Anda di halaman 1dari 43

Student Project

SGD 2
Manajemen Fisioterapi Pada
Sistem Neurologi
ANGGOTA SGD 2 :
(1902541008) Ni Kadek Windy Utami Putri
(1902541012) R. Gst. Haryo Budi Pangestu
(1902541024) Ni Wayan Anggita Diana Krisna Iswari
(1902541025) Ida Ayu Sandrina Dewi
(1902541030) Ketut Sutirama Cagi Putra
(1902541033) Hafizh Marin
(1902541055) Ni Luh Putu Citra Mahadewi
(1902541056) Fatimah Azahra Rachim
(1902541058) I Gusti Ayu Shanti Dewi
KASUS
Anak usia 6 bulan datang ke poli fisioterapi dengan keterlambatan tumbuh
kembang. Diketahui riwayat masa kehamilan normal, kelahiran anak prematur
dengan berat badan 1.8 kg, panjang 32 cm dan masa kehamilan 30 minggu.
Proses kelahiran sesar akibat pecah ketuban dini dan terlilit tali pusar. Bayi
dirawat selama 1 bulan di inkubator karena mengalami asfiksia berat. Riwayat
perkembangan hanya mampu mengangkat kepala 30 derajat selama 30 detik.
Pemeriksaan: terlihat bayi tidak aktif bergerak, gerakan pasif full ROM, terdapat
joint laxity pada setiap sendi. Skala Asworth: AGA rata-rata 00 dan AGB rata-rata
00. Nilai GMFCS: 4. Reflek primitif (Moro +, ATNR +, STNR -, Babinski -, Palmar
graps-)
• NB: (+): ada

• (-): tidak ada


BAGAN
HOAC II
LANJUTAN
BAGAN
HOAC II
1. Collect Initial
Data
Collect Initial Data
Data dapat diperoleh dengan cara melakukan wawancara/anamnesis kepada
ibu/keluarga/pengasuh pasien dikarenakan pasien masih bayi.

Identitas Pasien Pemeriksaan Subjektif


Nama : bayi A Keluhan utama : Mengalami keterlambatan
Umur : 6 bulan tumbuh kembang
Alamat : - RPS : Riwayat perkembangan pada pasien yaitu
hanya mampu mengangkat kepala 30
derajat selama 30 detik. Berdasarkan hasil
pemeriksaan yaitu terlihat bayi tidak aktif
bergerak, gerakan pasif full ROM, terdapat
joint laxity pada setiap sendi.
RPD : Pasien sempat dirawat selama 1 bulan di
inkubator karena mengalami asfiksia berat.
Riwayat sosial ekonomi : -
Collect Initial Data
Untuk data-data berupa hasil pemeriksaan diperoleh dari hasil observasi dan
pengukuran yang dilakukan terapis terhadap pasien.
Hasil : Medical record/riwayat medis pasien
1. bayi terlihat tidak tidak aktif  pre natal : -
bergerak  peri natal : Kelahiran bayi prematur
2. gerakan pasif full ROM
dengan BB 1,8 kg, panjang 32 cm
3. terdapat joint laxity pada sendi
dan masa kehamilan 30 minggu
4. Skala Asworth : AGA rata-rata 00
dan AGB rata-rata 00 dengan proses kehamilan sesar
5. nilai GMFCS : nilai 4 akibat pecah ketuban dini dan
6. refleks primitif: Moro +, ATNR +, terlilit tali pusar. Bayi juga
STNR -, Babinski -, Palmar graps- mengalami asfiksia.
 post natal : Bayi sempat dirawat
selama 1 bulan di inkubator karena
mengalami asfiksia berat.
2. Patient-Identified
Problems (PIPs) List
Patient-Identified Problems (PIPs) List

Mengalami asfiksia berat


Pasien dikatakan mengalami asfiksia berat dan sebelumnya dirawat di inkubator
selama 1 bulan. Asfiksia adalah kondisi bayi baru lahir yang tidak dapat bernapas
secara spontan sehingga dibutuhkan penanganan segera setelah bayi lahir agar tidak
menimbulkan akibat buruk dalam kelangsungan hidupnya.

Hanya mampu mengangkat kepala 30 derajat selama 30 detik


Seharusnya seorang bayi yang berusia 6 bulan sudah bisa mengangkat kepala
sampai 90 derajat.
3. Examination
Strategy
Pemeriksaan ROM
Berguna untuk menilai apakah persendian dan lingkup geraknya dalam rentangan
normal atau hipermobilitas (joint laxity).

Pemeriksaan kekuatan otot


Terdapat kemungkinan adanya permasalahan yang berupa kelemahan otot bayi
tersebut sehingga menyebabkan tidak aktif bergerak.

Pemeriksaan tonus otot


untuk mengetahui kondisi tonus otot pasien apakah mengalami hipertonus,
hipotonus, atau dalam kondisi normal.
Pemeriksaan reflex anak
Berfungsi untuk memantau apakah pertumbuhan bayi sudah sesuai tahapan dan
memenuhi kriteria di usianya.

Pemeriksaan gross motor


untuk menilai dan mengklasifikasi seberapa kemampuan dan seberapa keterbatasan
motorik yang dimiliki pasien tersebut sehingga berguna untuk memberikan
penanganan yang tepat dan spesifik.
4. Conduct
Examination
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan dapat melibatkan beberapa alat ukur berupa goniometer untuk mengukur derajat
lingkup gerak sendi pasien. ROM pasif pasien mampu mencapai lingkup gerak normal, namun
terdapat joint laxity pada sendi pasien.

Pengukuran Modified Ashworth Scale


Pada pasien tersebut didapatkan hasil nilai 00 pada regio tubuh ekstremitas atas dan juga
bawahnya yang menandakan pasien mengalami kondisi hipotonus.

Pemeriksaan Children’s Memorial Hospital


Berdasarkan skenario, kemungkinan pasien tersebut memiliki interpretasi O untuk kekuatan ototnya
dimana tidak adanya kontraksi otot.
Pemeriksaan Refleks Primitif
Beberapa pemeriksaan refleks yang dapat dilakukan, yaitu refleks moro, ATNR, STNR, babinski, dan
palmar graps. Di mana pada pemeriksaan refleks ini didapatkan bahwa refleks ATNR dan moro
masih menetap pada pasien tersebut.
Penilaian Gross Motor Function Classification System (GMFCS)
Berdasarkan skenario diketahui bahwa pasien mendapatkan skor 4 untuk penilaian GMFC yang
artinya pasien dapat mengontrol kepala tapi punggung perlu ditopang saat duduk, dapat berguling.
05
Non-Patient-
Identified Problems
(NPIPs) List
Bayi tidak aktif bergerak
Ditunjukan dengan hasil GMFCS level 4 (kemampuan bergerak sendiri terbatas) yang dimana pada
usia bayi 6 bulan seharusnya sudah aktif bergerak dari duduk sendiri dalam sikap bersila, belajar
berdiri, merangkak meraih mainan atau mencari seseorang, meraih benda yang ada dalam
jangkauannya, memegang tangannya sendiri.

Joint Laxity
Kondisi dimana persendian bisa bergerak secara berlebihan melebihi ruang geraknya yang normal
(hipermobilitas sendi). Joint laxity bisa membuat penderitanya rentan merasa nyeri dan juga lebih
berisiko mengalami dislokasi (pergeseran sendi) dan cedera pada sendi serta komponen lain di
sekitarnya.

Kontrol posisi kepala dan leher


Bayi mungkin akan mampu mengangkat kepalanya ketika ia berusia sekitar satu bulan. Kemudian
menahannya ketika ia diletakkan dalam posisi duduk saat berusia empat bulan. Otot leher dan
kontrol kepalanya harus kuat dalam enam bulan

Gangguan Tumbuh Kembang


Pada skenario pasien bayi usia 6 bulan reflek primitif ATNR menunjukan hasil (+) yang dimana
semestinya refleks ATNR ini akan menghilang (-) setelah bayi menginjak usia 3 bulan , durasi refleks
ATNR yaitu setelah lahir- 3 bulan.
6. Existing Problems
Existing Problems
1. Hanya mampu mengangkat kepala 30 derajat selama 30 detik → normalnya
sudah mampu mengangkat kepala sampai 90 derajat
2. Bayi tidak aktif bergerak → seharusnya sudah aktif bergerak (duduk,
merangkak, meraih benda, dan belajar berdiri)
3. Joint laxity → hipermobilitas sendi berisiko mengalami dislokasi
4. Kemampuan mengontrol leher dan kepala yang buruk → kontrol kepala dan
leher yang buruk ini disebabkan adanya kelemahan pada otot-otot leher.
5. Gangguan tumbuh kembang → refleks primitif yang menetap menandakan
gangguan neurologis → mempengaruhi kemampuan motoriknya
07
Generate Hypotheses
Cerebral palsy hypotonia biasanya merupakan hasil dari kerusakan
sel-sel di otak selama fase perkembangan paling awal pada kehamilan dan
persalinan. Ketika kekurangan oksigen bahkan dalam waktu yang singkat,
sel-sel di otak dengan cepat mati dan tidak mampu beregenerasi. Asfiksia
atau kurangnya kadar oksigen pada tubuh dapat menyebabkan hipoksia
sehingga terdapat gangguan perkembangan bayi.
Berdasarkan tanda dan gejala bayi terlihat bayi tidak aktif bergerak,
gerakan pasif full ROM, joint laxity di setiap sendi, beberapa refleks primitif
yang menetap, dan tidak ada spastisitas → menandakan cerebral palsy tipe
flaccid/hypotonia.
8. Identify Anticipated
Problems
Identify Anticipated Problems
1. Kontraktur merupakan hilangnya atau kurang penuhnya lingkup gerak sendi
secara aktif maupun pasif. Kontraktur dapat terjadi dikarenakan kurangnya
melakukan mobilisasi atau imobilisasinya terlalu lama. Dimana hasil
pemeriksaan pada kasus tersebut terlihat bayi tidak aktif bergerak sehingga
dapat meningkatkan risiko terjadinya kontraktur.
2. Gangguan menelan dapat terjadi dikarenakan pasien mengalami hipotonia,
dimana dikatakan Skala Asworth: AGA rata-rata 00 dan AGB rata-rata 00. Hal
tersebut dapat menyebabkan gangguan pada saat menghisap maupun
menelan, sehingga bayi menjadi rentan tersedak.
9. Merge and Refine
Problem List
Merge and Refine Problem List
1. Cerebral palsy merupakan suatu kondisi dimana terjadi kelainan yang ditandai
dengan tonus, postur, dan gerakan yang abnormal dan secara klinis
diklasifikasikan berdasarkan sindrom motorik yang dominan.
2. Joint Laxity atau biasa disebut dengan hypermobility joint yang merupakan
kondisi dimana range of motion pada sendi itu lebih besar dari biasanya atau
kondisi normalnya.
3. Adanya kelemahan otot pada leher menyebabkan pasien tidak mampu
mempertahankan posisi lehernya dalam waktu yang lama. biasanya pada usia 6
bulan pasien seharusnya sudah mampu untuk mempertahankan posisi leher
sebesar 90 derajat.
10
Establish
Treatment Goals
Menstimulasi Menguatkan dan
neurosenso mengencangkan
pasien joint yang
mengalami laxity

Mempertahankan Menguatkan otot


lingkup gerak postural dan
sendi ekstremitas
11
Establish Testing and
Predictive Criteria
Establish testing

Testing criteria digunakan dalam HOAC II untuk mengevaluasi hasil


intervensi dan menguji kebenaran hipotesis. Testing criteria adalah pasien
dapat berbalik dari telungkup ke telentang secara mandiri, dan
mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil. Testing criteria
yang dipilih disesuaikan dengan perkembangan motorik halus dan motorik
bayi berusia 3-6 bulan.
Predictive criteria
Mengetahui kontraktur melalui inspeksi dan palpasi
selain menyebabkan atrofi otot, bayi yang tidak aktif bergerak juga
meningkatkan resiko terjadinya kontraktur otot. Inspeksi dan palpasi
dibutuhkan untuk memastikan tanda dan gejala kontraktur otot.

Tidak terdapat gangguan menelan


Pada bayi tanda dan gejala disfagia fase oral ialah kesulitan mengunyah,
kesulitan minum ASI, hipersalivasi, dan makanan/minuman keluar dari
mulut dan hidung, sedangkan tanda dan gejala disfagia fase faring ialah
batuk atau muntah saat diberi makan, kesulitan koordinasi antara bernapas
dengan makan atau minum, tubuh bertambah kaku selama makan,
gargling, suara serak/ terdengar berat.
12. Intervention Strategy
Menstimulus neurosenso
Neuro senso bertujuan melatih proses persepsi, integrasi dan asosiasi sensoris melalui aktivitas
gerak, dimana dapat memperbaiki sikap, perilaku gerak dan sensory feedback sehingga anak dapat
menjalankan fungsi dan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan perkembangan. Stimulasi
neurosenso berupa stimulasi taktil.

Meningkatkan kekuatan otot postural dan ekstremitas
kekuatan otot postural dan juga ekstremitas sangatlah penting untuk membantu anak agar dapat
bergerak dengan aktif. untuk meningkatkan kekuatan otot tersebut dapat diberikan hydrotherapy
exercise dan juga tummy time exercise.
Mengurangi joint laxity
Head & trunk control. Berikut aspek latihan dari kontrol kepala dan trunk:
• Bosu Ball Method.
• Activating Head Turning Away from the Preferred Side
• Weight Bearing on Forearms Activating Head Control.
• Correcting Trunk Posture
Mempertahankan lingkup gerak sendi
Lingkup gerak sendi (LGS) merupakan luasnya jangkauan gerak sendi ketika sendi digerakkan.
Latihan LGS perlu diberikan kepada pasien ini mengingat bahwa pasien tidak aktif bergerak sehingga
dengan pemberian latihan LGS dapat mempertahankan kemampuan lingkup gerak sendi pasien.
13
Implement Tactics
Menstimulus Neurosenso
Stimulasi taktil
1. Posisi terlentang 3. Posisi miring
- Usapan halus - Posisikan anak miring dengan
- Usapan bintang tungkai yg berada di bawah
- Usapan bergelombang lurus, lalu tungkai yang berada
- Usapan angka 8 di atas sedikit fleksi hip dan
- Usapan angka 8 di ekstremitas fleksi knee, dan lengan anak
berada pada posisi yang
senyamannya
2. Posisi tengkurap - lakukan usapan halus yang
- Lakukan gerakannya sama seperti dimulai dari axilar ke pelvic,
saat terlentang, akan tetapi arah usapan bergelombang yg
usapannya dimulai dari tengah lalu dimulai dari pelvic ke axilar,
dan usapan angka 8 yg dimulai
ke tangan kanan, tangan kiri, kaki
dari pelvic ke axilar
kanan, kaki kiri
Meningkatkan kekuatan otot postural dan ekstremitas
Hydrotherapy exercise
1. Mental Adjustment 3. Transversal Rotation Control

2. Disengagement 4. Sagittal Rotation Control


5. Longitudinal Rotation Control

7. Upthrust

6. Combined Rotation Control

8. Balance in Stillness
9. Turbulent gliding

Tummy
Tummy Time
Time Excercise
Excercise

Tummy Time membantu


bayi membangun otot
10. Simple Progression dan keterampilan untuk
memenuhi milestone
motorik mereka.
Mengurangi joint laxity
Head and trunk control

1. Bosu Ball Method 2. Activating head turning away from


the preferred side
3. Weight Bearing on 4. Correcting Trunk
Forearms Activating Posture
Head Control.
Mempertahankan lingkup gerak sendi
Latihan ROM (Range Of Motion)

1. Idealnya sekali dalam sehari.


2. Latihan masing-masing dilakukan +-10 hitungan.
3. Mulai latihan pelan dan bertahap.
4. Usahakan sampai gerakan penuh, tapi jangan memaksakan gerakan pasien,
tetap sesuaikan dengan batas toleransi gerakan pasien.
5. Tahan setiap gerakan selama 3-5 detik.
6. Perhatikan respon pasien, hentikan bila terasa respon nyeri.
Prosedur latihan ROM Pasif

ROM Shoulder Joint ROM Elbow Joint ROM Finger Joint


Fleksi Ekstensi Fleksi Ekstensi Fleksi Ekstensi
Abduksi Adduksi Supinasi Pronasi
Rotasi

ROM Thumb Joint ROM Hip Joint ROM Knee Joint ROM Ankle Joint
Abduksi Adduksi Rotasi Fleksi Ekstensi Fleksi Ekstensi
Abduksi Adduksi Inversi Eversi
Daftar Pustaka
1. Ahmad Puzi, A., dkk., 2017. Modified Ashworth Scale (MAS) Model based on Clinical Data
Measurement towards Quantitative Evaluation of Upper Limb Spasticity. IOP Conference Series:
Materials Science and Engineering, 260, p.012024.
2. Athiyah Sigara, H., 2018. Welcome to UMSurabaya Repository - UMSurabaya Repository. [online]
Repository.um-surabaya.ac.id. Available at: <http://repository.um-surabaya.ac.id/2545/>
[Accessed 11 March 2022].
3. Collins, K. A., & Popek, E. (2018). Birth Injury: Birth Asphyxia and Birth Trauma. Academic forensic
pathology, 8(4), 788–864. https://doi.org/10.1177/1925362118821468
4. Rayan, G. and Upton III, J., 2014. Congenital Joint Laxity/Instability. Congenital Hand Anomalies
and Associated Syndromes, [online] pp.81-92. Available at:
<https://link.springer.com/chapter/10.1007/978-3-642-54610-
5_6#:~:text=Persistent%20joint%20laxity%20is%20a,mobility%20of%20the%20articular%20surfaces.
> [Accessed 11 March 2022].
5. Soebadi, A., 2017. Proceedings of Update in child neurology: Everything you should know about
motor and movement problems in children. Ikatan Dokter Anak Indonesia.
6. Patel, D., Neelakantan, M., Pandher, K. and Merrick, J., 2020. Cerebral palsy in children: a clinical
overview. Translational Pediatrics, [online] 9(S1), pp.S125-S135. Available at:
<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7082248/> [Accessed 11 March 2022].
7. Gajdosik, R. and Bohannon, R., 1987. Clinical Measurement of Range of Motion. Physical Therapy,
67(12), pp.1867-1872.
8. Levitt, S. and Addison, A., 2018. Treatment of cerebral palsy and motor delay. John Wiley & Sons.
9. Manik, J., dkk., 2019. Pemeriksaan Kondisi Gerak dan Fungsi dan Penanganan Fisioterapi Pada
Lansia di Gereja Bethel Indonesia Jemaat Danau Bogor. Comunita Servizio, 1(2), pp.109-119.
10. Margaretha, V., Prananta, M. and Alam, A., 2017. Correlation between Gross Motor Function
Classification System and Communication Function Classification System in Children with Cerebral
Palsy. Althea Medical Journal, 4(2), pp.221-227.
11. Rosita, 2018. Pengaruh Refleks Bayi Sebagai Pertahanan Awal Kehidupannya. ISTIGHNA, 1(2), pp.22-
36.
12. Dumitru, A., Radu, B.M., Radu, M. and Cretoiu, S.M., 2018. Muscle changes during atrophy. Muscle
Atrophy, pp.73-92.
13. Palisano, R., Rosenbaum, P., Bartlett, D. and Livingstone, M., 2007. Gross Motor Function
Classification System Expanded and Revised. [online] Canchild.ca. Available at:
<https://www.canchild.ca/system/tenon/assets/attachments/000/000/058/original/GMFCS-
ER_English.pdf> [Accessed 13 March 2022].
14. Nisa, I., 2020. NERS UNAIR. [online] Ners.unair.ac.id. Available at:
<http://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/506/range-of-motion-rom> [Accessed 14 March 2022].
15. Kahfi, M., 2015. Pengaruh Tummy Time Exercise Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Bayi Usia 12 –
24 Minggu - UMS ETD-db. [online] Eprints.ums.ac.id. Available at:
<http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/38756> [Accessed 14 March 2022].
16. Garcia, M.K., Joares, E.C., Silva, M.A., Bissolotti, R.R., Oliveira, S. and Battistella, L.R., 2012. The
Halliwick Concept, inclusion and participation through aquatic functional activities. CEP, 4116,
p.030.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai