) Reliability
Menurut Darwin dkk. Menjelaskan bahwa reliability adalah kemampuan untuk
(36)
memberikan jasa yang dijanjikan dengan handal dan akurat. Dalam arti luas,
keandalan berarti bahwa perusahaan memberikan janji-janjinya tentang penyediaan,
penyelesaian masalah dan harga. Jika dilihat dalam bidang usaha jasa asuransi, maka
sebuah layanan yang handal adalah ketika seorang agent asuransi mampu
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan dan membantu penyelesaian masalah
yang dihadapi oleh nasabah dengan cepat. Sedangkan menurut Tjiptono reliability
adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang
(41)
dijanjikan serta akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan, yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi.
2) Responsiveness
Menurut Darwin dkk. responsiveness adalah kemampuan untuk membantu
(36)
pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. Dimensi ini menekankan pada
perhatian dan ketepatan ketika berurusan dengan permintaan, pertanyaan, dan
keluhan pelanggan. Kemudian jika dilihat lebih mendalam pada layanan yang cepat
tanggap di sebuah asuransi, bisa dilihat dari kemampuan agent asuransi yang cepat
memberikan pelayanan kepada nasabah dan cepat menangani keluhan mereka.
Sedangkan menurut Tjiptono responsiveness adalah suatu kebijakan untuk membantu
dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan,
(41)
dengan penyampaian informasi yang jelas.
3) Assurance
Menurut Darwin dkk. menjelaskan bahwa assurance adalah pengetahuan, sopan
santun dan kemampuan karyawan untuk menimbulkan keyakinan serta kepercayaan.
(36)
Dimensi ini mungkin akan sangat penting pada jasa layanan yang memerlukan
tingkat kepercayaan cukup tinggi. Contohnya seperti di bank, asuransi, dan dokter.
Oleh karena itu dalam sebuah jasa asuransi, kepastian menjadi hal yang sangat
penting untuk dapat diberikan kepada nasabahnya seperti jaminan keamanan dan
kemudahan di dalam mengikuti program asuransi. Sedangkan menurut Tjiptono
menjelaskan bahwa jaminan dan kepastian (assurance) adalah pengetahuan,
kesopanan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa
(41)
percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi komunikasi,
kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun.
4) Emphaty.
Menurut Darwin dkk. menjelaskan bahwa emphaty adalah kepedulian dan
(36)
perhatian secara pribadi yang diberikan kepada pelanggan. Inti dari dimensi
empati adalah menunjukkan kepada pelanggan melalui layanan yang diberikan
bahwa pelanggan itu spesial, dan kebutuhan mereka dapat dimengerti dan dipenuhi.
Dalam menjaga hubungan baik, tentu saja layanan yang diberikan oleh para agen
harus dapat menunjukkan kepedulian mereka kepada nasabah. Menurut Tjiptono
menjelaskan bahwa emphaty adalah memberikan perhatian yang tulus dan bersifat
individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
(41)
memahami keinginan konsumen.
5) Tangible.
Menurut Darwin dkk. menjelaskan bahwa tangible adalah berupa penampilan
(36)
fasilitas fisik, peralatan, staff dan bangunannya. Dimensi ini menggambarkan
wujud secara fisik dan layanan yang akan diterima oleh konsumen. Contohnya
seperti fasilitas kantor, kebersihan dan kenyamanan ruang yang digunakan untuk
transaksi serta kerapian penampilan agen. Menurut Tjiptono menjelaskan bahwa
bukti fisik (tangible) adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan
(41)
eksisitensinya kepada pihak eksternal.
Calista Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan yang
banyak dikenalan sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan
(44)
keperawatan. Model adaptasi Roy adalah sistem model yang esensial dalam
keperawatan adalah suatu kesatuan yang dihubungkan karena fungsinya sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-
(44)
bagiannya, terdiri dari (input, kontrol dan output). Model Adaptasi Callista Roy
(44)
mencakup fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen. Input
dalam model Callista Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus,
merupakan kesatuan informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat
menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan stimulus fokal, kontekstual
(44)
dan stimulus residual. Kontrol proses menurut dalam model Callista Roy adalah
bentuk mekanisme koping yang digunakan, dibagi menjadi subsistem regulator, yaitu
sistem kimiawi, saraf atau endokrin, otak dan medulla spinalis yang diteruskan
sebagai prilaku atau respons dan subsistem kognator yang berhubungan dengan
(44)
fungsi otak dalam memproses informasi, penilaian dan emosi. Output dalam model
Callista Roy adalah sistem adaptasi adalah prilaku yang dapat diamati, diukur, atau
(44)
dapat dikemukakan secara subjektif. Output pada system ini dapat berupa respons
(44)
adaptif ataupun respons maladaptif. Output dari suatu sistem adalah prilaku yang
dapat diamati, diukur atau secara subjektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
maupun diluar atau merupakan umpan balik untuk sistem. Objek Utama dalam
Keperawatan Callista Roy adalah manusia, keperawatan, konsep sehat dan konsep
(44)
lingkungan. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keprawatan) Menurut
Roy manusia bersifat holistic, yang mempunyai system adaptif dimana sebagai
sistem yang adaptif, manusia dijelaskan sebagai keseluruahan dengan bagian-bagian
(44)
fungsi sebagai kesatuan dari beberapa tujuan. Kerangka pemikiran dalam
merancang desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS penulis
jelaskan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kerangka Pemikiran

BAB III
PERANCANGAN DESAIN
MEMUASKAN PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEPERAWATAN 3S PADA
SIMRS

Penelitian menggunakan metode desain research and development serta


observasional deskriptif cross sectional bertujuan untuk menghasilkan rancangan
desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS dan mengidentifikasi
pengaruh yang signifikan antara sebelum rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan perawat di Rumah Sakit sebagai
upaya untuk mengembangkan pendokumentasian asuhan keperawatan dan
optimalisasi kinerja perawat. Penelitian dilakukan dengan eknik total sampling
terhadap populasi perawat ruang rawat inap salah satu Rumah Sakit. Pada metode
research and development terdapat sepuluh langkah dalam penerapan, yaitu
penelitian dan pengumpulan informasi (reasearch and information collecting),
perencanaan (planning), pengembangan model (develop preliminary form of
product), uji coba model (preliminary field testing), revisi model (main product
revesion), uji coba lapangan satu (main field testing), revisi model hasil uji lapangan
(operational product revision), 8) uji lapangan model operasional (operational field
testing), 9) revisi model akhir (final revision), 10) desiminasi dan implementasi
(56)
(desimination and implementation). Dari kesepuluh langkah tersebut, selanjutnya
di kelompokan menjadi tiga tahap yaitu :
1) Tahap Pra Pengembangan Model

Tahap pra pengembangan model terdiri dari langkah pertama hingga ketiga,
peneliti melakukan observasi lapangan dan wawancara dengan perawat tentang
pemahaman dan pelaksanaan asuhan keperawatan (3S) dan juga melakukan
deskriptif kolerasi terhadap pengaruh rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan perawat serta mengumpulkan
berbagai sumber literatur, kemudian menganalisa informasi yang didapat untuk
menyesuaikan dengan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan khususnya di Rumah
Sakit. Tahap planning, setelah mendapatkan informasi kebutuhan yang diperlukan,
kemudian peneliti melakukan perencanaan untuk pelaksanaan penelitian dengan
menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
tersebut. Langkah awal yaitu mengidentifikasi kebutuhan format panduan discharge
planning, setelah itu membuat desain rancangan integrasi dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS dan di uji oleh expert yang ahli pada bidangnya.
Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS yang
digunakan di Rumah Sakit saat itu adalah masih berbasis kertas belum digital.
2) Tahap Pengembangan Model
Mengembangkan model kerangka format rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS yang belum ada di Rumah Sakit, melakukan uji coba
awal dan melakukan perbaikan awal.
3) Tahap Penerapan Model
Tahap kegiatan dimana dilakukan uji coba lapangan tahap kedua dan melakukan
pengamatan untuk mendapatkan hasil rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS di Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura.
Desain Penelitian sebagai berikut :

Setelah itu, peneliti mengidentifikasi kepuasan perawat, dengan harapan


setelah pembentukan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam
SIMRS berdampak terhadap kepuasan perawat di Rumah Sakit. Data penelitan
bersumber dari data primer yang dididefinisikan secara operasional dalam tabel
berikut ini :
Setelah melalui tahap definisi operasional, maka data dikumpulkan dan
direkapitulasi untuk dilakukan analisis data. Analisis data adalah rangkaian kegiatan
penelaahan, pengelompokan sistematis, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah
(67)
fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Analisa data pada penelitian
ini, selanjutnya sebagai berikut :

1) Analisa Univariat

Analisa Univariat analisis untuk menghitung presentase frekuensi karakteristik


(56)
responden, selanjutnya data di sajikan dalam bentuk tabel distribusi. Analisis
Univariat bertujuan untuk meringkas hasil pengukuran menjadi informasi yang
bermanfaat dalam bentuk ringkasan berupa tabel, statistik, dan grafik pada masing-
(56)
masing variabel penelitian. Analisis univariat pada penelitian ini berupa data yang
berbentuk numerik meliputi deksripsi karakteristik responden, rancangan desain
dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS dan kepuasan perawat dengan
menggunakan tabel, statistik dan grafik pada masing-masing variabel serta nilai
(56)
prosentase.
2) Analisa Bivariat
(56)
Analisis bivariat yaitu analisis data yang menganalisis dua variabel. Analisis
bivariat pada penelitian ini akan dilakukan untuk mengetahui rancangan desain
dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS mempengaruhi kepuasan
perawat. Sebelum dilakukan analisis bivariat kedua variabel rancangan desain
dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS dan kepuasan perawat akan
dilakukan pengujian data berdistribusi normal atau tidak, jika data berdistribusi
normal selanjutnya akan dilakukan uji analisis regresi sederhana dengan software
SPSS Statistics 25 untuk menguji pengaruh rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan perawat di Rumah Sakit.

BAB IV
KEPUASAN PERAWAT PADA
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN SDKI, SLKI, SIKI (3S)
DALAM SIMRS

A. Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3S Dalam SIMRS


Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS di
Rumah Sakit memiliki kualitas kategori baik dengan persentase sebesar 77%.
Sedangkan 23% responden menyatakan bahwa rancangan desain dokumentasi
asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS kurang baik atau masih membutuhkan
perbaikan lebih lanjut. Sejalan dengan hasil penelitian ini yang belum maksimal 90%
atau bahkan 100% dalam kategori baik, tetap membutuhkan penyempurnaan lebih
lanjut. Hasil penelitian menujukkan masih terdapat kekurangan dalam rancangan
desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS ini. Rancangan desain
dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS tertera pada gambar 6.

Gambar 6. Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam


SIMRS
Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS bukan
merupakan hal yang dapat diwujudkan secara spontan karena memerlukan beberapa
tahapan seperti penyusunan, perbaikan hingga penyempurnaan dari semua pihak
(45)
berkepentingan dirumah sakit. Sejalan dengan hasil penelitian yang masih perdana
dibentuk sehingga diperlukan penyusunan, perbaikan hingga penyempurnaan pihak
berkepentingan dalam rangka menjadikan rancangan desain ini lebih baik. Penerapan
dokumentasi asuhan keperawatan dalam SIMRS sangat penting untuk mencapai
layanan berkualitas, sehingga diperlukan konsistensi dalam mengembangankannya.
(79)
Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS dapat
terhambat juga akibat minimnya monitoring dan evaluasi pendokumentasian asuhan
(45)
keperawatan selama ini di rumah sakit. Monitoring dan evaluasi
pendokumentasian asuhan berguna untuk mengetahui manfaatnya bagi unit kerja
rumah sakit dan jelas keperawatan yang merupakan tenaga kesehatan terbesar
(45)
merupakan alasan yang kuat dalam penerapannya kedepan. Selain itu, perlu juga
rumah sakit untuk mengembangkan dokumentasi asuhan keperawatan dalam SIMRS
dengan mempertimbangkan faktor yang mempengaruhinya. Faktor yang
mempengaruhi seperti adanya ketidaksesuaian antara teknologi dan manusia yang
(45)
berdampak pada persepsi manfaat yang kurang bagi pengguna.
Teknologi yang dikembangkan merupakan bagian dari konsep teori
bureaucratic caring dimana teknologi mempengaruhi pengambilan keputusan
seseorang dalam bersikap kearah profesionalitasnya. Sejalan dengan hasil penelitian
masih ada 23% yang menyatakan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan
3S dalam SIMRS masih dalam kategori kurang baik. Faktor penghambat tersebut
antara lain SIMRS tidak sesuai dengan kebutuhan, persepsi bahwa menggunakan
pencatatan manual lebih mudah dan cepat, persepsi bahwa penggunaan SIMRS
menambah beban kerja, dan output SIMRS dianggap belum relevan dengan
(45)
kebutuhan user. Faktor organisasi yang kuat, mendorong penggunaan SIMRS
(79)
secara berkesinambungan seperti budaya kerja dan kepemimpinan. Rumah Sakit
Dian Harapan Jayapura sebagai organisasi yang kompleks, memerlukan dukungan
sistem informasi yang lengkap dan akurat untuk mengoptimalkan pelayanan.
Informasi merupakan aset penting yang perlu dikelola secara optimal untuk
(46)
mendukung pengambilan keputusan.
Penerapan sistem informasi di rumah sakit diharapkan dapat mendorong
rumah sakit untuk melaksanakan kegiatan pelayanan dengan lebih produktif, cepat,
(46)
mudah, akurat, terpadu, aman dan efisien. Sejalan dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa dominan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan
3S dalam SIMRS berada dalam kategori baik maka merupakan strategi produktif,
efektif dan efisien dalam menunjang pelayanan (keperawatan) di Rumah Sakit Dian
Harapan Jayapura. Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
sangat penting untuk mengintegrasikan seluruh informasi yang dihasilkan dalam
(47)
proses pelayanan. SIMRS dapat mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas
pelayanan di rumah sakit seiring dengan kelancaran arus informasi yang berasal dari
(47)
kegiatan operasional rumah sakit. Penelitian lain menunjukkan bahwa rumah sakit
sudah banyak mengadopsi SIMRS, tetapi sebagian besar masih berfokus pada fungsi
(47)
administrasi yaitu registrasi, sistem tagihan, dan sistem klaim jaminan. Sehingga
hal inilah yang menyebabkan salah satu hambatan pada penerapan rancangan desain
dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS dapat berada dalam kurang baik
karena masih berfokus pada pelayanan admitrasi, belum berfokus pada pelayanan
asuhan profesi (keperawatan).
Perubahan paradigma di bidang layanan kesehatan, mendorong pemanfaatan
(47)
teknologi sebagai salah satu sarana pertukaran informasi. Perubahan paradigma
layanan kesehatan memiliki dampak terhadap perkembangan sistem informasi rumah
(47)
sakit. Sulitnya perubahan paradigma dari pondokumetasian asuhan keperawatan
berbasis kertas ke digital (SIMRS) menjadi hambatan juga dalam penerapan
rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS tidak dapat
makasimal. Layanan kesehatan diharuskan untuk mengutamakan keselamatan pasien
(peduli terhadap risiko kesalahan pengobatan / medical errors), pengendalian biaya,
pelayanan yang berfokus pada konsumen, perkembangan evidence based medicine
(82)
dan tuntutan untuk perlindungan privasi. Layanan tersebut dapat terwujud dengan
penunjang sistem informasi rumah sakit (seperti SIMRS) sehingga rumah sakit perlu
(48)
menyesuaikan dengan perubahan tersebut dengan menata ulang prioritas. Sistem
informasi rumah sakit yang semula mengutamakan pengelolaan data administratif
harus lebih mengutamakan keamanan informasi, mengembangkan sistem klinis
untuk mengurangi medical errors, memanfaatkan internet yang semakin mudah
diakses.
Sistem informasi rumah sakit sudah harus mendigitalisasi pencatatan manual
(46)
dan memanfaatkan peralatan nirkabel untuk meningkatkan akses informasi.
Sejalan dengan hasil penelitian bahwa jaringan internet juga merupakan hambatan
yang terkadang menjadi catatan penting dalam rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS ini. Sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja
SIMRS, evaluasi perlu dilakukan terhadap sistem untuk mengetahui aspek positif
(48)
yang mendorong penggunaan sistem dan mengidentifikasi faktor hambatan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa trend evaluasi sistem informasi kesehatan
tidak hanya melihat aspek teknologi melainkan juga mempertimbangkan aspek
(48)
manusia dan organisasi. Dengan adanya evaluasi ini, rumah sakit dapat
mengembangkan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam
SIMRS ini dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna (user) serta faktor-
(47)
faktor yang mempengaruhi.
B. Kepuasan Perawat

Kepuasan perawat di Rumah Sakit terhadap rancangan desain dokumentasi


asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS memiliki kategori puas dengan persentase
sebesar 73 %. Sedangkan 27% responden menyatakan tidak puas dengan rancangan
desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS. Sejalan dengan hasil
penelitian ini, kepuasan perawat yang belum mencapai secara maksimal sehingga
memerlukan koreksi untuk peningkatan lebih lanjut. Tuntutan pelayanan
keperawatan pada zaman ini memicu rumah sakit menerapkan pendokumentasian
(49)
asuhan keperawatan berbasis sistem informasi dan teknologi. Penerima pelayanan
(pasien) di fasilitas pelayanan kesehatan mengalami ketidakpuasan pelayanan akibat
pemberi pelayanan (perawat) lama mencari data riwayat penyakit pasien atau
(49)
menunjukkan informasi yang dibutuhkan. Sejalan dengan hasil penelitian, bahwa
kepuasan perawat dengan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S
dalam SIMRS masih ditemukan ketidakpuasan sehingga potensi dalam pelayanan
kesehatan dapat menurun dirasakan pasien kelak.
Ketidakpuasan dokumentasi asuhan keperawatan berbasis sistem informasi
(49)
memiliki issue tidak optimalnya perlindungan perawat dari hukum. Persepsi
perawat tentang kualitas pendokumentasian yang dilakukan dalam penggunaan
(49)
komputerisasi cenderung menilai kualitas pendokumentasian menjadi lebih baik.
Selain itu, ketidakpuasan pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis sistem
informasi ini karena pihak manajemen rumah sakit yang belum merealisasikan atau
(49)
membuat kebijakan baku bagi perawat sebagai pengguna. Pendokumentasian
asuhan keperawatan yang terkomputerisasi ini dapat memberikan kemudahan dan
kontribusi positif untuk pimpinan terutama dalam pengambilan keputusan
(50)
pertanggung jawaban. Aktivitas SIMRS yang berbasis komputer ini, membentuk
para pimpinan atau manajer lebih efisien dan efektif melakukan fungsi-fungsi
(50)
manajemen. Dokumentasi keperawatan yang memuaskan merupakan komponen
yang integral dari asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga kepuasan perawat
(51)
terhadap pendokumentasiannya sangat diperlukan.
Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS ini
merupakan alat komunikasi penting antara perawat dan tenaga profesional layanan
kesehatan lainnya. Kepuasan perawat yang timbul dari pendokumetasian asuhan
keperawatan maka akan menciptakan pelayanan berkualitas. Bukti dokumentasi
asuhan keperawatan berbasis digital memungkinkan perawat manajer dapat menilai
apakah perawatan yang diberikan oleh perawat secara perorangan bersifat
(51)
profesional, aman dan kompeten. Visibilitas aktivitas asuhan keperawatan dalam
SIMRS akan mampu mencapai kualitas pelayanan yang diharapkan. Selain itu,
catatan keperawatan lebih komprehensif dan rapih sehingga dapat dijadikan sebuah
(52)
bukti hukum jika terjadi tuntutan hukum. Dokumentasi keperawatan harus
dilaksanakan secara sistematis dan terus dipertahankan dalam rancangan desain
(52)
dokumentasi asuhan keperawatan 3S di SIMRS. Rancangan desain dokumentasi
asuhan keperawatan 3S di SIMRS yang lebih sistematis akan mampu memuaskan
perawat dalam mendokumentasikan kinerjanya yaitu asuhan keperawatan kepada
pasien di fasilitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit.
C. Pengaruh Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan Keperawatan 3S Dalam
SIMRS Terhadap Kepuasan Perawat
Hasil analisis pengujian menunjukkan bahwa nilai signifikansinya sebesar p-
value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas alpha 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa keberartian pengaruh rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan perawat, maka hipotesis (Ha)
diterima. Hasil analisis penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap
kepuasan perawat. Selanjutnya, hasil analisis besaran persentase pengaruh rancangan
desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan
square
perawat menunjukkan nilai R sebesar 0,308. Hal ini, menunjukkan bahwa
rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS berpengaruh
sebesar 30,8% terhadap kepuasan perawat dan sisanya dipngaruhi oleh faktor atau
variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.
Perkembangan penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara
pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis informasi terhadap kepuasan
(51)
perawat. Kepuasan perawat pada praktik keperawatan akan tercapai jika perawat
merasa telah memberikan kontribusi, dianggap penting, mendapat dukungan dari
(52)
sumber-sumber yang ada, dan outcame keperawatan banyak tercapai. Kepuasan
ekstrinsik didapatkan dari imbalan yang diperoleh individu, imbalan tidak berbentuk
uang, namun bisa dalam bentuk pengembangan dan pengakuan seperti inovasi
(51)
rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS. Perawat
dapat menyelesaikan pekerjaannya dan meningkatkan kepuasan kerja jika di dalam
institusi dijelaskan lebih baku tentang perlindungan perawat dari hukum jika perawat
(51)
melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis sistem informasi.
Perawat merasakan kepuasan jika mendapat dukungan yang baik dari atasan,
(52)
produktifitas tinggi dan percaya diri perawat pun akan meningkat. Penelitian lain
juga menunjukkan bahwa dalam berkinerja perawat merasa puas dengan bantuan
pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis informasi. Pengukuran kepuasan
kerja tenaga perawat tidak hanya penting untuk mengetahui kinerja rumah sakit
terutama bidang ketenagaannya, tetapi juga untuk menentukan strategi manajemen
kelak.
Pengaruh kepuasan perawat dapat memberikan dampak juga dengan kualitas
(52)
kinerja salah satunya dalam sistem pendokumentasian asuhan keperawatan.
Menurut konsep Value Theory, kepuasan kerja terjadi pada level dimana pekerjaan
(54)
diterima oleh seseorang seperti yang diharapkan. Bertambahnya seseorang
memperoleh hasil akan semakin puas bagi seseorang tersebut, sehingga kepuasan
(52)
perawat merupakan suatu hal positif. Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara pendokumentasian asuhan keperawatan berbasis
(54)
informasi terhadap kepuasan perawat. Terdapat perbedaan dari hasil penelitian ini
yang mengatakan bahwa biasanya suatu organisasi yang memiliki karyawan dengan
kepuasan cenderung kinerjanya lebih efektif dibandingkan dengan karyawan yang
kurang puas. Sedangkan pada penelitian ini kepuasan perawat tidak bergantung
dengan kinerja mereka, tetapi cenderung dari pendokumentasian dari apa yang sudah
(53)
dikerjakannya. Hal ini mendukung untuk diwujudkannya peningkatan penggunaan
sistem informasi.
Kepuasan pemakaian sistem informasi dalam pekerjaan merupakan suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari sebuah
(55)
evaluasi karakteristiknya. Seseorang dengan tingkat kepuasan yang tinggi memiliki
perasaan positif tentang pekerjaan tersebut, sedangkan seseorang yang tidak puas
(54)
memiliki perasaan negatif tentang pekerjaan tersebut. Kepuasan pemakaian sistem
informasi dalam pekerjaan cenderung terhadap isi dari informasi, format informasi
(54)
dan sikap pengembang sistem informasi. Peningkatan sistem informasi dalam
dunia pekerjaan dapat dilakukan problem solving, yaitu melakukan kajian ulang
penilaian kebutuhan perilaku, mempertajam tujuan dan hasil pengembangan
(53)
program. Selanjutnya juga pengembangan berbasis teori dengan metode dan
aplikasi lebih praktis serta pengembangan rencana implementasi dan evaluasi
(54)
program. Peningkatan rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S
dalam SIMRS ini dapat dilakukan upaya tahapan mempertajam tujuan dan hasil
pengembangan program dimana pada tahapan ini fokus pada perilaku yang dapat
diubah, mengidentifikasi determinan perilaku dari perilaku yang ditargetkan,
(53)
menentukan hasil yang akan diukur dan menulis tujuan perilaku yang dapat diukur.
Sistem informasi tidak dapat memenuhi kebutuhan pengguna maka kepuasan
pengguna tidak akan meningkat dan penggunaan tidak akan berlanjut dan lambat
(53)
laun akan ditinggalkan. Demikian juga dengan rancangan desain dokumentasi
asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS ini jika belum memuaskan pengguna maka
lambat laun akan berganti kepada pendokumentasian yang lebih mutakhir. Tetapi
yang menjadi catatan adalah kepuasan perawat sebagai pengguna ini berhubungan
dengan kesuksesan kualitas sistem informasi, dimana semakin baik sistem informasi
(53)
yang dihasilkan maka kepuasan pengguna semakin baik.

BAB V
INOVASI ASUHAN KEPERAWATAN
SDKI, SLKI, SIKI (3S) DALAM SIMRS

Rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS di


Rumah Sakit sebagian besar (73%) perawat rumah sakit menerimanya dengan baik.
Kepuasan perawat terhadap rancangan desain dokumentasi asuhan keperawatan 3S
dalam SIMRS di Rumah Sakit sebagian besar (77%) perawat puas. Terdapat
pengaruh sebesar 30,8% yang signifikan antara rancangan desain dokumentasi
asuhan keperawatan 3S dalam SIMRS terhadap kepuasan perawat di Rumah Sakit.
Bagi Tenaga Perawat disarankan diadakan pelatihan bagi perawat untuk
pendokumentasian asuhan keperawatan (3S) dalam sistem informasi manajemen
rumah sakit (SIMRS). Bagi Tenaga Kesehatan disarankan diadakan sosialisasi bagi
tenaga kesehatan tentang upgrading penggunaan sistem informasi manajemen rumah
sakit (SIMRS) komprehensif. Bagi Pasien disarankan diadakan fitur akses tambahan
dalam SIMRS untuk pasien dalam rangka kebutuhan informasi pelayanan kesehatan.
Bagi Rumah Sakit disarankan merealisasikan pendokumentasian asuhan keperawatan
(3S) dalam SIMRS dalam bentuk kebijakan. Bagi peneliti selanjutnya, dapat
melakukan pengembangan penelitian dengan menganalisis implementasi
pendokumentasian asuhan keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) berbasis digitial
dalam SIMRS.


2

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Adegboyega, A., & Aniefiok, J. A. (2014). Orlando Nursing Process Based Healthcare
Information Management System. American Journal of Software Engineering and
Applications, 3, 47-53.
[2]. Aiyedun, J. I., Chukwu L. N., & Musa R. H. (2014). Evaluation Of The Challenges Of
Nursing Process Practice At The University Of Abuja Teaching Hospital, Nigeria.
International Journal of Medical and Public Health Science Research, 2, 1-8.
[3]. Ammenwerth, E. (2017). Effect Of A Nursing Information System On The Quality Of
Information Processing In Nursing: An Evaluation Study Using The HIS-Monitor
Instrument. International Journal of Medical Informatics, 80, 25-38.
[4]. ANA. (2014). American Nurses Association : Nursing Informatics : Scope And
Standards Of Practice. (2nd ed.). New York: American Nurses Association.
[5]. Arizal, Budiharto, I., Nurfianti, A. (2018). Analisis Rencana Penerapan Sistem
Informasi Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Rumah Sakit.
Tanjungpura : Universitas Tanjungpura.
[6]. Aseratie, M., Murugan, R., & Molla, M. (2014). Assessment Of Factors Affecting
Implementation Of Nursing Process Among Nurses In Selected Governmental
Hospitals, Addis Ababa. Ethiopia: Cross sectional study. Journal Nurs Care, 3 (3), 1-8.
[7]. Ball, J. M., & Hannah, J. K. (2014). Nursing Informatics Where Technology And Caring
Meet. (4th ed.). New York: British Library Cataloguing in Publication Data.
[8]. Damanik, R. (2015). Efektifitas Sistem Informasi Dalam Proses Dokumentasi Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit Swasta Kota Medan. Medan: Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. diakses melalui http://repository.usu.ac.id/.
[9]. Daniel, O. G., & Oyetunde, O. M. (2013). Nursing Informatics: A Key To Improving
Nursing Practice In Nigeria. Journal International of Nursing and Midwifery, 5, 91-
98.
[10]. Djorlolo, A. S., & Ellingsen, G. (2013). Readiness Assessment For Implementation Of
Electronic Patient Record In Ghana: A Case Of University Of Ghana Hospital.
Journal of Health Informatics in Developing Countries, 7, 128-140.
[11]. Kader, M & Ali, R. (2017). Evaluating The Provision Of Information System
Performance In The Public Education Sector: An Extension Of Delone And Mclean
Model. Gading journal for the social sciences, 16, 1-22.
[12]. Kelley, T.F., Brandon, D.H., Docherty, S.L., & Ac-pc, C. (2011). Electronic Nursing
Documentation As A Strategy To Improve Quality Of Patient Care. Nursing
Scholarship, 43 (2), 154–162. https://doi.org/10.1111/j. 1547-5069.2011.01397.
[13]. 30Kenney, J., & Cavanaugh, J. (2017). Practice Makes Perfect : Innovation In
Teaching Electronic Documentation. Journal of Medical Informatics, 10, 1- 3.
[14]. Kusumaningrum, P.R. (2022). Penerapan 3S (SDKI, SLKI, SIKI) dalam Asuhan
Keperawatan di Rumah Sakit. Jurnal Abdi Masyarakat Indonesia (JAMSI). Vol. 2, No.
2, Hal. 577-582. https://doi.org/10.54082/jamsi.293.
[15]. Nursalam. (2016). Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika .
[16]. Nursalam. (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
[17]. Palvia, P., Lowe, K., Nemati, H., & Jacks, T. (2014). Information Technology Issues In
Health Care : Hospital CEO And CIO Perspectives. Journal Information Technology
Issues in Health Care, 30 (1), 294-312.
[18]. Peraturan Pemerintah. (2009). Undang-Undang RI Nomor 44 Tentang Rumah Sakit.
Jakarta : Sekretariat Negara.
[19]. Peraturan Pemerintah. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1171 Tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.
[20]. Peraturan Pemerintah. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 82 Tentang
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. Jakarta : Sekretariat Negara.
[21]. Peraturan Pemerintah. (2014a). Nomor 46 Tentang Sistem Informasi Kesehatan.
Jakarta : Sekretariat Negara.
[22]. Peraturan Pemerintah. (2014b). Undang-Undang Nomor 38 Tentang Keperawatan.
Jakarta : Sekretariat Negara.
[23]. Potter & Perry, A. G. 2014. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Dan Praktik. Edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC.
[24]. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
[25]. PPNI (2018a). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
[26]. PPNI (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
[27]. Pujihastuti, A., Hastuti, N.M.,Yuliani,N. (2021). Penerapan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit dalam Mendukung Pengambilan Keputusan Manajemen.
Jurnal Manajemen Innformasi Kesehatan Indonesia. (9) 2, 191-200. Doi
: 10.33560/jmiki.v9i2.377.
[28]. Ridgway, L., Mitchel, C., & Sheean, F. (2017). Information And Communication
Technology (ICT) Use In Child And Family Nursing. Journal of Nursing Informatics :
Contemporary Nurse. 40 (1), 118–129.
[29]. Semiawan, Conny R. (2020). Metode Penelitian Kualitatif. Grasindo: Jakarta
[30]. Setiadi. (2018). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan : Teori dan
Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[31]. Setyaningrum, A. (2015). Analisis Sistem Informasi Registrasi Pasien Dengan Metode
Pieces Di Rumah Sakit Mulia Hati Wonogiri. Suarakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
[32]. Sun, M., Tang, S., Chen, J., Li, Y., Bai, W., Plummer, V., Cross, W. M. (2019). A Study
Protocol Of Mobile Phone App- Based Cognitive Behaviour Training For The
Prevention Of Postpartum Depression Among High-Risk Mothers : Randomized
Controlled Trial. Nurse Education Today, 1–7. https://doi.org/10.2296/11204
[33]. Unkaha. (2022). Panduan Penulisan Tesis. Semarang : Fakultas Keperawatan dan
Kesehatan Universitas Karya Husada.
[34]. While, A., & Dewsbury, G. (2013). Nursing And Information And Communication
Technology (ICT) : A Discussion Of Trends And Future Directions. Journal
International of Nursing Studies, 48, 1302-1320.
[35]. Budianto, A. (2015). Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : Penerbit Ombak.
[36]. Darwin, S., dkk. (2014). Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Loyalitas
Pelanggan Dengan Kepuasan dan Kepercayaan Pelanggan Sebagai Variabel
Intervening Pada Asuransi Jiwa Manulife Indonesia-Surabaya. Jurnal Manajemen
Pemasaran Petra Vol 2 No 1.
[37]. Kotler, P & Keller, K.L. (2019). Marketing Management. 14th edition. New Jersey :
Prentice Hall. Surabaya : Penerbit Erlangga.
[38]. Hadidya, R. S. (2018). Hubungan Persepsi Beban Kerja terhadap Kepuasan Kerja
Karyawan. 1-15.
[39]. Hartojo. (2016). Pengembangan Jenjang Karir sebagai Strategi Mengelola
Ketidakpuasan Kerja Perawat d Rumah Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya , 285-
290..
[40]. Tjiptono, F. (2014). Pemasaran Jasa (Prinsip, Penerapan, Penelitian). Yogyakarta :
Alfabeta.
[41]. Tjiptono, F & Chandra, G. (2016). Service, Quality & Satisfaction. Yogyakarta :
Alfabeta.
[42]. Gui.A.,Erwin,, Amanda. A.V., & Phangestu.LS. (2009). Tingkat Kepuasan Pengguna
Aplikasi Intersystem Business Solution (IBS) Pada PT Citajaya Infinite System. Vol. 3
No. 1 : Commit Journal .Doi.Org/10.21512/Commit.V3i1.514.
[43]. Lin, Hsien-Cheng. (2017). Nurses' Satisfaction With Using Nursing Information
Systems From Technology Acceptance Model and Information Systems Success Model
Perspectives- A Reductionist Approach. CIN Computers Informatics Nursing. Vol 25.
(91-99) DOI:10.1097/CIN.0000000000000293.
[44]. Sudarta, I.W. (2015). Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi Praktik
Keperawatan. Gosyen Publishing.
[45]. Sari,M.M.,Sanjaya2, G., Meliala, A. (2016). Evaluasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit (SIMRS) Dengan Kerangka Hot – Fit. Fakultas Kedokteran : Universitas
Gadjah Mada.
[46]. Erlirianto, L.M., Ali, A.H.N., Herdiyanti. (2015). The Implementation of the Human,
Organization and the Technology-Fit (HOT-Fit) Framework to Evaluate the Electronic
Medical Record (EMR) System in a Hospital.Procedia Computer Science, (72), 580-
587.
[47]. Gursel,G.,Zayim,N.,Gulkesen,K.H., Arifoglu, A., Saka, O. (2014). A New Approach In
The Evaluation Of Hospital Information System. Turkish Journal of Electrical
Engineering And Computer Science, 22, 214-222.
[48]. Rustiyanto,E. (2011). Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang
Terintegrasi.Gosyen Publishing.
[49]. Amalia., Malini,H., Yulia, S. (2018). Kepuasan Perawat Terhadap Kualitas
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Berbasis Komputer. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 21 (3). 169-179. Doi 10.7454/jki.v21i3.680.
[50]. Hariyati, R. (2009). Sistem infomasi keperawatan berbasis komputer sebagai salah
satu solusi meningkatkan profesionalisme keperawatan. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Retrieved from http://pkko.fik.ui.ac.id/file
s/artikel%20we%20care.doc.
[51]. Hsiao, S.J., Li, Y.C., Chen, Y.L., & Ko, H.C. (2009). Critical factors fot the adoption
of mobile nursing information system in taiwan : The nursing department
administrators’ perspective. J Med Syst., 33 (5), 369–377. https://doi.org/10.1007/s
10916-008-9199-8.
[52]. Koeswandari, R. (2011). Pengaruh penerapan sistem informasi supervisi keperawatan
berbasis komputerisasi terhadap kualitas informasi dan kepuasan pengguna informasi
supervisi keperawatan di RS Dr Sarjito (Tesis, tidak dipublikasikan). Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Retrieved from http:// lib.ui.ac.id/file?
file=digital/20282220-TRe tnoKoeswandari .pdf
[53]. Agarta, A.,Febriani, N. (2019). Dampak Dokumentasi Asuhan Keperawatan Electronic
Health Record Terhadap Kepuasan Kerja Perawat Di Rumah Sakit. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia. Vol 9 No 02., doi : https://doi.org/10.33221/jiiki.v9i02
[54]. Eldredge, L.KB., Markham, C.M., Ruiter, R.A.C., Fernandez, M.E., Kok, Gerjo.,
Parcel, G.S. (2016). Planning Health Promotion Programs. Diadaptasi dari
http://www.interventionmapping.com/sites/default/files/im langkah & tugas.png.
[55]. Arafah, S., Sembiring, E.A. (2018). Analisis Pengaruh Kepuasan Dengan Pemakaian
Metode Perpektual Terhadap Penggunaan Aplikasi Quickbooks Accounting System.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi Islam. 3 (2). https://doi.org/10.33752/bisei.v3i2.321
[56]. Hamzah, M.A. (2019). Metode Penelitian & Pengembangan Research & Development.
Malang : Literasi Nusantara.

PROFIL PENULIS

RIWATAT PENDIDIKAN
SD Katolik St. Stefanus Malalayang Manado : Tahun 1989 - 1985
SMP Katolik St. Yoseph Manado : Tahun 1985 - 1988
SMA Garuda Konghucu : Tahun 1988 - 1991
Diploma 3 Keperawatan POLTEKKES Manado : Tahun 1991 - 1994
Sarjana Keperawatan STIK Sint Carolus Jakarta : Tahun 2014 - 2016
Profesi Ners STIK ST Carolus Jakarta : Tahun 2016 - 2017
Magister Keperawatan Univ Karya Husada Semarang : Tahun 2020 - 2022

RIWAYAT PEKERJAAN
Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura Papua : Tahun 1999 - Sekarang

RIWAYAT KARYA TULIS ILMIAH


Pengaruh Rancangan Desain Dokumentasi Asuhan : Tahun 2022
Keperawatan Sdki, Slki, Siki (3s) Dalam Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit Terhadap Kepuasan Perawat Di
Rumah Sakit Dian Harapan Jayapura.

SINOPSIS BUKU
Pelayanan keperawatan tertuntut untuk menjadi bagian
rumah sakit dalam menerapkan pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan menggunakan
komputerisasi. Rancangan desain dokumentasi asuhan
keperawatan SDKI, SLKI, SIKI (3S) dalam sistem
informasi manajemen rumah sakit dan kepuasan
perawat merupakan alasan buku ini perlu
dikembangkan. Semakin baik sistem informasi yang
dihasilkan maka kepuasan perawat sebagai pengguna
semakin baik tentunya dengan diadakan sosialisasi,
pelatihan dan realisasi kebijakan bagi perawat
pendokumentasian asuhan keperawatan 3S dalam
SIMRS.

Anda mungkin juga menyukai