Anda di halaman 1dari 37

STUDI KOMPARASI PENERAPAN FORMAT

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN BERBASIS


NANDA NIC NOC DI RUANG RAWAT INAP RSUD
MALINGPING DAN SDKI, SLKI, SIKI DI RUANG RAWAT
INAP RSUD KOTA SERANG TERHADAP KELENGKAPAN
DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

PROPOSAL TESIS

NENENG ILAH ROHILAH


NPM : 20200920100036

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
JAKARTA, TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rumah sakit yaitu bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan penyakit (preventif) pada

masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan bagi perorangan secara menyeluruh dan paripurna dengan menyediakan

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Mogopo, 2017).

Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan

kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat

baik sehat atau sakit. Asuhan keperawatan merupakan interaksi perawat dengan

pasien dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan

kemandirian pasien dalam merawat diri (Undang-undang RI No 38 Tahun 2014).

Asuhan keperawatan yang berkualitas menentukan pelayanan kesehatan

yang berkualitas juga. Tenaga keperawatan yang memiliki tingkat pengetahuan

yang baik dan skill yang sesuai, profesional dalam menjalin hubungan saling

percaya dengan pasien menunjukkan sikap caring pada pasien, memenuhi

kebutuhan dasar pasien, dan bekerjasama dengan anggota tenaga kesehatan lain

akan menciptakan asuhan keperawatan yang optimal (Pranatha, 2016).


Bahasa keperawatan standar dalam pelayanan keperawatan saat ini

menjadi trend global dalam profesi keperawatan yang muncul untuk menyatukan

terminologi yang digunakan dalam praktek keperawatan. Dalam memberikan

asuhan keperawatan dibutuhkan standarisasi asuhan yang meliputi standar

diagnostik, standar keluaran, standar intervensi dan terminologi yang jelas

sehingga asuhan keperawatan dapat seragam, akurat, dan tidak ambigu untuk

menjamin kontinuitas dan mutu pelayanan. Di berbagai negara, standar rencana

asuhan keperawatan belum banyak dijelaskan secara komprehensif dalam literatur

keperawatan. Walaupun sudah ada beberapa standar asuhan keperawatan yang

diakui secara internasional, namun standar tersebut belum dikembangkan dengan

memperhatikan disparitas budaya dan keunikan pelayanan keperawatan di

Indonesia, sehingga standar tersebut dirasa tidak sesuai untuk Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi perawat

profesional di Indonesia telah mengembangkan standar asuhan keperawatan di

Indonesia dengan menerbitkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Hasil Keperawatan

Indonesia (SLKI). Penggunaan asuhan keperawatan standar sangat penting dalam

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kualitas dokumentasi keperawatan, antara lain dokumentasi menurut proses

keperawatan, penggunaan terminologi standar dan instrumen dokumentasi,

dokumentasi elektronik dan instrumen dokumentasi yang bervariasi sesuai dengan

praktik keperawatan (PPNI,2019)

Pendokumentasian asuhan keperawatan adalah bukti pencatatan perawat

yang memuat status atau asuhan yang diberikan perawat kepada pasien.
Implementasi dokumentasi keperawatan belum optimal, terlihat dari dokumentasi

keperawatan yang kurang lengkap, dan masih bervariasinya isi dokumentasi

keperawatan. Pendokumentasian yang kurang baik berdampak pada

miskomunikasi antara perawat dengan profesi kesehatan lainnya, yang akan

berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan keperawatan. Penerapan 3S

(SDKI, SIKI, dan SLKI) merupakan tolak ukur yang digunakan sebagai pedoman

penegakan diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, dan peran keperawatan

luar untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman, efektif, dan etis.

Penggunaan asuhan keperawatan standar adalah penting dalam

meningkatkan kualitas asuhan keperawatan (Olatubi et al., 2019). Beberapa faktor

mempengaruhi kualitas dokumentasi keperawatan, termasuk dokumentasi sesuai

dengan proses keperawatan, penggunaan standar terminologi dan instrumen

dokumentasi, dokumentasi dan dokumentasi elektronik instrumen yang bervariasi

sesuai dengan praktik keperawatan (De Groot dkk., 2019).Dokumentasi instrumen

sesuai dengan standar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas

dan integrasi dokumentasi keperawatan (DeGroot dkk., 2019). Instrumen

dokumentasi keperawatan juga harus disiapkan berdasarkan klinis yang ditetapkan

standar praktik (De Groot et al., 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Rachmania dan Yunitasari (2016) di sebuah Rumah Sakit di Jawa Timur

dijelaskan bahwa, sebelum menggunakan pengembangan dokumentasi,instrumen

yang memenuhi standar yang diperoleh dokumentasi lengkap data pengkajian

100%, 62,55% diagnosis, 62,5% intervensi, 50% implementasi, dan 50% evaluasi.

Rata-rata pengisian dokumen sekitar 65% dari yang tercatat dokumentasi.


Dokumentasi keperawatan adalah bagian yang penting dari proses

keperawatan, tepai umumnya tidak ditulis dengan baik dan tidak konsisten,

sehingga hasil dokumentasi keperawatan tidak akurat, tidak terbca dan tidak

lengkap (Ball, 2014). Masalah yang masih muncul pada pelaksanaan dokumentasi

adalah belum sesuai dengan bahasa keperawatan, khususnya keseragaman dalam

menggunakan bahasa diagnosis dan intervensi keperawatan (Rachmania, 2016).

Terdapat standar diagnosis keperawatan yang diakui secara internasional

namun karena standar-stndar tersebut tidak dikembangkan dengan memperhatikan

disparitas budaya dan kekhasan pelayanan keperawatan Indonesia, maka standar

tersebut dinilai kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia (PPNI, 2017).

Peraturan tentang penggunaan standar pelayanan keperawatan telah tercantum

pada UU no 38 tahun 2014 pasal 28 ayat 3. PPNI telah membuat standar

pelayanan keperawatan yang disesuaikan dengan budaya dan kekhasan pelayanan

keperawatan di Indonesia meliputi Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia

(SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI), akan tetapi belum banyak yang menggunakan

standar tersebut sebagai standar pelayanan praktik keperawatan.

Hasil laporan dari kasie Rawat Inap RSUD Malingping tentang pengisian

rekam medis yang menjadi tanggung jawab perawat yaitu rata-rata kelengkapan

pendokumentasian asuhan keperawatan periode semester I 2020 tercapai 65,68%.

& semester II 2020 tercapai 65,40 % serta semester I 2021 tercapai 64,85%. Hasil

tersebut belum sesuai dengan standar dari kemenkes yaitu 80%. Dan dari hasil

wawancara dengan beberapa perawat bahwa format dokumentasi asuhan

keperawatan yang berbasis Nanda Nic Noc masih sulit difahami bahasanya.
Walaupun format dokumentasi tersebut sudah menggunakan format cheklist.

Sedangkan hasil wawancara dengan ketua komite keperawatan RSUD Kota

Serang mengatakan bahwa format cheklis dokumentasi keperawatan berbasis

SDKI, SLKI, SIKI sudah ada dan digunakan baru empat bulan, sehingga belum

pernah dilakukan evaluasi keefektifan penggunaannya. Hal tersebut juga di akui

oleh Kepala Bidang Keperawatan yang menyatakan terdapat regulasi berbentuk

kebijakan dan panduan yang ditanda tangani oleh Direktur RSUD Kota Serang

dan sudah disosialisasikan akan tetapi belum dilakukan evaluasi. Dan menurut

lima orang perawat pelaksana di RSUD Kota Serang mengatakan bahwa format

ini mudah digunakan karena berbentuk ceklis dan Bahasa dari format tersebut

mudah difahami, akan tetapi untuk perawat yang lulusan lama perlu adaptasi dan

memahami isi dari SDKI, SLKI, dan SIKI

Dari hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil penelitian

terkait studi komparasi penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan

berbasis Nanda Nic Noc dan SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi

asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan berbasis

Nanda Nic Noc terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di

Rawat Inap RSUD Malingping


2. Bagaimana penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan berbasis

SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan

di Rawat Inap RSUD Kota Serang

3. Bagaimana perbedaan antara penerapan format dokumentasi asuhan

keperawatan berbasis Nanda Nic Noc di Rawat Inap RSUD Malingping

dan SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Serang

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan studi komparasi penerapan format dokumentasi asuhan

keperawatan berbasis Nanda Nic Noc di Rawat Inap RSUD Malingping

dan SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Serang

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi data demografi perawat Rawat Inap RSUD Malingping

2. Mengidentifikasi data demografi perawat Rawat Inap RSUD Kota Serang

3. Menjelaskan penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan berbasis

Nanda Nic Noc terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan di

Rawat Inap RSUD Malingping

4. Menjelaskan penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan berbasis

SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan

di Rawat Inap RSUD Kota Serang


5. Membandingkan perbedaan antara penerapan format dokumentasi asuhan

keperawatan berbasis Nanda Nic Noc di Rawat Inap RSUD Malingping

dan SDKI,SLKI,SIKI terhadap kelengkapan dokumentasi asuhan

keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Serang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Pengembangan ilmu dan mendapat tambahan pengetahuan pada

praktek proses penelitian tentang penerapan format dokumentasi asuhan

keperawatan berbasis Nanda Nic Noc dan berbasis SDKI, SLKI dan SIKI

di RSUD type C yaitu RSUD Malingping dan RSUD Kota Serang

1.4.2 Manfaat Bagi RSUD Malingping dan RSUD Kota Serang

Memberikan gambaran tentang penerapan format dokumentasi

asuhan keperawatan berbasis Nanda Nic Noc dan berbasis SDKI, SLKI

dan SIKI di RSUD type C yaitu RSUD Malingping dan RSUD Kota

Serang, sehingga dapat dijadikan bahan evaluasi untuk mengembangkan

layanan keperawatan.

1.4.3 Manfaat Bagi Pengembangan Pendidikan

Pengembangan ilmu dan menambah kepustakaan tentang

penerapan format dokumentasi asuhan keperawatan berbasis Nanda Nic

Noc dan berbasis SDKI, SLKI dan SIKI. Serta dapat menjadi masukan

bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep-konsep Dasar

2.1.1 Asuhan Keperawatan

1. Pengertian

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014

tentang Keperawatan menyatakan asuhan keperawatan adalah rangkaian

interaksi dengan klien dan lingkunganuntuk mencapai tujuan

pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya

(Pemerintah Republik Indonesia, 2014).

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu

suatu metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk

memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan

keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal melalui

tahapan pengkajian keperawatan, indentifikasi diagnosa keperawatan,

penentuan perencanaan keperawatan, melaksanakan tindakan

keperawatan serta mengevaluasinya (Suarli & Yahya, 2012).

Menurut Mahyar (2010), proses keperawatan adalah suatu

metode yang sistemik dan terorganisasi dalam pemberian asuhan

keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respon untuk individu

pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan

yang dialami, baik aktual maupun potensial. Proses keperawatan juga

dapat diartikan sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam


memberikan asuhan keperawatan, sehingga kebutuhan dasar pasien

dapat terpenuhi.

2. Tujuan Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan suatu upaya pemecahan masalah

yang tujuan utamanya adalah membantu perawat menangani klien

secara komprehensif dengan dilandasi alas an ilmiah, keterampilan

teknis, dan keterampilan interpersonal. Penerapan proses keperawatan

ini tidak hanya ditujukan untuk kepentingan klien semata, tetapi jua

profesi keperawatan itu sendiri. Tujuan penerapan proses keperawatan

bagi klien, antara lain:

a. Mempertahankan kesehatan klien.

b. Mencegah sakit yang lebih parah/penyebaran penyakit/komplikasi

akibat penyakit.

c. Mengembalikan fungsi maksimal tubuh.

d. Membantu klien terminal untuk meninggal dengan tenang.

Tujuan penerapan proses keperawatan bagi profesionalitas

keperawatan, antara lain:

a. Mempraktikan metode pemecahan masalah dalam praktik

keperawatan.

b. Menggunakan standar praktik keperawatan.

c. Memperoleh metode yang baku, rasional, dan sistematis.

d. Memperoleh hasil asuhan keperawatan dengan efektifitas yang

tinggi
3. Manfaat Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan sangat relevan dengan upaya dan arah

perkembangan profesionalisme keperawatan saat ini. Penerapan proses

keperawatan dalam member asuahn keperawatan kepada klien memberi

beberapa manfaat :

a. Meningkatkan mutu layanan keperawatan. Proses keperawatan

merupakan metode sistematis yang menjadi panduan bagi perawat

dalam memberi asuhan keperawatan.

b. Meningkatkan citra profesi keperawatan. Melalui penerapan proses

keperawatan, mutu layanan keperawatan dapat ditingkatkan. Ini

merupakan salah satu upaya promosi yang paling efektif, tepat, dan

langsung mengubah persepsi masyarakat dan profesi lain tentang

profesi keperawatan.

c. Menggambarkan otonomi dan tanggung jawab perawat. Proses

keperawatan memberi arah bagi perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan, mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

d. Mengembangkan keterampilan teknis dan intelektual perawat.

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat

sebaiknya tidak terjebak pada kegiatan yang sifatnya rutinitas.

Dikhawatirkan , ini akan menghambat perkembangan kemempuan

intelektual dan teknis perawat bekerja ibarat robot.

e. Meningkatkan rasa solidaritas dan rasa kesatuan perawat. Proses

keperawatan dilakukan secara berkesinambungan dan


komprehensif. Proses keperawatan dapat berfungsi sebagai media

komunikasi antar perawat sehingga akan tercipta rasa kebersamaan.

f. Menghasilkan praktik keperawatan yang profesional. Penerapan

proses keperawatan didasarkan pada metode ilmiah, bukan pada

institusi semata. Penerapan proses keperawatan menunjukkan ciri-

ciri profesionalisme, diantaranya mengutamakan kepentingan klien

(klien oriented), menggunakan pengetahuan ilmiah, serta

menunjukkan tanggung jawab dan tanggung gugat dalam

melaksanakan praktik keperawatan (Asmadi, 2008).

4. Tahap-tahap Asuhan Keperawatan

Sebagai sebuah metode ilmiah, proses keperawatan harus

mencakup tahap-tahap tertentu. Ada lima tahap dimana tahap-tahap

tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap

ini secara bersama-sama membentuk lingkaran pemikiran dan tindakan

yang kontinu, yang mengulangi kembali kontak dengan pasien. Berikut

ini akan dijelaskan mengenai tahap-tahap dalam proses keperawatan.

a. Pengkajian

Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses

dinamis yang terorganisasi dan meliputi tiga aktifitas dasar yaitu :

pertama, mengumpulkan data secara sistematis; kedua, memilah

dan mengatur data yang dikumpulkan; dan ketiga,

mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali.

Pengumpulan dan pengorganisasian data harus

menggambarkan dua hal sebagai berikut: pertama, status kesehatan


pasien; kedua, kekuatan pasien dan masalah yang dialami (aktual,

resiko, atau potensial).

Data dapat diperoleh dari riwayat keperawatan, keluhan

utama pasien, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang atau

test diagnostis. Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala

sampai ke kaki (head to toe) melalui teknik inspeksi, palpasi,

perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan penunjang misalnya hasil

pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan

biopsi.

Dalam melakukan pengkajian diperlukan keahlian (skill)

seperti wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Hasil

pengumpulan data kemudian diklasifikasikan dalam data subjektif

dan objektif. Data subjektif merupakan ungkapan atau persepsi

yang dikemukakan oleh pasien. Data objektif merupakan data yang

didapat dari hasil observasi, pengukuran, dan pemeriksaan fisik.

Ada beberapa cara pengelompokan data yaitu sebagai berikut:

1) Berdasarkan sistem tubuh.

2) Berdasarkan kebutuhan dasar.

3) Berdasarkan teori keperawatan.

4) Berdasarkan pola kesehatan fungsional.

Pengelompokan data berdasarkan teori keperawatan sangat

membantu dalam proses identifikasi diagnosa keperawatan.

Sedangkan pengelompokan data berdasarkan sistem tubuh juga

sangat berguna untuk memberikan masukan kepada dokter.


b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis

mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses

kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun

potensial.( PPNI, 2016).

Tujuan penggunaan diagnosa adalah merespons klien

individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan

dengan kesehatan. (PPNI, 2016), Memberikan bahasa yang umum

bagi perawat sehingga dapat terbentuk jalinan informasi dalam

persamaan persepsi. Meningkatkan identifikasi tujuan yang tepat

sehingga pemilihan intervensi lebiha kurat dan menjadi pedoman

dalam melakukan intervensi. Menciptakan standar praktik

keperawatan. Memberikan dasar peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan.

Dalam merumuskan diagnose keperawatan PPNI, (2016)

merumuskan ada tiga komponen yang perlu dicantumkan, yaitu

Penyebab (Etiology), tanda (Sign) dan Gejala (Symtom), Faktor

Resiko, Dilihat dari status kesehatan klien, diagnosa dapat

dibedakan menjadi aktual, resiko, dan promosi kesehatan.

1) Aktual, diagnosa keperawatan yang menggambarkan respons

klien terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya

yang menyebabkan klien mengalami masalah kesehatan.

Tanda / gejala mayor dan minor dapat ditemukan dan

divalidasi pada klien.


2) Resiko, diagnosa keperawatan yang menggambarkan respons

klien terhadap kondisi kesehatan/ proses kehidupannya yang

dapat menyebabkan klien bersiko megalami masalah

kesehatan. Tidak ditemukan tanda/ gejala mayor dan minor

pada klien, namun klien memiliki faktor resiko mengalami

masalah kesehatan.

3) Promosi Kesehatan, diagnosa keperawatan yang

menggambarkan adanya keinginan dan motivasi klien untuk

meningkatkan kondisi kesehatannya ke tingkat yang lebih baik

atau optimal.

c. Intervensi Keperawatan

Ada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan.

1) Menentukan prioritas masalah. Berbagai cara dalam menentukan

masalah diantaranya sebagai berikut :

a) Berdasarkan Hierarki Maslow, yaitu fisiologis,

keamanan/keselamatan, mencintai dan memiliki, harga diri,

dan aktualisasi diri.

b) Berdasarkan Driffith-Kenney Christensen dengan urutan:

ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan dana

yang tersedia, peran serta klien, prinsip ilmiah dan praktik

keperawatan.

2) Menentukan tujuan

Dalam menentukan tujuan, digambarkan kondisi yang

diharapkan disertai jangka waktu.


3) Menentukan kriteria hasil

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menentukan kriteria hasil

adalah bersifat spesifik, realistik, dapat diukur,

mempertimbangkan keadaan dan keinginan pasien.

4) Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan

Salah satu rumusan intervensi yang sedang dikembangkan

adalah penggunaan SLKI (Standar Luaran Keperawatan

Indonesia) dan SIKI (Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia).

d. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan

dalam rencana perawatan. Tindakan perawatan mencakup tindakan

mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri

(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada

kesimpulan atau keputusan dan bukan merupakan petunjuk atau

perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah

tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter

dan petugas kesehatan lain.

Agar lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi,

diperlukan perencanaan keperawatan yang spesifik dan

operasional. Bentuk implementasi keperawatan adalah sebagai

berikut.

1) Bentuk perawatan; pengkajian utnuk mengidentifikasi masalah

baru atau mempertahankan maslah yang ada.


2) Pengajaran/pendidikan kesehatan pada pasien untuk membantu

menambah pengetahuan tentang kesehatan.

3) Konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien.

4) Konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga kesehatan profesional

lainnya sebagai bentuk perawatan holistik.

5) Konsultasi pelaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk

memecahkan masalah kesehatan.

6) Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari

hasilnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejau mana tujuan

perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap

asuhan keperaawatan yang diberikan. Langkah-langkah evaluasi

adalah sebagai beikut.

1) Daftar tujuan-tujuan pasien.

2) Lakukan pengkajian apakah pasien dapat melakukan sesuatu.

3) Bandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien.

4) Diskusikan dengan pasien apakah tujuan dapat tercapai atau

tidak.

2.1.2 Dokumentasi Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Menurut Häyrinena (2010), asuhan keperawatan merupakan hal

sangat penting bagi seorang perawat. Kemampuan pemberian


pelayanan yang baik serta kemudian dapat secara efektif dapat

mengkomunikasikan tentang perawatan pasien tergantung pada

seberapa baik kualitas informasi yang diberikan serta dokumentasi

yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh semua profesional

kesehatan dan antar bidang pelayanan kesehatan.

Sementara pengertian-pengertian lain dokumentasi asuhan

keperawatan menurut beberapa ahli sebagai berikut :

a. Suatu dokumen atau catatan yang berisi data tentang keadaan

pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan tetapi

juga dilihat dari jenis, kualitas dan kuantitas dari layanan yang

telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien (Ali,

2010).

b. Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dimulai dari

proses pengkajian, diagnosa, rencana tindakan, tindakan

keperawatan dan evaluasi yang dicatat baik berupa elektronik

maupun manual serta dapat dipertanggungjawabkan oleh perawat.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian dari proses

asuhan keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara

mencatat tahap-tahap proses perawatan yang diberikan kepada pasien.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan catatan penting yang

dibuat oleh perawat baik dalam bentuk elektronik maupun manual

berupa rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh perawat meliputi lima

tahap yaitu: 1) pengkajian, 2) penentuan diagnosa keperawatan, 3)

perencanaan tindakan keperawatan, 4) pelaksanaan/ implementasi


rencana keperawatan, dan 5) evaluasi perawatan

2. Tujuan Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai

berikut:

a. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi

klien dan kelompok.

b. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim

kesehatan lainnya.

c. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang

telah diberikan kepada klien.

d. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal

formal.

e. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.

f. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan

dan penelitian.

3. Komponen Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Komponen dokumentasi asuhan keperawatan yang konsisten

harus meliputi beberapa hal berikut ini:

a. Riwayat keperawatan yang terdiri dari masalah-masalah yang

sedang terjadi maupun yang diperkirakan akan terjadi.

b. Masalah-masalah yang aktual maupun potensial,.

c. Perencanaan serta tujuan saat ini dan yang akan datang.


d. Pemeriksaan, pengobatan dan promosi kesehatan untuk

membantu pasien mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya.

e. Evaluasi dari tujuan keperawatan serta modifikasi rencana

tindakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lingkup dokumentasi asuhan keperawatan secara spesifik antara

lain :

a. Data awal pasien berupa identitas diri, keluhan yang dirasakan.

b. Riwayat keperawatan dan pemeriksaan.

c. Diagnosis keperawatan yang ditetapkan.

d. Rencana asuhan keperawatan yang terdiri dari rencana tindakan,

tujuan, rencana intervensi serta evaluasi dari tindakan

keperawatan.

e. Pendidikan kepada pasien.

f. Dokumentasi parameter pemantauan dan intervensi keperawatan

lain nya.

g. Perkembangan dari hasil yang telah ditetapkan dan yang

diharapkan.

h. Evaluasi perencanaan.

i. Rasionalisasi dari proses intervensi jika diperlukan.

j. Sistem rujukan.

k. Persiapan pasien pulang

4. Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Sedangkan manfaat dokumentasi asuhan keperawatan menurut


Nursalam (2015), dokumentasi asuhan keperawatan menurut beberapa

aspek berikut :

a. Aspek hukum : Dokumentasi keperawatan yang dibuat

merupakan aspek legal didepan hukum. Dokumentasi merupakan

bukti catatan dari tindakan yang diberikan dan sebagai dasar

untuk melindungi pasien, perawat dan institusi.

b. Kualitas pelayanan, komunikasi: Melalui audit keperawatan

dokumentasi keperawatan dijadikan alat untuk mengukur dalam

membandingkan antara tindakan yang diberikan dengan standar

yang dijadikan rujukan. Dengan demikian dapat diketahui apakah

dalam bekerja telah sesuai dengan standar yang ditetapkan.

c. Keuangan: Dokumentasi yang baik dan teliti akan menjadi bukti

bahwa tindakah telah dilakukan oleh perawat. Dan dengan

dokumentasi ini maka besarnya jasa yang diberikan akan

diberikan sesuai dengan aturan yang ditetapkan ditempat masing-

masing.

d. Pendidikan: Dokumentasi keperawatan dapat dijadikan sebagai

rujukan bagi siswa-siswa perawat.

e. Penelitian: Penelitian keperawatan dengan menggunkan data-data

sekunder akan sangat bergantung dengan kualitas dari

dokumentasi keperawatan yang dibuat. Kesalahan dalam

membuat atau pengisian dokumentasi yang tidak lengkap akan

membuat informasi tentang riwayat pasien menjadi kabur.

Terdapat tiga komponen penting yang berperan dalam


pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan yaitu:

a. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara perawat dengan

klien atau keluarganya akan diperoleh informasi yang akurat

sehingga dokumentasi keperawatan akan dilaksanakan dengan

optimal. Dengan komunikasi yang baik akan memudahkan dalam

proses pengumpulan data serta tercipta hubungan yang harmonis

antara perawat dan klien sehingga akan membantu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi oleh klien.

b. Dokumentasi proses keperawatan: Proses keperawatan

merupakan inti dari praktik keperawatan dan juga sebagai isi

pokok dokumentasi keperawatan. Beberapa tahap proses

keperawatan meliputi beberapa pengelompokan dokumentasi

keperawatan : a) dokumentasi pengkajian keperawatan, b)

dokumentasi diagnosa keperawatan, c) perencanaan

keperawatan, dokumentasi tindakan keperawatan, e) dokumentasi

evaluasi keperawatan.

c. Standar keperawatan: Standar keperawatan merupakan gambaran

dari kualitas, karakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan

dari beberapa aspek dalam praktik keperawatan. Standar

keperawatan diperlukan oleh perawat karena sebagai dasar

menentukan arah atau petunjuk dalam dokumentasi kegiatan serta

dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.

5. Model Pendokumentasian Asuhan Keperawatan

Terkait dengan model dalam pendokumentasian asuhan


keperawatan, menurut Nursalam (2015), terdapat beberapa model dari

penerapan dokumentasi asuhan keperawatan yang sering diterapkan di

tempat praktik yaitu: 1) catatan yang berorientasi pada sumber (source

oriented record), 2) catatan yang berorientasi pada

perkembangan/kemaj uan pasien (progress oriented record), 3)

charting by exception (CBE), 4) Problem Intervention Evaluation

(PIE), 5) Process Oriented Sistem (POS).

Agar pelaksanaan kegiatan dokumentasi asuhan keperawatan

berjalan efektif hendaknya memperhatikan hal di bawah ini:

a. Harus menggunakan standar terminologi yang terdiri dari

pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan/implementasi

dan terakhir evaluasi dari proses perawatan yang diberikan.

b. Mengumpulan serta mendokumentasikan data yang diperoleh

sesuai dengan keadaan yang terjadi pada pasien ke dalam catatan

yang permanen.

c. Menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah

dianalisis dengan cermat dan akurat.

d. Mendokumentasikan hasil observasi secara akurat, lengkap sesuai

dengan urutan waktu kejadiannya.

e. Merevisi rencana asuhan keperawatan berdasarkan hasil yang

diharapkan dan yang ditemukan terhadap pasien

Demikian juga dengan pengembangan dokumentasi asuhan

keperawatan, yang telah diuji coba dan dikembangkan, dari evaluasi

yang telah dilakukan terhadap pengguna didapatkan respon yang baik,


perawat menjadi terbiasa dan merasa lebih nyaman bekerja dengan

menggunakan komputer (Ammenwerth et al., 2003). Studi yang

dilakukan di Kenya terhadap 107 perawat manajer, menunjukkan

bahwa 98% dari perawat manajer tersebut memiliki sikap yang positif

terhadap penggunaan komputer dalam penyediaan layanan kesehatan,

perawat pada umumnya memiliki sikap positif terhadap penggunaan

sistem komputer (Kivuti-Bitok, 2009). Perawat meyakini bahwa

dengan elektronik dokumentasi keperawatan akan dapat meningkatkan

pelayanan dan respon yang positif diberikan terhadap penggunaan

dokumentasi elektronik tersebut (De Veer and Francke, 2010).

6. Pendokumentasian Asuhan Terintegrasi

a. Pengertian Pendokumentasian Asuhan Terintegrasi

Asuhan terintegrasi adalah suatu kegiatan tim yang terdiri

dari dokter, perawat/bidan, nutrisionis dan farmasi dalam

menyelenggarakan asuhan yang terintegrasi dalam satu lokasi

rekam medis, yang dilaksanakan secara kolaborasi darimasing-

masing profesi. Pelayanan terintegrasi berorientasi pada

kepentingan pasien dan tidak didominasi oleh satu profesi tertentu,

seperti dulu dokter merupakan pelaksana asuhan tunggal. Profesi

saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga tak mungkin lagi

dikuasai secara penuh oleh para dokter. Tentunya hal ini akan

berdampak sangat positif terhadap mutu pelayanan kesehatan

(Sutoto, 2015).
b. Tujuan Pendokumentasian Asuhan Terintegrasi

1) Meningkatkan mutu pelayanan pada keadaan klinis dan

lingkungan tertentu bekerja sama dengan tim multidisiplin

2) Mengurangi jumlah intervensi yang tidak perlu atau berbahaya

3) Memberikan opsi pengobatan dan perawatan terbaik dengan

keuntungan maksimal

4) Menghindari terjadinya medication eror secara dini dan mis

komunikasi

5) Memberikan opsi pengobatan dengan risiko terkecil

6) Memberikan tata laksanan asuhan dengan biaya yang memadai

Dokumentasi yang terintegrasi dapat dijadikan bukti tertulis

dari kegiatan yang telah dilakukan oleh tenaga kesehatan

multidisiplin yang ada diruangan. Dokumentasi yang dikatakan

lengkap apabila pencatatan yang dilakukan oleh dokter, perawat,

farmasi dan nutrisionis jika sesuai dengan standar yang telah

ditetapkan oleh rumah sakit, sehingga mampu melindungi tenaga

kesehatan terhadap permasalahn hokum yang terjadi (Hariyati,

2014).

2.1.3 Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC)

1. Pengertian Model Dokumentasi NANDA

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)

didirikan sebagai badan formal untuk meningkatkan, mengkaji kembali


dengan mengesahkan daftar terbaru dari diagnosis keperawatan yang

digunakan oleh perawat praktisi. NANDA mengidentifikasi masalah

atau kebutuhan pasien yang spesifik, masalah yang menggambarkan

masalah kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat dapat berupa

masalah fisik, sosiologis dan psikologis.

Setelah mendapatkan diagnosa sebuah penyakit, seorang perawat

tentunya harus mengetahui intervensi atau rencana-rencana yang harus

dilakukan pada pasien tersebut, seperti kebutuhan dasarnya sebagai

manusia, ataupun yang lainnya. Dalam mendokumentasikan asuhan

keperawatan pasien di sebuah rumah sakit,perawat harus

menuliskannya dalam sebuah format intervensi keperawatan Nursing

Intervention Classification (NIC) dan Nursing Outcomes Classification

(NOC).

2. Nursing Outcome Classification (NOC)

Nursing Outcome Classification (NOC) adalah proses

memberitahukan status pasien setelah dilakukan intervensi

keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk mengukur

hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area

keperawatan dan semua pasien (individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat). NOC mempunyai tujuh domain yaitu fungsi kesehatan,

fisiologi kesehatan, kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku

kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan keluarga dan kesehatan

masyarakat.
NOC (Nursing Outcome Classification) menggambarkan respon

pasien terhadap tindakan keperawatan. NOC mengevaluasi hasil

pelayanan keperawatan sebagai bagian dari pelayanan kesehatan.

Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan

sebagai partispan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin

ilmu kesehatan lain. Klasifikasi berisi 190 kriteria hasil yang diberi

label, definisi dan indikator atau ukuran untuk menentukan kriteria hasil

yang diterima (Johnson dan Mass, 1997).

Manfaat NOC dalam keperawatan yaitu :

a. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang

komprehensif.

b. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.

c. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat

digunakan perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.

d. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status

kesehatan yang umum.

e. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan

informasi kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996)

Penulisan Kreteria Hasil Berdasarkan S.M.A.R.T yaitu :

a. Spesifik: tujuan jelas dan fokus

b. Measurable: tujuan dapat diukur (perilaku klien, Inspeksi, palpasi,

perkusi Auskultasi)

c. Achievable: Tujuan harus dicapai

d. Reasonable: Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan


e. Time: Tujuan kep tercapai dalam jangka waktu yg ditentukan

3. Nursing Intervention Classification (NIC)

NIC (Nursing Intervention Classification) adalah suatu daftar lis

intervensi diagnosa keperawatan yang menyeluruh dan dikelompokkan

berdasarkan label yang mengurai pada aktifitas yang dibagi menjadi 7

bagian dan 30 kelas. Sistim yang digunakan dalam berbagai diagnosa

keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan. NIC digunakan

perawat pada semua spesialis dan semua area keperawatan (McClokey

and Bulecheck, 1996).

Nursing Interventions Classification (NIC) diperkenalkan untuk

pertama kali pada tahun 1987 dan menyusul Nursing Outcomes

Classification (NOC) pada tahun 1991. Nursing Intervention

Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis.

Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan

kondisi klinik dan pengetahuan yang dilakukan perawat untuk

membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan. Perawat dapat

memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang

diberikan. Alasan ilmiah dapat merupakan pengetahuan berdasarkan

literature, hasil penelitian atau pengalaman praktik. Rencana tindakan

berupa: tindakan konseling atau psikoterapiutik, pendidikan kesehatan,

perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas

keperawatan, perawatan berkelanjutan (continuity care), tindakan

kolaborasi (terapi somatic dan psikofarmaka).

Keuntungan Nursing Intervention Classification (NIC) :


a. Membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan

kesehatan.

b. Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk

kurikulum dan praktik keperawatan.

c. Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.

d. Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan

penyedia layanan kesehatan lain.

e. Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya

perawatan.

f. Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi

perawat baru.

g. Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan

peralatan yang dibutuhkan lebih efektif.

h. Memudahkan perkembangan dan penggunaan sistem informasi

perawat.

i. Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.

(Bulecheck dan McClokey, 1996)

Kelebihan Nursing Intervention Classification (NIC) :

a. Komprehensif.

b. Berdasarkan riset.

c. Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada.

d. Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi

(Domain, kelas, intervensi, aktivitas).

e. Bahasa jelas dan penuh arti klinik.


f. Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacammacam tim.

g. Menjadi dasar pengujian.

h. Dapat diakses melalui beberapa publikasi

i. Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA

j. Dapat dikembangkan bersama NOC.

k. Dapat diakui dan diterima secara nasional. (Bulecheck dan

McClokey, 1996).

2.1.4 Model Dokumentasi SDKI, SLKI dan SIKI

Pasal 28 UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan

Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan,

standar profesi, dan standar prosedur operasional.

Standar Asuhan Keperawatan memiliki tiga komponen utama, yaitu

diagnosis keperawatan, intervensi keperawatan dan luaran (outcome)

keperawatan.

PPNI telah menerbitkan standar diagnosis keperawatan (SDKI) dan

standar intervensi keperawatan (SIKI).

Untuk menyempurnakan Standar Asuhan Keperawatan, perlu diterbitkan

pula standar luaran keperawatan.

2. Penelitian Terdahulu

Tahun
No. Penulis Judul artikel Metode Hasil
terbit
1 Nursalam 2020 Development of Penelitian dan Hasil uji coba
and Widodo, Perioperative Pengembangan terhadap instrumen
H. and Care 106 rekam medis dengan menunjukkan
Wahyuni, Instruments jumlah sampel 21 hasil yang baik
E.D. and Based on SDKI peserta untuk FGD dan dan pendapat
Ferry SLKI SIKI in 33 responden pada uji positif yang
Efendi. Operating coba model dipilih diungkapkan oleh
Room. dengan menggunakan perawat di rumah
Systematic purposive sampling. sakit
Reviews in Variabel dalam
Pharmacy, 11 penelitian ini adalah
(6). pp. 1029- pengembangan
1035 instrumen asuhan
keperawatan perioperatif
dan dikumpulkan
menggunakan lembar
observasi dan angket,
analisis data
menggunakan
pendekatan deskriptif.
2 Sulistyawati 2020 The Desain penelitian Hasil uji statistik
,W& Implementation analisis korelasi dengan diperoleh p-value
Susmiati Of 3S (SDKI, pendekatan cross = 0,001 < 0,005
SIKI, SLKI) to sectional. Sampel sehingga H0
The Quality Of penelitian perawat ditolak H1
Nursing Care pelaksana di ruang rawat diterima. Artinya
Documentation inap rumah sakit yang ada hubungan
In Hospital’s telah menerapkan 3S. penerapan 3S
Inpatient Teknik pengambilan dengan kualitas
Rooms sampel menggunakan pendokumentasian
sampling quota. asuhan
Responden diberikan keperawatan di
informed consent, ruang rawat inap
penyebaran kuesioner rumah sakit.
tentang penerapan 3S),
dan evaluasi
dokumentasi Instrumen
A. Data diuji
menggunakan uji Chi-
Square
3 Olatubi, M. 2019 Knowledge, desain penelitiannya
Hasil penelitian
I., Oyediran, Perception, and yaitu cross sectional.
menunjukkan
O. O., Utilization of Sample menggunakan
bahwa sebagian
Faremi, F. Standardized teknik convenience
besar perawat
A., & Salau, Nursing sampling. Data
yang
O. R. Language dikumpulkan dengan
berpartisipasi
(SNL) (NNN) menggunakan kuesioner
dalam penelitian
among Nurses selfstructured 5-bagian
ini adalah wanita
in Three yang validitas dan
(83,8%). Hanya
Selected reliabilitasnya telah
60,0% perawat
Hospitals in dipastikan sebelumnya.
yang mengetahui
Ondo State, Data yang dikumpulkan
jumlah langkah
Nigeria. dianalisis menggunakan
dalam proses
International Paket Statistik untuk
keperawatan
Journal of Ilmu Sosial (SPSS) versi sementara sangat
Nursing 20 sedikit (5,4%)
Knowledge, yang dapat
30(1) mendefinisikan
dengan benar apa
itu SNL.
Pengetahuan
tentang SNL
menunjukkan
bahwa 26,2%
memiliki
pengetahuan
tinggi; 44,6%
pengetahuan
sedang sedangkan
29,2% memiliki
pengetahuan
rendah.
Pemanfaatan SNL
oleh perawat
menunjukkan
bahwa sebagian
besar (83,8%) dari
perawat dalam
penelitian ini
setuju bahwa
pemanfaatan SNL
membantu
perawat untuk
memberikan
kualitas asuhan
keperawatan;
67,7% perawat
setuju bahwa
penggunaan SNL
membuat praktik
keperawatan unik,
55,4%
berpendapat
bahwa
penggunaan SNL
bisa merepotkan
sementara hanya
24,6% sering
menggunakan
proses
keperawatan
untuk perawatan
pasien.
4 De Groot, 2018 Quality criteria, Tinjauan sistematis
Sebelas tinjauan
K., instruments and tinjauan sistematis.
sistematis
Triemstra, requirements Sumber data: secara
dimasukkan.
M., Paans, for nursing sistematis mencari Beberapa kriteria
W., & documentation: database PubMed dan kualitas adalah
Francke, A. a systematic CINAHL untuk periode dijelaskan
L. review of 2007–April 2017. Kami mengacu pada
systematic juga melakukan pentingnya
reviews. pencarian tambahan. mengikuti proses
Journal of Metode ulasan: Dua keperawatan dan
Advanced pengulas secara menggunakan
Nursing independen memilih terminologi
ulasan menggunakan keperawatan
prosedur bertahap, standar. Selain itu,
menilai kualitas beberapa
metodologis dari ulasan instrumen
yang dipilih, dan berbasis bukti
mengekstrak data dijelaskan untuk
menggunakan format menilai kualitas
ekstraksi yang telah dokumentasi
ditentukan. Kami keperawatan,
melakukan deskriptif Selanjutnya,
perpaduan beberapa
persyaratan untuk
format dan sistem
elektronik
dokumentasi
keperawatan
ditemukan yang
mengacu pada
pentingnya
keramahan
pengguna dan
pengembangan
melalui konsultasi
dengan staf
perawat.
5 Elisabeth 2017 Nursing Care Metode penelitian Intervensi
Patiraki, R., Plans Based on adalah penelitian kuasi- meningkatkan
et al. NANDA, eksperimental tanpa keterampilan
Nursing kelompok kontrol. mereka pada
Interventions Sampel terdiri dari 19 nominasi diagnosa
Classification, perawat terdaftar. Alat keperawatan,
and Nursing penelitiannya adalah formulasi yang
Outcomes kuesioner memberikan tepat, dan
Classification : intervensi pra dan pasca individualisasi
The pendidikan karakteristik yang
Investigation of menentukan,
the tetapi tidak
Effevtiveness of memperbaikinya
an Educational dalam formulasi
Intervention in hasil yang
Greece. diinginkan.
International
Journal Of
Nursing
Knowledge

3. Kerangka Teori

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antar variabel. Kerangka konsep akan membantu peneliti

menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2016).

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional berfungsi untuk memberi batasan ruang

lingkup atau artian dari variabel-variabel yang akan diamati atau diteliti.

Definisi operasional juga berfungsi untuk memberi arahkan kepada

pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang

bersangkutan serta pengambilan instrument atau alat ukur (Notoadmodjo,

2018). Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (diukur) oleh peneliti yang akan melakukan observasi atau

pengukuran secara tepat terhadap suatu objek atau fenomena (Nursalam,

2017).

3.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Hipotesa merupakan suatu

jawaban atas pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan masalah

penelitiannya atau kebenaran yang akan dibuktikan dalam penelitian dan

dinyatakan dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposi yaitu

mengandung dua variable atau lebih, maka hipotesa itu dapat benar atau

salah, atau dapat diterima atau ditolak. Apabila Hipotesis Nol adalah tidak

adanya hubungan atau pengaruh antara dua fenomena yang di teliti, diberi

simbol H0. Hipotesis Alternatif adalah adanya pengaruh atau adanya

hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan

variabel terikat), di beri simbol H1 (Ha) (Kartika, 2017). Jadi hipotesis itu

adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan sementara terhadap

permasalahan yang akan di teliti oleh peneliti tetapi kebenarannya harus

masih di uji.

Anda mungkin juga menyukai