DISUSUN OLEH
KELOMPOK:
RAHMAN
SRI WULANDARI
MARISA
RABIATUL AWALIAH
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyesaikan makalah yang berjudul “Perubahan Bentuk
Kata”
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang Perubahan Bentuk Kata.
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami
sangat mengharap kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan
dan kesalahan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2. disimilasi
yaitu dua fonem yang sama dijadikan tidak sama
- vanantara (Skt) --> belantara
- citta (Skt) > cipta
- sajjana (Skt) > sarjana
- rapport > lapor
- lauk-lauk > lauk-pauk
- sayur-sayur > sayur-mayur
3. Diftongisasi
4. Monoftongisasi
yaitu proses perubahan diftong menjadi monoftong
- pulau > pulo
- sungai > sunge
2
- danau > dano
- manteiga (Prt) --> mentega
- parceiro --> persero
5. Haplologi
yaitu proses di mana sebuah kata kehilangan sebuah silaba (suku kata)
di tengah-tengahnya
- samanantara (Skt) > sementara
- budhidaya > budaya
- mahardhika (Skt) > merdeka
6. Anaptiksis
yaitu proses penambahan suatu bunyi dalam suatu kata guna
melancarkan ucapannya.
- sloka > seloka
- glana > gelana, gulana
- putri > puteri
- srgala > serigala
- candra > candera, cendera
7. Metatesis
yaitu proses perubahan bentuk kata di mana dua fonem dalam sebuah
kata bertukar tempatnya
- padma > padam (padma = lotus merah)
- drohaka > durhaka
-pratyaya > percaya
- rontal > lontar
- peluk > pekul
- beting > tebing
- apus > usap, sapu
3
- lutut > telut
- arca > reca
- banteras > berantas
- kelikir > kerikil
- almari > lemari
- resap > serap
- lebat > tebal
8. Afresis
yaitu proses di mana suatu kata kehilangan satu atau lebih fonem pada
awal katanya.
- tathapi (Skt) > tetapi, tapi
- adhyaksa > jaksa
- upawasa > puasa
- velocipede > sepeda
- pepermunt > permen
9. Sinkop
yaitu suatu kata kehilangan satu fonem atau lebih di tengah-tengah
kata tersebut
- utpatti > upeti
- listuhaju > lituhayu
- niyata > nyata
10. Apokop
yaitu hilangnya satu fonem di akhir kata
- pelangit > pelangi
- possesiva > posesif
- diectiva > ajektif
- mpulaut > pulau
4
11. Protesis
yaitu suatu kata mendapat tambahan satu fonem di awal
- lang > elang
- smara > asmara
- mas > emas
- stri > istri
12. Epentesis
yaitu suatu kata mendapat tambahan satu fonem atau lebih di tengah-
tengah
- akasa > angkasa
- jaladhi > jeladri
- general > jendral
- kapak > kampak
- kemarin > kelemarin
- gopala (Skt) > gembala
- racana (Skt) > rencana
- tabacco > tembakau
- upama > umpama
13. Paragog
yaitu penambahan satu fonem pada akhir suatu kata
- hulubala > hulubalang
- ina > inang
- adi > adik
- boek > buku
- ana > anak>
- kaka > kakak
- lamp > lampu
- das > dasi
5
2.2 Bentuk-Bentuk Perubahan Kelas Kata
Bentuk kata dapat berubah kelas katanya salah satu sebabnya adalah
karena afiksasi. Menurut Ramlan, afiksasi adalah suatu satuan gramatik terikat
yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok
kata, yang melmiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk
membentuk kata atau pokok kata baru. (Ramlan: 1985, 50).
Afiksasi terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Pada
pembahasan kali ini akan dibahas mengenai prefiks, khusunya prefiks meN-
(Harimurti menyebutnya prefiks me-). Prefiks meN- dipilih karena prefiks
tersebut adalah afiks yang produktif, seperti yang dikatakan Ramlan (1985:
55), afiks yang produktif adalah afiks yang hidup, yang memiliki
kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem
seperti ternyata dari distribusinya.
Contoh Kasus:: penulis mengambil data dari media massa, yaitu harian
Republika edisi Selasa, 3 Januari 2012. Mengambil artikel yang berjudul
Sebagian Jawa Terendam Banjir pada halaman 1 dan bersambung ke halaman
11, serta artikel yang berjudul Bila Amuk Terpaksa Menjadi Pilihan pada
halaman 24. Pada artikel pertama diperoleh data berupa: prefiks meN-
terdapat 17 buah, konfiks me- -kan terdapat 6 buah, konfiks meN- -i terdapat
3 buah, sedangkan kombinasi afiks yang terdapat prefiks meN- terdapat 11
buah.
Kemudian, pada artikel yang kedua, diperoleh data berupa: prefiks
meN- terdapat 20 buah, konfiks me- -kan terdapat 5 buah, konfiks me- -i
terdapat 8 buah, kombinasi afiks yang terdapat prefiks meN- terdapat 6 buah,
dan ada bentuk pengulangan dan pemajukan dengan afiksasi yang berjumlah 3
buah.
Dari data-data tersebut terlihat bahwa prefiks meN- dan konfiks serta
kombinasi yang diawali meN- cukup produktif atau sering kita temukan
karena memang fungsi dari afiks tersebut adalah membentuk verba. Menurut
6
Ramlan (1985: 99), verba ialah kata yang pada tataran klausa mempunyai
kecendrungan menduduki fungsi predikat dan pada tataran frase dapat
dinegatifkan dengan kata tidak. Ramlan mengatakan bahwa verba terbagi
menjadi dua, yaitu kata kerja dan kata sifat, sedangkan Harimurti
membedakan antara verba yang memang sebuah kata kerja dengan adjektiva
yang merupakan kata sifat.
Pada makalah ini, yang akan dibahas adalah mengenai perubahan
kelas kata pada bentuk yang berkelas kata nomina atau adjektiva yang
menjadi kelas kata verba karena adanya afiksasi. Dari data pada artikel
pertama prefiks meN- ditemukan 17 buah, dari bentuk akar kata tersebut 4
buah berbentuk nomina; Memprediksi (v) = prediksi (n), Mendominasi (v) =
dominasi (n), Meningkat (v) = tingkat (n), Mengevakuasi (v) = evakuasi (n).
Salah satu ciri bentuk nomina adalah tidak bisa digabungkan dengan kata
‘tidak’. Contohnya saja bentuk ‘tingkat’ tidak bisa menjadi ‘tidak tingkat’.
pada artikel pertama prefiks meN- juga terdapat bentuk akar yang mempunyai
kelas kata adjektiva, namun hanya satu buah yaitu Mengalami (v) = alami (a).
Bentuk adjektiva dapat dibuktikan dengan penambahan bentuk ‘sangat’.
Contohnya adalah ‘sangat alami’ atau ‘sangat besar’. Berarti 12 buah yang
lainnya memiliki bentuk akar yang kelas katanya memang verba, seperti
Merendam (v) = rendam (v), Mengingat (v) = ingat (v), Menerjang (v) =
terjang (v).
Pada artikel yang kedua diperoleh data prefiks meN- terdapat 20 buah,
7 buah di antaranya merupakan bentuk akar yang kelas katanya adalah
nomina; Mengamuk (v) = amuk (n), Menangis (v) = tangis (n), Menjagal (v) =
jagal (n), Mencolok (v) = colok (n), Mengebom (v) = bom (n), Mengudeta (V)
= kudeta (n), Meningkat (v) = tingkat (n). Kelas kata nomina pada bentuk akar
tersebut berubah menjadi kelas kata verba karena mengalami afiksasi. Namun
hanya terdapat 1 bentuk kelas kata adjektiva dari data artikel kedua, yaitu
Merusak (v) = rusak (a), dan 12 buah bentuk lainnya berkelas kata verba,
7
seperti Membunuh (v) = bunuh (v), Menyangkut (v) = sangkut (v),
Mengambil (v) = ambil (v), Membawa (v) = bawa (v).
Dari pembahasan tersebut dapat terlihat bahwa prefiks meN- memang
afiks yang produktif dan sering ditemukan, kelas kata pada bentuk akar verba
memang paling banyak yang membentuk kelas kata verba kembali, namun
jumlah munculnya bentuk akar pada kelas kata nomina pun cukup banyak,
namun untuk kelas kata adjektiva memang tidak begitu banyak.
Selanjutny, akan dianalisis kelas kata pada bentuk akar yang muncul
dari konfiks meN- -kan, konfiks meN- -i, dan kombinasi yang diawali meN-.
Dari data yang diperoleh dari artikel pertama, konfiks meN- -kan terdapat 6
buah, konfiks meN- -i terdapat 3 buah, sedangkan kombinasi afiks yang
terdapat prefiks meN- terdapat 11 buah. Dari 8 buah konfiks meN- -kan,
terdapat 3 buah bentuk yang bentuk akarnya mempunyai kelas kata nomina;
Merupakan (v) = rupa (n), Menyebabkan (v) = sebab (n), Mengakibatkan (v)
= akibat (n). Satu buah dengan bentuk akar yang kelas katanya adjektiva,
yaitu Menegaskan (v) = tegas (a). Sedangkan dua buah lagi adalah bentuk
akar yang kelas katanya memang verba, yaitu Menimbulkan (v) = timbul (v),
Menerjunkan (v) = terjun (v).
Konfiks meN- -i dari 3 buah terdapat 2 buah bentuk akar yang
berkelas kata verba dan satu buah bentuk akar yang berkelas kata nomina;
Menggenangi (v) = genang (v), Membanjiri (v) = banjir (v), Menghadapi (v) =
hadap (n). Kemudian dari 11 kombinasi afiks yang terdapat prefiks meN-,
terdapat 3 buah bentuk akar kata yang berkelas kata nomina, yaitu
Memperkirakan (v) = kira (n), Memberlakukan (v) = laku (n), Mengatakan (v)
= kata (n). Terdapat 1 buah bentuk akar kata yang berkelas kata adjektiva,
yaitu Menyatakan (v) = nyata (a) dan 7 buah lainnya berkelas kata verba
diantaranya; Menyebutkan (v) = sebut (v), Menunjukkan (v) = tunjuk (v).
Kemudian, pada data yang diperoleh dari artikel kedua, konfiks meN-
-kan terdapat 5 buah, konfiks meN- -i terdapat 7 buah, kombinasi afiks yang
terdapat prefiks meN- terdapat 6 buah, dan ada bentuk pengulangan dan
8
pemajukan dengan afiksasi yang berjumlah 3 buah. Konfiks meN- -ka yang
berjumlah 5 buah, 2 di antaranya merupakan bentuk akar yang berkelas kata
adjektiva, yaitu Menegaskan (v) = tegas (a) dan Menyatakan (v) = nyata (a).
Dua buah lagi adalah bentuk akar yang berkelas kata nomina, yaitu
Merupakan (v) = rupa (n) dan Menguntungkan (v) = untung (n), dan hanya
satu yang berkelas kata verba; Menghunuskan (v) = hunus (v).
Konfiks meN- -i yang terdapat 7 buah, 3 buah di antaranya berbentuk
akar yang berkelas kata nomina, yaitu Memengaruhi (v) = pengaruh (n),
Mengatasi (v) = atas (n), Menyumpahi (v) = sumpah (n). Sedangkan bentuk
akar kata yang berkelas kata adjektiva terdapat 1 buah, yaitu Melampaui (v) =
lampau (a). Tiga buah sisanya adalah bentuk akar yang berkelas kata verba,
diantaranya Mengenai (n) = kena (v), Menembaki (v) = tembak (v), Mengenai
(n) = kena (v), Melalui (v) = lalu (v). Kemudian ada 6 buah bentuk dari
kombinasi afiks yang terdapat prefiks meN-, terdapat 2 buah bentuk akar kata
yang berkelas kata nomina, yaitu Melakukan (v) = laku (n) dan Mengatakan
(v) = kata (n), 1 buah bentuk akar yang berkelas kata adjektiva, yaitu
Menjelaskan (v) = jelas (a), serta 1 buah bentuk akar dengan kelas kata
adverbia, yaitu Mendapatkan (v) = dapat (adv). Kemudian 2 buah bentuk akar
kata berkelas kata verba, yaitu Menyelesaikan (v) = selesai (v) dan
Mendirikan (v) = diri (v). Lalu terdapat 3 buah bentuk pengulangan dan
pemajukan dengan afiksasi, yaitu Mengharu-biru = haru biru (n), Membabi
buta = babi buta (n), Memotong-motong = potong (n), yang ketiganya
mrupakan bentuk akar dengan kelas kata nomina.
Dari data yang telah dianalisis tersebut, dapat dilihat bahwa bentuk
akar dengan kelas kata nomina semakin sering muncul dalam bentuk konfiks
dan juga kombinasi afiks. Bentuk adjektiva juga muncul, bahkan bentuk
adverbia pun ada. Dari keseluruhan data pada data artikel pertama 37 bentuk
afiks, terdapat 23 buah bentuk akar kata berkelas kata verba, 11 bentuk akar
kata berkelas kata nomina, dan 3 bentuk akar kata berkelas kata adjektiva.
Pada artikel kedua terdapat 41 bentuk afiks. Bentuk akar berkelas kata verba
9
terdapat 18 bentuk, 17 bentuk akar kata berkelas kata nomina, 5 bentuk akar
kata berkelas kata adjektiva, dan 1 bentuk akar kata berkelas kata adverbia.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat kita ketahui banyak jenis perubahan bentuk kata seperti analogi,
adaptasi, hiperkorek dan sebagainya. Hal ini menambah pengetahuan dalam
kajian morfologi bahasa indonesia dan juga Sesuai dengan perkembangan
zaman, bahasa Indonesia mengalami perkembangan pula. Dalam
perkembangan itulah diperlukan adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman
bagi para masyarakat dalam menggunakan bahasa Indonesia sebagai perantara
berkomunikasi. Tidak hanya dalam berkomunikasi saja, tetapi dalam hal tulis
– menulis juga membutuhkan acuan.
3.2 Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
http://fandanaksaleh18.blogspot.com/2013/06/makalah-perubahan-bentuk-kata.html
http://bahasaindonesiayh.blogspot.com/2012/06/macam-macam-perubahan-bentuk-
kata.html
12