Praktik Agama
Praktik Agama
Penulis
Imam Thohari, ST, M.Mkes
Sadin Subekti, ST, M.Kom.I
Editor
Demes Nurmayanti, ST., M.Kes
Penerbit
Program Studi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan
Poltekkes Kemenkes Surabaya
Redaksi
Program Studi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan
Jl. Menur no 118 A Surabaya
Distributor Tunggal
Program Studi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan
Jl. Menur no 118 A Surabaya
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk apapun
dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
1. Imam Thohari, ST, M.Mkes
2. Sadin Subekti, ST, M.Kom.I
Telah disusun berdasarkan Rencana Pembelajaran Studi (RPS) dan Kurikulum Pendidikan
Tinggi Prodi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan yang dapat digunakan sebagai
pedoman pembelajaran bagi mahasiswa.
iii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
petunjuk sehingga kami bisa menyelesaikan “Modul Praktik Agama” dengan
memperhatikan Rencana Pembelajaran Studi (RPS) dan Kurikulum Pendidikan Tinggi Prodi
Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan. Modul praktikum ini disusun sebagai
pedoman pembelajaran bagi mahasiswa baik itu di kelas.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan atas dukungannya sehingga modul teori ini dapat
terselesaikan
2. Ketua Prodi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan atas dukungan dan
fasilitasinyanya sehingga modul teori ini dapat terselesaikan
3. Tim mengajar mata kuliah Agama atas kontribusinya dalam menyelesaikan modul teori
ini.
Kami menyadari dalam penyusunan modul teori ini masih terdapat kekurangan, oleh
sebab itu kami mengharapkan masukan/saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Akhirnya kepada semua pihak juga kami sampaikan terima kasih atas segala masukan dan
saran yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT selalu memberikan
kemudahan dan perlindungan.
ttd
Tim Penyusun
iv
DAFTAR ISI
v
RINGKASAN
Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,
yang memiliki akar budaya adat- istiadat serta keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa
mulai dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman serta keaneka ragaman di Indonesia
menjadikan Kebudayaan satu dengan yang lainya melahirkan pemahaman yang berbeda-beda
pula, tentu masih dalam bingkai "Bhineka Tunggal Ika" artinya, berbeda-beda tetapi tetap
satu yaitu Indonesia raya. Ini merupakan sebuah modal yang sangat berharga bagi rakyat
Indonesia untuk berkemajuan. Akan tetapi modal yang besar tersebut akan berhasil diperoleh
apabila rakyat memiliki budi pekerti yang baik (Akhlaq al-Karîmah) dengan cara memahami
agama yang baik dan benar.
Sumber Pendidikan mental spiritual dari Allah Swt. adalah dengan cara memahami
ajaran agama Islam secara konperhenshif, yaitu menyeluruh, tidak parsial tidak sepihak
apalagi hanya belajar agama Islam dengan sepotong-potong, maka tidak akan memiliki
akhlak yang baik, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Qur'an al-Karîm (QS. al-
Baqarah[2]: 208). Maka oleh sebab itu untuk memperoleh budi perkerti atau akhlaq yang baik
sebagaimana yang diharapkan, maka harus belajar agama Islam dengan baik dan benar
sehingga akan melahirkan manusia-manusia yang berbudaya, berkepribadian dan
berkemajuan sekaligus kokoh dalam keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. untuk
menatap masa depan yang lebih baik lagi.
Panduan pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ini, kami buat untuk menjawab
tiga pokok permasalahan utama, yaitu pertama bagaimana penerapan ajaran agama Islam bisa
diterima dengan baik, sebagaimana yang telah diajarkan Nabi serta para Walisongo dahulu
tanpa adanya gejolak politik, maupun ekonomi. Kedua bagaimana para dosen agama Islam
memiliki metode dalam memberikan materi terhadap mahasiswa sehingga mudah diserap
mahasiswa. Ketiga memperoleh autput yang maksimal sehingga mahasiswa bukan hanya
memiliki akhlaq yang baik akan tetapi mampu menjadi pioner dalam menyampaikan
kebaikan menurut al-Qur'an dan Hadith nabi Muhammad Saw
vi
VISI MISI
POLTEKKES KEMENKES SURABAYA
VISI
“ Poltekkes Kemenkes Surabaya menjadi rujukan Pendidikan Tinggi Bidang kesehatan yang
memiliki moralitas dan integritas dengan keunggulan Kualitas Global pada tahun 2025 ”
MISI
1. Melaksanakan integrasi Tri Dharma Perguruan Tinggi untuk mendukung pengembangan
pengetahuan, moralitas, integritas, dan kompetensi kualitas global.
2. Melaksanakan tata kelola organisasi dan sumber daya manusia yang kredibel, akuntabel,
transparan dan terukur.
3. Mengembangkan kerjasama dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang Tri Dharma
Perguruan Tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
vii
VISI MISI
PRODI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM SARJANA TERAPAN
VISI
“Program Studi Sanitasi Lingkungan Program Sarjana Terapan menjadi rujukan pendidikan
tinggi kesehatan lingkungan yang memiliki Moralitas dan Integritas dengan keunggulan
kualitas global bidang pengendalian Penyakit Berbasis Lingkungan Perkotaan pada Tahun
2025”
MISI
1. Melaksanakan integrasi Tridharma Perguruan Tinggi untuk mendukung pengembangan
pengetahuan, moralitas, integritas dan
Kompetensi kualitas global bidang pengendalian penyakit berbasis lingkungan
perkotaan.
2. Melaksanakan tata kelola organisasi dan sumber daya manusia yang kredibel, akuntabel,
transparan dan terukur.
3. Mengembangkan kerja sama dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang Tridharma
Perguruan Tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
viii
1
MATERI I
A. Pengertian Istighotsah
Sebagai orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. selalu memiliki
keterpautan serta keterikatan kepada Allah Swt., dalam aspek hubungan batin secara
horisontal yang dilakukan dengan ketulusan serta keikhlasan dimana saja, kapan saja,
dalam kondisi dan situasi apa saja. Dan salah satu bukti keterikatan manusia yang
beriman kepada Allah Swt., adalah selalu berhubungan melalui ibadah wajib
(mahdhoh), seperti shalat lima kali sehari dan semalam, puasa bulan ramadhan, serta
ibadah Haji, maupun ibadah sunnah yaitu ibadah yang tidak terikat dengan waktu
maupun tempat (ghoiru mahdhoh), seperti shalat sunah dzuha, shalat tasbih atau
berdzikir (berdoa) ketika setiap akan bekerja.
Salah satu doa yang kita panjatkan kepada Allah swt., adalah melakukan
istighotsah baik secara bersama-sama atau sendirian (mungfaridan) dan bisa juga
dilakukan di Masjid atau di rumah bahkan bisa dilakukan di Lapangan. Istighotsah
biasanya dilakukan dalam rangka memohon kepada Allah Swt., ketika dalam keadaan
situasi yang sulit dan dalam keadan kritis, misalnya adanya paceklik, kekurangan air
akibat kemarau panjang, serta adanya wabah penyakit yang terjadi disebuah
desa/kampung. Ini dilakukan yang sekaligus melaksanakan perintah Allah Swt.
manakala umat manusia mengalami musibah atau adanya bencana Alam dan lain-lain.
Allah Swt. berfirman dalam kitab al-Qur'an al-Karîm yaitu:
َٰٓ
ۡ َۡمنَ ۡٱل َملَئِ َك ِۡةۡ ُمر ِدفِين
ِ فٖ ابۡلَ ُكمۡأَنِيۡ ُم ِم ُّد ُكمۡبِأَل َ َإِذۡۡتَست َ ِغيثُون
َۡ ۡربَّ ُكمۡۡفَٱست َ َج
ۡ٩
Artinya, (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan
kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut" (QS. al-
Anfâl[8]:9).
Ketika melihat asal usul (asbabun nuzul) menurut tafsir KementrianAgama
Republik Indonesia, dari ayat tersebut diatas sebagaimana yang disampaikan oleh
Umar bin Khattab, yaitu saat Nabi Muhammad Saw. akan melaksanakan perang dan
ayat ini diturunkan berkenaan dengan doa Nabi Muhammad Saw. pada saat perang
badar. Saat Rasulullah melihat pasukan musuh (musyrik) sejumlah 1000 (seribu)
orang.2 Sedangkan pasukan muslim yang dipimpin Rasul berjumlah sekitar 315 (tiga
ratus lima belas) orang. (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu
Mardawih).
Sedangkan dalam hadith Nabi Muhammad Saw. bersabda yang artinya,
"Apabila beberapa orang duduk-duduk disuatu tempat dengan berdzikir (mengingat
Allah), niscaya mereka dilindungi para Malaikat, dan pertolongan Allah Swt., akan
turun beserta rahmatNya, serta mendapat ketentraman akah muncul dihati mereka,
dan Allah juga akan menyebut nama mereka yang ada di majelis bersama para
Malaikat Allah Swt". (HR. Muslim).
B. Sejarah Munculnya Istighotsah
1
Dosen Pendidikan Agama Islam, Politeknik Kesehatan (Poltekes) Negeri Surabaya.
2
Al-Qur'an, 8: 9.
1
2
3
www.nu.or.id di unduh 26 oktober 2019
4
Maulana Firdaus, surat Yasin Tahlil & Istighotsah, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, tt),78.
3
MATERI II
A. Definisi al-Qur'an
Al-Qur'an القران adalah bentuk masdar yang terambil dari bahasa Arab dari kata
dasar َ رَا
َ َ قyang kata sedang َ َ َيقَ َراyang artinya baca/membaca yang kemudian makna
5
masdariyahnya dijadikan nama kitab suci Allah Swt., tersebut. Lafad tersebut juga
disebutkan dalam al-Qur'an, misalnya:
ۡ ۡ١٧ۡعلَينَاۡ َجمعَ ۡهُۥۡ َوقُر َءانَ ۡهُۥ َ ۡ ََلۡت ُ َح ِركۡبِ ِۡهۦۡ ِل
َّۡ ِۡإ١٦َٰۡٓسان ََكۡ ِلتَع َج َلۡبِ ِۡهۦ
َ ۡن
Artinya, Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. 6 (QS. al-
Qiyamah[75]:16-17).
ُۡورۡ َو ُه ٗدى َ نۡربِ ُكم
ُّ ء ِۡل َماۡفِيۡٱلٞ َٰٓ ۡو ِشفَا
ِۡ صد ِ ةٞ ظ
َّ ۡم ُۡ ََّٰٓيَأَيُّ َهاۡٱلن
َ اسۡقَدۡ َجا َٰٓ َءت ُكمۡ َّمو ِع
ۡ٥٧ۡ َۡةۡ ِلل ُمؤ ِمنِينٞ َو َرح َم
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman (QS. Yunus[10]:57).
Sedangkan secara terminologi al-Qur'an adalah firman Allah Swt. yang mu'jiz7
kemudian diturunkan kepada Rasulullah, tertulis dalam mus'af, disampaikan secara
mutawatttir, yang membacanya dinilai ibadah. 8
B. Bagi yang membacanya dinilai Ibadah.
Tentu orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt., maka membaca
al-Qur'an bukan hanya wajib dan penting akan tetapi juga bernilai ibadah.
Sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Qur'an yaitu,
ۡاۡرزَ قنَ ُهمۡ ِس ٗرا ِ ْصلَوۡة َۡ َوأَنفَقُوا
َ ۡم َّم َّ ٱّللۡ َوأَقَا ُمواْۡٱل َ َ نۡٱلَّذِينَۡۡيَتلُونَ ۡ ِكت
َِّۡ ۡب َّۡ ِإ
َٰۡۡٓمۡمنۡفَض ِل ِۡهۦ
ِ ۡو َي ِزي َد ُه
َ ور ُهمَ ۡ ِليُ َوفِ َي ُهمۡۡأ ُ ُج٢٩ۡور َ ُع ََلنِ َي ٗةۡ َير ُجونَ ۡتِ َج َر ٗةۡلَّنۡتَب
َ َو
ۡ٣٠ۡور ٞ ش ُك
َ ۡورٞ ُ غفَ ِۡإنَّ ۡهُۥ
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan
mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan
perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka
pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (QS. Fâtir[35]:29-30)
Sabda Nabi:
55
Adib Bisri dan Munawwir A. Fatah, Kamus Indonesia- Arab, Arab – Indonesia al-Bisri, (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1999),587.
6
Al-Qur'an, 75:16-17.
7
Mu'jiz adalah sesuatu yang diberikan Allah Swt., kepada manusia yang terpilih (Nabi dan Rasul) yang dapat
melemahkan orang lain atau orang yang menentangnya, lihat Muhammad Sayyid Thanthawi, Ulumul Qur'an,
(Yogyakarta:IRCiSoD,2013),24.
8
Ibid., 24.
4
ْ صابَه
ۡۡيَا:ۡقِ ْي َل،ُۡال َما ُء ْ ُ ص َدأ
َ َ ۡال َح ِد ْيدُۡإِذَاۡأ ْ َص َدأُۡۡۡ َك َماۡي ْ إِ َّنۡ َه ِذ ِه
َ ۡالقُلُ ْو
ْ َ بۡت
آن ْ ِِۡوتَِلَ َوة
ِۡ ۡالقُ ْر ْ ۡ َكثْ َرةُۡ ِذ ْك ِر:ۡو َماۡ َج ََل ُؤهَا؟ۡقَا َل،ِ
َ ۡال َم ْوت َ س ْو َلۡهللا ُ َر
Artinya: "Sesungguhnya hati itu bisa korosi sebagaimana besi ketika bertemu dengan
air. Kemudian ada yang bertanya kepada Baginda Nabi, 'Ya Rasulallah, lalu apa
yang dapat menghilangkan korosi tersebut?' Rasul menjawab, 'Banyak mengingat
kematian dan membaca Al-Qur'an'." (HR Baihaqi).
Manfaat Membaca al-Qur'an banyak sekali keutamaanya
9
Mannâ Khalîl al-Qattân, Studi Ilmu-Ilmu Qur'an, (Jakarta: Halim Jaya, 2011),27.
10
Muslim.or.id diunduh tanggal 26 oktober 2019.
11
Ahmad Sunarto, Khutbah Jum'ah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1997),92.
5
MATERI III
A. Definisi
Shalat jamak ialah mengumpulkan dua shalat fardhu dikerjakan dalam satu waktu
shalat. Sedangkan Rukhsah ialah satu keringanan yang diberikan oleh Allah Swt.,
kepada hambanya dalam hal-hal tertentu, (shalat jamak). Contohnya Shalat jamak
ialah mengerjakan 2 shalat wajib dalam satu waktu. Contoh: shalat dzuhur dan shalat
ashar, shalat maghrib dan shalat isya. Untuk Shalat subuh tidak boleh dijamak dan
harus dikerjakan pada waktunya.
B. Ada Dua Macam Shalat Jamak
1) Shalat Jamak Takdim, adalah Jamak takdim dikerjakan pada waktu shalat yang
pertama. Maksudnya, jika anda akan menjamak shalat dzuhur dan ashar, maka anda
mengerjakannya saat waktu dzuhur. Begitupun maghrib dan Isya yang dilakukan saat
waktu maghrib tiba. Urutannya, kerjakan shalat yang pertama kemudian shalat kedua
tanpa diselingi kegiatan apapun. Maksudnya, setelah salam pada shalat dzuhur anda
langsung berdiri mengerjakan shalat ashar. Keduannya dikerjakan 4 rakaat tanpa
dikurangi, berikut niatnya:
» Niat shalat jamak takdim dzuhur
2) Shalat Jamak Takhir adalah kebalikan dari jamak takdim, yakni mengerjakan dua
shalat fardu pada waktu shalat yang kedua (adalah waktu ashar dan isya).
» Niat shalat zhuhur jamak takhir dengan ashar
ُّ
اَمعَالظ ْه ِرَاَدَا ًءَهللَِت َ َعالى ع
ً َأربعَرك َعاتٍَ َمجْم ْو
َ ص ِر َ ص ِلِّيَفَ ْر
ْ ضَال َع َ أ
Ushollii fardlol ‘ashri arba’a raka’aatin majmuu’an ma’azh zhuhri adaa-an lillaahi
ta’aalaa.
“Aku sengaja shalat fardu Ashar empat rakaat yang dijama’ dengan dhuhur, fardu
karena Allah Ta’aala”
C. Shalat Qashar
Note: Untuk shalat maghrib dan isya, tinggal menyesuaikan bacaan niatnya.
Berbeda dengan shalat jamak yang menggambungkan, shalat qasar artinya meringkas.
Rukhsah shalat qasar ialah meringkas 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Contoh, shalat
dzuhur dikerjakan 2 rakaat, begitupun shalat ashar dan isya. Shalat dengan jumlah 4
rakaat yang boleh di qasar. Maka dari itu, tidak diperbolehkan meng qasar shalat
subuh dan maghrib. Allah berfirman dalam al Qur’an surat An Nisa ayat 101 yang
artinya:
أصليۡفرضۡالظهرۡجمعۡتقديمۡبالعصرۡقصراۡركعتينۡهللۡتعالي
Ushallii fardhazh zhuhri rak’ataini qashran majmuu’an ilaihil ‘ashru adaa’an
lillaahi ta’aalaa.
8
“Aku berniat shalat fardhu zhuhur 2 rakaat, qashar, dengan menjamak ashar
kepadanya, karena Allah ta’ala.”
أصليۡفرضۡالظهرۡجمعۡتأخيرۡبالعصرۡقصراۡركعتينۡهللۡتعالي
Ushallii fardhal ‘ashri rak’ataini qashran majmuu’an ilazh zhuhri adaa’an lillaahi
ta’aalaa.
“aku berniat shalat fardhua shar 2 rakaat, qashar, dengan menjamaknya kepada
zhuhur, karena Allah ta’ala.”
Syarat-Syarat Sah Shalat Jamak, Qashar dan Shalat jamak qashar takhir dan taqdim
memang diperuntukan bagi ummat muslim yang sedang melakukan perjalanan jauh
atau karena halangan lain sehingga tidak dapat mengerjakan shalat fardu tepat pada
waktunya.Hal ini meliputi yaitu:
• Melakukan perjalanan jauh minimal 81 kilometer (sesuai kesepakatan para ulama)
•Perjalanan tidak bertujuan untuk hal negatif atau berbuat dosa
• Sedang dalam keadaan bahaya , hujan lebat disertai angin kencang, perang atau
bencana lainnya.
9
MATERI IV
kecuali dengan pertolongan Allah. HR. Turmudzi 3430, Ibnu Majah 3794, dan
dishahihkan Al-Albani.
Hendaknya si sakit membaca dzikir ini dengan penuh merenungi maknanya,
karena dia ucapannya direspon oleh Allah. • Dzikir ini bisa dibaca kapan saja, dalam
posisi apa saja. Hadis selengkapnya: Hadis ini menggambarkan respon Allah terhadap
kalimat yang dibaca hamba-Nya: Dari Abu Said al-Khudri dan Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhuma, mereka berdua bersaksi bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: Siapa yang mengucapkan: “Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah dan Dia Maha Besar,” maka Tuhannya membenarkannya
dengan berfirman: “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku dan
Aku Maha Besar.”
Apabila dia mengucapkan: “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah
kecuali Allah semata-mata Dia dan tiada sekutu bagi-Nya,” maka Allah berfirman:
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku semata-mata Aku dan
tiada sekutu bagi-Ku.” Jika dia mengucapkan: “Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah hanya milik-Nya kerajaan dan segala puji,” maka Allah
berfirman: “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku hanya milik-
Ku kerajaan dan segala puji.” Dan jika dia membaca: “Tidak ada sesembahan yang
berhak disembah kecuali Allah dan tiada daya maupun kekuatan kecuali dengan
Allah,” maka Allah menjawab: “Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali
Aku dan tiada daya maupun kekuatan kecuali dengan-Ku.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam melanjutkan sabdanya: Siapa yang membacanya ketika sedang sakit, kemudian
dia mati maka neraka tidak akan memakannya/tersentuhnya.
B. Sunnah-sunnah sesaat setelah Kematian.
1. Ketika sesaat menjelang kematian disunnahkan, apa saja yang akan dilakukan,
maka Raulullah juga member tuntunan sesaat setelah kematian bagi setiap Muslim
setelah meyakini benar-benar tentang kematiannya. Yaitu membaca
membersihkan bagian kiri belakang tubuh dengan cara yang sama. Pada tahap
1 sampai 4 ini, air yang digunakan adalah air yang sudah dicampur dengan
ramuan daun bidara dan perlu diperhatikan jangan sampai meletakkan Mayit
dalam keadaan tengkurap.
f. Kemudian berikutnya adalah membasuh/menyiramkan air yang bersih atau
yang telah dicampur dengan kapur barus keseluruh tubuh si mayit dengan
merata, mulai dari kepala sampai dengan telapak kaki sebanyak 3 (tiga kali)
atau 5, atau 7, (tujuh kali), sepanjang hal tersebut adalah ganjil.
g. Sesekali perut si Mayit ditekan lagi untuk memastikan bahwasanya kotoran
sudah tidak ada lagi yang tersisa dalam perut si Mayit.
h. Untuk Basuhan yang terakhir adalah sangat disunnahkan mencampur air
basuhan dengan kapur barus, tetapi campuran tersebut tidak sampai
menghilangkan sifat air mutl
i. Kemudian memberikan wudhu pada anggota wudhu-nya. Meratakan air
keseluruh tubuh dengan tiga kali atau lima kali. Siraman pertama lebih baik
menggunakan air yang dicampur dengan sabun. Kedua dengan air bersih dan
ketiga (terakhir) dengan air yang dicampur kapur barus.
j. Terakhir persendian Mayit kembali dilemaskan.
4. Orang-Orang yang Tidak dimandikan
a. Orang yang mati syahid (Syuhada) dunia akhirat, yaitu orang yang berperang
dijalan Allah yaitu berperang melawan orang kafir, demi harta raampasan
sedangkan orang yang mati syahid akhirat seperti orang yang tenggelam,
terkena longsor, dll tetap harus dimandikan.
b. Kemudian Janin yang lahir dari kandungan ibunya sudah dalam keadaan mati
didalam perut ibunya atau keguguran yang belum terbentuk secara sempurna,
dan jika sudah berbentuk dan sempat keluar dalam keadaan hidup meskipun
sebentar maka tetap dimandikan, dikafani, dishalati, dan dikuburkan. Namun
apabila sudah berbentuk tetapi sudah dalam keadaan meninggal ketika lahir
maka tetap wajib dimandikan, dikafani, dan dikubur tetapi tidak dishalati.
Sedangkan bagi orang murtad dan kafir tetap boleh dimandikan, karena
memandikan adalah hak antar umat manusia (Huququl Âdami) Sehingga tidak
ada hubunganya dengan hak Tuhan. Sehingga tidak bisa di samakan hukum
menshalatkan.
5. Orang yang Paling Berhak Memandikan.
a. Maka pada prinsipnya apabila Mayit laki-laki maka yang memandikan juga
harus laki-laki, dan apabila Mayitnya perempuan maka yang memandikan juga
perempuan. Akan tetapi Mayit laki-laki juga bisa dimandikan oleh Saudara
kandung atau istrinya.
b. Sebagian Ulama memperbolehkan perempuan ajnabiyah (bukam
mahramnya), ketika tidak ada laki-laki di tempat meninggal si Mayit.
c. Sedang bagi laki-laki juga diperbolehkan memandikan istrinya dan saudara
mahramnya meskipun ada perempuan diwilayah tersebut.
d. Maka urutan orang yang paling berhak memandikan Mayit laki-laki adalah
kerabat kandung yang bukan ajnabiyah, istri, lalu perempuan mahramnya.
Sedangkan orang yang paling berhak memandikan Mayit perempuan adalah
Kerabat perempuan mahram, kerabat perempuan bukan mahram, suami, dan
laki-laki mahram.
E. Praktek Mengkafani Mayit.
1. Sunnah-sunnah sebelum mengafani Mayit.
a. Mengeringkan tubuh Mayit dengan handuk halus hingga tetesan air mandi
13
Dari kutipan di atas dapat diuraikan keempat adab orang bertakziyah sebagai berikut:
Pertama, menghindari sebanyak mungkin hal-hal yang tidak pantas atau tabu.
12
https://islam.nu.or.id/post/read/85899/empat-adab-orang-bertakziyah-menurut-imam-al-ghazali diunduh 6
Februari 2018
17
Bertakziyah sudah pasti berbeda dengan menghadiri pesta perkawinan. Oleh karena
itu cara kita berpakaian dalam bertakziyah tidak sebaiknya disamakan dengan cara
kita menghadiri pesta perkawinan yang cenderung glamor. Demikian pula cara kita
bersolek atau berdandan juga tidak sebaiknya terlalu menor atau memakai parfum
yang terlalu kuat baunya. Suasana takziyah adalah suasana berkabung dan bukan
suasana bersuka cita. Hendaknya cara kita berpakaian dan berdandan sewajarnya saja
dengan tetap menjunjung tinggi asas kepatutan dan kesopanan.
Kedua, menampakkan rasa duka. Setiap kematian seseorang pasti
menimbulkan perasaan duka yang mendalam terutama bagi keluarga atau kerabat
dekat yang ditinggalkannya. Oleh karena itu orang yang bertakziyah dianjurkan untuk
ikut merasakan rasa duka itu dengan menampakkan wajah duka sambil mengucapkan
secara tulus rasa bela sungkawa. Sangat baik apabila ungkapan bela sungkawa itu
diikuti dengan doa semoga tabah dan sabar menerima musibah yang memang sudah
merupakan suratan takdir dari Allah SWT. (Baca juga: Doa Takziyah)
Ketiga, tidak banyak berbicara. Dalam suasana duka, orang yang sedang
tertimpa musibah kematian, biasanya cenderung diam dan tidak ingin diajak berbicara
lama-lama. Oleh karena itu orang yang bertakziyah jika ingin mengajak berbicara
kepada pihak yang sedang berduka cukup seperlunya saja. Demikian pula di antara
orang-orang-orang yang bertakziyah (muazziyin dan muazziyat) sebaiknya kalau
berbicara satu sama lain cukup seperlunya dan pelan agar tidak menimbulkan suasana
berisik. Apa lagi tertawa terbahak-bahak, sungguh hal ini tidak baik dan tidak etis dari
sudut mana pun. Keempat, tidak mengumbar senyum sebab bisa menimbulkan rasa
tidak suka.
Keempat ini memiliki kaitan erat dengan poin-poin sebelumnya, yakni tidak
mendukung ketiganya. Oleh karena itu meskipun dalam keadaan normal senyum
termasuk sedekah, tetapi dalam konteks takziyah para muazziyin dan muazziyat
sebaiknya bisa menahan diri untuk tidak mengumbar senyum. Tentu saja senyum
dalam batas-batas yang wajar masih bisa ditolerir. Intinya adalah senyum memiliki
makna kegembiaraan yang dalam konteks takziyah tidak baik khususnya jika
ditujukan kepada pihak yang sedang berduka sebab hal ini sama saja tidak
menghormati perasaannya. Keempat adab tersebut hendaknya menjadi pedoman bagi
umat Islam dalam bertakziyah kepada orang lain, baik orang tersebut masih kerabat
dekat, tetangga, atau sekedar teman.
Hal yang harus selalu diingat adalah bahwa takziyah identik dengan ikut
berduka. Oleh karena itu jika bermaksud membawa anak-anak yang masih kecil dan
suka rewel atau sulit diatur seperti suka teriak-teriak, dan sebagainya, hendaknya
dipetimbangkan terlebih dahulu masak-masak sebab hal itu bisa menimbulkan
suasana lain yang tidak mendukung suasana duka tersebut. Dalam tradisi masyakarat
Jawa anak-anak tidak sebaiknya diajak serta bertakziyah kecuali memang sangat
terpaksa. Di Indonesia, orang kebanyakan melakukan ziarah kubur saat bulan
Ramadan atau Idul Fitri. Padahal, ziarah kubur dapat dilaksanakan kapan saja dan
tidak terikat waktu tertentu. Tetapi, meski sudah jadi kebiasaan di Indonesia, hukum
ziarah kubur bukan ibadah yang bersifat wajib dan tidak berdosa jika tidak
melakukannya.
Ziarah kubur menurut Islam hanyalah salah satu sarana agar seorang Muslim
selalu beriman dan mengingat kematian. Dengan ziarah kubur, umat Islam akan
mengingat bahwa kematian itu nyata. Ziarah kubur merupakan amalan sunah yang
sangat dianjurkan dalam Islam, apalagi makam orangtua sendiri. Ziarah kubur
termasuk ibadah yang mulia di sisi Allah. Islam juga masih menghormati orang-orang
yang sudah meninggal. Kebiasaan kita ziarah kubur menjelang Ramadhan atau
18
sesudah pulang shalat Id. Walaupun sebenarnya bukan diwaktu itu saja yang
disyariatkan dalam Islam. Namun, banyak di antara kita yang terkadang jarang ziarah
kubur. Padatnya aktivitas menjadi salah satu alasan sebagian dari kita tidak
melakukan ziarah kubur.
Adapun tujuan disyari’atkannya kembali ziarah kubur adalah untuk mengingatkan
peziarah bahwa kehidupan didunia ini tidak kekal dan mengingatkan kepada hari
akhir. Ziarah kubur boleh kapan saja. Dahulu Rasulullah memang melarang para
sahabatnya untuk berziarah kubur sebelum disyari’atkannya. Sebab waktu itu umat
Islam banyak yang salah arti tentang ziarah kubur.
Sebagaimana Rasulullah bersabda:
Ziarah kubur merupakan salah satu perbuatan yang mengalami perubahan (nasikh-
mansukh). Pada zaman awal-awal Islam, Rasulullah melarang melakukan praktik ini,
tapi kemudian larangan tersebut mansukh (diubah) menjadi suatu perbuatan yang
diperbolehkan untuk dilakukan. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah bersabda dalam
salah satu haditsnya:
ُ ورۡفَ ُز
وروهَا ْ ار ِة
ِ ُۡالقُب ِ ُك ْنۡتُ ۡنَ َه ْيت ُ ُك ْمۡ َع ْن
َ ۡز َي
“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah
kalian,”
(HR. Muslim).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah tidak hanya memerintahkan ziarah kubur, tapi
beliau juga menjelaskan manfaat-manfaat dalam melaksanakan ziarah kubur. Hal ini
seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut:
َ ۡالقَ ْل
،ب ْ ۡفَإِنَّهُۡيُ ِر ُّق،وروهَا
ُ ورۡأ َ ََلۡفَ ُز ْ ِارة
ِ ُۡالقُب َ َۡزي ِ ُك ْنتُ ۡنَ َه ْيت ُ ُك ْمۡ َع ْن
ًۡ ۡو ََلۡتَقُولُواۡهُج،َ
ْر ْ ۡوتُذَ ِك ُر،
َ ۡاْل ِخ َرة َ َۡال َعيْن ْ ۡوت ُ ْد ِم ُع َ
“Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang) berziarahlah kalian,
sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan hati, menitikkan (air) mata,
mengingatkan pada akhirat, dan janganlah kalian berkata buruk (pada saat ziarah),”
(HR. Hakim).
Perilaku ziarah kubur juga dilakukan oleh Rasulullah, hal ini beliau lakukan setelah
malaikat Jibril menemui Rasulullah seraya berkata:
ْ يۡأ َ ْه َل ْ ْ
ۡۡالبَ ِقيْعِۡفَت َ ْست َ ْغ ِف ُرۡلَ ُه ْم َ ِۡرب ََّكۡيَأ ُم ُر َكۡأ َ ْنۡتَأت
َ ِإ َّن
“Tuhanmu memerintahkanmu agar mendatangi ahli kubur baqi’ agar engkau
memintakan ampunan buat mereka” (HR. Muslim) Setelah adanya perintah dari
Allah untuk menziarahi kuburan Ahli Baqi’,
Rasulullah membiasakan menziarahi tempat tersebut pada saat giliran menginap di
rumah Aisyah radliyallahu ‘anha. Hal ini seperti tercantum dalam hadits yang
diriwayatkan oleh Sayyidah ‘Aisyah:
ۡصلىۡهللا-َِّۡۡللا َّ سو ِل ُ ۡر ِ ۡ ُكۡلَّ َماۡ َكانَۡلَ ْيلَت ُ َه-ۡ-صلىۡهللاۡعليهۡوسلم-َُِّۡۡللا
َ اۡم ْن َّ سول َ َك
ُ انَۡر
ۡ َارۡقَ ْو ٍمۡ ُمؤْ ِمنِين َ علَ ْي ُك ْمۡ َد
َ ۡسَلَ ُم َّ ىۡالبَ ِقيعِۡفَيَقُولُۡال ْ َۡآخ ِرۡاللَّ ْي ِلۡإِل
ِ ۡم ْنِ ۡيَ ْخ ُر ُج-ۡ-عليهۡوسلم
ِۡحقُونَ ۡاللَّ ُه َّمۡا ْغ ِف ْرۡأل َ ْه ِلۡبَ ِقيع ِۡ ََّۡللاُۡ ِب ُك ْمَۡل َ َعدُونَ ۡ َغدًاۡ ُم َؤ َّجلُون
َّ ۡو ِإنَّاۡ ِإ ْنۡشَا َء َ َوأَتَا ُك ْمۡ َماۡتُو
ْالغ َْرقَ ِۡد
“Rasulullah setiap kali giliran menginap di rumah ‘Aisyah, beliau keluar rumah
pada akhir malam menuju ke makam Baqi’ seraya mengucapkan salam: ‘Salam
sejahtera atas kalian wahai penghuni kubur dari kalangan kaum mukmin. Segera
datang apa yang dijanjikan pada kalian besok. Sungguh, kami Insya Allah akan
19
MATERI V
Karenanya, sujud yang pertama itu panjangnya seperti ruku’ yang pertama begitu
seterusnya. Shalat gerhana matahari sunah dilaksanakan secara berjamaah dan diseru
dengan ungkapan ash-shalâtu jâmi’ah. Disunahkan meninggikan suara ketika membaca
surat dalam shalat gerhana bulan, bukan gerhana matahari bahkan memelankan bacaan
suratnya karena shalat gerhana matahari merupakan shalat sunah yang dilakukan siang
hari,” (Lihat Muhammad Az-Zuhri Al-Ghamrawi, As-Sirajul Wahhaj, Beirut, Darul
Ma’rifah, tt, 98). Setelah selesai shalat, dilanjutkan dengan dua khutbah sebagaimana
khotbah Jumat. Namun jika shalat sunah gerhana matahari dilakukan sendirian, tidak
perlu ada khotbah. Begitu juga jika semua jamaahnya adalah perempuan. Tetapi jika ada
salah satu dari perempuan tersebut yang berdiri untuk memberikan mauidlah tidak ada
masalah,
(la ba’sa bih).
ًع ۡة
َ ص ِليۡ َج َما َ ُط َبةُۡ ِب َم ْنۡي ْ ۡال ُخ
ْ ص ُّ َ ُۡوت ُ ْخت
َ ۡوۡنَائِبُه ْ َ يۡأْ َ ۡاْل َما ُمۡأ
ِْ ب ُ طُ َو َي ْخ
ۡۡم ْن ُه َّن
ِ ٌ اح َدة ِ ۡو
َ ت ْ اءۡفَلَ ْوۡقَا َم
ِ سَ ِع ِةۡالن َ ط َبةَۡ ِل ُم ْنفَ ِرد
َ ٍۡو ََلۡ ِل َج َما ْ ورۡفَ ََلۡ ُخ ِ ۡمنَ ۡالذُّ ُك ِ
ْ ط َب ِة
ۡال ِعي ِۡد ْ سۡ ِب ِهۡ َك َماۡ ِفىۡ ُخ َ ْ ظتْ ُه َّنۡفَ ََلۡ َبأ
َ عَ َو َو
“Kemudian imam berkhotbah atau orang yang menggantikan imam. Khotbah
dikhususkan bagi orang laki-laki yang yang mengikuti shalat tersebut secara jamaah.
Karenanya, tidak ada khutbah bagi orang yang shalat sendirian juga bagi jamaah
perempuan, (akan tetapi, pent) jika salah satu dari jamaah perempuan berdiri dan
memberikan mauidlah, tidak apa-apa sebagaimana dalam khotbah shalat ‘ied,” (Lihat
Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatus Syeikh Ibrahim Al-Baijuri, Indonesia, Darul Kutub Al-
Islamiyyah, 1428 H/2007 M, juz I, halaman 438).
Demikian Semoga bisa dipahami dengan baik. Saran kami sebaiknya ruku’ dan
sujud dalam shalat gerhana dipanjangkan sebagaimana penjelasan di atas, tetapi jika tidak
juga tidak apa-apa. Begitu juga sebaiknya sebelum melakukan shalat terlebih dahulu
mandi karena merupakan salah satu yang disunahkan. Kami selalu terbuka untuk
menerima saran dan kritik dari para pembaca.13
Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq Wassalamu’alaikum wr. Wb
(MahbubMa’afiRamdlan)
13
https://islam.nu.or.id/post/read/66337/hukum-shalat-gerhana-matahari-dan-tata-caranya diunduh,01-2- 2020.
24
MATERI VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari catatan penulis yang dilakukan selama tiga bulan bisa disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hajat manusia terhadap ajaran agama bersifat kodrati. Dengan beragama yang
diyakininya melahirkan manusia-manusia yang mampu membedakan dengan
makhluk lain, atau benda-benda yang ada disekitar kita, karena manusia
dengan makhluk yang lain jelas memiliki dimensi yang berbeda pula, lihat
(QS. al-Baqarah[2]: 30). Maka dengan beragama manusia akan menjadi
makhluk yang mulya karena manusia memiliki etika, estetika, kemampuan
akal, kecerdasan serta ketrampilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
makhluk lain.
2. Mata kuliah Pendidikan Agama Islam bertujuan agar mahasiswa berkarakter,
berakhlak, berilmu, berketrampilan yang semuanya berdimensi Robbaniyah,
insaniyah, tawazun , tawasut, tasammuh, lihat (QS. al-Baqarah[2]: 143) dan
apabila disederhanakan menjadi dua hal yaitu ajaran menitik beratkan
ruhaniyah dan jasmaniyah adalah merupakan ajaran pokok yang wajib dimiliki
bagi mahasiswa, tidak hanya sebatas teori tetapi mahasiswa mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat yang
pluralisme, karena mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang diajarkan
meliputi keimanan, akidah, keberagaman adanya perbedaan, serta kajian
tentang Alam semesta raya di Indonesia tercinta ini.
3. Ruang lingkup kajian Keislaman ini juga mencakup tentang kesehatan ruhani,
kesehatan jasmani, kebersihan hati (tasawwuf), serta kebersihan jasmani
(thaharah), karena salah satu syarat diterima ibadah wajib seperti shalat maka
harus bersih hati dan bersi jasmani (raga), disamping hal tersebut diatas mata
kuliah ini tentang hak waris, konsep manusia tugas manusia dimuka bumi.
B. Saran-saran
Sebagai manusia yang meyakini (iman) ajaran Islam, maka Allah Swt. adalah
segala-galanya, Dia yang mengatur, melindungi, memelihara manusia serta Alam
semesta agar memperoleh keseimbangan, keselamatan, dan kedamaian dunia serta
akhirat bagi umat yang mengikuti ajaran serta ketaatan kepada Allah Swt., lihat
(QS. an-Nisâ[4]: 69-70). Bagi Penulis tiada gading yang tak retak, tiada manusia
yang tak berdosa, maka Penulis (al-Fâkir) menghaturkan permohonan maaf yang
tiada tara apabila penulisan ini terlalu banyak kesalahan-kesalahan baik dalam
aspek penulisan, pengutipan maupun aspek yang lainnya, saran yang membangun
demi kebaikan Penulis harapkan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur'an al-Karîm
-------Tafsir al-Qur'an al-Karîm Jalalain per kata al-Hakam, Jakarta: Suara
Agung Jakarta, 2013.
Syamsi Hasan, Moh, Hadis-Hadis Populer Shahih Bukhari & Muslim, Surabaya:
Amalia, t.th.
https://islam.nu.or.id/post/read/99312/istihsan-dalam-konsep-ekonomi-syariah
diunduh tanggal 20-01-2020.
Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, Malang: UMM Press, 2010.